BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Informasi, Analisis Sistem, dan Perancangan Sistem 2.1.1
Pengertian Sistem Informasi Sistem Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan (McLeod, 2001, p9).
Informasi Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti (McLeod, 2001, p123). Informasi adalah data yang telah dibentuk kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti dan kegunaan bagi manusia (Laudon, 2002, p7). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses sehingga mempunyai arti dan kegunaan bagi manusia.
Sistem Informasi Sistem Informasi adalah komponen yang saling berhubunganyang bekerja bersamasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan penyebaran informasi untuk mendukung pembuatab, koordinasi, control, analisis, dan visualisasi keputusan di dalam suatu organisasi (Laudon, 2002, p7)
2.1.2
Pengertian Analisis Sistem Analisis sistem adalah penelitian terhadap sistem baru atau sistem yang sudah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaharui (McLeod, 2001, p128).
5
6 Analisis sistem adalah analisis permasalahan dimana organisasi akan berusaha memecahkannya dengan sistem organisasi (Laudon, 2002, p316). Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah proses memahami sistem adalah proses memahami sistem dan masala yang ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru
2.1.3
Pengertian Perancangan Sistem Perancangan Sistem adalah menentukan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru (McLeod, 2001, p130). Perancangan Sistem adalah menjelaskan bagaimana sistem akan menemukan kebutuhan informasi yang ditentukan oleh analisis sistem (Laudon, 2002, p318). Jadi dapat disimpulkan bawha perancangan sistem adalah proses dimana sistem menemukan kebutuhan yang diperlukan oleh sistem baru dari proses yang umum ke khusus.
2.2 Pengertian Internet, Intranet dan Ekstranet 2.2.1
Internet
Internet adalah singkatan dari Inter Connection Networking atau sering juga disebut cyber space. Internet adalah suatu organisasi bebas dari ribuan komputer (Oz, 2002, p4). Masing-masing jaringan ini menerima paling sedikit satu komputer yang mengarah ke sever.
Internet mempunyai arti hubungan berbagai komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi. Internet dapat juga diartikan sebagai jaringan komunikasi yang mencakup seluruh dunia yang menyediakan sumbersumber informasi yang dapat diakses 24 jam oleh setiap penggunanya.
7 Jadi dapat disimpulkan internet adalah sebuah jaringan komputer global yang terhubung dalam satu jaringan komunikasi yang mengarah ke server. Dan dapat memberikan informasi yang dapat diakses 24 jam oleh penggunanya.
2.2.2
Intranet Menurut Turban (2000, p242) Intranet merupakan sebuah Local Area Network atau
Web Area Network perusahaan yang menggunakan teknologi internet dan terlindung oleh firewall perusahaan. Sedangkan menurut Indrajit (2002, p187), intranet dapat diartikan sebagai jaringan internal perusahaan yang menghubungkan kantor pusat dengan kantor-kantor cabang yang terpisah secara geografis. Pengertian lain dari intranet, adalah sebuah penerapan teknologi internet dalam batas-batas jaringan internal organisasi. Ini berarti intranet juga menggunakan teknologi internet, seperti standar dan protokolnya, untuk memfasilitasi komunikasi elektronik antara bisnis dan proses-proses dalam organisasi. (CHAN Kah Sing, 2004, p61) Jadi kesimpulannya intranet adalah sebuah jaringan yang memiliki cakupan yang terbatas, tetapi memiliki konsep kerja yang mirip dengan internet, dan dapat digunakan untuk menghubungkan kantor pusat dengan kantor-kantor cabang yang terpisah secara geografis.
2.2.3
Ekstranet Menurut Turban (2000, p242), extranet adalah singkatan dari Extended Internet yaitu merupakan sebuah jaringan yang menghubungkan intranet-intranet dari berbagai lokasi yang menggunakan teknologi internet. Sedangkan menurut Indrajit (2002, p2002), ekstranet dapat pula diartikan sebagai jaringan yang dibangun sebagai alat komunikasi antar perusahaan dengan rekan bisnisnya.
8 Jadi dapat disimpulkan bahwa yang disebut sebagai ekstranet adalah, jaringan yang dibangun dari jaringan-jaringan intranet yang dihubungkan dengan internet, dengan fungsi sebagai alat komunikasi antar perusahaan dengan rekan bisnisnya.
