BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
Data-data yang dapat dipakai dalam Tugas Akhir ini diperoleh dari sumbersumber sebagai berikut: • Referensi Buku “Batik The Impact of Time and Enviroment - H. Santosa Doellah” Buku ini merupakan karangan dari pendiri PT. Batik Danar Hadi dan merupakan patokan dari display Museum Batik Danar Hadi. • Wawancara dengan Ibu Asti Suryo Astuti, Assistant Manager dari Museum Batik Danar Hadi. • Artikel yang membahas mengenai Museum Batik Danar Hadi. Data-data yang terkumpul tersebut selanjutnya akan dianalisa untuk digunakan sebagai landasan dalam merancang bentuk komunikasi visual untuk mendukung promosi Museum Batik Danar Hadi.
2.1.2 Sejarah Bangunan House of Danar Hadi
Museum Batik Danar Hadi merupakan bagian dari House of Danar Hadi yang terletak di dalam sebuah kompleks bangunan kuno yang merupakan cagar budaya yang terdapat di Solo. Bangunan ini dulunya adalah kediaman seorang pangeran, cucu dari Kasunanan Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono IX dan menantu dari Sri Susuhunan Pakubuwono X yang bernama KRMTA Wuryaningrat. Selain sebagai seorang bangsawan, Raden Wuryaningrat juga turut membantu perjuangan kemerdekaan dengan bergabung dengan gerakan Boedi Oetomo, Raden Wuryaningrat juga pernah menjabat sebagai ketua Parindra (Partai Indonesia Raya) dan anggota BPUPKI dari Solo. Bangunan ini dibangun pada 5
6 akhir abad ke-19 dengan gaya arsitektur kombinasi Jawa-Eropa pada zaman patih dalem Sosrodiningrat IV (Perdana Menteri Kasunanan Surakarta dan ayah dari Raden Wuryaningrat). Seiring dengan berjalannya waktu bangunan ini menjadi terbengkalai dan dipenuhi dengan rumput ilalang, sampai akhirnya dibeli PT. Danar Hadi pada tahun 1999 dan direnovasi. Sekarang bangunan ini diubah menjadi function hall bernama Ndalem Wuryaningratan. Di samping Ndalem Wuryaningratan terdapat juga sebuah galeri batik kuno yang dinamakan Museum Batik Danar Hadi. Museum ini adalah obyek wisata utama di kompleks House of Danar Hadi dan telah dibuka terlebih dahulu pada tahun 2000 oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Museum ini menyimpan koleksi pribadi kain batik milik Pak Santosa Doellah yang mencapai 10.000 helai kain dan diakui oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak.
2.1.3 Bagian Bangunan House of Danar Hadi
House of Danar Hadi terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 26, Surakarta 57141, Indonesia ini memiliki bagian-bagian bangunan, yaitu Museum Batik Danar Hadi, Workshop, Showroom, Ndalem Wuryaningratan, Sasana Mangunsuka, dan Soga Restaurant.
2.1.3.1 Museum Batik Danar Hadi
Gambar 2.1 Pintu Masuk Museum Batik Danar Hadi
Sumber: Shafira S
7 Museum Batik Danar Hadi ini memamerkan koleksi pribadi Pak Santosa Doellah dari berbagai kurun waktu sebelum dan sewaktu penjajahan Belanda dan Jepang sampai saat kemerdekaan Indonesia. Batik-batik bernilai seni tinggi yang dipamerkan antara lain Batik Kraton, Batik Belanda, Batik Cina, Batik Djawa Hokokai, Batik Indonesia, sampai Batik Sudagaran, dari warna soga tradisional Surakarta sampai soga hijau serta kuning, semua hadir dalam koleksi Museum Batik Danar Hadi. Penataan museum mengambil tema sesuai dengan buku karya Bapak H. Santosa Doellah yaitu Batik The Impact of Time and Enviroment.
Gambar 2.2 Denah Kompleks House of Danar Hadi
Sumber : Shafira S (diolah dari lokasi House of Danar Hadi)
Museum ini terletak diantara showroom dan Soga Restaurant sehingga jika melewati jalan depannya orang tidak dapat melihat museum itu sendiri. Pintu masuk museumnya pun tidak terlihat dari jalan raya, dan minimnya signage dan promosi yang terdapat di showroom dan parkiran sehingga jika sekilas dilihat dari jalan raya tidak terlihat ada museum di dalam kompleks House of Danar Hadi.
2.1.3.2 Workshop Batik Danar Hadi
8
Gambar 2.3 Seorang pembatik di workshop Batik Danar Hadi
Sumber : Shafira S
Di belakang tempat Museum Batik Danar Hadi terdapat pula workshop batik perusahaan Danar Hadi. Dari mulai proses pembuatan motif pada kain, meletekkan malam di atas kain sampai dengan proses pewarnaan batik tradisional. Semuanya menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi siapapun yang menyaksikan. Proses batik yang diterapkan hampir meliputi semua jenis proses yang ada meliputi girahan, lorodan, teknik coletan, maupun teknik granitan.
2.1.3.3 Showroom Batik Danar Hadi
Gambar 2.4 Showroom Batik Danar Hadi
Sumber: http://www.houseofdanarhadi.com/showroom.php
Melengkapi one stop of batik journey, House of Danar Hadi juga menyuguhkan showroom yang menyediakan beraneka ragam produk eksklusif, cenderamata khas Solo dari Batik Danar Hadi dan merupakan hasil karya yang
9 diciptakan melalui workshop batik Danar Hadi. Showroom ini adalah tempat dimana pengunjung dapat secara langsung mengapresiasikan batik sebagai bagian dari gaya hidup masa kini (lifestyle). Penataan toko yang apik dan artistik menambah kenyamanan pengunjung ketika berbelanja.
2.1.3.4 Ndalem Wuryaningratan
Gambar 2.5 Tampak depan Ndalem Wuryaningratan
Sumber: Shafira S
Ndalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun 1890, merupakan kediaman dari KPH. Wuryaningrat, cucu dari Pakubuwono IX, dan menantu dari Raja Surakarta I.SK.S Pakubuwono X. Dihadirkan kembali setelah melalui proses restorasi yang sempurna menjadi sebuah bangunan yang megah dan representatif serta dapat di pergunakan dengan bangga oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kesempatan-kesempatan istimewa, seperti acara pernikahan dan lainnya.
2.1.3.5 Sasana Mangunsuka Gambar 2.6 Sasana Mangunsuka
Sumber: http://www.houseofdanarhadi.com/menumangunsuka.php
10 Sasana Mangunsuka didirikan mendampingi keanggunan bangunan Ndalem Wuryaningratan yang dibangun dan diselesaikan pada tahun 2002, merupakan satu bangunan yang dilengkapi dengan kemewahan interior ruang dalam yang memiliki ciri khas Langgam Jawa. Dihiasi Patangaring yang megah keemasan menjadi kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang mempergunakan ruangan indah tersebut.
2.1.3.6 Soga Restaurant
Soga Restaurant hadir pada pertengahan 2009. Soga Restaurant adalah tempat yang nyaman didesain bergaya etnik modern juga dihadikan di kompleks ini. Di tempat ini dapat menikmati aneka suguhan minuman dan makanan lezat dengan cita rasa khas Solo.
2.1.4 Koleksi Museum Batik Danar Hadi
Museum Batik Danar Hadi memiliki 10.000 koleksi kain batik yang merupakan koleksi pribadi dari bapak H. Santosa Doellah yang merupakan pendiri PT. Danar Hadi. Koleksi terbagi menjadi 11 bagian ruangan. Koleksi Batik di Museum Batik Danar Hadi diantaranya adalah Batik Belanda, Batik Kraton, Batik Danar Hadi, Batik India, Batik Proses Pembuatan Batik, Batik Pengaruh Kraton, Batik Indonesia, Batik Cina, Batik Adi Karya, Batik Souvenir dan Batik memorabilia Danar Hadi.
2.1.4.1 Batik Belanda Gambar 2.7 Display Batik Belanda
Sumber http://www.houseofdanarhadi.com/batikbelanda.php
11
Batik Belanda merupakan produk batik yang mulai dibuat terutama untuk wanita-wanita Indo-Belanda kurang lebih pada tahun 1840 hingga 1910. Batik ini menunjukkan pengaruh budaya Belanda pada pola dan warnanya, karena pengusahanya, terutama adalah wanita Indo-Belanda sedangkan pekerjanya terdiri dari orang-orang pribumi yang berasal dari desa-desa sekitar Pekalongan.
Polanya berupa bunga, dedaunan, dan binatang seperti bangau, burung kecil, dan kupu-kupu, bahkan ada yang mengambil tema cerita seperti Putri Salju, Si Topi Merah, Hanzel and Gretel, dipadukan dengan warna-warna cerah seperti merah, biru, hijau, merah muda, orange, dan krem, bahkan ada yang berwarna soga (coklat). Batik Belanda sebagian besar berupa sarung dan pada mulanya hanya dibuat bagi masyarakat Belanda dan Indo-Belanda. Pembuatan Batik Belanda berakhir pada tahun 1940, menjelang era kekuasaan Jepang di Nusantara dan kebanyakan dibuat di Pekalongan.
