BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi adalah penggabungan seluruh komponen informasi (data,
hardware, software, telekomunikasi, orang-orang, prosedur) yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Satzinger, et al. (2010, hal.6), dimana sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output berupa informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas bisnis.
Gambar 2.1 Sistem Informasi (Satzinger, et al. (2010, hal.8)) Sistem informasi digunakan dengan tujuan untuk membuat proses bisnis menjadi lebih efisien. Seperti yang dikatakan oleh O’Brien & Marakas (2010, p.4), sistem informasi dapat terbentuk dari kombinasi antara sumber daya manusia, hardware, software, hubungan komunikasi, sumber data, dan prosedur yang menyimpan, mengambil, mentransform, dan menyebarkan informasi dalam sebuah 7
8
organisasi. Sebuah sistem informasi pada suatu organisasi biasanya akan diwakilkan melalui piramida sistem informasi.
Gambar 2.2 Piramida Sistem Informasi (Hall, 2007, p.5) Berdasarkan piramida sistem informasi didapat beberapa tipe sistem informasi (Hall, 2007, p.5), diantaranya : -
Executive Information System : Sistem informasi yang mendukung informasi eksekutif dan kebutuhan dalam pengambilan keputusan.
-
Business Performance Management : Sistem Informasi yang meningkatkan kinerja dari suatu organisasi.
-
Transaction Processing System : Sistem Informasi yang melakukan transaksi menggunakan media elektronik.
-
Management Information System : memberikan informasi bahwa organisasi perlu mengolah sendiri secara tepat.
-
Decision Support System : Sistem Informasi yang membantu eksekutif dalam pengambilan keputusan.
9
2.2
Business Performance Management (BPM)
2.2.1 Pengertian Business Performance Mnagement Business Performance Management (BPM) adalah serangkaian disiplin ilmu manajemen, proses, dan alat yang memungkinkan organisasi untuk mengoptimalkan cara menjalankan strategi bisnis (Eckerson, 2011, p. 23). Business Performance Management (BPM ) merupakan pendekatan yang mengubah strategi bisnis menjadi tindakan/aksi yang memiliki empat langkah proses, dimana proses-proses tersebut terbagi atas strategi dan pelaksanaan (Eckerson, 2009, p.4). Menurut Turban, et al. (2011, hal. 12), BPM juga disebut sebagai corporate performance management (CPM). BPM adalah sebuah portofolio aplikasi yang memiliki tampak nyata nyata dan metodologi yang berisi perkembangan arsitektur business intelligence dan alat-alat yang terdapat didalamnya. BPM memperluas pemantauan, pengukuran, dan perbandingan penjualan, laba, biaya, profitabilitas, dan indicator kinerja lainnya dengan memperkenalkan konsep manajemen dari strategi bisnis. Berbeda dengan sistem tradisional seperti DSS dan EIS dengan dukungan ekstrasi informasi bottom-up dari data, BPM menyediakan penegakan top-down dari perusahaan yang memiliki strategi yang luas. BPM biasanya dikombinasikan dengan metodologi balance score card dan dashboard. Data penelitian menunjukkan ada kunci yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dalam praktek kualitas pada BPM, yaitu : 1. Kualitas Pelatihan : Dilakukan dengan pelatihan yang berbeda diberbagai tingkatan untuk meningkatkan pengetahuan. 2. Komitmen dan keterlibatan Top Manajemen : Dimana Top Manajemen berkomitmen untuk menerapkan berbagai pendukung kualitas. 3. Keterlibatan
Karyawan:
Tiap
tingkatan
semua
berpartisipasi, dengan berlatih konsep lingkaran.
karyawan
harus
10
4. Fokus : Dimana pada saat menentukan stategi harus sesuai dengan visi dan misi agar berjalan selaras Selanjutnya, kemungkinan hasil yang diharapkan dari BPM , diantaranya : -
Menghasilkan management kinerja yang efektif
-
Klarifikasi secara jelas tanggung jawab dan harapan dari pekerjaan
-
Meningkatkan produktivitas individu dan kelompok
-
Mengembangkan kemampuan karyawan dengan memberikan umpan balik yang tepat dan pembinaan
-
Menciptakan keselarasan antara organisasi dengan visi dan misi beserta pelaku dalam organisasi
-
Meningkatkan komunikasi dalam organisasi
-
Meningkatkan komunikasi antara karyawan dan manajer.
