BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Statistical Product and Service Solution atau biasa dikenal dengan SPSS merupakan program pengolah data statistik mulai dari model aplikasi statistik deskriptif (mean, median, modus, kuartil,persentil, range, distribusi, varians, standar deviasi, standar error, nilai kemiringan, dan lain-lain), statistik parametrik (uji t, korelasi, regresi, anova, dan lain-lain), serta statistik non-parametrik (uji crosstab, binomial, chi square, Kolmogorov Smirnov, dan lain-lain) (Prastito, 2004, p.1).
2.1.1 Uji hipotesis satu sisi (one-sided atau one-tailed test) Uji hipotesis satu sisi, digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu sampel berbeda nyata atau tidak dengan suatu nilai tertentu yang digunakan sebagai pembanding. Uji hipotesis dapat dilakukan secara dua sisi atau satu sisi. Uji dua sisi artinya uji dilakukan baik dari sisi kanan (sisi atas) maupun kiri (sisi bawah), sementara uji satu sisi melakukan uji sisi kanan (sisi atas) atau uji sisi kiri (sisi bawah) (Prastito, 2004, p.9). Hipotesis untuk uji hipotesis satu sisi kanan (sisi atas) : Ho : µ ≤ test value H1 : µ > test value Hipotesis untuk uji hipotesis satu sisi kiri (sisi bawah) : Ho : µ ≥ test value H1 : µ < test value 2.1.2 Uji korelasi Korelasi dapat diartikan sebagai hubungan. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara dua atau lebih variabel. Arah hubungan antara dua variabel dapat dibedakan menjadi : 1. Direct Correlation (positive correlation), perubahan pada satu variabel diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur dengan arah gerakan yang sama. 5
6
Gambar 2.1 Positive Correlation 2. Inverse Correlation (negative correlation), perubahan pada satu variabel diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur dengan arah gerakan yang berlawanan.
Gambar 2.2 Negative Correlation 3. Nihil Correlation, arah hubungan kedua variabel yang tidak teratur
Gambar 2.3 Nihil Correlation Koefisien korelasi sering dilambangkan dengan huruf (r). Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Apabila korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya korelasi yang mendekati 0 maka bernilai lemah. Apabila korelasi sama dengan 0, antara kedua variabel berarti tidak terdapat hubungan sama sekali. Pada korelasi +1 atau -1 terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel. Notasi positif (+) atau negatif (-) menunjukkan arah hubungan antara kedua variabel. Pada notasi positif (+), hubungan antara kedua variabel searah, jadi jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga naik. Pada notasi negatif (-), kedua
7 variabel berhubungan terbalik, artinya jika satu variabel naik maka variabel yang lainjustru turun (Prastito, 2004, p.83).
2.1.3 Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi berguna untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh satu atau beberapa variabel bebas (independen) terhadap variabel bergantung (dependent). Regresi linier sederhana antara variabel bebas (X) dan variabel bergantung (Y) mengikuti persamaan (Prastito, 2004, p.101) : Y=a+bX Dimana : Y = merupakan variabel bergantung (dependent variable) X = sebagai variabel bebas (independent variable) a = sebagai kostanta regresi b = kemiringan garis regresi
2.1.4 Analisis Validitas dan Analisis Reliabilitas Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian. Reliabel artinya konsisten atau stabil. Uji validitas dan reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Repetitive measurement (pengukuran secara berulang) 2. One Shot (sekali ukur) Terdapat tiga pilihan koefisien korelasi : 1. Pearson sering disebut juga dengan koefisien produk moment. Koefisien pearson digunakan dalam statistik parametrik. 2. Kendall’s tau b adalah korelasi yang digunakan dalam statistic non-parametrik. 3. Spearman adalah korelasi yang juga digunakan dalam statistik non-parametrik. yang digunakan adalah dengan metode korelasi pearson product moment, hasil dari SPSS adalah sebagai berikut : Untuk analisis validitas, interpretasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai korelasi dengan nilai R tabel. Jika nilai korelasi > nilai R tabel maka pengukuran dikatakan valid. Untuk
analisis
reliabilitas,
interpretasi
dilakukan
dengan
cara
membandingkan nilai cronbach’s alpha dengan batas minimal nilai cronbach’s alpha yang ditentukan. Jika nilai cronbach’s alpha > batas minimal nilai cronbach’s
8 alpha yang ditentukan maka dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran mempunyai reliabilitas yang baik (Prastito, 2004, p.241).
2.1.5 Analisis Uji Independensi (Chi Square) Chi Square merupakan salah satu analisis statistic yang banyak digunakan dalam pengujian hipotesis. Chi Square digunakan untuk uji independensi, uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya interdependensi antara variabel kuantitatif yang satu dengan yang lainnya berdasarkan observasi yang ada (Prastito, 2004, p.63).
