BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah kumpulan dari komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Menurut Romney dan Steinbart (2006, p4) sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem biasanya tersusun atas subsistem yang lebih kecil, dimana masing-masing melakukan fungsi spesifik yang penting dalam rangka mendukung sistem yang lebih besar. Menurut Wilkinson et al (2000, p6), Sistem adalah sekelompok bagian yang berinteraksi dalam suatu kesatuan yang berfungsi bersama untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem terdiri dari berbagai komponen atau subsistem yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk menerima masukan, memproses dan menghasilkan keluaran untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2. Informasi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p5), informasi adalah data yang telah diolah dan diproses supaya memiliki arti.
9 Menurut McLeod dan Schell (2007, p9), informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya. Biasanya informasi memberitahu user apa yang belum diketahui sebelumnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi berasal dari data dan disajikan dalam bentuk yang berguna bagi pemakainya. Dimana data menurut Romney dan Steinbart (2006, p5) adalah fakta – fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sistem informasi. Beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan dalam perusahaan antara lain : a. Fakta mengenai aktivitas yang terjadi b. Sumber daya – sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas tersebut c. Orang – orang yang berparsitipasi dalam aktivitas tersebut.
Untuk menjadi informasi yang bermanfaat bagi penggunanya, maka informasi tersebut harus memiliki beberapa karakteristik. Menurut Romney dan Steinbeart (2006, p6), karaktristik tersebut meliputi : a. Relevan Informasi dinilai relevan apabila ia dapat mengurangi ketidakpastian, meningkatkan kemampuan pengambil keputusan untuk memprediksi dan memperbaiki harapan. b. Akurat Informasi dinilai akurat apabila informasi tersebut terbebas dari kesalahan atau bias, serta mewakili aktivitas perusahaan secara tepat.
10 c. Lengkap Informasi dinilai lengkap apabila tidak mengabaikan aspek penting dari aktivitas yang sedang diukur. d. Tepat waktu Informasi dinilai tepat waktu apabila informasi tersebut dihasilkan tepat pada saat dibutuhkan. e. Dapat dimengerti Informasi dinilai dapat dimengerti apabila disajikan dalam bentuk yang dapat digunakan oleh pemakainya. f. Dapat diverifikasi Apabila dua orang yang memiliki pengetahuan yang sama secara terpisah menghasilkan informasi yang sama, maka berarti infroamsi tersebut dinilai dapat diverifikasi. g. Dapat diakses Informasi harus dapat diakses pada saat dibutuhkan dan dalam bentuk yang dapat digunakan.
2.3. Sistem Informasi Berdasarkan pengertian sistem dan informasi yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengubah data menjadi informasi yang bermakna bagi pemakainya. Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi
11 dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut Moscove et al (2001, p6), sistem informasi adalah sekelompok subsistem yang saling berhubungan yang bekerja bersama untuk mengumpuljan, memproses, menyimpan, mengubah dan mendistribusikan informasi untuk merencanakan, memutuskan dan mengendalikan. Berdasarkan pengertian diatas, sistem informasi terdiri dari kesatuan sumberseumber daya yang dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.
2.4. Sistem Informasi Akuntansi 2.4.1.
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi terdiri atas 3 istilah, yaitu sistem, informasi dan akuntansi. Menurut Wilkinson et al. (2000, p5) : .......accounting may be viewed as financial information needed for the overall functioning of an entitiy (such as a business firm). Akuntansi dalam sistem informasi akuntansi bisa dikaitkan dengan segala informasi yang berkaitan dengan keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Informasi adalah pengetahuan yang bermakna dan dapat berguna bagi orang yang berhubungan. Sedangkan sistem adalah kesatuan dari komponen – komponen yang saling berinteraksi dan berfungsi secara bersama untuk mencapai suatu tujuan. Apabila disatukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu struktur kesatuan yang terdiri atas sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk
12 mengubah data menajdi informasi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi penggunanya (Wilkinson et al, 2000, p7). Pengertian lain yang diungkapkan oleh Rama dan Jones (2006, p5), sistem informasi akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, bersama informasi lainnya yang diperoleh dalam proses transaksi akuntansi yang rutin. Menurut Bodnar dan Hoopwood (2001, p6), sistem informasi akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi, tetapi istilah sistem informasi akuntansi diperluas mencakup siklus – silkus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang mengolah data dari transaksi akuntansi dan keuangan menjadi informasi yang berguna bagi penggunanya.
2.4.2. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson et al (2000,p8), tujuan dari sistem informasi akuntansi antara lain sebagai berikut : •
Mendukung operasi sehari – hari.
•
Mendukung pengambilan keputusan oleh pengambil keputusan internal.
•
Memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan jabatan
13 2.4.3. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi juga memiliki fungsi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi seperti yang diungkapkan oleh Wilkinson et al (2000,p10). Fungsi – fungsi tersebut meliputi : a. Pengumpulan data Fungsi pengumpulan data (berlangsung selama tahap input) meliputi langkah – langkah seperti menangkap data transaksi, menyimpan data, serta melakukan validasi dan perbaikan untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya. b. Pemeliharaan data Fungsi pemeliharaan data (berlangsung selama tahap pemrosesan) meliputi
klasifikasi,
menyalin,
menyaring,
mengumpulkan,
menggabungkan, menghitung, meringkas dan membandingkan data. c.
Manajemen data Fungsi manajemen data meliputi 3 (tiga) langkah yaitu : menyimpan, memelihara dan memperbaiki.
d. Pengendalian data Tujuan dasar pengendalian data adalah menjaga keamanan harta perusahaan, termasuk data serta meyakinkan proses penangkapan dan pemrosesan data berjalan akurat dan benar. e. Penghasil informasi Fungsi penghasil informasi meliputi menggartikan, melaporkan dan mengkomunikasikan informasi.
14 2.4.4. Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Rama dan Jones (2006, p6), kegunaan sistem informasi akuntansi antara lain adalah : a. Menghasilkan laporan eksternal. Perusahaan
menggunakan
sistem
informasi
akuntansi
untuk
menghasilkan laporan – laporan spesial untuk memenuhi kebutuhan penanam modal, kreditur, petugas pajak, pemerintah dan lain – lain. b. Mendukung aktivitas rutin Manajer memerlukan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasional rutin selama siklus operasional perusahaan. c. Pengambilan keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk menunjang pengambilan keputusan yang tidak rutin. d. Perencanaan dan pengendalian Sistem informasi dibutuhkan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas sebaik mungkin. e. Implementasi pengendalian internal. Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kehilangan atau kecurangan.
