BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada tugas akhir ini, akan dibahas beberapa permasalahan mengenai penelitian operasional dan perencanaan produksi. Landasan teori yang sesuai untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah keseimbangan Lini dengan Metode Moodie Young dan Helgerson Birnie
2.1 Teknik Industri 2.1.1 Lini Produksi Lini produksi adalah penempatan area-area kerja di mana operasi-operasi diatur secara berurutan dan material bergerak secara kontinu melalui operasi yang terangkai seimbang. Menurut karakteristiknya proses produksinya, lini produksi dibagi menjadi dua yaitu: 1. Lini fabrikasi, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda kerja. 2. Lini perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi benda assembly atau subassembly. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan lini produksi yang baik adalah sebagai berikut. 1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan mengatur susunan dan tempat kerja.
42 2. Aliran benda kerja (material), mencakup gerakan dari benda kerja yang kontinu. Alirannya diukur dengan kecepatan produksi dan bukan oleh jumlah spesifik. 3. Pembagian tugas terbagi secara merata yang disesuaikan dengan keahlian masing-masing pekerja sehingga pemanfaatan tenaga kerja lebih efisien. 4. Pengerjaan operasi yang serentak (simultan) yaitu setiap operasi yang dikerjakan pada saat yang sama diseluruh lintasan produksi. 5. Operasi unit. Lintasan dimasudkan sebagai penghasil unit tungga, satu seri operasi atau grup pekerja ditugaskan untuk suatu produk. Seluruh lintasan merupakan satu unit produksi. 6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set-up dari lintasan dan bersifat tetap. 7. Proses memerlukan waktu yang minimum.
2.1.2 Line Balancing Kriteria umum keseimbangan lintasan produksi adalah memaksimumkan efisiensi atau meminimumkan balance delay. Tujuan pokok dari penggunaan metode ini adalah untuk mengurangi atau meminimumkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi yang paling lambat. Tujuan perencanan keseimbangan lintasan adalah mendistribusikan unit-unit kerja atau elemen-elemen kerja pada setiap stasiun kerja agar waktu menganggur dari stasiun kerja pada suatu lintasan produksi dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga pemanfaatan dari peralatan maupun operator dapat digunakan semaksimal mungkin.
43 Pembuatan suatu produk pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapan proses produksi pada beberapa departemen berupa aliran proses produksi. Aliran proses produksi di sini adalah yang diperlukan untuk memindahkan elemenelemen produksi, seperti bahan atau material, part, orang, dan lain-lain, mulai dari awal proses sampai produk yang dikehendaki bisa melalui lintasan produksi. Aliran proses produksi dari suatu departemen ke departemen yang lainnya merupakan bagian dari waktu proses (waktu siklus) produk tersebut. Apabila terjadi
hambatan
atau
ketidakefisienan
dalam
suatu
departemen
akan
mengakibatkan tidak lancarnya aliran material ke departemen berikutnya, sehingga terjadi waktu menunggu (delay time) dan penumpukan material (material in process storage). Lini perakitan (assembly line) adalah sebuah lini produksi yang mana material atau bahan bergerak secara kontinu dalam tingkat rata-rata seragam pada seluruh urutan stasiun kerja di mana pekerjaan perakitan dilakukan. Lini perakitan akan menjadi bagian utama dari manufacturing dan operasi perakitan, walaupun pekerjanya mungkin digantikan oleh robot. Pengaturan kerja sepanjang lini perakitan akan bervariasi sesuai ukuran produk yang akan dirakit, kebutuhan proses pendahuluan, ketersediaan ruang, elemen pengerjaan dan kondisi pengerjaan, yang akan dikenakan pada job. Adapun dua permasalahan penting dalam penyeimbangan lini adalah: 1. penyeimbangan antara stasiun kerja, 2. menjaga kelangsungan produksi di dalam lini perakitan. Bila idle dari lini perakitan sangat tinggi, perlu dilakukan penyeimbangan sempurna dari lini perakitan dengan menggabungkan elemen-elemen kerja menjadi