11
2.2.2 Life Cycle Business Performance Management
Gambar 2.3 Business Performance Management Cycle (Eckerson,2009,p.4) 1. Strategize Tahap Strategize akan membantu dalam menentukan apakan BPM akan dipakai oleh organisasi atau tidak. Selain itu, pada tahap ini ditentukan penggerak utama dari nilai bisnis dan bagaimana cara untuk mengukurnya. Contoh dari penggerak utama tersebut yaitu kepuasan pelanggan yang tinggi atau kualitas produk yang sangat baik. 2. Planning Setelah melakukan tahap strategize, maka organisasi harus membuat perencanaan
untuk
mencapai
tujuan
dan
sasaran
yang
telah
dibuat.Terdapat dua langkah utama dalam tahap planning yaitu technical infrastructure evaluation dan project planning.
12
Langkah pertama pada tahap planning yaitu technical infrastructure evaluation. Pada langkah ini, organisasi menetapkan infrastruktur teknikal yang efektif yang akan dipakai dalam pembangunan BPM. Tujuannya adalah agar BPM dapat berfungsi sesuai dengan yang direncanakan. Langkah selanjutnya yaitu
project planning dimana organisasi akan
merencanakan langkah-langkah untuk membangun BPM dengan table work breakdown structure. Kemudian langah selanjutnya adalah membuat time management dengan menggunakan gant chart. 3. Monitor/Analyze Pada tahap ini, terdapat dua langkah utama yaitu , analisis dan perancangan dashboard. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah project requirement definition dimana yang dimaksudkan adalah mendefinisikan bagaimana informasi akan tersaji dan juga menentukan informasi apa saja yang akan ditampilkan.Informasi dapat berupa gauge ataupun
grafik
sehingga
dapat
menampilkan
performa.Langkah
selanjutnya yaitu perancangan dashboard. 4. Act/Adjust Proses ini adalah yang terpenting di dalam BPM . Proses ini merupakan komponen pelaksanaan strategi. Performance dashboard merupakan tool yang memiliki peranan penting di dalam proses act/adjust
karena tool ini mengirimkan pesan kepada pengguna
terhadap masalah yang potensial, serta menyediakan pengguna informasi detil dan petunjuk untuk membantu mereka membuat keputusan yang cepat dan berkualitas. 2.3
Pengertian Data Data adalah fakta-fakta tentang segala sesuatu di dunia nyata yang dapat
direkam dan disimpan dalam media computer (Nugroho, 2011, p.5). Pengertian data menurut Considine, et al. (2010, p.9), data adalah fakta mentah yang berkaitan dengan atau menjelaskan suatu peristiwa.
13
Menurut
Pearlson dan Saunders (2010, p.13), data adalah seperangkat
spesifik, fakta-fakta objektif atau pengamatan, seperti “persediaan mengandung 45 unit”.Berdiri sendiri, fakta-fakta tersebut telah ada makna intrinsik, tetapi dapat dengan mudah ditangkap, dikirim dan disimpan secara elektronik. Menurut Williams dan Williams (2007, p.201)data adalah fakta (seperti pengukuran, statistik, nama, kategori, dll) yang dicatat atau disimpan dan digunakan sebagai dasar untuk penalaran, diskusi, atau perhitungan. Menurut O’Brien, et al. (2010, p.34) data adalah bentuk jamak dari datum, meskipun biasanya mewakili bentuk tunggal maupun jamak.Data adalah fakta mentah atau pengamatan, biasanya fenomena fisik atau transaksi bisnis.
