BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pemukiman Keberadaan
masyarakat
perkotaan
telah
menciptakan
sebuah
lingkungan yang terdiri dari alam dan buatan. Manusia tidak hidup sendiri sehingga di dalam lingkungannya itu akan hidup pula hubungan dengan manusia lain dan tidak hanya sekedar bertempat tinggal. Lingkungan ini yang kemudian disebut dengan permukiman yang berarti kumpulan tempat tinggal dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam permukiman. Permukiman berkaitan pula dengan paduan antara wadah dan isinya, yaitu manusia (Kuswartojo, 2005:14). Permukiman adalah paduan perumahan dan kehidupan manusia yang menempatinya, komposisi unsur permukiman juga beraneka ragam. Ada satuan pemukiman yang unsur alamnya dominan, namun ada juga yang unsur buatannya lebih berperan. Begitu pula dengan kegiatan yang ditampung beraneka ragam. Ada permukiman yang hanya untuk tinggal, ada pula yang menghasilkan produk (industri) ada pula yang memberikan jasa pelayanan.
14
15
Gambar 2.1 Pemukiman di Tambora Sumber: www.mapsgoogle.com, diakses tanggal 18 Maret 2013
Adanya suatu dorongan, daya tarik dan hubungan sebab akibat yang kompleks, manusia semakin terkonsentrasi dalam sejumlah lokasi dan tempat tertentu. Konsentrasi awalnya hanya terdiri dari puluhan atau ratusan orang, tetapi kemudian membesar hingga belasan juta orang. Tempat terjadinya konsentrasi ini kemudian disebut kota dan manusia yang menempatinya adalah penduduk kota. Keberadaan penduduk kota kemudian menggunakan banyak lahan sebagai permukiman dan wadah untuk berkegiatan ekonomi dan bersosialisasi. Adanya kecenderungan keberadaan jumlah tanah yang terpakai semakin banyak ketika jarak ke pusat kota meningkat disebabkan oleh dua hal, yaitu: o
Semakin jauh dari pusat kota, harga permukiman semakin
murah, sehingga permintaan semakin besar o
Semakin jauh dari pusat kota, maka harga tanah semakin murah,
sehingga cenderung produsen mensubtitusi faktor produksi bukan tanah dengan tanah, misalnya dengan menambah luas areal pemakaian. Oleh sebab itu, semakin jauh dari pusat kota, tingkat kepadatan penduduk semakin menurun.
16 2.1.2 Pemukiman Kumuh Secara umum, daerah kumuh (slum area) diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman atau pun bukan kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Kawasan yang sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota besar, oleh penduduk miskin yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap diokupasi untuk dijadikan tempat tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong di sekitar pabrik atau pusat kota, dan di bawah jembatan. Beberapa ciri-ciri daerah kumuh ini antara lain: o Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan penduduk akibat kelahiran maupun karena adanya urbanisasi. o Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau berproduksi subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan. o Rumah-rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak. o Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh lingkungan fisik yang jorok dan mudahnya tersebar penyakit menular. o Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dsb.
17 o
Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit, halaman tidak ada, dsb.
o
Kuatnya gaya hidup “pedesaan” yang masih tradisional.
o
Secara sosial terisolasi dari pemukiman lapisan masyarakat lainnya.
o
Ditempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas (bermasalah ).
o
Biasanya ditandai oleh banyaknya perilaku menyimpang dan tindak kriminal.
2.1.3
Rumah Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat
tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggalmanusia maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dll. Sebagai
bangunan,
rumah
berbentuk
ruangan
yang
dibatasi
oleh dinding dan atap, biasanya memiliki jalan masuk berupa pintu, bisa berjendela ataupun tidak. Lantainya bisa berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau bahan lainnya. Rumah modern biasanya lengkap memiliki unsur-unsur ini, dan ruangan di dalamnya terbagi-bagi menjadi beberapa kamar yang
18 berfungsi spesifik, seperti kamar tidur, kamar mandi,WC, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras, dan pekarangan. Dalam kegiatan sehari-hari, orang biasanya berada di luar rumah untuk bekerja bersekolah, atau melakukan aktivitas lain, tetapi paling sedikit rumah berfungsi sebagai tempat untuk tidur bagi keluarga ataupun perorangan. Selebihnya, rumah juga digunakan sebagai tempat beraktivitas antara anggota keluarga atau teman, baik di dalam maupun di luar rumah pekarangan. Rumah dapat berfungsi sebagai: tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tmpat untuk beristirahat, tempat berkumpulnya keluarga, dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat.
