BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Fuzzy Logic
2.1.1
Fuzzy Set Fuzzy set adalah sebuah himpunan di mana keanggotaan dari tiap elemennya
tidak mempunyai batas yang jelas. Himpunan demikian sangat kontras dengan himpunan klasik. Sebagai contoh, himpunan nama-nama hari, dalam himpunan klasik demikian, batas keanggotaan dari tiap elemen dalam masing-masing himpunan adalah jelas, yaitu menjadi anggota atau tidak menjadi anggota. Misalkan himpunan nama-nama hari disimbolkan dengan A, tiap elemen himpunan hanya punya dua pilihan kategori: A atau bukan A, dan tidak ada kategori “abu-abu”. Sekarang pandang himpunan weekend days (hari-hari akhir minggu), hari Sabtu dan Minggu sudah pasti merupakan anggota himpunan dari hari-hari akhir minggu. Tapi bagaimana dengan hari Jumat? Meskipun bukan hari libur akhir minggu, tetapi kita seolah sudah merasakan suasana liburan akhir minggu, tetapi kita seolah sudah merasakan suasana liburan akhir minggu. Karenanya cukup beralasan untuk menyatakan bahwa batas keanggotaan Jumat sebagai hari libur akhir minggu adalah “abu-abu” dan tempat yang pas untuknya adalah tepat di pembatas yang memisahkan himpunan hari akhir minggu dengan himpunan bukan hari akhir minggu. Contoh kasus di atas memberi gambaran yang jelas tentang apa itu fuzzy set. Fuzzy set mendasari konsep fuzzy logic yang menyatakan bahwa kebenaran dari sembarang pernyataan hanyalah masalah derajat. Karenanya, jika seseorang mengklaim
13 sesuatu melalui suatu pernyataan yang presisi tentang rahasia ala mini, maka pernyataan tersebut akan kehilangan makna. Sebaliknya jika seseorang hanya menekankan makna dalam pernyataannya, maka kepresisiannya cenderung terabaikan atau tidak disinggung sama sekali. Demikianlah, sembarang pernyataan bisa menjadi bersifat fuzzy. Konsep fuzzy logic mempunyai kemampuan untuk membalas pertanyaan “yes-no” dengan jawaban “not-quite-yes-or-no”. ( Menurut Agus Naba, 2009, p14-15) Secara umum, beberapa kesimpulan tentang himpunan dan fungsi keanggotaan fuzzy diberikan di bawah ini: a.
Fuzzy set menekankan konsep variabel samar (vague or fuzzy variable) seperti variabel hari akhir minggu, suhu panas, pelari cepat, dll
b.
Fuzzy set mengijinkan keanggotaan parsial dari suatu himpunan seperti hari Jumat yang dianggap sebagai hari akhir minggu namun dengan derajat di bawah 1.
c.
Derajat keanggotaan fuzzy dalam fuzzy set berkisar antara 0 sampai 1.
d.
Tiap fungsi keanggotaan µ berasosiasi dengan sebuah fuzzy set tertentu dan memetakan suatu nilai input ke nilai derajat keanggotaan yang sesuai. Misalnya dalam kasus fuzzy set orang berbadan “tinggi” mempunyai fungsi keanggotaan sendiri, yaitu µtinggi, yang berbeda dengan fungsi keanggotaan dari fuzzy set orang berbadan “rendah”, yaitu µrendah. ( Menurut Agus Naba, 2009, p1)
2.1.2
Pattern of Recognition (Pengenalan Pola) Pattern recognition sendiri, secara umum dapat didefinisikan sebagai proses
pencarian struktur data dan mengelompokkannya berdasarkan kategori-kategori tertentu sedemikian, sehingga derajat kemiripan antara data yang berada dalam suatu kelompok adalah tinggi dan rendah untuk yang berlainan. Kategori yang dipakai biasanya
14 berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya. Salah satu proses paling mendasar pada pattern of recognition adalah pengelompokkan data, atau yang secara umum disebut clustering. Masalah yang dihadapi pada proses ini adalah mencari beberapa pusat (kelompok) yang dapat mewakili karakteristik kelompokkelompok dari suatu data set. Penggolongan data ke dalam cluster ditentukan berdasarkan derajat keanggotaan (membership degree) yang bernilai antara 0 dan 1, dengan demikian dimungkinkan adanya sebuah data berada pada beberapa cluster sekaligus dalam waktu yang sama. Fuzzy c-means (FCM) merupakan metode fuzzy clustering yang paling umum dikenal dan digunakan. Prinsip utamanya adalah menggunakan bobot dari setiap feature vector terhadap tiap-tiap cluster untuk menentukan pada cluster mana sesungguhnya ia akan termasuk dari anggota. Ada pun yang dimaksud dengan feature vector adalah data yang diekstrak dari objek dan disimpan untuk kemudian digunakan dalam proses. Setiap feature vector diperbolehkan untuk menjadi anggota lebih dari satu cluster dengan bobot (fuzzy truth value) yang berbeda-beda (antara 0 dan 1). Semakin besar nilai fuzzy truth value suatu feature vector terhadap suatu feature vector terhadap suatu cluster semakin besar pula kemungkinan ia termasuk anggota sesungguhnya dari cluster tersebut. (http3.)
Gambar 2.1 Fuzzy C-Means Clustering Sumber : http3.
15 2.2
AHP (Analytical Hierarchy Process)
2.2.1
Konsep Dasar Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagianbagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan
guna
mengembangkan
bobot
atau
prioritas.
Metode
ini
juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (http9.) 2.2.2
Kegunaan AHP AHP memberikan kesempatan bagi seseorang untuk membangun gagasan-
gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi masing-masing sehingga memperoleh pemecahan yang diinginkan. Beberapa kegunaan AHP diantaranya: a.
Untuk memecahkan permasalahan yang kompleks secara kuantitatif.
16 b.
Untuk mengalokasikan sumber daya di antara berbagai macam alternatif baik yang sudah ada maupun yang baru.
c.
Untuk memproyeksi dan memberikan jaminan terhadap resiko ketidakpastian.
d.
Untuk melakukan analisa sensitivitas. AHP dapat diaplikasikan pada berbagai macam area misalnya masalah prioritas, alokasi sumber daya, analisa keuntungan/biaya, benchmarking, seleksi
karyawan, resolusi konflik dan
negosiasi, Total Quality Management (TQM), evaluasi investasi, perencanaan strategik, dan restrukturisasi. (http9.) 2.2.3
Kriteria yang Harus dipenuhi Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan
perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a.
Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
b.
Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
c.
Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
d.
Minimum
17 Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis. (http9.) 2.2.4
Prinsip AHP Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP,
yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponenkomponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. (http9.)
Gambar 2.2 Contoh Hierarki Alternatif Kriteria dan Calon Karyawan Sumber : Rahardjo et al. (2002, p87)
2.2.4.1 Decomposition
18 Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusanlah yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap. (http9.)
2.2.4.2 Comparatif Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni: a.
Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
b.
Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
19 Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam penyusunan skala kepentingan, Saat menggunakan patokan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Nilai Skala Prioritas Skala Bilangan
Skala Linguistik
Skala Bilangan Fuzzy
1
Sama Penting (SmP)
(1;1;3)
3
Sedikit Lebih Penting (SdP)
(1;3;5)
5
Lebih Penting (LbP)
(3;5;7)
7
Sangat Penting (SaP)
(5;7;9)
9
Paling Penting (PaP)
(7;7;9)
1/3
~Sedikit Lebih Penting (~SdP)
(1/5;1/3;1)
1/5
~Lebih Penting (~LbP)
(1/7;1/5;1/3)
1/7
~Sangat Penting (~SaP)
(1/9;1/7;1/5)
1/9
~Paling Penting (~PaP)
(1/9;1/7;1/7)
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. (http9.)
2.2.4.3 Synthesis of Priority
20 Menurut Mulyono (2004, p336), dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vector-nya untuk mendapat local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapat global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan eloemen elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting.
2.2.4.4 Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. (http9.)
2.2.5
Hubungan Prioritas sebagai Eigen Vector terhadap Konsistensi Menurut Mulyono (2004, p337-338), banyak cara untuk mencari vektor prioritas
darri matriks pairwise comparison. Tetapi penekanan pada konsistensi menyebabkan digunakan rumus eigen value. Diketahui elemen-elemen dari suatu tingkat dalam suatu hirarki adalah C1, C1, ….., Cn dan bobot pengaruh mereka adalah w1, w2,….., wn. Misalkan aij = wi/wj menunjukkan kekuatan Ci jika dibandingkan dengan Cj. Matriks dari angka-angka aij ini dinamakan matriks pairwise comparison, yang diberi simbol A. Telah disebutkan bahwa A adalah matriks reciprocal, sehingga aij = 1/aij. Jika penilaian kita sempurna pada setiap perbandingan, maka aij = aij, ajk untuk semua i, j, k dan matriks A dinamakan konsisten. Kemudian ikuti manipulasi matematik berikut :
21 aij = wi/wj di mana i, j = 1, …., n aij (wj/wi) = 1 di mana i, j = 1, …., n konsekuensinya, n
Σ aij, wj. 1/wi = n di mana I = 1, …, n atau
j=1
n
Σ aij. wj = nwi di mana I = 1, ….., n.
j=1
dalam bentuk matriks : Aw = nw Rumus ini menunjukkan bahwa w merupakan eigen vector dari matriks A dengan eigen value n. Jika aij tidak didasarkan pada ukuran pasti ( seperti wi, ….., wn), tetapi pada penilaian subyektif, maka aij akan menyimpang dari rasio wi/wj yang sesungguhnya, dan akibatnya Aw = nw tak dipenuhi lagi. Dua kenyataan dalam teori matriks memberikan kemudahan, pertama jika z1, ……, zn adalah angka-angka yang memenuhi persamaan Aw = Zw di mana Z merupakan eigen value dari matrika A, dan jika aij = 1 untuk i, maka n
Σ Zi = n
j=1
Karena itu, jika Aw = Zw dipenuhi, maka semua eigen value sama dengan nol, kecuali eigen value yang satu, yaitu sebesar n. Maka jelas dalam kasus konsisten, n merupakan eigen value A terbesar. Kedua, jika salah satu aij dari matriks reciprocal A berubah sangat kecil, maka eigen value juga berubah sangat kecil. Kombinasi keduanya menjelaskan bahwa jika diagonal matriks A terdiri dari aij = 1 dan jika A konsisten, maka perubahan kecil pada aij menahan eigen value terbesar, Z mak, dekat ke n, dan eigen value sisanya dekat ke nol. Karena itu persoalannya adalah jika A merupakan matriks pairwise comparison, untuk mencari vektor prioritas, harus dicari w yang memenuhi :
22 Aw = Z mak . w Perubahan kecil aij menyebabkan perubahan Z maksimum, penyimpangan Z maksimum dari n merupakan ukuran konsistensi. Indikator terhadap konsistensi diukur melalui Consistency Index (CI) yang dirumuskan: CI = (Zmak – n)/(n-1) AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan: CR =
CI Random Consistency Index
2.3
Fuzzy AHP
2.3.1
Definisi
Menurut Kastaman (1999, p4-5), fuzzy AHP melakukan penilaian dengan menggunakan kisaran (selang) bilangan dengan memberikan batas bawah dan batas atas penilaian. Metoda ini lebih fleksibel karena mengakomodir ketidakpastian dan bias yang mungkin terjadi dalam penilaian oleh berbagai pihak dengan keahlian dan kepentingan yang berbeda. Penggunaan kisaran (selang) penilaian ini dilandasi oleh kesulitan manusia dalam menentukan suatu nilai pasti dalam penilaian. Setiap elemen aij, 1 ≤ ij ≤
[
]
n dimana jika i < j akan memiliki nilai dalam bentuk x ij , y ij , dimana xij, yij adalah nilai
batas bawah dan atas dari elemen aij. Hal yang sama juga dilakukan pada penilaian
[
]
alternative pilihan terhadap suatu kriteria, yaitu bij = u ij , v ij , 1 ≤ I ≤ n dan 1 ≤ j ≤ k, dimana n adalah jumlah kriteria, k jumlah alternative pilihan, bij nilai terhadap alternative j untuk kriteria I, dan uij, vij adalah nilai batas bawah dan atas dari elemen
23 bij. Semua penilaian tersebut diberikan oleh semua individu yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan kelompok, yang kemudian oleh AHP fuzzy akan ditransformasi menjadi representasi bilangan fuzzy (fuzzyfication). Menurut Chow Yang et al. (2004, p544-545), untuk menyederhanakan proses fuzzy AHP untuk industri dari practical dan feasible viewpoints, diusulkan fuzzy AHP
berdasarkan pada fuzzy interval aritmatika dengan Triangular Fuzzy Number dan confidence index α, dengan pendapatan interval nilai tengah untuk membedakan bobot
dari elemen-elemen evaluatif. Langkah kerja dari model ditunjukkan pada gambar. Langkah kerja ini terbagi menjadi empat bagian: 1.
Konstruksi dari sebuah struktur hirarkial
2.
AHP implementation
3.
Fuzzy Arithmetic Operation
4.
Establishment of priority of relative importance
Dari hasil analisis dari model yang diintegrasikan, ranking dari hubungan kepentingan dari setiap hirarki evaluasi didapatkan. Selanjutnya, prioritas kepentingan dapat memprediksi keputusan manajemen yang cocok.