44 beberapa stasiun kerja sampai waktu pengerjaan tiap stasiun kerja relatif sama. Waktu siklus adalah jumlah waktu masing-masing elemen untuk memproduksi satu unit produk pada kondisi operator normal dalammelakukan tugas atau kerja. Tujuan perencanaan keseimbangan lintasan adalah mendistribusikan unitunit kerja atau elemen-elemen kerja pada setiap stasiun kerja agar waktu menganggur dari stasiun kerja pada suatu lintasan produksi dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga pemanfaatan dari peralatan maupun operator dapat digunakan semaksimal mungkin. Untuk dapat memilih dan menentukan metode yang tepat dalam penyeimbangan lini perakitan perlu dikembangkan metode analisis guna mengetahui performansi masing-masing metode yang ada terhadap karakteristik pengerjaan perakitan, sehingga akan dapat ditentukan metode penyusunan stasiun kerja yang paling efisien dan pertimbangan kelebihan dan kekurangan untuk tiap metode, akan dikemukakan dua metode keseimbangan lintasan, yaitu metode Helgeson-Birnie dan metode Moodie Young. 1. Metode Helgeson-Birnie Langkah-langkah dalam perhitungan keseimbangan lini menurut metode ini adalah sebagai berikut : a.Buat precedence diagram berdasarkan AC yang diusulkan. b.Buat precedence matrix. c.Tentukan bobot dan operasi yang mendahului Tentukan bobot posisi untuk setiap elemen pekerjaan dari suatu operasi dengan memperhatikan precedence diagram. Cara penentuan bobotnya adalah sebagai berikut :
45 Bobot operasi i = Waktu proses operasi i + Waktu proses operasioperasi berikutnya Urutkan elemen operasi berdasarkan bobot posisi yang telah didapat. Pengurutan dimulai dari elemen operasi yang memiliki bobot posisi yang terbesar. d. Cari waktu siklus (CT) CT =
Jam kerja efektif per hari jumlah lini (satuan = menit) Jumlah produksi per hari
Jika ada Wbmaks >
Jam kerja efektif per hari jumlah lini maka CT = Jumlah produksi per hari
Wbmaks e. Tentukan jumlah stasiun kerja (Work Station) Wb
k=
i
CT
f. Tentukan waktu maksimum dari waktu stasiun kerja Wb
Wmaks =
i
k Wb
Jika Wbi maks >
k
i maka W maks = Wb i maks
Dimana : Wmaks = Waktu maksimum dari stasiun kerja Wbi = Waktu baku setiap elemen k = Jumlah stasiun kerja g. Melakukan penugasan untuk menentukan stasiun kerja
46 h. Apabila penugasan dengan waktu tiap stasiun kerja (STk) masih melebihi Wmaks juga, maka buat penugasan dengan jumlah stasiun kerja (k) lebih besar daripada k yang telah dihitung sebelumnya. i. Ulangi lagi langkah diatas hingga semua elemen dalam pekerjaan telah ditempatkan ke dalam stasiun kerja. j. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya Idle = CTR – STk CTR = STk terbesar k. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu siklus revisi) l. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan m. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur n. Melakukan perhitungan indeks kemulusan 2. Metode Moodie Young Langkah-langkah dalam perhitungan keseimbangan lini menurut metode ini adalah sebagai berikut : 1.
Membuat precedence diagram berdasarkan AC yang diusulkan.
2.
Membuat matriks P dan F.
3.
Tentukan waktu siklus.
4.
Menentukan jumlah stasiun kerja.
5.
Tentukan jumlah stasiun kerja.
6.
Pilih elemen kerja yang memiliki nilai 0 semua pada matriks P.
7.
Tentukan elemen kerja di matriks F yang berhubungan dengan elemen kerja yang terpilih di langkah 1.
47 8.
Untuk stasiun kerja yang baru maka diulangi langkah 4 dan langkah 5.
9.
Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya.
Idle = Wmaks - STk
CTR = Total Wb di stasiun kerja k
10. Cari stasiun kerja maksimal dan minimal. Alokasikan salah satu task di stasiun kerja yang maksimal ke stasiun kerja minimal dengan syarat tidak boleh melewati Wmaks. 11. Rangkum kembali semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya. 12. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan. 13. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur. 14. Melakukan perhitungan indeks kemulusan. Syarat dalam pengelompokan stasiun kerja (line balancing) adalah sebagai berikut.
Hubungan dengan proses terdahulu.
Jumlah stasiun kerja tidak boleh melebihi jumlah elemen kerja.
Waktu siklus lebih dari atau sama dengan waktu maksimum dari tiap waktu di stasiun kerja dari tiap elemen pengerjaan.
2.1.3 Istilah-istilah Dalam Line Balancing Sebelum membahas mengenai operasional dari metode-metode dalam line balancing, perlu dipahami dulu beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line balancing.
