BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Bisnis 2.1.1 Pengertian Bisnis Berdasarkan pendapat Kasmir dan Jakfar (2012:7) Pengertian bisnis adalah usaha yang di jalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan. Boone, Louis E. Kurtz dan David L. (2008:5) bisnis adalah semua jenis aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian. Menurut pendapat Griffin dan Elbert (2007:4) bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud untuk mendapatkan laba Sementara Bisnis menurut Raymond E Glos yang dikutip oleh Umar (2005:3) dalam bukunya yang berjudul “Business : its nature and environment : An Introduction” adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar dan kualitas hidup mereka. Dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis adalah keseluruhan dari suatu kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh seluruh elemen di dalam suatu organisasi yang di kelola oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri dengan menyediakan barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan untuk memperoleh keuntungan.
2.1.2 Pemegang Kepentingan Utama dalam Bisnis Pemegang kepentingan utama dalam bisnis berdasarkan Madura (2007:2) Pemegang kepentingan (Stakeholders), orang – orang yang memiliki kepentingan dalam bisnis adalah sebagai berikut: 1. Pemilik •
Wiraswasta (entrepreneur) adalah orang yang mengorganisasi, mengelola, dan mengasumsi resiko yang dihadapi untuk memulai bisnis.
7
8 •
Pemegang saham (shareholder / stockholder). Saham adalah sertifikat kepemilikan suatu perusahaan, Pemegang saham adalah seseorang yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan.
2. Karyawan •
Karyawan
perusahaan
diangkat
untuk
menyalurkan
operasi
perusahaan. •
Manajer adalah karyawan yang mempunyai tanggung jawab mengelola pekerjaan yang ditugaskan kepada karyawan lain dan membuat keputusan penting perusahaan.
3. Kreditor Institusi keuangan atau individu yang memberikan pinjaman. 4. Pemasok Penyedia bahan baku dan mengantarkannya tepat waktu. 5. Pelanggan Pihak yang menerima produk atau jasa dengan nilai / harga tertentu. Berikut ini adalah gambar interaksi di antara pemegang kepentingan utama dalam bisnis :
Gambar 2.1. Intraksi antara Stakeholders
Sumber : Jeff Madura (2007:7)
9 2.1.3 Fungsi Utama Bisnis Menurut Madura (2007:12) terdapat lima fungsi yang terlibat dalam operasi suatu bisnis, yaitu manajemen, pemasaran, keuangan, akuntansi, dan sistem informasi. Lima fungsi ini adalah fokus dari persoalan ini karena harus dijalankan secara benar jika bisnis ingin sukses, berikut pengertian dari masing-masing fungsi : 1.
Manajemen adalah cara bagaimana karyawan dan sumber lain (seperti mesin-mesin) digunakan oleh perusahaan.
2.
Pemasaran adalah cara bagaimana produk atau jasa dikembangkan, diberi harga, didistribusikan, dan dipormosikan kepada pelanggan.
3.
Keuangan adalah cara bagaimana perusahaan mendapatkan dan menggunakan dana untuk operasional bisnisnya.
4.
Akuntansi adalah ringkasan dan analisis suatu kondisi keuangan perusahaan dan dipakai untuk membuat bermacam keputusan sistem informasi termasuk teknologi informasi, masyarakat, dan prosedur yang bekerja sama untuk memberikan informasi yang cocok karyawan perusahaan sehingga mereka dapat membuat keputusan bisnis.
5. Sistem informasi Meliputi teknologi informasi, orang, dan prosedur yang menyediakan informasi yang sesuai sehingga karyawan perusahaan dapat membuat keputusan bisnis.
2.1.4 Rencana Bisnis Menurut Boone dan Kurtz (2008:242) meskipun tugas paling penting yang dialami oleh seorang calon pemilik bisnis adalah menciptakan suatu rencana bisnis. Suatu rencana bisnis yang efektif dapat membuat perbedaan antara perusahaan yang berhasil dan perusahaan yang gagal. Rencana bisnis (Business Plan) adalah dokumen tertulis yang menyediakan pernyataan yang tersusun mengenai sasaran suatu perusahaan, metode yang digunakan perusahaan tersebut untuk mencapai sasaran itu, dan standart yang digunakan perusahaan untuk mengukur pencapaian.