24
Gambar 2.3 Langkah Kerja untuk Mengintegrasikan AHP dan Fuzzy Set Theory Sumber : Chow Yang et al. (2004, p545) 2.3.2
Penggunaan Fuzzy Number dalam AHP
Menurut Rahardjo et al. (2002, p83), pada penilaian kriteria, Pengambil keputusan diminta memberikan suatu rangkaian penilaian terhadap alternatif x yang ada dalam bentuk bilangan fuzzy triangular (triangular fuzzy number (TFN)), yang disusun berdasarkan variabel linguistik. Dimana l adalah nilai terendah atau batas bawah, u nilai tertinggi atau batas atas dan m adalah nilai tengah. Dalam TFN diberikan tiga kondisi untuk nilai fungsi keanggotaan, yaitu pesimis, paling disukai dan optimis, seperti pada Gambar 2.3:
25
Gambar 2.4 Fungsi Keanggotaan Triangular Sumber : Rahardjo et al. (2002, p83)
Menurut Hua Jie et al. (2006, p3) Triangular Fuzzy Number adalah special class dari fuzzy number yang mana anggotanya didefinisikan oleh tiga angka utama, diekspresikan sebagai (l, m, u). TFN adalah sebuah fuzzy subset dari bilangan real, menyatakan pengembangan ide interval kepercayaan. Selanjutnya, nilai fuzzy didefinisikan bagi setiap alternatif pada setiap kriteria. TFN ini terdiri dari tiga fungsi keanggotaannya yaitu yang menyatakan nilai terendah, nilai tengah dan nilai tertinggi yang dinotasikan dengan (l;m;u). Fungsi keanggotaan dari fuzzy number adalah sebagai berikut : ⎧0, ⎪(x − l ) (m − l ), ⎪ μ (x ) ≡ ⎨ ⎪(u − x ) (u − m ), ⎪⎩0, 2.3.3
x 〈1 ⎫ l ≤ x ≤ m , ⎪⎪ ⎬ m ≤ x ≤ u ,⎪ ⎪⎭ x〉 u
Langkah-Langkah FuzzyAHP
2.3.3.1 Decomposition
Menurut Chow Yang (2004, p545-548), yaitu tahap memecah problem menjadi elemen – elemen yang lebih kecil sehingga problem yang kompleks menjadi lebih
26 sederhana. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur - unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hierarki (Hierarchy). Ada dua jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hierarki tidak lengkap. 2.3.3.2 Matrix Comparison
Menurut Chow Yang (2004, p545-548), menyusun matrix perbandingan berpasangan diantara semua elemen atau kriteria dalam dimensi sistem hierarki.
Dimana ⎧1, 3, 5, 7, 9 ⎪ ⎨1 ⎪1−1 , 3 −1 , 5 −1 , 7 −1 ,9 −1 ⎩ Nilai 1, 3, 5, 7, 9 menunjukkan bahwa i lebih penting daripada j, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa i = j, dan nilai 1-1, 3-1, 5-1, 7-1, dan 9-1 menunjukkan bahwa j lebih penting dari i. 2.3.3.3 Menghitung Nilai Concistency Ratio
Menurut Chow Yang et al. (2004, p545-548), berdasarkan matrix comparison atau PCM yang dihasilkan, dilakukan perhitungan nilai consistency ratio (CR) untuk
27 mengetahui apakah hasil pembobotan PCM telah konsisten atau belum. Dimana PCM dikatakan konsisten dengan syarat CR < 0,1. CR dapat dihitung dengan rumus: CI = λmaks – N / (N-1), dengan N adalah jumlah elemen dalam matriks CR = CI / RI Dimana CI merupakan Consistency Index dan CR merupakan Consistency Ratio. CR dapat diperoleh dengan hasil bagi antara nilai Consistency Index (CI) dengan nilai dari Ratio Index (RI). Nilai RI diperoleh berdasarkan tabel RI:
Tabel 2.2 Nilai RI
Sumber : http9. 2.3.3.4 Mengkonversikan PCM dalam Skala Bilangan Menjadi PCM Skala Fuzzy
Menurut Chow Yang et al. (2004, p545-548), setelah didapatkan PCM dalam skala bilangan, kemudian skala bilangan tersebut dikonversikan ke dalam bentuk skala fuzzy. 2.3.3.5 Menghitung Elemen Matriks Synthetic Pairwise Comparison
2.3.3.6 Bobot Fuzzy
Menurut Chow Yang et al. (2004, p545-548), mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria dengan rata-rata menggunakan metoda Buckley
(1985) sebagai berikut:
28
dimana
in
adalah nilai synthetic pairwise comparison fuzzy dari kriteria i ke kriteria n,
~r adalah rata-rata geometris dari nilai perbandingan fuzzy kriteria i terhadap setiap i
~ adalah bobot fuzzy dari kriteria ke i, n adalah jumlah kriteria yang kriteria, dan w i ~ = (lw , mw , uw ), lw adalah nilai dibandingkan dan dapat diindikasikan dengan TFN w i i i i i
terendah, mwi adalah nilai tengah, dan uwi adalah nilai tertinggi dari bobot fuzzy kriteria ke-i. 2.3.3.7 Alternative Assesment
Menurut Chow Yang et al. (2004, p545-548), mengukur variabel linguistik untuk menunjukkan performansi kriteria dengan ungkapan “sangat baik”, “baik”, “cukup”, “jelek”, dan “sangat jelek” yang merupakan penilaian subyektif dari evaluator, dan setiap variabel linguistik diindikasikan dengan TFN dalam skala 0-100. Evaluator juga dapat menetapkan skala variabel linguistiknya berdasarkan subjektifitasnya yang dapat mengindikasikan fungsi keanggotaan nilai yang dinyatakan oleh masing-masing ~ evaluator. Jika E ijk adalah nilai performansi fuzzy dari evaluator k terhadap alternatif i
(
)
~ ~ ~ ~ pada kriteria j maka kriteria evaluasi dinyatakan dalam E ijk ≡ lE ijk ; mE ijk ; uE ijk , dengan n evaluator maka integrasi nilai keputusan fuzzy-nya adalah:
(
E ij ≡ (1 n ) ⊗ E 1ij + E ij2 + .......... + E ijn
)
29 dimana Ε ij menunjukkan rata-rata nilai fuzzy dari penilaian pengambil keputusan yang
(
~ ~ ~ ~ dapat dinyatakan dengan TFN sebagai Ε ij ≡ lΕ ij ; mΕ ij ; uΕ ij
)
yang masing-masing
nilainya dapat dicari sebagai berikut:
2.3.3.8 Fuzzy Synthetic Decision
Menurut Chow Yang et al. (2004, p545-548), bobot setiap kriteria dan nilai performansi fuzzy harus diintegrasikan dengan perhitungan bilangan fuzzy untuk ~ yang diperoleh dijadikan nilai performansi fuzzy. Berdasarkan bobot setiap kriteria w j dari pembobotan fuzzy dan matriks performansi fuzzy dapat diperoleh matriks fuzzy ~ ~ ~ ~ synthetic decision sebagai berikut R = E ⊗ w . Pendekatan nilai fuzzy R i terwakili oleh
~ R i = (lRi; mRi; uRi), dimana :
30 2.3.3.9 Fuzzy Ranking
Menurut Chow Yang et al. (2004, p545-548), hasil fuzzy synthetic decision yang dicapai oleh setiap alternatif merupakan bilangan fuzzy. Oleh karena itu diperlukan metoda pe-ranking-an nonfuzzy pada bilangan fuzzy yang diterapkan pada perbandingan setiap alternatif. Dengan kata lain prosedur de-fuzzy-fikasi untuk memperoleh nilai Best Nonfuzzy Performance (BNP). Berbagai metoda de-fuzzy-fikasi dapat diterapkan antara
lain mean of maxima (MOM), center of area (COA), dan α-cut. Penggunaan metoda COA untuk memperoleh BNP lebih sederhana dan praktis, tidak memerlukan preferensi evaluator. Nilai BNP dari bilangan fuzzy i R% dapat diperoleh dengan persamaan
berikut: BNPi = [(uRi − lRi ) + (mRi − lRi )] / 3
Perankingan setiap alternatif dilakukan berdasarkan BNP dari setiap alternatif. BNP yang paling tinggi merupakan nilai performa tertinggi.