48
Precedence diagram. Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. Adapun tanda-tanda yang dipakai sebagai berikut. o Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi. o Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah. o Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi.
Assemble product, adalah produk yang melewati urutan workstation (WS) memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan akhir.
Work elemen (elemen kerja/operasi), merupakan bagian dari seluruh proses perakitan yang dilakukan.
Waktu operasi (Ti), adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi.
Workstation (WS), adalah tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan dengan rumus berikut.
49 Dimana: n
K min
ti i 1 C
Ti
: Waktu operasi / elemen (I = 1, 2, 3, . . . , n)
C
: Waktu siklus stasiun kerja
N
: Jumlah elemen
K min :Jumlah stasiun kerja minimal
Cycle Time (CT), merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk per satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi. Dalam mendesain keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus sama atau lebih besar dari waktu operasi terbesar yang merupakan penyebab terjadinya bottle neck (kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil dari jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah produksi per hari, yang secara matematis dinyatakan sebagai berikut. ti maks CT
P Q
Dimana ti maks : Waktu operasi terbesar pada lintasan CT
: Waktu siklus (cycle time)
P
: Jam kerja efektif per hari
Q
: Jumlah produksi per hari
50
Station Time (ST), jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama.
Idle time (I), merupakan selisih (perbedaan) antara cycle time (CT) dan stasiun time (ST) atau CT dikurangi ST.
Balance delay (D), sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari ukuran ketidakefisienan lintasan yang dihsilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay ini dinyatakan dalam prosentase. Balance delay dapat dirumuskan sebagai berikut. c
(n x C) ti D
i 1
(n x C)
x 100%
Dimana
n
: Jumlah stasiun kerja
C
: Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
ti
: Jumlah waktu operasi dari semua operasi
ti
: Waktu operasi
D
: Balance delay (%)
Line efficency (LE), adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja. c
( n x C ) ti L
i 1
(n x C )
x 100 %
51 Dimana n
: Jumlah stasiun kerja
C
: Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
ti
: Jumlah waktu operasi dari semua operasi
ti
: Waktu operasi
D
: Balance delay (%)
2.1.4 Perhitungan Waktu Baku Untuk dapat melakukan perhitungan keseimbangan lini, waktu yang diperlukan harus diolah terlebih dahulu menjadi waktu baku. Pengolahan waktu siklus menjadi waktu baku diperoleh dengan cara: 1. Menghitung waktu siklus rata-rata Ws dimana : Xi
=
Xi N
data yang termasuk dalam batas kendali
2. Menghitung waktu normal Wn Ws p dimana : p
=
faktor penyesuaian
3. Menghitung waktu baku Wb Wn (1 a) dimana : a
=
kelonggaran
yang
diberikan
menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.
pekerja
untuk
52 2.1.5 Penyesuaian Tujuan dari perhitungan penyesuaian adalah untuk menormalisasikan waktu operasi yang dilakukan oleh seorang operator dalam melakukan pekerjaannya. Seorang operator dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan pengalamannya, oleh karena itu diperlukan waktu operasi yang tidak terlalu singkat ataupun terlalu panjang dalam mengerjakan suatu operasi. Terdapat tiga batasan dalam penyesuaian (Sutalaksana, 1979, p138) yaitu:
p>1
; jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu cepat
(di atas normal)
p=1
; jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja normal
p<1
; jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu lambat
(di bawah normal) Westinghouse merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian (Sutalaksana, 1979, pp140-146). Metode Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi Kerja dan Konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ketingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan. Keterampilan dapat juga
53 menurun yaitu bila telah terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab – sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebiahan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas yaitu 1. Super Skill 2. Excellent Skill 3. Good Skill 4. Average Skill 5. Fair Skill 6. Poor Skill Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga atas kelaskelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Kelas – kelas dalam faktor effort adalah Excessive Effort, Excellent Effort, Good Effort, Average Effort, Fair Effort dan Poor Effort. Faktor ketiga dalam penyesuaian dengan metode Westinghouse yaitu kondisi kerja atau Condition. Condition adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu Ideal, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Faktor terakhir yang juga merupakan faktor penyesuaian Westinghouse adalah konsistensi atau consistency. Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-
54 ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Faktor konsistensi dibagi menjadi Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor.
