BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Sebagai data pendukung moral yang hendak di sampaikan, penulis mengambil dari referensi novel The Timekeeper, yaitu buku yang berisikan Tentang waktu : “Tak lama lagi manusia akan menghitung seluruh hari-harinya, dan kemudian bagian-bagian yang lebih kecil lagi sampai akhirnya dia terobsesi dengan perhitungan itu, dan keajaiban dunia yang dianugerahkan kepadanya tidak lagi diingatnya” ( Time Keeper, Mitch Albom, halaman 33) 2.1.1 Wawancara Pada tanggal 7 Oktober 2013, penulis melakukan wawancara dengan nara sumber. Beliau adalah seorang yang sudah sukses dimata penulis sebagai seorang director sekaligus animator dengan berbagai aktivitasnya dari sebagai praktisi di bidangnya dengan membuka studionya sendiri hingga sebagai pengajar animasi 2d dan stop motion. Dimulai dari hal yang sangat sederhana yang melatar belakangi profesinya sekarang ini sebagai seorang director dan animator. Alasan Beliau memilih masuk ke dunia animasi adalah karena ingin me-realisasikan ide-ide (pengalaman) beliau untuk di tunjukkan ke semua orang. Alasan beliau membuat film “Little Tree Little me” berasal dari masa lalu beliau melihat pohon kecil diantara pohon-pohon besar. Tetapi beliau juga mengumpulkan pengalaman teman-temannya, yang kemudian di jadikan satu cerita. Kesulitan yang sering terjadi dalam masa pembuatan film tersebut, adalah merombak atau membenarkan cerita, agar lebih menarik dan pas dalam gaya penceritaan berupa narasi. Beliau selalu menganggap lokal konten yang dimasukkan kedalam ceritanya, bukan hanya adanya unsur-unsur seperti batik atau motif wayang, tetapi lokal konten yang menarik adalah unsur slice of life 2
3 (pengalaman pribadi) dilingkungan kita tinggal yang dituangkan kedalam cerita. Beliau lebih tertarik dalam film pendek, karena beliau lebih bisa menunjukkan idealis pribadi yang di tuangkan kedalam cerita, sehingga tidak ada batasan-batasan tertentu untuk membuat cerita. Animasi bagus tidak hanya karena teknologi yang maju ( seperti 3D), tetapi unsur cerita adalah hal yang utama. Beliau lebih memilih teknologi 2D dan stop motion.
2.1.2 Studi Existing Referensi Video dipergunakan sebagai pendukung sumber data umum diantaranya adalah: Dexter, Pin Head, dan Papaya Bull
2.1.3 Studi Bentuk Untuk Studi bentuk, penulis menganalisa bentuk karakter Dexter Laboratory dan Mr.Bean
Gambar 2.1 Dexter Laboratory (sumber: http://blog.chegg.com)
Gambar 2.2a Mr.Bean Cartoon (sumber : http://www.metadata.com/)
4
Gambar 2.2b Mr.Bean Cartoon (sumber : http://www.boomwallpaper.com/)
Gambar 2.2c Mr.Bean Cartoon (sumber : http://www.metadata.com/)
2.1.4 Studi Visual Visual merupakan unsur penting dalam animasi, untuk menimbulkan suasana yang mendukung cerita dan karakter. Untuk visual, penulis melakukan studi visual terhadap film pendek Pin Head dan My Favorite Husband .
5
Gambar 2.3a Pin Head (sumber : http://www.toonboom.com/)
Gambar 2.3b Pin Head (Sumber : http://www.toonboom.com/) Untuk referensi film Pin Head , penulis mengambil unsur-unsur latar belakang yang sederhana untuk dimasukkan kedalam project C’LOCK.
Gambar 2.4a My Favorite Husband (Sumber : http://www.toonboom.com/ )
6
Gambar 2.4b My Favorite Husband (Sumber : http://www.toonboom.com/ ) Dalam Film My Favorite Husband, penulis mengambil unsur penggunaan warna dan bentuk-bentuk environment.
2.1.5 Film
Gambar 2.5 The Melancholy of Haruhi Suzumiya (sumber : data pribadi) Dalam film The Melancholy of Haruhi Suzumiya, terdapat cerita yang unik dalam
beberapa episode-nya yang mengandung unsur de ja vu di
karakter utamanya.