15 2.4.5. Peran Sistem Informasi Akuntansi dalam Penambahan Nilai (Value) dalam Perusahaan Menurut Romney dan Steinbart (2006, p12), Sistem Informasi Akuntansi menambah nilai dengan menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga aktivitas utama perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sistem informasi akuntansi yang baik dapat melakukan hal sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya dari barang dan jasa Contohnya, sistem informasi akuntansi dapat mengawasi mesin sehingga operator dapat diperingatkan secepatnya apabila kinerja menjauh dari batas yang diterima. b. Meningkatkan efisiensi Sistem informasi akuntansi yang baik dapat membuat operasi menjadi lebih efisien dengan menghasilkan informasi yang tepat waktu. c. Membagi pengetahuan Sistem informasi akuntansi yang baik mempermudah penyebaran pengetahuan dan keahlian, dalam rangka meningkatkan operasi dan keunggulan kompetitif. d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasokan Sistem informasi akuntansi mempermudah hubungan akses antara perusahaan, pelanggan dan pemasok. e. Meningkatkan struktur pengendalian internal Keamanan, pengendalian dan privasi adalah isu penting dalam masa kini. Sistem informasi akuntansi dengan struktur pengendalian
16 internal yang sesuai akan melinsungi sistem dari kecurangan, kesalahan dan sebagainya. f. Meningkatkan pengambilan keputusan Sistem informasi yang baik, dapatmeningkatkan kualitas informasi itu sendiri. Sehingga, kualitas pengambilan keputusan juga semakin baik.
2.4.6. Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), ada 5 komponen sistem informasi akuntansi, yakni : a. People, yang mengoperasikan sistem dan mengadakan berbagai fungsi. b. Prochedure,
secara
manual
maupunterotomatisasi,
termasuk
mengumpulkan, memproses dan menyimpan data mengenai aktivitas organisasi. c. Data, mengenai proses bisnis organisasi. d. Software, yang digunakan untuk memproses data organisasi. e. Information Technology Infrastructure, termasuk komputer, peralatan periperal, dan peralatan komunikasi jaringan.
2.5. Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas. 2.5.1. Penjualan Menurut IAI, seperti pada Standar Akuntansi Keuangan (2007, pasal 23), penjualan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk
17 menyebabkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontriburi penanaman modal. Menurut Warren et al (2002, p231), revenue from merchandise sales is usually identified in the ledger as sales. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah segala transaksi yang melibatkan penjual dan pembeli atas perpindahan poduk.
2.5.2. Piutang Usaha Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p295), piutang dagang adalah uang yang terutang oleh konsumen atas barang yang telah dijual atau jasa yang diberikan kepadanya. Menurut Horngren et al (2002, p187), piutang merupakan sejumlah uang yang dihutangkan kepada perusahaan oleh pelanggannya sebagai haril dari pengiriman barang atau jasa. Piutang itu merupakan suatu perjanjian untuk menerima kas dari pelanggan, dimana perusahaan telah menjual atau menyerahkan jasanya kepada pelanggan tersebut. Jadi, sistem informasi akuntansi piutang usaha adalah sistem informasi akuntansi yang mengendalikan segala hal mengenai piutang dagang.
2.5.3. Kas dan Setara Kas Menurut IAI seperti pada Standar Akuntansi Keuangan (2007, pasal 2). Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
18 pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Menurut Weygandt et al (2005, p326), Kas terdiri atas koin, mata uang (uang kertas), cek, permintaan uang, uang di tangan dan simpanan di bank atau penyimpanan sejenisnya. Aturan umumnya adalah apabila bank menerima sesuatu sebagai simpanan, maka hal tersebut tergolong uang. Penerimaan kas datang dari berbagai sumber; penjualan tunai, pelunasan piutang dari pelanggan, penerimaan bunga, sewa dan dividen, investasi pemilik, pinjaman bank dan penjualan aktiva tetap. Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kas meliputi koin, uang kertas, cek dan segala sesuatu yang dapat dijadikan simpanan di bank, serta bersifat likuid dan mudah dipertukarkan.
2.6. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas 2.6.1. Dokumen – dokumen yang berkaitan dengan Sistem Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas Menurut Wilkinson et al (2000, p419), Dokumen – dokumen yang biasa digunakan dalam perusahaan dagang dalam sistem penjualan antara lain : a. Customer Order, yaitu purchase order dari pelanggan atau formulir yang disiapkan oleh karyawanan bagian penjualan. b. Sales Order, yaitu formulir salinan yang disiapkan dari customer order.
19 c. Order acknowledgment, yaitu salinan dari sales order yang dikirim ke pelanggan sebagai pemberitahuan penerimaan pemesanan. d. Picking list, yaitu salinan sales order atau dokumen terpisah yang dikirim ke gudang untuk mengambil barang yang dipesan. e. Packing slip, yaitu salinan dari sales order atau picking list yang diikutsertakan dengan barang ketika dibungkus untuk dikirim. f. Billing of lading, yaitu dokumen yang berasal dari agen pengiriman. g. Shipping notice, adalah dari salinan sales order atau dokumen terpisah yang membuktikan bahwa barang telah dikirim. h. Sales invoice, adalah dokumen yang dikirim ke pelanggan yang berisi jumlah penjualan. i. Remittance advice, adalah dokumen yang menunjukan jumlah kas yang diterima dari pelanggan. j. Deposit slip, adalah dokumen yang dilampirkan saat penyetoran kas bank. k. Back order, adalah dokumen yang dipesiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak mencukupi sales order. l. Credit memo, adalah dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan akibat sales retur. m. Credit application, adalah formulir yang dipersiapkan ketika pelanggan baru mengajukan kredit. n. Salesperson call report, adalah formulir yang digunakan untuk menggambarkan penjualan yang dilakukan tenaga penjual atau pelanggan potensial.
20 o. Delinquent notice, adalah catatan yang dikirim ke pelanggan untuk memberitahu jatuh tempo piutang. p. Write-off notice, adalah dokumen yang disiapkan manajer kredit ketika piutang tidak tidak tertagih. q. Cash register recepit, formulir yang digunakan pengecer untuk mencatat kas yang diterima.