Pelopor pembuat Batik Belanda adalah Catharian Caroline van Oosterom dan Carolina Yosephina von Franquemont, sedangkan yang paling terkenal adalah Metzelaar serta van Zuylen.
• Batik dengan Tema Pola Cerita
Selain pola-pola yang berupa buketan dengan burung atau kupu-kupu, pengaruh budaya Belanda nampak pula pada Batik “Cerita” yaitu Batik Belanda yang mengambil tema cerita (fairy tale) sebagai polanya.
Pola-pola batik dengan tema cerita ini untuk pertama kalinya dibuat oleh Von Franquemont, dan sangat terkenal sekitar akhir abad ke-19. Satu diantaranya yang sangat digemari masyarakat pada saat itu adalah cerita Little Red Ridinghood yang dibuat oleh Von Franquemont. Pola ini kemudian banyak ditiru oleh pengusaha batik belanda lainnya, antara lain Van Oosterom.
12 Untuk konsumen masyarakat Jawa, Franquemont menampilkan tokoh-tokoh dari mitos wayang dan dunia gaib. Sedangkan Van Oosterom mengangkat dongeng Cina untuk pola batiknya, yaitu tentang Dewa Hsi Wang Mu dengan pohon persik, yang melambangkan berkah kehidupan abadi. Dia juga menampilkan tokoh wayang untuk pola-pola batiknya.Cerita-cerita lain yang ditampilkan sebagai pola batik adalah Hanzel and Gretel, Snow White, dan Sleeping Beauty.
2.1.4.2 Batik Kraton
Batik Kraton membawa desain tradisional terutama yang berasal dari kratonkraton yang terdapat di Jawa. Batik Kraton sudah mulai dikenal pada abad ke7, pada saat sudah diciptakan canting tulis. Pengaturan ornamen dan pewarnaan merupakan suatu perpaduan yang menarik dari estetika, filosofi hidup, dan alam sekitar. Pola-pola batik dengan pengaruh budaya Hindu-Budha selain pengaruh kepercayaan Jawa dan Islam merupakan ciri khas batik-batik kraton Jawa. Dari budaya Hindu, terdapat ragam hias garuda, pohon hayat, dan lidah api. Dari budaya Budha, diambil ragam hias swastika, sedangkan dari kepercayaan Jawa tercermin penataan pola-pola tertentu dalam aliran moncopat, dan pengaruh Islam ditandai dengan tidak adanya bentuk makhluk hidup seutuhnya dalam pola-pola.
• Batik Kraton Surakarta Gambar 2.8 Display Batik Kraton
Sumber: http://www.houseofdanarhadi.com/batikkraton.php
13 Sebagian besar pola-pola batik kraton Surakarta diciptakan setelah tahun 1755, yaitu pada saat kraton Mataram Surakarta sudah dipecah menjadi dua, menjadi Kraton Surakarta Hadiningrat di bawah pemerintahan P.B II dan Kraton Yogyakarta
Hadiningrat
di
bawah
pemerintahan
H.B
I
(Pangeran
Mangkubumi).
Penataan ragam hias dalam pola-polanya selalu mengikuti aturan-aturan tertentu dan setiap ragam hias polanya melambangkan arti filosofis dari pengaruh budaya-budaya tersebut. Batik Kraton Surakarta mempunyai
-
warna coklat kemerahan, biru tua, dan warna putihnya cenderung mengarah pada warna krem. Kain batik kraton yang digunakan berupa dodot, kain, kemben, dan ikat kepala.
• Batik Kraton Yogyakarta
Ciri khas Batik Kraton pada umumnya tampak lebih menonjol pada Batik Kraton Yogyakarta, yaitu bentuk polanya yang sangat teratur, sebagian besar polanya ditata secara geometris, perpaduan warnanya yang sangat tegas, bahkan terkesan menyolok antara warna coklat dan putihnya, sehingga seringkali memberikan kesan agak kaku. Batik Yogyakarta mempunyai warna soga coklat kemerahan atau coklat tua, warna putih bersih dan biru tua.
Batik Kraton Yogyakarta berasal dari pola-pola batik zaman kerajaan Mataram Kota Gede. Saat kerajaan Surakarta pada tahun 1755 dipecah menjadi Kasunan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat karena perjanjian Giyanti, maka seluruh busana kraton termasuk batiknya diboyong dari Kasunan Surakarta ke Kasultanan Yogyakarta atas permintaan Pangeran Mangkubumi yang sejak saat itu bergelar Sultan Hamengkubuwono I.
Berasal dari satu sumber, banyak pola-pola krato Yogyakarta yang sama dengan pola kraton Surakarta misalnya pola kawung, udan liris, semen romo, parang rusak, dan parang barong.
• Batik Puro Pakualaman
14
Suatu perpaduan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan pada batik, menghasilkan batik yang mundul di Puro Pakualaman setelah adanya hubungan perkawinan antara kraton Yogyakarta dan kraton Surakarta yaitu Sri Paku Alam VII dengan puteri Sri Susuhunan Paku Buwana X dari Surakarta.
Sebagian pola batik Puro Pakualaman sama dengan pola batik kraton Surakarta dan sebagian sama dengan pola batik kraton Yogyakarta. Tetapi pengaruh kraton Surakarta tampak lebih dominan, karena warna-warna batik Puro Pakualaman ini senada dengan batik kraton Surakarta yaitu kekuningan, biru tua, dan krem.
• Batik Puro Mangkunegaran
Pola dan warnanya serupa dengan batik kraton Surakarta, namun penampilannya lebih serasi dan indah karena batik Puro Mangkunegaran sering menampilkan isen latar dan isen pola yang sangat halus dan rumit, dengan demikian batik Puro Mangkunegaran merupakan batik kraton yang terindah.
Puro Mangkunegaran juga memiliki seniman batik yang tangguh. Pola pakis dan sarpo merupakan pola yang sangat terkenal dari Puro Mangkunegaran karya Ibu Bei Mardusari. Pembatik di desa Matesih, daerah sebelah timur Surakarta merupakan pembatik yang sering membuat batik-batik untuk Puro Mangkunegara.
2.1.4.3 Batik Danar Hadi
Gambar 2.9 Display Batik Danar Hadi
Sumber: http://www.houseofdanarhadi.com/batikdanarhadi.php
15
Suatu hasil usaha dan karya yang gemilang, baik dipandang dari segi karya cipta, keberhasilan di dalam berusaha di bidangnya, kepedulian akan kelestarian batik maupul dampaknya pada kehidupan masyarakat yang terlihat di dalamnya, bukanlah sesuatu yang hadir tanpa perjuangan, ketekunan dan keilkhlasan jiwa.
Di tengah-tengah perubahan zaman dan lingkungan, Batik Danar Hadi diusahakan agar selalu dapat dihadirkan di kancah perubahan yang terjadi di dalam dunia perdagangan batik. Perjuangan, ketekunan, dan keikhlasan yang demikian besar, dan dimulai dari tiga generasi terdahulu, telah membuahkan karya yang patut dicatat dalam sejarah perkembangan batik di Indonesia.
Dari semasa zat warna alam masih merupakan bahan satu-satunya yang dipakai sampai pada saat ketika zat warna sintesis hadir dalam dunia batik, Batik Danar Hadi selalu merupakan batik yang tampil dengan warna dan pola yang disenangi masyarakat.
Batik dengan isen tanahan dan isen pola yang halus serta rumit merupakan bagian dari ciri khas batik Danar Hadi, selain kreasi pola-polanya sebagai hasil kepiawaian dalam memadukan ragam hias batik kraton, menyebabkan batik kraton dari Danar Hadi tampil beda dari batik-batik kraton yang dikenal sebelumnya.
Perpaduan dari berbagai jenis batik yang dibuat oleh Bapak H. Santosa sejak tahun 1967, dan juga koleksi-koleksi batik lain yang dibuat oleh leluhur beliau, antara lain : Koleksi H. Bakri (Generasi I) adalah kakek buyut Bapak H. Santosa, koleksi R.H.S. Wongsodinomo (Generasi II) adalah Kakek Bapak H. Santosa, koleksi H. Hadiprijana, orang tua Ibu Hj. Danarsih Santosa.
2.1.4.4 Batik Pengaruh India
16 Batik Pengaruh India merupakan penggabungan ornamen dari kain-kain tekstil India, seperti patola, chintz, atau sembagi, dan mulai ditiru oleh pedagang dari Arab dan Cina pada abad ke-19 khususnya daerah Cirebon dan Lasem.
• Batik Jambi
Pada mulanya batik yang sampai di daerah Jambi berasal dari sentra-sentra batik di pantai utara pulau Jawa terutama Cirebon dan Lasem. Pola-pola batiknya selalu geometris dengan warna-warna yang sangan terbatas, yaitu biru tua, merah tua, dan warna-warna kuning. Sedangkan pola-polanya berasal dari pola-pola kain sembagi atau chintz yang berasal dari India, karena batik-batik ini merupakan batik pengaruh India.