2.4
Pengertian Basis Data (Database) Pengertian basis data menurut Connolly, et al. (2010, p.65), basis data adalah
koleksi bersama data secara logis terkait dan deskripsi, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. Menurut Considine, et al. (2010, p.108), basis data adalah sebuah struktur komputerisasi bersama yang menangkap, menyimpan dan menghubungkan data. Menurut Nugroho (2011, p.5), basis data sebagai kumpulan terorganisasi dari data-data yang berhubungan sedemikian rupa
sehingga mudah disimpan,
dimanipulasi, serta dipanggil oleh pengguna.
2.5
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Menurut Satzinger, et al. (2010, p.4), analisis sistem berarti memahami dan
menentukan secara rinci apa sistem informasi yang harus dicapai. Perancangan sistem berarti menentukan secara rinci bagaimana banyak komponen dari sistem informasi haru diimplementasikan secara fisik. Fokus pada apa yang sering disebut analisis berorientasi objek dan perancangan berorientasi objek.
14
2.5.1 Use Case Diagram Menurut Satzinger, et al. (2010, p.242), use case diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan berbagai peran pengguna dan cara para pengguna berinteraksi dengan sistem. Diagram use case berfungsi sebagai sejenis daftar isi untuk kegiatan bisnis yang harus didukung oleh sistem. Ini digunakan untuk mengidentifikasi "use" atau use case dari sistem baru, dengan kata lain untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan dan aktor mana yang akan terlibat dalam use case. Diagram use case dapat diturunkan langsung dari kolom berjudul "Use case" dalam event table. Sebuah diagram use case adalah cara yang nyaman untuk mendokumentasikan kegiatan sistem. Kadang-kadang diagram komprehensif tunggal digunakan untuk mengidentifikasi semua kasus penggunaan untuk seluruh sistem. Di lain waktu, suatu kumpulan diagram use case yang lebih kecil digunakan.
Gambar 2.4 Contoh Use Case sederhana dengan aktor (Satzinger, et al. 2010, p.243)
Dalam use case, penggambaran orang disebut aktor. Seorang aktor selalu di luar boundary otomatisasi sistem tetapi dapat menjadi bagian dari bagian pengguna sistem. Dalam hal ini , seorang aktor tidak selalu sama dengan source event dalam event table. Sebuah sumber dari suatu peristiwa adalah orang yang memulai menyediakan data, seperti pelanggan, dan biasanya di luar sistem, termasuk sistem manual. Sebaliknya, seorang aktor dalam analisis use case adalah orang yang benarbenar berinteraksi dengan sistem komputer itu sendiri. Dengan mendefinisikan aktor itu sebagai orang-orang yang berinteraksi dengan sistem.
15
Gambar 2.5 Contoh Use CaseDiagram (Satzinger, et al. 2010, p.244) •
Sticky figure: disebut aktor yang mewakili peran.
•
Use case name: menampilkan namause case.
•
Connecting line: menghubungkan aktor dengan use case.
•
System boundary: untuk membatasi sistem.
•
Include: hubungan dariuse case induk ke use case anak yang bersifat wajib.
•
Extend: hubungan ke use case yang bersifat optional, dimana use case yang diarahkan panah boleh dilakukan atau tidak.
2.5.2 Use Case Description Menurut Satzinger, et al. (2010, p.171), use case description adalah penjelasan yang berisi daftar rincian proses untuk use case. Biasanya use case description ditulis dalam tiga tingkatan terpisah dengan detil: brief description, intermediate description, danfully developed description. Deskripsi tertulis dan activity diagram dapat digunakan dalam kombinasi apapun, tergantung pada kebutuhan seorang analis.
16
•
Brief Description Brief description dapat digunakan untuk use case yang sangat
sederhana,
terutama
ketika
sistem
yang
akan
dikembangkan juga kecil, aplikasi yang dipahami dengan baik. Sebuah use case sederhana biasanya akan memiliki skenario tunggal dan sangat sedikit, jika ada kondisi pengecualian. Sebuah contoh "update customer data". Umumnya, use case seperti "create new order" cukup kompleks dikembangkan pada intermediate description atau fully developed description, meskipun brief description mungkin ditulis pada awalnya.
Gambar 2.6 Contoh Brief Description (Satzinger, et al. 2010, p.172) •
Intermediate Description Intermediate description memperluas penjelasan singkat
untuk menyertakan aliran internal kegiatan untuk use case. Jika ada beberapa skenario, setiap aliran kegiatan dijelaskan secara individual.Kondisi pengecualian dapat didokumentasikan jika mereka dibutuhkan.Gambar 2.8 dan 2.9 menunjukkan deskripsi menengah bahwa dokumen dua skenario petugas pemesanan membuat pemesanan melalui telepon dan pelanggan membuat pemesanan melalui web. Kedua skenario diidentifikasi sebagai alur kerja terpisah untuk use case "create new order". Masingmasing menggambarkan pengguna dan kebutuhan sistem untuk melaksanakan proses untuk skenario. Kondisi pengecualian juga tercantum.Setiap langkah diidentifikasi dengan nomor untuk membuatnya lebih mudah untuk dibaca. Dalam banyak hal,
17
deskripsi ini adalah versi dari bahasa Inggris terstruktur, yang dapat mencakup urutan, keputusan, dan blok pengulangan.
Gambar 2.7 Contoh Intermediate Description dari skenario pemesanan melalui telepon untuk use case “Create new order” (Satzinger, et al. 2010, p.172)
Gambar 2.8 Contoh Intermediate Description dari skenario pemesanan melalui web untuk use case “Create new order” (Satzinger, et al. 2010, p.173)
18
•
Fully Developed Description Fully developed description adalah metode yang paling formal
untuk
mendokumentasikan
use
case.
Meskipun
dibutuhkan sedikit lebih banyak pekerjaan untuk mendefinisikan semua komponen pada tingkat ini, akan tetapi metode ini adalah metode yang disukai untuk menggambarkan aliran internal kegiatan untuk use case. Salah satu kesulitan utama untuk pengembang perangkat lunak adalah bahwa mereka sering memperjuangkan
untuk
mendapatkan
pemahaman
yang
mendalam mengenai kebutuhan pengguna. Tapi jika membuat fully developed description, akan meningkatkan kemungkinan bahwa seorang analis benar-benar memahami proses bisnis dan cara sistem mendukungnya. Gambar 2.10 adalah contoh dari fully developed skenario pemesanan melalui telepon untuk use case "Create new order", dan Gambar 2.11 adalah contoh dari fully developed skenario pemesanan melalui web untuk use case "Create new order".
Gambar 2.9 Contoh Fully Developed Description dari skenario pemesanan melalui telepon untuk use case “Create new order” (Satzinger, et al. 2010, p.174)
19
Gambar 2.10 Contoh Fully Developed Description dari skenario pemesanan melalui web untuk use case “Create new order” (Satzinger, et al. 2010, p.175) •
Use case name:nama use case.
•
Scenario:mendeskripsikan
judul
kegiatan
yang
akan
dilakukan, yang dapat dilakukan lebih dari satu cara misalnya telepon dan website. •
Triggering event: pemicu terjadinya use case (sama seperti trigger pada event table).
•
Brief Description: penjelasan singkat mengenai proses bisnis dari use case tersebut.
20
•
Actor: yang membuat use case.
•
Related use case: apabila terdapat use case yang terkait (include/extend).
•
Stakeholders: aktor yang menjalankan use case aktor yang terkait lainnya.
•
Preconditions:kondisi yang harus dipenuhi sebelum memulai use case.