2.6.2. Prosedur yang berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas. Penjualan terdiri dari 2 jenis, yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Menurut Wilkinson et al (2006, p422), sistem penjualan kredit dan piutang terdiri dari 3 proses, yaitu : a. Order entry Setap customer order dimasukan ke sistem pada saat tenaga penjual menerima pesanan. Data bisa didapat dari customer order, maupun dari telepon. Kemudian, sistem akan melakukan validasi terhadap data sekaligus memeriksa apakah persediaan cukup. Sehingga, apabila persediaan tidak cukup, sistem dapat langsung menjalankan fungsi back order. Sistem juga akan melakukan program pemeriksaan limit kredit dengan membandingkan antara jumlah limit kredit dengan saldo piutang ditambah dengan penjualan yang akan segera dilakukan. Apabila pemesanan diterima, maka sistem akan mencetak order acknowledgement dan picking list. b. Shipping
21 Setelah barang dipersiapkan sesuai dengan picking list, maka selanjutanya barang akan dikirim. Pada saat pengiriman, karyawan gudang akan menghitung jumlah dan mencocokannya dengan picking list. Sistem akan menghasilkan packing slip, bill of lading dan shipping notice. c. Billing Setelah barang dikirim, maka proses selanjutnya adalah pencetakan invoice, pendebitan saldo pelanggan, pengurangan jumlah inventori, penutupan sales order, pembuatan file invoce dan penyesuaian pada ledger. Selain 3 prosedur utama diatas, Wilkinson et al (2006, p428) menyebutkan 3 prosedur tambahan dalam sistem penjualan, yakni : a. Preparing Analyses and Reports Di penghujung hari, invoice register dan account receivable summary dicetak. Invoice register adalah daftar transaksi penjualan, yang berisi data kunci mengenai tiap sales invoice yang disiapkan selama satu hari. b. Handling Sales Return and Allowances Sales return muncul ketika pelanggan tidak puas dan mengirim kembali barang yang telah dipesan. Sales allowances adalah penyesuaian harga kepada pelanggan sebagai kompensasi atas barang yang rusak. Sedangkan credit memos disiapkan sebagai formalisasi perjanjian. c. Processing Back Orders Back order diperlukan ketika kuantitas persediaan tidak mencukupi pesanan pelanggan. Proses back order meliputi persiapan
22 formulir back order, yang berisi nama pemesan, nomor pemesanan, kuantitas dan tanggal. Wilkinson et al (2006, p428) juga menyebutkan ada 5 prosedur yang terlibat dalam sistem penerimaan kas, yang meliputi : a. Remittance Entry Pada tahap ini, kasir akan mengumpulkan semua checks dan mencocokan dengan remmitance advice yang diterima, kemudian menjumlahkan semua checks yang diterima. Kemudian remmitance list, yang berisi daftar remmitance advice secara keseluruhan dibuat. b. Depositing Receipts Salah satu salinan dari remmitance list dikirim ke kasir yang akan membandingkan dan merekonsiliasi. Kemudian, kasir ini akan membuat deposit slip dan cash receipt transaction listing (journal). Setelah itu, barulah semua checks yang disetorkan ke bank. c. Posting Receipts Sebelum memperbaharui data pelanggan, kasir harus melakukan koreksi atas cash receipt transaction listing (journal). d. Preparing Analysis and Reports Pada penghujung hari ringkasan piutang dicetak. Ringkasan ini berisi total piutang beserta dengan totalpenerimaan kas yang diperoleh pada hari tersebut. e. Collecting Delinquent Accounts Pada saat pembayaran belum diterima, perusahaan biasanya mengirimkan dokumen untuk melakukan penagihan pada pelanggan.
23 2.6.3. Prosedur Retur Penjualan Menurut Hall (2001, p179), biasanya pelanggan mengembalikan barang karena alasan sebagai berikut : • Penjual salah mengirimkan barang • Barang rusak • Barang rusak dalam pegiriman • Penjual terlambat mengirimkan barang Berikut ini adalah prosedur retur penjualan menurut Hall (2001, p179), yaitu : • Receiving Department Ketika barang dikebalikan, bagian penerimaan akan membuat slip pengembalian barang. Barang akan dikembalikan ke gudang dengan tembusan slip pengembalian sedangkan tembusan lainnya akan diberikan pada departemen penjualan. • Sales Department Setelah menerima slip pengembalian, bagian penjualan akan menyiapkan credit memo. Dokumen ini berfungsi untuk mengotorisasi pengkreditan pada akun pelanggan. • Credit Department Manajer kredit akan mengevaluasi kembai status kredit pelanggan • Billing Department Setelah menerima credit memo, departemen ini akan mencatat retur pada jurnal dan mengurangi jumlah tagihan.
24 • Inventory Control and AR Department Bagian ini akan menysuaikan kembali jumlah persediaan dan jumlah piutang. • General Ledger Department Bagian ini akan menyesuaikan jurnal persediaan, harga pokok produksi dan piutang.
2.6.4. Laporan – laporan yang berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas. Ada beberapa jenis laporan yang menjadi output dari sistem informasi akuntansi penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas. Menurut Wilkinson et al (2006, p437), laporan yang berkaitan dengan sistem tersebut antara lain : a. Monthly Statement Adalah daftar dari semua sales invoice untuk pelanggan, meliputi informasi pelanggan, piutang, sales invoice dan penerimaan kas. b. Open Order Report Adalah daftar suatu daftar yang berisi sales order yang belum dikirim dan ditagih. c. Sales Invoice Register Adalah daftar yang berisi semua sales invoice, diurutkan berdasarkan nomor sales invoice. d. Shipping Register
25 Adalah daftar yang berisi semua pengiriman yang dilakukan, diurutkan berdasarkan tanggal pengiriman. e. Cash Receipt Journal Adalah suatu daftar yang berisi semau penerimaan kas secara kronologis. f. Credit Memo Register Adalah suatu daftar yang berisi pengembalian barang.
2.5.7
Kebutuhan Informasi yang berhubungan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas. Manajemen perusahaan membutuhkan informasi yang tepat waktu dan akurat supaya bisa memberikan respon terhadap keadaan dan mengambil keputusan yang tepat. Menurut Romney dan Steinbart (2006, p382), data operasional perlu dapat melakukan hal – hal seperti di bawah ini : a. Respon terhadap data pelanggan, seperti saldo piutang dan status pesanan b. Memutuskan apa perlu memperpanjang batas kredit untuk pelanggan tertentu c. Menentukan ketersediaan barang d. Memilih metode untuk mengirim barang. Sedangkan untuk informasi sekarang dan historis diperlukan manajemen untuk mengambil keputusan strategis seperti : a. Menentukan harga barang dan jasa b. Menentukan kebijakan yang berhubungan dengan retur barang dan garansi
26 c. Memutuskan mengenai ketentuan pemberian kredit d. Menentukan kepentingan peminjaman jangka pendek e. Merencanakan perluasan pasar baru.
2.7. Syarat Pemberian Kredit Menurut Munawir (2004, p235), pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat – syarat bank teknis; yang terkenal dengan 5 C, yaitu : a. Character Bank mencari data tentang sifat – sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban finansiilnya. b. Capacity Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. c. Capital Ini menunjukkan posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio finansiilnya dan penekanan pada kombinasi tangible net worth-nya. d. Collateral Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan bank.
27 e.
Condition Bank harus melihat kondisi ekonolo secara umum serta kondisi pada sektor usaha si peminta kredit. Menurut Romney dan Steinbart (2006, p360), limit kredit untuk setiap
pelanggan ditetapkan berdasarkan histori kredit pada waktu lampau dan kemampuan pelanggan untuk membayar. Pemeriksaan limit kredit dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah harga pesanan yang dilakukan ditambah dengan saldo piutang sebelumnya dengan batas kredit yang diberikan. Menurut Hall (2001, p187), Departemen kredit adalah titik otorisasi pemrosesan pesanan. Departemen ini bertugas memastikan segala aplikasi yang mendukung kebijakan kredit perusahaan dan berfokus pada penentuan kredit bagi pelanggan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002, p236), pada umumnya, manajer keuangan langsung mengawasi piutang dagang melalui keterlibatannya dalam pengelolaan : •
Kebijakan kredit, suatu penentuan dalam penyeleksian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit.