55 Tabel 2.1 Penyesuaian Menurut Westinghouse Faktor
Kelas Super Excellent
Keterampilan
Go o d Average Fair Poor Excessive Excellent
Usaha
Go o d Average Fair Poor
Kondisi Kerja
Konsistensi
Ideal Excellent Go o d Average Fair Poor Perfect Excellent Go o d Average Fair Poor
Lambang A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A B C D E F A B C D E F
Penyesuaian + 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00 - 0,05 - 0,10 - 0,16 - 0,22 + 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08 + 0,05 + 0,02 0,00 - 0,04 - 0,08 - 0,12 - 0,17 + 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07 + 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04
2.1.6 Kelonggaran (Sutalaksana, 1979, pp149-154) Kelonggaran merupakan suatu nilai waktu yang dibutuhkan pekerja yang terlatih, agar dapat mencapai performance kerja sesungguhnya, jika bekerja secara normal. Sebagai seorang manusia, seorang pekerja membutuhkan waktu untuk
56 memenuhi kebutuhannya, diantaranya kebutuhan pribadi, waktu untuk mengatasi rasa fatique dan gangguan – gangguan lainnya yang tidak dapat dihindari. Nilai dari kelonggaran yang diberikan berupakan persentase dari perhitungan waktu normal dengan faktor – faktor yang telah ditentukan pada tabel kelonggaran.
57 Tabel 2.2 Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Faktor
Contoh Pekerjaan
Kelonggaran (%) Ekivalen beban tanpa beban 0,00 - 2,25 kg 2,25 - 9,00 9,00 - 18,00 19,00 - 27,00 27,00 - 50,00 diatas 50 kg
A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat
Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop, ringan Mencangkul Mengayun palu yang berat Memanggul beban Memanggul karung berat
B. Sikap kerja 1. Duduk 2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk
Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, belakang, atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki
C. Gerakan Kerja 1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit 4. Pada anggota-anggota badan terbatas 5. Seluruh anggota badan terbatas D. Kelelahan mata *) 1. Pandangan yang terputus-putus 2. Pandangan yang hampir terus menerus 3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah 4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap E. Keadaan temperatur tempat kerja **) 1. Beku 2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat tinggi F. Keadaan atmosfer ***) 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang baik 4. Buruk
Pria 0,0 - 6,0 6,0 - 7,5 7,5 - 12,0 12,0 - 19,0 19,0 - 30,0 30,0 - 50,0
Wanita 0,0 - 6,0 6,0 - 7,5 7,5 - 16,0 16,0 - 30,0
0,0 - 1,0 1,0 - 2,5 2,5 - 4,0 2,5 - 4,0 4,0 - 10
Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu tangan
0 0-5 0-5
Bekerja dengan tangan diatas kepala
5 - 10
Bekerja dilorong pertambangan yang sempit Membawa alat ukur Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain Pemeriksaan yang sangat teliti Temperatur (•C) Dibawah 0 0 - 13 13 - 22 22 - 28 28 -38 diatas 38 Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) Adanya debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat-alat pernapasan
G. Keadaan lingkungan yang baik 1. Bersih, sehat, cerah, dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 -10 detik 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 -5 detik 4. Sangat bising 5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6. Terasa adanya getaran lantai 7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll.) *) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung juga pada keadaan ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : pria = 0 - 2,5 % wanita = 2 - 5,0 %
10 - 15 Pencahayaan baik Buruk 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0 19,0 - 30,0 30,0 - 50,0 Kelemahan normal Berlebihan diatas 10 diatas 12 10 - 0 12 - 5 5-0 8-0 0-5 0-8 5 - 40 8 - 100 diatas 40 diatas 100 0 0-5 5 - 10 10 - 20
0 0-1 1-3 0-5 0-5 5 - 10 5 - 15
58 Kelonggaran dapat diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal – hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat maupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan. Ketiga kelonggaran tersebut adalah: a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum untuk menghilangkan dahaga, ke kamar kecil, bercakap-cakap untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja. b. Kelonggaran untuk rasa fatique Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi kendala yang sering dihadapi dalam pengukuran besarnya kelonggaran adalah kesulitan dalam menentukan pada saat – saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. c. Kelonggaran untuk hambatan yang tak terhindarkan Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari hambatan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak terhindarkan adalah: menerima atau menerima petunjuk kepada pengawas. melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
59 memperbaiki kemACetan-kemACetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya. mengasah peralatan potong. mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
2.2 Sistem Informasi 2.2.1 Definisi Sistem Informasi Untuk dapat mengetahui apa sistem informasi kita terlebih dahulu harus mengetahui definisnya terlebih dahulu. Beberapa pakar dalam sistem informasi telah memberikan definisi mereka masing – masing diantaranya: 1.
Menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mengolah, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi.
2.
Menurut Whitten dan Bentley (2004, p12) Sistem informasi merupakan pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
menyediakan
informasi yang dibutuhkan untuk mendukung organisasi. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan sistem informasi merupakan suatu alat bantu yang dirancang untuk membantu menyediakan informasi yang berguna di dalam pengambilan keputusan organisasi baik pada tingkat perencanaan strategis, perencanaan manajemen maupun perencanaan operasi untuk mencapai tujuan organisasi.
60 Pemain yang terlibat dalam suatu sistem adalah:
System analyst: seorang fasilitator yang menjembatani jurang komunikasi yang berkembang di antara sistem non-teknis (owner dan user) dengan sistem teknis (designer dan builder).
System owner: seorang yang memiliki jabatan manajemen dan lebih tertarik pada inti sistem, berapa biaya yang dikeluarkan dan apakah keuntungan yang dapat diberikan pada perusahaan.
System user: seorang yang lebih memperhatikan bagaimana fungsi sistem berpengaruh pada pekerjaan yang dikerjakan. Apakah memberikan kemudahan, mudah digunakan, dan mudah dimengerti.
System designer: seorang spesialis dari sistem informasi, biasanya orang ini tertarik pada teknologi informasi yang dipilih dan rancangan sistem yang menggunakan teknologi. Bertindak sebagai penerjemah kebutuhan bisnis dari keinginan user dengan merancang database, input, output, layar, jaringan, dan software.
System builder: seorang spesialis teknik yang membangun sistem informasi dan komponennya berdasarkan pada spesifikasi rancangan yang dibuat oleh system designer.
Sistem definisi secara FACTOR adalah: Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain. Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang berhubungan dengan administrasi, monitor, atau mengendalikan problem domain.
61 Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. Technology: Semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem. Objects: object yang utama didalam problem domain. Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem.
2.2.2 Analisis dan Desain Sistem Berorientasi Objek (OOAD) Menurut McLeod (2001, p234) analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi analisis sistem merupakan penelitian sistem dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem untuk membantu pengguna dalam pekerjaan yang dikerjakan. Menurut Whitten et al. (2004, p31), Object Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah kumpulan alat dan teknik mengembangkan sistem dengan menggunakan teknologi objek untuk membuat sebuah sistem dan programnya.
2.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Analisis dan Desain Berorientasi Objek
Keunggulan Analisis dan Desain Berorientasi Objek Menurut McLeoad (2001, pp613-614), terdapat dua kemampuan dari sebuah sistem berorientasi objek, yaitu:
62 1. Reusability kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang ada, dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan atau sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang. Kemampuan ini dapat digunakan
kembali
berdasarkan
objek
yang
telah
diciptakan sebelumnya bahkan mungkin hanya dengan memberikan sedikit modifikasi. Hal tersebut dapat mengurangi biaya pengembangan sebuah proyek dan memberikan keuntungan untuk proyek – proyek lainnya. 2. Interoperability
kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber, seperti program yang dikembangkan sendiri dan perangkat lunak jadi, serta menjalankan aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform perangkat keras.
Kelemahan Analisis dan Desain Berorientasi Objek Beberapa kelemahan dari sistem berorientasi objek (McLeod, 2001, p615) adalah: -
Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.
-
Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.
-
Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem bisnis.
63 UML (Unified Modeling Language) UML merupakan sebuah notasi, bahasa yang berdasarkan grafik atau gambar yang diterima dengan luas sebagai bahasa pemodelan objek standar untuk memvisualisasikan, menspesifikasikan, mengkonstruksi dan mendokumentasikan sebuah sistem perangkat lunak. Menurut Mathiassen untuk menggambarkan aktivitas utama dalam analisis dan perancangan sistem perangkat lunak berorientasi object diperlukan delapan diagram yaitu: 1.
Rich Picture
2.
Cluster
3.
Class Diagram
4.
Statechart Diagram
5.
Use – case Diagram
6.
Sequence Diagram
7.
Navigation Diagram
8.
Component Diagram
9.