2.3 Pengertian e-Business dan e-Commerce 2.3.1
e-Business Menurut Chaudhury & Kuilboer (2002, p31) e-bussines meliputi segala aktifitas dari sebuah perusahaan yang membuat e-commerce menjadi mungkin. E-business menurut Kalakota (dikutip oleh Chaudhury & Kuilboer, 2002, p31) mengartikannya sebagai “a complex fussion of business processes enterprise application, and
organizational structures necessary to create a high-performance business model”. Jadi dapat diartikan bahwa e-bisnis adalah peleburan yang kompleks dari aplikasi proses bisnis perusahaan, dan struktur-struktur organisasional yang dibutuhkan untuk membangun sebuah model bisnis yang berteknologi tinggi. IBM (dikutip oleh Chaudhury & Kuilboer, 2002, p31) mendefinisikannya sebagai penggunaan teknologi internet untuk mengembangkan dan mengubah proses bisnis kunci. AMR Research (dikutip oleh Chaudhury & Kuilboer, 2002, p31) menggambarkan ebisnis adalah sebuah kegiatan yang merupakan syarat dari tiga aktivitas: Supply
chain
management
(manajemen
rantai
pasokan),
enterprise
management
(manajemen perusahaan), dan customer management (manajemen pelanggan).
9
Supply Chain Management
Enterprise Management
Customer Management
¾ Logistics ¾ Distribution planning ¾ Demand planning and forecasting ¾ Warehouse management
¾ Finance and administration ¾ Operations planning and execution ¾ Procurement ¾ Human resources ¾ Product development ¾ Inventory management ¾ Research and development
¾ Sales Channel management ¾ Marketing automation ¾ Customer relationship management ¾ Personalization
Gambar 2.1 Peranan E-Bisnis dalam perusahaan Diambil dari: e-Business and e-Commerce Infrastructure, 2002
2.3.2
e-Commerce Menurut
Turban
(2000,
p4)
E-commerce
adalah
sebuah
konsep
yang
menggambarkan proses dari membeli (buying), menjual (selling) atau pertukaran produk, jasa, dan informasi lewat jaringan komputer termasuk internet. E-Commerce memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Terjadinya transaksi antara dua belah pihak
b.
Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi
c.
Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut.
Jenis E-Commerce Klasifikasi dari bidang e-commerce berdasarkan sifat dari transaksi (Turban, lee, king, chung, 2000, p11)
10 a.
Business to Business (B2B) B2B meliputi transaksi Inter Organizational System (IOS) dan transaksi pasar elektronik antar organisasi
b.
Business to Consumer (B2C) Ini adalah transaksi retailing dengan pembeli individual. Jenis pembeli umum di Amazon.com adalah seorang konsumen atau pelanggan
c.
Consumer to Consumer (C2C) Dalam kategori ini, seorang konsumen menjual secara langsung kepada konsumen lain melalui internet
d.
Consumer to Business (C2B) Kategori ini meliputi para individu yang menjual barang atau jasa kepada organisasi, sebagaimana para individu yang mencaripenjual, berinteraksi dengan penjual dan mengadakan suatu transaksi
2.4 Supply Chain Management
Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu system melalui mana suatu organisasi itu menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Kata penyaluran mungkin kurang tepat karena dalam istilah supply termasuk juga proses perubahan barang tersebut misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi.
2.4.1
Pengertian Supply Chain Menurut Chopra & Meindl (2001, p3), sebuah supply chain terdiri dari pelibatan setiap mata rantai persediaan, baik itu langsung maupun tidak langsung untuk
11 memenuhi permintaan pelanggan. Supply chain tidak hanya mencakup manufaktur atau pabrik dan pemasok, tetapi juga melingkupi kegiatan konstruksi, transportasi, pergudangan, penjualan eceran, hingga ke pelanggan itu sendiri. Sedangkan supply chain menurut Kalakota (2004, p274) adalah merupakan sebuah payung proses yang mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural supply chain merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan pertner bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dan menyampaikan kepada konsumen. SCM merupakan koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan dari antara perusahaan yang berpartisipasi.
2.4.2
Konsep Supply Chain Konsep supply chain adalah juga konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing prusahaan dan pemecahannya dititik beratkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Oleh karena itu, maka supply chain management dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Supply chain management is a set of approaches utilized to efficiently integrate suppliers, manufacturers, warehouses, and stores, so that merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right location, at the right time, in order to minimize systemwide costs while satisfying service level requirement” (David Simchi-Levi)
12 Melihat definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa supply chain management ialah logistics network. Dalam hubungan ini ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama tersebut, yaitu : -
Suppliers
-
Manufacturer
-
Distribution
-
Retail Outlet
-
Customer
Chain 1 : Suppliers Jaringan bermula dari sini, dimana merupaka snumber yang menyediakan bahan pertama dimana mata rantai penyaluran barang akan bermulai. Bahan pertama ini dapat dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,
sub assemblies, spare parts dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers atau sub supplier’s supplier ini dapat berjumlah banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak. Inilah mata rantai yang pertama.