•
Kebijakan penagihan, pendekatan perusahaan untuk mengelola setiap aspek piutang dagang sangat dipengaruhi oleh kondisi persaingan. Sundjaja dan Barlian (2002, p237) juga menyebutkan bahwa perusahaan
dapat membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan dapat berhutang kepada perusahaan. Angka kredit (credit scoring) berhubungan dengan penetapan standar kredit dan analisa kredit untuk membuat keputusan kredit. Angka kredit merupakan
28 prosedur yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukut keseluruhan kemampuan si peminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata – rata data keuangan dan karakteristik kredit. Angka kredit biasa digunakan oleh perusahaan yang memiliki operasi kredit yang besar. Berikut Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 ini adalah contoh perhitungan angka kredit dan standar angka kredit yang dijelaskan oleh Sundjaja dan Barlian (2002, p239). Tabel 2.1. Perhitungan Angka Kredit
Perhitungan Angka Kredit Karakteristik Keuangan & Kredit Referensi kredit Kepemilikan rumah Tingkat pendapatan Riwayat pembayaran Lamanya dialamat terakhir Lamanya dipekerjaan terakhir
Angka (0 s/d 100) (1) 80 100 70 80 80
Bobot yang ditentukan (2) 0.15 0.15 0.25 0.25 0.10
90 Total
Bobot angka [(1)x(2)] (3) 12.00 15.00 17.50 20.00 8.00
0.10 1.00 Angka kredit
9.00 81.50
Sumber : Sundjaja dan Barlian (2002, p239) Tabel 2.2. Standar Angka Kredit
Standar Angka Kredit Angka Kredit > 75 65 - 75
Tindakan Dapat diberi kredit
Dapat diberi kredit tetapi terbatas; jika pelaksanaannya baik setelah satu tahun dapat diberikan kredit sesuai standar kredit < 65 Ditolak Sumber : Sundjaja dan Barlian (2002, p239)
29 2.7.1.
Standar Kredit Menurut Sundjaja dan Barlian (2002, p240), Standar Kredit (credit standards) adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Untuk
mendapatkan gambaran bagaimana pengambilan
keputusan atas standar kredit maka harus memahami variabel utama yang akan dipertimbangkan, antara lain : a. Volume Penjualan (unit) atau Hasil Penjualan (rupiah). Jika standar kredit diperlonggar volume penjualan diharapkan meningkat dan hasil penjualan meningkat. b. Investasi pada Piutang Makin tinggi investasi pada piutang makin besar biaya investasinya. Jika standar kredit diperlonggar volume piutang perusahaan meningkat demikian pula biaya investasinya. c. Biaya Piutang Ragu – ragu Jika standar kredit diperlonggar, probabilitas atau resiko dari perolehan piutang ragu – ragu akan meningkat.
2.7.2.
Kebijakan Penagihan Piutang Dagang Kebijakan penagihan (collection policy), adalah sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang saat jatuh tempo. Jika diasumsikan bahwa tingkat piutang ragu – ragu yang disebabkan oleh kebijakan kredit adalah relatif konstan, maka peningkatan biaya penagihan atas piutang ragu – ragu dapat mengurangi piutang ragu – ragu.
30 2.8. Sistem Pengendalian Internal 2.8.1. Prinsip – prinsip Pengendalian Untuk mengamankan aset dan meyakinkan keakuratan dari data – data akuntansinya, sebuah perusahaan harus menerapkan beberapa prinsip pengendalian yang spesifik. Menurut Weygandt et al (2005, p321), prinsip – prinsip pengendalian meliputi : a. Estabilishment of Responsibility Pengendalian akan menjadi sangat efektif apabila hanya satu orang yang bertanggung jawab untuk satu tugas. Hal ini dimaksudkan supaya penelusuran mudah dilakukan. b. Segregation of Duties Pemisahan tanggung jawab sangat perlu dilakukan supaya antar satu karyawan dengan karyawan yang lalin dapat saling mengevaluasi.
Aplikasi
dari
pemisahan
tanggung
jawab
mencakup dua hal : •
Aktivitas – aktivitas yang berhubungan harus ditugaskan kepada dua orang yang berbeda.
•
Tugas
pencatatan
aset
harus
dipisahkan
dari
tugas
penyimpanan fisik aset. c. Documentation Procedures Beberapa prosedur harus diterapkan dalam dokumen. Misalnya, setiap dokumen harus diberi nomor atau dokumen sumber untuk akuntansi harus diteruskan ke bagian akuntansi.
31 d. Physical, Mechanical, and Electronic Controls Contohnya, penggunaan brankas dengan kode rahasia, alarm anti pencuri, penggunaan password untuk komputer dan sebagainya. e. Independent Internal Verification Untuk memaksimalkan keuntungan dari verifikasi, maka :
• Verifikasi harus dilakukan secara periodik maupun secara tiba – tiba.
• Verifikasi harus dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki hubungan kepentingan dengan orang yang bertanggung jawab atas informasi tersebut.
• Temuan verfifikasi harus dilaporkan kepada tingkat manajemen
yang
berwenang
mengambil
tindakan
perbaikan. g. Other Controls • Menjamin perlindungan pada karyawan yang menangani uang tunai • Merotasi tugas karyawan atau memberikan cuti pada karyawan.
2.8.2. Komponen Pengendalian Internal Pada tahun 1992, The Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mengeluarkan Internal Control – Integrated Framework yang mendefinisikan pengendalian internai dan memberikan pedoman untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal dalam sebuah perusahaan,
32 Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), COSO’s Internal Control memiliki 5 (lima) komponen yang saling berhubungan. Kelima komponen tersebut digambarkan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Lima komponen COSO’s Internal Control Komponen Control Environment S u mControl Activities b e r Risk Assessment : R o mInformation and n Communication e y d Monitoring a n Steinbart (2006, p196)
Gambaran Unsur utama dalam sebuah perusahaan adalah orangdengan atribut individualnya, termasuk integritas, nilai etika dan kompetensi - dan lingkungan dimana mereka bekerja. Prosedur dan kebijakan pengendalian harus dibuat dan dijalankan untuk meyakinkan aktivitas yang diidentifikasi manejemen adalah penting untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif. Perusahaan harus waspada dengan resiko yang dihadapinya. Perusahaan ahrus membuat suatu mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengatur resiko - resiko yang berhubungan. Di sekitar aktivitas pengendalian adalah sistem komuniaksi dan informasi yang memperbolehkan perusahaan untuk menangkap dan menukar informasi yang dibutuhkan untuk mengadakan, mengatur dan mengendalikan operasinya. Proses keseluruhan harus diawasi, dan modifikasi dibuat seperlunya, sehingga sistem dapat bereaksi secara dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi yang berlaku.
