BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian Transaksi asing / valuta asing
Berdasarkan PSAK 10 (2012) valuta asing didefinisikan sebagai “mata uang selain mata uang fungsional entitas”, sedangankan definisi atas transasksi valuta asing menurut PSAK 10 (2012) bahwa transaksi asing adalah transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam valuta asing, menurut beberapa ahli lainnya, dikemukakan transaksi valuta asing adalah :
-
Transaksi valuta asing didefinisikan “A transaction with a foreign company that requires payment or receipt (settlement) in foreign currency (Debra C. Jeter (2012 : 635)
-
Foreign transaction are transactions between countries or between enterprises in different countries. Foreign currency transactions are transaction whose terms are stated (denominated) in a currency other than an entiry’s functional currency (Flloyd A. Beams (2009 : 462))
Berdasarkan penjelasan di atas diperoleh bahwa transaksi tersebut menggunakan mata uang asing, mata uang ini bukanlah mata uang lokal yang biasanya atau umumnya digunakan dalam transaksi ekonomi di dalam suatu negara.
Sehingga atas nilainya tidak menggunakan nilai baku, tapi berubah secara terus menerus, sehingga untuk nilai valuta asing tersebut selalu menimbulkan selisih, baik negatif ataupun positif.
Kegiatan ekonomi yang saat ini sudah menjadi bagian dari globalisasi telah bertumbuh kembang kearah yang lebih signifikan, dimana saat ini sudah memasuki tahap yang lebih serius, sehingga menimbulkan adanya transaksi dengan mata uang asing, yang dapat didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang terjadi dimana nilai tukar yang digunakan, dinyatakan dalam nilai mata uang lain atas nilai mata uang fungsional entitas tersebut. Transaksi atas valuta asing ini sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Spot Market Pasar spot merupakan pasar dimana terjadi transaksi jual beli yang didasarkan pada nilai tukar / kurs yang terjadi pada saat terjadi transaksi terjadi
b. Forward Market Forward Market merupakan pasar dimana terjadi transaksi jual dan beli valuta asing yang yang didasarkan atas kurs forwad, yaitu kurs yang telah disepakati bersama pada saat sekarang yang akan diberlakukan pada waktu yang akan datang c. Future Market Pasar Future merupakan bentuk yang lebih spesifik dari pasar forward dimana terjadi transaksi jual beli valuta asing yang dilakukan di bursa resmi yang sudah memiliki standarisasi khusus
Sebagai pasar yang bergerak dalam perdagangan valuta asing pasar valas memiliki fungsi pokok, yaitu :
1. Memudahkan adanya transaksi pertukaran valuta asing, yang disertai dengan berpindahnya dana dari satu negara ke negara lain, hal ini dapat dilakukan dengan sistem clearing.
2. karena sistemnya yang memberikan kemudahan karena pembayaran serta penyerahan barang yang tidak konvensional, maka pasar valuta asing memberikan suatu perjanjian ataupun kontral jual beli dengan kredit
3. memungkinkan dilakukannya hedging, yaitu kondisi ketika dimana terdapat pihak yang melakukan jual beli valuta asing yang berbeda untuk menghilangkan / mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs.
2.2.1 Pengertian Kurs
Uang merupakan sebuah alat tukar yang sah yang telah diberlakukan di setiap negara, sehingga adakalanya ketika suatu mata uang negara yang satu dengan yang lain saling bertukar,
dan menimbulkan kerancuan nilai, sehingga munculah kurs, kurs inilah yang menjelaskan mengenai perbedaan nilai tukar mata uang fungsional dengan mata uang asing, definisi kurs menurut para ahli, yaitu :
-
Pengertian kurs menurut Debra C. Jeter (2012:632), “exchange rate is the ration between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchanged at a particular time”
-
Berdasarkan PSAK10 terdapat definisi yang menjelaskan mengenai kurs, bahwa kurs didefinisikan sebagar rasio pertukaran untuk dua mata uang
Berdasarkan definisi – definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kurs atau exchange rate adalah nilai tukar mata uang negara yang satu dengan mata uang yang lainnya, yang timbul karena adanya perbedaan nilai uang antas setiap negara.
