BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber-sumber lainnya (Palupi, 2012), diantaranya: 1. Menurut IFLA (International of Library Associations and Institutions) “Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang tersusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.” 2. Menurut Sutarno NS., “Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca.” (NS, 2003) 3. Dalam UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa: “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku.”
2.1.2 Tujuan Perpustakaan Pada Pasal 4 UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa “Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”.
2.1.3 Fungsi Perpustakaan Dalam pasal 3 UU No.43 tahun 2007 disebutkan bahwa Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Fungsi pendidikan diwujudkan dengan perpustakaan yang mampu meningkatkan kegemaran membaca penggunanya. Fungsi penelitian diterapkan dengan menyediakan pelayanan untuk pemakai dalam memperoleh informasi sebagai bahan rujukan untuk kepentingan penelitian. Fungsi pelestarian yaitu sebagai tempat melestarikan bahan pustaka (bahan pustaka merupakan sumber ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya). Fungsi 1
2 informasi diterapkan dengan menyediakan sumber-sumber pustaka yang lengkap dan bermutu. Fungsi rekreasi diterapkan dengan menyediakan buku hiburan dan tata ruang yang bersifat rekreatif. Selain fungsi-fungsi tersebut, ada pula fungsi sosial, yang diartikan sebagai wadah sosialisasi antar pengunjung dalam memperoleh informasi. Selain fungsi, ada pula salah satu tugas pokok dari perpustakaan yaitu sebagai the preservation of knowledge; artinya: mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan semua ilmu pengetahuan atau gagasan-gagasan manusia dari zaman ke zaman. (Trimo, 1997)
2.1.4 Ruang pada Perpustakaan
Tabel 6. Ruang dan Peralatan pada Perpustakaan
Sumber: Standar Nasional Perpustakaan (2011)
Berdasarkan data tersebut, ruang-ruang yang minimal dibutuhkan pada perpustakaan antara lain: ruang sirkulasi, ruang koleksi, ruang baca dan ruang kerja staf, termasuk peralatan yang dibutuhkan di setiap ruangan tersebut. (Tabel 4)
2.1.5 Perlengkapan Ruang Perpustakaan Menurut Darmono (2001), beberapa perlengkapan pokok yang dibutuhkan sebuah perpustakaan antara lain: 1. Rak atau lemari buku, berfungsi untuk menempatkan koleksi buku.
3 2. Rak surat kabar, berfungsi untuk meletakkan surat kabar agar tidak mudah rusak atau sobek. 3. Rak majalah, berfungsi untuk meletakkan majalah. 4. Meja dan kursi baca, perlengkapan ini sangat dibutuhkan oleh perpustakaan untuk melayani pengguna perpustakaan yang ingin membaca koleksi buku di ruang perpustakaan. 5. Meja dan kursi kerja, berguna bagi staf perpustakaan untuk melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugasnya. 6. Meja sirkulasi, berfungsi untuk melayani pengguna yang akan meminjam atau mengembalikan koleksi buku perpustakaan. 7. Lemari catalog, berfungsi untuk menyimpan kartu catalog. 8. Kereta buku, berfungsi untuk mengangkut buku yang dikembalikan oleh pengguna perpustakaan (dari sirkulasi ke rak buku) atau mengangkut buku yang telah diproses dibagian pembinaan koleksi ke rak buku. 9. Papan display, berfungsi untuk memamerkan koleksi buku baru yang akan dilayankan oleh perpustakaan.
2.1.6 Sistem Pelayanan pada Perpustakaan Ada dua macam sistem pelayanan yang biasa dilakukan oleh perpustakaan, yaitu sistem pelayanan terbuka dan sistem pelayanan tertutup. Masing-masing sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan (Saleh, 2001): A. Sistem Pelayanan Terbuka (Open Access) Dalam sistem pelayanan terbuka, perpustakaan memberi kebebasan kepada pengguna untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak. Petugas hanya mencatat apabila koleksi tersebut akan dipinjam serta dikembalikan. Kelebihannya: • Pengguna bebas memilih bukunya sendiri • Kebebasan ini menimbulkan rangsangan untuk membaca • Kalau buku yang dikehendaki tidak ada, dapat memilih buku lain dengan subyek atau topik yang sama. Kekurangannya: • Susunan buku dalam rak menjadi sulit teratur
4 • Kemungkinan banyak buku yang hilang B. Sistem Pelayanan Tertutup (Close Access) Kebalikan dari sistem terbuka, pengunjung tidak boleh masuk ke ruangan koleksi, tetapi koleksi yang dicari harus diambilkan oleh petugas. Penelusuran atau pencarian koleksi harus melalui katalog. Petugas perpustakaan, selain mencatat peminjaman dan pengembalian, juga mengambilkan dan mengembalikan koleksi ke rak. Kelebihannya: • Susunan dan letak buku terpelihara • Tidak perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna. Kekurangannya: • Kebebasan melihat buku tidak ada, harus dicari melalui katalog • Melihat dari katalog tidak selalu efektif, karena dalam katalog ada, tetapi buku yang dicari sering tidak ada, dan harus memilih lagi sampai berulang-ulang • Petugas harus mengambilkan dan mengembalikan buku • Katalog harus lengkap C. Sistem Pelayanan Sirkulasi Pelayanan sirkulasi adalah pelayanan yang menyangkut peredaran bahan-bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan. Pada pelayanan sirkulasi ini dilakukan proses peminjaman bahan pustaka yang boleh dipinjam, penentuan jangka waktu peminjaman, pengembalian bahan pustaka yang dipinjam dan pembuatan statistik peminjaman untuk membuat laporan perpustakaan. Jenis koleksi yang dipinjamkan biasanya terbatas kepada bahan tercetak saja. Tetapi ada juga perpustakaan yang meminjamkan bahan-bahan non-buku seperti kaset audio, kaset video, Compact Disc dan lain-lain. Bahan tercetakpun tidak semua dipinjamkan. Jenis bahan pustaka yang lazim dipinjamkan adalah buku teks. Peminjamannya biasanya terbatas kepada anggota perpustakaan, dalam hal ini guru dan siswa serta tenaga administrasi lainnya. Masyarakat luar yang bukan anggota biasanya tidak boleh meminjam. Mereka hanya diperbolehkan membaca di tempat. Jangka waktu peminjaman bervariasi antara perpustakaan yang satu dengan perpustakaan yang lain. Begitu juga antara kelompok buku yang satu dengan kelompok buku yang lain. Umumnya perpustakaan meminjamkan koleksi bukunya
5 selama dua minggu untuk jenis koleksi buku biasa dan satu hari (malam) untuk bukubuku tandon (reserved collections). (Saleh, 2001) Untuk melancarkan pekerjaan bagian sirkulasi, perlu dibuatkan buku petunjuk yang memuat keterangan-keterangan mengenai: • Peraturan penggunaan bahan pustaka • Macam-macam bahan pustaka yang boleh dan tidak boleh dipinjam • Jangka waktu peminjaman, besar denda apabila terlambat mengembalikan, menghilangkan atau merusakkan buku yang dipinjam • Keterangan jam buka perpustakaan • Keterangan mengenai tanda-tanda pada koleksi • Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu 2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Perpustakaan Umum (Public Library) Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat umum. Perpustakaan umum diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat istiadat, umur, jenis dan sebagainya. (Palupi, 2012)
2.2.2 Fungsi Perpustakaan Umum Fungsi Perpustakaan Umum diantaranya adalah: a.
Pusat Informasi: menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b.
Preservasi kebudayaan: menyimpan dan menyediakan tulisan-tulisan tentang kebudayaan masa lalu, kini dan pengembangan untuk masa yang akan datang.
c.
Pendidikan: mengembangkan dan menunjang pendidikan non formulir diluar sekolah dan universitas sebagai pusat kebutuhan penelitian.
d.
Rekreasi: bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengisi waktu luang.
2.2.3
Perpustakaan Anak Menurut Sulistyo Basuki, perpustakaan anak adalah perpustakaan yang
ditujukan untuk anak. Koleksi dan pelayanan khusus yang ditujukan untuk anak dan
6 umumnya para anggota perpustakaan anak tersebut berusia 4-15 tahun. (Basuki, 1994) 2.2.4
Peran dan Fungsi Perpustakaan Anak Peran perpustakaan anak, yaitu:
a)
Memperkenalkan bacaan pada anak sejak dini sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan anak
b) Membantu anak mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan c)
Menunjang perkembangan anak
d) Meningkatkan minat baca pada anak Fungsi perpustakaan anak, yaitu: a)
Pusat membaca buku-buku untuk anak
b) Sarana pendidikan secara non-formal kepada anak c)
Memenuhi kebutuhan anak akan informasi
d) Tempat untuk berinteraksi dengan sesama anak
2.2.5 Layanan Perpustakaan Anak Menurut Joan M. Reitz pada bukunya yang berjudul “Dictionary for Library and Information Science”, layanan anak adalah pelayanan perpustakaan yang ditujukan untuk anak sampai berumur 12-13 tahun, yang di dalamnya sudah termasuk pengembangan koleksi untuk remaja, lapsit services, mendongeng, membantu pengajaran dalam mengerjakan tugas, program summer reading, dan biasanya disediakan oleh pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan umum. (Reitz, 2004)
2.2.6 Unsur-unsur Layanan Perpustakaan Anak Perpustakaan anak memiliki empat unsur layanan (Hasiana, 2009), yaitu: 1.
Koleksi Yang dimaksud dengan bahan pustaka untuk anak ialah beragam materi yang
tersedia untuk anak, baik materi berbentuk buku maupun non-buku (kaset, CD, VCD, DVD, film, games komputer dan lain-lain). Menurut Kamus Perpustakaan dan Informasi karya Sutarno NS., buku anak adalah buku yang ditulis dan diilustrasikan secara spesifik untuk anak sampai dengan umur 12-13 tahun. Beberapa macam buku untuk anak antara lain bacaan fiksi dan non-fiksi, board book, sajak anak, buku
7 alphabet, buku berhitung, buku bergambar, easy books, bacaan untuk pemula, buku cerita bergambar dan buku cerita. Berdasarkan isi kandungannya, materi untuk anak dibedakan menjadi dua, yaitu fiksi dan non-fiksi: A. Fiksi untuk anak adalah semua bentuk prosa naratif yang mengandung unsur rekaan yang ditujukan (dalam beberapa materi bahkan diciptakan oleh anak) untuk anak dengan mengikuti kriteria-kriteria tertentu. Namun dapat juga karya tersebut, yang mungkin pada awalnya ditujukan untuk orang dewasa, tetapi karena dapat memenuhi kriteria-kriteria karya fiksi untuk anak maka karya tersebut juga dapat dibaca oleh anak. B. Materi non-fiksi adalah segala materi yang tidak berupa rekaan, yang mengandung pengetahuan mengenai suatu aspek kehidupan nyata/ilmiah/religi dam disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa dan penulisan serta penjelasan yang dapat dipahami anak tanpa mengurangi nilai-nilai kandungan ilmiah/kenyataan/religi materi tersebut.