10 2.2 Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi Berdasarkan pendapat Wiliam F.S yang di kutip oleh Kasmir dan Jakfar (2012:5) investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar dimasa yang akan datang. dari pengertian ini terkandung dua atribut penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko dan tenggang waktu. Menurut Ahmad dan Kamaruddin (2004:3) investasi adalah mendapatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa investasi adalah pendapatan sejumlah dana pada saat ini dengan mengambil suatu resiko dalam tenggang waktu tertentu untuk memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas dana tersebut.
2.2.2 Macam-macam Investasi Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2012:5) investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi pun dibagi dalam beberapa jenis. Dalam praktiknya, jenis investasi dibagi dua macam, yaitu: 1. Investasi nyata (real investment) Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan, atau mesin-mesin. 2. Investasi finansial (financial investment) Investasi financial atau financial investment
merupakan investasi dalam
bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi, atau surat berharga lainnya seperti serrifikat deposito.
2.3 Proyek 2.3.1 Pengertian Proyek Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2012:6) secara umum pengertian proyek adalah kegiatan yang melibatkan serbagai sumber daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai sasaran tertentu Kegiatan proyek biasanya dilakukan untuk berbagai bidang, antara lain: 1. Pembangunan fasilitas baru
11 Artinya merupakan kegiatan yang benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, sehingga ada penambahan usaha baru. 2. Perbaikan fasilitas yang sudah ada. Merupakan kelanjutan dari usaha yang sudah ada sebelumnya. Artinya sudah ada kegiatan sebelumnya, namun perlu dilakukan tambahan atau perbaikan yang diinginkan. 3. Penelitian dan pengembangan Merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di masyarakat, lalu dikembangan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2.3.2 Faktor-faktor Timbulnya Proyek Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2012:6) dalam praktiknya, timbulnya suatu proyek disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: 1. Adanya permintaan pasar. Artinya adanya suatu kebutuhan dan keinginan dalam masyarakat yang harus disediakan. Hal ini disebabkan karena jenis produk yang tersedia belum mencukupi atau memang belum ada sama sekali. 2. Untuk meningkatkan kualitas produk. Bagi perusahaan tertentu proyek dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu suatu produk. Hal ini dilakukan karena tingginya tingkat persaingan yang ada. 3. Kegiatan pemerintah. Artinya merupakan kehendak pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat atau suatu produk atau jasa, sehingga perlu disediakan berbagai produk melalui proyek-proyek tertentu.
2.4 Studi Kelayakan Bisnis 2.4.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2010:7) studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.
12 Menurut pendapat Umar (2005:8) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioprasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Menurut Yacob Ibrahim (2009:1) studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek. Dari pengertian tersebut, dapat simpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah kegiatan dalam meneliti suatu rencana usaha yang akan di jalankan untuk menilai layak atau tidak nya suatu usaha tersebut dijalankan dan mengoptimalkan keuntungan usaha.
2.4.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Menurut Umar (2005:19) Sebuah studi kelayakan Sebuah studi kelayakan bisnis akan memiliki manfaat yang berguna bagi beberapa pihak, yaitu: 1. Pihak investor Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak untuk direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai di cari, misalnya dari investor atau pemilik modal yang mau menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan itu. 2. Pihak Kreditor Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank, dimana pihak bank sebelumnya memustuskan untuk memberikan kredit atau tidak, diperlukan kajian dari studi kelayakan bisnis yang ada. 3. Pihak Manajemen Perusahaan Studi kelayakan ini dapat berguna sebagai gambaran tentang potensi sebuah proyek di masa yang akan datang dengan berbagai aspeknya. 4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Penyusunan studi kelayakan ini perlu memperhatikan kebijakankebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun, pemerintah
dapat
secara
langsung
mempengaruhi kebijakan perusahaan. 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
maupun
tidak
langsung
13 Dalam menyusun studi kelayakan ini perlu juga dianalisis manfaat yang akan di dapat dan biaya yang akan timbul oleh proyek terhadapa perekonomian nasional.