2.2.2 Sistem pembayaran kurs Melihat penjelasan di atas, melalui adanya kurs (exchange rate) maka akan memunculkan perbedaan nilai atas kurs yang berlaku antar mata uang di setiap negara. Sehingga hal ini akan membuat transaksi yang terkait dengan ekonomi menjadi tidak terarah ataupun rancu terhadap nilai kurs yang digunakan. Untuk itulah dibuat sistem pembayaran kurs, untuk lebih jelasnya sistem pembayaran internasional yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Rate Exchange)
Kurs tetap adalah sistem penerapan nilai tukar dimana lembaga tertinggi suatu negara yang memegang otoritas moneter menentukan nilai tukar dalam negerinya atas mata uang lokal terhadap mata uang asing, dalam hal ini tentu saja nilai kurs yang ada pada umumnya ditetapkan oleh bank negara.
b. Sistem Kurs Mengambang (Free floating rate) Sistem kurs mengambang atau yang lebih dikenal dengan floating rate adalah suatu sistem nilai tukar terhadap valuta asing dimana nilai kurs yang beredar ditetapkan berdasarkan kondisi pasar untuk mencapai posisi equilibrum
c. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate) Sistem kurs mengembang terkendali, merupakan sistem campuran antara kedua sistem kurs tersebut, dimana kurs tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pasar, tetapi juga ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi moneter dan fiskal yang ada.
Perubahan Nilai Kurs
Dalam pembayaran kurs telah diketahui di atas bahwa terdapat 3 jenis sistem pembayaran dalam kurs, namun berbeda halnya dengan adanya perubahan nilai kurs.
Pada bagian ini perubahan nilai kurs dibagi atas beberapa jenis, perubahan kurs itu sendiri menjelaskan mengapa suatu nilai kurs dapat berubah pada setiap negara, yang bisa disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah, pengaruh dari perubahan permintaan setiap negara akan mata uang asing untuk melakukan kegiatan transaksi ekonomi dengan negara lain. -
Depresiasi, menjelaskan mengenai turunnya nilai mata uang lokal terhadap mata uang luar atau asing, yang biasanya terjadi di pasar uang yang terjadi karena kondisi pasar
-
Apresiasi, menjelaskan mengenai naiknnya nilai tukar mata uang lokal dengan mata uang asing
-
Devaluasi, merupakan kondisi turunnya nilai mata uang lokal terhadap nilai mata uang asing, yang ditentukan oleh pemerintah dengan sengaja, sehingga untuk mencegahnya pemerintah dapat menambah jumlah pembelanjaan negara
-
Revaluasi, merupakan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk meniakan nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata uang asing
2.2.3 Selisih Kurs Melihat dari definisi kurs yang telah dijelaskan di atas, maka tentu saja atas kurs – kurs yang ada akan menimbulkan perbedaan nilai atau selisih kurs bila suatu pernyataan finansial dijabarkan dalam mata uang rupiah dari mata uang asing dengan menggunakan kurs yang berbeda. Definisi selisih kurs menurut beberapa ahli dikatakan sebagai berikut:
1. Menurut Mankiw (2008:386), exchange rate is the rate a which a person can trade the currency of one country fir the currency of another. 2. Menurut Beams, Anthony, Clement (2009 : 459), an exchange rate is the ratio between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchanged as a particular time. 3. Menurut Brigham, Erhhardt (2012:694), An exchange rate specifies the numer of units of a given currency that can be purchased for one unit of another currency. 4. Menurut Debra C. Jeter, Paul K. Chaney (2012 : 632), An exchange rate us the ratio between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchangeat a particular time
Sehingga definisi selisih kurs berdasarkan pengertian – pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa selisih kurs adalah, selisih yang timbul atas perbedaan nilai mata uang di setiap negara dengan negara lainnya yang timbul karena adanya suatu transaksi mata uang sehingga nilainya akan berubah dari nilai mata uang sebelumnya. 2.2.4 Eksposur atau Pengungkapan Nilai Tukar Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ataupun produk yang bergerak secara global ataupun internasional, dikatakan memiliki eksposur jika di dalamnya terdapat kondisi dimana perubahan nilai kurs yang ada mempengaruhi aliran kas operasi di dalam laporan keuangannya. Adanya eksposur tersebut mempengaruhi nilai asset atau pun akun – akun yang didenominasikan dengan menggunakan mata uang asing. Eksposur nilai tukar asing, umumnya
terbagi
atas dua jenis, yaitu accounting dan operating
(economic) exposures (Tan, Lee,
2009:323). Accounting Exposures yang dikatakan diatas, bersifat kuantitatif dan langsung mempengaruhi pada laporan laba rugi maupun neraca. Operating exposures berbeda dengan accounting exposures
dimana dalam operating exposures tidak mudah diukur ataupun
menngambarkan efek dari perubahan nilai tukar mata uang yang berlaku, sehingga cukup sulit untuk diidentifikasi. Operating exposures adalah gambaran ekonomi yang memberikan pengaruh kepada posisi bersaing perusahaan. Accounting exposures adalah risiko yang muncul atas adanya perubahan nilai tukar yang timbul karena perusahaan :
1. Perusahaan berpartisipasi dalam melakukan transaksi dengan menggunakan valuta asing, yang memberikan efek bahwa perusahaan memiliki kewajiban kontraktual, layaknya piutang, hutang yang tercantum dengan menggunakannomiinal mata uang asing.
2. Diharuskan menggunakan laporan keuangan mata uang asing yang kemudian diterjemahkan ke dalam mata uang fungsional, karena kegiatan usaha luar negeri baik karena ia merupakan anak perusahaan dari perusahaan asing yang berada di Indonesia, ataupun perusahaan asosiasi.
Accounting exposures itu sendiri dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu transaction exposures dan translation exposure. Transaction exposure
dalam penerapannya akan langsung
disesuaikan sebagai konsekuensi dari transaksi mata uang asing dari bisnis perusahaan, dan
umumnya terjadi transaksi ini terjadi pada satu tanggal yang kemudian diselesaikan di kemudian hari.
2.3.1 Mata Uang Fungsional Dalam melakukan transaksi valuta asing, tentu saja mata uang yang digunakan akan ada 2 atau lebih jenis. Mata uang yang berlaku dimana suatu entitas tersebut beroperasi dikatakan mata uang fungsional, sehingga didefinisikan bahwa mata uang fungsional adalah mata uang yang digunakan di dalam kegiatan ekonomi, dimana suatu entitas tersebut beroperasi. Menurut PSAK 10 (2012:08) bahwa mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi di mana entitas beroperasi. Sehingga untuk penyajian di dalam laporan keuangan, maka semua transaksi yangdinyatakan dalam valuta asing haruslah diubah dahulu ke dalam mata uang fungsional yang berlaku di negara dimana entitas tersebut beroperasi. Hal ini merupakan hal yang umum terjadi pada negara – negara maju, karena transaksi yang dimiliki selalu terkait dengan valuta asing, negara maju cenderung menguasai pasar global untuk memenangi persaingan yang terjadi di pasar lokal.
2.4.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 10
Pernyataan standar akuntansi keuangan merupakan ketetapan yang dibuat oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan mengenai penerapan dan penyajian laporan keuangan di Indonesia. Pernyataan standar akuntansi keuangan itu sendiri dibuat berdasarkan adanya perkembangan
akuntansi secara global yang menuntut adanya perlakuan yang sesuai pada setiap aspeknya. Kemudian secara bertahap terjadi adaptasi terhadap pernyataan tersebut dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) sehingga bisa terjadi konvergensi terhadap isi di dalamnya, untuk menyesuaikan dengan keadaan global. Standar akuntansi keuangan itu sendiri terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang menjadi dasar petunjuk perusahaan dalam menyusun laporan keuangan, dengan tujuan agar informasi yang diberikan dapat relevan, khususnya informasi yang terkait dengan laporan keuangan yang terkait dengan transaksi valuta asing .
PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, mengadopsi segala peraturan yang terkandung dalam IAS 21 Effects of Changes in Foreign Exchange Rates, PSAK ini dibuat untuk merevisi PSAK 2009 sebelumnya mengenai : 1. PSAK 10 : Transaksi Dalam Mata Uang Asing 2. PSAK 11 : Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing 3. PSAK 52 : Mata Uang Pelaporan 4. ISAK 4
: Interpretasi atas Paragraf 20 PSAK 10 tentang Alternatif Perlakuan yang
diizinkan atas Selisih Kurs
Sehingga dengan dibuatnya PSAK 10 (2012) yang baru ini, akan menggantikan PSAK sebelumnya yang tertulis di atas. Sehingga PSAK 2009 yang telah dijelaskan di atas tidak lagi dipergunakan fungsinya di dalam pembuatan laporan pernyataan akuntansi.
Penjabaran Dalam Mata Uang Asing
Dapat diketahui bahwa penggunaan mata uang di Indonesia, umumnya adalah rupiah, sehingga secara mendominasi, kegiatan transaksi yang dilakukan di Indonesia dinyatakan dalam mata uang rupiah. Menurut paragraf 39 dalam PSAK 10, mengatakan bahwa jika terdapat entitas dengan mata uang penyajian berbeda dengan mata uang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian yang dilakukan dengan berdasarkan prosedur : 1. Bahwa asset dan liabilitas yang ada dalam setiap laporan posisi keuangan yang disajikan, dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan posisi keuangan tersebut 2. Pendapatan dan beban yang ada pada laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah yang dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi 3. segala selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam pendapatan komprehensif lain
Namun terhadap pernyataan tersebut, kurs yang mendekati pada tanggal transaksi, misalnya kurs rata – rata untuk masa periode tersebut, sering digunakan untuk menjabarkan pos – pos perndapatan dan beban, namun bila kurs berfluktuasi secara signifikan maka penggunaan kurs rata – rata untuk suatu masa periode dikatakan tidak tepat. Kemudian selisih kurs yang dihasilkan dari penjabaran pendapatan dan beban dengan kurs tanggal transaksi serta asset dan liabilitas dengan kurs penutup tidak diakui dalam laba rugi, hal ini dikarenakan perubahan kurs hanya mempengaruhi baik sedikit atau tidak terhadap arus kas sekarang dan masa depan.
Pengungkapan dan Pengakuan awal
Definisi yang dinyatakan dalam paragraph 21 PSAK no 10 mengenai transaksi valuta asing bahwa “transaksi valuta asing adalah transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam valuta asing”, pengakuan awal atas transaksi dicatat dalam mata uang fungsional, serta kurs yang digunakan adalah kurs rata – rata untuk sebulan, yang nantinya kurs ini dapat digunakan pada periode tersebut, namun bila terjadi perubahan kurs yang terjadi secara signifikan maka kurs tersebut tidak dapat dipakai, sehingga harus menggunakan kurs yang sesuai. Kemudian jumlah yang dicatat pada suatu pos moneter dan nonmoneter dicatat sesuai dengan PSAK yang relevan serta diukur dengan nilai wajar atau biaya historis, pos moneter
Dalam PSAK 10, mengenai transaksi valuta asing, dijelaskan mengenai pengungkapan atas transaksi valuta asing tersebut, bahwa sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 10 yang menyatakan di dalam salah satu paragrafnya bahwa “entitas mengungkapkan A ) jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul pada instrument keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55 : instrument keuangan : pengakuan dan pengukuran
B ) selisih kurs neto yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode”
Yaitu menjelaskan bahwa suatu eksposur ataupun pengungkapan atas selisih kurs dilakukan terhadap transaksi keuangan valuta asing yang ada pada laporan laba rugi, kecuali merupakan selisih kurs yang timbul pada instrumen keuangan yang pengukuran yang dilakukan berdasarkan nilai wajar. Sehingga selisih kurs harus diungkapkan dalam pelaporan dan ditunjukan nilai selisihnya Kemudian dalam paragraph selanjutnya dikatakan “jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut dinyatakan bersama dengan pengungkapan tentang mata uang fungsional dan alasan untuk menggunakan mata uang penyajian yang berbeda” dan “jika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor maupun kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, maka fakta dan alasan perubahan dalam mata uang fungsional tersebut diungkapkan “ Sehingga berdasarkan pengertian di atas, merujuk pada penyajian atas nilai transaksi dengan menggunakan mata uang fungsional dimana kegiatan transaksi tersebut berjalan dengan menyatakannya dalam mata uang lokal, sehingga sesuai penjelasan sebelumnya, atas selisih yang timbul diungkapkan dalam laporan keuangan, yang juga disesuaikan atas pos moneternya. Mengenai definisi terkait penjelasan tersebut sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah :
- Kurs adalah rasio pertukaran untuk dua mata uang - Mata Uang Fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi - Kurs spot adalah kurs untuk realisasi segera - Pos Moneter adalah unit mata uang yang dimiliki serta asset dan liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata yang yang tetap atau dapat ditentukan - Valuta asing mata uang selain mata uang fungsional entitas
Pelaporan Transaksi Valuta Asing Ke Dalam Mata Uang Asing Fungsional
Telah diketahui sebelumnya, bahwa dalam paragraph 21 PSAK 10, menjelaskan bahwa transaksi valuta asing adalah transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaikan dalam valuta asing yang timbul ketika entitas melakukan kegiatan transaksi dengan mendenominaikan dalam valuta asing. Pada pengakuan awal, transaksi ygn didenominasikan dalam valuta asing dicatat dalam mata yang fungsional, jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.
