BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum 2.1.1 Bali Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau Bali. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Pulau Serangan. Bali sendiri terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok Bali secara keseluruhan memiliki panjang 153 km dan lebar 112 km. Terdapat beberapa gunung berapi di Bali, namun yang tertinggi adalah Gunung Agung dengan ketinggian 3.148 m. Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa lebih. Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu dan sisanya beragama Islam, Protestan, Katolik, dan Buddha. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan Pariwisata dengan keunikan berbagai hasil senibudayanya. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2000SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sansekerta dari India pada 100SM. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis De Houtman dari Belanda pada 1597. Pasukan Jepang menduduki Pulau Bali selama perand dunia 2 dan saat itu ada seorang perwira militer bernama I GustiNgurah Rai yang membentuk pasukan Bali dengan nama 'Pejuang Kemerdekaan'. Jenis pekerjaan yang mendominasi di Bali adalah pekerjaan yang terkait dengan industri wisata, pertanian, perikanan dan juga seniman. Bahasa 9
10
yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali, sedangkan Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya seperti Jepang digunakan untuk menunjang komunikasi khususnya dalam industri pariwisata di Bali. Masyarakat Bali menganut sistem kasta dalam kehidupannya yang membentuk tatanan sosial di Bali, pembagian strata sosial yang dibagi ke dalam: 1.
Brahma,
merupakan
strata
tertinggi
yang
diisi
oleh
para
rohaniawan/pendeta. 2. Ksatria, merupakan strata yang diisi oleh para bangsawan dan pejabat kerajaan. 3. Waisya, merupakan strata yang diisi oleh para prajurit dan pedagang. 4. Sudra, strata untuk masyarakat biasa. Nama masing-masing individu dapat dilihat sebagai penunjuk strata sosial sekaligus eksistensi budaya yang ada di Bali, misal: Ida Bagus atau Ida Ayu merupakan nama yang dipakai oleh para Brahmana. Anak Agung, Cokorda atau Dewa merupakan nama yang digunakan oleh para Ksatria. I Gusti merupakan nama yang digunakan bagi para Waisya, dan Wayan, Made, Nyoman, Ketut digunakan oleh para Sudra. Meski bergelut dengan hantaman arus globalisasi yang dibawa bersama dengan para turis dan pedagang asing, serta derasnya informasi dan teknologi yang masuk, kebudayaan khas yang telah lama mengakar tetap kokoh sebagai ciri khas mereka dan hal itu pula yang menarik wisatawan untuk datang ke Bali. (http://erbinabaroes.wordpress.com/2013/08/23/sejarahsingkat-pulau-bali-informasi-singkat-bagi-traveler. Diakses 2 Mei 2014)
11
Gambar 2.1 Peta Indonesia Sumber: www.google.com
2.1.1.1 Seni Budaya Bali Bali merupakan pulau yang berhasil memperkenalkan seni budayanya hingga dikenal oleh dunia. tarian, musik, dan seni patung dan ukir merupakan bidang kesenian yang menjadi pusat konsentrasi eksplorasi kreatifitas seni masyarakat di Bali. Kebudayaan Bali pada dasarnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi keadaan di lapangan ( patra ). Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia (pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud. Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jelas yaitu budaya ekspresif yang mencakup nilai-nilai dasar yang dominan sepert: nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan. Kelima
12
nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanjut menghadapi berbagai tantangan. Beberapa seni budaya yang menjadi ciri khas Bali diantaranya adalah Tari Kecak, Tari Pendet, Garuda Wisnu Kencana, Upacara Adat (ngaben, pernikahan, upacara hari raya Nyepi), pakaian adat Bali, rumah adat Bali, Pura Bali dan masih banyak lainnya. Di Bali upacara keagamaan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, dan masyarakat Bali sendiri tidak merasa terganggu karena dari pihak Tidak ketinggalan pula cagar budaya alamnya yang indah, dan hal-hal tersebutlah yang menarik minat pengunjung dari dalam maupun luar negeri dan menjadi ikon kota Bali itu sendiri. (http://senibaliku.wordpress.com/kesenian-bali/sejarah-kesenian-bali. Diakses 2 Mei 2014)
Gambar 2.2 Penari Kecak Sumber: www.google.com
2.1.1.2 Arsitektur Bali Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-
13
temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Koasala-Kosali,
Asta Patali dan lainnya, sampai pada
penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud. Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk niscaya (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan. Arsitektur Bali diwujudkan pada bangunan tempat ibadah (pura), tempat musyawarah (Bale Banjar), dan tempat tinggal yang masing-masing dilengakapi tempat penyimpanan. Baik Pura, Bale Banjar, maupun tempat tinggal membentuk masa bangunan didalam suatu pekarangan berdasarkan falsafah dan konsep tata-ruang. Komposisi, proporsi, kesatuan, harmoni, kenyamanan serta keindahan sebagai unsur-unsur arsitektur modern terwujud sempurna dalam arsitektur Bali. Tipe bangunan terbagi menurut jumlah tiang, mulai dari tiang empat, tiang enam, tiang delapan, tiang Sembilan dan tiang dua belas. Penyelarasan bertingkat (kepala-badan-kaki) diterapkan sampai detail terkecil dari suatau bangunan. Secara struktural atap adalah kepala, tiang dan dinding sebagai badan, lantai batur sebagai kaki bangunan. Keseluruhan struktural bangunan membentuk kesatuan kontruksi yang setabil, estetis, fungsional dan tahan gempa. Hubungan elemen-elemen kontruksi hanya memakai pasak, baji dan tali sehingga mudah untuk dibongkar-pasang. Baik Pura, rumah atau banjar semuanya dikelilingi pagar tembok, Pagar masif (penyengker) yang dipadu candi bentar sebagai ekspresi citra tata ruang yang tinggi nilai budayanya. Penyengker dipercaya sebagai wujud perlindungan empat kekuatan alam (air,api, tanah, udara) yang menempati sudut-sudut pekarangan. Dalam hal ragam hias sebagai ciri khas arsitektur Bali mengambil tiga bentuk kehidupan makhluk bumi (manusia, flora dan fauna). Unsur-unsur estetika, etika dan logika mendasari pengolahan dan penempatan ragam hias, denagn mengingat nilai –nilai ritual yang disandangnya.
14
Gambar 2.3 Arsitektur Bali Sumber: Dokumen Pribadi
2.1.1.3 Tipe Bangunan Tradisional Bali Bangunan perumahan tradisional bali mempunyai beberapa type dari yang terkecil sakapat bangunan bertiang empat. Membesar bertiang enam, bertiang delapan, bertiang sembilan dan bertiang dua belas. Bangunan bertiang dua belas dikembangkan lagi dengan emper kedepan atau kesamping dengan tiang sejajar. Dan berikut pengertian dari setiap tpe bangunan : 1. Sakepat bangunan bertiang empat. Bangunan sakapat tergolong bangunan sederhana ukuran sekitar 3 m x 2,5 m. Konstruksi bertiang empat denah segi empat, satu balai balai mengikat tiang atau tanpa balai-balai. Atap dengan konstruksi pelana atau limasan. 2. Sakenem. Bangunan sakenem tergolong sederhana berbentuk segi empat panjang, dengan panjang sekitar tiga kali lebar .Ukuran bangunan sekitar 6 m x 2m, mendekati dua kali ukuran sakepat, Konstruksi bangunan terdiri enam tiang berjajar, tiga tiga pada kedua sisi panjang. Keenam tiang disatukan oleh satu balai-balai atau empat tiang pada satu balai- balai dan dua tiang di teben
15
pada satu balai - balai dengan dua sakapandak. Hubungan balai-balai dengan konstruksi perangkai sunduk waton,likah dan galar. Konstruksi atap dengan pelana atau limasan 3. Sakutus. Bangunan tergolong madia bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5 m. Konstruksi terdiri dari delapan tiang yang dirangkai empat empat menjadi dua balai-balai. Masing-masing balai memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja. Tiang tiang dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar, likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistem lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang, senggawang tidak ada pada bangunan sakutus. Sistem konstruksi atap dengan pelana. 4. Tiangsanga. Tergolong bangunan utama bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran sekitar 4 m x 5 m tiangnya sembilan. Konstruksi bangunan dengan satu balai - balai mengikat empat tiang di teben tiangnya tiga dengan senggawang sebagai stabilitas. Letak tiang masing-masing pada keempat sudut,tengah-tengah keempat sisi dan ditengan dengan kencut sebagai kepala tiang , Konstruksi atap atap dengan limasan dengan puncak dedeleg, penutup atap alang-alang atau genteng, 5. Sakaroras. Bangunan tergolong utama bentuk bangunan denah bujur sangkar dengan ukuran sekitar 5 m x 5 m, Jumlah tiang dua belas buah, empat empat tiga deret dari luan keteben. Letak tiang empat buah masing-masing sebuah di sudut-sudut, empat buah masing-masing dua buah di sisi luan dan teben. Dua buah masing-masing di sisi samping dan dua buah di tengah dengan kencut sebagai kepala tiang. Dua balai-balai masing-masing mengikat empat-empat tiang dengan sunduk, waton/selimar dan likah sebagai stabilitas ikatan. Empat tiang sederet diteben dengan senggawang sebagai stabilitas tiang. Bangunan tertutup dua sisi terbuka kearah natah, Konstruksi atap atap dengan limasan dengan puncak dedeleg, penutup atap alang-alang atau genteng
16
Gambar 2.4 Arsitektur Bale Sumber: www.google.com
2.1.1.4 Bagian Pada Bangunan : 1. Bebaturan. Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul adalah musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm . Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari. Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah. Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, lantai menggunakan bahan-bahan