2.2 Muda, Mura, Muri Istilah muda, mura, muri di jepang seringkali digunakan bersama dan dikaitkan dengan pemborosan (Imai, 1999, p.71).
2.2.1 Pemborosan (Muda) Di jepang, istilah muda diartikan secara sederhana sebagai pemborosan. Namun sesungguhnya, istilah ini punya pengertian yang lebih dalam. Pekerjaan adalah serangkaian proses -proses atau langkah-langkah, dimulai dari bahan baku dan berakhir pada produk jadi atau jasa layanan. Pada setiap proses tersebut, nilai tambah dimasukkan pada produk (pada sektor jasa layanan, pada dokumen, atau gugus informasi) untuk kemudian diteruskan ke proses berikutnya. Sumber daya yang terdapat di tiap proses (manusia dan mesin) dapat melakukan dua hal : memberi nilai tambah atau tidak memberi nilai tambah. Pemborosan merujuk pada semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah (Imai, 1999, p.71). Pengelompokan pemborosan di gemba dibagi menjadi tujuh jenis : 1. Pemborosan produksi berlebih 2. Pemborosan persediaan 3. Pemborosan pengerjaan ulang karena gagal 4. Pemborosan gerak kerja 5. Pemborosan pemrosesan 6. Pemborosan waktu tunggu/penundaan 7. Pemborosan transportasi
9 2.2.2 Ketimpangan (Mura) Mura
berarti
ketimpangan,
keragaman,
atau
ketidakteraturan
(variability,
irregularity). Apabila salah satu operator mngerjakan tugasnya lebih lama daripada lainnya, maka ketimpangan terjadi, maka semua operator harus menyesuaikan kecepatan kerjanya pada operator yang paling lambat bekerja (Imai, 1999, p.81).
2.2.3 Keterpaksaan (Muri) Muri berarti keterpaksaan, kesulitan, lewat ambang batas (strenuous work). Keterpaksaan merupakan kondisi kerja yang menciptakan ketegangan bagi karyawan maupun mesin dan juga proses kerja. Apabila kita mendengar suara deru mesin yang aneh, kita harus menyadari bahwa ketidakwajaran telah terjadi karena mesin dipaksakan mengerjakan sesuatu di luar batas kemampuannya. Upaya untuk mencari cara yang lebih baik harus dilakukan (Imai, 1999, p.81). 2.3 Efisiensi dan Efektifitas Efisiensi didefinisikan sebagai keluaran (output) dibagi masukan (input). Semakin besar harga rasio ini semakin tinggi efisiensinya. Dalam konteks memproses sebuah produk, efisiensi penggunaan bahan dihitung dengan membagi banyaknya bahan yang menjadi produk jadi dengan banyaknya bahan yang dimasukan ke dalam proses. Dalam teknik tata cara kerja, pengertian efisiensi diterapkan dalam bentuk perbandingan antara hasil (performance) yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Jadi semakin sedikit biaya yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, semakin efisien sistem kerjanya. Efisisensi yang tnggi merupakan prasyarat produktivitas yang tinggi (Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 2000, p.7). Sasaran utama dari efektifitas ini adalah mencari, mengembangkan dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, yang bertujuan agar waktu penyelesaian pekerjaan bisa lebih singkat atau cepat. Hal ini dimaksudkan untuk mempelajari prinsip–prinsip dan teknik–teknik pengaturan kerja yang optimal dalam suatu sistem kerja (Wignjosoebroto, 2008, p.91). Efisiensi adalah perbandingan antara standard time (waktu baku) dengan waktu aktual atau perbandingan antara waktu yang dihemat dengan waktu aktual yang diperoleh dari hasil modifikasi mesin yang dinyatakan dalam presentase (Wignjosoebroto, 2008, p.306).
10
Efisiensi =
2.4 Produktivitas Pengertian produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana faktor – faktor : 1. Tenaga kerja ( direct atau indirect labor). 2. Modal / kapital yang berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik, dan lain – lain. Dikelola dalam suatu cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang (finished goods product) atau jasa (service) secara efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 2008, p.2). Produktivitas didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) antara output per inputnya. Dengan diketahui nilai (indeks) produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efisien sumber–sumber input telah berhasil dihemat (Wignjosoebroto, 2008, p.3). Produktivitas
secara
umum
dapat
diformulasikan
sebagai
berikut
(Wignjosoebroto, 2008, p.6) :
Produktivitas =
Penambahan tingkat produktivitas harus tetap dengan pengendalian kualitas (quality control) dari produk yang dihasilkan. Perbaikan dalam produktivitas tidak harus melalui penambahan kecepatan bekerja. Kerja yang terlalu cepat justru akan banyak menimbulkan kesalahan atau cacat dari produk yang dihasilkan. Pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan analisa metode kerja yang baik, pelatihan untuk operator, penggunaan peralatan kerja / mesin yang lebih akurat, penetapan kecepatan kerja yang menghasilkan waktu kerja yang optimal, dan lain–lain (Wignjosoebroto, 2008, p.8). Produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh dua faktor utama yaitu (Wignjosoebroto, 2008, p.9) : 1. Faktor Teknis : yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih
ekonomis.