Deployment Diagram
1. Rich Picture Sebuah Rich Picture berisi seluruh pandangan dari people, object process, structure, dan problem dalam system problem dan application domain. People dapat berupa system developer, user, pelanggan, atau pemain lain sedangkan object dapat berupa banyak benda. Process menguraikan aspek dari sebuah situasi yang berubah, tidak stabil, atau di bawah pengembangan. Secara grafik,
64 process diilustrasikan dengan simbol panah. Structure menguraikan aspek dari sebuah situasi yang terlihat stabil atau sulit untuk diubah.. 2. Cluster Merupakan kumpulan dari classes yang bertujuan untuk memudahkan pengelompokan kelas. 3. Class Diagram Class Diagram berisi kesimpulan dari class dan hubungan strukturalnya yang saling timbal balik. Class adalah uraian dari kumpulan object yang saling berbagi structure, behavioral pattern, dan attribute. Class Diagram menggambarkan struktur objek dari sistem dan menunjukkan class objek yang membentuk sistem dan hubungan struktural diantara class objek tersebut (Mathiassen et al, 2000, pp336). Terdapat tiga jenis hubungan antar class yang biasa digunakan dalam Class Diagram, yaitu: 1.
Asosiasi Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class yang menggambarkan hubungan yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class lainnya.
Sumber: Whitten et al. (2004, p461)
Gambar 2.1 Contoh Hubungan Asosiasi
65 2.
Generalisasi (atau Spesialisasi) Hubungan antar dua jenis class, supertype dan subtype dimana class supertype memiliki atribut dan behaviour yang umum sedangkan class subtype memiliki atribut yang unik dan juga memiliki atribut dan behaviour miliki class supertype-nya.
Sumber: Whitten et al. (2004, p461)
Gambar 2.2 Contoh Hubungan Generalisasi 3.
Agregasi Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari objek B. Pada hubungan ini, objek yang
66
Sumber: Whitten et al. (2004, p461)
Gambar 2.3 Contoh Hubungan Agregasi 4. Statechart Diagram Statechart Diagram berisi behavioral pattern yang sah untuk semua object dalam sebuah class, diuraikan oleh state dan event yang berpartisipasi. Penggambaran Statechart Diagram diawali dengan initial state (
)yang
kemudian diikuti oleh event untuk membuka state yang ada. Untuk mengakhir objek diperlukan suatu event yang simbolnya ditandai dengan final state (
).
5. Use-case diagram Use-case merupakan sebuah model untuk interaksi antara sistem dan ACtor dalam application domain. Use-case diagram berisi actor eksternal dalam sebuah system, use case dimana sistem mendukung dan hubungan strukturalnya yang saling timbal balik. Untuk menghubungkan antara actor dan use case dalam sistem diperlukan hubungan relationship yang menggambarkan partisipasi actor dalam menjalankan sistem.
67 relationship use case
Actor1
Gambar 2.4 Relationship 6. Sequence Diagram Menurut Roff (2003, p89) sebuah Sequence Diagram terdiri dari active objects dan komunikasi antar active objects ini. active objects adalah setiap objek yang mempunyai peran pada sistem, baik object instance atau actor. Pesan (message) yang dikirimkan antar active objects merupakan kunci dari Sequence Diagram. Pesan digambarkan sebagai garis berpanah dari lifeline active object yang memanggil ke lifeline penerima.
ObjectOne
ObjectTwo
Message
Gambar 2.5 Sequence Diagram Selain untuk komunikasi antar active object, dalam Sequence Diagram juga dapat menciptakan objek baru dengan mengirimkan pesan “create()” pada objek instance. Setelah objek diciptakan, objek memiliki lifeline, seperti objekobjek lainnya dalam Sequence Diagram.
68 7. Navigation Diagram Navigation Diagram berisi semua window user interface, dan hubungan dinamisnya. Navigation Diagram merupakan sebuah Statechart Diagram khusus yang memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Sebuah window digambarkan sebagai sebuah state. State tersebut memiliki nama dan mengandung icon.. State transition menghubungkan ke sebuah switch antara dua window. Dalam sebuah state transition, action yang user harus tunjukkan diindikasikan dalam window untuk mengaktifkan transition tersebut. 8. Component Diagram Component merupakan sekumpulan dari bagian program yang mewakili keseluruhan dan memiliki tanggung jawab yang dirumuskan dengan baik. 9. Deployment Diagram Deployment Diagram berisi komponen system program, external device, dan sebuah struktural timbal baliknya. Deployment Diagram menguraikan sebuah konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan object yang dihubungkan ke processor. Processor merupakan sebuah unit yang dapat menunjukkan proses. External device adalah stereotype khusus dari sebuah processor. Program component adalah sebuah komponen yang berhubungan yang menawarkan fasilitas ke komponen lain dan dilukiskan oleh sebuah interface yang dibuat dari class dan operation yang diimplementasikan.