2.1.4 Rumah Susun Pengertian atau istilah rumah susun, merupakan istilah yang dikenal dalam sistem hukum negara Italia. Banyaknya istilah yang digunakan kalangan masyarakat di Indonesia seperti apartemen, flat, kondominium, rumah susun (rusun) pada dasarnya sama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susunistilah tersebut jelas tersirat yaitu Rumah Susun (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 16 Tahun 1985).
19
Gambar 2.2 Contoh Rumah Susun Tambora Sumber: google.com, diakses tanggal 18 Maret 2013
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah : o Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batasbatas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman. o Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok rumah susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan. o Rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi-bagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan yang masingmasing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama dan tanah bersama. o Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi
20 sebagaimana mestinya. Rumah susun harus memenuhi syaratsyarat minimum seperti rumah biasa yakni dapat menjadi tempat berlindung, memberi rasa aman, menjadi wadah sosialisasi, dan memberikan suasana harmonis. Jenis rumah susun menurut UU No. 20 Tahun 2011, adalah: o Rumah susun umum: Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. (Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun) o Rumah susun khusus: Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. (Pasal 1 Angka 8 UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun) o Rumah susun negara: Rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. (Pasal 1 Angka 9 UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun) o Rumah susun komersial: Rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan. (Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun).
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Sustainable Urban Neighbourhood Kata sustainability berasal dari bahas Latin sustinere yang berarti untuk mempertahankan. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Inggris, terdapat
21 hampir 10 makna dari kata sustain. Pengertian yang paling relevan diantaranya adalah “mempertahankan”, “mendukung”, dan “menahan”. Menurut J.F. McLennan pada buku The Philosophy Of Sustainable Design
(2004) sustainable design adalah sebuah dasar psikologis pada
sebuah gerakan yang sedang berkembang pada pihak perorangan atau organisasi yang secara harfiah mengkaji ulang bagaimana sebuah bangunan dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan responsif terhadap manusia. Secara lebih sederhana beliau menambahkan bahwa maksud dibalik sustainable design adalah untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui desain yang pandai dan sensitif terhadap lingkungan. Perwujudan
dan
produk
yang diharapkan dari
sustainable
design
menggunakan energi yang terbarukan, minimnya dampak negatif terhadap lingkungan, dan menghubungkan manusia dengan lingkungannya secara timbal balik. Diluar kenyataan mengenai menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan, sustainable design harus menghasilkan suatu karya atau produk yang kreatif dan inovatif hingga mampu merubah dan “menggeser” pola pikir dan kebiasaan umum yang pengguna selalu lakukan terhadap produk tersebut. Menghubungkan dengan pembahasan sebelumnya, Fan Shu-Yang, Bill Freedman, dan Raymond Cote (2004) menyatakan pada umumnya sustainable design merupakan reaksi umum terhadap krisis lingkungan global, pertumbuhan yang amat pesat di aspek ekonomi, meledaknya jumlah populasi manusia, menipisnya sumber daya alam, kerusakan ekosistem, dan juga berkurangnya keanekaragaman hayati. Walaupun pada akhirnya
22 pengaplikasian sustainable design memiliki penerapan yang berbeda pada masing-masing disiplin ilmu, namun terdapat beberapa prinsip-prinsip mendasar mengenai sustainable design.
2.2.2 Limbah Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, induksi maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. a) Air sabun (Grey Water) Air sabun umumnya berasal dari limbah rumah tangga, hasil dari cuci baju, piring atau pel lantai. Air ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menyirami tanaman karena pada kadar tertentu alam masih memiliki kemampuan untuk mengurai sabun, yang pada dasarnya merupakan rantai karbon yang umum terdapat di alam. Hanya saja perlu diperhatikan jika sabunnya mengandung bahan berat pembunuh kuman seperti karbol, atau mengandung minyak yang sulit terurai seperti air hasil cuci mobil yang umumnya tercemar oli. b) Air Tinja/Air limbah padat (Black Water) Air tinja merupakan air yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya seorang dewasa menghasilkan 1,5 L air tinja/hari. Air ini mengandung bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat
23 berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran kota, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan air tanah.