11 2. Faktor Manusia : yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha– usaha yang dilakukan manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Disini ada dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan kerja (ability) dari pekerja tersebut dan motivasi
kerja
yang
merupakan
pendorong
ke
arah
kemajuan
dan
peningkatan prestasi kerja seseorang.
2.5 Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode Pengukuran Langsung Suatu pekerjaan akan dikatakan selesai secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time) penyelesaian pekerjaan untuk memilih alternatif metoda kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip–prinsip dan teknik–teknik pengukuran kerja (work measurement atau time motion study). Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha–usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan (Wignjosoebroto, 2008, p.169).
Waktu baku ini sangat diperlukan terutama sekali untuk : Man Power Planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja). Estimasi biaya–biaya untuk upah karyawan / pekerja. Penjadwalan produksi dan penganggaran. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang berprestasi. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata–rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja akan dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa
12 lama suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dengan adanya waktu baku yang sudah ditetapkan ini akan dapat ditentukan upah ataupun insentif / bonus yang harus dibayar sesuai dengan performa yang ditunjukkan oleh pekerja (Wignjosoebroto, 2008, p.170).
2.5.1 Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study) Metoda ini baik sekali diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang–ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama (Wignjosoebroto, 2008, p.171). Secara garis besar langkah–langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti dapat diurai sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2008, p.171) : Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati supervisor yang ada. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik / spesifikasi mesin atau peralatan kerja yang digunakan. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen–elemen kerja tersebut. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat atau tidak. Test keseragaman data yang diperoleh. Tetapkan rate of performans dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performans dianggap normal (100%). Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performans yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
13 Tetapkan waktu longgar (allowance time) untuk memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi–kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain–lainnya. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar. Ada tiga metoda yang digunakan untuk mengukur elemen–elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch) (Wignjosoebroto, 2008, p.181) : Pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing). Pengamat menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus menerus sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Pengukuran waktu secara berulang–ulang
(repetitive timing). Jarum
penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing). Di sini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan bekerja secara bergantian. Dua atau tiga stop watch dalam hal ini akan didekatkan sekaligus pada papan pengamatan dan dihubungkan pada satu tuas. Apabila stop watch pertama dijalankan, maka stop watch nomor dua dan tiga berhenti dan jarum tetap pada posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka tuas ditekan yang akan menghentikan gerakan jarum dari stop watch pertama dan menggerakkan stop watch kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya, dalam hal ini stop watch nomor tiga tetap pada posisi nol dan demikian selanjutnya. 2.6 Studi Kelayakan Bisnis 2.6.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis ”Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal
14 untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru” (Umar, 2009, p.8). 2.6.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Manfaat studi kelayakan bisnis yang dilihat dari pihak–pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis (Umar, 2009, p.19) : Pihak investor. Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari. Sudah pasti calon investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena mempunyai kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan keselamatan atas modal yang akan ditanamkan. Pihak kreditor. Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank. Pihak bank sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat. Pihak manajemen perusahaan. Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi proyek leader, sudah pasti pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan tersebut. Pihak pemerintah dan masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan–kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Proyek–proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah diprioritaskan untuk dibantu dengan subsidi dan keringanan. Bagi tujuan pembangunan ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapatkan dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. 2.6.3 Aspek Finansial ”Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
15 membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus” (Umar, 2009, p.178). Didalam metode penilaian investasi, ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi (Umar, 2009, p.197), yaitu : Metode Net Present Value (NPV) Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan–penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Faktor diskon didapat dari rumus :
PV
=
Dimana F
= cash flow
i
= suku bunga
n
= jangka waktu investasi (tahun) Jika NPV > 0 maka usulan proyek diterima, NPV < 0 maka usulan proyek
ditolak, dan jika NPV = 0 maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima ataupun ditolak. Metode Profitability Index (PI) Pemakaian metode profitability index (PI) ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan–penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Jadi, profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Rumus :
PI =
16 Jika PI > 1 maka usulan proyek dikatakan menguntungkan, jika PI < 1 maka usulan proyek tidak menguntungkan. Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, dimana jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV > 0) maka menurut kriteria PI juga layak (PI > 1) karena keduanya menggunakan variabel yang sama. Metode Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. IRR didapat dengan membandingkan perhitungan IRR menggunakan rumus IRR pada Microsoft Excel =IRR(values;guess) dengan suku bunga yang ditentukan. Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Metode Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima.
Payback Period :
Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback period maka usulan investasi dapat diterima. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang dan juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback.