BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Internet , Intranet , dan Ekstranet 2.1.1. Pengertian Internet Menurut Chaffey (2011: 98), “Internet adalah jaringan fisik yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Ini terdiri jika infrastruktur server jaringan dan hubungan komunikasi antara mereka yang digunakan untuk menyimpan dan memindahkan informasi antara personal computer (PC) client dan server web.” Menurut Rainer & Cegielski (2011: 518), “Internet adalah jaringan area luas yang global menghubungkan sekitar 1 juta jaringan komputer organisasi di lebih dari 200 negara di semua benua, termasuk Antartika, dan fitur-fitur dalam rutinitas harian hampir 2 miliar orang. Sistem komputer yang berpartisipasi, disebut simpul, termasuk smart phone, PCs, LANs, database, mainframe.” Sedangkan menurut Kotler & Amstrong (2010: 528) mengatakan bahwa, “ Internet merupakan web publik yang amat pesat dan dihubungkan oleh jaringan komputer, yang menghubungkan berbagai tipe pengguna diseluruh dunia sehingga membentuk suatu tempat penyimpanan informasi yang amat besar.” Berdasarkan 3 kutipan diatas maka dapat disimpulkan penulis bahwa Internet adalah jaringan yang menghubungkan komputer yang sangat luas, digunakan sebagai tempat perpindahan dan penyimpanan data yang tersimpan dalam server web publik yang dapat diakses dari belahan dunia manapun. 2.1.2. Pengertian Intranet Menurut Chaffey (2011: 12), “Intranet adalah jaringan pribadi dalam satu perusahaan yang menggunakan standar internet untuk memungkinkan para karyawan untuk mengakses dan berbagi informasi dengan menggunakan teknologi web publishing.” Menurut Turban & King (2012: 39), “Intranet adalah sebuah jaringan internal perusahaan atau pemerintah yang menggunakan peralatan internet, seperti web browser, dan protokol internet.” Sehingga intranet dapat dikatakan atas uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa intranet sebuah jaringan pribadi yang memungkinkan perusahaan, atau perusahaan melakukan penyimpanan, perpindahan data dengan perangkat internet yang tidak bisa diakses semua orang. 9
10 2.1.3. Ekstranet 2.1.3.1.
Pengertian Ekstranet
Menurut Chaffey (2011: 15), “Ekstranet adalah layanan yang disediakan melalui internet dan teknologi web yang disampaikan dengan memperluas intranet di luar perusahaan untuk pelanggan, pemasok dan kolaborasi.” Menurut Turban & King (2012: 39), ekstranet adalah jaringan yang menggunakan internet untuk menghubungkan beberapa intranet. Oleh sebab itu penulis menyimpulkan ekstranet adalah sebuah fasilitas internet yang memungkinkan beberapa jaringan intranet tergabung dalam jaringan internet yang luas diluar organisasi atau perusahaan untuk supplier, customer. 2.1.3.2. Jenis Ekstranet Menurut Rainer & Cegielski (2011: 345), ada tiga jenis utama dari ekstranet berdasarkan ketergantungan pada mitra bisnis yang terlibat : 1.
Perusahaan dan dealer, konsumen, atau pemasok. Jenis dari ekstranet ini adalah yang berpusat di sekitar sebuah perusahaan
tunggal. 2.
Industri ekstranet Sama seperti perusahaan tunggal dapat mengatur ekstranet, para pemain utama dalam industri dapat bekerja sama untuk menciptakan sebuah ekstranet yang akan menguntungkan semua dari mereka.
3.
Usaha patungan dan kemitraan bisnis lain. Dalam jenis ekstranet ini, para mitra dalam usaha patungan menggunakan ekstranet untuk pinjaman komersial. Para mitra yang terlibat dalam membuat pinjaman termasuk pemberi pinjaman, broker kredit, sebuah perusahaan penampung dan perusahaan kecil. Dengan penjabaran jenis-jenis ekstranet menurut Rainer Jr. dan Cegielski, penulis menggarisbawahi bahwa ekstranet itu berada dalam control sebuah perusahaan tunggal, berkerja sama dalam sebuah industri dalam payung ekstranet yang sejenis, dan jaringan ekstranet dalam sebuah kumpulan usaha gabungan yang mengayomi perusahaan-perusahaan kecil sehingga dapat saling menguntungkan diantara mereka dengan fasilitas ekstranet ini.
11 2.2 Pemasaran 2.2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kottler & Amstrong (2010: 29), “The Process by which companies create value for customer dan build strong Customer Relationship Management in order to capture value from customer in return.” Dengan penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa proses pemasaran adalah proses dimana serangkaian proses yang dijalankan oleh perusahaan dalam usahanya untuk menciptakan nilai lebih kepada pelanggan sehinggga terjalin hubungan yang saling menguntungkan. Menurut
American Marketing Association’s (AMA) yang dikutip Taylor
(2010: 152), definisi dari pemasaran berkembang dari masa ke masa. •
Tahun 1935 Pemasaran adalah aktivitas bisnis yang memperjualkan produk dan jasa dari produsen ke konsumen. Fokusnya adalah aktivitas bisnis.
•
Tahun 1985 Pemasaran adalah proses dari perencanaan dan pembuatan konsep, harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan jasa untuk membuat kepuasan bagi pelanggan dan sebaliknya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Fokusnya adalah pendekatan normative dan exchange paradigm.
•
Tahun 2004 Pemasaran adalah salah satu fungsi di dalam organisasi dan terdiri dari serangkaian proses yaitu creating, communicating, dan delivering value terhadap
pelanggan
dan
mengatur
hubungan
pelanggan
yang akan
memberikan keuntungan kepada organisasi dan para stakeholder. Fokusnya adalah relationship dan value creation paradigm. •
Tahun 2007 Pemasaran
adalah
sebuah
aktifitas,
yang
merupakan
set
of
institutions, dan proses untuk creating, communicating, delivering, dan exchanging offerings yang memberikan nilai bagi pelanggan, klien, partner, dan masyarakat secara luas. Fokusnya : kepuasaan dari keinginan pelanggan dan melayani kebutuhan masyarakat .
12 Menurut Kotler & Armstrong (2012: p29), pemasaran adalah proses yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan itu sendiri dan mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai balasannya. Terdapat lima langkah dalam proses pemasaran yang dapat dilihat di gambar 2.1
Gambar 2.1 Proses Pemasaran Sumber: Kotler & Armstrong (2012: 29) Dikutip
dari
Kotler
&
Armstrong
(2012: p31),
“ Pemasaran
berarti mengatur pasar untuk membuat hubungan dengan pelanggan agar menguntungkan. Bagaimanapun, membangun hubungan dengan pelanggan akan sangat berdampak. Pada saat ini, teknologi digital , dari Web sites dan online social networks hingga telepon, dapat memberdayakan pelanggan dan membuat pemasaran menjadi lebih interaktif.” Seperti yang terlihat di gambar 2.2 yang menggambarkan pemasaran modern saat ini.
Gambar 2.2 Sistem Pemasaran Modern Sumber: Kotler & Armstrong (2012: p32)
13 2.2.2 Konsep Pemasaran Kotler & Keller (2009: 18-19) lebih spesifik mengatakan bahwa, ada lima konsep alternatif yang melandasi aktifitas pemasaran, yaitu: 1.
Konsep Produksi Konsep ini menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk yang tersedia dimana-mana dan murah. Perusahaan akan menciptakan efisiensi produksi, biaya rendah dan distribusi massal.
2.
Konsep Produk Konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang menawarkan fitur-fitur paling bermutu, berprestasi atau inovatif. Para perusahaan
berfokus
pada
membuat
produk
yang
superior
dan
meningkatkannya sepanjang waktu. 3.
Konsep Penjualan Konsep penjualan menjelaskan bahwa konsumen tidak akan tertarik untuk membeli produk dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, penjual akan berkonsentrasi pada usaha-usaha promosi dan penjualan yang agresif.
4.
Konsep Pemasaran Kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan secara lebih efektif.
5.
Konsep Pemasaran Sosial Konsep ini menjelaskan bahwa menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasar serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing, sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen.
14
Gambar 2.3 Perbandingan Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran (Sumber : Kotler 2009: 18) 2.2.3 Manajemen Pemasaran Menurut Kottler dan Amstrong (2010: 32), “The art and science of choosing target markets and building proftable relationship with them” Berdasarkan uraian tersebut kesimpulan penulis adalah manajemen pemasaran adalah seni dengan cara yang ilmiah dalam Segmenting, Targeting, Positioning, serta untuk membangun hubungan dengan customer dengan adanya pemasran tersebut. Tujuan dari pemasaran ini adalah untuk mencari, memikat, memelihara, dan menciptakan, menyampaikan, sdan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang lebih baik. Serta penulis juga dapat memberikan pendapat bahwa manajemen pemasaran adalah penerapan, pelacakan, dan pengevaluasian sumber daya dan aktivitas pemasran suatu perusahaan. 2.3 Pelanggan 2.3.1 Pengertian Pelanggan Menurut Greenberg (2010: 8), “Pelanggan adalah individu atau sekelompok individu yang membeli produk dan jasa berdasarkan keputusan mereka dengan mempertimbangkan kesepakatan manfaat produk tersebut maupun harga, kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan.”