2.4.3 Tahapan-tahapan Dalam Studi Kelayakan Bisnis Ada beberapa tahapan menurut Kasmir dan Jakfar (2012:18-20) dalam studi kelayakan bisnis, yaitu : 1. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat dipercaya, mislnya dari lembaga-lembaga yang memang berwenang untuk mengeluarkannya, seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam), Bank Indonesia (BI), Departemen Teknis atau lembaga-lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun swasta. Pengumpulan data ini dapat dari data primer maupun data sekunder dengan berbagai metode. 2. Melakukan pengolahan data Setelah data dan informasi yang didapatkan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk bisnis. Pengolahan ini dilakukan hendaknya secara teliti untuk masing-masing aspek yang ada. Kemudian dalam hal penghitungan ini hendaknya diperiksa ulang untuk memastikan kebenaran hitungan yang telah dibuat sebelumnya. 3. Analisis data Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan. Setiap jenis usaha memiliki kriteria tersendiri untuk dikatakan layak atau tidak layak untuk dilakukan. kriteria kelayakan diukur dari setiap aspek untuk seluruh aspek yang telah dilakukan.
14 4. Mengambil keputusan Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan hasil tersebut. Mengambil keputusan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan apakah layak atau tidak dengan ukuran yang telah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Jika tidak layak sebaiknya dibatalkan dengan menyebutkan alasanya. 5. Memberikan rekomendasi Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi diberikan juga saran-saran serta perbaikan yang perlu, jika memang masih dibutuhkan, baik kelengkapan dokumen maupun persyaratan lainnya. Apabila suatu hasil studi kelayakan dinyatakan layak untuk dijalankan. Untuk menambah kejelasan tahapan-tahapan dalam penelitian studi kelayakan bisnis dapat dilihat dalam diagram dibawah ini.
Pengumpulan Data
Melakukan pengolahan Data
Analsis Data
Tidak Layak
Layak Mengambil keputusan
Dibatalkan
Direkomendasikan
Dijalankan
Gambar 2.2. Tahapan-tahapan Dalam Studi Kelayakan Bisnis Sumber : Kasmir dan Jakfar (2012:18)
15 2.4.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Ada beberapa aspek menurut Umar (2005:24-29) yang akan diteliti dalam studi kelayakan bisnis, yaitu : 1. Aspek pasar, yang meneliti permintaan tentang permintaan suatu produk atau jasa, berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang bersangkutan. 2. Aspek pemasaran, yang meliputi segmen, target, dan posisi produk, kepuasan konsumen dan hal hal lainnya yang berkaitan dengan urusan marketing. 3. Aspek teknis dan operasi, yang meneliti kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis, proses produksi akan dilaksanakan 4. Aspek sumber daya manusia , yang meneliti peran SDM dalam pembangunan proyek bisnis dan juga peran SDM dalam operasional rutin bisnis setelah proyek selesai dibangun 5. Aspek manajemen, yang meneiti tentang manajemen pada saat pembangunan
proyek
bisnis
dan
juga
manajemen
saat
bisnis
dioperasionalkan secara rutin 6. Aspek keuangan, meneliti tentang penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek 7. Aspek ekonomi dan sosial, yang menganalisis jika usaha atau proyek dijalankan akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak dan sebaliknya. 8. Aspek lingkungan industri, yang meneliti tentang persaingan dan kondisi lainnya yang mempengaruhi perjalanan suatu bisnis 9. Aspek yuridis, yang meneliti tentang hal-hal yang menyangkut baddan hukum perusahaan, izin operasional, dan lainnya 10. Aspek lingkungan hidup, dimana analisis dilakukan untuk meneliti operasional bisnis terhadap lingkungan sekitarnya, seperti kesehatan, polusi, pencemaran, dan lainnya Menurut Kasmir dan Jakfar, terdapat beberapa aspek yang diperlukan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Urutan penilain aspek mana yang harus didahului tergantung
16 dari kesiapan penilai dan kelengkapan data yang ada. Secara umum, prioritas aspekaspek yang perlu dilakukan studi kelayakan sebagai berikut: a.)