Sumber air limbah: 1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastewater), adalah air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi) dan umumnya terdiri dari bahan organik. 2) Air buangan dari industri (industrial wastewater), Air buangan dari industri (industrial wastewater) adalah air buangan yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi, sesuai dengan bahan baku yang dipakai industri antara lain : nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh karena itu pengelolaan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan lebih rumit daripada air limbah rumah tangga. 3) Air buangan kotapraja (manucipal wasteswater), yaitu air buangan yang berasal dari perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga. Karakteristik air limbah: 1) Karakteristik fisik: Sebagian besar terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi, terutama air limbah rumah tangga biasa berwarna suram seperti
24 larutan sabun, sedikit berbau, kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinta dan sebagainya. 2) Karakteristik kimiawi: Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk. 3) Karakteristik bakteriologis: Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juta dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Pengelolaan Air Limbah : Air limbah merupakan air bekas yang berasal dari kamar mandi, dapur atau cucian yang dapat mengotori sumber air seperti sumur, kali ataupun sungai serta lingkungan secara keseluruhan. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat tidak adanya SPAL yang memenuhi syarat kesehatan. Hal yang pertama dirasakan adalah mengganggu pemandangan, dan terkesan jorok karena air limbah mengalir kemana-mana. Selain itu, air limbah juga dapat menimbulkan bau busuk sehingga mengurangi kenyamanan khususnya orang yang melintas sekitar rumah tersebut. Air limbah juga bisa dijadikan sarang nyamuk yang dapat menularkan penyakit seperti malaria serta yang tidak kalah penting adalah adanya air limbah yang melebar membuat luas tanah yang seharusnya dapat digunakan menjadi berkurang.
25 Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. b. Tidak mengotori permukaan tanah. c. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. d. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. e. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. f. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. g. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah.
26 2.2.3 Pengolahan Limbah Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan
(minimization),
segregasi
(segregation),
penanganan
(handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai
hasil
yang
optimal,
kegiatan-kegiatan
yang
melingkupi
pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah (pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL. Tren pengelolaan limbah di industri adalah menjalankan secara terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah (waste minimization). Secara prinsip, konsep produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan dihasilkannya jumlah limbah yang sedikit dan tingkat cemaran yang minimum. Namun, terdapat beberapa penekanan yang berbeda dari kedua konsep tersebut yaitu: produksi bersih memulai implementasi dari optimasi proses produksi, sedangkan minimasi limbah memulai implementasi dari upaya pengurangan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan. Produksi
27 bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan pencemar, limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan berbahaya diminimalkan dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang tinggi, atau bersih. Selain itu diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air dan hemat energi. Dengan kombinasi seperti itu maka limbah yang dihasilkan akan lebih sedikit dan tingkat cemarannya juga lebih rendah. Selanjutnya limbah tersebut diolah agar memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan. Strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai negara menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan juga memberikan beberapa keuntungan, antara lain: - Penggunaan sumber daya alam menjadi lebih efektif dan efisien -Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar -Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lain -Mengurangi terjadinya resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan -Mengurangi biaya penataan hukum -Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up) -Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional -Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela
Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan tingkat cemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan
cara
pengurangan,
pemanfaatan
dan
pengolahan
limbah.
Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi alat pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem
28 perpipaan, meniadakan kebocoran, ceceran, dan terbuangnya bahan serta limbah. Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah digunakan dalam proses untuk digunakan kembali dalam proses yang sama atau proses lainnya. Pemanfaatan perlu dilakukan dengan pertimbangan yang cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan gangguan pada proses produksi atau menimbulkan pencemaran pada lingkungan. Setelah dilakukan pengurangan dan pemanfaatan limbah, maka limbah yang dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam instalasi pengolahan limbah. Pada kegiatan pra produksi dapat dilakukan pemilihan bahan baku yang baik, berkualitas dan tingkat kemunian bahannya tinggi. Saat produksi dilakukan, fungsi alat proses menjadi penting untuk menghasilkan produk dengan konsumsi air dan energi yang minimum, selain itu diupayakan mencegah adanya bahan yang tercecer dan keluar dari sistem produksi. Dari tiap tahapan proses dimungkinkan dihasilkan limbah. Untuk mempermudah pemanfaatan dan pengolahan maka limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda dan akan menimbulkan pertambahan tingkat cemaran harus dipisahkan. Sedangkan limbah yang memiliki kesamaan karekteristik dapat digabungkan dalam satu aliran limbah. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan pada proses produksi yang sama atau digunakan untuk proses produksi yang lain. Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan selanjutnya diolah pada unit pengolahan limbah untuk menurunkan tingkat cemarannya sehingga sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Limbah yang telah memenuhi baku mutu tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Bila
29 memungkinkan, keluaran (output) dari instalasi pengolahan limbah dapat pula dimanfaatkan langsung atau melalui pengolahan lanjutan. Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Limbah yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan. Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karakteristik diantara limbah yang dihasilkan dari proses untuk menghasilkan produk yang sama. Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik, biologi, kimia dan radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan proses dan alat yang digunakan untuk mengolah air limbah. Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk mengkondisikan alitan, beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk menurunkan pencemar utama dalam air limbah. Selanjutnya pada pengolahan akhir dilakukan proses lanjutan untuk mengolah limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air limbah yaitu: proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan cara
30 memberikan
perlakuan
fisik
pada
air
limbah
seperti
menyaring,
mengendapkan, atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling tank/settling pond, dll. Proses biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses biologi terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi dengan lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic process dan an-aerobic process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu. Untuk suatu jenis air limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan.