•
Postconditions: kondisi yang bakal terjadi apabila use case tersebut dijalankan.
•
Flow of events: -
Actor: yang dilakukan oleh aktor.
-
System: respon dari sistem.
2.5.3 Activity Diagram Menurut Satzinger, et al. (2010, p141), activity diagram adalah sebuah diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas pengguna atau
sistem,
orang
yang
melakukan
setiap
kegiatan,
dan
aliran
sekuensial.Activity diagram adalah salah satu diagram Unified Modelling Language yang terkait dengan pendekatan berorientasi objek, tetapi dapat digunakan untuk pendekatan pembangunan. Berikut gambar simbol-simbol yang digunakan dalam activity diagram beserta artinya:
Gambar 2.11 Simbol-simbol Activity Diagram (Satzinger, et al. 2010, p.142)
21
•
Swimlane: adalah area persegi pada activity diagram untuk mewakili seseorang yang melakukan kegiatan.
•
Initial state: untuk memulai activity diagram.
•
Transition arrow: untuk menampilkan aliran aktivitas.
•
Activity: untuk menampilkan aktivitas.
•
Syncronization bar (split): adalah simbol yang digunakan dalam sebuah activity diagram untuk mengontrol pembagian atau penyatuan jalur berurutan, split untuk membagi satu menjadi dua aliran-aliran dalam kegiatan waktu yang sama.
•
Syncronization bar (join): adalah simbol yang digunakan dalam activity diagram untuk mengontrol pembagian atau penyatuan jalur berurutan, join adalah untuk menggabungkan dua aliran dari aktivitas menjadi satu aliran kegiatan.
•
Decision activity: adalah simbol untuk membuat keputusan dalam aliran berupa ya atau tidak.
•
Final state: untuk mengkhiri aktivitas.
Berikut contoh pengambaran activity diagram:
Gambar 2.12 Contoh Activity Diagram (Satzinger, et al. 2010, p.143)
22
Gambar 2.12 adalah diagram aktivitas sebenarnya untuk alur kerja. Alur kerja ini merupakan seorang pelanggan meminta kutipan dari seorang tenaga penjualan.Jika permintaan yang sederhana, penjual dapat memasukkan data dan membuat kutipan.Jika kompleks, penjual meminta bantuan dari ahli teknis untuk menghasilkan kutipan.Dalam kedua kasus, sistem komputer menghitung rincian dari kutipan.
2.5.4 Persistent Object Menurut Satzinger, et al. (2010 , hal. 66),
Persisten Object
merupakan sebuah entitas dari class yang tetap ada setelah system dimatikan. Hal yang perlu diperhatikan: 1. Tidak boleh ada nama field yang sama pada satu tabel. 2. Ada FK yang menghubungkan table satu dengan yang lain 3. Isi record harus sesuai dengan tipe data yang ditulis diupdate design class diagram 4. Hasil penjumlahan tidak menjadi field.
2.5.5 Domain Class Diagram Menurut Satzinger, et al (2010, p.187) Domain Model Class Diagram adalah sebuah UML class diagram yang menunjukkan hal-hal penting dalam karya pengguna: masalah domain kelas, asosiasi, dan atribut.
Gambar 2.13 Simbol Domain Model Class Diagram dengan nama kelas dan atribut (Satzinger, et al. 2010, p.187)
23
Gambar 2.14 Contoh Domain Model Class Diagram sederhana (Satzinger, et al. 2010, p.188)
•
Class:
- Name of class: digunakan untuk mengetahui nama kelas. - Attributes: atribut yang dimiliki kelas.
Gambar 2.15 Multiplicity Domain Model Class Diagram (Satzinger, et al. 2010, p.188) •
Multiplicity (cardinality): simbol-simbol yang mengindikasikan jumlah kasus dari satu kelas dihubungkan dengan satu instance dari kelas lainnya.