2.4
Sistem
2.4.1
Pengertian Sistem
Pengertian sistem dilihat dari berbagai sumber, yakni: 1.
Menurut Jerry FithGerald ; sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (http6.)
2.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p9) sistem adalah sebuah kumpulan dari komponen-komponen yang mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan permodelan, fungsi-fungsi, dan antarmuka-antarmuka.
31 2.4.2
Elemen Sistem
Elemen sistem terdiri dari: 1. Memiliki komponen ; Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. 2. Batas sistem (boundary) ; Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. 3. Lingkungan luar sistem (environment) ; Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. 4. Penghubung sistem (interface) ;
32 Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. 5. Masukan sistem (input) ; Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut
dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan
data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi. 6. Keluaran sistem (Output) ; Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem. 7. Pengolah sistem (Process) ; Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan. 8. Sasaran sistem ; Kalau sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.
33
Gambar 2.5 Karakteristik suatu sistem Sumber : http1. 2.4.3
Klasifikasi Sistem
Sistem dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Sistem abstrak ; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik (sistem teologia) 2. Sistem fisik ; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.) 3. Sistem alamiah ; sistem yang terjadi melalui proses alam. (sistem matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll. 4. Sistem buatan manusia ; sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut humanmachine system (contoh ; sistem informasi).
5. Sistem Tertentu (deterministic system) ; beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan
34 pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan (contoh ; sistem komputer) 6. Sistem tak tentu (probabilistic system) ; sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas. 7. Sistem tertutup (close system) ; sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benarbenar tertutup). 8. Sistem terbuka (open system) ; sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. (http1.)
2.5
Konsep Dasar Informasi
Berikut merupakan konsep dasar dari informasi, yaitu: a. Informasi: data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi == input - proses – output. b. Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi manajemen yang memerlukan. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau sebaliknya. c. Representasi informasi: pelambangan informasi, misalnya: representasi biner.
35 d. Kuantitas informasi: satuan ukuran informasi. Tergantung representasi. Untuk representasi biner satuannya: bit, byte, word dll. e. Kualitas informasi: bias terhadap error, karena: kesalahan cara pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti prosedur pemrosesan, kehilangan atau data tidak terproses, kesalahan perekaman atau koreksi data, kesalahan file histori/master, kesalahan prosedur pemrosesan ketidak berfungsian
sistem. Kualitas Informasi ; tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus : 1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan masudnya. 2. Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. 3. Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. f. Umur informasi: kapan atau sampai kapan sebuah informasi memiliki nilai/arti bagi penggunanya. Ada condition information (mengacu pada titik waktu tertentu) dan operating information (menyatakan suatu perubahan pada suatu range waktu). (http1.)
2.6
Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem informasi menurut berbagai sumber:
36 1. Menurut Tejoyuwono Notohadiprawiro istilah sistem informasi menyiratkan suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tatacara penggunaannya yang mencakup lebih jauh daripada sekadar penyajian. Istilah tersebut menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data serta menyusun tatacara penggunaannya. (http8.) 2. Menurut Robert A.Leitch, sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (http7.)
2.7
Tingkatan Sistem Informasi
Beberapa jenis TI yang dikembangkan berdasarkan lini manajerial, memiliki fungsi dan manfaat bagi tiap tingkatan manajerial. Adapun tingkatan SI tersebut adalah : 1. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Sytems-TPS). TPS merupakan hasil perkembangan dari pembentukan kantor elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin diotomatisasi termasuk untuk pemrosesan transaksi. Pada TPS, data yang dimasukkan merupakan data-data transaksi yang terjadi. 2. Sistem Informasi Manajemen (SIM). SIM
adalah sebuah kelengkapan
pengelolaan dari proses-proses yang menyediakan informasi untuk manajer guna mendukung operasi-operasi dan pembuatan keputusan dalam sebuah organisasi.Pada SIM, masukan yang diberikan berupa data transaksi yang
37 telah diproses, beberapa data yang asli, model-model pengolahan data. Kemudian data-data tersebut akan diproses. Proses yang terjadi berupa pembuatan laporan-laporan yang ringkas, keputusan-keputusan yang rutin dan jawaban dari query yang diberikan. 3. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM dengan penyediaan prosedur-prosedur khusus dan pemodelan yang unik yang akan membantu manajer dalam memperoleh alternatif keputusan. 4. Sistem
Informasi
e-Business
dibangun
untuk
menjawab
tantangan
pengintegrasian data dan informasi dari proses bisnis berbasis internet. (http1.)
2.8
Supply Chain Management
2.8.1
Konsep Supply Chain
Menurut Pujawan (2003, p5) supply chain adalah jaringan perusahaanperusahaan yang bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga
38 sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Dalam kondisi yang nyata di lapangan, supply chain tidak sesederhana yang di atas. Model serial seperti di atas terlalu sederhana untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Berikut sebuah gambaran ilustrasi konseptual sebuah supply chain: Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quocation Supplier Tier 2
Supplier Tier 1
Manufacturer
Distributor
Retail / Toko
Finansial : pembayaran Material : retur, recycle, repair Informasi : order, ramalan, RFQ / RFP
Gambar 2.6 Simplikasi model supply chain dan 3 macam aliran yang dikelola Sumber: Pujawan (2003, p5) 2.8.2
Konsep Supply Chain Management
Menurut Pujawan (2003, p7), kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management atau biasa disebut SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Supply chain management tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah
perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Diperlukan koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada supply chain karena perusahaan-perusahaan yang berada pada satu supply chain
39 pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, mereka harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan kerjasama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan bisa dicapai. Oleh karena itu, cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. Semangat kolaborasi dan koordinasi juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah supply chain tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak akan banyak berarti apabila supplier-nya tidak mampu menghasilkan bahan baku yang berkualitas atau tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu. Supply chain memberikan bantuan teknis dan manajerial terhadap supplier-suppliernya karena pada akhirnya ini akan menciptakan kemampuan bersaing keseluruhan supply chain. 2.8.3
Area Cakupan SCM
Kebanyakan akademisi maupun praktisi menggolongkan mereka yang ada pada kegiatan mengelola aliran material dan informasi (yang terkait dengan aliran material) adalah kegiatan-kegiatan SCM. Menurut Pujawan (2003, p8-p15) kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah: a. Kegiatan merancang produk baru (product development) b. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement) c. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control) d. Kegiatan melakukan produksi (production) e. Kegiatan melakukan pengiriman / distribusi (distribution)
40 Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa Inggrisnya bisa disebut purchasing, procurement, atau supply function), bagian produksi, bagian perencanaan
produksi (sering dinamakan bagian Production Planning and Inventory Control, PPIC), dan bagian pengiriman atau distribusi barang jadi. Tabel berikut akan menguraikan lebih lanjut beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian. Tabel 2.3 Contoh Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian-Bagian pada Perusahaan Bagian
Pengembangan Produk
Cakupan Kegiatan Antara Lain
Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
Pengadaan
Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan & Pengendalian
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan
kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan Operasi / Produksi
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Pengiriman / Distribusi
Perencanaan
jaringan
distribusi,
penjadwalan
pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber: Pujawan (2003, p9).