15 Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dapat memahami bahwa pelanggan adalah invidu yang membeli produk dan jasa untuk dikonsumsi dengan mempertimbangkan sepakat atas harga yang dikeluarkan dan manfaat yang didapatkan. 2.3.2 Nilai Pelanggan Menurut Schiffman & Kanuk (2010: 29), “Nilai pelanggan adalah rasio antara keuntungan yang didapat pelanggan (ekonomi, fungsional, dan psikologi) dengan sumber daya yang dikeluarkan (uang, waktu, usaha, dan psikologi) untuk mendapatkan produk tersebut. Nilai yang dirasakan relatif dan subjektif.” Menurut Kotler & Armstrong (2012: 36), “Nilai pelanggan adalah perbandingan pelanggan antara semua keuntungan dan semua biaya yang harus dikeluarkan untuk menerima penawaran yang diberikan.” Menambahkan apa yang telah terpaparkan, penulis dapat mendefinisikan nilai pelanggan adalah margin antara effort yang dikeluarkan pelanggan dan apa yang didapat oleh pelanggan. 2.3.3 Kepuasan Pelanggan Menurut Kolter & Armstrong (2010: 31), “Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja suatu produk cocok dengan apa yang ekspektasikan oleh pelanggan. Jika kinerja dari produk jauh dari harapan pelanggan, maka pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan yang diharapkan pelanggan, maka pelanggan akan puas..” Dengan kata lain, pelanggan yang puas akan kembali untuk membeli dan memberi tahu kepada kerabatnya mengenai kepuasan akan barang yang baru saja dipergunakan nilai ekonomisnya. Sedangkan pelanggan yang tidak puas, akan membeli produk kompetitor. 2.4 CRM 2.4.1 Pengertian CRM Menurut Kotler & Amstrong (2010: 37), “Mengatakan bahwa CRM merupakan proses secara keseluruhan dalam membangun dan menjaga hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan, dengan memberikan pelayanan yang bernilai dan memuaskan pelanggan. Hal ini mencakup segala aspek dari mendapatkan, menjaga dan memelihara pelanggan.”
16 Menurut Turban & King (2012: 607), “Customer Relationship Management adalah sebuah pendekatan pelayanan untuk pelanggan yang berfokus pada pembangunan relasi jangka panjang dan membangun hubungan pelanggan yang dapat menambah nilai bagi keduanya, yaitu bagi pelanggan dan bagi perusahaan.” Menurut
Rainer
&
Cegielski
(2011:
307),
“Customer
Relationship
Management adalah sebuah strategi organisasi yang berfokus kepada pelanggan dan dipacu oleh pelanggan. Maksudnya, organisasi berkonsentrasi untuk memuaskan keinginan pelanggan dengan mengakses mengenai kebutuhandari produk dan jasa yang digunakan pelanggan, kemudian menyediakan pelayanan dengan kualitas tinggi dan responsif.” Menurut Greenberg (2010: 30) “Customer Relationship Management merupakan sebuah filosofi dan strategi bisnis yang didukung oleh sebuah sistem dan teknologi yang dirancang untuk meningkatkan interaksi manusia dalam sebuah lingkungan bisnis.” Menurut Chaffey (2009: 482), mengatakan pula bahwa, “Customer Relationship Management adalah suatu pendekatan untuk membangun dan mempertahankan bisnis secara jangka panjang dengan pelanggan.” Pengaplikasian teknologi untuk mencapai CRM (Customer Relationship Management) adalah elemen penting untuk e-business. Membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan adalah sangat esensial untuk mempertahankan bisnis. Berlandaskan pendapat-pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwasanya Customer Relationship Management adalah sebuah strategi, pendekatan, cara, filosofi, bagaimana kita melakukan suatu proses yang mana akan mengalir berujung ke hilir yaitu pelanggan. Kegiatan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menambahkan value kepada pelanggan untuk mendapatkan pelanggan, menjaga hubungan dengan pelanggan, serta memelihara kesetiaan pelanggan. 2.4.2 Fase CRM Menurut O’brien & Marakas (2010: 268-269), engilustrasikan cara untuk berfikir tentang pelanggan dan nilai bisnis dan komponen dari Customer Relationship Management :
17 1.
Acquire Bisnis bergantung pada perangkat lunak, Customer Relationship Management dan database untuk membantu memperoleh pelanggan baru dengan melakukan pekerjaan seperti mengatur kontak dari pelanggan, penjualan kepada pelanggan yang berprospek, penjualan, pemasaran langsung, dan pemenuhan atas permintaan.Tujuan dari fungsi Customer Relationship Management adalah untuk membantu pelanggan merasakan nilai dari sebuah produk unggulan yang ditawarkan oleh perusahaan yang luar biasa.
2.
Enchance Web memberikan kemudahan bagi Customer Relationship Management untuk account management, customer service, dan alat-alat bantu lainnya untuk membantu pelanggan merasa senang dengan layanan yang sangat baik dari respon yang diberikan oleh seluruh tim, baik tim pemasaran, layanan, bahkan rekan bisnis. Perusahaan juga menyediaan fitur tambahan seperti cross sell dan up sell untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Nilai yang didapat adalah pelanggan akan melakukan one-stop shopping.
3.
Retain Dengan perangkat lunak Customer Relationship Management yang ada dan database membantu perusahaan untuk melakukan analisa, mengidentifikasi dan menentukan pelanggan yang loyal. Perusahaan memberikan reward khusus bagi pelanggan yang loyal sehingga pelanggan tetap dapat loyal. Nilai yang didapat oleh pelanggan adalah mendapat hubungan pelanggan yang lebih personal dengan “perusahaan mereka sendiri”.
Gambar 2.4 Tiga Fase CRM Sumber : O’Brien & Marakas (2010:291)
18 Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa tiga fase CRM adalah Mendapatkan, Meningkatkan dan Mempertahankan. Ketiga fase tersebut saling berkaitan dan saling berkesinambungan. Pada akhirnya, dengan bantuan Internet, pengelolaan pelayanan yang terkolaborasi dapat membantu perusahaan untuk terus memberikan value
yang kelak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh pelanggan. 2.4.3 Manfaat CRM Menurut Judy, Strauss & Frost (2012: 375), “Manfaat dari CRM meliputi meningkatkan pendapatan dari segi target yang lebih baik, meningkatkan wallet share dengan pelanggan saat ini, dan mempertahan pelanggan untuk periode waktu yang lama. Dengan menggunakan database CRM dapat membantu perusahaan untuk lebih mengerti pelanggannya dan menggunakan pengetahuan itu untuk membangun loyalitas dan nilai life-time.” Menurut O'Brien & Marakas (2010: 315), “Potensi manfaat bisnis dari CRM sangat banyak contohnya. CRM memungkinkan sebuah perusahaan untuk mengidentifikasi serta berfokus pada para pelanggan terbaik mereka, yaitu mereka yang paling menuntungkan bagi perusahaan, agar mereka dapat dipertahankan sebagai
pelanggan
seumur hidup
untuk
layanan
yang lebih
besar dan
menguntungkan. CRM memungkinkan penyesuaian dan personalisasi realtime atas berbagai produk dan jasa berdasarkan pada keinginan, kebutuhan, kebiasaaan membeli serta siklus hidup para pelanggan. CRM juga dapat menelusuri saat ketika pelanggan menghubungi perusahaan, darimanapun titik hubungannya. Sistem CRM juga memungkinkan perusahaan untuk memberi pengalamaan yang konsisten dan layanan serta dukungan superior bagi pelanggan, di semua titik kontak yang dipilih oleh pelanggan. Semua manfaat ini akan memberi nilai bisnis strategis bagi perusahaan dan nilai pelanggan yang besar bagi para pelanggannya.” Menurut Neslin, Taylor, Grantham, & McNeil (2012: 89), “Customer Relationship Management memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan adanya peluang untuk menghubungi pelanggan yang tepat pada saat yang tepat dan dengan alat pemasaran yang tepat.” Penulis berkesimpulan dengan menyanggah pendapat-pendapat diatas, bahwa manfaat CRM adalah bagaiamana melakukan beberapa proses bisnis yang dapat mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan dalam periode yang lama.
19 Customer Relationship Management juga untuk memberikan pelayanan yang tanpa batas dan juga agar dapat memberikan nilai yang besar bagi para pelanggannya. Serta dapat mengetahui cara yang paling tepat untuk menghubungi pelanggan yang telah menunjukkan kesetiannya. 2.4.4 Pembagian CRM Menurut Rainer & Cegielski (2011: 312-319), sistem Customer Relationship Management dalam organisasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu operational Customer Relationship Management dan analytical Customer Relationship Management yang akan dijelaskan berikut ini : 1. Operational Customer Relationship Management CRM operasional adalah komponen dari CRM yang mendukung proses bisnis yang dilakukan oleh front-office. Proses-proses ini adalah proses yang berinteraksi langsung dengan pelanggan seperti penjualan, pemasaran, dan pelayanan. Dua komponen utama dalam CRM operasional adalah customer facing applications dan customer-touching applications. Jenis aplikasi yang dapat termasuk sebagai customer-facing applications adalah customer service and support, sales force automation (SFA), marketing, dan campaign management. Sedangkan jenis aplikasi yang termasuk sebagai customertouching applications adalah search and comparison capabilities, FAQ, dan respon otomatis melalui e-mail. 2. Analytical Customer Relationship Management Pada saat operational CRM mendukung proses bisnis yang dilakukan frontoffice, sistem analytical CRM menganalisa perilaku dan persepsi pelanggan yang dapat digunakan untuk menyediakan actionable business intelligence. Sebagai misal, sistem analytical CRM menyediakan informasi dari permintaan dan transaksi pelanggan, serta respon pelanggan terhadap pemasaran, penjualan, dan pelayanan dari organisasi. Sistem ini juga menyediakan model statistik dari perilaku pelanggan dan nilai dari customer relationship. Beberapa teknologi penting pada analytical CRM adalah data warehouses, data mining, pendukung keputusan, dan teknologi business intelligence. Setelah berbagai analisa sudah lengkap, informasi akan tersedia bagi perusahaan dalam bentuk laporan dan panel digital.