2. Tembok.
produk
industri.
Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala
badan kaki, dihias dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu.
17
Tembok tradisional dibangun terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok..
3. Tiang (Sesaka). Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl, Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 250 cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati. Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan perangkat kerajaan, di puncak konstruksi dibagian tengah dan dibawah. Bentuk hiasan tiang dari yang paling sederhana kayu dolken, sampai tiang berhiaskan ornamen berukir.
4. Lambang/Pementang,
Lambang adalah balok belandar sekeliling
rangkaian tiang , lambang rangkap yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut sineb. Balok tarik yang membentang ditengah-tengah mengikat jajaran tiang tengah di sebut pementang. Balok yang mengikat pementang berakhir di atas tiang tengah di sebut tada paksi. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut igaiga, pangkal iga-iga dirangkai dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg. Rusuk-rusuk yang menempati sudut sudut atap dari tiang-taiang sudut kepuncak disebut pemucu. Rusukrusuk yang menempati dipertengahan bidang atap kepuncak disebut pemade. Untuk mendapatkan bidang atap, lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk bersambung yang disebut gerantang. Raab adalah penutup atap bahan yang dipakai genteng
pres.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum
18
berlaku untuk masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi dikerjakan dengan sistim pasak, baji dengan perkembangan arsitektur tradisional dibutuhkan menggunakan
paku
untuk
penguat
konstruksi.
(http://kosmologidanmitologiarsitekturbali.blogspot.com. http://yanbawa9.blogspot.com. http://www.babadbali.com/astakosalakosali/astakosala.htm. http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Bali. Diakses 3 Mei 2014)
2.1.2 Definisi Hotel Hotel adalah sebuah bangunan yang dikelola secara komersil yang menyediakan jasa penginapan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum yang ingin bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel tersebut. Hotel berasal dari kata hostel yang diambil dari bahasa Perancis kuno yang memiliki arti “tempat penampungan buat pendatang” atau “bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum”. Adanya beberapa pengertian hotel menurut : a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Hotel sebagai bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, atau bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan
bagi
setiap
orang
untuk
memeperolah pelayanan,
penginapan, makan dan minum. b. Menurut Kamus Oxford Hotel is “building where rooms and usually meals are provided for people in return for payment”. Atau jika diterjemahkan secara bebas menjadi, bangunan dimana kamar-kamar dan sarapan tersedia sebagai ganti dari pembayaran.
19
c. Berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel no KM 94/HK103/MPPT 1987 Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan didalam keputusan pemerintah. d. Menurut SK.MenHub. RI. No. PM 10/PW.391/Phb-77 “Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum. e.
Menurut the American Hotel and Motel Association (AHMA) Sebagaimana dikutif oleh Steadmon dan Kasavana: A hotel may be defined as an establishment whose primary business is providing lodging facilities for the general public and which furnishes one or more of the following services: food and beverage service, room attendant service, uniformed service, Laundering of linens and use of furniture and fixtures. Yang dapat diartikan sebagai berikut: Hotel dapat didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan sebagai berikut: pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanaan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas/perabotan dan menikmati hiasan-hiasan yang ada didalamnya.
f. Budi, Permana, Agung. (2013). Manajemen Marketing Perhotelan. Yogyakarta: ANDI Hotel adalah salah satu usahayang bergerak dalam bidang jasa untuk mencari keuntungan melalui suatu pelayanan kepada para tamunya yang menginap seperti pelayanan kantor depan, tata graham, makan dan minum, MICE, serta rekreasi.
