4
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Gambaran Umum Objek Universitas Bina Nusantara berawal sebagai institut pelatihan komputer jangka
pendek, Kursus Komputer Modern, yang dibentuk pada tanggal 21 Oktober 1974. Sejak awal UBinus (Universitas Bina Nusantara) merupakan suatu lembaga yang baik, yang memiliki visi dan misi yang jelas serta dedikasi pendidikan yang tinggi. Pertumbuhan yang cepat dan minat masyarakat mendorong perkembangan institut pelatihan komputer ini. Sejak 1 Juli 1981, institut ini berkembang dan berubah nama menjadi ATK (Akademi Teknik Komputer). Pada saat itu ATK hanya membuka jurusan Teknik Informatika (Information Technology) dan Manajemen Informasi (Information Management). Tiga tahun berlanjut, pada 13 Juli 1984, ATK diakui oleh pemerintah dan berubah nama lagi menjadi AMIK. Pada 1 Juli 1985, ditambah jurusan baru yang sekarang dikenal sebagai jurusan Komputerisasi Akutansi (Computerized Accounting). AMIK menggunakan nama Bina Nusantara sejak 21 September 1985. Menteri pendidikan saat itu menghadiahi AMIK sebagai Akademi Komputer terbaik sejak 17 Maret 1986, meskipun umur AMIK saat itu masih relatif muda. Bertumbuhnya kebutuhan komputer mendorong AMIK memperkenalkan STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer) Bina Nusantara sejak 1 Juli 1986. Sekolah tinggi ini menawarkan Manajemen Informasi dan Ilmu Komputer berstrata satu (S-1).
5 Pada 9 November 1987, AMIK Bina Nusantara bergabung dengan STMIK Bina Nusantara dan menciptakan Institut tunggal yang menawarkan ijazah D-3 dan S-1. Dan mulai 18 Maret 1982, STMIK Bina Nusantara mulai diakui statusnya. Setelah terus mendapatkan penghargaan STMIK Bina Nusantara membuka program pascasarjana pada jurusan Manajemen Informasi yang pertama di Indonesia pada 10 Mei 1993. Selanjutnya nama Universitas Bina Nusantara (UBinus) disahkan pada 8 Agustus 1996, lalu langsung disahkan oleh pemerintah pasa waktu itu juga. STMIK Bina Nusantara bergabung dalam Bina Nusantara sejak 20 Desember 1998. Saat itu Bina Nusantara telah mempunyai 5 fakultas, yaitu Ilmu Komputer, Ekonomi, Teknik, Sastra, dan Matematika & Statistika, serta Program pascasarjana. UBinus terus berkembang seiring perkembangannya. Salah satunya UBinus membina hubungan baik dengan Curtin University Australia. Pada tahun 1997, dari hasil kerjasama, UBinus membuka program ganda untuk taraf S-1 internasional. UBinus sebagai Universitas Swasta terkemuka di dalam teknologi informasi dituntut berkembang dengan menyediakan fasilitas yang sesuai untuk mahasiswanya. Internet adalah suatu keharusan yang harus dikuasai oleh para mahasiswanya. Maka, pada tahun 1997, UBinus mengembangkan suatau server utama yang menyediakan kebutuhan internet antar Binusian. INDOSAT terpilih sebagai rekan dalam pengadaan kebutuhan informasi ini. Seiring bertambahnya waktu, misi Binus untuk menghasilkan lulusan berkualitas membawa UBinus mendapatkan Sertifikasi ISO 9001 tahun 1997. Komitmen Binus pada mutu mendorong Binus untuk menciptakan manajemen berkualitas pada keseluruhan sistem pembelajaran. Dan perjuangan UBinus selama ini menghasilkan sesuatu sesuai yang diharapkan. Beberapa perusahaan industri komputer, seperti CISCO,
6 Microsoft, Lotus Development Indonesia, Computer Associates, dan lain-lain, menjalin kerja sama dengan Binus sejak 1999. Mereka membantu Binus dalam terciptanya lingkungan teknologi informasi di lingkungan kampus Binus.