20 Menelaah penjelasan ilmiah diatas, penulis dapat mengikhtisarkan bahwa 2 komponen utama CRM yaitu operational CRM dan analytical CRM, adalah proses utama dari CRM. Dengan kegiatan operasional setiap harinya, perusahaan mendapatkan data yang akan dianalisa bagaimana caranya untuk terus meningkatkan value kepada pelanggan, menumbuhkan kesetiaan terhadap pelanggan lama, serta sambil mengintip peluang untuk terus mendapatkan pelanggan yang baru. 2.4.5 CRM Dalam Perusahaan Logistik Menurut Wei & Shuai (2010: 77), penerapan Customer Relationship Management dalam perusahaan logistik mempunyai beberapa manfaat, yaitu : a.
Meningkatkan keunggulan kompetitif Melalui sistem CRM, perusahaan dapat dengan mudah berkomunikasi dengan pelanggan,
mengetahui
kepuasan
pelanggan,
serta menyediakan
pelayanan yang berbeda pada setiap pelanggan. b.
Menaikkan level layanan logistik Melalui sistem CRM, perusahaan dapat menyediakan berbagai layanan yang menarik dengan cara menganalisa kebiasaan pelanggan dan situasi saat ini. Menurut penulis, dengan penjelasan diatas, ada urgensi bagi setiap perusahaan
untuk menerapkan CRM sebaik dan semaksimal mungkin. Semua layanan yang menguntungkan pelanggan, tentu akan mempunyai return value untuk perusahaan. 2.4.6 Aplikasi CRM berbasis Marketing Menurut Chaffey (2011: 452-453) mengatakan bahwa, sebuah sistem Customer Relationship Management untuk mendukung 4 kegiatan yang terdiri dari aplikasi marketing yang berbeda antara lain : 1. Sales force automation (SFA) Perwakilan penjualan didukung dalam akun manajemen mereka dan penjualan berbasiskan telepon melalui alat untuk mengatur dan mencatat permintaan dan kunjungan pelanggan. 2. Customer service management Perwakilan di kontak pusat memberikan respon terhadap permintaan pelanggan untuk informasi yang diminta dengan menggunakan intranet untuk mengakses database yang berisi informasi mengenai pelanggan, produk, dan permintaanpermintaan sebelumnya.
21 3. Managing the sales process Ini dapat dicapai melalui situs e-commerce, atau dalam suatu konteks B2B dengan
menunjang
perwakilan
penjualan
dari
pencatatan
proses
penjualan(SFA). 4. Campaign management Mengurus iklan, surat langsung, e-mail, dan lain-lainnya. 5. Analysis. Melalui teknologi seperti gudang data (Data warehouse) dan pendekatan seperti penggalian data (Data mining). Penulis menambahkan dengan berlandaskan pendapat dari Dave Chaffey diatas, adalah kelima cara diatas adalah cara perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya dibanding perusahan lain. Semakin baik CRM yang berbasis marketing, maka otomatis tingkat penjualan perusahaan akan meningkat. 2.4.7 Pengertian e-CRM Menurut Turban & King (2012: 295), “e-Customer Relationship Management adalah istilah industri yang mencakup metodologi dan perangkat lunak yang membantu perusahaan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang terorganisasi. Biasanya, sebuah basis data yang luas berisi informasi pelanggan, termasuk informasi kontak pelanggan, adalah pusat dari sistem Customer Relationship Management.” Menurut Chaffey (2011: 455) mengatakan bahwa, “e- Customer Relationship Management
merupakan
penggunaan
teknologi
komunikasi
digital
untuk
memaksimalkan penjualan kepada pelanggan saat ini dan terus mendorong penggunaan pelayanan online.” Akhirnya, dari uraian-uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa e-crm adalah cara yang teroganisir, dengan bantuan kemampuan teknologi digital, maka harapannya dapat memaksimalkan data-data pelanggan yang telah didapatkan sebelumnya, serta terus memanfaatkan pelayanan online.
22 2.4.8 Manfaat Penggunaan e-CRM Menurut Chaffey (2009: 110) menggunakan internet untuk membangun hubungan dalam pemasaran memerlukan database pelanggan, database pelanggan ini berguna untuk membangun hubungan yang tepat sasaran dan dipersonalisasikan. Keuntungan-keuntungannya adalah seperti berikut ini: 1.
Targeting more cost-effectively Jika menggunakan cara tradisional seperti surat langsung, biasanya berdasarkan pada orang-orang yang sudah terdaftar di perusahaan saja, ini berarti tidak semua orang dapat menjadi target pasar.
2.
Achieve mass customization of the marketing messages (and possibly the
product) Teknologi membuat sesuatu menjadi mungkin untuk mengirim e-mail dengan biaya yang lebih rendah daripada mengirim surat dengan cara lama. 3.
Increase dept, breadth, and nature of relationship Internet memungkinkan informasi yang lebih banyak dapat disediakan sebagaimana yang dibutuhkan konsumen.
4.
A learning relationship can be achieved using different tools throughout the
cutomer lifecycle Pelanggan dapat mencar produk yang dibutuhkan sebelum membeli lewat website. Pelanggan mendapatkan informasi secara bebas tentang informasi perusahaan maupun tentang produk secara online. Pertanyaan yang tadinya diberikan lewat forum atau email saat ini juga dapat melalui online customer service. Evaluasi pengembangan produk baru (komentar pelanggan terhadap prototype dari produk baru tersebut). 5.
Lower cost Menghubungi pelanggan melalui email atau pelanggan melihat website perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya dibandingkan dengan menggunakan surat. Setelah uraian-uraian diatas dihantarkan, penulis menyimpulkan bahwa manfaat-
manfaat CRM sangat terasa seperti biaya yang ringan, pengalaman customer yang baru terhadap jual-beli diperusahaan kita, informasi yang dibutuhkan oleh customer
23 dapat dengan mudah diberikan oleh perusahaan, sehingga perusahaan mendapati efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan e-CRM. 2.4.9 Peralatan-Peralatan e-CRM Menurut Turban (2005, p771) Ketika Customer Relationship Management didukung oleh sistem elektronik, kita tentu saja mengacu pada Customer Relationship
Management
Beberapa
peralatan
yang
digunakan
untuk
memfasilitasi e- Customer Relationship Management yang dapat membantu konsumen memperoleh informasi lebih cepat dan akurat adalah a. FAQs (Frequently Ask Question), daftar
atau list pertanyaan dan
jawabannya, dimana pertanyaan ini sering diajukan. b. E-mail & Automated Responses, perusahaan dapat mengirimkan informasi, baik itu informasi produk, dan petunjuk
untuk para
pelanggan. Automated responses merupakan sistem balasan e-mail otomatis. c. Personalized web pages. Perusahaan memberikan kemungkinan ke pelanggan untuk membuat web page pribadinya. d. Tracking
Capabilities,
pelanggan
dapat
melacak
keberadaan
yang
disediakan
barang/produk yang mereka pesan. e. Troubleshooting
Tools,
dalah
peralatan
perusahaan untuk membantu pelanggan memecahkan persolan yang dihadapisendiri. Contohnya perusahaan
menyediakan
perangkat
lunak trouble-shooting untuk membantu pelanggan menyelesaikan masalahnya. f. Live
Chat,
perusahaan
contact
center
yang
memungkinkan
untuk berkomunikasi .lebih baik dengan pelanggan atau
calon pelanggan secara real- time. Dengan mengambil pendapat Turban diatas, penulis menilai, salah satu aspek yang paling penting dalam e-crm ini adalah tracking capabilities. Salah satu faktor yang menurut penulis sering ditinggalkan oleh penggiat bisnis adalah tracking capabilities ini.
24 2.5 Sistem Informasi Berdasarkan Laudon & Laudon (2010: 46) mengatakan bahwa, “Sistem informasi
dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang mengambil, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengaturan dalam sebuah organisasi.” Menurut O‘Brien & Marakas (2010: 4), menyatakan bahwa ”Sistem informasi adalah suatu kombinasi yang teratur apa pun dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi.” Menurut Bennett & Farmer (2010: 16), mengatakan bahwa “Sistem informasi adalah sesuatu yang dibuat untuk menangkap, menyimpan, mengatur dan menampilkan informasi.” Mengikuti pendapat yang diuraikan oleh para ahli Sistem Informasi diatas, maka penulis ingin menggarisbawahi betapa pentingnya Sistem Informasi dijaman yang serba elektonik ini. Bila sebuah perusahaan telat, atau bahkan meninggalkan bagaimana cara menggunakan Sistem Informasi ini, maka bisa dipastikan juga ketertinggalannya dalam persaingan bisnis dengan para kompetitornya. 2.6 Definisi Sistem Tracking Menurut Rumapea (2010: 350), Tracking adalah suatu proses pencatatan interval perjalanan barang dari tempat asal ke tempat tujuan oleh perusahaan pengangkutan. Dari definisi tracking dan definisi sistem yang ada maka bisa disimpulkan pengertian sistem tracking adalah kumpulan objek atau komponen yang saling berhubungan yang dapat melacak jejak untuk mengetahui keberadaan suatu benda yang berada dalam suatu lintasan.
2.7 Pickup Order Menurut Rumapea (2010), mengatakan bahwa “Pickup order atau pemesanan penjemputan adalah layanan yang memudahkan customer yang diberikan oleh perusahaan apabila customer tidak memiliki waktu untuk mengantarkan barang yang akan dikirimkan, dengan melakukan pemesanan agar barang yang akan dikirim dapat dijemput oleh kurir perusahaan. Pemesanan dilakukan dengan mengisi formulir pemesanan secara online.”