Aspek hukum, membahas tentang masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha, sampai izin-izin yang dimiliki.
b.)
Aspek Pasar dan Pemasaran, menilai besarnya peluang pasar yang diinginkan berdasarkan segi pasar dan pemasaran.
c.)
Aspek Keuangan, menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima, seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali, sumber pembiayaan bisnis, dan tingkat bunga yang berlaku.
d.)
Aspek Teknis dan operasi, meneliti mengenai lokasi usaha,baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang.
e.)
Aspek Manajemen dan organisasi, penilaian pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada.
f.)
Aspek ekonomi sosial, melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek ini dijalankan, pengaruh ini terutama ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
g.)
Aspek dampak lingkungan, analisis dampak yang ditimbulkan oleh proyek bisnis tersebut terhadap lingkungan disekitarnya, baik air, darat dan udara.
Dengan melihat kedua sumber diatas terdapat beberapa aspek
yang akan
dilakukan dalam studi kelayakan bisnis, maka aspek yang akan diteliti dalam studi kelayakan bisnis ini adalah: a)
Aspek Hukum
b)
Aspek Manajemen dan SDM
c)
Aspek Teknis dan Operasional
d)
Aspek Pasar dan Pemasaran
e)
Aspek Ekonomi dan Sosial
f)
Aspek Lingkungan Industri
g)
Aspek Dampak Lingkungan Hidup
h)
Aspek Keuangan
17 2.4.4.1. Aspek Hukum Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:24), untuk memulai studi kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukan aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan prosedur lembaga yang mengeluarkan dan mengesahkan dokumen yang bersangkutan. Aspek ini penting karena sebelum usaha tersebut dijalankan, semua prosedur berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan telah dipenuhi terlebih dahulu. Secara umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan aspek hukum ini sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2012:25-35) 1.
Bentuk Badan Usaha Ada beberapa jenis badan hukum yang lazim di Indonesia, misalnya Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), koperasi yayasan, Firma (Fa), dan lain-lainnya. Kebanyakan perusahaan yang akan melakukan suatu investasi merupakan perusahaan besar, baik dari segi modal maupun jangkauan usahanya.
2.
Bukti Diri Kartu identitas diri para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat yang dikenal dengan nama Kartu Tanda Penduduk (KTP)
3.
Tanda Daftar Perusahaan Setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia, haruslah membuat surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya masing-masing.
4.
Nomor Pokok Wajib Pajak Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan hal yang penting diteliti. Pengurusan NPWP juga dilakukan bersamaan dengan pengajuan akta notaries ke Departemen Kehakiman. Pentingnya NPWP adar setiap usaha yang dijalankan nantinya akan memberikan penghasilan kepada pemerintah sesuai dengan Undang Undang Dasar negara Indonesia.
5.
Izin-izin Perusahaan Izin-izin perdagangan meliputi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
18 2.4.4.2. Aspek Manajemen Dan Sumber Daya Manusia Setiap perusahaan memerlukan adanya sumber daya manusia (SDM) sebagai tenaga kerja dan juga memerlukan kesiapan yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia mulai dari pengadaan sampai pada penempatannya di jabatan tertentu untuk menjalakan kegiatan perusahaan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:168), fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Dalam proses ini ditentukan tentang apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya serta dengan car apa hal tersebut dilaksanakan.
2.
Pengorganisasian
(Organizing).
Pengorganisasian
adalah
proses
mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing. 3.
Pelaksanaan (Actuating). Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para manajer harus menggerakkan bawahnnya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk dan memberi motivasi.