Batik Jambi menampilkan berbagai pengaruh budaya pada polanya yaitu India, Cina, kraton Jawa, dan Islam. Selain ragam hias yang berasal dari tenunan dari kain Patola India, terdapat pula ragam hias kaligrafi yang diterapkan pada selendang dan ikat kepala. Pola tenun Palembang sering juga dipakai sebagai pola pada batik Jambi.
Sebagian batik Jambi berupa sarung dan sejak dahulu selalu dibuat dengan batik tulis. Baru tahun 1980 terdapat batik cap, dengan canting cap yang dipesan pembuatannya dari Yogyakarta.
• Batik Nitik
Batik Nitik adalah batik yang polanya meniru pola-pola tenunan kain Patola yang berasal dari Gujarat, India yang mulai dibuat pada awal abad 19, sehingga batik Nitik merupakan batik pengaruh India.
Batik Nitik yang dibuat di daerah Pekalongan disebut jlamprang dengan warna yang sangat beragam, sedangkan batik Nitik dengan warna-warna batik kraton dibuat di daerah Yogyakarta dan Surakarta.
17 Kain Patola yang di Indonesia disebut Cindai hingga saat ini masih digunakan untuk upacara adat perkawinan tradisional di Jawa khususnya di kraton-kraton Surakarta dan Yogyakarta. Batik Nitik dibuat untuk kain. Desa yang terkenal sebagai tempat pembuatan batik Nitik adalah desa Wonokromo, kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
• Batik Sembagi
Selain batik Nitik, batik Sembagi juga merupakan batik yang menampilkan pengaruh India. Pola-pola batik Sembagi berasal dari kain-kain yang disebut chintz atau kain Sembagi, yang dahulunya diimport dari India seperti halnya kain Patola, saat perdagangan tekstil dengan India merupakan perdagangan yang penting bagi Indonesia.
Kain-kain sembagi ini berasal dari daerah pantai Coromandel, India dan sangat digemari oleh para bangsawan, masyarakat Indo-Belanda, Cina dan Pribumi yang mampu. Pada saat perdagangan dengan India mengalami penurunan yang menyebabkan
langkanya
kain-kain
sembagi,
maka
untuk
memenuhi
permintaan pasar dibuatlah kain-kain batik yang menerapkan pola-pola kain sembagi oleh pengrajin-pengrajin batik dari Lasem dan Cirebon, yang kebanyakan adalah orang-orang Cina.
Kain-kain itu disebut Batik Sembagi dan warna-warnanya seperti halnya kain Sembagi sebagian besar adalah warna merah mengkudu dan biru indigo.
Kain-kain Sembagi juga digemari masyarakat Sumatra, terutama di Jambi dan Palembang. Pola-pola batik Sembagi saat ini dapat dilihat pada batik dari Jambi.
• Batik Polikat
Batik Polikat adalah Batik pengaruh India yang mengambil ragam hias atau pola dari kain tenun Polikat yang berasal dari India. Kain-kain polikat masuk
18 ke pulau Jawa bersama-sama dengan kain India yang lain, sebagai mata dagangan yang sangat digemari pada saat itu.
• Batik Lampung
Batik Lampung adalah batik yang dibuat di Lasem dan Pekalongan pada pertengahan abad ke 19 dan kemudian di ekspor ke pulau Sumatra karena batik ini sangat digemari oleh masyarakat Lampung.
Polanya berasal dari pola kain Sembagi (chintz) dari India dan ada pula yang telah dimodifikasi, guna memenuhi selera masyarakat setempat. Karenanya selain pola-pola tiruan pola Chintz tersebut, juga ada pola yang berupa ragam hias kapal dan lung-lungan denga bunga-bunga.
Warna dari batik Lampung pada umumnya merupakan perpaduan antara warna batik kraton (biru, putih, dan soga) dan merah mengkudu pada bagian tepi batiknya.
2.1.4.5 Batik Proses Pembuatan Batik
Pada bagian ruangan ini, diperlihatkan kain-kain proses pembuatan batik, bahan dan alat pembuat batik. Kain-kain proses pembuatan batik yang ada yaitu terdapat kain mori yaitu kain yang digunakan untuk pembuatan batik, klowongan/mbatik yaitu menggambar desain batik di kain mori menggunakan canting tulis dan lilin malam, nembok yaitu menutup bagian yang sudah didesain yang akan berwarna putih dengan lilin batik, medel yaitu pencelupan kain mori yang sudah diberi malam ke pewarna biru, ngerok dan nggirah yaitu menghilangkan malam yang didesain berwarna soga, mbironi yaitu menutup warna yang tetap berwarna biru dan putih, nyoga yaitu pencelupan kain dengan warna soga (coklat), dan nglorod yaitu menghilangkan semua lilin malam dengan air panas. Bahan dan alat pembuat batik yang ada diantaranya lilin dan ramuannya (parrafin, kote, gondorukem, damar, microwax, lilin gladhagan, minyak kelapa, dan lemak binatang), canting tulis, canting cap, dan pewarna batik (daun indigo untuk warna biru, akar mengkudu untuk warna merah,
19 batang bawah kurkuma untuk warna kuning, kulit pohon tingi untuk warna coklat kemerahan).
2.1.4.6 Batik Pengaruh Kraton
Batik pengaruh kraton menggabungkan batik motif dari kraton Mataram dengan ornamen daerah tertentu, dalam membentuk desain utama, dan dikembangkan sesuai dengan selera masyarakat setempat.
• Batik Indramayu
Batik Indramayu yang lazim disebut Batik Dermayon ini mempunyai dua jenis batik yaitu Batik Petani dan Batik Pengaruh Kraton, meskipun pengaruh kraton hanya ditampilkan dengan ornamen sawat dan pola lereng yang tidak banyak jumlahnya.
Seperti halnya Tuban, Indramayu dahulu juga merupakan pelabuhan besar tempat berlabuhnya kapal dagang dari Cina. Oleh karena itu, batik petani Indramayu juga menampilkan pengaruh budaya Cina seperti batik-batik petani di Tuban.
Selain itu, karena masyarakatnya terdiri dari kaum nelayan, maka pengaruh lingkungan memunculkan ragam hias binatang laut pada batik Petani.
Ciri khas batik Indramayu adalah adanya titik-titik berwarna pada latar belakangnya yang disebut cocohan dan hanya menampilkan dua warna (hitam/biru tua dan putih atau warna merah tua dan putih) yang dahulu diperoleh dengan zat warna alam, indigo dan mengkudu.
Di Indramayu tidak terdapat batik cap dan batiknya pun tidak termasuk batik yang halus. Batik Dermayon dibuat untuk kain, sarung, dan selendang.
20 Selendang batik Dermayon selalu dihias dengan rumbai-rumbai dan ornamen tumpal pada kedua ujungnya. Desa Paoman merupakan sentra batik Dermayon yang terkenal.
• Batik Madura
Batik-batik pantai utara Jawa sangat mempengaruhi batik-batik karya pengrajin batik di pulau Madura, baik mengenai warnanya maupun polanya, penampilan batik-batik Madura. Ragam hias kehidupan laut, yang mencerminkan profesi mereka sebagai nelayan, bunga-bunga dan burung-burung yang menandai adanya pengaruh pesisir utara Jawa selalu terdapat pada batik Madura, yang termasuk batik Petani (petani nelayan).
Pengaruh kraton pun tampak pada batik Madura, sebagai ungkapan bahwa kerajaan Mataram pernah berkuasa hingga kawasan tersebut sampai ke Sumenep. Dengan demikian terdapat dua jenis batik Madura, yaitu Batik Kraton dan Batik Petani. Batik Madura berupa sarung, kain, dan selendang.
• Batik Banyumasan
Daerah Banyumasan mempunyai dua jenis batik, yaitu Batik Petani dan Batik dengan pengaruh Kraton. Ragam hias pada Batik Petani berupa dedaunan dan buketan. Ragam hias batik kraton menjadi penyusun pola batik yang berkembang di daerah Banyumas, yang disebut Batik Banyumasan.
Kedua jenis batik ini mempunyai warna soga yang sedikit berbeda dari daerah Yogyakarta. Soga dari Banyumas berada diantara warna soga Surakarta dan Yogyakarta, yaitu coklat kuning kemerahan, sedangkan warna putihnya agak kekuningan. Warna lain yang sering tampil pada Batik Banyumasan adalah warna merah mengkudu yang di tempatkan di bagian tepi kain. Batik-batik Banyumas berupa kain dan kemben.
• Batik Cirebon
21 Ciri khas batik Cirebon adalah adanya ragam hias mega dan wadasan yang menunjukkan adanya pengaruh budaya Cina yang masuk ke kraton Cirebon, karena pola-pola batik kraton Cirebon selalu menampilkan ragam hias tersebut. Selain pengaruh budaya Cina terlihat pula pengaruh budaya Hindu dari Kraton Mataram dalam pola-pola yang mengandung ragam hias Sawat.