2.1.1 Visi dan misi organisasi Visi Bina Nusantara ialah menjadi Perguruan Tinggi swasta yang diterima sebagai panutan dalam pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi di Indonesia, terutama yang terkait dan ditunjang oleh berbagai bentuk penerapan teknologi informasi. Dalam rangka mencapai visi yang digariskan, Bina Nusantara senantiasa akan berupaya untuk melaksanakan misinya, yaitu : d
Menyelenggarakan program-program studi yang menunjang pengembangan dan penerapan Teknologi Informasi dalam berbagai bidang ilmu
d
Menyediakan sarana dan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien, sehingga terbentuk lulusan-lulusan yang bermoral, terampil, dan kreatif
d
Menjaga keterkaitan dan relevansi seluruh kegiatan akademis dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi dan industri Indonesia, serta mengantisipasi semakin maraknya globalisasi kehidupan masyarakat
d
Melangsungkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga Ilmu dan Teknologi yang diberikan selalu mutkhir serta dapat diterapkan secara tepat guna
7 2.1.2
Multi Channel Learning Tuntutan mutu melahirkan perubahan sistem dari institusi perguruan tinggi, yang
berusaha menghasilkan sinergi yang bersifat global pula, melalui kerjasama dengan universitas di luar negeri dan kerjasama daerah. Menjawab tuntutan pasar yang semakin berkembang, kompetisi antar perguruan tinggi tidak dapat dihindarkan lagi. Mutu perguruan tinggi akan dipengaruhi oleh proses pengelolaan perguruan tinggi tersebut, yang berkaitan dengan keinginan pasar, sumber daya manusia dan sumber daya pendanaan yang disediakan, pilihan teknologi yang digunakan, dan sebagainya. Usaha pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang memberikan paradigma baru pengelolaan perguruan tinggi ditandai dengan lahirnya PP 60 tahun 1999 dan PP 61 tahun 1999. Perubahan kebijakan ini dimaksudkan untuk mendukung perubahan paradigma pengelolaan perguruan tinggi yang mengarah pada otonomi, mutu, akuntabilitias, akreditasi, dan evaluasi. Perubahan paradigma baru pengelolaan perguruan tinggi sudah seharusnya diikuti dengan perubahan paradigma pengelola perguruan tinggi dengan menempatkan nilai-nilai profesionalisme didalam sistem dan sasaran kerjanya. Ini dilakukan agar dapat mencapai mutu lulusan yang semakin baik. Dalam usaha mencapai kinerja manajemen perguruan tinggi, maka pengaruh lingkungan organisasi baik langsung maupun tidak langsung harus diperhatikan. Pengaruh lingkungan yang langsung terhadap organisasi perguruan tinggi adalah stakeholder perguruan tinggi yang terdiri atas dosen, staff, pimpinan/manajer, yayasan, mahasiswa, masyarakat dan kompetitor. Interaksi antar stakeholder mempengaruhi tuntutan mutu terhadap perguruan tinggi, seperti interaksi antara mahasiswa/lulusan dengan pemakai lulusan, interaksi dosen dengan pemasok teknologi.
8 Universitas Bina Nusantara (UBiNus) mempunyai lebih dari 22.000 mahasiswa yang terus mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan. Sejak tahun 2001, UBiNus mengembangkan konsep pembelajaran yang diberi nama Multi Channel Learning (MCL) atau biasa dikenal dengan nama Binusmaya dengan tujuan utama untuk memperbaiki budaya belajar mahasiswa dan dosen sehingga mampu menjadi lulusan yang mandiri dan menjadi manusia yang terus belajar. Peningkatan jumlah mata kuliah yang dilaksanakan dengan adanya Binusmaya sudah seharusnya juga diikuti dengan evaluasi ketercapaian tujuan utamanya, yaitu apakah terjadi perubahan pada hasil yang diraih para mahasiswa (dalam hal ini adalah Indeks Pretasi Mahasiswa).
2.1.3
Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah dua kata terpisah yang memiliki arti masing-masing. Kata
Prestasi dan kata Belajar akan diartikan di bawah ini.
2.1.3.1 Pengertian Prestasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), prestasi memiliki arti ‘hasil yang dicapai’ (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Dengan demikian prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan / aktivitas tertentu. Jadi prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu
9 menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik- baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.
2.1.3.2 Pengertian Belajar Pengertian belajar adalah perubahan murid/mahasiswa dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses terjadi secara internal di dalam diri indvidu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru. Agar belajar dapat diperoleh hasil yang baik, mahasiswa harus mau belajar sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu belajar dengan baik dan teratur secara sendiri-sendiri, kelompok dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa, Sehingga
10 minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang menggairahkan. Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan pengalamanpengalaman baru. Dengan belajar individu mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan. Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau prestasi belajar berarti hasil belajar, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru di sekolah, maka prestasi belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 4 , 3,5 , 3 dan seterusnya. Sedangkan pretasi belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya. Dengan kata lain, indeks prestasi adalah penilaian keberkasilan mahasiswa yang dinyatakan dengan nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi.
11 2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan perkerjaan. Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
2.2
Analisis Lintasan Analisis lintasan dapat dipandang sebagai suatu analisis struktural yang
membahas hubungan kausal di antara variabel-variabel dalam sistem tertutup. Apabila suatu model hubungan kausal antara variabel tak bebas Y dan variabel-variabel bebas Xi, untuk i = 1, 2, . . , p, telah dispesifikasikan secara tepat berdasarkan teori yang ada, maka dapat diselidiki hubungan kausal itu dengan menggunakan analisis lintasan. Metode analisis lintasan dikembangkan pertama kali oleh seorang ahli genetika Sewall Wright, di mana pada tahun 1921 melalui artikelnya yang berjudul: "Correlation and Causation", Wright menjelaskan hubungan kausal dalam genetika populasi menggunakan analisis lintasan. Hingga saat ini, makalah yang ditulis Wright pada tahun 1921 masih dipergunakan sebagai dasar permulaan mempelajari analisis lintasan, karena pada dasarnya untuk memahami analisis lintasan hanya membutuhkan pemahaman terhadap analisis regrasi dan korelasi.
