BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Peremajaan Kota
2.1.1 Pengertian Menurut Djoko Sujarto (Sujarto, 1985:2), peremajaan kota dapat dilihat dalam tiga lingkup, yaitu : 1. Peremajaan kota sebagai suatu proses 2. Peremajaan kota sebagai suatu fungsi 3. Peremajaan kota sebagai suatu program Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan upaya peremajaan pada suatu lingkungan (Danisworo, 1988:8-13) yaitu : 1.
Redevelopment Redevelopment atau pembangunan kembali, adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana pada sebagian atau seluruh kawasan tersebut yang telah dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Biasanya, dalam kegiatan ini terjadi perubahan secara struktural terhadap peruntukan lahan, profil sosial ekonomi, serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur intensitas pembangunan baru.
2.
Gentrifikasi Gentrifikasi merupakan upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya peningkatan kualitas bangunan atau lingkungannya tanpa menimbulkan perubahan berarti terhadap struktur fisik kawasan tersebut.
3.
Rehabilitasi Pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsure-unsur kawasan kota yang telah mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi, sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
4.
Preservasi Merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan lingkungan pada kondisinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakannya.
5.
Konservasi
13
14
Merupakan upaya untuk melestarikan, melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu tempat, seperti kawasan dengan kehidupan budaya dan tradisi yang mempunyai arti, kawasan dengan kepadatan penduduk yang ideal, cagar budaya, hutan lindung dan sebagainya. 6.
Resettlement Resettlement adalah proses pemindahan penduduk dari lokasi pemukiman yang sudah tidak sesuai dengan peruntukannya ke lokasi baru yang sudah disiapkan sesuai dengan rencana permukiman kota.
2.2
Redevelompent
2.2.1 Definisi Redevelopment Pembangunan kembali suatu kawasan atau lingkungan permukiman dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan atau lingkungan permukiman yang telah dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagi. 2.2.2 Teori Redevelopment Menurut Prof. Danisworo redevelopment atau pembangunan kembali, adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana pada sebagian atau seluruh kawasan tersebut yang telah dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Biasanya, dalam kegiatan ini terjadi perubahan secara struktural terhadap peruntukan lahan, profil sosial ekonomi, serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur intensitas pembangunan baru. 2.2.3 Fungsi Redevelopment Dari pengertian yang sudah ada, maka fungsi redevelopment adalah: •
Memberikan vitalitas baru
•
Meningkatkan vitalitas yang ada
•
Menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar
Tujuan utama dari proses redevelopment yaitu agar wilayah yang diremajakan tersebut dapat menyumbangkan kontribusi yang lebih positif kepada kehidupan kota baik dilihat dari segi ekonomi, social, budaya, maupun fisik (visual). 2.3
Permukiman Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
15
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bagunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Kawasan pemukiman didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, tempat bekerja yang memberi pelayanan dan kesempatan kerja terbatas yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan terstuktur yang memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Jaringan primer prasarana lingkungan adalah jaringan utama yang menghubungkan antara kawasan pemukiman atau antara kawasan pemukiman dengan kawasan lainnya. Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di dal am satu satuan lingkungan pemukiman. Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan, rekreasi dan olah raga, pertamanan, pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan pemukiman, meliputi jaringan air
16
bersih, listrik, telepon, gas, transportasi, dan pemadam kebakaran. Utilitas umum membutuhkan pengelolaan profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha. 2.3.1 Sifat Pemukiman 1. Pemukiman/perkampungan tradisional 2. Perkampungan darurat 3. Perkampungan kumuh ( slum area ) 4. Pemukiman transmigrasi 5. Perkampungan untuk klpok2 khusus 6. Pemukiman baru 2.3.2 Jenis-jenis Pemukiman Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis antara lain: a. Pemukiman Perkampungan Tradisional Perkampungan seperti ini biasa nya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatn seperti kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air limbah di sembarang tempat sehingga terdapat genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit menular. b. Perkampungan Darurat Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditampatkan dipernkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan baantuan dan makanan pakaian dan obat obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan lain lain. Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga kemungkina penjalaran penyakit akan mudah terjadi. c.
Perkampungan Kumuh (Slum Area) Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu
perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Umumnya ingin
17
mencari kehidupan yang lebih baik, mereka bekerja di toko-toko, di restoranrestoran, sebagai pelayan dan lain lain. sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka banyak diantara mereke manjadi orang gelandangan, Di kota umumnya sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oleh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar) d. Pemukiman Transmigrasi Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang/kurang penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani bercocok tanam dan lain lain) disamping itu jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi orang-orang (penduduk) yang transmigrasi akibat di tempat aslinya seiring dilanda banjir atau sering mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi. Ditempat ini mereka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani (bercocok tanam) oleh pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya e.
Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus Perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dan
diperuntukkan bagi orang-orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah dirancanakan. Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalankan tugas. setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing masing. contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olah raga nasional ) Perkampungan orang -orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain f.
Perkampungan Baru (real estate) Pemukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja sama dengan
pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya di lokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan pemukiman). Ditempat ini biasanya keadaan
18
kesehatan lingkunan cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih , baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor) atau pun air PAM/PDAM, sistem pembuangan kotoran dan iari kotornya direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan samphnya di koordinir dan diatur secara baik. Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dll) yang dibangun dekat dengan tempat tempat pelayanan masyarakat seperti poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain lain. Jenis pemukiman seperti ini biasanya dibangun dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas. Rumah-rumah tersebut dapat dibeli dengan cara di cicil bulanan atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. contoh pemukiman spirit ini adalah perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak dibangun sampai ke daerah-daerah. Untuk di daerah–daerah (kota) yang sulit untuk mendapatkan tanah yang luas untuk perumahan, tetapi kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta membangun rumah tipe susun atau rumah susun (rumah bertingkat) seperti terdapat di kota metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini ada yang dapat dibeli secara cicilan atau disewa secara bulanan. 2.3.3 Unsur-unsur Pemukiman a.
Penduduk / Warga / Perkumpulan orang-orang atau manusia Orang-orang yang berada di dalamnya terikat oleh aturan-aturan yang berlaku
dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinyu. Suatu daerah tempat tinggal biasanya dipimpin oleh seseorang b.
Rumah Rumah adalah tempat berlindung dari segala macam gangguan yang dapat diisi
oleh keluarga yang merupakan unsur terkecil dari masyarakat. c.
Sarana fisik Sarana tersebut digunakan untuk mendukung aktivitas serta kepentingan
penduduk agar dapat terus berjalan dan hidup. 2.3.4 Sarana dan Prasarana Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
pemukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah
19
dan sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Jaringan primer prasarana lingkungan adalah jaringan utama yang menghubungkan antara kawasan pemukiman atau antara kawasan pemukiman dengan kawasan lainnya. Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di dal am satu satuan lingkungan pemukiman. Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan, rekreasi dan olah raga, pertamanan, pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan pemukiman, meliputi jaringan air bersih, listrik, telepon, gas, transportasi, dan pemadam kebakaran. Utilitas umum membutuhkan pengelolaan profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha. 2.3.5 Persyaratan Perumahan dan Pemukiman Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992). 2.3.6 Aspek Lingkungan Pemukiman Ada 2 (dua) aspek lingkungan pemukiman yang harus diperhatikan adalah fasilitas lingkungan dan prasarana lingkungan.: 1. Fasilitas Lingkungan : -
Fasilitas pendidikan
-
Fasilitas kesehatan
-
Perbelanjaan
-
Rekreasi dan kebudayaan
20
-
Olah raga
-
Lapangan terbuka
2. Prasarana lingkungan : -
Jalan
-
Saluran air minum
-
Saluran air hujan
-
Pembuangan sampah
-
Jaringan listrik
-
Masalah Pemukiman di Indonesia
2.3.7 Pola Permukiman Penduduk Dilihat dari bentuknya, pola atau peta persebaran permukiman menurut Bintarto dapat dibedakan sebagai berikut. A. Bentuk Pemukiman Mengelilingi Fasilitas Tertentu Bentuk pemukiman ini berada di dataran, mengolah dan memiliki fasilitas umum berupa mata air, waduk, danau, dan lain-lain.
Gambar 7. Bentuk Pemukiman Mengelilingi Fasilitas Tertentu Sumber : http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/01/pola-permukiman-penduduk.html diakses pada 29 september 2015
B. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Alur Sungai Bentuk permukiman ini umumnya terdapat di daerah/plain yang susunan desanya mengikuti jalur-jalur arah sungai. C. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya Penyebaran permukimannya di kanan kiri jalur jalan raya. Pada masa kini manusia lebih senang memilih pola mengikuti jalan raya.
21
Gambar 8. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya Sumber : http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/01/pola-permukiman-penduduk.html diakses pada 29 september 2015
D. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Garis Pantai Permukiman ini umumnya berada di pesisir laut. Penduduk di daerah ini sebagian besar bermata pencaharian di sektor perikanan.
Gambar 9. Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Garis Pantai Sumber : http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/01/pola-permukiman-penduduk.html diakses pada 29 september 2015
E. Bentuk Permukiman Terpusat Bentuk permukiman yang memusat umumnya terdapat di desa, yaitu pada wilayah pegunungan dan dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan yang sama. Biasanya semua warga masyarakat di daerah itu adalah keluarga atau kerabat. Dusun-dusun yang terdapat di desa yang bentuknya terpusat biasanya sedikit, yaitu sekitar 40 rumah.