Yang menarik ialah adanya pola batik kraton Cirebon yang menampilkan pengaruh tiga macam budaya secara bersamaan, yaitu pola batik Paksi Naga Liman, yang melambangkan kerjasama yang damai dari ketiga budaya tersebut, yang hidup serasi di daerah Cirebon, yaitu Islam, Cina, dan Hindu.
Ciri lain yang nampak dari batik Cirebon adalah adanya gradasi warna pada ragam pokoknya dan warna dasar dari batik biasanya kuning gading atau kuning muda yang disebut kuning Cirebon.
Warna-warna lain biasanya coklat soga sebagai warna tradisional, biru muda, dan hitam. Batik Cirebon dibuat untuk kain, sarung, selendang, dan ikat kepala.
• Batik Garut
Ciri-ciri batik Garut yang sangat menonjol adalah selalu hadirnya warna kuning lembut yang disebut gumading, baik pada latar belakangnya maupun pada ragam hias pokoknya.
Batik Garut sangat unik, karena menampilkan beberapa pengaruh budaya dan lingkungan.
Pada pola-pola batik Garut terdapat pengaruh kraton, baik kraton SurakartaYogyakarta maupun Cirebon, selain pengaruh budaya Cina dan Belanda. Batik khas daerah Garut tersebut disebut garutan.
Pola mega mendung, balabag, dan arjuna menekung menunjukkan pengaruh kraton Cirebon, sedangkan pola banji dan buketan disertai warna-warna selain merah biru dan warna soga menunjukkan pengaruh budaya Cina dan Belanda.
22
Warna soga batik Garutan cenderung mengarah pada warna merah dengan sedikit warna coklat. Batik Garut dibuat untuk kain, sarung, dan ikat kepala.
• Batik Petani
Batik Petani adalah batik yang dibuat oleh kalangan petani, yang polanya sangat dipengaruhi oleh alam sekitar. Tanpa meninggalkan sumbernya, yaitu pola-pola batik kraton, batik petani ini menerapkan ragam hias alam sekelilingnya dengan latar belakang pola-pola batik kraton atau isen latar yang sering diterapkan pada batik kraton. Batik Sudagaran muncul lebih awal dibandingkan dengan Batik Petani.
Ragam hias alam sekelilingnya dalam bentuk tumbuhan, bunga dan binatang seperti burung, kupu-kupu dihadirkan dengan latar belakang pola udan liris, limaran, lereng gebyar, atau isen latar seperti ukel, grinsing, galaran, blanggreng, merupakan ciri khas Batik Petani Yogyakarta (Batik Rinen) maupun daerah Surakarta. Di Yogyakarta sebagian besar terdapat di daerah Bantul, sedangkan di Surakarta terutama terdapat di daerah Bayat, Klaten.
Warna-warna batik petani adalah biru tua, coklat tua, dan putih. Batik Petani berupa kain, sarung, dan selendang.
• Batik Tuban
Batik Tuban merupakan batik Petani yang sangat terkenal. Seluruh proses yang dilalui bermula dari menanam kapas sampai menghasilkan sehelai batik, kesemuanya dibuat di daerah Tuban.
Karena Tuban dahulu merupakan pelabuhan yang besar tempat berdatangnya para pedagang Cina, maka pola batiknya sangat dipengaruhi oleh budaya Cina, maka pola batiknya sangat dipengaruhi oleh budaya Cina. Hal ini terlihat pada pola-pola yang menampilkan burung phoenix dan bunga celuki gaya Cina (bunga anyelir).
23
Warna-warna tradisionalnya adalah merah tua dan biru yang dulu diperoleh dari zat alam yaitu akar mengkudu dan daun nila. Batik Tuban berupa kain dan selendang.
• Batik Sudagaran (Surakarta)
Ciri khas batik ini adalah penggunaan ragam hias yang berasal dari batik klasik kraton termasuk pola-pola larangan, yang digubah sedemikian, disesuaikan dengan selera para saudagara/pedagang batik saat itu. Kualitas batikannya justru lebih halus dari batik kraton karena para saudagar ini memiliki pembatik halus yang tinggal di perusahaannya.
Batik Saudagaran dibuat setelah kebutuhan batik di dalam kraton meningkat, sehingga pembuatannya banyak yang diserahkan kepada kaum saudagar/ pengusaha batik.
Warna batik Sudagaran daerah Surakarta mengacu kepada batik Kraton Surakarta. Bahkan sering ditambah denga warna-warna tertentu (hijau atau ungu) pada batik Sudagaran yang khusu dibuat untuk keluarga muslim. Batik Sudagaran berupa kain, sarung, dan selendang.
• Batik Sudagaran (Yogyakarta)
Para saudagar/pengusaha batik, membuat batik sesuai selera mereka dengan dasar pola-pola batik kraton dan memadukan pola-pola batik kraton dengan ragam hias lain atau pola batik lain yang disesuaikan dengan selera mereka seperti yang terjadi di daerah Surakarta. Misalnya pola parang dengan bentuk keong yang diisi dengan pola nitik atau pola lain.
Batikannya selalu halus dan rumit, dengan arah warna seperti batik kraton Yogyakarta. Meskipun rumit, tidak serumit batik sudagaran Surakarta, dan biasanya batik sudagaran Surakarta tampak lebih indah.
24 • Batik Ciamis dan Tasikmalaya
Batik kedua daerah ini juga termasuk jenis Batik pengaruh Kraton yang tercermin dalam pola-pola kawung dan lereng, dengan warna kren, coklat, serta hitam.
Dalam perkembangannya nampak adanya pengaruh dari batik pesisiran terhadap batik Ciamis dan Tasikmalaya. Hal ini terlihat pada warna-warnanya yang dibuat dengan zat warna kimia. Dari warna tradisional yang masih tetap digemari, muncul batik-batik dengan warna pesisiran yang cerah dan menyolok.
Ragam hias penyusun polanya dari kedua batik ini tidak banyak menampilkan isen-isen. Batik daerah ini dibuat untuk kain dan selendang.
• Batik Pedesaan
Salah satu contoh batik Petani di Jawa Timur lainnya adalah batik Tulungagung. Pola-polanya masih banyak yang mengacu kepada batik Kraton (Surakarta), meskipun warna batik sudah agak berbeda. Batik Tulungagung memiliki gaya batik Pedalaman.
Batik Rifa’iyah merupakan jenis batik yang berkembang setelah Islam masuk ke pulau Jawa. Dari kelompok masyarakat Islam aliran tertentu berkembang jenis Batik Rifa’iyah, yang menerapkan aturan dalam agama Islam pada pola batiknya. Dalam aliran ini, dilarang menampilkan ragam hias makhluk hidup dalam bentuk seutuhnya.
Batik Surabaya dan Batik Sidoarjo merupakan batik daerah yang dahulu terdapat batik yang pola dan warnanya termasuk ke dalam batik dengan gaya pesisiran. Pola dan warna batik Surabaya terlihat sangat dipengaruhi oleh batik Madura, sedangkan batik Sidoarjo polanya mirip dengan batik pedesaan daerah Tulungagung.
25 2.1.4.7 Batik Indonesia
Batik Indonesia adalah batik yang memadukan ragam hias pola batik kraton dengan tekhnik pewarnaan pesisiran yang menerapkan warna-warna cerah khas pesisiran, yang mulai dibuat kurang lebih pada tahun 1950 dan merupakan gagasan presiden Soekarno dalam upaya menyebarkan rasa persatuan antar suku, karena selanjutnya batik Indonesia menampilkan ragam hias daerah.
Hingga saat ini batik Indonesia tetap hadir dan merupakan wajah dari batik masa kini. Seniman dan pengusaha batik yang berperan dalam perkembangan batik Indonesia, antara lain Bapak K.P.T Hardjonagoro, Ibu Bintang Soedibyo, dan Bapak M.D Hadi. Batik Indonesia berupa kain, sarung, selendang, bahan kemeja, dan busana wanita.
• Batik Wonogiren
Batik Wonogiren adalah batik yang menerapkan teknik pecahan (pecahan pada latar pola yang disengaja) dengan warna soga pada latar belakang yang berwarna putih dan pola-polanya bebas dan bergaya naturalis dengan warna batik kraton. Batik Wonogiren merupakan perkembangan lebih lanjut dari Batik Indonesia.
Batik ini mulai dibuat kira-kira pada tahun 1966 di Surakarta. Pola-pola yang terkenal adalah sruni, api revolusi, cattleya, pring sedapur, sandang pangan dan merah, yang merupakan ciptaan Bapak M.D. Hadi. Pada perkembangan selanjutnya banyak pola-pola tradisional yang dibuat dengan teknik Wonogiren yang juga mendapatkan sambutan yang sangat baik dari masyarakat, karena penampilannya yang unik.