2.2.4 Greywater Greywater adalah sisa air pembuangan yang biasa berasal dari air bekas cucian, mandi atau cuci piring. Sedangkan Blackwater adalah air bekas pembuangan yang ada di toilet. Sistim Greywater ini memerlukan sistim pembuangan yang terpisah antara greywater dengan blackwater dimana nantinya air bekas cucian dan lainnya akan masuk ke pipa pembuangan air khusus yang kemudian akan ditampung di sebuah bak penampungan yang biasanya dilengkapi dengan filter untuk membersihkan air buangan tersebut. Setelah air bekas tersebut menjadi bersih atau setidaknya tidak berbahaya, maka air akan digunakan kembali untuk keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram tanaman sampai air untuk menyiram toilet.
31
Gambar 2.3Greywater Treatment Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
Komponen Pencemaran Air Saat ini hampir 10.000.000 zat kimia telah dikenal manusia dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan dibuang ke badan air atau keair tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industry atau rumah tangga, detergen yang digunakan di rumah tangga atau pcbs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik. Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industry, rumah tangga, dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan: a.padat b.cairan berminyak, c.organik dan olahan bahan makanan, d. berupa panas, e.anorganik, f.zat kimia. Indikator bahwa air sudah tercemar adalah adanya bebereapa perubahan atau tanda yang dapat diamati: 1.
Adanya perubahan suhu. Dimana suhu yang baik adalah suhu kamar, kurang lebih 22o
2. Adanya perubahan pH 3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa asin
32 4. Adanya indicator alami seperti banyak ditemukannya ikan dan tumbuhan air yang mati 5. Meningkatnya radio aktifias air lingkungan,dsb Air tercemar akibat ulah manusia sendiri. Dengan berbagai aktivitas yang tidak pernah mempedulikan dan memperhatikan lingkungan, seperti berikut. a.
Membiarkan sampah yang tidak diolah terlebih dahulu dibuang ke sungai dan laut, termasuk kotoran manusia yang dibuang ke selokan, sungai, atau danau. Sampah tersebut secara langsung akan mencemari air sungai dan air laut. Tidak hanya akan mengotori sungai, tapi kuman dan bakteri yang terkandung di dalam kotoran tersebut, akan larut dan menyebar dalam air sungai, yang naninya akan diminum dan dipakai mandi oleh masyarakat.
b.
Membuat kaleng, botol, plastik, dan ban bekas ke selokan, sungai, atau laut. Kaleng, botol, plastik dan ban bekas adalah sampah yang tidak dapat teruraikan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan
terhadap air. Selain menyebarkan
bakteri
dan
kandungan zat berbahaya pada sampah-sampah tersebut, air sungai juga menjadi juga menjadi terhambat, dan menyebabkan banjir. c.
Membiarkan pupuk dan pestisida tercuci ke sungai dan danau. Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian seringkali meliputi daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida meliputi daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida pada
daerah
pertanian
tersebut
cukup
banyak.