Menurut Murti Bunanta pada bukunya yang berjudul “Buku, Mendongeng dan Minat Membaca”, jenis cerita yang menarik anak untuk setiap tingkatan umur tentu berlainan, tetapi bisa saja anak yang lebih kecil sudah dapat memahami dan menyukai cerita yang pada umumnya untuk anak yang lebih besar, tergantung dari pemahaman masing-masing anak dan pengalaman dari anak yang didapatkan sebelumnya. (Bunanta, 2004) A. Anak umur 0-2 tahun, buku untuk anak usia ini terbuat dari bahan yang tidak mudah robek, aman, jumlah halaman tidak lebih dari 10 halaman, buku dengan ilustrasi berwarna berani dan berbentuk jelas, serta cerita atau rangkaian kata yang memancing interaksi. Untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran, serta memperkenalkan buku sebagai media interaksi antara orangtua dan anak. B. Anak umur 2-3 tahun, buku dengan ilustrasi cerdas dan jenaka serta rangkaian kata yang dapat diucapkan bersama untuk mulai mengajak mereka berpikir kreatif. Jenis cerita yang disukai adalah cerita yang memperkenalkan tentang benda dan binatang di sekitar rumah, misalnya seperti sepatu, kucing dan sebagainya. Sebaiknya lembaran buku terbuat dari bahan yang tidak mudah lecek atau rusak.
8 C. Anak umur 3-5 tahun, pilih buku yang mengandung pilihan kata yang cerdas dan kreatif
serta
ilustrasi
yang
menggugah
imajinasi.
Buku-buku
yang
memperkenalkan huruf-huruf akan menarik perhatian, misalnya seperti hurufhuruf yang bisa membentuk nama orang, nama binatang dan nama buah yang ada dalam cerita. Menyediakan buku dengan tema permainan (misalnya puzzle), dan menyediakan literatur yang menekankan pada bacaan yang sifatnya menghibur dan membuat pesan moral. D. Anak umur 5-7 tahun, pilih buku dengan tema yang unik serta tokoh yang menarik. Pada usia ini, mereka mulai mengembangkan daya fantasinya, sudah dapat menerima adanya benda atau binatang yang dapat berbicara. Menyediakan bacaan-bacaan cerita ringan, yang memuat cerita konflik dan solusinya, misalnya seperti kisah anak yang mampu mengatasi kesulitan hidupnya dalam keluarga. E. Anak umur 8-10 tahun, biasanya anak-anak amat menyukai cerita-cerita rakyat yang lebih panjang dan rumit, cerita petualangan ke negeri dongeng yang jauh dan aneh, juga cerita humor. Selain itu, menyediakan bacaan yang melukiskan anak mampu mengatasi ketegangan seperti cerita anak korban bencana alam dan juga dengan tema kemandirian. F. Anak usia 10-13 tahun, pada usia ini anak-anak sudah mandiri membaca buku, mulai menyadari emosi dan gagasannya sendiri, haus mengenal wawasan baru dan perlu memperkaya kosa kata dan gaya berbahasanya. Di usia ini dapat memperkenalkannya pada buku tanpa gambar atau bergambar sedikit, agar anak tersebut dapat menggunakan imajinasinya untuk melihat dunia yang diceritakan oleh buku tersebut. 2.
Fasilitas Fasilitas yang mendukung dalam pemberian pelayanan perpustakaan anak antara
lain adalah meja baca dan belajar, rak-rak buku berisi koleksi buku-buku anak, papan tulis, komputeryang sudah dilengkapi dengangames yang mendidik untuk anak, ruang bermain dengan berbagai macam mainan yang mendidik dan perlengkapan belajar. 3.
Jasa pada Perpustakaan Anak Jasa perpustakaan anak (Febrinna, 2012), antara lain:
A. Peminjaman
9 Jasa peminjaman hampir ada di setiap perpustakaan. Salah satu tujuan datang ke suatu perpustakaan adalah untuk membaca buku dan apabila perlu, buku tersebut dapat dipinjam untuk dibaca di rumah atau di tempat lain. Peminjaman dapat dilakukan apabila peminjam telah menjadi anggota perpustakaan tersebut. B. Bimbingan Membaca Menurut buku “Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum”, bimbingan membaca bermanfaat bagi anak-anak yang memerlukan bacaan tertentu, tetapi belum atau tidak tahu cara mendapatkannya. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam kegiatan bimbingan membaca adalah: a) Pustakawan harus meluangkan waktu untuk memberi perhatian pada anakanak. b) Anak-anak dilatih untuk berani meminta bantuan mencarikan bahan bacaan atau informasi yang dibutuhkan kepada petugas perpustakaan. c) Pustakawan harus memperlihatkan kepada anak-anak buku yang cocok dan bermanfaat bagi mereka. d) Pustakawan yang bertugas memberikan layanan ini dituntut untuk mengetahui minat anak, buku yang disukai maupun yang tidak disukai, kemampuan membaca pada usia tertentu, dan buku yang baik dan cocok untuk anak-anak. C. Menjawab pertanyaan (referens) Penyediaan jasa referens merupakan salah satu layanan penting yang ada dalam suatu perpustakaan. Layanan referens menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh penguna perpustakaan. D. Pinjam antar perpustakaan Pinjam antar perpustakaan adalah transaksi peminjaman materi perpustakaan yang melibatkan dua perpustakaan. Pola pinjam antar perpustakaan perlu dimanfaatkan mengingat harga buku yang semakin mahal, anggaran belanja perpustakaan yang amat terbatas, geografi Indonesia yang luas serta menghindari duplikasi yang tidak perlu. E. Layanan Belajar Salah satu fungsi perpustakaan adalah belajar. Pengguna dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dalam suatu perpustakaan untuk mendukung belajar atau tugas mereka. Proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa (Syah, 2007), meliputi:
10 a) Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan angka ragam ketrampilan fisik anak (motor skills). b) Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak. c) Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. F. Bercerita Pustakawan atau staf perpustakaan dapat bercerita atau mendongeng sebagai hiburan untuk anak. Kegiatan mendongeng adalah suatu kegiatan yang memberi pengenalan utama kepada buku dan terutama ditujukan bagi anak-anak kecil yang baru saja belajar membaca dan juga untuk mendorong mereka untuk lebih banyak belajar membaca buku dengan cerita-cerita yang lebih beragam. G. Mainan Mainan sangat membantu anak dalam proses belajar dengan cara yang menyenangkan. Jenis mainan yang dapat disediakan di bagian layanan anak, misalnya seperti catur, lego, puzzle dan lain-lain. 4.