• Batik Kontemporer
Batik yang sangat tanggaap dalam menyerap berbagai bentuk seni, ternyata dapat memunculkan jenis batik yang polanya berasal bukan pada pola batik,
26 tetapi dari bentuk-bentuk yang dituangkan dari ilham lukisan yang diperoleh para pelukis.
Sebenarnya tidak dapat disebut batik karena menyimpang dari pengertian mengenai batik, tetapi lebih tepat disebut lukisan batik yaitu lukisan yang dibuat dengan media teknik batik. Namun ternyata pada perkembangannya ada beberapa seniman yang menerapkan isen-isen batik, bahkan pola batik tradisional yang dipadu dengan coretan yang merupakan bagian dari sebuah lukisan.
Oleh karena itu, karya-karya ini disebut batik Kontemporer, yang sampai sekarang masih dibuat oleh seniman-seniman batik terutama di daerah Yogyakarta antara lain sekitar taman wisata Taman Sari, Pasar Burung Ngasem dan Prawirotaman. Nama-nama yang terkenal dalam bidang ini antara lain Soemihardjo, Bambang Oetoro, Amri Yahya, Bagong Koessoediardjo, Guruh Soekarno Putra, Tulus Warsito, dan SP. Gustami.
2.1.4.8 Batik Cina
Pengaruh budaya Cina yang diterapkan pada batik, menghasilkan batik yang disebut batik Cina. Batik Cina yang pertama-tama dibuat sebelum tahun 1910 mempunyai pola-pola yang mengambil ragam hias binatang dari mitos Cina, seperti naga, burung phoenix, kilin (singa berkepala anjing), singa, dan sebagainya. Dengan warna merah atau merah dan biru dan berupa sarung, kain serta altar dan disebut kain bang-bangan (berwarna merah) atau bang-biru (berwarna merah dan biru). Batik-batik tersebut terutama dibuat untuk keperluan sendiri dan upacara keagamaan.
Batik Cina yang dibuat setelah tahun 1910, berupa batik-batik dengan pola bunga-bunga, dedaunan, burung, dan kupu-kupu dengan warna yang beraneka ragam, karena mereka meniru batik Belanda disertai isen latar dan isen pola yang sangat halus.
27 Batik Tiga Negeri dan Dua Negeri merupakan salah satu karya batik Cina yang terkenal. Disebut Batik Tiga Negeri karena dibuat di tiga tempat, warna merah dibuat di Lasem, warna biru dibuat di Pekalongan, sedangkan warna Soga dibuat di Surakarta atau Yogyakarta, sedangkan batik Dua Negeri dengan warna merah dibuat di Lasem dan warna biru dibuat di Pekalongan. Batik Cina dibuat di Pekalongan, Kudus, Demak, Lasem, dan Cirebon.
• Batik Djawa Hokokai
Batik pada era pendudukan Jepang disebut Batik Djawa Hokokai (1942-1945), batik Djawa Hokokai dibuat di daerah Pekalongan dan diberikan untuk orang Indonesia yang dianggap berjasa oleh Jepang. Pola-polanya menampilkan ragam hias bunga-bunga bergaya Jepang, dengan warna dan nuansa yang sesuai selera bangsa Jepang dan dibuat oleh pengusaha Cina di Pekalongan.
Bunga-bunga tersebut dipadukan dengan pola batik tradisional, seperti parang, lereng, dan kawung. Berbagai warna cerah ditampilkan pada batik Djawa Hokokai sehingga batik jenis ini selalu memberikan kesan cerah dan ceria.
Sebagian besar batik ini dibuat dalam bentuk kain pagi sore (satu kain dengan dua pola) karena langkanya mori pada saat itu, akibat berkecamuknya perang dunia ke II.
2.1.4.9 Batik Adi Karya
Hadirnya ruangan Adi Karya Batik yang berisikan jenis-jenis batik kuno yang pernah berkembang di Nusantara sejak berabad-abad lalu, dalam jalur perkembangan yang dipengaruhi oleh jaman dan lingkungan. Selain melengkapi materi yang dihadirkan oleh museum batik Danar Hadi, juga merupakan bukti bahwa hanya di bumi Nusantara seni kerajinan batik berkembang sedemikian indahnya dengan teknik pembuatan yang diciptakan oleh anak bangsa yang tiada duanya di negara lain. Mulai dari jenis Batik Kraton hingga jenis batik yang muncul di era kemerdekaan, semuanya memiliki adi karyanya yang dapat dinikmati di ruangan ini.
28
2.1.4.10 Batik Souvenir
Batik-batik yang berada dalam ruangan batik Souvenir adalah batik-batik sumbangan dari para pengusaha batik, kolektor batik serta handai taulan Bapak H. Santosa Doellah, yang berupa batik dari berbagai jenis. Semua merupakan karya yang indah dan umumnya sudah cukup tua.
2.1.4.11 Batik Memorabilia Danar Hadi
Batik Danar Hadi dimulai pada tahun 1967, di era terkenalnya batik Indonesia dan perkembangan batik Sudagaran. Batik Danar Hadi menggambarkan banyak ragam tipe batik yang berkembang dengan waktu dan jaman. Batikbatik yang berada dalam ruangan ini adalah batik-batik yang ada dalam produksi Danar Hadi dari jaman ke jaman. Di dalam ruangan ini juga terdapat logo awal Danar Hadi, dan pajangan foto toko-toko Danar Hadi yang ada di Indonesia.
2.1.5 Promosi Awal Museum Batik Danar Hadi
Gambar 2.10 Signage Museum Batik Danar Hadi
Sumber : Shafira S
Museum Batik Danar Hadi sendiri belum memiliki logo yang pasti dari pemiliknya. Logo yang ada hanya terlihat pada satu-satunya signage yang ada di depan pintu masuk museum, yang terletak diantara showroom dan Soga
29 restaurant. Minimnya signage dan promosi yang terdapat di dalam showroom dan parkiran sehingga jika sekilas dilihat dari jalan raya tidak terlihat ada Museum Batik Danar Hadi di dalam kompleks House of Danar Hadi.
Gambar 2.11 Brosur awal Museum Batik Danar Hadi
Sumber : Museum Batik Danar Hadi
Brosur yang ada saat ini dibuat oleh Sampoerna untuk pelestarian museummuseum yang ada di Indonesia. Namun dari brosur ini sendiri tidak merepresentasikan apa yang ada di museumnya itu sendiri. Pada gambar brosurnya terdapat foto tampak luar bangunan Ndalem Wuryaningratan, yang menjadi bagian dari House of Danar Hadi, namun bukan menjadi bagian dari Museum Batik Danar Hadi itu sendiri. Pencitraan brosur masih tampak kusam dan kuno, sehingga jika dilihat tidak akan menarik perhatian orang untuk melihat apalagi membaca brosur ini. Minimnya gambar yang ada dalam brosur tidak menampakkan keindahan dalam museum itu.
30
Gambar 2.12 Website House of Danar Hadi
Sumber : houseofdanarhadi.com
Website yang ada saat ini merupakan dari House of Danar Hadi. Website ini merupakan website secara keseluruhan dari kompleks House of Danar Hadi. Dalam website ini, terdapat bagian-bagian gedung yang ada dalam kompleks House
of
Danar
Hadi
seperti
museum
batik
Danar
Hadi,
Ndalem
Wuryaningratan, showroom, dan workshop. Namun penjelasan mengenai museum ini masih terbilang sedikit, karena kurang menjelaskan secara lengkap apa saja yang terdapat dari museum tersebut, tidak terdapat peta dalam kompleks dan museumnya, bagaimana cara pembelian tiket ke museum, dan tidak adanya penulisan
peraturan
yang
ada
dalam
museum
(seperti
tidak
boleh
mendokumentasi di dalam museum, dan lainnya). Pencitraan home website tampak sederhana dengan tampilan headline dan bodycopy yang berbentuk gambar, tampak adanya tulisan penjelasan apapun.
2.1.6 Data Hasil Wawancara
Hasil wawancara dilakukan dengan Ibu Asti Suryo Astuti selaku Asistant Manager dari Museum Batik Danar Hadi. Beliau merupakan anak dari Tuti Suryanto, Kurator dan Manager dari Museum Batik Danar Hadi. Selain menjadi Asistant Manager dari Museum Batik Danar Hadi, Ibu Asti juga berperan dalam memberikan arahan kepada staff pemandu dari Museum Batik Danar Hadi.
31
Dari hasil wawancara dengan Ibu Asti didapatkan data diantaranya adalah bahwa pengujung yang datang berkunjung ke Museum Batik Danar Hadi berkisar 15001700 orang per bulannya. Kisaran pengunjung yang datang bervariasi mulai dari keluarga, study tour sekolah, perorangan, namun Ibu Asti sendiri menganggap bahwa target utama pengunjung museum ini adalah pelajar dan young adult yang dapat mempromosikan museum ini lebih mudah ke khalayak banyak, karena lebih memiliki kecenderungan berpikir efektif dan dinamis, yang diharapkan di masa depannya salah satu dari pengunjung yang datang bisa bekerjasama dalam pengembangan Danar Hadi.
Museum Batik Danar Hadi ini didirikan atas dasar dedikasi dan kecintaan tulus Bapak Santosa Doellah sebagai pendiri dan direktur utama PT. Danar Hadi atas batik yang sudah ditekuni dan dipelajari Bapak Santosa dari umur 15 tahun hingga sekarang. Istimewanya mengunjungi Museum Batik Danar Hadi, selain karena kelengkapan koleksi batik, misi dari Bapak Santosa adalah untuk pendidikan, dan visi Bapak Santosa yang mengenal batik dari perkembangan jaman dan lingkungan. Jika museum lain hanya mengenalkan batik per daerah, Museum Batik Danar Hadi juga mengenalkan siapa pemiliknya, lalu proses pembuatan batik, batik kraton, dan batik pedalaman Jogja dan Solo.
Museum ini memang memiliki harga tiket masuk yang lebih mahal dari museum yang dikelola oleh pemerintah, namun museum ini memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah kenyamanan ruangan museum, pengetahuan pemandu dalam menjelaskan batik dan filosofinya, ambience dan suasana yang dibuat sedemikian rupa sama seperti suasana kraton pada zaman dulu.
House of Danar Hadi merupakan nama kompleks dari Museum Batik Danar Hadi, dan di dalamnya terdapat showroom, museum dan workshop, dan Soga restaurant. Museum merupakan representasi dari Batik Danar Hadi sendiri, jika ingin membuat logo untuk museum sebaiknya logo memiliki kesamaan agar orang melihat adanya kesatuan antara Batik Danar Hadi dengan museumnya itu sendiri.
32 Museum Batik Danar Hadi sering dianaktirikan oleh management dan orang dalam Danar Hadi, karena berpemikiran museum ini tidak bisa menghasilkan keuntungan yang berbentuk uang, karena museum itu sisinya lebih kepada edukasi, pendidikan, mencerahkan bangsa. Fungsi museum sebagai pengingat bahwa dari zaman dahulu budaya Indonesia itu begitu luar biasa, jadi bukan hanya untuk menyimpan barang bekas. Anak muda tidak bisa disalahkan jika jarang pergi ke museum, benda-benda yang ditampilkan memang boleh tua tapi harus memiliki pendukung yang lain seperti teknologi, ruangannya nyaman. Jika mau menarik generasi muda datang ke museum, seharusnya museum itu sendiri berbenah terlebih dulu.
Beberapa pengunjung mengatakan Museum Batik Danar Hadi ini ikon dari House of Danar Hadi, tapi pandangan dari management Danar Hadi, museum ini adalah pelengkapnya. Masyarakat tertarik berkunjung ke House of Danar Hadi ingin mengunjungi museum, karena jika ingin mengunjungi toko Danar Hadi di Rajiman, Jakarta, dan Bandung pun ada. Tapi museum ini masih minim akan kebutuhan museum seperti springkle water, kamera cctv, alat pengukur humidity (kelembaban), jadi harus lebih diperhatikan lebih. Museum Batik Danar Hadi ini ingin membuat image Danar Hadi yang dapat membedakan Danar Hadi dengan perusahaan dan produsen batik lainnya. Museum Batik Danar Hadi juga berperan membantu generasi muda supaya aware, lebih berpengetahuan dalam product knowledge yaitu batik agar tidak salah pengertian.
Dulu nama museum ini Galeri Batik Kuno Danar Hadi, karena cara pemajangan kainnya sama seperti yang ada di galeri showroom, tidak di kaca karena lilin dari lemak binatang yang ada dalam kain akan berjamur dan cepat rusak. Namun karena ada beberapa pertimbangan bahwa pemajangan benda kuno dapat disebut sebagai museum, maka tempat ini pun berganti nama menjadi Museum Batik Danar Hadi.
Untuk mengenalkan Museum Batik Danar Hadi ini ke pengunjung baru, yang dapat dilakukan pengelola museum hanya menunggu adanya kerjasama dari pihak luar karena jika ingin membuat promosi dari dalam museumnya itu sendiri harus memiliki perijinan dari management Danar Hadi.
33
2.1.7 Data Hasil Studi Partner
2.1.7.1 Museum Tekstil Jakarta
Museum Tekstil Jakarta merupakan lembaga pendidikan kebudayaan, memiliki misi untuk melestarikan tekstil tradisional. Museum ini terletak di Jl. Aipda. KS. Tubun No.2-4, Tanah Abang, Petamburan, Jakarta Pusat. Museum Tekstil Jakarta didirikan pada tahun 1976 sebagai hasil dari upaya bersama, dipelopori oleh Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Ini didirikan untuk menghormati Ibu Tien Soeharto (Istri Presiden Soeharto) yang diresmikan pada tanggal 28 Juni 1976.
Fasilitas bangunan dari Museum Tekstil Jakarta diantaranya adalah gedung utama, galeri batik, pendopo batik, perpustakaan, dan laboratorium. Gedung utama digunakan sebagai tempat pameran tekstil Indonesia, baik yang merupakan koleksi museum, koleksi para desainer, maupun masyarakat pecinta tekstil. Koleksi pameran di gedung utama ini selalu mengalami rotasi secara berkala. Terdapat Galeri Batik yang berada di dekat Gedung utama dirancang untuk
menampilkan
sejumlah
batik
kuno
dan
batik
perkembangan
(kontemporer) dari masa ke masa. Museum Tekstil Jakarta ini juga terdapat Pendopo Batik. Dengan harga Rp 40.000,- per orang sudah dapat mengikuti proses membatik tulis pada jam operasional museum. Pendopo Batik sendiri terdapat di belakang Galeri Batik. (www.museumtekstiljakarta.com)
2.1.7.2 Museum Batik Pekalongan
Museum Batik Pekalongan dibangun dengan memanfaatkan gedung bekas Balai Kota Pekalongan. Gedung itu dirombak menjadi Museum Batik Pekalongan, karena bangunannya termasuk kuno, yakni dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Di dalamnya, terdapat beberapa kamar yang luas dengan pintu dan jendela besar, sehingga terasa sekali nuansa sejarah yang tinggi. Koleksi museum ini terdapat batik antik yang usianya mencapai 100 tahun
34 lebih. Ada pula kebaya encim yang biasa dipakai oleh wanita Tionghoa di Indonesia.
Lokasi Museum Batik Pekalongan terletak di daerah bundaran Jatayu dekat jalan Diponegoro Kota Pekalongan. Daerah ini juga merupakan simbol kerukunan antar umat beragama Kota Pekalongan yang terbina sangat baik. Begitu juga dengan corak batik Pekalongan yang banyak dipengaruhi gabungan
atau
pembauran
unsur
lokal,
Arab,
Cina,
dan
Belanda.
(www.batikpekalongan.wordpress.com)
2.1.7.3 Museum Batik Yogyakarta
Museum Batik Yogyakarta terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13 A Yogyakarta dan didirikan pada tanggal 12 Mei 1977 atas prakarsa keluarga Hadi Nugroho. Koleksi berbagai jenis batik dari berbagai daerah di Indonesia ada di sini, mulai dari Batik Yogyakarta, Indramayu, sampai daerah-daerah pengrajin Batik Indonesia lainnya. Koleksinya meliputi kain panjang, sarung dan sebagainya yang hingga kini telah mencapai jumlah 400 lembar kain ditambah beberapa peralatan membatik
Selain dari koleksi batiknya, Museum Batik Yogyakarta juga menyimpan berbagai koleksi sulaman tangan. Koleksi sulaman tangan sangat beragam bahkan museum ini pernah mendapatkan penghargaan dari MURI atas karya Sulaman terbesar, yaitu kain batik berukuran 90 x 400 cm² dan setahun kemudian museum ini dianugerahi piagam penghargaan dari lembaga yang sama sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia. Museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam. Koleksi museum ini terdiri berbagai batik gaya Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran, terang bulan, dan motif pagi-sore. (www.museumbatik.com)
35 2.1.9 Target Pasar
Target pasar dari Museum Batik Danar Hadi ini terdiri dari: • Demografi : Wisatawan turis luar dan dalam negeri Pria dan wanita, remaja sampai dewasa Bergolongan ekonomi menengah ke atas (SES A, B, C) • Geografi
: Masyarakat kota Solo, kota-kota besar di Jawa dan Sumatra, turis dari negara Eropa, Amerika, dan Jepang.