22
Gambar 10. Bentuk Permukiman Terpusat Sumber : http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/01/pola-permukiman-penduduk.html diakses pada 29 september 2015
2.4
Sustainable Urban Drainage Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air.Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004). Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan.Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka diperlukan suatu perancangan drainase yang berfilosofi bukan saja aman terhadap genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air (Sunjoto, 1987). Metode konservasi air yakni sebagai berikut: (Arsyad, 2006) 1. Metode vegetatif : pengelolaan lahan miring menggunakan tanaman untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah 2. Metode mekanik : pengelolaan lahan dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi 3. Metode kimia : pemanfaatan soil conditioner dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tetap resistensi terhadap erosi. Fungsi drainase ialah sebagai media pembuangan air di permukaan secara langsung dan cepat ke sungai. Metode ini menimbulkan berbagai permasalahan karena perbedaan siklus dengan metode alami. Sedangkan pada SUDS, sistem drainase menyerupai siklus alami. Oleh sebab itu, sistem drainase yang paling cocok
23
diterapkan ialah sistem drainase yang berkelanjutan, prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004). Sustainable Urban Drainage Systems merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering digunakan dalam perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni: terasering buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan erosi. (CIRIA, 2000) Beberapa media yang harus diterapkan ke dalam perancangan SUDS, sebagai berikut : Terasering buatan Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan.
Gambar 11. Terasering buatan Sumber : Ferina, Cynthia. (2013). Permukiman Padat Dengan Metode SUDS Di Stren Kali Pesanggrahan. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Kolam dan lahan basah Merupakan kolam buatan sebagai tempat penampungan air sementara untuk mengontrol kuantitas dan kualitas air buangan dan air untuk resapan tanah, serta bermanfaat sebagai habitat akuatik.
24
Gambar 12. Kontruksi Kolam dan Lahan Basah untuk SUDS Sumber : Ferina, Cynthia. (2013). Permukiman Padat Dengan Metode SUDS Di Stren Kali Pesanggrahan. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Saluran filtrasi Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan berdaya serap ini mengisi ruang-ruang kosong di bawah permukaannya
.Gambar 13. Model Saluran Filtrasi Sumber : Ferina, Cynthia. (2013). Permukiman Padat Dengan Metode SUDS Di Stren Kali Pesanggrahan. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
25
Permukaan berdaya serap. Media ini mengalirkan air langsung ke dalam bawah tanah dan tidak memperbolehkan adanya air di permukaan tanah kecuali dalam keadaan hujan deras.
Gambar 14. Potongan Permukaan Berdaya Serap Sumber : Ferina, Cynthia. (2013). Permukiman Padat Dengan Metode SUDS Di Stren Kali Pesanggrahan. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Permasalahan-permasalahan dalam perencanaan drainase perkotaan : Banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu dipertimbangkan secara matang dalam perencanaan suatu sistem drainase yang berkelanjutan. Perencanaan tidak hanya disesuaikan dengan kondisi sekarang namun juga untuk masa yang akan datang. Dalam perencanaan drainase perkotaan tidak lepas dari berbagai masalah yang perlu ditangani secara benar dan menyeluruh. Permasalahan-permasalahan Drainase Perkotaan antara lain: a) Peningkatan debit Perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola penggunaan lahan, yang diekspresikan dalam koefisien pengaliran yang bervariasi antara 0,10 (hutan datar) sampai 0,95 (perkerasan jalan). Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan jalan bisa meningkatkan debit puncak banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana drainase yang ada menjadi tidak mampu menampung debit yang meningkat tersebut.