Menurut Wilkinson et al (2000, p268), COSO juga mengklasifikasikan pengendalian menjadi dalam pemrosesan system informasi dua jenis, yaitu : •
General Controls General Controls adalah pengendalian yang meliputi aktivitas yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi dan sumber daya. Beberapa pengelompokan General Controls antara lain :
33 o Organizational controls Struktur organisasi menjadi suatu bentuk pengendalian karena dapat menspesifikasi hubungan antara karyawan. Oleh karena itu, penting mempertimbangkan pembagian tugas dalam menyusun struktur organisasi. o Documentation controls Documentation terdiri atas manual prosedur dan gambaran mengenai operasi sistem informasi akuntansi. Dokumentasi sangat penting dalam pengendalian internal karena dapt membantu karyawan memahami kebijakan dan prosedur perusahaan. o Asset accountability controls Asset accountability controls dapat membantu untuk meyakinkan bahwa asset telah dinilai dengan sebagaimana mestinya dalam catatan akuntansi. o Management practice controls Bermacam-macam pengendalian umum diperlukan untuk menangani resiko yang berkaitan dengan manajemen, termasuk praktik dan kebijakan sumber daya manusia, komitmen pada kompetensi, praktik perencanaan, praktik audit dan pengendalian operasional dan manajemen. o Information center operations controls Pengendalian ini meliputi pengendalian sistem berbasis komputer dan dapat dibagi menjadi prosedur operasi komputer dan pemeriksaan perangkat lunak dan perangkat keras komputer.
34 o Authorization controls Otorisasi dilakukan sebelum pemrosesan berjalan. Ada otorisasi umum, yang menyediakan kondisi standar dimana transaksi diterima dan dieksekusi. Sedangkan otorisasi khusus terjadi pada kejadian khusus. o Access controls Meliputi penggunaan password, perlindungan fisik, back-up file dan sebagainya.
•
Application Controls Application Controls adalah pengendalian yang berhubungan dengan pemrosesan system akuntansi spesifik atau transaksi tertentu. o Input controls Pengendalian masukan dapat mendeteksi kesalahan pada data yang akan dimasukan ke dalam sistem. o Processing controls Processing controls adalah pengendalian pada pemrosesan transaksi untuk menjaga agar proses berjalan dengan akurat dan lengkap. o Output controls Keluaran yang dihasilkan oleh sistem harus lengkap, reliable dan didistribusikan ke penerima yang sesuai.
35 2.8.3. Ancaman dan Pengendalian yang berhubungan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas Menurut Romney dan Steinbart (2006, p376), Sistem informasi akuntansi yang baik harus memiliki pengendalian yang cukup untuk memastikan bahwa tujuannya tercapai. Tujuan tersebut meliputi :
Semua transaksi harus diotorisasi
Semua transaksi yang dicatat harus valid
Semua transaksu yang valid dan akurat harus disimpan
Semua transaksi harus disimpan secara akurat
Aset harus dilindungi dari kehilangan atau kecurangan
Aktivitas perusahaan harus dilaksanakan dnegan efektif dan efisien Namun, Romney dan Steinbart (2006, p377), juga menjabarkan
ancaman – ancaman yang mungkin terjadi pada Sistem Informasi Akuntansi. Ancaman dan pengendalian pada Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Ancaman dan Pengendalian pada Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas Process / Activity Threat Applicable control Prochedure Sales order entry 1 Incomplete or inaccurate Data entry edit customer orders checks 2
Credit sales to customers with poor credit
Credit approval by credit manager, not by sales function; accurate records of
36 customer account balances
Shipping
Billing and accounts receivable
3
Legitimacy of orders
4
Stockouts, carrying cash, and markdowns
5
Shipping errors: Wrong merchandise Wrong quantities Wrong address
6
Theft of inventory
7
Failure to bill customers
8
Billing errors
Signatures on paper documents; digital signatures and digital certificates for e-business Inventory control systems; sales forecasts; periodic physical inventory counts Reconsilition of sales order with picking ticket and packing slip; bar code scanners; Data entry application controls Restrict physical access to inventiory; Documentation of all internakl transfers of inventory; periodic physical counts of inventory and reconsiliation of counts with recorded amounts Separation of shipping and billing functions; Prenumbering of all shipping documents and periodic reconciliation with invoices; reconciliation of picking tickets and bills of lading with sales orders Data entry edit controls Price lists
37 9
Posting errors in updating account receivable
Cash collections
10
theft of cash
General conrol issues
11
Loss, alteration, or unauthorized disclosure of data
12
Poor performance
Sumber: Romney dan Steinbart (2006, p377)
Reconciliation of subsidiary account receivable ledger with general ledger; monthly statement to customers Segregation of duties; minimization of cash handling; lockbox arrangement; prompt endorsement and deposit of all cash receipt Periodic reconciliation of bank statement with records by someone not involved in cash receipt processing Backup and disaster recovery prochedures; access controls (physical and logical); proper systems configuration; encryption; data transmission controls Preparation and review of performance reports
38 2.9. Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Menurut Pandiangan (2002, p284), Pajak Pertambahan Nilai, yang dikenal dengan singkatan PPN merupakan pajak di Indonesia yang dikelola Direktorat Jendral Pajak Departemen Keuangan, mulai berlaku sejak 1 April 1985. Berdasarkan UU PPN No. 18 Tahun 2000, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dipungut atas pertambahan nilai suatu barang kena pajak yang emrupakan barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Undang – undang Republik Indonesia mengatur mengenai Pajak Pertambahan Nilai pada UU RI No. 8 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang – undang Nomor 11 Tahun 1994 dan Undang – undang Nomor 18 Tahun 2000. Dalam Pasal 1 ayat ke-17, menyebutkan bahwa dasar pengenaan PPN adalah harga jual, pengantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang. Dalam pasal 25 disebutkan juga bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau ekspor Barang Kena Pajak. Dalam Pasal 7 disebutkan bahwa Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen). Menurut Ilyas dan Burton (2004, p83), Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Karena Undang-undang PPN tidak menyebutkan secara jelas siapa-
39 siapa yang termasuk subjek PPN, maka berdasarkan Pasal 18 Undang – undang PPN mengenai ketentuan peralihan, maka beberapa contoh subjek PPN yaitu : •
Pabrikan
•
Importir
•
Indentor
•
Agen utama atau penyalur utama
•
Pedagang besar
•
Eksportir
•
Dan lain - lain Ilyas dan Burton (2004, p88) juga menyebutkan bahwa Objek PPN adalah
penyerahan atau kegiatan yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Ada 6 kegiatan yang ditegaskan dalam Undang-undang PPN, yaitu : • Penyerahan Barang kena Pajak di dalam Daerah Pabean yan dilakukan oleh pengusaha; • Impor Barang Kena Pajak • Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh pengusaha; • Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean; • Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean. • Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