41 Bagian berikut akan menguraikan secara singkat aktivitas-aktivitas di masingmasing bagian tersebut: 1. Pengembangan Produk (Product Development) Bagian ini sangat penting artinya bagi perusahaan-perusahaan yang ada pada kelompok industri inovatif. Pada industri inovatif, jumlah produk baru yang diluncurkan tiap tahun bisa cukup banyak. Siklus hidup produk (product life cycle) pada industri ini biasanya sangat pendek. Beberapa industri yang
termasuk dalam klasifikasi ini adalah garmen, komputer, elektronik (misalnya camcorder dan digital camera), industri pengepakan (packaging), dan sebagainya. Bahkan industri-industri yang tadinya tidak terlalu mementingkan variasi juga banyak yang berubah menjadi lebih inovatif. Dalam merancang produk baru, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, rancangan harus mencerminkan aspirasi atau keinginan pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan riset pasar yang memadai. Kedua, produk yang dirancang harus mencerminkan ketersediaan dan sifatsifat bahan baku. Dalam praktek SCM modern, melibatkan supplier-supplier kunci dalam proses perancangan produk baru sangatlah penting. Ketiga, rancangan yang dibuat harus bisa diproduksi secara ekonomis dengan fasilitas produksi yang dimiliki atau yang akan dibangun. Jadi, dalam merancang produk baru, aspek manufacturability perlu dipertimbangkan. Keempat, produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatan penigiriman mudah dilakukan dan tidak menimbulkan biaya-biaya persediaan yang berlebihan di sepanjang supply chain. Hal yang juga tidak bisa diabaikan adalah aspek lingkungan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan
42 yang dituntut untuk merancang produk yang ramah lingkungan dan mudah didaur ulang pada saat sudah rusak. 2. Bagian Pembelian (Procurement) Secara tradisional bagian pengadaan atau pembelian dianggap bagian yang kurang strategis. Dewasa ini anggapan tersebut sudah sangat banyak berubah. Bagian pembelian dianggap strategis oleh banyak perusahaan besar maupun kecil di dunia. Ini dikarenakan bagian ini punya potensi untuk menciptakan daya saing perusahaan ataupun supply chain, bukan hanya dari perannya dalam mendapatkan bahan baku dengan harga murah, tetapi juga dalam upaya meningkatkan time to market(dalam perancangan produk baru), meningkatkan kualitas produk (dengan bekerjasama dengan supplier untuk menjalankan program-program kualitas), dan meningkatkan responsiveness (dengan memilih supplier-supplier yang bukan hanya murah, tetapi juga responsif). Tentu untuk bisa berperan strategis seperti itu bagian pembelian tidak cukup hanya bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan administratif. Mereka dituntut juga untuk memiliki keahlian bernegosiasi, memiliki kemampuan untuk menerjemahkan tujuan strategis perusahaan kedalam sistem pemilihan dan evaluasi supplier, dan sebagainya. Di samping tugas-tugas rutinnya untuk melakukan pembelian bahan baku, komponen, jasa, dan sebagainya, bagian ini juga diharapkan bisa menciptakan kolaborasi jangka panjang dengan supplier-supplier yang relevan, melibatkan mereka dalam perancangan
produk baru, mengevaluasi supply risk, dan sebagainya. 3. Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Control)
43 Dalam cakupan planning and control ini berbagai keputusan yang berkaitan dengan persediaan (inventory) juga harus dibuat. Selain keputusan yang bersifat tradisional seperti berapa tingkat persediaan pengaman (safety stock) dan berapa reorder point untuk setiap jenis item atau stock keeping unit (SKU), manajer PPIC juga dituntut untuk bisa menentukan di mana persediaan harus disimpan, dalam bentuk apa sebaiknya disimpan (apakah lebih banyak dalam bentuk produk akhir atau dalam bentuk bahan baku), serta siapa seharusnya memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan persediaan. Dewasa ini banyak perusahaan yang mempraktekkan model vendormanaged inventory (VMI) dimana supplier diberi tugas untuk
mengelola persediaan yang secara fisik tersimpan di fasilitasnya perusahaan pembeli, termasuk menentukan kapan dan berapa banyak pengiriman harus dilakukan
untuk
keperluan
re-stocking
(atau
lumrahnya
disebut
replenishment). Agar sistem ini bisa berjalan dengan baik tentunya
diperlukan koordinasi yang baik antara supplier dengan perusahaan pembeli. Perusahaan pembeli harus bisa memberikan informasi yang cepat dan akurat tentang data penjualan dari waktu ke waktu serta tingkat persediaan barang yang ada di fasilitas mereka. 4. Operasi / Produksi Bagian ini bertugas secara fisik melakukan transformasi dari bahan baku, bahan setengah jadi, atau komponen menjadi produk jadi. Kegiatan produksi dalam konteks supply chain tidak harus dilakukan di dalam perusahaan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang melakukan outsourcing, yakni memindahkan kegiatan produksi ke pihak subkontraktor. Perusahaan
44 kemudian berkonsentrasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memang menjadi core competency mereka. Dengan demikian, produktivitas tenaga kerjadan sumber daya lainnya akan bisa ditingkatkan karena semua pihak akan berkonsentrasi pada kompetensi mereka masing-masing. Dalam kegiatan produksi, banyak hal yang harus diperhatikan. Konsepkonsep lean manufacturing yang mementingkan efisiensi dan agile manufacturing yang menekankan pada fleksibilitas dan ketangkasan
merespon perubahan adalah dua hal yang penting dalam mengelola sistem produksi. Pilihan ke arah efisiensi atau ke arah fleksibilitas dan ketangkasan merespon perubahan adalah dua hal yang penting dalam mengelola sistem produksi. Pilihan ke arah efisiensi atau ke arah fleksibilitas haruslah dibuat dengan pertimbangan tujuan strategis. Perusahaan yang bersaing di pasar atas dasar harga dan memproduksi produk dengan volume yang besar biasanya akan menaruh efisiensi di atas fleksibilitas. 5. Pengiriman / Distribusi Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang tidak melakukan sendiri kegiatan pengiriman produk ke distributor atau ke pelanggan sehingga peluang perusahaan jasa transportasi untuk berkembang semakin besar. Perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa transportasi, pergudangan, dan sebagainya sering dinamakan dengan 3PL atau third party logistic service providers.
Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus bisa merancang jaringan distribusi yang tepat. Keputusan tentang perancangan jaringan distribusi harus mempertimbangkan tradeoff antara aspek biaya, aspek
45 fleksibilitas dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan. Sebagai contoh, perusahaan mungkin hanya mengoperasikan sedikit gudang dengan konsekuensi tingkat pelayanan pelanggan yang lebih rendah namun di sisi lain akan bisa menghemat biaya tetap maupun biaya operasional gudang dan mengurangi biaya persediaan. Kegiatan operasional distribusi bisa sangat kompleks terutama bila pengiriman harus dilakukan ke jaringan yang luas dan tersebar di manamana. Perusahaan harus menetapkan tingkat service level yang harus dicapai di masing-masing wilayah, menentukan jadwal maupun rute pengiriman, serta mencari cara-cara yang inovatif untuk mengurangi biaya serta meningkatkan service level ke perlanggan. 2.8.4
Peran Teknologi Internet dalam SCM
Dengan adanya internet, pihak-pihak pada supply chain bisa membagi informasi serta melakukan transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat. Informasi penjualan di supermarket atau ritel akan mudah bisa dibagi dengan menggunakan internet. Informasi tingkat persediaan, kapasitas produksi, konfigurasi produk, dan sebagainya bisa dengan mudah dibagi lewat infrastruktur internet. Menurut Pujawan (2003, p19 – p22), model aplikasi internet dalam konteks supply chain management memiliki dua bagian, yaitu: 1) Electronic Procurement (e-Procurement) Aplikasi internet untuk mendukung proses pengadaan cukup lumrah dalam konteks supply chain management. Aplikasi ini biasanya dinamakan eprocurement yang merupakan singkatan dari electronic procurement. Ada
beberapa model e-procurement yang digunakan oleh berbagai perusahaan dewasa ini. E-procurement diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama
46 yaitu
e-procurement
(transactional)
dan
yang yang
mendukung mendukung
hubungan hubungan
jangka jangka
pendek panjang
(partnerships). Salah satu model yang mendukung hubungan jangka pendek adalah electronic auction (e-auction), yaitu suatu aplikasi untuk mendukung kegiatan lelang yang dilakukan secara elektronik. Pada model e-auction, pembeli bisa mengundang beberapa calon supplier untuk menawarkan harga atas produk dengan spesifikasi dan jumlah tertentu. Semua supplier yang hadir bisa mengubah harga penawaran selama jangka waktu lelang dilakukan. Kebanyakan model e-procurement yang ada dewasa ini merupakan pendukung transaksi jangka pendek. Namun demikian, ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk mendukung kemitraan jangka panjang. Pada model ini supplier dan perusahaan pembeli bisa membagi informasi kapasitas dan rencana produksi, informasi tentang tingkat persediaan, serta informasiinformasi lainnya. 2) Electronic Fulfillment (e-Fulfillment) Dalam konteks supply chain kita sering mendengar kata order fulfillment yang artinya pemenuhan pesanan pelanggan. Berbeda dengan procurement yang berada pada sisi hulu, proses fulfillment lebih pada proses bagian hilir supply chain. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam proses fulfillment
adalah: a. Menerima order dari pelanggan. Pelanggan bisa memesan produk melalui telepon, fax, datang langsung, e-mail, atau web-based ordering. b. Mengelola transaksi. Termasuk di sini adalah proses pembayaran.
47 c. Manajemen gudang yang meliputi pengendalian persediaan produk dan kegiatan administrasi gudang secara umum. d. Manajemen transportasi. Keputusan mode dan rute transportasi termasuk di dalamnya. e. Komunikasi dengan pelanggan untuk memberikan informasi status pesanan, dukungan teknis dan sebagainya. f.
Kegiatan reverse logistics yang berupa pengembalian produk ke bagian hulu supply chain akibat pengembalian dari pelanggan.
Dengan demikian, e-fulfilment adalah pengelolaan proses-proses di atas dengan media teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi lain e-fulfilment yang cukup lumrah adalah pada bidang ritel/grosir. Pelanggan bisa memesan barang melauli internet untuk dikirim langsung ke rumah mereka. Model e-fulfilment seperti ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, namun banyak tantangan yang harus dihadapi termasuk aspek keamanan transaksi, rute pengiriman yang sangat dinamis, dan pengiriman yang harus dilakukan dalam tenggang waktu yang pendek.
2.9
Analisis dan Perancangan Sistem
2.9.1 Analisis Sistem
Analisis sistem didefinisikan sebagai proses penelitian dari masalah bisnis yang ingin diselesaikan dengan sistem informasi ; mendefinisikan masalah, mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab masalah, menspesifikasikan dan mengusulkan solusi pemecahan masalah, hingga mengidentifikasikan kebutuhan informasi yang bertujuan untuk mendapatkan solusi yang tepat dan memuaskan.(Turban et al. , 2003, p467)
48 Adapun tujuan dari analisis sistem, antara lain : •
Memberikan pelayanan kebutuhan informasi kepada fungsi manajerial di dalam pengendalian pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan;
•
Membantu para pemngambil keputusan ;
•
Mengevaluasi sistem yang telah ada;
•
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai berupa pengolahan data maupun pembuatan laporan baru;
• 2.9.2
Menyusun suatu tahap rencana pengembangan sistem.
Perancangan Sistem
Perancangan sistem mendeskripsikan bagaimana suatu sistem informasi akan menyelesaikan pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui analisa sistem, meliputi fitur – fitur teknis seperti input, output, user interface, hardware, software, database, dan telekomunikasi. (Turban et al. , 2003, p468)
2.10
Interaksi Manusia dan Komputer
2.10.1 Pengertian Interaksi Manusia dan Komputer
Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) atau Human Computer Interaction (HCI) adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya. (Shneiderman , 1998, p8). 2.10.2 Delapan Aturan Emas Perancangan Sistem
Menurut Shneiderman ada delapan aturan paling penting dalam merancang tampilan (user interface). Berikut adalah delapan aturan emas : -
Berusaha untuk konsisten
49 Konsistensi dalam kesamaan terminology dalam menu, tampilan, font, dan help screen. Konsistensi dalam warna, kapitalisasi dan tampilan adalah penting. -
Memungkinkan frequent users menggunakan shortcuts Setelah para user mulai tanggap dalam mengakses sebuah site, maka user akan menginginkan shortcut-shortcut yang mempercepat geraknya dalam pengaksesan site tersebut.
-
Memberikan umpan balik yang informative Untuk setiap operator action, diantaranya harus mempunyai sistem feedback. Untuk setiap tindakan yang sering dan sederhana, maka respon
yang diberikan juga sederhana, tetapi jika tindakan yang jarang dan major actions, maka respon harus lebih substansial.
-
Merancang dialog yang memberikan penutupan (keadaan akhir) Bertujuan membuat seorang user merasa aman dalam melakukan sebuah tindakan dengan memberikan gambaran hasil akhir dari suatu pilihan, serta pemberian banyak option kepada user sehingga bisa ikut mempengaruhi hasil akhir.
-
Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana Suatu site harus dirancang agar kesalahan yang dibuat oleh user dapat ditekan seminimal mungkin, dan pesan kesalahan yang dimunculkan harus dapat dimengerti oleh user awam.
-
Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah
50 Tindakan harus dapat dibalikkan menjadi keadaan sebelumnya, sehingga membuat user merasa aman karena ia tahu bahwa kesalahan yang dibuat dapat diperbaiki. -
Mendukung pusat kendali internal (internal locus of control) Membuat user merasa memegang kendali atas site tersebut. Kesulitan user dalam menavigasi site atau dalam mendapatkan data yang
diinginkan akan menimbulkan rasa tidak puas. -
Mengurangi beban ingatan jangka pendek Manusia hanya dapat mengingat tujuh informasi ditambah atau dikurang dua informasi pada suatu waktu. Batasan ini berarti suatu situs harus dibuat sesederhana mungkin sehingga tidak membuat seorang user bingung karena terlalu banyaknya informasi.