26
b) Penyempitan dan pendangkalan saluran Peningkatan
jumlah
penduduk
yang
sangat
pesat
mengakibatkan
berkurangnya lahan untuk saluran drainase. Banyak pemukiman yang didirikan di atas saluran drainase sehingga aliran drainase menjadi tersumbat. Selain itu, sampah penduduk juga tidak jarang dijumpai di aliran drainase, terutama di daerah perkotaan. Hal ini karena kesadaran penduduk yang rendah terhadap kebersihan lingkungan. c) Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Hal ini dapat dilihat dari seringnya dijumpai tiang listrik atau pipa air bersih di tengah saluran drainase, yang berakibat terganggunya kelancaran aliran di drainase itu sendiri. Selain itu, seringkali penggalian saluran drainase tidak sengaja merusak prasarana yang sudah ada atau yang ditanam dalam tanah. Biasanya kesalahan ini terjadi karena tidak adanya informasi yang akurat mengenai prasarana tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut tidak dapat diatasi tanpa peran aktif masyarakat itu sendiri. Dalam skala yang lebih kecil kita dapat turut berperan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan membuat sumur resapan. 2.5
Studi Banding Lamb Drove, R esidential SuDS scheme, Cambourne
Gambar 15. Lamb Drove, Residential SuDS scheme, Cambourne Sumber : susdrain.org diakses pada 12 oktober 2015
27
Gambar 16. Lamb Drove, Residential SuDS scheme, Cambourne Sumber : susdrain.org diakses pada 12 oktober 2015
Lamb Drove telah dipilih sebagai proyek (pada Januari 2004) butuh lebih dari dua tahun untuk merancang dan kemudian menginstal sistem. Royal Haskoning dipekerjakan sebagai konsultan drainase dan bimbingan mereka untuk membantu merancang skema SUDS di Lamb Drove. Gambar diatas menggambarkan proposal SUDS awal yang dikembangkan untuk Lamb Drove. Ini jelas menunjukkan berbagai komponen SUDS (paving permeable, sengkedan, penahanan basin dll). Skema dan komponen yang di pilih berasal dari topografi tapak dan pola drainase pra-pembangunan, yang menjamin dua rute banjir darat utama melalui tapak tersebut. Berbagai komponen SUDS yang digunakan untuk menunjukkan teknik yang berbeda akan penerapannya. Langkah-langkah itu meliputi: •
Water Butts
•
Permeable Paving
•
atap hijau
•
Sengkedan
•
strip penyaring
•
penahanan dan lahan basah cekungan
•
retensi kolam
28
Redevelompent kawasan bencana longsor di Telaga Sari, Balikpapan Daerah Telagasari ini merupakan daerah permukiman padat di kota Balikpapan, kecamatan Balikpapan tengah dan kelurahan Gunungsari Ilir. Di daerah ini banyak terdapat berbagai rumah permanen dan semi permanen, dan memiliki sloop curam dari 30 sampai 90 derajat. Curah hujan yang cukup tinggi mengakibatkan daerah ini berpotensi bencana longsor. Selanjutnya solusi untuk kawasan Telagasari ini yaitu Recovery, Reconstruction, Redevelopment. Peningkatan pembangunan kawasan tersebut antara lain: 1. Membangun dinding penahan pada tanah agar tidak terjadi longsor. 2. Perbaikan sistem drainase kawasan tersebut. 3. Menambah kolam-kolam atau danau buatan untuk menampung limbah air kemudian di salurkan ke drainase kawasan tersebut. 4. Perbaikan infrastruktur.
Gambar 17. Redevelopment kawasan Telagasari Sumber: http://www.irbnet.de/daten/iconda/CIB_DC25399.pdf diakses pada 7 september 2015
Gambar 18. Gubahan massa Sumber: http://www.irbnet.de/daten/iconda/CIB_DC25399.pdf diakses pada 7 september 2015
29
Kesimpulan Meredevelopment kawasan dengan metode SUDS atau Sustainable Urban Drainage System terbagi beberapa komponen di dalamnya yaitu Water Butts, Permeable Paving, Atap Hijau, Sengkedan/ terasering, strip penyaring, Penahanan dan Lahan basah, Kolam Penampungan. Semua itu termasuk dalam komponen SUDS. Kemudian untuk pengembangan huniannya sendiri di kawasan yang padat penduduk menggunakan hunian vertikal dan terdapat fasilitas-fasilitas penunjang di dalamnya. Hunian vertikal sangat mendukung untuk ketersediaan unit hunian dengan jumlah penduduk sekitar yang di pindahkan dan ruang terbuka hijau. Lingkungan yang sebelumnya padat dan minim penghijauan akan menjadi hunian yang tertata rapih dan layak huni serta asri akan banyaknya penghijauan.
30
2.6
Kerangka Berpikir JUDUL
REDEVELOPMENT PERMUKIMAN PADAT DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE DI TANJUNG SANYANG
LATAR BELAKANG MASALAH Kepadatan penduduk yang menimbulkan dampak terhadap drainase sungai ciliwung
Permasalahan
TUJUAN
Redevelopment kawasan Tanjung Sanyang untuk menciptakan bangunan yang layak huni dan mengendalikan banjir
1.
Berapa peil banjir maksimum yang ada di lapangan ?
2.
Bagaimana desain redevelopment dengan metode SUDS ?
ANALISA Analisa Lingkungan dan Tapak, Analisa Manusia, Analisa Bangunan, dan Analisa Potensi Terhadap SUDS.
KESIMPULAN Hasil analisa berupa bahan-bahan untuk masuk ke tahap perancangan.
SKEMATIK DESAIN
PERANCANGAN
Gambar 19. Kerangka Berpikir