25 Menilik pendapat diatas,, penulis mengkritisi bahwa pelayanan pickup order ini adalah pelayanan yang paling digemari oleh para pengguna jasa ekspedisi. Perkembangan jaman yang mengharuskan perusahaan-perusahaan transformasi untuk adaptasi dengan cepat mengadopsi pelayanan ini, tidak lain untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
dan meminimalisir kompetitor
mengambil pelayanan yang sedang disukai oleh pasar. 2.8 Barcode System Barcode pada dasarnya adalah susunan garis vertikal hitam dan putih dengan ketebalan yang berbeda, sangat sederhana tetapi sangat berguna, dengan kegunaan untuk menyimpan data-data spesifik misalnya kode produksi, tanggal kadaluwarsa, dan nomor identitas, teknologi barcode tersebut terus berkembang dan bertahan. Sedangkan untuk membaca barcode ada banyak pilihan di pasaran dengan harga yang relatif murah mulai dari yang berbentuk pena (wand), slot, dan scanner. Barcode memiliki kelebihan-kelebihan tertentu,yang paling utama, murah dan mudah, sebab media yang digunakan adalah kertas dan tinta.Penggu naan barcode scanner juga sangat mudah sehingga pengguna (operator) hanya memerlukan sedikit latihan.Barcode scanner dapat membaca informasi/data dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada mengetikkan data dan barcode scanner memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dalam melakukan pembacaan. Di awal perkembangannya, penggunaan barcode dilakukan untuk membantu proses pemeriksaan barang-barang secara otomatis pada supermarket. Tetapi, saat ini kode baris sudah banyak digunakan dalam berbagai aplikasimisalnya digunakan sebagai kartu identitas, kartu kredit dan untuk pemeriksaan secara otomatis pada perpustakaan. Untuk membantu pembacaan secara manual dicantumkan juga angka-angka dibawah kode baris tersebut.Angka-angka tersebut tidak mendasari pola kode baris yang tercantum.Ukuran dari kode baris tersebut dapat diperbesar maupun diperkecil dari ukuran nominalnya tanpa tergantung dari mesin yang membaca.
26 Jenis barcode sangat banyak mulai dari yang tradisional yaitu 1 dimensi sampai dengan barcode yang multi dimensi, dalam artikel ini akan dibahas barcode 1 dimensi dan dibatasi pada jenis-jenis yang populer digunakan tetapi dapat memberi pengertian dan gambaran yang jelas mengenai barcode. Barcode digunakan untuk memudahkan indentifikasi berbagai hal, tentang produknya dalam berbagai transaksi. Apabila jumlah produksi massal, akan sangat sulit jika sistem barcode tidak dipergunakan dalam pengindentifikasian suatu barang. Bayangkan saja jika sebuah produk yang dibeli tidak ada barcodenya, maka untuk mengetikkan sebuah produk itu memerlukan waktu setengah menit jika menggunakan metode barcode. Barcode merupakan representasi informasi yang bisa dibaca oleh mesin yang dibentuk dari kombinasi pantulan tinggi dan rendah di permukaan objek di mana dikonversi menjadi bilangan binary (‘0’ dan ‘1’) oleh mesin. Teorinya, barcode ini mengumpulkan data dalam skala lebar (garis) dan spasi garis paralel yang dapat disebut sebagai barcode atau simbologi linear atau 1D (1 dimensi). Tetapi juga dapat berupa bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk geometri lainnya didalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2 dimensi). (Kato 2010 : 1) Penggunaan awal barcode adalah untuk mengotomatiskan sistem pemeriksaan di swalayan, dimana tugas mereka semua menjadi universal saat ini. Penggunaannya telah menyebar ke berbagai penggunaan lainnya, antara lain tugas yang secara umum disebut sebagai Auto ID Data Capture (AIDC). Lalu Sistem terbaru lainnya, seperti Radio Frequency Identification (RFID), berusaha menyamakan level di pasaran AIDC.Akan tetapi kesederhanaan, universalitas dan harga rendah barcode telah membatasi peran para sistem-sistem baru ini. (Kato 2010 : 1-2) Barcode dapat dibaca oleh optical scanner yang sering disebut sebagai barcode scanner.Di Jepang saat ini, kebanyakan telepon genggam yang mereka miliki
27 memiliki perangkat lunak pemindai kode 2D, dan perangkat sejenisnya yang terdapat platform smartphone. Perusahaan
pertama
yang
memproduksi
perlengkapan
barcode
untuk
perdagangan retail adalah Monach Marking.Pemakaian di dunia industri pertama kali oleh Plessey Telecommunications. Pada tahun 1972, Toko Kroger di Cincinnati mulai menggunakan bull’s-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam grocery industry untuk mengimplementasikan kode standar yang akan digunakan pada bidang industri.
Gambar 2.5 Barcode Ean-8 dan UPC-E (Sumber : Kato 2010: 27) Barcode sudah menjadi bagian penting dalam peradaban modern saat ini. Penggunaan yang sudah tersebar luas menjadikan barcode terus digunakan dan berkembang dengan baik, seperti: 1.
Hampir semua barang yang dijual di toko grosir, department store, dll sudah menggunakan dan memiliki system barcode. Hal ini sangat membantu dalam melacak seluruh produk yang dibeli dengan memunculkan harga dan data yang sebelumnya sudah terprogram.
2.
Penggunaan pada kartu anggota Ritel (hampir seluruh toko ritel seperti alat olah raga, kosmetik, peralatan kantor, obat, dan factory outlet) untuk mengidentifikasikan konsumen yang menjadi anggota.
3.
Pelacakan gerakan item, termasuk sewa mobil, bagasi maskapai penerbangan. Sejak tahun 2005, maskapai menggunakan standar IATA 2D barcode di boarding pass.
28 4.
Beberapa 2D barcodeembed hyperlink ke halaman web page. Sebuah telepon genggam dan smartphone mampu digunakan untuk membaca barcode dan browsing situs yang terhubung.
5.
Pada 1970-an dan 1980-an, perangkat lunak kode sumber ini kadang-kadang dikodekan dalam barcode dan dicetak di atas kertas.
2.8.1 Fungsi Barcode 1. Proses Input Data lebih cepat, karena : Barcode Scanner dapat membaca /merekam data lebih cepat dibandingkan dengan melakukan proses input data secara manual. 2. Proses Input lebih akurat mencari data, karena : Teknologi Barcode mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi. 3. Mengurangi Biaya, karena dapat mengindari kerugian dari kesalahan pencatatan data, serta mengurangi pekerjaan yang dilakukan secara manual secara berulang-ulang. 4. Peningkatan Kinerja Manajemen, karena dengan data yang lebih cepat, tepat dan akurat maka pengambilan keputusan oleh manajemen akan jauh lebih baik dan lebih tepat, yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan perusahaan. 5. Kemampuan bersaing dengan perusahaan saingan / kompetitor akan lebih terjaga. 2.8.2 Kategori Barcode Menurut Fungsinya Terdapat 6 kategori barcode berdasarkan kegunaannya, yaitu: 1. Barcode untuk keperluan retail. Barcode untuk keperluan retail, salah satu contohnya adalah UPC (Universal Price Codes), biasanya digunakan untuk keperluan produk yang dijual di supermarket. 2. Barcode untuk keperluan packaging. Barcode untuk packaging biasanya digunakan untuk pengiriman barang, dan salah satunya adalah barcode tipe ITF. 3. Barcode untuk penerbitan. Barcode untuk keperluan penerbitan, sering digunakan pada penerbitan suatu produk, misalkan barcode yang menunjukkan ISSN suatu buku.
29 4. Barcode untuk keperluan farmasi. Barcode untuk keperluan farmasi biasanya digunakan untuk identifikasi suatu produk obat-obatan. Salah satu barcode farmasi adalah barcode jenis HIBC. 5. Barcode untuk keperluan non retail. Barcode untuk kepentingan non retail, misalkan barcode untuk pelabelan buku-buku yang ada di perpustakaan. Salah satu tipe barcode untuk keperluan non retail ini adalah Code 39. 2.8.3 Standarisasi Barcode Beberapa standard barcode antara lain adalah : 1. Pemisahan pemakaian
barcode untuk industri yang satu dengan
lainnya, misalnya untuk produk farmasi, industri cetak buku, majalah, bandara, dan packaging serta non retail memiliki kode awal yang berbeda. 2. Ketebalan batang barcode dan ruang yang tersedia sudah berstandar Internasional 3. Memiliki kode negara 4. Jenis barcode yang standar dan diakui untuk retail, misalnya EAN13 digit, EAN-8 digit, UPC.E-7 digit, UPC.A- 8 digit. 5. Jenis barcode yang standar dan diakui untuk non-retail adalah Code 39 digit dan 128 (bukan 128 digit). 2.8.4 Hak Cipta Barcode Untuk diketahui ada beberapa penyedia jasa barcode di seluruh dunia yang memiliki hak cipta untuk membuat hak lisensi dalam menerbitkan barcode, beberapa diantaranya adalah : 1. ASIN (Amazon Standard
Identification Number) nomor
identifikasi standar amazon. 2.
ESBN (Electronic Standard Book Number) nomor standar buku
elektronik. 3. ISMN (International Standard Music Number) nomor standar internasional untuk musik. 4. ISAN (International Standard Audiovisual Number) nomor standar internasional untuk audiovisual. 5. ISSN (International Standard Serial Number) nomor standar serial internasional.
30 6.
ISWC (International Standard Work Code). Kode standar internasional untuk pekerjaan.