Chain 1 – 2 : Suppliers > Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua yaitu “manufacturer” atau plants atau assemblers atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan ataupun menyelesaikan barang (finishing). Untuk keperluan tulisan ini, sebut saja yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan mata rantai ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku maupun bahan setengah jadi maupun bahan jadi yang berada di pihak
suppliers maupun di manufacturer maupun di tempat transit merupakan target untuk
13 penghematan ini. Tidak jarang bahwa antar 40 sampai 60 persen bahkan lebih penghematan dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghemat ini dapat diperoleh.
Chain 1 – 2 – 3 : Suppliers > Manufacturer > Distribution Barang yang sudah jadi yang sudah dihasilkan oleh manufecturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan kepada gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.
Chain 1 – 2 – 3 – 4 : Supplier > Manufacturer > Distribution > Retail outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun kepada took pengecer (retail outlet).
Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada pekanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti diatas.
14
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Supplier > Manufacturer > Distribution > Retail outlets > Customer Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barnagnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Dalam pengertian outlets ini termasuk toko, warung, department store, super market, toko koperasi, mal, club stores dan sebagainya pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa disini merupakan mata rantai yang teralhir, sebetulnya masih ada lagi yaitu mata rantai dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) kepada real customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply betul-betul baru berhenti sampai barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) dari barang atau jasa dimaksud.
2.4.3
Dua sisi Supply Chain Management dan Tujuan dari Supply Chain
Management Supply Chain Management mengatur informasi dan peredaran barang dalam sebuah rangkaian proses secara kesluruhan. Rantai nilai (value chain)-nya meliputi pengadaan barang mentah (procurement), perakitan, dan pengiriman barang jadi ke distributor, pengecer, dan konsumen. (Chaudhury & Kuilboer, 2002, p416)
Suppliers
Company
Supply planning and inbound logistics
Customer
Demand Planning and outbound logistics
Gambar 2.2 Dua sisi Supply Chain Diambil dari: e-Business and e-Commerce infrastructure, 2002
15
Sisi permintaan (Demand side) dari rangkaian proses ini terdiri dari pelanggan (customers), pengecer (retailers), dan penyalur (distributor) dimana pada sisi permintaan terdiri dari para pemasok (suppliers). Tujuan utama dari Supply Chain Management adalah untuk memberikan produk sesuai dengan tempat, harga, dan waktu yang ditentukan kepada konsumen yang menghendaki barang tersebut. Dalam memenuhi tujuan ini SCM harus dapat memenuhi dua tugasnya, yaitu : 1. Meminimalisasi biaya yang berhubungan dengan pengiriman barang, produksi dan penyimpanannya 2. Memaksimalkan nilai bisnis perusahaan, dengan kemampuan untuk menanggapi perubahan pasar dan kondisi persaingan secara cepat dan fleksibel.
Dalam teori koordinasi, tugas pertama diidentifikasikan sebagai efisiensi dan tugas keduanya merupakan fleksibilitas. Baik efisiensi maupun fleksibilitas diperlukan dalam kedua sisi Supply Chain Management, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan.
2.4.4
Keuntungan Supply Chain Management Berikut ini beberapa keuntungan dari Supply Chain Management (Indrajit dan Joko Pranoto 2000, p4): a. Mengurangi inventori barang dengan berbagai cara: 1. Inventori merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 20%-40%. 2. Sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.
16 3. Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang di gudang agar biaya dapat ditekan sesedikit mungkin. b. Menjamin kelancaran barang 1. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal, supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer sampai kepada final customers. 2. Jadi, rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai / pelanggan merupakan rantai yang perlu dikelola dengan baik. c.
Menjamin mutu 1. Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan pengirimannya. 2. Jaminan mutu ini merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik.
2.4.5
Proses Supply Chain Management Supply Chain dari sebuah perusahaan mencakup fasilitas – fasilitas dimana bahan mentah, produk setengah jadi, dan produk jadi diperoleh, diubah, disimpan dan dijual. Fasilitas – fasilitas ini terhubung oleh mata rantai transportasi sepanjang arus produk dan material. Idealnya supply chain terdiri dari kumpulan perusahaan yang berjalan secara efisien dan efektif sebagai satu perusahaan, dengan kemampuan mengetahui informasi secara penuh dan dapat dipertanggungjawabkan. Supply Chain Management adalah koordinasi material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi.
17 •
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
•
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transimis pesanan dan laporan status pesanan.
•
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat – syarat kredit, jadwal pembayaran, dan penetapan kepemilikan dan pengiriman
Perencanaan Supply Chain
Arus Informasi
Pemasok
Manufaktur
Distribusi
Pengecer Konsumen
Arus pembayaran Pelaksanaan Supply Chain Gambar 2.3 Proses Supply Chain Sumber : e-Business 2.0, 2000
2.4.6
Tahap-tahap Keputusan dalam Supply Chain Management Supply Chain Management yang sukses memerlukan beberapa keputusan yang berhubungan dengan arus informasi, produk, dan keuangan. Keputusan – keputusan ini dibagi menjadi tiga kategori atau tahap (Chopra 2001, p6), yaitu:
18 1. Strategi atau desain Supply Chain Di tahap ini, sebuah perusahaan memutuskan bagaimana menyusun supply chain. Tahap ini memutuskan susunan rantai yang akan digunakan dan proses apa pada setiap tingkat digunakan. Penetuan strategi yang dibuat oleh perusahaan termasuk lokasi dan kapasitas produksi dari fasilitas gudang, produkyang diproduksi atau disimpan pada berbagai lokasi, model transportasi, dan tipe sistem informasi. Perusahaan harus memastikan bahwa susunan supply chain mendukung tujuan strategik perusahaan. Keputusan desain supply chain dibuat untuk jangka panjang dan sulit untuk diubah seketika. 2. Perencanaan Supply Chain Sbagai hasil dari tingkat perencanaan, perusahaan mendefinisikan sejumlah kebijakan operasional yang digunakan pada operasi jangka pendek. Tahap ini dimulai dengan peramalan permintaan untuk tahun berikutnya pada pasar yang berbeda. Perencanaan termasuk keputusan mengenai pasar yang didistribusikan dari lokasi tertentu, perencanaan pembuatan inventori, kontrak tambahan untuk manufaktur, kebijakan inventori dan perlengkapan yang dijalankan, kebijakan inventori dan perlengkapan yang dijalankan, kebijakan menetapkan lokasi backup untuk berjaga-jaga, waktu dan ukuran dari promosi pemasaran. Perencanaan ini berlaku untuk jangka waktu yang lebih pendek dari tahap pertama. 3. Operasional Supply Chain Pada tingkat ini, susunan supply chain telah ditetapkan dan kebijakan perencanaan
telah
ditetapkan.
Tujuan
dari
tingkat
ini
adalah
untuk
mengimplementasikan kebijakan operasi pada tempat yang tepat. Pada fase ini, perusahaan mengalokasikan pesanan individual ke produksi atau inventori, menentukan tanggal dimana order tersebut dipenuhi, membuat daftar ambil pada gudang, mengalokasikan order ke cara pengapalan khusus, dan
19 menentukan jadwal pengantaran serta meletakkan order penambahan. Tahap operasional berlaku untuk jangka waktu yang pendek.
2.4.7
Peranan e-Bisnis dan Supply Chain Berdasarkan pendapat Chopra dan Meindl (2001, p527-529), transaksi supply chain yang melibatkan e-bisnis adalah termasuk akses dari informasi, produk dan uang. Sebagai contoh, di bawah ini adalah semua transaksi yang dapat dilaksanakan dengan e-bisnis: 1. Menyediakan informasi produk untuk berpartisipasi sepanjang supply chain. 2. Menempatkan pesanan terhadap supplier. 3. Mengijinkan pelanggan untuk menempatkan pesanan. 4. Mengijinkan pelanggan untuk melacak pesanan. 5. Memenuhi dan mengirimkan pesanan ke pelanggan. 6. Menerima pembayaran dari pelanggan. Transaksi ini secara lebih jelas bukanlah hal baru yang muncul untuk keberadaan ebisnis. Bahwa transaksi-transaksi tersebut adalah hal-hal tradisional yang biasa ditampilkan oleh bisnis sejak duu. E-bisnis dapat meningkatkan transaksi ini dengan memperbolehkan transaksi-transaksi ini dengan internet untuk mengambil tempat dimana mereka dapat sering dilakukan secara lebih efisien dan dengan tingkat respon yang lebih tinggi. Sekarang ini, internet memainkan peran penting terhadap supply chain dan perusahaan menggunakan internet untuk menghubungkan sejumlah besar transaksi di supply chain. Pada dasarnya, e-bisnis akan memperbolehkan untuk menciptakan nilai yang berarti untuk masa yang akan datang. Nilai e-Bisnis akan bervariasi tergantung pada industri dan tahap dalam supply chain pada suatu perusahaan yang terlibat. Perusahaan yang sukses adalah mereka yang dapat merakit implementasi bisnis mereka untuk mendukung area-area dimana nilai maksimum dapat diperoleh.
