14
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1
Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Bussiness pada tahan 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah penyerderhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain.
Dari berbagai
pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel
15 yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal atau sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Dr. Thomas L. Saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan atau pairwise, menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif.
2.1.2
Model Keputusan dengan AHP AHP
memiliki
banyak
keunggulan
dalam
menjelaskan
proses
pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan
menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini
16 menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah : •
Kesatuan AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
•
Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
•
Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
•
Penyusunan hierarki AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsure yang serupa dalam setiap tingkat.
•
Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas.
17 •
Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.
•
Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
•
Tawar menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
•
Penilaian dan konsesus AHP tidak memaksakan konsesus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
•
Pengulangan proses AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
2.1.3
Prinsip Kerja AHP Ide dasar prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut :
18 •
Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Struktur hierarki yang disusun memiliki suatu tujuan atau disebut juga dengan goal yang akan dicapai. Selain itu hierarki tersebut memiliki kriteria-kriteria yang akan membandingkan alternatif-alternatif yang memang akan dibandingkan.
•
Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
Nilai dan
definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Alternatif NILAI
KETERANGAN
1
Alternatif A sama penting dengan alternatif B
3
A sedikit lebih penting dari B
5
A jelas lebih penting dari B
7
A sangat jelas lebih penting dari B
9
A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
19 Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. Ada berbagai cara untuk menentukan tingkat kepentingan kriteria atau alternatif tersebut, antara lain adalah : ¾ Menentukan bobot secara sembarang. ¾ Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria. ¾ Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan (pairwise comparison), tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. •
Penentuan Prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
•
Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
20 2.2 Studi Kelayakan Proyek 2.2.1
Pengertian Studi Kelayakan Proyek Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupaka proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
Pengertian keberhasilan ini mungkin bias
ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bias dalam arti yang lebih relatif.
Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor
seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bias berwujud penyerapan tenaga kerja pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan sebagainya.
Bias juga dikaitkan dengan misalnya, penghematan devisa
ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Pada umumnya, suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu : •
Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
21 •
Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi Negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara.
•
Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.
2.2.2
Pentingnya Investasi Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi.
Di
antaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa ataupun penambahan devisa, dan lain sebagainya. Kalau kegiatan investasi meningkat, maka kegiatan ekonomi pun ikut terpacu pula. Dipandang dari sudut perusahaan, maka proyek atau kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital expenditure) mempunyai arti yang sangat penting karena : •
Pengeluaran
modal
mempunyai
konsekuensi
jangka
panjang.
Pengeluaran modal akan membentuk kegiatan perusahaan di masa yang akan datang dan sifat-sifat perusahaan dalam jangka panjang. •
Pengeluaran modal umumnya menyangkut jumlah yang sangat besar.
•
Komitmen pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah.
22 2.2.3
Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan. Sebab itu bisa berwujud karena kesalahan perencanaan, kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, kesalahan dalam memperkirakan
teknologi
yang
tepat
dipakai,
kesalahan
dalam
memperkirakan kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada. Sebab lain bisa berasal dari pelaksanaan proyek yang tidak terkendalikan, akibatnya biaya pembangunan proyek menjadi besar, penyelesaian proyek menjadi tertunda-tunda dan sebagainya. Di samping itu bisa juga disebabkan karena faktor lingkungan yang berubah, baik lingkungan ekonomi, sosial, bahkan politik.
Bisa juga karena sebab-sebab yang benar-benar di luar dugaan,
seperti bencana alam pada lokasi proyek. Untuk itulah studi tentang kelayakan ekonomis suatu proyek menjadi sangat penting. Semakin besar skala investasi semakin penting studi ini. Bahkan untuk proyek-proyek yang besar, seringkali studi ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap keseluruhan. Apabila dari studi pendahuluan tersebut sudah menampakkan gejala-gejala yang tidak menguntungkan, maka studi keseluruhan mungkin tidak perlu lagi dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini
23 akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Dalam studi kelayakan, hal-hal yang perlu diketahui adalah : •
Ruang lingkup kegiatan proyek. Di sini perlu dijelaskan atau ditentukan bidang-bidang apa proyek akan beroperasi. Kalau misalnya proyeknya adalah pendirian usaha atau pabrik tekstil, maka apakah pabrik tekstil ini merupakan tekstil yang terpadu ataukah hanya tahapan tertentu saja.
•
Cara kegiatan proyek dilakukan. Di sini ditentukan apakah proyek akan ditangani sendiri ataukah akan diserahkan pada beberapa pihak lain.
•
Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek. Di sini perlu diidentifikasikan faktor-faktor kunci keberhasilan usaha semacam ini.
•
Sarana yang diperlukan oleh proyek. Menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti : material, tenaga kerja, dan sebagainya, tetapi termasuk juga fasilitas-fasilitas pendukung seperti : jalan raya, transportasi, dan sebagainya.
•
Hasil kegiatan proyek tersebut, serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.
24 •
Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek tersebut. Hal ini sering disebut juga sebagai manfaat dan pengorbanan ekonomi dan sosial.
•
Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek, beserta jadwal dari masing-masing kegiatan tersebut, sampai dengan proyek investasi siap berjalan.
2.2.4
Tujuan Keputusan Investasi Dalam teori, tujuan yang paling tepat dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan nilai pasar modal sendiri (saham). Alasan yang mendukung tujuan ini adalah sebagai berikut. Pemilik modal sendiri adalah perusahaan dan perusahaan seharusnya berusaha meningkatkan kemakmuran mereka. Nilai pasar (saham) merupakan ukuran yang tepat untuk menilai kemakmuran para pemegang saham. Dan karenanya perusahaan
seharusnya
meningkatkan
kemakmuran
ini
yang
berarti
meningkatkan nilai pasar saham.
2.2.5
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan
25 tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hokum, dan ekonomi Negara. Tergantuk pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial. Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting seperti : •
Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.
•
Sumber-sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan.
Seberapa
banyak dana yang berupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek dan berapa yang jangka panjang. •
Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk di sini estimasi tentang break even proyek tersebut.
•
Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti rate of return investment, net present value, internal rate of return, profitability index, dan payback period. Estimasi terhadap risiko proyek, risiko dalam artian total, atau kalau mungkin yang hanya sistematis. Di sini disamping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran kas diperlukan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek tersebut.
•
Proyeksi keuangan.
Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan
proyeksi sumber dan penggunaan dana.
26 Untuk menganalisa aspek keuangan bisa digunakan beberapa alat, seperti : •
Metode-metode penilaian investasi.
•
Metode penentuan kebutuhan dana, baik modal kerja maupun aktiva tetap.
•
Metode pemilihan sumber dana. Teoretis perlu memperhatikan biaya modal keseluruhan dari perusahaan.
Praktis mungkin digunakan
analisa rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri, atau pertimbangan aspek likuiditas. •
Analisa break even, linear maupun (seharusnya) non linear. Aspek ketidakpastian perlu dimasukkan.
•
Proyek aliran kas (anggaran kas) untuk memperkirakan kemampuan memenuhi kewajiban finansial.
•
Analisa sumber dan penggunaan dana.
•
Analisa risiko investasi. Dihubungkan dengan penilaian profitabilitas investasi.