7. LCCN (Library of Conrgess Control Number) nomor kontrol buku perpustakaan Library of Congress, Amerika serikat. 2.8.5 Barcode 1 Dimensi Barcode satu dimensi biasanya dinamakan linear bar codes (kode berbentuk baris). Contoh barcode satu dimensi adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6 Barcode 1 Dimensi (Sumber : Kato 2010: 33)
2.8.6 Barcode 2 Dimensi Barcode yang dikembangkan lebih dari sepuluh tahun lalu, tetapi baru sekarang ini mulai populer. Barcode dua dimensi ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan linear bar codes (barcode satu dimensi) yaitu, dengan menggunakan barcode dua dimensi, informasi atau data yang besar dapat disimpan di dalam suatu ruang (space) yang lebih kecil.
Gambar 2.7 Barcode 2 Dimensi (Sumber : Kato 2010: 45)
2.8.7 Cara Kerja Barcode Barcode merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas kerja digital. Pada konsep digital, hanya ada 2 sinyal data yang dikenal dan bersifat boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik atau tidak ada (dengan besaran tegangan tertentu, misalnya 5 volt dan 0 volt).
31 Barcode menerapkannya pada batang-batang baris yang terdiri dari warna hitam dan putih. Warna hitam mewakili bilangan 0 dan warna putih mewakili bilangan 1. Ini dikarenakan warna hitam akan menyerap cahaya yang dipancarkan oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna putih akan memantulkan balik cahaya tersebut. Selanjutnya, masing-masing batang pada barcode memiliki ketebalan yang berbeda. Ketebalan inilah yang akan diterjemahkan pada suatu nilai. Demikian, karena ketebalan batang barcode menentukan waktu lintasan bagi titik sinar pembaca yang dipancarkan oleh alat pembaca.Dan sebab itu, batang-batang barcode harus dibuat demikian sehingga memiliki kontras yang tinggi terhadap bagian celah antara (yang menentukan cahaya).Sisi-sisi batang barcode harus tegas dan lurus, serta tidak ada lubang atau noda titik ditengah permukaannya. Ukuran titik sinar pembaca juga tidak boleh melebihi celah antara batang barcode. Saat ini, ukuran titik sinar yang umum digunakan adalah 4 kali titik yang dihasilkan printer pada resolusi 300dpi. Saat ini terdapat beberapa jenis instrumen pembaca barcode, yaitu: pena, laser, serta kamera. Pembaca berbentuk pena memiliki pemancar cahaya dan dioda foto yang diletakkan bersebelahan pada ujung pena. Pena disentuhkan dan digerakkan melintasi deretan batang barcode, dioda foto akan menerima intensitas cahaya yang dipantulkan dan mengubahnya menjadi sinyal listrik, lalu diterjemahkan dengan sistem yang mirip dengan morse. Pembaca dengan pemancar sinar laser tidak perlu digesekkan pada permukaan barcode, tapi dapat dilakukan dari jarak yang relatif lebih jauh.Selain itu, pembaca jenis
ini memiliki cermin-cermin pemantul
sehingga sudut pembacaan lebih fleksible. Pembaca barcode dengan sistem kamera menggunaka sensor CCD (charge coupled device) untuk merekam foto barcode, baru kemudian dibaca dan menterjemahkan kedalamsinyal elektronik digital. Suatu bilangan barcode tunggal sebenarnya terdiri dari tujuh unit. Satu unit terdiri dari salah satu warna hitam atau putih. Sebuah unit yang berwarna hitam ditunjukkan dengan sebuah bar, sedangkan yang berwarna putih ditunjukkan dengan sebuah space (spasi).
32 Cara lain penulisan barcode adalah dengan bilang “1” untuk menyatakan black bar dan bilangan “0” untuk menyatakan white space.Misalnya, tujuh unit berikut ini adalah 0011001 dapat dinyatakan sebagai berikut space-space- bar-bar-space-space-ba r. 2.8.8 Anatomi Barcode
Gambar 2.8 Anatomi dari sebuah barcode (Sumber : Kato 2010: 54)
2.8.9 Jenis-jenis alat pembaca Barcode Ada 4 jenis pembaca barcode yang ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tiap-tiap pembaca barcode mempunyai harga khusus dan karakteristik pengoperasian. Jenis-jenis pembaca barcode dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Jenis-jenis pembaca Barcode Jenis
Deskripsi
Sensitifitas
LED
Red light emitting
Paling rendah
diode IR Narrow Band
Laser
Paling tinggi
Fiberoptic
Environment
Tingg i
33
2.8.10 Definisi Pembaca Barcode Barcode reader adalah alat yang digunakan untuk membaca kode barcode. Sistem kerja pada
keyboard
barcode
reader
hampir
sama dengan
inputan
tinggal menghubungkan barcode ke PS2 connector
kemudian komputer sudah menganggap barcode reader tersebut adalah keyboard tanpa adanya instalasi dr iver. Perbedaan barcode reader dengan keyboard adalah barcode reader membaca sebuah kode barcode kemudian memasukkan kode tersebut ke dalam komputer dengan menambahkan karakter enter. Cara kerjanya yaitu dengan mengibaskan cahaya infra merah terhadap barcode yang tertera pada produk tersebut. Sedangkan
cara
penggunaannya
dipegang
langsung
kemudian
dengan menekan tombol on-off secara manual, barcode reader juga dapat digunakan secara otomatis (autoscan), yaitu dengan meletakkan barcode reader di atas stand (dudukan barcode
reader),
kemudian
barcode
reader
disetting ke mode auto scan. Apabila barcode didekatkan pada barcode reader maka barcode reader akan secara otomatis membaca. Ada dua sistem koneksi alat pembaca barcode terhadap pengolahan data barcode pada komputer, yaitu sistem keyboard wedge dan sistem output RS232. Kedua sistem ini menterjemahkan hasil pembacaan barcode sebagai masukan (input) dari keyboard. Biasanya menggunakan port serial pada komputer. Sebagai perantara keduanya, yaitu software wedge yang akan mengalamatkan bacaan barcode ke software pengolah data barcode tersebut. 2.9 Analisa Kompetitif : Model Lima Kekuatan Porter Menurut David (2009: 145-151), analisa kompetitif model lima kekuatan Porter merupakan pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi di dalam banyak industri. Intensitas persaingan antarperusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lain. Hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan berikut ini:
34 1. Persaingan antarperusahaan saingan Kekuatan pertama yang biasanya menjadi fokus para pemasar adalah masalah intensitas rivalitas atau persaingan antar pemain dalam industri. Biasanya intensitas persaingan itu dipengaruhi banyak faktor, misalnya struktur biaya produk. Misalkan semakin besar porsi biaya tetap dalam struktur biaya , maka semakin tinggi intensitas persaingan. Hal ini disebabkan, setiap penjual memiliki tingkat break even point yang tinggi sehingga pada umumnya harus menjual produk dalam jumlah yang besar, dan bila perlu dilakukan “banting harga” agar bisa mencapai tingkat break even tersebut. 2. Potensi masuknya pesaing baru Pesaing baru memiliki hambatan-hambatan dalam memasuki pasar karena dalam memasuki pasar, suatu produk memerlukan diferensiasi dari produk pesaing, juga dibutuhkan modal yang besar, biaya untuk berpindah supllier, pendistribusian yang tepat dan memperhatikan aspek kebijakan pemerintah. Dalam industri hambatan pendatang baru untuk memasuki pasar adalah pesaing lama yang telah menjadi market leader. Pesaing lama selalu memonitor pesaing baru dengan memanfaatkan kelemahan dari produk pesaing, sehingga pendatang baru tidak dapat berkembang dan merebut pasar. Dengan menggunakan strategi fighting brand, yaitu menggunakan merk baru dari produk sejenis yang harganya jauh lebih rendah, serta mengandalkan biaya iklan dan promosi yang lebih rendah. Produk ini biasanya dibuat oleh pesaing dalam jangka waktu yang terbatas dan dalam wilayah pasar tertentu. 3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti Tak ada rotan, akar pun jadi. Sepertinya perusahaan harus tetap memperhatikan pepatah tersebut. Artinya bahwa produk yang kita hasilnya harus memiliki nilai atau kegunaan utama dari produk sendiri dengan biaya yang sebanding dengan nilai tersebut karena konsumen akan beralih ke produk pengganti jika nilai yang ditawarkan tidak terlalu berbeda sedangkan produsen produk pengganti memberikan harga yang lebih rendah.
35 4. Daya tawar pemasok Hubungan baik dengan pemasok harus dapat dijalankan jika suatu perusahaan ingin menekan harga produksi karena tidak dapat dipungkiri bahwa semakin baik hubungan dengan beberapa pemasok maka perusahaan akan mendapatkan harga bahan baku terbaik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki integritas dengan pemasok. 5. Daya tawar konsumen Informasi dan teknologi telah meruba pola pikir para konsumen menjadi lebih selektif dan pintar dalam memilih dan membandingkan produk. Strategi promosi hendaknya bukan hanya sekedar promosi tapi harus memberikan informasi dan edukasi sehingga dapat meyakinkan para konsumen untuk memilih produk kita.