24
- One to one: hubungan dari kelas ke kelas, dimana kelas induk memiliki satu kelas anak dan sebaliknya. - One to many: hubungan dari kelas ke kelas, dimana kelas induk memiliki satu atau lebih kelas anak dan kelas anak hanya memiliki satu kelas induk. - Zero to one: hubungan dari kelas ke kelas, dimana kelas induk memiliki satu kelas anak dan kelas ada bisa tidak memiliki kelas induk. - Zero to many: hubungan dari kelas ke kelas, dimana kelas induk memiliki beberapa kelas anak dan kelas ada bisa tidak memiliki kelas.
Gambar 2.16 Contoh generalisasi/spesialisasi Domain Model Class Diagram (Satzinger, et al. 2010, p.190)
25
Gambar 2.17 Contoh agregasi Domain Model Class Diagram (Satzinger, et al. 2010, p.191) •
Relationship: hubungan dari kelas ke kelas. - Association: hubungan yang mewakili hubungan many to many antara dua class lainnya. - Aggregation: merupakan bagian hubungan antara objek dan bagian-bagiannya dimana bagiannya bisa eksis secara terpisah. - Generalization/specializationhierarchies:
hirarki
bahwa
struktur atau peringkat kelas dari kelas super yang lebih umum ke kelas yang lebih spesifik atau sub kelas. Generalisasi adalah penilaian bahwa kelompok sejenis hal, sedangkan
spesialisasi
mengkategorikan jenis hal.
adalah
penilaian
yang
26
- Many to many: hubungan dari kelas ke kelas, dimana kelas induk memiliki beberapa kelas anak dan sebaliknya.
2.6 Dashboard 2.6.1 Pengertian Dashboard Dashboard adalah sebuah jenis tampilan, bentuk presentasi (Few, 2006, hal. 27). Menurut Turban, et al. (2011, hal.276), dashboard adalah presentasi visual data kritikal (penting) untuk para eksekutif. Dashboard adalah jenis tertentu dari Sistem Pendukung Keputusan (Arnott dan Pervan,2005) dan dapat didefinisikan sebagai "manajemen kinerja visual dan interaktif" dengan menampilkan pada satu layar informasi yang berisi yang penting dan dibutuhkan untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan berkomunikasi masalah daerah yang membutuhkan tindakan korektif "(Yigitbasioglu dan Velcu 2012, hal. 4). Dashboard menggabungkan fitur visual dan fungsional, yang dalam kombinasi dapat membantu meningkatkan kognisi dan interpretasi (Yigitbasioglu dan Velcu, 2012).
Pauwels et al. (2009) menyarankan empat kemungkinan tujuan menggunakan dashboard: (i) monitoring, (ii), konsistensi (iii) perencanaan, dan (iv) komunikasi. Fungsi Monitoring mengacu pada hari evaluasi metrik. Pemantauan dapat dianggap sebagai dashboard "yang paling mendasar. Fungsi. Konsistensi berkaitan dengan keselarasan tindakan dan pengukuran dalam satu unit. Fungsi untuk perencanaan mengingat bahwa analisis hadir di antara fitur-fitur yang mendukung dashboard. Fungsi Akhirnya, dashboard berkomunikasi baik kinerja dan nilai-nilai dari organisasi. Information dashboard merupakan alat untuk menyajikan informasi secara sekilas, solusi bagi untuk kebutuhan informasi organisasi. Informasi dashboard memberikan tampilan userfase dengan berbagai bentuk, seperti diagram, laporan, indicator visual, mekanisme alert, dan paduan informasi yang dinamis. Pada informasi dashboard mengumpulkan informasi yang relevan dari berbagai bagian,
27
mengkonsolidasikan dan menyampaikan sesuai dengan kebutuhan organisasi secara aman serta cepat. Tujuan
penggunaan
informasi
dashboard,
untuk
mengukur
kinerja,
memonitor proses yang sedang berjalan, dan memprediksi kondisi di masa mendatang. Inti dari informasi dashboard terletak pada data dan informasi yang disajikan.