40 UU PPN No. 18 Tahun 2000 pasal 13 ayat (1), menyebutkan, dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu wajib memungut pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak. Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan Faktur Penjualan. Faktur Pajak dapat berupa Faktur Pajak Standar, Faktur Pajak Sederhana, dan dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Berdasarkan
PERPERATURAN
DIREKTUR
JENDERAL
PAJAK
NOMOR PER - 159/PJ./2006, ditetapkan peraturan tentang saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara penyampaian, dan tata cara pembetulan Faktur Pajak Standar. Pada Pasal 1, disebutkan bahwa Faktur Pajak adalah bukti pungutan Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang paling sedikit memuat keterangan tentang : a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; f. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
41 g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Pada Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor: Per-159/ PJ./2006, Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat: a. pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; b. pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak; c. pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; d. pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau e. pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
42 2.10. Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Menurut Mathiassen et al (2000, p13), tujuan dari pengembangan sistem berdasarkan analisis dan design objek adalah untuk menciptakan gambaran dari system requirement dan membangun dasar implementasi sistem. •
Object Menurut Mathiassen et al (2000, p4), “Object is an entitiy with identity, state and behaviour.” Objek adalah suatu kesatuan dengan identitas, status dan tingkah laku. Identitas objek membedakan antara satu objek dengan objek lainnya. Identitas suatu objek juga mengekspresikan bagaimana onjek lain dapat mengenali dan mengaksesnya. Dalam analisis, objek dipergunakan untuk membantu pemahaman system context. Dalam design, objek digunakan untuk menggambarkan sistem itu sendiri
•
System Definition Menurut Mathiassen et al (2000, p24), System definition : A concise description of a computerized system expressed in natural language. System definition adalah gambaran umum suatu sistem terkomputerisasi dalam bahasa yang mudah dimengerti atau bahasa sehari – hari. System definition menggambarkan konteks sistem, informasi apa yang ada didalamnya, fungsi apa yang menunjangnya, dimana penggunannya dan bagaimana aplikasi kondisinya.
•
Rich Picture
43 Menurut Mathiassen et al (2000, p26), Rich picture is an informal drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation. Rich picture
adalah
gambaran
tidak
formal
yang
mewakili
pengertian
penggambarnya terhadap suatu situasi. Rich picture memfokuskan aspek penting dari situasi. •
FACTOR Criterion Menurut Mathiassen et al (2000, p39), kriteria FACTOR meliputi 6 (enam) elemen, yakni :
Functinality, yaitu fungsi sistem yang mendukung tugas application domain.
Application
domain,
yaitu
bagian
dari
organisasi,
yang
mengadministrasi, mengawasi dan mengendalikan problem domain.
Conditions, yaitu kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
Technology,
meliputi
teknologi
yang
digunakan
untuk
mengembangkan sistem dan teknologi dimana sistem akan diimplementasikan.
Objects, adalah objek utama dalam problem domain.
Responsibility, adalah tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam konteks.
44 Menurut Mathiassen et al (2000, p14), OOA&D meliputi 4 (empat) pandangan melalui 4 (empat) aktivitas pokok, yang meliputi Problem-domain Analysis, Application-domain Analysis, Component Design dan Architectural Design. Hubungan keempat aktivitas tersebut terdapat pada Gambar 3.1.
ProblemDomain Analysis
Model
Requirement For use
ApplicationDomain Analysis
Component Design
Specifications of architecture
Architectural design
Gambar 2.1. Aktivitas Pokok OOAD Sumber: Mathiassen et al (2000, p15) 2.10.1. Problem Domain Analysis Menurut Mathiassen et al (2000, p45), Problem Domain : that part of context than administrated, monitored, or controlled by a system. Problem Domain Analysis adalah bagian dari konteks yang diadministrasi, diawasi dan dikendalikan oleh sistem. Analisis ini berfokus pada informasi seperti apa yang harus dihasilkan oleh sistem. Analisis problem domain dimulai dari system
45 definitions. Aktivitas dalam problem domain analysis diwakili oleh gambar berikut :
System definition
Behaviour
Classes
Structure
Model
Gambar 2.2. Aktivitas Problem Domain Analysis Sumber : Mathiassen et al (2000, p46) a. Classes Menurut Mathiassen et al (2000, p53), Class : A description of objects sharing structure, behavioural pattern, and attributes. Class adalah gambaran dari sekumpulan objek yang memiliki struktur, pola tingkah laku dan atribut yang sama. Class digunakan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain. Aktivitas classes menghasilkan event table. Contoh event table dapat dilihat pada Tabel 2.5 Tabel 2.5 di bawah mewakili hubungan antara class dan event. Menurut Mathiassen (2000, p51), event : an instantaeous incident involving one or more
46 object. Event adalah aktivitas atau proses yang dilakukan atau dialami oleh objek. Tanda centang mengindikasikan adanya hubungan antara class dan event. Tabel 2.5 Contoh Event Table untuk Hair Salon System Classes Event Reserved Cancelled Trated Employed Resigned Graduated Agreed
Customer √ √ √
Assistant √ √
Apperentice
√ √
√ √ √ √
√
Appointment √ √ √
Plan √
√
Sumber: Mathiassen (2000, p50) b. Structure Menurut Mathiassen et al (2000, p336), ”Structure adalah hubungan antara class dengan object pada problem domain secara keseluruhan.” Structure bertujuan untuk menggambarkan hubungan terstruktur antara classes dan object dalam problem domain. Hasil dari aktivitas structure adalah class diagram dengan classes dan structure. Menurut Mathiassen et al (2000, p72), Structure dalam Class dibagi menjadi 2 (dua) jenis : o Generalization Structure, yang merupakan hubungan antara 2 atau lebih Class yang spesifik dengan Class yang lebih umum. Contoh struktur generalisasi dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah. Gambar tersebut menjelaskan bahwa Passenger Car terdiri atas Taxi dan Private Car. o Cluster Structure, yang merupakan sekumpulan class yang membantu menghasilkan gambaran problem domain. Contoh pengelompokan class dalam cluster disajikan pada Gambar 2.3 di bawah ini.
47
Passenger Car
Taxi
Private Car
Gambar 2.3 Generalization Structure Sumber: Mathiassen et al (2000, p73)
Gambar 2.4 Cluster Structure Sumber: Mathiassen et al (2000, p75) Structure dalam Object terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu : o Aggregation Structure adalah objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari beberapa objek inferior (bagian). Gambar 2.4 adalah contoh struktur agregasi yang menjelaskan bahwa Body, engine dan Wheel adalah bagian dari (a part of)) Car.