Sisa
bahan
insektisidatersebut dapat sampai ke air lingkungan melalui pengairan sawah. Dimana nantinya hujan yang jatuh pada daerah pertanian
33 kemudian mengalir ke sungai atau danau di sekitarnya. Seperti halnya pada pencemaran udara, semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila sampai ke dalam air lingkungan.Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme. Kalaupun bisa, akan berlangsung dalam waktu yang lama. Waktu degradasi oleh mikroorganisme berselang antara beberapa minggu sampai dengan beberapa tahun. Bahan insektisida seringkali dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga air yang terkena bahan buangan pemberantas hama ini permukaannya akan tertutup lapisan minyak. d. Membuang oli atau pelumas mobil atau kapal bekas di dekat sungai atau selokan. e. Membuang air panas ke sungai setelah digunakan untuk proses pendinginan pabrik. f. Membuang sampah radioaktif ke lau. Tidak tertutup kemungkinan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air lingkungan, terjadi secara langsung. Ini dimungkinkan karena penggunaan teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktf pada berbagai bidang sudah banyak dikembangkan, sebagai contoh adalah penggunaan teknologi nuklir di bidang pertanian, kedokteran, farmasi dan lain-lain. Adanya zat radioaktif dalam air lingkungan jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia. Zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis baik melalui efek langsung atau tidak langsung. g. Membiarkan bahan kimia atau pupuk di tempat terbuka, sehingga air hujan dapat menghanyutkannya ke sungai.
34 Selain untuk mendapatkan air layak konsumsi, pengolahan konsumsi, pengolahan air juga bertujuan untuk mengolah air layak konsumsi, pengolahan air juga bertujuan untuk mengolah air limbah agar aman untuk dibuang ke lingkungan. Berikut ini merupakan macam-macam model pengolahan air: a.
Pengendapan atau Dekantir Pengendapan dilakukan jika air masih terlihat jernih dan hanya
terdapat partikel-partikel yang tergolong suspense, misalnya pasir. Pengendapan atau dekantir, dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran hingga mengendap di bagian bawahnya lalu menuangkan cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari cairan. Untuk memudahkan proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pasa saat menuangkan cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dengan sempurna, hal ini disebabkan kadangkadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa saja sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru. b.
Penambahan bahan pengendap Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan, dimana
bahan yang digunakan sebagai koagulan, yaitu alumunium sulfat atau tawas. Bahan ini dapat mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan
koagulan,
partikel-partikel
koloid
yang
sebelumnya
melayang-layang dalam air akan diikat menjadi partikel besar yang disebut flok. Dengan ukuran partikelnya yang besar, flok dapat mengendap karena gaya gravitasi.
35
Gambar 2.4 Tawas Mengkoagulasi Kotoran Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
c.
Distilasi atau penyulingan Distilasi adalah cara memperoleh cairan yang dikotori zat terlarut,
atau bercampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. Cairan yang kita pilih, didihkan hingga menguap, lalu uap air itu dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor), agar dapat cair kembali. Cairan hasil destilasi ini disebut destilat. Air murni yang kita pakai di laboratorium kimia diperoleh dengan cara ini, dan dikenal dengan nama aquadest (air suling).
Gambar 2.5 Bagan Destilasi Sederhana Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
36 d.
Penyaringan atau filtrasi Filtrasi adalah cara pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan
(filter) yang berpori. Cara filtrasi juga dipakai untuk memisahkan zat-zat yang kelarutannya berbeda. Misalnya, gula yang dikotori pasir dimasukkan ke dalam air. Gula akan melarut, sedangkan pasir tidak. Melaluo penyaringan, gula yang larut itu turun sebagai filtrate. Lalu filtrate diuapkan, sehingga diperoleh gula padat yang bersih.
Gambar 2.6 Penyaringan Air Sederhana Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
2.3 Hipotesis Kepadatan yang terjadi di Tambora salah satunya disebabkan oleh banyaknya horizontal housing. Dengan merancang rumah susun/ vertical housing dengan puluhan atau ratusan uni di atas tapak sebesar 2,14 Hektar, masalah kepadatan yang dihadapi diharapkan dapat teratasi atau setidaknya sedikit berkurang. Masalah lainnya yang dihadapi adalah penumpukkan volume limbah yang berlebih khususnya grey water. Masalah tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Solusi yang ditawarkan adalah sistem pengolahan limbah, sehingga limbah rumah tangga dapat dipergunakan kembali untuk keperluan yang
jauh lebih positif
dibandingkan dibuang dengan percuma. Contohnya dapat digunakan untuk
37 menyiram tanaman, dijual kembali dan untuk air toilet. Dengan solusi tersebut, keseimbangan lingkungan, khususnya roil kota bisa tetap terjaga kebersihannya. Selain itu secara tidak langsung, ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan Tambora bisa dikelola dengan lebih baik melalu penggunaan ulang air hasil limbah rumah tangga yang sudah diolah.