Gambar 2.9 Model Lima Kekuatan Porter Sumber : David (2009: 146) 2.10 Segmentation, Targeting, Positioning (STP) Suatu perusahaan tidak dapat melayani semua konsumen yang terdiri dari berbagai segmen pasar yang beragam dalam menawarkan produk dan jasanya. Oleh karena itu, suatu perusahaan perlu mengidentifikasikan segmen pasarnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih efektif Kotler (2008: 172). 2.10.1 Segmentation (segmentasi pasar) Segmentasi pasar membedakan sebuah pasar menjadi kelompok-kelompok kecil pembeli berdasarkan geografis, demografis, status sosial, dan kebiasaan. Para pemasar tidak menciptakan segmen, tetapi tugas seorang pemasar adalah mengidentifikasi segmen yang ada dan menetapkan target mana yang akan
36 dituju. Perusahaan akan lebih mudah memilih jalur distribusi dan komunikasi yang terbaik, dan dari identifikasi tersebut akan diketahui siapa saja para kompetitor secara jelas yang memiliki target segmen yang sama Kotler (2008: 173). 2.10.2 Targeting (Target Pasar) Tahap selanjutnya setelah perusahaan melakukan segmentasi pasar, yang harus dilakukan perusahaan adalah menentukan target pasar yang dituju dalam menawarkan produk dan jasa perusahaan. Dalam mengevaluasi segmen yang berbeda, perusahaan dapat melakukan pertimbangan dalam pemilihan target pasar, yaitu Kotler (2008: 183) : 1. Melakukan segmentasi pasar secara keseluruhan 2. Mengkhususkan pada beberapa segmen pilihan yang tidak berhubungan 3. Memusatkan perhatian pada satu segmen tunggal 4. Memusatkan pada sebuah produk 5. Menjangkau keseluruhan pasar 2.10.3 Positioning (Posisi di Pasar) Setelah perusahaan menetapkan target pasar yang dituju dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para konsumen, maka perusahaan dapat menyesuaikan serta menetapkan posisi produk di pasar (market positioning). Positioning merupakan suatu kegiatan perancangan penawaran dan image perusahaan agar mendapatkan tempat khusus di benak target pasar yang dituju. Tujuan akhir dari positioning ini adalah suksesnya pembentukan value proposition yang berfokus pada konsumen. 2.11 Teori Statistika 2.11.1 Populasi Menurut Sarjono & Julianita (2011: 21) berpendapat bahwa, “Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menjadi objek penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti.” Sedangkan menurut Sekaran dalam Sarjono & Julianita (2011: 21) mengatakan bahwa, “Populasi mengacu pada keselruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin diketahui oleh peneliti.”
37 2.11.2 Sampel Menurut Sarjono & Julianita (2011: 21) berpendapat bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi yang dipercaya dapat mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan.” Sedangkan menurut Sekaran dalam Sarjono & Julianita (2011: 21) mengatakan bahwa, “Sampel adalah subkemlompok atau sebagian dari populasi. Dengan demikian dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap (atau dapat mewakili) populasi penelitian.” 2.11.3 Teknik Sampling Menurut Sekaran dalam Sarjono & Julianita (2011: 22), menyatakan bahwa “Pengambilan sampel (sampling), adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi sehinga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristknya akan membuat kita dapat mengeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi.” 2.11.4 Teknik Pengolahan Sampel Menurut Umar (2002: 141), untuk menentukan berapa minimal sampel yang perlu diambil jika ukuran populasi diketahui, dapat menggunakan rumus Slovin.
Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e2 = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir. 2.11.5 Teknik Pengukuran Sampel Menurut Riduwan & Kuncoro (2007: 19), tipe skala dalam penelitian sosial adalah menggunakan skala sikap. Skala sikap yang sering digunakan adalah: 1.
Skala Likert. Skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
2.
Skala Guttman. Skala ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat tegas atau jelas dan konsistem terhadap suatu permasalahan,
38 karena hanya terdiri dari dua jawaban. 3.
Rating Skala. Pada skala ini, responden menjawab salah satu jawaban kuantitaif yang disediakan, dan ditafsirkan sebagai data kualitatif.
4.
Diferensial karakteristik
Semantik.
Diferensial
Semantik,
yaitu
serangkaian
dua kutub dengan keadaan yang bertentangan, dan
digunakan untuk menilai persepsi seseorang terhadap objek sosial. 5.
Skala Thurstone. Skala ini meminta responden memilih pertanyaan yang disetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda.
2.11.6 Uji Validitas Menurut Sekaran dalam Sarjono & Julianita (2011: 35), menjelaskan bahwa “Validitas adalah bukti bahwa instrument, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur konsep yang dimaksudkan. Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu item pernyataan.” Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
Keterangan : t = nilai t hitung r = Koefiisen korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden
Data disebut valid jika t hitung > t tabel, sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti data tersebut tidak valid. 2.11.7 Uji Reliabilitas Menurut Sekaran dalam Sarjono & Julianita (2011: 35), menyatakan bahwa “Keandalan (reliability) suatu pengukuran menunjukkan sejuah mana pengukuran tersebut dilakukan tanpa bias (bebas kesalahan – error free). Oleh karena itu, mejamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument perlu dilakukan.”
39 Menurut Riduwan & Kuncoro (2007: 220-221) uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (kerandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007: 220-221), Alpha Cronbach adalah teknik pengujian reliabilitas instrumen yang melibatkan semua butir dalam pengujian. RumusAlpha Cronbach :
Alpha Cronbach adalah teknik pengujian realibilitas instrumen yang melibatkan semua butir dalam pengujian. Data disebut reliable jika Alpha Cronbach > r tabel. 2.12 Metode Analisa SWOT Menurut Kotler & Keller (2009: 89), Evaluasi keseluruhan dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut juga dengan istilah Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat) 1) Strength (Kekuatan) Yaitu merupakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya 2) Weakness (Kelemahan) Yaitu masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain, sehingga ini menjadi nilai minus/kelemahan bagi perusahaan.
40 3) Opportunities (Peluang) Yaitu merupakan suatu kesempatan dimana perusahaan dapat melakukan operasi dalam menghadapinya untuk menjadikan kesempatan itu menjadi keuntungan. 4) Threat (Ancaman) Yaitu merupakan suatu bahaya yang biasanya dikarenakan perkembangan yang kurang menguntungkan, dimana akan memberikan dampak seperti pengurangan laba dan penjualan jika tidak dilakukan tindakan untuk bertahan. Manfaat dari analisa SWOT adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi sehingga mampu menganalisa apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman dalam organisasi untuk mendapatkan strategi yang tepat dengan menggunakan kekuatan dan kesempatan yang ada untuk mengatasi segala ancaman dan dan mengurangi kelemahan yang ada sehingga organisasi dapat bertahan dan berkembang. 2.13 Service Quality (SERVQUAL) 2.13.1 Konsep SERVQUAL Menurut Hoffman & Bateson (2006: 341) dalam suatu metde melakukan pengukuran terhadap pengharapan akan pelanggan dari suatu perusahaan atau lembaga pelayanan jasa yang sering digunakan adalah SERVQUAL. SERVQUAL adalah suatu pengukuran skala kepuasan pelanggan dan pendapat sesuai dengan lima dimensi pedoman kualitas jasa. SERVQUAL terdiri dari bagian yang merekam pengharapan atas kepuasan pelanggan, dan bagian lain yang terdiri dari atas persepsi pelanggan mengenai perusahaan jasa atau lembaga penyedia layanan jasa. SERVQUAL menurut Parasuraman et al. dalam Rangkuti (2002: 10) adalah teknik yang digunakan untuk melakukan analisis kesenjangan dari kualitas kinerja layanan organisasi dari kebutuhan kualitas layanan. Hasil analisis kesenjangan digunakan untuk memprioritaskan atribut yang relatif penting dari persepsi pelanggan.
41 2.13.2 SERVQUAL dalam pendekatan kepada pelanggan Menurut Parasuraman et al. dalam Rangkuti (2002: 19) bahwa dalam melakukan proses pendekatan kepada pelanggan maka dapat juga digunakan dengan cara mengidentifikasikan dimensi-dimensi berikut : 1.
Berwujud (tangible), yaitu kemampuan menampilkan bentuk fisik dari fasilitas, peralatan, personel, dan materi komunikasi.
2.
Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk merealisasikan janji- janji yang telah dibuat oleh perusahaan atau unit bisnis yang bersangkutan secara akurat.
3.
Daya tanggap (responsiveness), yaitu memiliki kemampuan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada
pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. 4.
Jaminan (assurance), yaitu ilmu pengetahuan dan informasi dari para karyawan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kepercayaan pelanggan.
5.
Empati
(empathy),
yaitu
memberikan
perhatian
yang
tulus
dan
bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. 2.13.3 Matriks Importance & Performance Matriks ini menggambarkan tingkat kepentingan menurut pelanggan, yang dikaitkan dengan pentingnya variabel dengan kenyataan yang dirasakan. Dari berbagai tingkat persepsi kepentingan pelanggan, dapat dirumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan, yang bertujuan untuk menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut di mata pelanggan (Rangkuti, 2002: 109-110). Menurut Rangkuti (2002: 112-113) matriks ini terdiri dari 4 kuadran, yaitu : a.
Kuadran I, terletak di sebelah kiri atas (attributes to improve) Pada kuadran ini faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai dengan yang diharapkan, karena tingkat kepuasan yang diperoleh sangat rendah. Perusahaan harus melakukan perbaikan terus menerus sehingga performance faktor tersebut meningkat.
42 b.
Kuadran II, terletak di sebelah kanan atas (maintain performance) Kuadran ini memuat faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan sudah sesuai dengan yang dirasakan oleh pelanggan sehingga tingkat kepuasan relatif tinggi. Faktor tersebut harus dipertahankan karena merupakan keunggulan di mata pelanggan.
c.
Kuadran III, terletak di sebelah kiri atas (attributes to maintain) Kuadran
ini
memuat faktor
yang
dianggap
kurang
penting
bagi
pelanggan, dan kinerjanya juga tidak terlalu istimewa. Peningkatan pada variabel ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya sangat kecil terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan. d.
Kuadran IV, terletak di sebelah kanan bawah (main priority) Kuadran ini memuat faktor yang penting bagi pelanggan, akan tetapi kinerjanya tinggi, atau mungkin terlalu berlebihan. Faktor tersebut dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.