12 Di dalam melakukan analisis lintasan, subjek tidak terlepas dari usaha untuk membangun diagram lintasan (path diagram) agar lebih memperjelas uraian yang dikemukakan. Dengan mengkombinasikan diagram-diagram geometrik dan persamaanpersamaan aljabar, maka analisis statistika dalam mempelajari hubungan kausal di antara variabel-variabel menjadi lebih berbobot dalam arti hasilnya menjadi lebih mudah untuk dipahami. Analisis lintasan merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matriks korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas.
2.2.1
Membangun Diagram Lintasan Struktur diagram lintasan merupakan dasar dari analisis lintasan (path analysis),
yaitu prosedur untuk estimasi empiris tentang kuatnya setiap hubungan antara variabel bebas X dengan variabel tak bebas Y. Analisis lintasan menghitung kekuatan hubungan dengan menggunakan hanya satu matriks korelasi atau kovarians (correlation or covariance matrix) sebagai input. Dalam membangun diagram lintasan (path diagram), hubungan antar konstruk ditujukan dengan garis dengan satu anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas dari konstruk ke konstruk lain. Garis dengan dua anak panah menunjukkan hubungan korelasi antar konstruk. Cara membangun diagram lintasan dan persamaan regresinya dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 menunjukkan tiga contoh
13 hubungan. Gambar 2.1a menunjukkan model dua konstruk sederhana yaitu X1 dan X2 sebagai prediktor konstruk Y dengan kurva dua anak panah yang menghubungkan antara X1 dan X2 sebagai pengaruh interkorelasi (multicollinearity).
Hubungan Kausalitas Independen Dependen X1 X2……………………...Y1 Gambar 2.1a
X1
X2
Y1
Hubungan Kausalitas Independen Dependen X1 X2……………………...Y1 X2 Y1……………………...Y2 Gambar 2.1b
X1
X2
Y1
X1 Hubungan Kausalitas Independen Dependen X1 X2……………………...Y1 X2 X3 Y1……………………………..Y2 Y1 Y2……………………...Y3 Gambar 2.1c
Y2
X2
Y1
X3
Y2
Y2
Gambar 2.1 Diagram Lintasan Pada gambar 2.1b ditambahkan satu konstruks dependen yang ke dua yaitu Y2. Sebagai tambahan model dan persamaan dalam gambar 2.1a, ditambah satu persamaan lagi yang melihat hubungan antara X2 dan Y1 terhadap Y2. Disini dapat dilihat keunikan dari model analisis lintasan ketika lebih dari satu hubungan “share” konstruk. Sehingga, ingin diketahui pengaruh X1 terhadap Y1, pengaruh X2 terhadap Y1 dan secara stimultan pengaaruh X2 dan Y1 terhadap Y2. Hubungan ini menjadi lebih kompleks ketika telah memiliki tiga konstruk dependen yang saling berhubungan satu sama lain dan juga berhubungan dengan
14 konstruk independent seperti terlihat pada gambar 2.1c. Dalam hal ini tidak dapat digambarkan semua hubungan kausalitas hanya dengan satu persamaan. Diperlukan persamaan terpisah untuk setiap konstruk dependen.
2.2.2 Membaca Diagram Lintasan Dalam membaca diagram lintasan ada ketentuan yang harus diikuti yaitu diagram jalur tidak boleh maju kemudian mundur, seharusnya mundur dahulu baru maju artinya yang pertama kali dibaca adalah variabel akibat baru variabel penyebab.