38 2.4 Kerangka Pikir Latar Belakang Kebutuhan akan kurangnya air bersih. Minimnya area resapan dan area hijau.
Pendekatan Green Neighbourhood
Tinjauan Umum
Studi Lapangan Studi Literatur
Greywater
Penataan Kawasan Hunian di Tambora
Pokok Permasalahan
Maksud dan Tujuan
Analisa
Menyediakan kawasan hunian yang aman dan nyaman dengan fasilitas yang memadai bagi masyarakat kelas bawah di Tambora.
Menganalisa permasalahan untuk mencari solusi yang akan diterapkan dalam proses perancangan
Konsep
Skematik Desain
Perancangan
39
2.5 Studi Banding Tabel 2.1: Studi Banding Rumah Susun
Rumah Susun Benhil
Rumah Susun Tanah Abang - Terletak di Kawasan - Terletak di kawasan Tanah Benhil, Jakarta Pusat Abang, Jakarta Pusat - Mempunyai 3 tower - Luas Lahan: 3,96 hektar (A,B,C) - KDB: 28,61% - Tipe unit: F-36 - Jumlah Lantai: 4 Lantai - Peruntukkan: Pedagang pasar Tanah Abang 2 - Luas Tanah: 5.000 m - Jumlah unit: 960 unit - Fasilitas: masjid dan - Luas Bangunan: lapangan olahraga Blok A: 918 m2 2 Blok B: 918 m Blok C: 306 m2 - Jumlah unit: 614 unit - Fungsi: Lantai dasar untuk kios dan lantai 1-8 untuk hunian - Fasilitas: Lapangan olahraga, masjid, parkir (250 mobil dan 250 motor), listrik rata-rata 1300 W/unit, air bersih dari PAM, instalasi gas dengan kompor dan meteran gas, penampungan sampah 1 tandon di tiap tower berukuran 6x7 meter, taman, lift 4 buah di tower A dan B serta 2 buah lift di tower C.
Rumah Susun Kebon Kacang - Terletak di kelurahan Kebon Kacang, kecamatan Tanah Abang - Luas Lahan: 18.208 m2 - Jumlah Lantai: 8 Lantai - Tipe Unit : Tipe F-21: 368 unit Tipe F-42: 166 unit Tipe F-51: 66 unit Kios: 32 unit Warunr: 32 unit -Peruntukkan: umum Fasilitas: Ruang serbaguna sebesar 300 m2 , kios luar, lapangan basket dan futsal, air bersih dari PAM, parkir (51 mobil dan 50 motor), instalasi gas dan kompor dengan meteran, gardu listrik melayani tiap unit 45 KVA, bak penampungan sampah satu buah dan 10 buah ukuran kecil, taman, sekolah dasar, jalan setapak dari coble stone.
40
Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
2.6 Studi Literatur Rumah susun di Machida, Jepang - Terletak di Machida, Jepang.
Gambar 2.7 Rumah Susun Machida Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
41 - Ukuran unit: 30-40 m2. - Disatu area yang sangat luas, terbagi menjadi beberapa blok dan sebagian blok terbagi berdasarkan jumlah penghasilan si penghuni. Perbedaan tersebut otomatis mempengaruhi besaran unit kamar yang ditempati. - Rusun tidak memiliki lift. - Untuk para jompo, diletakkan di lantai paling bawah (maksimum lantai 2). - Parkir mobil terbatas karena rusun ditujukan untuk menengah kebawah. Tetapi di sisi lain disediakan parkir mobil untuk umum.
Gambar 2.8 Parkiran Rumah Susun Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
-
T erdapat pembagian waktu pembuangan sampah, seperti membuang sampah plastik hanya pada hari Senin.
Gambar 2.9 Tempat Pembuangan Sampah Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
42 -
Disetiap bangunan disediakan parkir mobil dengan jumlah paling banyak 10 mobil, dan juga sepeda/ motor.
Gambar 2.10 Parkir Sepeda Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
-
Terdapat tombol darurat yang berpusat di satu gedung untuk keadaan emergency.
-
Setiap jalan yang ada dibagi menjadi dua, yaitu jalan untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda serta jalan untuk pengendara bermobil.
Gambar 2.11 Pedestrian Ways Sumber: google.com, diakses tanggal 19 Maret 2013
-
Tersedianya sarana transportasi menuju stasiun. Terdapat taman kanak-kanak atau tempat penitipan anak. Penghuni diperboleh menanam tanaman apapun di taman yang ada pada setiap gedung.