48
Gambar 2.5 Aggregation Structure Sumber: Mathiassen et al (2000, p76) o Association Structure adalah hubungan yang bermakna antara beberapa objek. Contoh struktur asosiasi ditampilkan dalam Gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.6 Association Structure Sumber: Mathiassen et al (2000, p77)
c. Behaviour Mengacu Mathiassen et al (2000, p90), Behavioural pattern : A description of possible event tracec for all objects in a class. Kegiatan behaviour bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem-domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dari kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioural pattern) dan atribut dari setiap kelas. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram. Gambar 2.6 adalah contoh hasil dari aktivitas behaviour.
49
Gambar 2.7 Contoh statechart diagram sederhana untuk class “Customer” di bank Sumber:Mathiassen et al (2000, p90) 2.10.2. Application-domain Analysis Menurut Mathiassen et al (2000, p115), Application domain : An organization that administrates, monitors, or control a problem domain. Analisis application domain berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan. Application domain analysis dimulai dari system definition, meliputi 3 aktivitas, yaitu Usage, Interfaces dan Function. Gambar 2.7 menujukan hubungan antara aktivitas – aktivitas tersebut.
50
System definition
Interfaces
Usage
Functions Requirement
Gambar 2.8 Aktivitas dalam Application Domain Analysis Sumber: Mathiassen et al (2000, p117) a. Usage Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, 119), tujuan dari kegiatan usage adalah untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju. Konsep utama dalam aktivitas ini adalah actor dan use case. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target. Use Case adalah pola interaksi antara sistem dan actor dalam application domain. Hasil dari aktivitas ini adalah gambaran dari semua use case dan actor yang terangkum dalam Use Case Diagram. Contoh dari Use Case Diagram ditampilkan pada Gambar 2.8 di bawah ini.
51 Deposit Get customer information
Deposit
Loan Cash withdrawal
Establishment
Bank Employee
Maintain
Customer
Payments
Gambar 2.9 Contoh Use Case Diagram Sumber: Mathiassen et al (2000, p129) b. Functions Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p138), kegiatan function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantuk actor dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Ada 4 tipe function yaitu : update, signal, read dan compute.
Fungsi
update
diaktivasi
oleh
problem
domain
event
dan
menghasilkan perubahan pada status model
Fungsi signal diaktivasi oleh perubahan pada status model dan menghasilkan reaksi pada konteks; reaksi ini mungkin berupa tampilan pada actor di application domain, atau intervensi langsung pada problem domain.
52
Fungsi Read diaktivasi oleh kebutuhan informasi dari aktor dan menghasilkan tampilan bagian dari model.
Fungsi Compute diaktivasi karena kebutuhan informasi oleh actor dan terdiri atas perhitungan pada model; kemudian ditampilkan oleh sistem
Gambar hubungan antara masing – masing tipe fungsi tersebut dengan Interface (I), Function (F) dan Model (M) ditunjukan oleh Gambar 2.9 berikut : I
AD
F M
I
AD
F M
* * PD
* Update I
AD
F M
PD I
AD
F M
*
*
PD
Signal
Read
PD
Compute
Gambar 2.10 Hubungan masing – masing tipe fungsi Sumber: Mathiassen et al (2000, p140) Hasil dari aktivitas ini adalah function list yang lengkap dengan spesifikasi fungsi yang kompleks c. Interfaces Mathiassen et al (2000, p151) menyatakan, ”Interface is a facilities that make a system’s model and functions available to actor”. Interface yaitu
53 suatu fasilitas untuk membuat suatu sistem model dan fungsi-fungsi yang tersedia bagi aktor. Ada dua tipe interface yaitu user interface dan system interface. Hasil dari aktivitas ini adalah Dialogue Styles dan presentation forms, daftar lengkap elemen – elemen user interface, selected window diagrams dan navigation diagram. Gambar 2.10 menampilkan contoh dari sebagian Navigation Diagram.
Gambar 2.11 Contoh Navigation Diagram Sumber: Mathiassen et al (2000, p160)
2.10.3. Architectural Design Menurut Mathiassen et al (2000, p173), tujuan dari Architectural design adalah untuk membentuk struktur dari sistem terkomputerisasi. Baik tidaknya sistem tergantung pada kuat tidaknya architectural design. Aktivitas dalam architectural design meliputi Criteria, Component Architecture dan Process Architecture. Hubungan antar aktivitas ini ditampilkan pada Gambar 2.11 di bawah ini.
54
Analysis document Component architecture Criteria
Process architecture
Architectural specifation
Gambar 2.12 Aktivitas dalam Architectural Design Sumber: Mathiassen et al (2000, p176) a. Criteria Mathiassen et al (2000, p177) menyatakan, tujuan dari sebuah criteria adalah untuk mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan. Criterion : A preferred property of an architecture. Tabel 2.4 adalah contoh kriteria dari kualitas software.
b. Component Architecture Component Architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan. Menurut pendapat Mathiassen et al (2000, p191), suatu arsitektur komponen yang baik menunjukkan beberapa prinsip, yaitu mengurangi kompleksitas dengan membagi menjadi beberapa tugas, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem, dan memungkinkan suatu komponen dapat digunakan pada bagian lain. Architectural Pattern terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu : Layered Architecture Pattern (Gambar 2.12),
55 Generic Architectur Pattern (Gambar 2.13) dan Client-Server Architectur Pattern (Gambar 2.14). Pada Client – Server Architecture, ada beberapa macam pola distribusi antara peran client dan peran server. Hubungan ini diringkas dalam Tabel 2.7 di bawah. Tabel 2.6 Kriteria klasik untuk kualitas software Criterion Measure of Usable The system’s adaptability to he organizational, work-related, and technical contexts. Secure The precaution against unauthorized access to data abd facilitites Efficient The economical exploitation of the technical platfom’s facilities Correct The fulfillment of requirements Reliable The fulfillment of the required precision in function execution Maintainable The cost of locating and fixing system defects Testable The cost of ensuring that the deployed system performs its intended function Flexible The cost of modifying the deployed system Comprehensible The effort needed to obtain a coherent understanding of the system Reusable The potential for using parts in other related system Portable The cost of moving the system to another technical platform Interoperable The cost of couplng the system to other systems. Sumber: Mathiassen et a (2000, p178)
Gambar 2.13 Layered Architecture Pattern Sumber: Mathiassen et al (2000, p193)
56
Gambar 2.14 Generic Architecture Pattern Sumber: Mathiassen et al (2000, p196)
Gambar 2.15 Client-Server Architecture Sumber: Mathiassen et al (2000, p197) Tabel 2.7 Berbagai bentuk distribusi client-server architecture
Client
Server
Architecture
U
U+F+M
Distributed presentation
U
F+M
Local presentation
U+F
F+M
Distributed functionality
U+F
M
Centralised data
U+F+M
M
Distributed data
Sumber: Mathiassen et al (2000, p197)
57 c. Process Architecture Mathiassen et al (2000, p209), menyebutkan bahwa Process Architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri atau tersusun dari proses yang saling bergantungan. Tujuan dari aktivitas ini adalah mendefinisikan struktur fisik sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram yang menunjukan processor dengan komponen program dan objek yang aktif. Berbagai bentuk distribusi dari process architecture antara lain :
The Centralized Pattern Pada pola ini, semua data tersimpan pada server pusat dan client
hanya bisa melihat user interface saja. Kelebihan dari pola ini adalah dapat diimplementasikan dengan biaya yang rendah, konsistensi data, struktur yang sederhana dan kemacetan jaringan moderat. Pola ini ditampilkan pada Gambar 2.15 di bawah.