Pustakawan Pustakawan anak adalah seorang pustakawan yang mengkhususkan diri dalam
layanan dan koleksi untuk anak sampai dengan usia 12-13 tahun. Kebanyakan adalah pustakawan yang memiliki pengetahuan luas tentang literature anak dan dilatih dalam seni bercerita. (Reitz, 2004) Pustakawan anak yang baik sebaiknya sudah memahami dengan baik buku-buku mengenai anak dan bagaimana membimbing anak dengan baik saat melakukan kegiatan membaca atau bermain saat di perpustakaan. Berhubungan dengan bacaan anak dan remaja, Murti Bunanta (2004) mengatakan bahwa seorang pengelola perpustakaan adalah orang yang juga gemar membaca dan mempunyai antusiasme pada bacaan anak dan remaja, sehingga dapat membimbing dan menjadi tempat bertanya bagi para anggotanya. Murti Bunanta juga mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang bacaan anak tentu merupakan hal yang mendasar, sebab pengetahuan tentang buku mana yang cocok dan sesuai dengan minat anak dan remaja, tentu amat membantu menolong anak mendapatkan buku yang diinginkan.
11 2.2.7 Ruang pada Perpustakaan Anak Berdasarkan Standar IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions), menyarankan empat kebutuhan utama untuk akomodasi perpustakaan anak, yaitu: a)
Penyediaan fasilitas dan ruang peminjaman, termasuk tempat untuk menyimpan buku, bahan non-buku dan fasilitas untuk display.
b) Penyediaan bahan referensi dan ruang belajar. c)
Ruang Audio-Visual.
d) Akomodasi untuk perpustakaan yang disponsori kegiatan seperti layanan bercerita, pertunjukkan film, diskusi dan display.
2.3
Ruang Bermain Edukatif
2.3.1 Bermain Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain selayaknya dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal. Bermain dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar berbagai hal yang tidak diperoleh anak di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain, anak belajar untuk bermasyarakat, berinteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam membentuk hubungan sosial, belajar berkomunikasi dan cara menghadapi serta memecahkan masalah yang muncul dalam hubungan tersebut. Bermain
merupakan
hal
yang
esensial
bagi
kesehatan
anak-anak,
meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama
12 lain. Selama interaksi ini anak-anak mempraktikkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam kehidupan masa depannya. (Mutiah, 2010) 2.3.2 Karakterisik Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosio emosional, bahasa, dan komunikasi. Klasifikasi anak berdasarkan karakteristik tumbuh kembang anak sesuai kelompok usianya dapat dibagi menjadi: 1. Bayi (Infants) yaitu kelompok usia 0-1 tahun; 2. Batita (Toddlers) yaitu kelompok usia 2-3 tahun; 3. Balita (Early Childhood) yaitu kelompok usia 3-5 tahun; 4. Anak (Childhood) yaitu kelompok usia 6-11 tahun; 5. Remaja Muda (Young Teens) yaitu kelompok usia 12-15 tahun; 6. Remaja (Teenagers) yaitu kelompok usia 16-18 tahun. Usia 0 hingga masa 6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian anak dan sangat penting dalam perkembangan inteligensi. Adapun beberapa masa yang dilalui anak usia dini sebagai berikut: 1. Masa Peka; masa yang sensitif dalam penerimaan stimulasi dari lingkungan. 2. Masa Egosentris; sikap mau menang sendiri, selalu ingin dituruti sehingga perlu perhatian dan kesabaran dari orang dewasa/pendidik. 3. Masa Berkelompok; anak-anak lebih senang bermain bersama teman sebayanya mencari teman yang dapat menerima satu sama lain sehingga orang dewasa seharusnya memberi kesempatan pada anak untuk bermain bersama-sama. 4. Masa Meniru; anak merupakan peniru ulung yang dilakukan terhadap lingkungan sekitarnya. Proses peniruan terhadap orang-orang di sekelilingnya yang dekat (seperti memakai lipstick, memakai sepatu hak tinggi, mencoba-coba) dari berbagai perilaku ibu, ayah, kakak maupun tokoh-tokoh kartun di TV, majalah, komik dan media masa lainnya. 5. Masa
Eksplorasi
(penjelajahan),
masa
menjelajahi
pada
anak
dengan
memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, mencoba-coba dengan cara
13 memegang, memakan/meminumnya, dan melakukan trial and error terhadap benda-benda yang ditemukannya. Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, unik dan tidak ada satu anakpun yang sama persis meskipun berasal dari anak yang kembar. Anak berbeda baik dalam inteligensinya, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kondisi jasmani, dan sosialnya. (Mutiah, 2010)
2.3.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-Sudut Kegiatan Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran area, karena memperhatikan minat anak. (Mutiah, 2010) Sudut-sudut kegiatan yang dimaksud adalah: a. Sudut Ketuhanan Alat-alat yang ditempatkan adalah maket tempat ibadah, peralatan ibadah, gambar-gambar, dan alat lainnya yang sesuai dengan keagamaan. b. Sudut Keluarga Alat-alat pada sudut keluarga terdiri dari kursti tamu, meja makan, perlatan dapur, peralatan ruang kamar tidur, boneka berbagai jenis, dan peralatan lain di ruang tamu. c. Sudut Alat Sekitar dan Pengetahuan Alat-alat pada sudut alam sekitar dan pengetahuan terdiri dari akuarium, meja/rak untuk benda-benda objek pengetahuan, kulit kerang, biji-bijian, batu-batuan, kaca pembesar, timbangan, magnet, dan alat-alat untuk menyelidiki alam sekitar. d. Sudut Pembangunan Alat-alat yang ditempatkan pada sudut ini adalah alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok, keping geometri, alat pertukangan, dan miniatur/model berbagai jenis kendaraan. e. Sudut Kebudayaan Alat-alat
yang
ditempatkan
pada
sudut
kebudayaan
adalah
peralatan
musik/perkusi, rak-rak buku, buku perpustakaan, alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep bilangan, simbol-simbol, alat untuk kreativitas, dan lain-lainnya.