4.
Pengawasan (Leading). Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan.
Menurut subagyo (2008:159) Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut: 1.
Job Analysis, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu.
2.
Job specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
19 3.
Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan dan struktur pertanggungjawaban.
4.
Job Descripion, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu.
5.
Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis structural dan fungsional.
6.
Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan, pengetahuan, produktifitas dan kinerja karyawan secara keseluruhan.
2.4.4.3 Aspek Teknis dan Operasional Menurut Boone & Kurtz (2007:41) Manajemen produksi dan operasi adalah pengelolaan karyawan dan mesin untuk mengubah bahan baku dan sumber-sumber daya menjadi barang dan jasa. Menurut Heizer dan Render (2009:4) Manajemen Operasi (operation management-OM) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi. Menurut Boone & Kurtz (2007:39) Produksi adalah menggunakan sumber daya seperti tenaga kerja dan mesin untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi dan jasa. Berikut uraian Gambar 2.3 Proses Produksi, sebagai berikut:
Gambar 2.3 Proses Produksi Input Sumber daya Bahan Baku
Proses Konversi Manambah nilai
Sumber : Boone & Kurtz (2007:39)
Output Barang atau Jasa
20 2.4.4.4 Aspek Pasar Menurut Umar (2005:35) bentuk pasar dapat dilihat dari sisi produsen dan sisi konsumen, Dari sisi produsen, pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistis, oligopoli dan monopoli. Berikut penjelasan singkat bentuk-bentuk pasar produsen : 1. Pasar persaingan sempurna, pada pasar jenis persaingan sempurna, aktivitas persaingannya tidak nampak, karena tidak terbatasnya jumlah produsen dan konsumen dapat menjual dan membeli berapa saja tanpa ada batas. 2. Pasar monopoli, Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar yang dikuassi oleh seorang penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang substitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya pesaing dari luar. 3. Pasar oligopoli, sebenarnya pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli. Dalam menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi, karena pengaruh dari pesaing sangat terasa, tindakan atau aktivitas pesaing perlu dimasukan dalam perhitungan 4. Pasar persaingan monopolistik, pasar ini merupakan bentuk campuran pasar persaingan sempurna dengan monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk-keluar pasar.
2.4.4.5 Aspek Pemasaran 2.4.4.5.1 Pengertian pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2012:47) adalah suatu prosess sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Menurut Subagyo (2008,:63) pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran jenis produk dan jasa sehingga tercapainya kesepatakan dalam transaksi. Menurut Umar (2005,:35) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.
21 Menurut Stanton yang dikutip oleh Umar (2005,:35) pasar merupakan temat kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjankannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang denga keinginannya, daya belinya, serta tingkahlakunya dalam pembeliannya.
2.4.4.5.2 Bauran Pemasaran Berdasarkan pendapat Fuad, Christine, Nurlela (2006:128) bauran pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunjang satu sama lain. Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran di dukung oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang baik dan promosi yang efektif. Empat kebijaksanaan pemasaran yang sering disebut konsep Empat P atau bauran pemasaran (marketing mix) tersebut adalah produk (product), harga (price), saluran distribusi (place) dan promosi (promotion). 1. Produk (product) adalah barang atau jasa yang ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. 2. Harga (price) adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa 3. Saluran distribusi (place) adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai kekonsumen atau berbagai aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke konsumen 4. Promosi (promotion) adalah berbagai bauran dari pemasaran yang besar peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara efektif dilakukan prusahaan untuk mendukung konsumen membeli produk yang ditawarkan.