2.14 Analisis dan Pilihan Strategi 2.14.1 Konsep Manajemen Strategis Menurut David (2010: 5), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan,
serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok; perencanaan jangka panjang, sebaliknya, berusaha untuk mengoptimalkan tren-tren dewasa ini untuk esok. 2.14.2 Model Manajemen Strategis Kerangka kerja yang diilustrasikan di gambar 2.6 merupakan sebuah model komprehensif dari proses manajemwen strategis yang diterima secara luas. Model ini menjamin keberhasilan, tetapi ia juga mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategi.
43
Gambar 2.10 Model Manajemen Strategis Komprehensif Sumber : David, Terjemahan Sunardi (2010: 21) 2.14.3 Manfaat Manajemen Strategis Manfaat utama dari manajemen strategis untuk
membantu organisasi
merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Ini tentunya akan terus menjadi manfaat terbesar dari manajemen strategis, namun berbagai kajian riset kini menunjukkan bahwa proses, alih-alih keputusan atau dokumen, merupakan kontribusi yang lebih penting dari manajemen strategis. Menurut David (2010: 23-24), Komunikasi adalah kunci bagi manajemen strategis yang berhasil. Manfaatnya terbagi dari :
a. Keuntungan Keuangan Riset menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep-konsep manjemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil daripada yang tidak. Bisnis yang menggunakan berbagai konsep manajemen strategis menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjulan, profitabilitas, dan dibandingkan
dengan
perusahaan-perusahaan
produktivitas
yang tanpa
aktivitas
perencanaan strategis yang sistematis. Peusahaan berkinerja tinggi cenderung membuat perencanaan sistematis untuk mempersiapkan diri menghadapi fluktuasi di masa depan dalam lingkungan internal dan eksternal mereka. Perusahaanperusahaan dengan sistem perencanaan yang mengadopsi teori manajemen
44 strategis, biasanya, menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik relatif terhadap industri mereka.
b. Keuntungan Non-keuangan Selain membantu perusahaan menghindari bencana keuangan, manajemen strategis menawarkan keuntungan-keuntungan nyata lain, seperti meningkatnya kesadaran akan ancaman eksternal, membaiknya pemahaman akan strategi pesaing, naiknya produktivitas karyawan, menurunnya resistensi pada perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas akan relasi kinerja-imbalan. Manajemen strategis meningkatkan kapabilitas pencegahan persoalan organisasi sebab ia mendorong interaksi antarmanajer di semua level divisional dan level fungsional. 2.14.4 Jenis-jenis Strategi Menurut David (2010: 249-301) yang ada pada Tabel 2.1 Menjabarkan strategi-strategi alternatif yang dapat dijalankan sebuah perusahaan. Setiap strategi alternatif memiliki variasi yang banyak sekali. Biasanya organisasi secara bersamaan menjalankan gabungan dari dua atau lebih strategi yang disebut strategi gabungan atau kombinasi.
Tabel 2.2 Definisi Strategi-strategi Alternatif Strategi Integrasi ke Depan Integrasi ke Belakang Integrasi Horizontal Penetrasi Pasar Pengembangan Pasar Pengembangan Produk Diversifikasi Terkait Diversifikasi Tak Terkait Penciutan
Definisi Memperoleh kepemilikan atau kendalli yang lebih besar atas distributor atau peritel Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui produk upaya-upaya pemasaran Memperkenalkan atau jasa saat iniyang ke wilayah geografis baru. Mengupayakan peningkatan penjulan melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa baru. Menambahkan produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan Menambahkan produk atau jasa yang baru namun masih tidakulang berkaitan Pengelompokan melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun
45 Divestasi Likuidasi
Penjualan suatu divisi atau bagian dari sebuah Organisasi Penjualan seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujudnya. Sumber : David (2010: 251)
Dalam teori Porter, strategi memungkinkan organisasi untuk memperoleh keunggulan kompetitif dari tiga landasan yang berbeda : kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus yang disebut dengan strategi generic. Dimana kepemimpinan biaya dan fokus masing-masing dikategorikan lagi dalam dua tipe (David 2010: 249301). Jadi, lima strategik generik Michael Porter adalah : a.
Kepemimpinan biaya – biaya rendah Strategi ini menekankan pemroduksian produk-produk dan jasa yang distandarisasi dengan biaya per unit yang sangat rendah kepada konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar.
b.
Kepemimpinan biaya – nilai terbaik Strategi ini menawarkan produk dan jasa kepada konsumen pada nilai harga terbaik yang tersedia di pasar. Strategi nilai terbaik yang bertujuan menawarkan serangkaian produk atau jasa pada harga terendah.
c. Diferensiasi Adalah sebuah strategi yang bertujuan menghasilkan produk atau jasa yang dianggap unik di industri dan diarahkan kepada konsumen yang relative peka terhadap harga. d.
Fokus – Biaya Rendah Strategi ini menawarkan produk atau jasa kepada sekelompok kecil konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar.
e. Fokus – Nilai Terbaik Strategi ini menawarkan produk atau jasa kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai harga terbaik yang tersedia di pasar. 2.14.5 Kerangka Perumusan Strategi Menurut David (2010: 323-324) teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintergrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.7 .
46 Alat yang ditampilkan dalam kerangka ini bisa diterapkan untuk semua ukuran dan jenis organisasi serta dapat membantu para penyusun strategi mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi.
Gambar 2.11 Kerangka Analitis Perumusan Strategi Sumber : David (2010: 324) 2.14.5.1 Tahap Masukan Informasi yang diperoleh dari ketiga matriks yaitu matriks EFE, matriks IFE, dan CPM menjadi informasi input dasar untuk matriks-matriks tahap pencocokan dan tahap keputusan. Alat-alat input mendorong para penyususn strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi strategi untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi strategi alternative. 1.
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Menurut David (2010: 158-159), matriks EFE memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintah, hokum, teknologi, dan kompetitif. Diilustrasikan di table 2.2 , Matriks EFE dapat dikembangkan dalam lima langkah :
a. Buat
daftar
faktor-faktor
eksternal
utama
sebagaimana
yang
disebutkan dalam proses audit eksternal, termasuk peluang dan ancaman. b. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikansi relative
47 dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus 1,00. c. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, di mana 4 = responnya sangat bagus, 3 = responnya di atas rata-rata, 2 = responnya rata-rata, 1 = responnya di bawah rata-rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi perusahaan. Penting untuk diperhatikan bahwa baik ancaman maupn peluang dapat menerima peringkat 1, 2, 3, atau 4. d. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot e. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variable guna menentukan skor bobot total untuk perusahaan. Matriks Evaluasi Faktor Enternal Tabel 2.3 Matriks Evaluasi EFE Faktor-faktor External Utama Bobot Peringkat Bobot Peluang 1 2
Skor
Ancaman 1 2 Total
1,00
Sumber : David terjemahan Sunardi (2010, p160) 2.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Matriks IFE menurut David (2010: 229-230), adalah alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Diilustrasikan di table 2.3 , matriks IFE dapat dikembangkan dalam lima langkah :
48 a. Buat
daftar
faktor-faktor
internal
utama
sebagaimana
yang
disebutkan dalam proses audit internal, termasuk kekuatan dan kelemahan. b. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikansi relative
dari
suatu
faktor
terhadap
keberhasilan perusahaan. Jumlah
seluruh bobot harus 1,00. c. Berilah
peringkat
antara
1
sampai
4
pada
setiap
faktor
untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat
=
4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. d. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot e. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variable guna menentukan skor bobot total untuk organisasi. Tabel 2.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal Faktor-faktor Internal Utama Kekuatan 1 2 Kelemahan 1 2 Total
Bobot Peringkat Bobot
Skor
1,00 Sumber : David (2010: 231)
3. Matriks Profil Kompetitif (CPM) Menurut David (2010: 160-161), matriks CPM mengidentifikasi pesaimgpesaing utama suatu perusahaan serta kekuatan dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan sampel. Bobot dan skor bobot total, baik dalam matriks CPM maupun matriks EFE, memiliki arti yang sama. Namun, faktor keberhasilan (critical success) dalam matriks CPM mencakup baik-baik isu-isu internal maupun eksternal; karenanya peringkatnya mengacu pada kekuatan dan kelemahan, di mana 4 = sangat kuat,
49 3 = kuat, 2 = lemah, dan 1 = sangat lemah. Faktor-faktor keberhasilan penting dalam matriks CPM lebih luas, karena tidak mencakup data yang spesifik atau faktual dan mungkin bahkan berfokus pada isu-isu internal. Faktor juga tidak dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman. Perimgkat dan skor bobot total perusahaan-perusahaan pesaing dapat dibandingkan
dengan
perusahaan
sampel.
Analisis
perbandingan
ini
memberikan informasi strategis internal yang penting.
Matriks CPM dapat ditampilkan pada table 2.4 Tabel 2.5 Matriks CPM
Sumber : David terjemahan (2010: 162) 2.14.5.2 Tahap Pencocokan Strategi sering kali didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat suatu organiasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya serta peluang dan risiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal. Tahap pencocokan
dari kerangka
perumusan strategi terdiri dari lima teknik yang dapat digunakan dengan urutan manapun : Matriks SWOT, Matrik SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Strategi Besar. Alat-alat ini bergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. 1.
Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT) “Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (kekuatan peluang), Strategi WO (kelemahan peluang), Strategi ST (kekuatan ancaman), dan Strategi WT (kelemahan ancaman).” (David, 2010: 327-328) , dan dapat dilihat tabel nya pada tabel 2.4 .
50 Tabel 2.6 Matriks SWOT
Kelemahan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi SO
Strategi WO
Ancaman (T)
Strategi ST
Strategi WT
Sumber : David (2010: 328-329)
a. Strategi SO Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi di mana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai eksternal.
Jika
sebuah
tren
dan
kejadian
perusahaan memiliki kelemahan besar, maka
perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. b.