Alat bermain untuk area pembelajaran tersebut adalah:
14 a. Area Agama: maket tempat ibadah dan alat peraga tata cara ibadah agama-agama di Indonesia, misalnya sebagai berikut: • Islam: maket masjid, gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudhu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro’, kartu huruf hijaiah, tasbih, juz’amma, Al-Qur’an, dan sebagainya. • Hindu: maket pura, gambar orang menuju ke pura. • Kristen/Katolik: maket gereja, Alkitab, Rosario • Budhha: maket pura, maket candi Buddha. b. Area Balok: balok dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna, lego, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan mainan (kendaraan laut, udara, darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, tusuk gigi, bola dengan berbagai ukuran dan warna, kardus bekas, dan sebagainya. c. Area Berhitung/Matematika: lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang-pendek, ukuran tebal-tipis, tutup botol, pensil, manikmanik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya. d. Area IPA: macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakkan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu kali, pasir, bunga karang, magnet, mikroskop, kaca pembesar (lup), pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan bebek (sebenarnya), gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna, pita meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus (batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas, kain, kulit kayu, kulit binatang, dan lain-lain(, benda-benda untuk pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dan lain-lain), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun asam, jage, kunyit, jinten, dan lain-lain). Pengenalan bau aroma.
15 e. Area Bahasa: buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, kartu nama-nam hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya. f. Area Membaca dan Menulis: buku tulis, pensi warna, pensil, kartu huruf, kartu kategori, kartu gambar, kertas plano, spidol, bellpoint dan sebagainya. g. Area Drama: tempat tidur anak (boneka), lemari kecil, meja kursi kecil (meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, setrika dan meja setrika, baju-baju besar, handuk, bekas make-up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan, dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan/cobek, mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal, rak sepatu, cermin, mikser, blender, sikat gigi, odol, telepon-teleponan, tiruan baju tentara dan polisi, tiruan jas dokter, dan sebagainya. h. Area Seni dan Motorik: meja gambar, meja kursi anak, krayon, pensil berwarna, pensil, kapur tulis, kapur warna, arang buku gambar, kertas lipat, kertas koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya.
2.3.4 Tahapan dan Perkembangan Permainan Mildred Parten (1982) mengembangkan suatu klasifikasi permainan anak, yang didasarkan atas observasi pada anak-anak dalam permainan bebas di sekolah asuhan, yang kategorinya adalah (Mutiah, 2010): 1. Unoccupied play, yaitu anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain pada tahap ini hanya mengamati ke sekitar ruangan dan berjalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain. 2. Solitary play, yaitu terjadi ketika anak bermain sendirian dan mandiri dari orang lain. Anak asyik sendiri dan tidak peduli terhadap apa pun yang sedang terjadi. Anak usia 2-3 tahun sering terlibat dalam solitary play. 3. Onlooker play, yaitu terjadi ketika anak menonton orang lain bermain. Berbicara dan menanyakan tetapi tidak ikut dalam permainan. 4. Parallel play, yaitu anak bermain terpisah dari anak-anak lain, dengan mainan yang sama dengan cara meniru cara mereka bermain. 5. Assosiative play, terjadi ketika permainan melibatkan interaksi sosial dengan sedikit organisasi. Mereka cenderung tertarik dan terjadi tukar-menukar mainan.
16 Meminjam atau meminjamkan mainan dan mengikuti atau mengajak anak-anak antri adalah contoh-contoh assosiative play. 6. Cooperative play, meliputi interaksi sosial dalam suatu kelompok yang memiliki suatu rasa identitas kelompok dan kegiatan yang terorganisasi.
2.3.5 Jenis-Jenis Permainan Jenis-jenis permainan dapat dibagi berdasarkan: 1. Permainan sensorimotor, yaitu perilaku
yang diperlihatkan bayi untuk
memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan (skema) sensorimotor mereka. 2. Permainan praktis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika keterampilanketerampilan baru sedang dipelajari. Permainan ini utamanya muncul pada bayi, sedangkan permainan praktis terjadi sepanjang hayat. 3. Permainan pura-pura (simbolis), yaitu terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke dalam suatu simbol. 4. Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya. 5. Permainan fungsional, yaitu permainan pertama yang dilakukan pada awal masa anak-anak, dimana anak mengulang-ulang kegiatan sederhana dan menemukan kesenangan dalam bermain dengan lingkungannya. Permainan ini berguna untuk meningkatkan motorik anak. 6. Permainan konstruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah ciptaan sendiri. 7. Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan yang melibatkan aturan dan sering kali bersifat kompetisi.