X1
X2
Y1
Gambar 2.2 Contoh Diagram Lintasan Perhatikan gambar 2.2, gambar 2.2 di atas dapat dibaca sebagai berikut: a. Hubungan antara X1 dan X2 ke Y merupakan hubungan kausalitas karena panah berkepala satu (hubungan regresi) b. Hubungan antara X1 dan X2 merupakan hubungan korelasi karena panahnya berkepala dua c. Pengaruh yang sifatnya langsung artinya Y ke X1 kembali ke Y d. Pengaruh yang sifatnya tidak langsung artinya dari Y ke X1 melalui X2 kembali ke Y
15 e. Pengaruh yang sifatnya langsung artinya Y ke X2 kembali ke Y f. Pengaruh yang sifatnya tidak langsung artinya dari Y ke X2 melalui X1 kembali ke Y
2.2.3
Membangkitkan Analisis Lintasan dari Model Regresi Pada dasarnya total keragaman (variance total) dari variabel tak bebas Y dalam
model regresi berganda dapat didekomposisikan sebagai berikut: Total keragaman dari Y = A + B + C dimana: A
= proporsi keragaman yang diberikan atau dijelaskan secara langsung oleh koefesien lintasan
B
= proporsi keragaman yang diakibatkan karena adanya korelasi di antara variabel bebas
C
= proporsi keragaman yang diakibatkan adanya galat (error)
Untuk menjelaskan lebih konkret tentang koefesien lintasan, maka dapat dibayangkan bahwa rumusan model regresi linear berganda yang terdiri dari p buah variabel bebas, sebagai berikut:
Y = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + ... + β p X p + ε ………………………….(2.1) dimana: Y
= variabel tak bebas (respons)
16 Xi
= variabel bebas ke-i, untuk i =1,2,…,p
βi
= koefesien regresi parsial tak baku, i = 1,2,….,p
β0
= intersep(konstanta)
ε
= galat(error)
Dengan mengasumsikan bahwa E(ε) = 0 serta asumsi klasik lainnya dalam analisis regresi, maka pendugaan persamaan (2.1) berdasarkan persamaan regresi (2.2) Yˆ = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bp X p ……………………..……..(2.2) Selanjutnya apabila didefinisikan SY sebagai simpangan baku contoh dan variabel tak bebas Y, Sx 1 , Sx 2 , ..., Sx P sebagai simpangan baku contoh dari variabel variabel bebas X1, X2, …, Xp, maka dan persamaan (2.2) dapat dihitung koefisien regresi baku yang sering disebut juga sebagai koefisien beta, sebagai berikut : Bi = bi
S Xi SY
; i = 1,2,...., p ……………………………………...(2.3)
Telah ditunjukkan secara teoritik dalam buku-buku teks (Johnson, 2002) bahwa koefisien lintasan (path coefficient) pada dasarnya adalah serupa dengan koefisien beta (koefisien regresi baku). Dengan demikian, apabila didefinisikan Ci sebagai koefisien lintasan dari variabel baku Xi maka pada dasarnya koefisien Ci dapat dihitung berdasarkan persamaan (2.3). Jadi dalam hal ini berlaku bahwa Pi = Ci. Pada sisi lain, koefisien lintasan dapat juga ditentukan berdasarkan penyelesaian terhadap gugus persamaan simultan dari variabel korelasi antarvariabel bebas. Gugus persamaan simultan yang dimaksud adalah :
17 C1r11 + C2r12 + ….. + Cpr1p = r1y C1r21 + C2r22 + ….. + Cpr2p = r2y
..
..
..
..
..
..
................................(2.4)
C1rp1 + C2rp2 + ….. + Cprpp = rpy Catatan :
rii = rxixi = 1, serta rij = rxixj = rji = rx j x i (i, j = 1, 2, .. ,p) Sistem persamaan simultan (2.4) dapat pula ditulis dalam bentuk matriks, sebagai berikut : ⎡ r11 ⎢r ⎢ 21 ⎢ .. ⎢ ⎣⎢rp1
.. rp 2
.. r1 p ⎤ ⎡ C1 ⎤ ⎡ r1 y ⎤ .. r2 p ⎥⎥ ⎢⎢ C 2 ⎥⎥ ⎢⎢r2 y ⎥⎥ = .. .. ⎥ ⎢ .. ⎥ ⎢ .. ⎥ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥ .. rpp ⎦⎥ ⎣⎢C p ⎦⎥ ⎣⎢ rpy ⎦⎥
RX
C
r12 r22
..........................(2.5)
RY
dimana :
RX
= matriks korelasi antarvariabel bebas dalam model regresi berganda yang memiliki p buah variabel bebas, jadi merupakan matriks dengan elemen-elemen Rxixj (i, j = 1,2,…,p)
C