The Distributed Pattern Pada pola ini, semua data terdistribusi ke client dan pada server
hanya terdapat model yang diakses oleh client, Keuntungannya adalah waktu akses lebih cepat, kinerja yang maksimal dan tersedia fasilitas back-up. Pola ini ditampilkan pada Gambar 2.16 di bawah ini.
The Decentralized Pattern. Pola ini adalah gabungan dari pola diatas. Client memiliki data
sendiri dan data umum tersimpan dalam server. Keuntungannya adalah
58 konsistensi data, menghindari duplikasi data, dan mengurangi lalu lintas jaringan. Pola ini ditampilkan pada Gambar 2.17 di bawah ini.
: Client User interface
More Clients System interface
: Server
User interface
System interface
Function
Model
Gambar 2.16 Centralized Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p216)
59
: Client User interface
System interface
More Clients Function
Model
: Server
System interface
Gambar 2.17 Distributed Pattern Sumber : Mathiaseen et al (2000, p217)
Gambar 2.18 Decentralized Pattern Sumber : Mathiaseen (2000, p219)
60 2.10.4. Component Design Menurut Mathiassen et al (2000, p331), Component : A collection of program parts that constitutes a whole and has well-defined responsibilities. Tujuan dari Component design adalah untuk menentukan implementasi antara
requirement
dengan
kerangka
architectural.
Aktivitas
dari
component design meliputi Model Component, Function Component dan Connecting Component. Hubungan dari aktivitas ini ditampilkan pada Gambar 2.18 berikut ini
Gambar 2.19 Aktivitas Component Design Sumber: Mathiassen et al (2000, p232)
a. Model Component Menurut Mathiassen et al (2000, p235), model compomemt : A part of a system thet implements the problem domain model. Model component adalah bagian dari sistem yang menerapkan model problem domain. Tujuan dari model component adalah menghasilkan data historis dan data sekarang untuk function, interfaces dan tentunya untuk user dan sistem lainya. Hasil dari
61 component design adalah revised class diagram. Gambar 2.19 berikut ini adalah contoh Revised Class Diagram.
Gambar 2.20 Revised Class Diagram Sumber: Mathiassen et al (2000, p236)
b. Function Component Menurut Mathiassen et al (2000, p252), Function component : A part of a system that implements functional requirements. Tujuan dari aktivitas ini adalah unuk menentukan implementasi function. Hasil dari aktivitas ini adalah class diagram dengan operation dan spesifikasi dari operasi yang kompleks. Gambar 2.19 berikut ini adalah contoh Class Diagram dengan operation
62 <
> Model
<> Function
Gambar 2.21 Class diagram dengan operation Sumber: Mathiassen et al (2000, p253)
c. Connecting Component Menurut Mathiassen et al (2000, p271), Connecting components design bertujuan untuk menghubungkan komponen – komponen sistem. Ada dua konsep utama dalam design ini, yaitu coupling dan cohesion. Coupling menunjukan seberapa dekat hubungan dua class dan component. Sedangkan cohesion menunjukan derajat kerekatan dalam satu class atau component.
2.11. Flowchart Menurut Romney dan Steinbart (2006, p70), Flowchart adalah teknik analisis yang digunakan utnuk menggambarkan beberapa aspek dari sistem informasi secara jelas dan logis. Romney dan Steinbart (2006, p71) juga menyebutkan simbol flowchart dibgi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :
63 o Input / output symbols, yang menwakili alat atau media yang menghasilkan masukan dan atau menyimpan output dari operasi pemrosesan. o Processing symbols, yang mewakili alat atau media yang digunakan untuk memproses data atau mengindikasi ketika pemrosesan dilakukan secara manual. o Storage symbols, mewakili alat atau media yang digunakan untuk menyimpan data yang tidak sedang digunakan oleh sistem. o Flow and miscellaneous symbols, mengindikasikan aliran data dan barang, serta mewakili operasi yang dimulai atau selesai, ketika keputusan dibuat dan ketika ada penjelasan dalam flowchart. Tabel 2.6 berikut ini adalah beberapa contoh simbol – simbol pada flowchart yang sering ditemui. Tabel 2.6. Contoh – contoh simbol pada Flowchart, beserta dengan nama dan penjelasannya Symbol
Name
Explanation
Document
A document or report: The document may be prepared by hand or printed by a computer
Multiple copies of one document
Illustrated by overlapping the document symbol and printing the document number on the face of the document in the upper right corner
Input / output; Journal / ledger
Display
Any input or output function on a program flowchart. Also used to represent accounting journals and ledger in a document flowchart Information displayed by an online output device such as a terminal, monitor, or screen
64
Online Keying
Data entry by online devices such as a terminal or personal computer
Terminal or
The display and online keying symbols are used together to represent terminals and personal computer
personal computer
Transmittal tape
Manually prepared control totals; used for control puposes to compare ti computer-generated totals.
Processing Symbols
Computer processing
A computer performed processing function; usually results in a change in data or information
Manual operation
A processing operation performed manually
Auxiliary operation
A processing function performed by a device that is not a computer
Storage Symbols
Magnetic disk
Data stored permanently on a magnetic disk, used for master files and databases
65 Magnetic tape
Data stores on a magnetic tape
On-line storage
Data stored in a temporary online file in a direct-access medium suc as a disk
File
File of documents manually stored and retrieved; inscribed letter indicates file-ordering sequences N = numerically, A = alphabetically, D = by date
Flow and Miscellanous Symbols
Document or processing flow
Dirction of processing or document flow; normal flow is down and to the right
Data/information flow
Directional of data/information flow; often used to show data copied from one document to another
Communication flow
Transmission of data from one location to another via communication lines
On-page connector
Connects the processing flow on the same page; its usage avoids lines crisscrossing a page
Off-page connector
An entry from, or an exit to, another page
Terminal
A beginning, end, or point of interruption in a process or program; also used to indicate an external party
66
Decision
A decision-making step; used in a program flowchart to show branching to alternative paths
Annotation
Addition of descriptive comments or explanatory notes as clarification
Sumber : Romney dan Steinbart (2006)