2.4.4.6. Aspek Politik Dalam menganalisis kelayakan bisnis, hendaknya aspek politik perlu di kaji untuk memperkirakan bahwa situasi politik pada saat bisnis di bangun dan di implementasikan tidak akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan usaha. Situasi politik dapat diketahui melalui berita- berita atau kabar yang beredar di masyarakat. Pemberitaan yang beredar mengenai kondisi negara
22 dalam dunia investasi yang di nilai dapat mendatangkan kerugian, biasanya dihindari oleh pasar karena dampaknya dapat merugikan dan mengancam dunia investasi misalnya adalah menyelewengkan atau menyalah gunakan kekuasaan yang dilakukan oleh oknum pemerintah dalam menjalankan tugas dapat dianggap sebagai kabar buruk karena mengancam keamanan modal dan usaha mereka. Jadi jelas bahwa aspek politik dapat berpengaruh terhadap dunia bisnis.
2.4.4.7. Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial menurut Kasmir dan Jafar (200:205) terdapat beberapa dampak yang akan mempengaruhi berbagai pihak, baik itu positif maupun negatif sebagai berikut: •
Dampak positif bagi masyarakat adanya sebuah bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan. Selain itu dampak positif lainnya adalah adanya yang mengatur dan mengelola SDA yang belum terjamah
•
Dampak negatif sebuah bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah eksplorasi SDA yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya.
•
Dampak positif sebuah bisnis ditinjau dari aspek sosial dari tinjauan masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya.
•
Dampak negatif sebuah bisnis ditinjau dari aspek sosial dari tinjauan pemerintah adalah adanya perubahan demografi disuatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat.
Diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, yang akan dijalankan oleh prusahaan akan memberikan dampak yang positif lebih banyak. Artinya dengan berdirinya sebuah bisnis secara ekonomi dan sosial lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan dengan kerugiannya.
23 2.4.4.8. Aspek Lingkungan Industri Menurut Umar (200:268) aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis guna studi kelayakan bisnis. Michael E. Porter mengemukakan konsep competitive strategy yang menganisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama, yang disebut Lima kekuatan bersaing. 1. Ancaman masuknya pendatang baru. Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perubahan pangsa pasar serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. 2. Persaingan sesama perusahaan dalam industri. Persingan dalam industri sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. 3. Ancaman dari produk pengganti. Perusahaan-perusahan yang berbeda dalam suatu
industri
bersaingpula
dengan
produk
pengganti.
Walaupun
karakteristiknya berbeda, barang subsitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. 4. Kekuatan tawar menawar pembeli. Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan untuk memotong harga, meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan kompetitor melalui kekuatan yang mereka miliki. 5. Kekuatan tawar menawar pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikan harga atau mengurangi kualitas produk atau servis.
2.4.4.9. Aspek Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Pertumbuhan
dan
pekembangan
perusahaan
berpengaruh
terhadap
lingkungan sekitar apakah membawa dampak negative atau positif terhadap masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak positif atau negative terhadap perusahaan, pengertian analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL) menurut PP No 27 tahun 1999 pasal 1 yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2012:212) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
24 besar den penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain analisis dampak lingkungan adalah tehnik untuk menganalisis apakah proyek yang akan dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya, maka diberikan alternative pencegahannya. Berdasarkan pendapat Umar (2005, p303) Analisis Dampak Lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment yang keduanya disingkat EIA. AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan dengan dua alasan pokok, yaitu: 1. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian. Jawaban ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak samping yang timbul. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri.
2.4.4.10. Aspek Keuangan Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:89-90) aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan prusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama pentingnya dengan aspek lainnya, bahkan ada beberapa pengusaha mengaggap justru aspek inilah yang paling utama untuk dianalisis karena dari aspek ini tergambar jelas hal-hal berkaitan dengan kuntungan perusahaan, sehingga merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti: 1. Sumber sumber dana yang diperoleh. 2. Kebutuhan biaya investasi 3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk
jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi. 4. Proyeksi secara neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode
kedepan. 5. kriteria penilaian investasi. 6. Rasio keunganan yang digunakan untuk menilai kemampuan prusahaan.