7
Gambar 2.6 The Papaya Bull (Sumber : http://www.toonboom.com/) Film ini menggunakan animasi bergaya flash yang menciptakan gerakan animasi yang unik, sehingga penulis menerapkan gaya animasi flash ke dalam project C’LOCK 2.1.6 Data Pembanding 2.1.6.1 Animasi Lokal Animasi Indonesia sendiri sudah cukup banyak. Akan tetapi banyak studio animasi yang tidak memiliki budget dan waktu yang memadai untuk bersaing dengan animasi luar negeri, oleh karena itu banyak animasi lokal yang hanya bermain dengan short animated. Contoh animasi lokal yang baik antara lain, 1.
Little Tree Little Me Sebuah cerita animasi pendek yang berceritakan tentang Seorang laki-laki yang mencintai alam. Merupakan short animation yang sederhana tapi memiliki cerita yang sangat dalam. Memiliki tampilan visual yang unik. Little Tree Little Me merupakan karya Firman Waidyasmara.
8
Gambar 2.7 Little Tree Little (sumber: http://www.youtube.com/watch?v=4cmzubQokoA) 2.1.6.2 Animasi Internasional Dalam per-animasian internasional, sudah banyak cerita yang diangkat. Dan terlebih lagi tampilan visual yang sudah tidak di ragukan lagi. Banyak karya-karya individu yang menghasilkan animasi yang berkualitas, bahkan memenangkan award, contohnya. 1.
No More Honey Short animation yang menceritakan tentang seekor beruang
madu yang tidak mempunyai persediaan madu, dan berusaha untuk memakan burung kecil di atas awan.
Gambar 2.8 No more Honey (sumber:http://www.toonboom.com/)
9 2.
Pin Head Sebuah cerita animasi pendek tentang seorang karyawan, yang
menceritakan perseteruan dengan bossnya menggunakan boneka voodo
. Gambar 2.9 Pin Head (sumber:http://www.toonboom.com/)
3.
The Papaya Bull Sebuah cerita serial animasi bersettingkan di sebuah pulau,
yang menceritakan 2 laki-laki yang selalu bertingkah konyol dan lucu.
Gambar 2.10 The Papaya Bull (sumber: http://www.toonboom.com/)
2.2
Tinjauan Khusus Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karya W. J. S. Poerwadarminta,
waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada
10 atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Waktu adalah hal yang tidak bisa di putar kembali, tetapi terdapat fenomena pengulangan waktu yang di kenal dengan istilah De Ja Vu. Pada penceritaan C’LOCK, penulis melihat hal yang menarik, yaitu terkandung sebuah moral yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seorang pekerja kantoran jaman sekarang ini.
2.2.1
De Ja Vu Menurut buku L'Avenir des Sciences Psychiques karya ilmuwan
perancis Emile Boirac, yang mempelajari fenomena De Ja Vu tahun pada 1876, De Ja Vu mempunyai makna suatu perasaan ketika seseorang mengalami sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. Sekelompok orang mengasosiasikannya
dengan
gangguan
otak,
sedangkan
lainnya
menghubungkan De ja vu dengan kehidupan lain di masa lalu.
Seseorang merasa telah melalui hal yang sama baru saja terjadi di masa lalu atau telah melihat hal itu dalam mimpinya. Istilah Deja vu ini pertama kali diperkenalkan oleh Emile Boirac. Kebanyakan mereka yang mengalami De ja vu mengklaim telah melihat sesatu dalam mimpi mereka atau sangat yakin telah melihat itu beberapa waktu yang lalu
2.2.2 Tipe De ja vu Emile Boirac membagi 3 tipe De Ja Vu. Berikut adalah Tipe De ja vu : 1.
Deja Senti Perasaan ini merujuk pada sesuatu "yang sudah dirasakan". Hal itu
merupakan fenomena kejiwaan dan para peneliti meyakini bahwa sesuatu yang telah dirasakan di masa lalu itu sangat mirip dengan yang dirasakan saat ini. Kesamaan pada kedua pengalaman tersebut membuat seseorang merasa bahwa dia telah merasakan hal yang sama di masa lalu. 2.
Deja Vecu Suatu perasaan bahwasanya segala sesuatu yang sedang terjadi baru
saja itu identik dengan apa yang terjadi sebelumnya serta satu gagasan tidak
11 wajar tentang apa yang akan terjadi berikutnya, diterminologikan sebagai Deja vecu. Seseorang yang mengalami perasaan Deja vecu mengklaim telah mengetahui apa yang sedikit lagi akan terjadi dan kadang kala merasa telah mengingat hal tersebut. 3.