2.3.6 Perkembangan Anak Adapun aspek-aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan dalam kegiatan bermain, antara lain adalah: 1. Bermain untuk Pengembangan Kognitif Anak a. Bermain membantu untuk membangun konsep dan pengetahuan. Anak-anak tidak membangun konsep atas pengetahuan dalam kondisi yang terisolasi, melainkan melalui interaksi dengan orang lain.
17 b. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. c. Bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif. 2. Bermain untuk Pengembangan Sosial – Emosional a. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah. Anak-anak yang bermain mesti berpikir tentang bagaimana mengorganisasi materi sesuai dengan tujuan mereka bermain. b. Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak. c. Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut. d. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial. Bermain membantu perkembangan emosi yang sehat dengan cara menawarkan kesembuhan dari rasa sakit dan kesedihan. e. Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri. Bermain memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menjadi diri mereka sendiri, mengenal diri mereka sendiri, untuk membentuk disain kehidupan yang lebih baik. 3. Bermain untuk Pengembangan Motorik a. Bermain membantu anak mengontrol gerak motorik kasar anak. Melalui bermain, dapat mengontrol gerak motorik kasar. Pada saat bermain, mereka dapat mempratikkan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat, melompat, anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar dan beralih respons untuk irama. b. Bermain membantu anak menguasai keterampilan motorik halus. Melalui bermain, anak dapat mempraktikkan keterampilan motorik halus mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, mengecat. 4. Bermain untuk Pengembangan Bahasa/Komunikasi a. Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul. b. Bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua.
18 2.3.7 Edukatif Edukatif berasal dari kata bahasa Inggris, “to educate” yang berarti mendidik (kata kerja) menjadi educative (kata sifat) atau education (kata benda), sehingga edukatif (educative) bisa diartikan segala sesuatu yang bersifat mendidik atau berhubungan dengan pendidikan.
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ruang Bermain Edukatif adalah ruang atau fasilitas yang disediakan untuk anak-anak di perpustakaan anak sebagai lembaga penunjang pendidikan anak dimana mereka tidak hanya membaca buku, tapi dapat juga bermain sambil belajar dengan melakukan permainan yang mendidik atau edukatif. Permainan edukatif merupakan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan, bersifat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan anak, mengembangkan kepribadian anak, mendekatkan hubungan antara orangtua dengan anak, kemudian menyalurkan kegiatan anak didik dan sebagainya. Ruang Bermain Edukatif dibagi berdasarkan tipe perkembangan anak dan aktivitas anak yang dilakukan dari tiap tipe perkembangan anak tersebut, yang kemudian dibuat menjadi area atau zona-zona bermain anak, yaitu: 1. Area atau Zona Perkembangan Kognitif Anak 2. Area atau Zona Perkembangan Sosial Anak 3. Area atau Zona Perkembangan Moral Anak 4. Area atau Zona Perkembangan Bahasa Anak 5. Area atau Zona Perkembangan Motorik Anak Dengan zona kognitif dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak, zona sosial mengembangkan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan anak yang lain atau pendamping, zona moral mengembangkan moral anak, zona bahasa mengembangkan kemampuan anak dalam membaca dan menulis serta berbicara, dan zona motorik dalam mengembangkan gerak badan, daya imajinasi dan kreativitas anak.
19 2.4
Studi Banding Perpustakaan Umum
2.4.1 Geylang East Public Library
Gambar 3. Geylang East Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)
Geylang East Public Library pertama kali dibuka pada 26 Juli 1988 oleh Wong Kan Seng, Menteri Pengembangan Masyakarakat dan Menteri Luar Negeri Kedua. Perpustakaan tersebut ditutup untuk perbaikan pada 18 Maret 2002 dan kembali dibuka pada 29 April 2002.
Gambar 4. Lokasi Geylang East Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)
Perpustakaan dengan luas 3.817 m2 dan memiliki koleksi buku sekitar 243.438 buah ini melayani penduduk di bagian Timur dari Aljunied, Balam, Geylang East, Geylang West, Geylang Serai, Jalan Besar, Kampong Ubi, Kallang, MacPherson dan Paya Lebar. Geylang East Public Library berada di jalan 50 Geylang East Ave 1, Singapore. Buka setiap hari mulai dari jam 10.00-21.00. Perpustakaan tersebut menyediakan Fasilitas dan Sarana sebagai berikut: A. Fasilitas •
Kapasitas duduk: 198
•
Area Multimedia
20 •
Area Membaca Koran
•
Book Drop 24 jam
•
Ruang Aktifitas
•
Ruang Serbaguna
•
2 Ruang Rapat
•
Ruang Membaca Private
•
Pendingin Ruangan
B. Sarana •
Program Storytelling untuk anak dan kunjungan liburan sekolah
•
Program Pendidikan dan Informasi untuk pengunjung
•
Pertunjukkan
•
Seminar
•
Pameran
Geylang East Public Library memiliki tiga lantai; lantai satu didesain untuk anak-anak dan orangtuanya dan lantai dua untuk anak remaja dan dewasa, sedangkan lantai tiga untuk kantor karyawan, ruang serbaguna dan ruang rapat.
Gambar 5. Denah Lantai 1 dan Lantai 2 Geylang East Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)
Perpustakaan tersebut menggunakan konsep alam yang ditunjukkan melalui penyediaan area baca dengan karpet hijau lembut yang luas untuk memberikan kesan rumput hijau. Berbagai tanaman juga diletakkan di sekitar area baca tersebut. Pada lantai 1, yang merupakan area untuk anak-anak dari umur 1-12 tahun, terdapat area baca dan area buku, serta ruang untuk aktifitas anak-anak seperti bermain sambil belajar, storytelling dan sebagainya.