Kemudian pelaporan pada Akhir Periode pelaporan, pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup, pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar atau biaya histories dalam valuta asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi
Serta pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan, pengukuran pada asset tetap biasanya dicatat berdasarkan nilai wajar atau biaya histories dan kemudian dijabarkan ke dalam mata uang fungsional.
Penjelasan mengenai Pos Moneter Berdasarkan PSAK 10 Dalam pos – pos neraca suatu perusahaan tertentu, biasanya akan ditemukan kewajiban ataupun asset yang akan diterima ataupun dibayarkan dalam sejumlah mata uang yang nilainya ditetapkan. Pos ini disebut dengan pos moneter, berdasarkan PSAK 10, mengenai pos moneter, pos moneter didefinisikan sebagai unit mata uang yand dimiliki serta asset dan liabilitas disesuaikan, antara pihak – pihak yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.. beberapa contoh dari pos moneter adalah kas dan setara kas. Ciri yang umum yang ditemukan, bahwa posmoneter umumnya merupakan akun yang menunjukan adanya hak untuk menerimaatau kewajiban untuk menyerahkan suatu jumlah unit mata uang yang tetap ataupun dapat ditentukan. Entitas yang mungkin memiliki pos moneter yang merupakan tagihan dari atau utang kepada kegiatan usaha luar negeri.
Dalam PSAK 10 dijelaskan mengenai pos moneter merupakan pos yang penyelesainnya tidak direncanakan ataupun mungkin tidak akan terjadi di masa depan, pada hakekatnya adalah bagian dari investassi neto entitas dalam kegiatan usaha luar negeri, dan pos moneter tersebut dapat berpa piutang atau utang jangka panjang. Entitas yang memiliki pos moneter yang
merupakan tagihan dari atau utang kepada kegiatan usaha luar negeri dapat merupakan entitas anak mana pun dari suatu kelompok usaha tertentu. Namun perlu diketahui bahwa fitur utama pos moneter adalah hak untuk menerima ataupunkewajijban untuk menyerahkan sejumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan sesuai dengan penjelasan PSAK 10, contohnya adalah pensiun, imbalan kerja lain yang dibayar dalam kas, provisi yand diselesaikan secara kas dan dividen kas yang diakui sebagai liabilitas
Peraturan mengenai Transaksi Valuta Asing dalam IFRS, IAS 21
Ias 21 mengatur mengenai perlakuan terhadap transaksi valuta asing. Dalam IAS 21, terdapat 2 metode yang digunakan oleh IFRS, dalam mentranslasikan laporan keuangan perusahaan, yaitu :
-
Translasi ke dalam mata uang pelaporan (presentation currency) Yaitu melakukan penilaian ulang ke dalam mata uang yang digunakan dalam pelaporan
-
Translasi ke dalam mata uang fungsional (Functional currency) Yaitu melakukan penilaian uang ke dalam mata uang fungsional yang telah ditentukan sebelumnya Ifrs mendefinisikan mata uang fungsional sebagai “the currency of primary economic
environment in which an entity operates” sehingga memiliki arti, bahwa mata uang fungsional adalah mata uang yang digunakan dalam lingkungan ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi
Berdasarkan penjelasan di dalam IAS 21, pengukuran nilai saldo diukur dengan menggunakan nilai tukar tanggal transaksi, dan nilai tukar closing rate. Tujuan dibuatnya IAS (international Accounting Standard) 21, yaitu : Entitas dapat melaksanakan kegiatan asing dalam dua cara. Mungkin melakukan transaksi dalam mata uang asing, atau memiliki operasi diluar negeri. Selain itu, suatu entitas dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang asing