20 Tujuannya adalah untuk menyediakan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan oleh para eksekutif untuk mengidentifikasikan dimana nilai-nilai tidak berguna dan bagaimana nilai tersebut dapat diperoleh setelah mempertimbangkan usaha-usaha yang dilibatkan dalam e-bisnis.
2.4.8
Menentukan Titik Pemesanan Kembali Berdasarkan Lead time Titik pemesanan didasarkan pada penggunaan selama waktu yang diperlukan untuk meminta pembelian, pemesanan, dan penerimaan bahan baku, plus cadangan untuk proteksi terhadap kehabisan persediaan. Titik pemesanan dicapai bila jumlah yang tersedia sama dengan kebutuhan yang diperkirakan; yaitu saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah apa pun yang akan masuk ke persediaan sama dengan jumlah persediaan yang akan digunakan selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengamanan.
2.5 e-Supply Chain Management 2.5.1
Pengertian e-Supply Chain Management e-SCM adalah kolaborasi yang menggunakan internet untuk meningkatkan aktivitas operasi supply chain seperti halnya manajemen supply chain. E-SCM adalah suatu optimisasi proses bisnis di dalam tiap-tiap sudut perluasan perusahaan yang dimulai dari pemasok sampai kepada customer. (Turban 2000, p302)
2.5.2
Kunci Sukses e-SCM Menurut Turban (2004, p302), kesuksesan dari e-SCM ditentukan oleh: •
Kemampuan dari semua mitra supply chain untuk memandang mitra kerja sama atau kolaborasi sebagai unsur strategis. Pengintegrasian yang ketat dan kepercayaan di antara mitra perdagangan yang menghasilkan kecepatan dan ketangkasan.
21 •
Jarak pengelihatan informasi sepanjang keseluruhan supply chain. Informasi tentang inventaris pada berbagai segmen yang menyangkut rantai, permintaan produk, penyerahan waktu, dan informasi relevan lainnya harus kelihatan oleh semua anggota menyangkut supply chain di setiap waktu. Oleh karena itu, informasi harus diatur dengan baik, dengan kebijakan tegas, disiplin, dan pemantauan setiap harinya.
•
Kecepatan, biaya, jualitas, dan layanan pelanggan. Ini adalah ukuran dari supply chain. Sebagai konsekuensi, perusahaan harus dengan jelas menggambarkan pengukuran untuk masing-masing empat ukuran ini bersama-sama dengan tingkat ukuran yang akan dicapai. Tingkatan target harus berbagi kepada mitra bisnis.
•
Mengintegrasikan supply chain dengan ketat. Suatu e-supply chain akan bemanfaat bagi pengintegrasian yang lebih ketat di dalam suatu perusahaan dan diperluas ke seberang perusahaan dengan menyusun suppliers, mitra dagang, penyedia jasa, dan saluran distribusi.
2.5.3
Elemen dan Unsur Infrastruktur e-SCM Menurut Turban (2000, p303), berikut ini adalah elemen-elemen dan unsur-unsur infrastruktur e-SCM yang paling utama: •
Ekstranet Tujuan utama ekstranet adalah mendukung komunikasi dan kerja sama atau kolaborasi interorganisasional.
•
Intranet Ini adalah jaringan internal perusahaan untuk kerja sama atau kolaborasi dan komunikasi.