2.11
Pemrograman Berorientasi Objek (Object Oriented Programming /OOP)
Pemrograman berorientasi objek (Object Oriented Programming / OOP) merupakan paradigma pemrograman yang berorientasikan kepada objek. Semua data dan fungsi di dalam paradigma ini dibungkus dalam kelas-kelas atau objek-objek. Model data berorientasi objek dikatakan dapat memberi fleksibilitas yang lebih, kemudahan mengubah program, dan digunakan luas dalam teknik piranti lunak skala besar. Lebih jauh lagi, pendukung OOP mengklaim bahwa OOP lebih mudah dipelajari bagi pemula dibanding dengan pendekatan sebelumnya, dan pendekatan OOP lebih mudah dikembangkan dan dirawat. (http5.)
51 2.11.1. Analisis Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis / OOA)
Analisis Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis / OOA) adalah sebuah teknik model driven yang mengintegrasikan data dan proses ke dalam konstruksi yang disebut objek. Model-model OOA adalah gambar-gambar yang mengilustrasikan objekobjek sistem dari berbagai macam perspektif, seperti struktur, behaviour, dan interaksi objek-objek. (Whitten et al. , 2004, p179) 2.11.2. Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Design / OOD)
Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Design / OOD) adalah pendekatan yang digunakan untuk menetukan solusi perangkat lunak dalam hal menggunakan objek, atribut, dan metodenya. (Whitten et al. , 2004, p648) 2.11.3. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis and Design / OOAD)
Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis and Design / OOAD) merupakan kumpulan alat dan teknik untuk pengembangan sistem yang
akan menggunakan teknologi objek untuk mengkonstruksi sebuah sistem dan perangkat lunaknya. (Whitten et al. , 2004, p27)
2.12
Basis Data
Basis data atau database adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil kueri (query) basis data disebut sistem manajemen basis data (database management system, DBMS). Sistem basis data dipelajari dalam ilmu informasi. . ( http4. )
52 Perangkat lunak basis data yang banyak digunakan dalam pemrograman dan merupakan perangkat basis data aras tinggi (high level): - Microsoft SQL Server - Oracle - MySQL - Microsoft Acces - Visual FoxPro Bila dibandingkan dengan sistem pemrosesan file yang didukung oleh sistem operasi konversional, maka penggunaan basis data akan memperoleh keuntungankeuntungan sebagai berikut: a. Reduksi duplikasi data (minimum redundancy data yang pada giliranya akan mencegah inkonsistensi dan isolasi data); b. Kemudahan, kecepatan dan efisiensi (data sharing dan availability) akses atau pemanggilan data; c. Penjagaan integritas data; d. Menyebabkan data menjadi self-dokumented dan self-descriptive;
2.13
e.
Mereduksi biaya pengembangan perangkat lunak;
f.
Meningkatkan faktor keamanan data;
Notasi (Notation)
2.13.1 Tujuan Notasi
Menurut Mathiassen et al. (2000, p327-328), tujuan dari sebuah notasi adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya, notasi
53 adalah sebagian teks yang diformalkan dan bahasa grafikal (graphical language) untuk mendeskripsikan sebuah sistem dan konteksnya. 2.13.2 Prinsip Notasi
Menurut Mathiassen et al. (2000, p329-330), prinsip notasi, yaitu: 1. Mengadopsi notasi pada tugas Dalam mendisain sistem administrasi tradisional untuk melakukan mengirim dan mengambil data, harus dapat menjelaskan keseluruhan aspek yang diproses oleh user. Di lain pihak, jika membangun sebuah sistem real-time untuk memproses sinyal, harus dapat dijelaskan secara kompleks aspek teknikal secara detail dan terperinci. 2. Mengadopsi notasi untuk program teknikal Saat mengadopsi notasi untuk technical platform, dapat digunakan peralatanperalatan (tools) yang tersedia pada program dari awal. Tool dapat menyediakan tiga keuntungan. Yang pertama, sebagai editor petunjuk sintaks dalam tool spesial yang dapat memudahkan dokumentasi produksi dan pengeditan. Yang kedua tool membuat kita dapat secara otomatis mengontrol sintaks dan konsistensi dalam memformalkan bagian dari deskripsi. Yang terakhir, tool membuat kita dapat menggunakan dfeskripsi disain secara langsung pada saat implementasi. 3. Menggunakan notasi minimal, di mana notasi yang baik: 1. Dapat mengekspresikan baik secara keseluruhan dan detail, 2. Terdiri dari elemen-elemen grafikal dan tekstual, 3. Berguna untuk spesifikasi secara garis besar dan teliti, 4. Dapat membuat kontrol otomatis dari sintaks dan konsistensi,
54 5. Dapat membuat peralatan pendukung, dan 6. Membuat kesamaan hubungan, batasan yang secara keseluruhan yang secara konsisten digunakan.
2.14
Notasi dari Object Oriented Analysis and Design
2.14.1 Tabel dan Daftar (Tables and List)
Menurut Mathiassen et al. (2000, p333-334), tables and list terdiri dari: a. Event table
: kumpulan kelas-kelas yang mengidentifikasikan events
yang merupakan bagian dari behavioral pattern (pola kegiatan). b. Actor table : Use cases didukung oleh sistem dan aktor luar pada konteks yang mengambil bagian pada use cases. c. Function list
: Kumpulan lengkap dari fungsi-fungsi yang disediakan
oleh sistem. d. Window list
: Kumpulan lengkap dari beberapa window yang
disediakan oleh sistem. e. Print-out list
: Kumpulan lengkap dari beberapa print-out yang dapat
dihasilkan oleh sistem. 2.14.2 Diagram-Diagram
Diagram menyediakan garis besar dari batasan bagian dari sebuah deskripsi. Kebanyakan berasal langsung dari Unified Modelling Language, kecuali untuk rich pictures, navigation diagrams, dan window diagrams. Menurut Mathiassen et al. (2000,
p334-335), diagram-diagram yang digunakan antara lain adalah:
55 a. Rich picture
: Sebuah gambaran mengenai orang, objek-objek, proses-
proses, struktur-struktur dan permasalahan pada masalah sistem dan application domains. b. Class diagram
:
Kumpulan
kelas-kelas
dan
kesamaan
hubungan
strukturalnya. Dapat juga terdiri contoh-contoh pada form dari objek dan links. c. Deployment diagram:
Komponen-komponen program sistem, peralatan
eksternal, dan kesamaan hubungan structural. d. Sequence diagram : Interaksi dari keseluruhan waktu diantara kumplan objek-
objek. Perhatian / penekanan utama dapat pada waktu atau pada hubungan antarobjek. e. Statechart diagram : Behavioral pattern yang valid untuk semua objek-objek
pada sebuah kelas, dideskripsikan dari pernyataan-pernyataan partisipasi dan events. f. Use-case diagram : Aktor eksternal pada sebuah konteks sistem, use cases
yang mendukung sistem, keterkaitan hubungan structural. g. Navigation diagram : Keseluruhan windows antarmuka pemakai dan
hubungan dinamiknya. h. Window diagram : Konstruksi dari sebuah single window dan deskripsi
penggunaannya. 2.14.3 Spesifikasi Tekstual
Spesifikasi tekstual cocok untuk deskripsi secara terperinci dari aspek-aspek yang didetail. Menurut Mathiassen et al. (2000, p335), spesifikasinya adalah:
56 a. System definition : Sebuah deskripsi secara detail dari sebuah solusi yang terkomputerisasi. b. Actor specification : Sebuah actor pada konteks sistem dideskripsikan dengan tujuan, karakteristik-karakteristik, dan contoh-contoh. c. Use-case specification : Sebuah deskripsi dari interaksi secara general antara sebuah aktor dan sistem yang dijelaskan dari aksi-aksi yang dilakukan oleh aktor, dan hasil observasi yang dihasilkan oleh sistem. d. Operation specification : Sebuah properti-properti dari operasi yang dijelaskan pada format yang tetap / baku. e. Component specification :
Detail-detail
dari
sebuah
tanggungjawab
komponen, ketidak bergantungan, dan hubungan konteks.