= vektor koefisien lintasan yang menunjukkan pengaruh langsung dari setiap variabel bebas yang telah dibakukan, Xi , terhadap variabel tak bebas (nilai koefisien lintasan sama dengan koefisien beta atau koefisien regresi baku)
18 RY
= vektor koefisien korelasi antara variabel bebas Xi = 1, 2, . . , p) dan variabel tak bebas Y
Nilai r didapat dari
r=
n ⎛ n ⎞⎛ n ⎞ n∑ xi y i − ⎜ ∑ xi ⎟⎜ ∑ y i ⎟ i =1 ⎝ i =1 ⎠⎝ i =1 ⎠ 2 ⎡ n 2 ⎛ n ⎞2 ⎤⎡ n 2 ⎛ n ⎞ ⎤ ⎢ n ∑ x i − ⎜ ∑ xi ⎟ ⎥ ⎢ n ∑ y i − ⎜ ∑ y i ⎟ ⎥ ⎝ i =1 ⎠ ⎥⎦ ⎢⎣ i =1 ⎝ i =1 ⎠ ⎥⎦ ⎢⎣ i =1
.......................(2.6)
dimana : r
= nilai korelasi dua variabel (variabel pertama dan variabel kedua
n
= jumlah data n
∑x y i =1
i
i
= jumlah perkalian kedua variabel
n
∑x i =1
= jumlah variabel pertama
i
n
∑y i =1
2
n
∑x i =1
i =1
= jumlah variabel pertama yang telah dikuadratkan
i
2
n
∑x
= jumlah variabel kedua
i
i
= jumlah variabel kedua yang telah dikuadratkan
Dengan demikian dapat dipandang r sebagai suatu nilai dugaan bagi koefesien korelasi linear yang sesungguhnya yang berlaku bagi seluruh anggota populasi. Misal dilambangkan koefesien korelasi populasi dengan ρ, maka bila r mendekati nol,
19 cenderung disimpulkan bahwa ρ = 0. Akan tetapi, jika nilai r mendekati +1 atau -1, maka dapat disimpulkan ρ ≠ 0. Menurut Walpole (p373, 1992), H0 biasanya ρ = ρ0. Hipotesis alternatifnya H1 biasanya salah satu dari di antara ρ > ρ0, ρ < ρ0, atau ρ ≠ ρ0. Uji terhadap hipotesis nol bahwa ρ = ρ0 didasarkan pada besaran
1 ⎛1+ r ⎞ ln⎜ ⎟, 2 ⎝1− r ⎠ yang merupakan nilai suatu peubah acak yang menyebar menghampiri sebaran normal dengan nilai tengah
z=
1 ⎛1+ r ⎞ 1 ln⎜ . Sehingga rumusnya menjadi ⎟ dan ragam n−3 2 ⎝1− r ⎠
⎛1 + ρ0 n − 3 ⎡ ⎛1+ r ⎞ ⎟ − ln⎜⎜ ⎢ln⎜ 2 ⎣ ⎝1− r ⎠ ⎝ 1 − ρ0
⎞⎤ ⎟⎟⎥ = ⎠⎦
(1 + ρ 0 ) ⎤ n − 3 ⎡ (1 + r ) − ln ⎢ln ⎥ ……(2.7) 2 ⎣ (1 − r ) (1 − ρ 0 ) ⎦
dan membandingkannya dengan nilai kritik sebaran normal baku. Dan persamaan matriks (2.5), secara mudah dapat ditentukan vektor koefisien lintasan C, sebagai berikut : C = R x−1 RY …………………………………(2.8)
di mana Rx−1 adalah invers matriks R X sedangkan R Y adalah vektor koefisien korelasi antara variabel bebas X i dan variabel tak bebas Y. Berdasarkan uraian yang dikemukakan, diketahui bahwa terdapat dua cara untuk menghitung_koefisien lintasan.Ci, yaitu berdasarkan persamaan (2.3) atau berdasarkan persamaan (2.8). Jika persamaan regresi berganda (2.2) telah
20 diperoleh, maka boleh dihitung koefisien lintasan Ci berdasarkan persamaan (2.3), dimana dalam hal koefisien lintasan Ci sama dengan koefisien regresi baku Bi. Alternatif lain adalah membangun gugus persamaan simultan (2.4) dan menyelesaikan sistem persamaan itu berdasarkan persamaan (2.8). Apabila koefisien lintasan Ci telah diperoleh, maka beberapa informasi penting akan diperoleh berdasarkan metode analisis lintasan, antara lain : a. Pengaruh langsung variabel bebas yang dibakukan, Xi, terhadap variabel tak bebas Y, diukur oleh koefisien lintasan (Ci) b. Pengaruh tidak langsung variabel bebas Xi terhadap variabel tak bebas Y, melalui variabel bebas Xi (melalui kehadiran variabel bebas dalam model), diukur oleh besaran (Cjrij) c. Pengaruh plat (error) atau sisaan (residual), yang tidak dapat dijelaskan oleh model analisis lintasan (pengaruh-pengaruh) yang tidak dapat dijelaskan oleh suatu model dimasukkan sebagai pengaruh galat atau sisaan), diukur oleh besaran : p
C = 1 − ∑ C i riy ; C S = C S2 ………….………….(2.9) 2 S
i =1
Besaran C S2 dalam analisis lintasan adalah serupa dengan besaran 1-R2 dalam analisi regresi berganda dimana keduanya memiliki nilai yang sama besar.