•
Gateway perusahaan
22 Ini menyediakan suatu pintu gerbang untuk kerja sama atau kolaborasi internal dan eksternal, komunikasi, dan pencarian informasi. •
Alur kerja sistem dan perkakas Ini adalah sistem yang mengatur alur informasi didalam organisasi
•
Groupware dan perkakas kolaboratif lain Sejumlah besar perkakas memudahkan kerja sama atau kolaborasi antara dua pihak dan anggota kecil seperti halnya pada kelompok besar. Berbagai perkakas, sebagian secara bersama-sama dikenal sebagai groupware, yang tersedia untuk tujuan kerja sama atau kolaborasi
2.6 Metodologi Penelitian 2.6.1
Jenis dan Metode Penelelitian Metode penelitian yang akan dipergunakan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah dengan metode deskriptif yang menggunakan pendekatan studi kasus. Data-data yang digunakan berupa data primer yang didapat langsung dari perusahaan itu sendiri yaitu gambaran umum perusahaan, sistem pelayanan yang sedang digunakan, dan lain-lain. Selain itu data primer juga didapat melalui hasil wawancara penulis dengan perusahaan, serta data sekunder yang diperoleh melalui kepustakaan
dengan
melihat,
membaca
serta
mencatat
buku-buku
yang
berhubungan dengan topik penelitian skripsi
2.6.2
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field research). •
Penelitian Kepustakaan (Library research) Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mengumpulkan, mencatat, mempelajari textbook dan buku-buku pelengkap atau
23 referensi, seperti jurnal, majalah, dan media cetak lainnya di perpustakaan atau di tempat lainnya. •
Penelitian Lapangan (Field research) Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu dengan mendatangi perusahaan, sehingga kebutuhan akan data pokok penyusunan skripsi dapat dipenuhi. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara 1. Wawancara (Interview) Peneliti melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Wawancara dilakukan
dengan
pihak
yang
berkepentingan
dalam
perusahaan
untukmendapatkan data yang diperlukan. 2. Survey / observasi Penulis melihat secara langsung kegiatan perusahaan sehari-hari yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
2.6.3
Teknik Analisis Data 2.6.3.1
Analisis SWOT Analisis SWOT (Strength / Kekuatan, Weakness / Kelemahan, Opportunity / Peluang, Threats / Ancaman) merupakan salah satu teknik analisis data untuk mengetahui bagaimana kondisi perusahaan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. 1. Strength / Kekuatan Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulankeunggulan lain relatif terhadap pesaing. Kekuatan adalah kompetensi
24 khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. `
2. Weakness / Kelemahan Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas menghambat kinerja efektif perusahaan. 3. Opportunities / Peluang Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. 4. Threats / ancaman Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
2.6.3.2
Analisis Porter Kompetisi adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan atau kejatuhan perusahaan. Salah satu kerangka kerja yang paling dikenal untuk menganalisa persaingan adalah model kompetitif Porter. Berdasarkan pendapat
Boyd
(2000,
p110)
model
ini
telah
digunakan
untuk
mengembangkan strategi perusahaan dalam meningkatkan sudut-sudut kompetensinya. Model ini mengakui lima kekuatan utama yang bisa mempersempit posisi perusahaan dari bahaya. Meskipun secara lengkap jelas berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi struktur umumnya adalah sama. Kekuatan dari semua ini dijelaskan oleh beberapa faktor di dalam struktur industri yang digambarkan sebagai berikut:
25
Ancaman Pendatang Baru
Persaingan Industri Sejenis Kekuatan Pemasok
Kekuatan Pembeli
Produk Substitusi
Gambar 2.4 Model Porter Diambil dari: Boyd, Walker, Larreche (2000, p111)
Lima model kekuatan Porter tersebut termasuk didalamnya faktor-faktor utama yang menentukan kekuatan masing-masing bagian tersebut, antara lain: 1. Ancaman Pendatang Baru Pesaing baru menambah kapasitas pada industri dan membawa serta kebutuhan untuk mendapatkan pangsa pasar. Disamping itu juga membuat persaingan menjadi lebih intensif. 2. Produk Substitusi
26 Produk pengganti adalah tipe produk alternatif yang pada dasarnya menunjukkan fungsi yang sama. 3. Kekuatan Pemasok Pemasok dapat menjadi ancaman bila jumlah pemasok yang terbatas melayani sejumlah industri yang berbeda. Kekuatan mereka meningkat jika biaya peralihan dan harga produk substitusi tinggi. Pemasok terutama penting apabila produk mereka merupakan bagian dari nilai tambah pembeli. 4. Kekuatan Pembeli Pelanggan suatu industri secara konstan mencari produk dengan harga yang lebih murah dan mutu lebih baik. Oleh karena itu pembeli dapat mempengaruhi persaingan dalam industri 5. Persaingan Industri Sejenis Persaingan terjadi di perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk yang saling menggantikan satu sama lain, terutama bila satu pesaing posisinya.
meningkatkan
kedudukannya
atau
mempertahankan