Deja Visite Bentuk Deja vu ini merupakan suatu perasaan pernah mengunjungi
suatu tempat yang benar-benar baru. Seseorang yang mengalami bentuk Deja vu ini mengklaim memiliki pengetahuan tentang sebuah tempat yang belum dikunjungi. Seseorang mengklaim mengetahui letak geografi suatu tempat, ketika dia belum pernah ke sana dalam kenyataannya. Deja visite dicirikhaskan dengan sebuah pengetahuan tidak wajar tentang suatu tempat yang belum pernah dikunjungi.
Dalam pembuatan film C’LOCK, sang karakter utama mengalami De Ja Vu tipe Deja Senti, dimana sang karakter merasakan hal yang sama seperti di masa lau (sumber : http://sainspop.blogspot.com/2010/04/apa-itu-deja-vu.html, 2013, 9:48)
2.2.3 Workaholic Kata “holic” dalam buku Kamus Inggris Indonesia karya Hassan Shadily
dapat diartikan sebagai pecandu. Jika digabungkan dengan kata
“work” yang berarti kerja, maka dengan sendirinya istilah “workaholic” diartikan sebagai pecandu kerja. Istilah “workaholic” ini sering ditujukan kepada orang-orang yang sangat mencintai pekerjaan. Saking cintanya itu, seorang workaholic akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja daripada melakukan hal-hal lain sebagaimana manusia pada umumnya. Sisi negatif sebagai workaholic : 1.
Minim sosialisasi
2.
Tersitanya banyak waktu untuk kehidupan keluarga
3.
Stress
(Sumber :http://female.kompas.com/read/2011/09/05/08461148/Jika.Workaholic.Sudah.Jadi.Tuntutan, 2013, 9:51)
12 2.2.4
Semiotika Dalam film animasi “C’LOCK” yang berbentuk animasi nondialog,
penulis menerapkan semiotik diaplikasikan dalam ekspresi, kamera, dan gerak-gerik karakter untuk mengkomunikasikan alur ceritanya kepada audiens. Dalam semiotika, menurut John Fiske membagi 3 bidang studi utama : 1. Tanda itu sendiri. Dimaksudkan studi tentang berbagai tanda yang berbeda, yang sebagaimana mengetahui tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan bagaimana manusia menggunakan tanda-tanda tersebut. 2. Sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara mengembangkan tanda itu sendiri, guna memenuhi kebutuhan yang ada di sekitar masyarakat. 3.Kebudayaan tempat tanda bekerja. Studi ini mencakup bagaimana tanda-tanda itu digunakan di tempat keberadaan (kebudayaan, lingkungan, dll) tanda itu sendiri. Adapun penerapan macam semiotik yang diterapkan antara lain adalah : -
Tanda keseluruhan tindakan dalam animasi C’LOCK, menampilkan sebuah
pesan secara tidak langsung terdapat audiens, yang digunakan untuk mendeskripsikan makna definisional, literal, gamblang atau common sense dari sebuah tanda (tindakan). -
Simbol Simbol muncul akibat kebutuhan manusia dalam aspek komunikasi
massal, dimana simbol yang dimunculkan penulis dalam film animasi pendek C’LOCK, adalah sebuah jam, yang mengajak dan memberitahu audiens, tentang unsur utama cerita penulis
2.2.5 Teori Prinsip Dasar Animasi Ke-12 prinsip animasi diperlukan dalam menciptakan animasi yang hidup. Dalam short animation C’LOCK, prinsip yang paling banyak dipergunakan adalah Exaggeration, staging, Timing and Spacing, appeal
13 untuk menyampaikan sifat dan action/tindakan karakter. Teori ini di ambil dari buku Animator Survival Kit karya Richard William. Untuk pengertian lebih mendalam, adalah sebagai berikut : -
Staging Pada prinsip staging, penerapan yang dilakukan adalah memunculkan adegan lingkungan yang baik dan mendukung keseluruhan cerita C’LOCK ini, agar dapat memvisualkan keseluruhan adegan secara efisien.
-
Timing and Spacing Pada prinsip Timing and Spacing, penerapan yang dilakukan adalah menentukan waktu gerakan yang pas, utuk menambahkan karakteristik sebuah karakter yang tidak melakukan dialog, melainkan tindakan.