21
Gambar 6. Area Baca dan Area Buku Geylang East Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)
2.4.2 Woodlands Regional Library
Gambar 7. Woodlands Regional Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/ WoodlandsRegionalLibrary (2015)
Woodlands Regional Library pertama kali dibuka pada 28 April 2001 oleh Dr. Tony Tan, Wakil Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dari Sembawang, GRC. Perpustakaan tersebut memiliki empat lantai dengan basement yang total luas keseluruhannya sekitar 11.100 m2 di Woodlands Civic Centre, sebagai tempat penyedia informasi dan referensi di bagian Utara Singapore.
22
Gambar 8. Lokasi Woodlands Regional Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)
Perpustakaan yang terletak di jalan 900 South Woodlands Drive #01-03, Singapore ini memiliki koleksi buku sekitar 468.300 buah. Perpustakaan tersebut menjadi tempat penyimpanan koleksi buku-buku Asian Children’s Literature (ACL), yang pertama kali dibuka pada 20 April 2012. Hal ini ditujukan untuk menaikkan kepedulian dan mempromosikan dengan lebih dalam mengenai Asian Children’s Literature terhadap anak dan orangtuanya. Perpustakaan tersebut menyediakan Fasilitas dan Sarana sebagai berikut: A. Fasilitas •
Kapasitas duduk: 800
•
Area Multimedia
•
Area Membaca Koran
•
Book Drop 24 jam
•
Ruang Aktifitas
•
Ruang Serbaguna
•
3 Ruang Rapat
•
Auditorium
•
Ruang Membaca Private
•
Cafe
•
Panggung
•
Pendingin Ruangan
B. Sarana •
Program Storytelling untuk anak dan kunjungan liburan sekolah
•
Program Pendidikan dan Informasi untuk pengunjung
23 •
Pertunjukkan
•
Seminar
•
Pameran
Woodlands Regional Library tersebut memiliki empat lantai; lantai satu merupakan area untuk orang dewasa dengan area majalah, area koran dan area audiovisual. Ruang rapat, ruang karyawan dan café juga terletak di lantai ini. Lantai dua merupakan area referensi untuk remaja sampai dewasa, dan area buku-buku fiksi dan non-fiksi untuk remaja.
Gambar 9. Denah Lantai 1 dan Lantai 2 Woodlands Regional Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)
Sedangkan pada lantai tiga, merupakan area untuk orang dewasa dengan area buku-buku fiksi dan non-fiksi. Lantai empat merupakan area untuk anak dan orangtuanya dengan berbagai macam koleksi buku untuk anak berupa buku-buku fiksi dan non-fiksi, terdapat juga ruang rapat dan ruang karyawan.
Gambar 10. Denah Lantai 3 dan Lantai 4 Woodlands Regional Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)
Perpustakaan tersebut didesain untuk menciptakan suasana alam dan lingkungan yang ditunjukkan melalui air terjun buatan saat memasuki perpustakaan.
24 Pajangan-pajangan keramik dan lukisan-lukisan dari seniman lokal juga menghiasi interior perpsutakaan tersebut untuk menaikkan kepedulian terhadap budaya lokal. Area anak di lantai empat khusus didesain sebagai Taman Baca dengan pohon buatan di tengah ruangan, dan karpet hijau di sekitar pohon sebagai area baca anak, yang berperan sebagai tempat dimana anak dan orangtuanya dapat membaca bersama. Taman Baca tersebut juga dibagi menjadi beberapa area, seperti area untuk berkreativitas seperti menggambar dan sebagainya.
Gambar 11. Interior Area Anak Woodlands Regional Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)
2.4.3 Marine Parade Public Library
Gambar 12. Marine Parade Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)
Marine Parade Public Library pertama kali dibuka pada 10 November 1978 oleh Goh Chok Tong, Menteri Keuangan. Perpustakaan tersebut dipindahkan ke Gedung Marine Parade Community pada 28 Mei 2000 dalam upacara peresmian yang dihadiri oleh Perdana Menteri Goh Chok Tong.
25
Gambar 13. Lokasi Marine Parade Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)
Marine Parade Public Library terletak di jalan 278 Marine Parade Road #0103, Marine Parade Community Building, Singapore ini memiliki koleksi buku sekitar 214.000 buah dengan luas bangunan 3.700 m2.Buka setiap hari mulai dari jam 10.0021.00. Perpustakaan tersebut menyediakan Fasilitas dan Sarana sebagai berikut: A. Fasilitas •
Kapasitas duduk: 383
•
Area Multimedia
•
Area Membaca Koran
•
Book Drop 24 jam
•
Ruang Aktifitas
•
Ruang ganti diaper
•
Ruang Membaca Private
•
Cafe
•
Pendingin Ruangan
B. Sarana •
Program Storytelling untuk anak dan kunjungan liburan sekolah
•
Program Pendidikan dan Informasi untuk pengunjung
•
Pertunjukkan
•
Seminar
•
Pameran
26 Marine Parade Public Library memiliki tiga lantai dengan satu lantai mezzanine melalui tangga dari lantai satu dan berlanjut ke lantai berikutnya; lantai satu merupakan area untuk orang dewasa dengan ruang multimedia, ruang karyawan dan cafe. Lantai mezzanine merupakan area buku-buku fiksi dan non-fiksi untuk remaja.
Gambar 14. Denah Lantai 1 dan Lantai Mezannine Marine Parade Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)
Lantai dua merupakan area untuk anak dengan orangtuanya, berisikan berbagai macam buku untuk anak. Ruang untuk aktifitas anak dan ruang untuk ganti diaper bayi juga terdapat di lantai ini. Lantai tiga merupakan area untuk orang dewasa dengan area buku-buku fiksi dan non-fiksi, juga area untuk membaca koran.