• Psikografi : Untuk masyarakat yang memiliki minat terhadap sejarah, Ingin mengenal lebih dalam batik dan kebudayaan Jawa, Bangga akan kebudayaan batik.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Studi Teori Promosi
Menurut Willian J. Stanton (1991), promosi adalah elemen dalam pemasaran perusahaan yang digunakan untuk memberitahu, membujuk, dan mengingatkan tentang perusahaan, produk, dan jasa. (Sunyoto, 2013:152)
Menurut Rambat dan Hamdani (2006) promosi meliputi periklanan (advertising), penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), informasi dari pembicaraan orang (word of mouth), pemasaran langsung (direct marketing). (Sunyoto, 2013: 158)
Periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan. Iklan ditujukan untuk memengaruhi afeksi dan kognisi konsumen (evaluasi, perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek) menciptakan dan memelihara citra dan makna dalam benak konsumen. Adapun tujuan periklanan diantaranya yaitu memberikan informasi, bersifat membujuk, pengingat, memberi nilai tambah, dan membantu penjualan. Tujuan akhir dari iklan adalah bagaimana memengaruhi perilaku konsumen. Iklan disajikan melalui berbagai macam media seperti televisi, media massa, media cetak, radio, papan iklan, dan sebagainya.
36 Tantangan terbesar bagi pemasar untuk mengembangkan pesan dalam iklan dan memilih media yang dapat mengekspos konsumen, menangkap perhatian dan menciptakan pemahaman yang tepat.
Penjualan perorangan (personal selling) adalah suatu penyajian (presentasi) suatu produk kepada konsumen yang dilakukan oleh tenaga penjual perusahaan yang representatif. Personal selling melibatkan interaksi personal langsung antara pembeli potensial dengan seorang salesman. Penjualan perorangan bersifat lebih fleksibel karena tenaga penjualan dapat secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon pembeli.
Promosi penjualan (sales promotion) adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan produk dari produsen sampai penjualan akhir, seperti spanduk dan brosur. Promosi penjualan dapat diberikan kepada konsumen, perantara, maupun tenaga penjualan. Suatu promosi penjualan mendorong seseorang untuk mengambil produk dan mencobanya dengan menawarkan sesuatu yang nyata. Sebagian besar promosi penjualan diorientasikan pada pengubahan perilaku pembelian konsumen yang segera.
Hubungan masyarakat (public relation) adalah usaha terencana oleh suatu organisasi untuk memengaruhi sikap atau golongan. Hubungan masyarakat merupakan kiat pemasaran dimana perusahaan tidak hanya berhubungan dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar. Program hubungan masyarakat antara lain publikasi, acara-acara penting, hubungan dengan investor, pameran, dan mensponsori beberapa acara.
Informasi dari pembicaraan orang (word of mouth) merupakan pembicaraan pelanggan dengan masyarakat lain tentang pengalamannya menggunakan produk yang dibelinya.
Pemasaran langsung (direct marketing) terdapat enam macam, yaitu direct mail, mail order, direct response, direct selling, telemarketing, dan digital marketing.
37 2.2.2 Studi Teori Museum
Museum digunakan sebagai media universal tempat memamerkan benda-benda peninggalan sejarah dan budaya yang dapat menjadi wahana pembelajaran, objek wisata edukatif yang perlu didorong agar menjadi dinamis serta dapat memadai untuk melayani masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan bendabenda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 Museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu pelestarian dan sumber informasi.
Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan penyimpanan, perawatan, pengamanan. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.
Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian
dan
penyajian.
Penelitian
dilakukan
untuk
mengembangkan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
Beberapa jenis-jenis museum dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi, yaitu menurut koleksi, dari siapa yang mengelola, area kedudukan museum, audience (pengunjung) yang datang ke museum, dan dari cara museum memamerkan koleksinya. (Ambrose, 2012:10)
38 Klasifikasi berdasarkan koleksi yang ada dalam museum • Museum Umum • Museum Arkeologi • Museum Seni • Museum Sejarah • Museum Etnografi • Museum Ilmu Pengetahuan Alam • Museum Sains • Museum Geologi • Museum Industrial • Museum Militer • Museum Warisan Budaya (Intangible Heritage)
Klasifikasi berdasar pengelola museum • Museum Pemerintah • Museum Kotamadya • Museum Universitas • Museum Indipenden • Museum Tentara • Museum Perusahaan Komersial • Museum Pribadi
Klasifikasi berdasar area kedudukan museum • Museum Nasional • Museum Regional • Ecomuseum • Museum Kota • Museum Lokal
Klasifikasi berdasar pengunjung yang datang • Museum untuk masyarakat umum • Museum Edukatif • Museum Spesialis
39 Klasifikasi berdasar cara museum menyajikan koleksi • Museum Tradisional • Museum Rumah Sejarah • Museum open-air • Museum Interaktif
Dalam mempromosikan museum, pastikan pengunjung memiliki keuntungan dalam berkunjung ke museum tersebut. Promosikan museum yang akan mendapat antusias dan word-of-mouth publikasi untuk calon pengunjung, seperti dengan website dan social networking media. Membangun kerjasama dengan pengunjung juga penting dalam memasarkan museum. (Ambrose, 2013:44)
2.2.3 Studi Teori Batik
Batik merupakan salah satu produk budaya Indonesia. Dalam perkembangannya, batik mengalami perkembangan corak, teknik, proses dan fungsi akibat perjalanan masa dan sentuhan berbagai budaya lain. Batik dibangun dengan pandangan dasar artistik yang berkembang sesuai tuntutan jaman. (Hasanudin, 2001:9)
Batik ialah lukisan atau gambar pada kain mori yang dibuat menggunakan alat bernama canting. Orang melukis atau menggambar atau menulis pada kain mori memakai canting disebut membatik (Bahasa Jawa: mbatik). Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri. (Hamzuri, 1994:VI)
Batik merupakan tradisi penduduk Indonesia yang berkembang sejak masa lalu. Kebiasaan membuat ragam hias sudah dikenal sejak masa pelukisan dindingdinding gua (Harmoko, 1997:3).
Ditinjau dari proses pengerjaan, pengertian kata benda dan penggunaannya, batik bisa disebut sebagai kain bercorak. Kata batik dalam bahasa Jawa berasal dari akar kata “tik”. Mempunyai pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil, yang mengandung unsur keindahan. Secara etimologi, berarti menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk corak yang terdiri
40 atas susunan titikan dan garisan. Batik sebagai kata benda merupakan hasil penggambaran corak di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai alat perintang. Artinya bahwa secara teknis batik adalah suatu cara penerapan corak di atas kain melalui proses celup rintang warna dengan malam sebagai medium perintang. (Harmoko, 1997:14)
Ditinjau dari teknik pembuatannya, terdapat dua macam batik, yakni batik tulis dan batik cap. Keduanya memiliki rancangan, proses produksi, dan ciri-cirinya masing-masing. Batik tulis ialah batik yang dihasilkan denga cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam melekatkan cairan malam pada kain. Perkembangan teknik yang menghasilkan batik tulis bermutu tinggi di kratonkraton Jawa ditunjang oleh canting tulis dan kain halus (Harmoko, 1997:17). Batik cap ialah batik yang diproses menggunakan canting cap, menggantikan canting tulis dalam menerapkan cairan malam pada kain. Pemalaman relatif cepat dibandingkan dengan proses pemalaman batik tulis (Harmoko, 1997:19).
Batik memiliki fungsi fisis selain mengungkapkan nilai artistik yang memberikan kepuasan batin. Namun sesuai dengan bergulirnya waktu dalam situasi dan kondisi, batik menjadi salah satu komoditas perdagangan yang diminati hingga kini.
Batik telah dikenal sejak jaman Majapahit dan terus berkembang pada masa berikutnya. Meluasnya batik bermula di Jawa, kurang lebih pada akhir abad ke18. Batik mulanya dihasilkan adalah batik tulis sampai awal abad ke-20, kemudian batik cap yang sebenarnya telah dirintis sejak awal abad ke-19 namun meluas setelah Perang Dunia I, sekitar tahun 1920-an. Saat itulah batik berpotensi memacu
dirinya
di
dalam
konteks
pelipatgandaan
sebagai
komoditas
perdagangan.
Terdapat dua tujuan mendasar dari kegiatan yang melibatkan batik dalam kehidupan, yaitu batik sebagai bagian lingkup religi dan adat serta batik sebagai komoditas perdagangan (Harmoko, 1997:31).
41 Batik memiliki beberapa fungsi. Salah satu fungsi batik ialah sebagai busana kebesaran keluarga kraton dan keperluan adat seperti upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian. Konsumennya terbatas pada kalangan tertentu atas pesanan kaum bangsawan dan para peminat yang menganggap batik bukan hanya sebagai sandang tapi memiliki nilai budaya. Batik juga berfungsi sebagai alas tidur, selimut, tabir kamar tak berpintu, hiasan dan penutup dinding, gendongan anak dan barang. Selain itu batik digunakan sebagai penutup bagian atas tubuh, penutup kepala (kerudung), umbul-umbul atau bendera dan seringkali dianggap sebagai benda keramat untuk menyembuhkan orang sakit atau penolak bala (Harmoko, 1997:36).