21 2.3
UTAUT Model
Uji kelayakan dan adopsi teknologi seperti technology acceptance model (TAM) yang diperkenalkan Davis pada tahun 1989, theory of reasoned action (TRA) oleh Fishbein dan Ajzen tahun 1975 dan yang terakhir innovation diffusion theory (IDT) oleh Rogers pada tahun 1995 sudah dikembangkan dan diuji. Pada pengembangannya, melalui Venkatash et al. pada tahun 2003 memperkenalkan sebuah model gabungan untuk adopsi dan uji kelayakan teknologi yang diberi nama UTAUT (unified theory of
acceptance and use of technology). 2.3.1
UTAUT Variabel
Pada model teoritis UTAUT (unified theory of acceptance and use of
technology) yang dikemukakan oleh Venkatesh et al. (2003), jenis kelamin, umur, pengalaman, dan sifat penggunaan (wajib atau sukarela), merupakan moderating effect terhadap penggunaan suatu sistem informasi. Sedangkan predictor variabel-nya adalah ekspektasi kinerja atau performance expectancy, ekspektasi usaha atau effort
expectancy,pengaruh sosial atau social influence, dan kondisi pendukung atau facilitating condition. Ekpektasi usaha adalah tingkat kemudahaan yang berhubungan dengan penggunaan suatu sistem (Venkantesh et al., 2003). Variabel tersebut dipersamaansikan berdasarkan 3 konstruk pada model atau teori sebelumnya yaitu persepsi kemudahaan penggunaan (perceived easy of use-PEOU) dari model TAM, kompleksitas dari model of PC utilization (MPCU), dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi. Sedangkan Ekspektasi kinerja adalah tingkat keyakinan individu bahwa menggunakan sistem akan membantunya untuk mencapai kinerja pekerjaannya (Venkantesh et al, 2003). Variabel dalam model UTAUT ini disusun berdasarkan 5
22 kontruk pada model atau teori sebelumnya, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness-PU) dari model TAM, motivasi ekstrinsik, kecocokan pekerjaan, keunggulan relatif, dan ekspektasi hasil. Gefen dan Straub (2000) menyatakan bahwa peranan PEOU sebenarnya lebih kompleks dimana PEOU mengukur penilaian kemudahan penggunaan (perceived easy of use) dan easy of learning dari pengguna teknologi informasi. Jadi PEOU berkenaan dengan motivasi pengguna teknologi yang didasarkan pada penilaian aspek intrinsik dari penggunaan teknologi, misalnya interface dan proses dalam penggunaan teknologinya. Padahal apsek ekstrinsik dari teknologi informasinya (diketahui melalui PU), dalam banyak kasus, merupakan alasan mengapa teknologi baru diadopsi. Pengaruh sosial adalah tingkat persepsi seseorang bahwa pihak lain percaya bahwa dia sebaiknya menggunakan sistem baru (Venkantesh et al., 2003). Pengaruh sosial merupakan faktor penentu terhadap tujuan perilaku dalam menggunakan teknologi informasi, yang direpresentasikan sebagai norma subyektif dalam TRA, TAM, TPB, faktor sosial dalam MPCU, serta citra dalam teori difusi inovasi. Sedanngkan kondisi pendukung (facilitating condiotions) adalah tingkat keyakinan individu bahwa prasarana organisasi dan teknis tersedia untuk mendukung penggunaan sistem (Venkantesh et al., 2003). Variabel ini didasarkan pada 3 konstruk pada model atau teori sebelumnya yaitu persepsi pengendali perilaku pada TPB, kondisi pendukung pada MPCU, dan kompatibilitas pada teori difusi inovasi. Kondisi pendukung dalam penggunaan komputer tersebut dapat mempengaruhi pemanfaatan sistem (Thompson, 1991) di dalam Venkatesh et al. (2003). Sedangkan Anderson dan Schwager (2004) menjelaskan empat kondisi pendukung yaitu (1) ketersediaan sumber daya, (2) pengetahuan yang memadai untuk menggunakan teknologi, (3) kesesuaian dengan
23 sistem lain yang telah digunakan, dan (4) ketersediaan orang atau sekelompok orang yang bisa membantu pada saat menghadapi kesulitan penggunaan sistem Sebagian hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa hubungan PEOU dan PU serta pengaruhnya terhadap penggunaan komputer adalah berbeda-beda tergantung motivasi pengguna komputer dan sifat dari pekerjaan yang menggunakan komputer tersebut. Model teoritis dan hipotesis selengkapnya disajikan pada gambar berikut. 1 2 3
Ekspektasi Kinerja
H1 H4 1
4
2
3
1 2 3
Ekspektasi Kinerja
H2
H5 H8
Behavioral Intention
4
H11
H9 H6 1 2 3
H12
H3 Pengaruh Sosial
Actual Use
4
1 2 3
H7
H10
Kondisi Pendukung
4
Jenis Kelamin
Usia
Pengalaman
Kewajiban Penggunaan
Gambar 2.3 UTAUT Model
2.4
Rekayasa Piranti Lunak
2.4.1
Definisi Piranti Lunak
Software Engineering adalah disiplin ilmu yang mengintegrasikan metoda, alat bantu dan prosedur untuk pengembangan software komputer (Pressman, 1992). Sejumlah paradigma yang berbeda untuk software engineering telah diajukan, tiap-tiap
24 paradigma menunjukkan kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi semuanya merupakan serangkaian langkah yang umum (software life cycle).