Strategi WO Strategi
WO
bertujuan
untuk
memperbaiki
kelemahan
internal dengan
cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.Terkadang, peluangpeluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut. Salah satu strategi WO yang bisa ditempuh adalah dengan mengakuisisi teknologi ini melalui usaha patungan (joint venture) dengan sebuah perusahaan lain yang mempunyai kompetensi di bidang ini. Alternatif lainnya dari strategi WO adalah dengan merekrut dan melatih orang agar memiliki kapabilitas teknis yang diperlukan.
c. Strategi ST Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal. Perusahaan pesaing yang meniru gagasan, inovasi, dan produk yang telah dipatenkan merupakan ancaman yang besar di banyak industri.
51
d. Strategi WT Strategi WT merupakan teknik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internalserta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dankelemahan internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi. 2. Matriks Internal Eksternal (IE) Matriks IE memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan Sembilan sel, sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 2.9 . Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci : skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Setiap divisi dalam suatu organisasi harus membuat matriks IFE dan matriks EFE dalam kaitannya dengan organisasi. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0 sampain 1,99 dipandang rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. (David, 2010: 344-347) Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda antara lain : a. Divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (growth and build). Strategi inensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integrative (integrasi ke belakang, intergrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini. b. Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain); penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak digunakan dalam jenis divisi ini. c. Divisi yang masuk dalam sel VI, VII, atau IX adalah panen atau divestasi (harvest or divest). Organisasi yang berhasil mampu mencapai portfolio bisnis yang masuk berada di seputar sel I dalam matriks IE.
52 3.
Matriks Strategi Besar Pada matriks strategi besar semua organisasi dapat diposisikan di salah satu dari empat kuadran sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2.10. Matriks ini didasarkan pada dua dimensi evaluative: posisi kompetitif dan pertumbuhan
pasar
(David, 2010: 347-348). Dimana empat kuadran
memiliki posisi strategi yang berbeda-beda : •
Kuadran I Perusahaan yang berada pada kuadran I memiliki posisi strategis yang sempurna. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar (penetrasi pasar dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk) yang ada saat ini.
•
Kuadran II Perusahaan yang berada pada posisi II perlu secara
serius mengevaluasi
pendekatan mereka terhadap pasar. Walaupun industry mereka tengah tumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara efektif . Strategi intensif biasanya menjadi pilihan pertama untuk dipertimbangkan.
Jika perusahaan kurang
memiliki kompetensi khusus maka sebagai pilihannya adalah divestasi. •
Kuadaran III Perusahaan pada posisi ini bersaing di industri yang pertumbuhannya lambat serta memiliki kompetitif lemah. Berbagai perusahaan ini harus segera membuat perubahan drastic untuk menghindari penurunan yang lebih jauh
•
Kuadran IV Pada posisi ini, bisnis memiliki kompetitif kuat namun berada di dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan pada posisi ini mempunyai kekuatan untuk mengadakan program diversifikasi ke bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih menjanjikan.
2.14.5.3 Tahap Keputusan Analisis dan intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan perumusan
strategi.
Banyak
dari
strategi
dari
teknik
pencocokan
kemungkinan akan diusulkan oleh yang berpartisipasi dalam analisis dan aktivitas pemilihan strategi. Para partisipan dapat memeringkat berbagai strategi tersebut dalam skala 1 sampai 4 sehingga daftar prioritas strategi terbaik bisa dicapai.
53 1.
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) Menurut David (2010: 350-355), “Matriks QSPM adalah tahap 3 dari
kerangka perumusan strategi. Teknik ini menunjukkan strategi mana yang terbaik yang menggunakan analisis dari tahap masukan dan tahap pencocokan untuk menentukan berbagai alternative. QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternative secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.” Enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM yang dibuat dalam bentuk tabel. a. Buatlah daftar berbagai peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan atau kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil dari matriks EFE dan IFE. b. Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam matriks EFE dan matriks IFE. c.
3.
Cermatilah
matriks-matriks
tahap
pencocokan
dan
mengidentifikasi berbagai alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. Catat strategi-strategi ini di baris teratas QSPM. d. Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagi nilai numeric yang mengindikasikan
daya
alternative tertentu.
tarik
relatif
dari
setiap strategi di rangkaian
Kemudaian akan diajukan pertanyaan “Apakah faktor
ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat ?” Jika jawabannya ya, akan ditentukan nilai AS nya dengan kisarannya adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya sedang, dan 4 = daya tariknya tinggi. Jika dari pertanyaan di atas jawabannya adalah tidak, maka jangan memberikan skor AS pada strategi bersangkutan. e. Hitunglah skor daya tarik total (TAS). TAS didefinisikan sebagai hasil kali antara bobot dengan skor daya tarik di setiap baris. f. Hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total. Jumlah keseluruhan daya tarik total menunjukkan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik.
54 2.15 Analisa dan Perancangan Sistem 2.15.1 Definisi Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 60), “ Object-oriented analysis (OOA), mendefinisikan semua jenisobjek yang melakukan pekerjaan dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi dari penggunayang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.” Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 60), “Object-oriented design (OOD), mendefinisikan semua tipe objek dari objek yang diperlukan untuk dapat berkomunikasi dengan orang dan perangkat yang ada di dalam system, menggambarkan bagaimana objek dapat berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan menyesuaikan dan menyempurnaka nmasing-masing jenis objek sehinggadapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan.” 2.15.2 UML ( Unified Modelling Language ) Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 48), “UML adalah serangkaian standar model konstruksi dan notasi yang dikembangkan secara spesifik untuk pengembangan object- oriented.” Jadi dapat disimpulkan UML adalah serangkaian model dan notasi yang digunakan dan dikembangkan secara spesifik untuk menentukan, menggambarkan serta mengembangkan sebuah sistem software dalam object-oriented. 2.15.3 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2008: 141) menuturkan bahwa. “Activity diagram
adalah
sebuah
tipe dari
workflow
diagram
menggambarkan aktivitas dari user dan flow nya secara berurutan. Notasinya dapat kita lihat pada gambar 2.12 :
Gambar 2.12 Notasi Activity Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 145)
yang
55 2.15.4 Use Case Diagram Use case menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 214), merupakan kegiatan yang sistem lakukan, biasanya dalam menanggapi permintaan oleh user.
Tabel 2.7 Notasi Usecase Keterangan
Gambar
Automation Boundary
Actor Actor
Use Case
Use Case
Connection Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p214) 2.15.5 Domain Class Diagram Domain Class Diargam, menurut Satzinger, Jackson & Burd (2009: 187), adalah sebuah UML class diagram yang menggambarkan cara kerja problem domain classes, eassociations, dan attributes. Notasi dari Domain Model Class Diagram dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.
56 Tabel 2.8 Notasi Domain Class Diagram Class
Class1 -Attribute1 +operation1()
Multiply
0…1
Zero or One
1
One and only one One
and
only
one
1…1
(Alternate)
0…*
Zero or More
*
Zero or More (Alternate)
1…*
One or more
Communication
Sumber : Satzinger Satzinger, Jackson & Burd (2009: 189) Keterangan tambahan mengenai isi dari domain class diagram: a. Attribute : Karakteristik dari sebuah objek yang memiliki nilai seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya. b. Class : Tipe atau klasifikasi dari objek yang sama. c. Methods :Behaviors atau operasi sebagai gambaran apa yang dapat dilakukan oleh sebuah objek. d. Message : Komunikasi dari objek yang saling berhubungan. 2.15.6 Sequence Diagram Sequence Diagram menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 315) digunakan untuk menjelaskan interaksi antar objek dan desain keputusan dokumen. Sequence diagram merupakan diagram yang digunakan untuk menjelaskan interaksi antar obyek. Sequence diagram juga menggambarkan interaksi antara sistem dengan dunia luar yang digambarkan sebagai aktor.
57 Aktor sebagai pengguna sistem memberikan pesan kepada sistem dan sistem akan mengembalikan data. Dalam sequence diagram digunakan beberapa notasi untuk membuat sequence diagram, yaitu: 1. Lifeline atau object lifeline Berupa garis vertical di bawah obyek yang berguna untuk menunjukkan waktu hidup obyek. 2. Object Berupa simbol orang yang berguna sebagai penggambaran pengguna sistem atau sistem yang terotomatisasi. 3. Input Message Berupa garis horizontal yang menggambarkan pesan masukan dari user. 4. Output Message Berupa garis horizontal putus-putus yang menggambarkan keluaran atau hasil dari inputan user.
Gambar 2.13 Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 331) 2.15.7 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 442) user interface merupakan bagian sistem informasi yang membutuhkan imteraksi user untuk menghasilkan input dan output. Input terjadi ketika user mencatat transaksi dengan menggunkan sistem, dan output berupa informasi yang dihasilkan setelah user melakukan query.
58 Menurut Satzinger,
Jackson,
&
Burd (2005: 444-445), “User interface
adalah segala sesuatu dimana user melakukan kontak dengan
menggunakan
sistem.”Tiga aspek daripada user interface adalah : a. Aspek fisik, meliputi device yang disentuh user seperti keyboard, mouse, touchscreen, atau keypad. b.
Aspek peseptual, meliputi segala sesuatu yang dilohat, didengar, atau disentuh (di luar device fisik). Yang dilihat mencakup semua data dan instruksi yang ditampilkan pada layar seperti bentuk, garis, angka, dan kata.
c. Sedangkan yang disentuh merupakan objek seperti menu, kotak dialog, dan tombol pada layar menggunakan mouse. d. Aspek konseptual, meliputi segala sesuatu yang diketahui user tentang cara
menggunakan sistem.
59
2.16 Kerangka Berpikir
Gambar 2.14 Kerangka Berpikir