Berikut contoh penggambaran Dashboard :
Gambar 2.18 Contoh Dashboard (Yigitbasioglu dan Velcu, 2012, p.9)
2.6.2 Poin Penting Dasboard Dashboard merupakan tampilan visual. Informasi pada dashboard disajikan secara visual, biasanya berupa kombinasi teks dan grafis, tetapi lebih penekanan pada grafis. Poin-poin penting dashboard antara lain ( Few, 2006, hal.26) : a. Dashboard menampilkan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu pencapaian. b. Dashboard termuat di layar satu computer. Informasi yang ditampilkan pada dashboard harus muat pada satu layar sehingga semua informasi pada
28
dashboard bisa dilihat sekaligus. Jika harus scroll untuk melihat semua informasi, itu telah melanggar batasan dashboard. Jika pengguna harus beralih dari satu layar ke layar selanjutnya untuk melihat semua informasi, pengguna harus membuat penggunaan menggunakan multiple dashboard. Tujuannya adalah untuk memiliki dan menyediakan informasi yang paling penting dan mudah untuk dibaca sehingga pengguna dapat dengan cepat menyerap apa yang perlu diketahui. c. Apakah informasi harus ditampilkan di web browser? Web browser mungkin menjadi media terbaik untuk sebagian besar dashboard yang menampilkan informasi saat ini, tapi itu bukan satu-satunya media yang dapat digunakan, dan itu mungkin tidak menjadi media terbaik untuk 10 tahun mendatang. d. Dashboard digunakan untuk memonitor informasi dengan cepat. Terlepas dari kenyataan bahwa hamper semua informasi dapat ditampilkan dalam dashboard, ada setidaknya satu karakteristik yang menggambarkan hampir semua informasi yang ditemukan dalam dashboard itu ditampilkan dalam bentuk ringkasan. Hal ini karena biasanya orang tidak dapat memantau dalam sekejap rincian yang diperlukan untuk mencapai tujuan orang tersebut. Dashboard harus menunjukkan dengan cepat bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan dan mungkin memerlukan tindakan. Dashboard melakukan pekerjaan utamanya yaitu memberitahu dengan cepat bahwa harus ada tindakan. Itulah poin-poin penting dari dashboard. Beberapa definisi yang membantu dashboard melakukan pekerjaan mereka secara maksimal adalah : - Dashboard memiliki mekanisme tampilan kecil, ringkas, jelas, dan intuitif. Tampilan mekanisme yang jelas menyatakan pesan tanpa mengambil banyak ruang diperlukan, sehingga seluruh pengumpulan informasi akan masuk ke dalam properti yang terbatas dalam satu layar. - Informasi pada dashboard harus disesuaikan secara khusus untuk kebutuhan yang diberikan seseorang, kelompok, atau fungsi, jika tidak, tidak akan mencapai tujuan.
29
2.6.3 Tiga Belas Kesalahan Umum yang Terjadi Pada Saat Merancang Dashboard Tiga belas kesalahan umum yang terjadi pada saat merancang sebuah dashboard antara lain (Few, 2006, hal. 38) : 1. Melebihi batasan satu layar 2. Menyediakan konteks yang tidak memadai untuk data 3. Menampilkan detil yang berlebihan 4. Memilih ukuran defisiensi 5. Memilih tampilan media yang tidak sesuai 6. Memperkenalkan berbagai makna atau arti yang tidak berguna 7. Menggunakan media display yang dirancang dengan buruk 8. Pengkodean data kuantitatif tidak akurat 9. Menggunakan data yang kurang baik 10. Mengacu pada data penting yang tidak berguna 11. Mengacaukan layar dengan dekorasi yang tidak bermutu 12. Menyalahgunakan atau menggunakan terlalu banyak warna 13. Merancang sebuah tampilan visual yang tidak menarik
30