25 1. Sumber-Sumber Dana kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti tanah bangunan, mesin-mesin, peralatan, serta inventaris lainnya dan biasanya modal investasi diperoleh dari pinjaman yang berjangka waktu panjang (di atas satu tahun). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:91) dilihat dari segi sumber asalnya, modal di bagi dua macam yaitu: 1. Modal Asing (Modal Pinjaman) Modal asing atau modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari luar pihak prusahaan dan biasanya dipeoleh secara pinjaman. Menggunakan modal pinjaman untuk membiayai suatu usaha akan terkena beban biaya, yaitu biaya administrasi, provinsi, dan komisi, serta bunga yang besarnya relatif. Kemudian adanya kewajiban untuk mengembalikan pinjaman setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian sebelumnya. Perolehan modal asing juga relatif sulit kerena diperlukan syarat-syarat tertentu sesuai dengan kebijakan pemilik dana. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh anara lain : a. Pinjaman dari dunia perbankan b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, atau lembaga keuangan lainnya. c. Pinjaman dari prusahaan nonbank. 2. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup atau terbuka. Tertutup artinya hanya dari kalangan internal pemilik saham sebelumnya, sedangkan terbuka dengan menjual saham kepada masyarakat luas. Perolehan dana dari modal sendiri biasanya berasal dari : a. Setoran dari pemegang saham b. Dari cadangan laba atau c. Dari laba yang belum dibagi
26 2. Biaya Kebutuhan Investasi Investasi atau yang biasa disebut penanaman modal dalam jangka waktu yang relatif panjang. Investasi dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan dapat pula digunakan untuk membeli asset-aset yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha, mulai dari pendirian sampai dengan pengoprasiannya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:92) komponen yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang dijalankan. Secara garis besar biaya kebutuhan investasi meliputi: 1. Biaya prainvestasi a. Biaya pembuatan studi b. Biaya pengurusan izin izin 2. Biaya aktiva tetap A. Aktiva tetap berwujud: •
Tanah
•
Mesin-mesin
•
Bangunan
•
Investasi kantor
•
Aktifa berwujud lainnya
B. Aktiva tetap tidak berwujud: •
Good will
•
Hak cipta
•
Lisensi dan merek dagang
3. Biaya oprasional yang terdiri dari:\ a. Upah dan gaji karyawan b. Biaya listrik c. Biaya telepon dan air d. Biaya pemeliharaan e. Pajak f. Premi asuransi g. Biaya pemasaran h. Biaya-biaya lainnya
27 3. Aliran kas (cash flow) Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:95) Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukkan tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari yang berhubungan langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang masuk dapat pula berasal dari pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena arti laba dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi investor yang justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini menjadi wajar karena hanya dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban keuangannya. Menurut Kasmir dan Jafar (2012:96), aliran kas mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash Flow, Operational Cash Flow, dan Terminal Cash Flow. -
Initial Cash Flow merupakan pengeluaran pada awal periode yang berhubungan dengan pengerluaran untuk investasi.
-
Operational Cash Flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode.
-
Terminal Cash Flow merupakan aliran kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal.
4. Kriteria Penilaian Investasi Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana yang terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut. Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Metode Penilaian Investasi Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang akan terjadi. Terdapat empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai dalam
28 penilaian aliran kas dari investasi, yaitu metode payback period, net present value, internal rate of return, dan profitability index.
a. Payback period (PP) Menurut keown, Scott, martin, dan petty (2011:308) payback period (PP) adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan kata lain, metode ini merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya dan hasilnya ditetapkan dalam satuan waktu. Ada dua macam model perhitungan yang akan digunakan dalam menghitunga masa pengembalian sebagai berikut: Apabila kas bersih setiap tahun sama, maka rumus yang digunakan adalah: Payback Period =
Investasi Kas bersih / tahun
X 1 tahun
Apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka rumus yang digunakan: Payback Period = n
a-b c-b
Dimana: n = tahun terakhir dalam jumlah arus kas masih belum bisa menutupi investasi awal a = investasi awal b = jumlah arus kas kumulatif tahun “n” c = jumlah arus kas kumulatif tahun n+1 Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika payback period lebih pendek daripada maximum payback periode-nya maka proyek investasi tersebut layak untuk dijalankan. Metode ini cukup sederhana untuk digunakan oleh karenanya masih terdapat kelemahan dalam menggunakan metode ini. Kelemahan utamanya adalah bahwa ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang dan juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback.