2.4.2
Paradigma Rekayasa Piranti Lunak
Menurut http://ilmukomputer.com/umum/yanti-uml.php, rekayasa piranti lunak adalah penetapan dan pengunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam rangka mendapat
software yang ekonomis, efisien pada mesin (komputer). Software engineering meliputi 3 elemen kunci: a.. Metode-metode (metodologi) Merupakan
sekumpulan
metode
untuk
melaksanakan
setiap
tahap
pengembangan perangkat lunak. Teknik “how do’s” membangun software yang meliputi: 1. Perencanaan proyek dan estimasi 2. Analisis persyaratan sistem dan estimasi 3. Desain struktur data 4. Arsitektur program dan prosedur algoritma 5. Coding 6. Testing 7. Maintenance b. Perangkat bantu (tools) Perkakas (CASE tools) untuk dipergunakan pada proses perkembangan piranti lunak.CASE (Computer Aided Software Engineering) mengkombinasikan
25
software, hardware, software engineering database (suatu stuktur data yang berisi informasi penting tentang analisis, design, code dan testing). c. Prosedur Merupakan penggabungan metoda dan alat bantu. Ada beberapa paradigma yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk perancangan piranti lunak, salah satunya adalah paradigma model Waterfall.
Gambar 2.4 Waterfall Model Penjelasan-penjelasan bagan siklus hidup model Waterfall : a. Requirements Definition Jasa, kendala dan tujuan dihasilkan dari konsultasi dengan pengguna sistem. Kemudian semuanya itu dibuat dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh user dan staf pengembang. b. System and Software Design Proses desain sistem membagi kebutuhan-kebutuhan menjadi sistem perangkat lunak atau perangkat keras. Proses tersebut menghasilkan sebuah arsitektur sistem keseluhan. Desain perangkat lunak termasuk menghasilkan
26 fungsi sistem perangkat lunak dalam bentuk yang mungkin ditransformasi ke dalam satu atau lebih program yang dapat dijalankan. c. Implementation and Unit Testing Selama tahap ini desain perangkat lunak disadari sebagai sebuah program lengkap atau unit program. Uji unit termasuk pengujian bahwa setiap unit sesuai spesifikasi. d. Integration and System Testing Unit program diintegrasikan dan diuji menjadi sistem yang lengkap untuk menyakinkan bahwa persyaratan perangkat lunak telah dipenuhi. Setelah ujicoba, sistem disampaikan ke pengguna. e. Operation and Maintenence Jika aplikasi tersebut telah sesuai, akan diberikan kepada pengguna tetapi selama penggunaan tersebut akan terjadi penyesuaian dan perubahan sesuai dengan keadaan yang diinginkan, sehingga membutuhkan perubahan terhadap aplikasi tersebut.
2.5
Diagram Alir (Flow Chart)
Menurut Roger S.Pressman (2002) flowchart atau diagram alir merupakan urutan semua proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam sebuah sistem. Flowchart atau yang juga disebut diagram alir (bagan alir) secara gambar sangatlah sederhana. Sebuah kotak digunakan untuk mengindikasikan suatu langkah pemrosesan. Diamond (belah ketupat) merepresentasikan suatu kondisi logis, dan anak panah memperlihatkan aliran kontrol.
27
Tugas
Kondisi
pertama
T
F Bagian
Tugas
Bagian then
else
berikutnya
aliran
if − then
− else
Gambar 2.5 Konstruksi flowchart Kontruksi flowchart di atas merupakan sebagian dari seluruh pemrosesan yang digambarkan dengan suatu kondisi dalam proses. Pada gambar kontruksi flowchart di atas, urutan direpresentasikan sebagai dua kotak pemrosesan yang disambungkan dengan sebuah garis (anak panah) kontrol. Kondisi yang juga disebut sebagai if-then-else digambarkan sebagai diamond keputusan yang bila bernialai true akan menyebabkan pemrosesan bagian then, dan bila false akan menyebabkan dikerjakannya bagian else.
2.6
Database Management System (DBMS)
Menurut Connolly (2002), database merupakan sekumpulan data yang berhubungan secara logical dan deskripsi dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.
28 Metode yang digunakan untuk mengakses database dalam aplikasi ini adalah DBMS (Database Management System) dengan model RDBMS (Relational Database
Management System). Menurut Connoly (2002), DBMS adalah sistem piranti lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke dalam suatu database, dimana dengan kata lain, seluruh akses ke database harus melalui DBMS. Sementara RDBMS merupakan pengembangan dari DBMS yang menitik-beratkan kepada hubungan atau relasi di dalam database. DBMS memiliki fitur Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation
Language (DML). DDL memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk mendefiniskan database, sementara DML memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk melakukan operasi insert, update, delete, dan retrieve data dari database. DBMS menyediakan akses terkontrol kepada database, dengan keamanan, integritas, concurrency dan recovery control. DBMS juga menyediakan suatu mekanisme tampilan untuk memudahkan data yang akan digunakan oleh pengguna. Beberapa keuntungan dalam menggunakan pendekatan database antara lain pengendalian terhadap redundansi data (duplikasi data), konsistensi data, pembagian data, dan keamanan dan integritas yang lebih baik. Tetapi beberapa kerugian dari pendekatan ini antara lain adanya kompleksitas, biaya yang mahal, dan performansi yang berkurang.