-
Appeal Pada prinsip Appeal, hal yang dilakukan adalah menyampaikan komunikasi yang dynamic dan menarik untuk dilihat audiens.
-
Exaggeration Pada prinsip Exaggeration, penerapan yang dilakukan adalah membuat gerakan animasi 2d menjadi lebih, sehingga unsur aksi karakter terlihat lebih jelas.
2.2.6 Teori Karakter Desain Dalam buku Analysis of Pocoyo’s Animation Character Design, karya Alvanov Mansoor, pengertian animasi karakter adalah suatu teknik penggambaran dan pengolahan karakter baik berupa 2 dimensi maupun 3 dimensi sehingga peran/karakter yang dibuat seolah-olah hidup dan mempunyai sifat penokohan. Untuk membuat karakter tampak seolah-olah hidup, penulis membutuhkan animasi yang sesuai dengan sifat dan karakteristik yang sesuai. Sebelum memulai pekerjaan untuk membuat sebuah animasi, penulis melakukan beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu guna untuk melihat animasi seperti apa yang ingin dibuat dan dengan cerita apa. Hal ini tentunya perlu dilakukan suatu riset sebelum pra produksi.Adapun riset yang dilakukan penulis diantaranya adalah:
14 1. Menentukan tema cerita dan tujuan cerita 2. Membuat sinopsis dan skrip 3. Memunculkan karakter, sifat, dan ciri yang sesuai dengan sinopsis yang telah dibuat 4. Pengumpulan dokumentasi, termasuk setting, props, dan lokasi. Dalam desain karakter sendiri terdapat beberapa langkah dasar dalam mendesain karakter : 1. Mengenalkan standart karakter ( Breakdown Character) - Tampak Samping - Tampak Belakang - Tampak Depan 2. Mengenalkan tokoh karakter dalam berbagai sudut pandang (angle) - Pandangan mata Burung ( bird eye angle) - Pandangan mata cacing ( worm angle) Penggambaran karakter C’LOCK, penulis mempertimbangkan bentuk dari karakter untuk mendukung cerita yang ingin disampaikan ke para penonton.
2.2.7 Teori Warna Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan Teori Brewster, yang pertama kali di kemukakan pada tahun 1831. Brewster membagi warna menjadi 4 tipe warna, antara lain primer, sekunder, tersier, dan warna netral. a. Warna primer, warna yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna primer merupakan warna satu kesatuan. Warna primer terdiri dari merah, biru dan kuning. b. Warna Sekunder, warna yang merupakan campuran dari warna-warna primer, yang menghasilkan warna-warna baru. c. Warna Tersier, Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
15 d. Warna Netral, Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. (sumber : http://www.ahlidesain.com/teori-warna.html, 2014, 11:48)
2.2.8 Analisis SWOT Strength, animasi yang mengangkat cerita kisah pengulangan waktu saat ini masih memiliki keunikan cerita yang kuat sampai saat ini, dengan pesan moral yang berguna untuk masyarakat kota. Weakness, asal cerita ini terdapat penggabungan unsur-unsur yang dalam film-film yang sudah ada (baik animasi maupun realitas) sehingga, mungkin beberapa audiens akan mengetahui beberapa hal yang sama dalam cerita ini. Opportunity, cerita yang di angkat berbeda dengan cerita-cerita tentang waktu yang sudah ada, yang mengandalkan isu sosial di masyarakat kota saat ini Threat, masyarakat lebih menyukai cerita yang sederhana dan entertaint, karena majoritas masyarakat hanya menyukai animasi yang mudah dimengerti dan terdapat pesan moral.
2.2.9 Target Audiens Secara keseluruhan, animasi ini ditargetkan untuk audiens dengan rentang umur minimal umur 18 tahun hingga dewasa dengan maksimal umur 40 tahun, dimana secara produktivitas kerja dalam masa aktif, dan terbilang dimana pada rentang waktu 18-40 tahun adalah masa dimana keinginan bekerja sedang tinggi. Sehingga di harapkan pesan moral yang terkandung dalam cerita C’LOCK dapat dihayati oleh rentang usia tersebut. Demografi dari target audiens adalah masyarakat kota, yang notabene mayoritas pekerjaannya merupakan pekerja keras yang selalu menuntut waktu.