29 b. Net Present Value (NPV) Menurut Kasmir dan Jafat (2012:103) Net present value atau nilai bersih sekarang adalah perbandingan antara PV kas bersih (PVofProceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV inilah yang disebut dengan netpresentvalue (NPV). Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah: Rt
NVP = ∑
(1+i)t
Dimana: Rt = arus kas bersih pada tahun n i = suku bunga diskonto t = arus waktu kas kriterian penilaian dari metode ini adalah: - Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima - Jika NPV < 0, maka ususlan proyek ditolak - Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak. Sementara menurut Mulyani (2008) kombinasi dari beberapa faktor menjadikan keputusan investasi sebagai keputusan yang paling penting bagi pengolahan keuangan. Semua bagian di dalam perusahaan sangat berpengaruh
pada keputusan ini. Kenyataannya bahwa akibat keputusan ini
berlanjut untuk
suatu
jangka
waktu
yang
panjang
membuat
pengambilan keputusan kehilangan fleksibilitasnya. Perusahaan harus membuat komitmen untuk masa depan. Suatu kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat memiliki konsekuensi yang serius. Jika prusahaan terlalu besar dalam aktiva, maka hal itu dapat menimbulkan beban penyudutan dan beban lainnya yang tinggi, yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Ada 5 (lima) metode yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu investasi akan dijalankan. Namun setelah dikaji satu persatu dari setiap metode, dapat diambil kesimpulan bahwa NPV merupakan metode yang lebih representatif, dibandingan dengan metode-metode yang lain. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa kasus yang dengan metode lain tidak diterapkan, selain dengan menggunakan metode NPV.
30 c. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Kasmir dan Jafar (2012:104) Internal rate of return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ada dua cara yang digunakan untuk mencari IRR. 1. Cara pertama untuk mencari IRR dengan menggunakan rumus: IRR =
NPV1
X (i2 – i1)
NPV1 - NPV2
Di mana: i1 = tingkat bungan 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1) i2 = tingkat bungan 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2) NPV1 = NetPresentValue 1 NPV2 = NetPresentValue 2 2. Cara kedua untuk mencari IRR IRR =
P1 – C1 x
P2 – P1 C2 – C1
Di mana: P1 = tingkat bunga 1 P2 = tingkat bunga 2 C1 = NPV 1 C2 = NPV 2
d. Profitability Index Pemakaian metode profitability index (PI) ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dengan rencana penerimaan-penerimaan kas bersih dari investasi yang telah dilaksanakan.
Jadi,
profitability
index
dapat
dihitung
dengan
membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Umar (2005:202) Rumus
31 Kriteria Penilaian : Jika PI > 1 , maka usulan proyek dikatakan menguntungkan. Jika PI < 1 , maka usulan proyek tidak menguntungkan. Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, di mana jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV>0) maka menurut kriteria PI juga layak (PI>1) karena keduanya menggunakan variabel yang sama.
32 2.5 Kerangka Pemikiran Berikut ini akan di paparkan dalam gambar 2.4 Kerangka Pemikiran, sebagai berikut: Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran PT. Mandiri Berlima
Analisis Kelayakan Bisnis
Aspek Non Keuangan
Aspek Manajemen Dan SDM
Keuangan
Net Present Value (NPV)
Aspek Pasar Dan Pemasaran Aspek Teknis Dan Operasional
Internal Rate of Return (IRR)
Aspek Hukum Profitability Index (PI) Aspek Politik Aspek Ekonomi Dan Sosial
Payback Period (PP)
Aspek Lingkungan Industri Break Even Point Mix (BEP) Aspek Analisis Dampak Lingkungan
Kesimpulan Hasil Analisis Kelayakan Bisnis
Layak
Tidak Layak