Ragam hias batik merupakan ekspresi yang menyatakan keadaan diri dan lingkungan. Motif ragam hias karakteristik batik kraton Jawa memiliki pengaruh dari kerajaan Hindu - Buddha, keyakinan Jawa kuno dan Islam. Dari budaya Hindu terdapat motif garuda dan lidah api, dari Buddha ada motif Swastika, kepercayaan Jawa kuno tercermin oleh susunan tertentu motif mengikuti Mancapat (pola empat yang dikaitkan dengan arah mata angin dan yang ke lima sebagai pusatnya), dan Islam ditandai dengan larangan menempatkan bentuk nyata dari manusia dalam desain. Pengaturan dalam motif ornamen yang selalu mengikuti aturan-aturan tertentu dan ornamen setiap melambangkan makna filosofis dari semua pengaruh budaya.
2.2.4 Studi Teori Layout
Untuk memecahkan masalah desain grafis, seorang desainer harus memahami sebuah ide dan membentuknya ke visual. Seorang desainer harus membuat, memilih, dan mengorganisasikan elemen-elemen visual untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Layout merupakan cara pengaturan dari tulisan dan gambar dalam satu halaman cetak atau digital, yang memperhatikan bentuk kesatuan dan pengaturan dari tulisan dan visual di bidang dua dimensi untuk menciptakan
komunikasi
visual.
Pencapaian
dari
layout
adalah
untuk
menyesuaikan elemen visual ke dalam limited space sehingga memiliki fungsi, kesatuan, mudah diterima oleh pembaca dan untuk menciptakan pengaruh visual.
42 Hirarki visual merupakan hal terpenting dalam prinsip desain. Hirarki visual merupakan pengaturan elemen-elemen, dimulai dengan dari hal pertama kali yang akan dilihat, posisi elemen dalam halaman, hubungan elemen dengan elemen lain, dan termasuk ukuran, nilai, warna, dan ukuran gambar harus diperhatikan.
Ketika mendesain sebuah halaman, ada prinsip dasar yang perlu diperhatikan seperti emphasis (focal point), unity (kesatuan), dan balance (keseimbangan). Ketika desainer membutuhkan untuk menjaga emphasis, unity, dan balance, kebanyakan akan menggunakan grid. Grid adalah pemandu modular untuk membuat komposisi yang berstruktur terdiri dari garis vertikal dan horizontal dan membaginya menjadi kolom dan margin. (Landa, 2006:116)
2.2.5 Studi Teori Warna
Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer. Di dalam ruang yang gelap dimana tidak ada cahaya, kita tidak bisa mengenali warna. Demikian juga jika kita menutup mata maka kita tidak dapat melihat warna suatu objek, sekalipun ada cahaya. (Dameria, 2007: 10)
Berikut adalah asosiasi dan psikologi warna (Dameria, 2007: 30-50) • Biru selalu dihubungkan dengan langit dan air bagai kehidupan dan kekuatan. Biru positif menggambarkan kebenaran, kontemplatif, damai, dan intelegensi tinggi serta mediatatif. Biru juga dapat berarti negatif yaitu emosional, egosentris, dan racun. • Hijau menawarkan pilihan warna yang lebih banyak mengasosiasikan akan pemandangan alam. Hijau positif menggambarkan sensitif, stabil, formal, toleran, harmonis. Hijau negatif dapat berarti pahit. • Kuning warna yang identik dengan kemegahan dan terik matahari. Kuning positif menggambarkan segar, cepat, jujur, adil, tajam dan cerdas. Kuning negatif dapat berarti sinis, kritis, dan murah/tidak ekslusif. • Hitam sebagai simbol kekuatan, kecanggihan, keanggunan dan unsur magik. Hitam positif memiliki arti kuat, kreatif, magik, idealis, dan fokus. Hitam negatif dapat berarti terlalu kuat, superior, merusak, dan menekan.
43 • Ungu adalah warna yang mewah dan kompleks, lebih disukai oleh tipe yang sangat kreatif dan eksentrik. Ungu positif memiliki arti artistik, personal, mistis, spiritual. Ungu negatif berarti angkuh, sombong, dan diktaktor. • Pink atau merah jambu adalah warna yang dapat memberika suasana berbedabeda tergantung pada intensitas kita, tetapi mengarah kepada kelembutan dan romantis. Pink memiliki sifat lembut, ceria, dan berjiwa muda. • Orange merupakan warna yang paling hangat karena memiliki energi dua warna, merah yang panas dan kuning yang hangat lembut. Orange memiliki arti positif yaitu muda, kreatif, keakraban, dinamis, persahabatan. Orange negatif berarti dominan, dan arogan. • Merah banyak digunakan sebagai lambang keberanian, kekuatan, sensual, dan bahaya. Merah sangat ekspresif dan dinamis dalam merepresentasikan cinta dan kehidupan. Dalam lingkaran warna, merah memiliki gelombang warna paling panjang sehingga warna inilah yang cepat tertangkap mata. • Coklat adalah warna tanah sebagai simbol warna dari sifat positif dan stabilitas. Warna coklat dihubungkan dengan kesederhanaan yang abadi. Coklat juga warna yang mencerminkan tradisi dan segala sesuatu yang berbau kebudayaan. • Putih merupakan warna yang memberikan kemurnian dan kesederhanaan. Putih positif dapat berarti jujur, bersih, polos, dan higienis. Putih negatif dapat berarti monoton dan kaku.
2.2.6 Studi Teori Tipografi
Tipografi merupakan mendesain letterform dan mengaturnya dalam bidang dua dimensi untuk print media dan digital media. Tipografi harus mempertimbangkan masalah mendasar dari form dan struktur, desain, pesan dan konten, dan ekspresi.
Dalam mengatur elemen tipografi, harus mempertimbangkan emphasis, rhythm, alignment, unity, spacing, positive, dan negative space. Selain mementingkan kalimat, kata, dan line spacing untuk dapat mudah dibaca (readability) dan keterbacaan (legibility), ketika mendesain dengan type perlu juga memperhatikan form, direct dan secondary meanings, dan pengaruh terhadap gambar. (Landa, 2006:94-96)
44 2.2.7 Studi Teori Fotografi
Fotografi adalah proses membuat gambar dengan menggunakan media cahaya. Cahaya akan memancar ke sebuah objek yang terekam ke dalam medium dari waktu kecepatan cahaya. Proses ini dibuat secara mekanikal dan kimia, atau alat digital yang dikenal sebagai kamera. (Robinson, 2007: 5)
2.2.8 SWOT Museum Batik Danar Hadi
2.2.8.1 Strength
• Batik sudah menjadi salah satu warisan budaya yang sudah diakui oleh UNESCO. • PT. Danar Hadi merupakan satu-satunya perusahaan batik yang memiliki museum yang dikelola secara pribadi • Selain terdapat museum batik terlengkap, di dalam kompleks House of Danar Hadi ini terdapat juga workshop batik tempat pembuatan batik Danar Hadi dan showroom Danar Hadi sebagai one stop batik journey tempat untuk membeli produk Danar Hadi. • Merupakan tempat edukasi tempat mempelajari sejarah batik, karena pemandunya akan menceritakan kisah di balik kain batik yang dipajang dalam museum. • Museum batik Danar Hadi memiliki 10.000 koleksi pribadi batik milik Pak Santosa Doellah dan merupakan museum batik terlengkap yang ada. • Museum batik Danar Hadi memiliki 11 bagian ruangan batik yang dibagi menurut buku yang ditulis Pak Santosa Doellah. • Jalur masuk museum terarah dengan baik. Namun agar tidak tersasar, saat memasuki museum pengunjung akan dipandu oleh salah satu pemandu dari museum. • Suasana museum dibuat serupa dengan suasana kraton yang megah, dan pengunjung akan diiringi dengan gending Jawa.
45 2.1.8.2 Weakness
• Tempat museum yang berada di belakang kompleks House of Danar Hadi sehingga membuat orang yang lewat tidak melihat adanya museum Batik Danar Hadi. • Promosi museum batik Danar Hadi yang terdahulu kurang mencitrakan museum itu sendiri. • Pencitraan brosur masih tampak kusam dan kuno, sehingga jika dilihat tidak akan menarik perhatian orang untuk melihat apalagi membaca brosur ini. • Penjelasan mengenai museum batik Danar Hadi pada website House of Danar Hadi masih terbilang sedikit, karena kurang menjelaskan secara lengkap apa saja yang terdapat dari museum tersebut, tidak terdapat peta museumnya, hingga tidak adanya penulisan peraturan yang ada dalam museum (visitor policy).
2.1.8.3 Opportunity
• Berpartisipasi mengembangkan kota Solo sebagai kota batik. • Masyarakat sekarang sudah mengenal batik sebagai budaya Indonesia yang harus dijaga, sehingga masyarakat yang ingin tahu lebih dalam mengenai batik dapat datang ke museum ini. • Sarana belajar mengenal batik kepada pelajar dan masyarakat yang ingin memperdalam pengetahuan mengenai batik.
2.1.8.4 Threat
• Banyaknya lokasi wisata daerah lain yang lebih menarik perhatian wisatawan. • Adanya museum batik di kota-kota batik lainnya seperti Pekalongan dan Yogyakarta. • Kurang adanya iklan budaya pariwisata dari pemerintah.
46