2.15
UML Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa spesifikasi standar untuk
mendokumentasikan, menspesifikasikan, dan membangun sistem perangkat lunak. UML tidak berdasarkan pada bahasa pemrograman tertentu. Standar spesifikasi UML dijadikan standar defacto oleh OMG (Object Management Group) pada tahun 1997. UML yang berorientasikan object mempunyai beberapa notasi standar. Spesifikasi ini menjadi populer dan standar karena sebelum adanya UML, telah ada berbagai macam spesifikasi yang berbeda. Hal ini menyulitkan komunikasi antar pengembang perangkat lunak. Untuk itu beberapa pengembang spesifikasi yang sangat berpengaruh berkumpul untuk membuat standar baru. UML dirintis oleh Grady Booch, James Rumbaugh pada tahun 1994 dan kemudian Ivar Jacobson. (http5.)
57 UML mendeskripsikan OOP (Object Oriented Programming) dengan beberapa diagram, diantaranya: 2.15.1 Diagram Struktur
a. Class Diagram Class Diagram adalah diagram yang menunjukkan sekumpulan kelas, interface, dan kolaborasi dan hubungannya satu sama lain. (Booch et al. ,
1999, p25)
Gambar: 2.7 Class Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
0..1 = zero or one 1 = one only 0..* = zero or more 1..* = one or more n
= only n (where n > 1)
0..n = zero to n (where n > 1) 1..n = one to n (where n > 1)
58 b. Object Diagram Object Diagram menunjukkan kumpulan dari objek dan hubungannya antar
objek. Object Diagram menampilkan gambaran statis dari hal yang ada dalam Class Diageam. Diagram ini menunjukkan penggambaran desain statis atau penggambaran proses statis dari sebuah sistem seperti misalnya Class Diagram, tetapi dari perspektif kasus asli atau prototype. (Booch et al. ,
1999, p25)
Gambar 2.8 Object Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
c. Component Diagram Component Diagram menunjukkan organisasi dan ketergantungan antar
kumpulan komponen. Diagram ini berhubungan dengan Class Diagram dimana komponen secara khusus dipetakan menjadi satu atau lebih class, interface, atau collaboration. (Booch et al. , 1999, p25)
59
Gambar 2.9 Component Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
d. Deployment Diagram Deployment Diagram menunjukkan konfigurasi dari waktu proses node dan
komponen yang hidup di dalamnya. Diagram ini berhubungan dengan Component Diagram yang mana suatu node menyertakan satu atau lebih
komponen. (Booch et al. , 1999, p25)
Gambar 2.10 Deployment Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
60 2.15.2 Diagram Perilaku
Membuat diagram perilaku yang terdiri dari: a. Use Case Diagram Use Case Diagram menunjukkan kumpulan dari use case, actor, dan
hubungannya. Diagram ini penting, khususnya dalam mengatur dan memperagakan tingkah laku sistem. (Booch et al. , 1999, p25)
Gambar 2.11 Use Case Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
b. Sequence Diagram Interaction Diagram menunjukkan interaksi, yang terdiri dari kumpulan
objek dan hubungannya, termasuk pesan yang mungkin dikirim diantaranya. Sequence
Diagram
adalah
Interaction
Diagram
yang
pengurutan waktu dari pesan-pesan. (Booch et al. , 1999, p25)
menekankan
61
Gambar 2.12 Sequence Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
c. Collaboration Diagram Collaboration Diagram adalah Interacton Diagram yang menekankan
struktur organisasi dari objek yang mengirim dan menerima pesan. (Booch et al. , 1999, p25)
Gambar 2.13 Collaboration Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
d. Statechart Diagram
62 Statechart Diagram menunjukkan sebuah state machine, yang berisikan
pernyataan, transisi, kejadian, dan aktivitas. Diagram tersebut penting dalam membuat model dan tingkah laku dari suatu interface, class, atau collaboration dan menekankan pengurutan kejadian tingkah laku sebuah
objek, yang mana khususnya berguna dalam sistem pembuatan model reaktif. (Booch et al., 1999, p333)
Gambar 2.14 Statechart Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p333)
e. Activity Diagram Activity Diagram adalah jenis khusus dari Statechart Diagram yang
menunjukkan alur dari aktivitas yang satu ke aktivitas yang lainnya dalam sebuah sistem dan menekankan alur kontrol antar objek. (Booch et al. , 1999, p25)
63
Gambar 2.15 Activity Diagram Sumber : Booch et al. (1999, p25)
64 2.16
Kerangka Pikir Start
Studi Pustaka 1. Buku Pustaka 2. Web 3. Thesis 4. Jurnal
Penelitian Pendahuluan 1. Wawancara Langsung dengan Pihak Perusahaan 2. Observasi Langsung
Analisa Sistem Berjalan
Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Masalah Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah Pengumpulan Data 1. Wawancara a. Kriteria Penilaian Supplier b. Proses Penerimaan Pesanan c. Proses Pemesanan Bahan Baku c. Penilaian Prioritas Kriteria Supplier 2. Pengamatan Langsung Proses Penerimaan Bahan Baku 3. Pengamatan tidak Langsung (data dari perusahaan) a. Data Bahan Baku b. Data Supplier c. Data Customer
Pengolahan Data 1. Membagi kriteria dan subkriteria 2. Menentukan pembobotan kriteria dan subkriteria Supplier 3. Melakukan perhitungan metode fuzzy AHP a. Menilai skala linguistik evaluator b. Melakukan perbandingan setiap kriteria dan subkriteria menggunakan matriks synthetic pairwise comparison c. Menghitung bobot setiap kriteria dan sub kriteria d. Melakukan defuzifikasi bobot dari kriteria dan subkriteria e. Menghitung performance masing-masing supplier berdasarkan kriteria f. Menentukan peringkat supplier berdasarkan tingkat performance total Analisa Data A
Gambar 2.16 Diagram Alir
65
A
System Definition FACTOR Analysis Rich Picture Problem Domain Analysis
Class & Event Candidate Event Table Class Diagram State Chart Diagram
Application Domain Analysis
Usecase Diagram Function List Sequence Diagram Navigation Diagram (interface)
Architecture Design Criteria Component Diagram Deployment Diagram
Component Design Revised Class Diagram
Perancangan Interface dan Pembuatan Coding Testing Kesimpulan dan Saran Selesai
Gambar 2.17 Diagram Alir (Lanjutan)