29 2.7
Unified Modelling Language (UML)
Unified Modelling Language (UML) adalah suksesor dari gelombang metode OOA/D yang berkembang di awal 1990. Saat itu terdapat banyak pengguna metode OOA/D menghadapi masalah sebab belum tersedia sebuah modelling language yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, sehingga terdapat berbagai method yang digunakan tanpa standar dan keseragaman tertentu. UML sebagian besar menggabungkan metodemetode dari Booch (yang mempunyai metode yang baik dalam fase perancangan dan konstruksi dari pembuatan proyek), Rumbaugh (Object Modelling Technique/OMT, yang sangat berguna dalam analisis dan sistem informasi dengan data intensif), dan Jacobson (Object-Oriented Software Engineering/OOSE, yang menyediakan dukungan
use case untuk mengetahui kebutuhan requirement, analisis, dan perancangan highlevel), serta metode-metode lain, seperti Fusion, Shlaer-Mellor, dan Coad-Yourdon. UML melalui sebuah proses standarisasi dengan OMG (Object Management Group) dan sekarang adalah sebuah standar OMG. UML adalah sebuah modelling language, dan bukan sebuah method. Sebagian besar method, paling tidak dalam prinsipnya, terdiri dari sebuah modelling language dan sebuah proses. Modelling language adalah notasi (terutama grafikal) yang digunakan
method untuk mengekspresikan rancangan. Proses adalah nasihat atas langkah – langkah apa yang perlu diambil dalam menjalankan sebuah rancangan. UML memiliki dua tipe diagram, yaitu struktural dan behavioural. Diagram struktural menggambarkan bagian statik dari sistem, sementara diagram behavioural menggambarkan bagian dinamik dari sistem. Diagram behavioural diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam diagram interaksi dan state diagram.
30 Diagram struktural dibedakan menjadi beberapa diagram seperti yang disebutkan dibawah ini: a. Class Diagram, menggambarkan hubungan antar objek. b. Object Diagram, adalah objek dan hubungan sebagai pencerminan dari
prototipe. c. Component Diagram, adalah komponen dan hubungan yang mengilustrasikan implementasi sistem. d. Deployment Diagram, konfigurasi waktu kerja dari node dan objek yang memiliki node.
Diagram behavioural terdiri dari beberapa diagram, yaitu: a. Use case Diagram. Diagram ini digunakan untuk mengorganisasikan use case dan behaviour (sifat). b. Sequence Diagram. Diagram ini menggambarkan waktu urutan message dan object lifeline. c. Collaboration Diagram, menggambarkan waktu urutan message dan organisasi objek dalam interaksi. d. Activity Diagram, menggambarkan arus kerja dari aktivitas, difokuskan pada operasi yang dilewatkan antar objek. e. Statechart Diagram. Merupakan diagram yang menggambarkan life cycle dari objek sebagai perubahan dari satu state ke state lain, dibangkitkan oleh message.
31 Untuk perancangan ini, tipe UML yang penulis gunakan antara lain:
a. Use case Diagram Use Case adalah sekumpulan skenario yang menghubungkan antara user dan sistem. Actor adalah sebuah role yang dimainkan seorang user terhadap sistem. Use Case Diagram adalah kumpulan dari use case dan actor serta hubungannya. Sedangkan gambaran besar yang merupakan gabungan dari seluruh use case diagram yang terdapat di dalam sebuah sistem disebut System
Level Use Case.
UseCase1
Actor1
Actor2
Gambar 2.6 Use Case Diagram
b. Sequence Diagram Sequence diagram adalah sebuah interaction diagram yang menekankan pada urutan waktu penyampaian dari suatu pesan yang menggambarkan interaksi antara sistem dan lingkungannya. Sequence diagram tidak menampilkan hubungan antara peran atau asosiasi antar objek. Sequence diagram memiliki dua dimensi yaitu dimensi vertical yang merepresentasikan waktu dan dimensi horizontal yang merepresentasikan objek yang berbeda.
32
Object1
Object2
Message1
Gambar 2.7 Sequence Diagram
c. Activity Diagram Merupakan sebuah diagram yang menggambarkan urutan dari aktivitasaktivitas di dalam sistem. Activity diagram digunakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas yang memiliki conditional behavior dan parallel behavior.
ActionState1
ActionState2 [No]
[Yes]
Gambar 2.8 Activity Diagram
33
Notasi atau simbol yang digunakan dalam activity diagram antara lain: 1. Titik hitam yang merupakan awal proses 2. Segi empat bersudut tumpul yang menggambarkan tugas yang harus dilakukan 3. Panah merupakan trigger atau pemicu aktivitas 4. Garis datar berwarna hitam yang disebut sebagai sychronization bar, melukiskan aktivitas-aktivitas yang dapat berjalan paralel 5. Wajik atau diamond yang merupakan aktivitas pengambilan keputusan 6. Bola hitam dalam lingkaran putih melambangkan akhir proses.