Gambar 15. Denah Lantai 2 dan Lantai 3 Marine Parade Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)
Perpustakaan tersebut telah melakukan renovasi dari bulan Maret sampai bulan Mei 2013, terutama pada tampak depan bangunan dan area display buku yang lebih berkualitas menggunakan furniture seperti kursi dan rak buku yang menarik. Area anak juga mengalami perubahan dengan penggunaan warna-warna yang colorful dan ruang untuk melakukan berbagai macam aktifitas anak seperti bermain.
27
Gambar 16. Interior Area Anak Marine Parade Public Library Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)
2.5
Hasil Analisa Studi Banding Berikut adalah hasil analisa dari studi banding mengenai perpustakaan umum
berdasarkan standar fasilitas dan sarana perpustakaan dan penyediaan ruang untuk anak:
Tabel 7. Hasil Analisa Studi Banding Geylang East Public Library
Ruang Baca
Pembagian area berdasarkan usia atau karakteristik
Ruang Koleksi Buku Ruang Audio Visual (Multimedia)
Woodlands Regional Library FASILITAS ADA ADA Lantai 1: Area Baca Lantai 1: Area Baca untuk dewasa, Anak, Green Newspaper Reading Space, Reading Area Babies Corner Lantai 2: Area Baca Lantai 2: Area Baca untuk remaja dan untuk remaja dan dewasa dewasa, Quiet Lantai 3: Area Baca Reading Room, untuk dewasa, Green Reading Quiet Reading Area, Newspaper Room Reading Area Lantai 4: Area Baca Anak ADA
Marine Parade Public Library ADA Lantai 1: Area Baca untuk dewasa, Newspaper Reading Area Lantai Mezzanine: Area Baca untuk remaja Lantai 2: Area Baca Anak dan pendamping Lantai 3: Area Baca untuk dewasa, Quiet Reading Room, Newspaper Reading Room
ADA
ADA
Lantai 1: usia 1-12 tahun Lantai 2: remaja dan dewasa Lantai 3: publik dan karyawan Buku Fiksi dan Non-Fiksi, majalah, koran
Lantai 1: Dewasa Lantai 2: Remaja dan Dewasa Lantai 3: Dewasa Lantai 4: Anak
Lantai 1: Dewasa Lantai Mezzanine: Remaja Lantai 2: Anak Lantai 3: Dewasa
Buku Fiksi dan Non-Fiksi, majalah, koran, referensi
Buku Fiksi dan NonFiksi, majalah, koran
ADA
ADA
ADA
28
Ruang Referensi Ruang Bermain (Ruang Aktifitas Anak)
AKTIF
PASIF Ruang Rapat Fasilitas Tambahan
TIDAK ADA
ADA
TIDAK ADA
ADA
ADA
ADA
AKTIF DAN PASIF (AKTIFITAS) Art & Craft; Art & Craft; Art & Craft; menggambar, menggambar, menggambar, mewarnai, mewarnai, mewarnai, Permainan Permainan membuat origami, bersama, bersama, melukis keramik pertunjukkan pertunjukkan Storytelling, Storytelling, Storytelling pameran, pameran, seminar seminar TIDAK ADA ADA ADA 2 ruang rapat 3 ruang rapat TIDAK ADA
Art & Craft; menggambar, mewarnai, Permainan bersama, pertunjukkan Storytelling, pameran, seminar TIDAK ADA
ADA
ADA
ADA
Book Drop 24 jam, ruang serbaguna
Book Drop 24 jam, ruang serbaguna, café, stage, auditorium, ruang karyawan
Book Drop 24 jam, ruang ganti diaper untuk bayi, café, ruang karyawan
SARANA Sistem Pelayanan Terbuka atau Tertutup
TERBUKA
TERBUKA
TERBUKA
TERBUKA
Peminjaman koleksi buku
ADA
ADA
ADA
ADA
Konsep alam dengan waterfall buatan, pajanganpajangan keramik dan lukisan-lukisan lokal, area anak dengan pohon buatan
Konsep colorful pada ruang anak dengan penggunaan furniture yang berwarnawarni
KONSEP DESAIN
Konsep Desain
Area duduk di lantai kayu atau berbagai jenis kursi seperti sofa, kursi kayu, bantal-bantal
Konsep alam dengan penggunaan karpet hijau yang luas dan perletakkan tanaman di sekitar area baca
Sumber: Olahan Pribadi
29 2.6
Kerangka Berpikir
Judul Tugas Akhir Penerapan Ruang Bermain Edukatif pada Perpustakaan Umum di Jakarta Selatan
Latar Belakang Ruang bermain edukatif untuk anak sebagai fasilitas dalam menunjang pendidikan anak dengan belajar sambil bermain di perpustakaan anak
Rumusan Masalah
1. Apakah Perpustakaan Umum Jakarta Selatan telah memenuhi dalam penyediaan fasilitas dan sarana perpustakaan terutama pada ruang untuk anak? 2. Bagaimana perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk anak pada perpustakaan umum?
Feed back
Tujuan Penelitian Mengetahui telah memenuhi atau tidak Perpustakaan Umum Jakarta Selatan dalam penyediaan fasilitas dan sarana perpustakaan terutama pada ruang untuk anak. Mengetahui perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk anak pada perpustakaan umum.
Landasan Teori Tinjauan Umum Perpustakaan Umum Tinjauan Khusus Perpustakaan Anak Ruang Bermain Edukatif
Analisa Analisa Perpustakaan Umum Jakarta Selatan, Analisa Aspek Manusia, Analisa Aspek Lingkungan, Analisa Aspek Bangunan, Analisa Ruang Bermain Edukatif
Konsep
Skematik Desain Sumber: Olahan Pribadi
Perancangan