20
g. Hayes, David K. (2007). Amerika: Hotel Operations Management “Full service hotel is a lodging property that offers complete food and beverage products and services.” Di Indonesia, hotel dieratkan dengan sebuah tempat penginapan yang mahal dikarenakan pola pikir masyarakat yang menganggap hotel berbintanglah yang paling diakui keberadaannya karena memiliki fasilitas paling lengkap dan mewah dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menginap di dalamnya. Padahal disamping itu masih ada beberapa tipe hotel yang harganya masih bisa terjangkau seperti hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau namun memang hanya menyediakan tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house atau mess yang dikelola oleh suatu perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu atau pegawai perusahaan yang ada kaitannya dengan kegiatan dengan urusan perusahaan. Adapula jenis hotel resort yang kini sedang banyak digemari oleh masayarakat khususnya di daerah wisata dikarenakan resort sendiri mempunyai konsep yang nyaman, tenang dan letaknya lebih menyatu dengan alam. 2.1.2.1 Klasifikasi Hotel Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan (Tarmoezi, 2000). Hotel memiliki banyak jenis yang dinilai dari kebutuhan dan juga fasilitas yang telah disediakan. Berikut klasifikasi jenis hotel yang di dapatkan berdasarkan buku Introduction to Hospitality Management: a. City Center Hotels Berdasarkan lokasinya City Center Hotel berdekatan dengan tempat rekreasi juga area bisnis. Hotel ini dapat digunakan pada kelas mewah, menengah atas, bisnis, suites, ekonomi, atau residensial. Hotel ini menawarkan beberapa akomodasi dan pelayanan. b. Resort Hotels
21
“Some resort focus on majr sporting activities such as skiing, golf, or fishing, others offer family vacation”. Dapat dilihat bahwa lokasi Resort Hotels tidak jauh dari tempat vakansi dan rekreasi. Tamu yang datang sangat menikmati waktu senggangnya untuk bersantai juga berekreasi. Untuk menaikan ramainya pengunjung, resort terkadang menyediakan fasilitas seperti ruang meeting untuk bisnis dan group, fasilitas olahraga dan rekreasi, spa, dan lainnya. c. Airport Hotels Banyak
Airport Hotels sudah memiliki banyak pengunjung,
dikarenakan banyak tamu yang datang terutama wisatawan, yang dikarenakan penundaan penerbangan, penukaran penerbangan, juga wisatawan yang baru tiba, dikarenakan Airport Hotel berjarak tidak jauh dari landasan udara. d. Freeway Hotels and Motels Freeways atau jalan raya dalam bahasa Indonesia. Freeway Hotel and Motels bertujuan untuk membantu aktifitas pada jalan raya. Tamu yang datang untuk beristirahat dari perjalanan jauh. e. Casino Hotels Casino Hotels
merupakan hotel yang berdekatan dengan tempat
rekreasi kasino. Sebagai tempat perisirahatan para tamu pengunjung kasino juga tamu yang sekedar ingin menginap pada hotel ini. Casino Hotels juga membuat sistem pelayanan dengan “family-friendly” atau “keluarga-pertemanan”. Dengan sistem pelayanan seperti ini Casino Hotel mengharapkan tamu hotel dapat tinggal lebih lama. f. Convention Hotels Convention Hotels mengutamakan fasilitas dan kebutuhan kelompok yang akan menghadiri konvensi atau rapat. Biasanya hotel ini memiliki 500 kamar juga area publik yang besar serta akomodasi untuk ratusan orang dalam waktu yang bersamaan.
22
g. Full-Service Hotels Cara untuk memastikan hotel ini adalah dengan tingkat pelayanan yang di berikan. Full-Service Hotel sangat mengutamakan fasilitas dan pelayanan yang akan di berikan pada tamu. h. Economy/Budget Hotels Hotel ini dibilang juga sebagai hotel kelas ekonomi. Persaingan ketat dalam hotel ekonomi sangat ketat belakangan ini. Hotel ini tidak memiliki restoran di dalamnya hanya saja menyediakan sarapan pagi untuk tamu pada lobi hotel. i. Butique Hotels Butik hotel menawarkan penawaran yang berbeda dan pengalaman yang berbeda. Butik hotel memiliki arsitektur, gaya, decor, ukuran, yang unik. Dengan kapasitas 25-125 kamar dan pelayanan yang sangat baik. j. Extended-Stay Hotels Extended-Stay Hotel merupakan hotel dimana mengutamakan kepada tamu yang menginap lebih lama dari biasanya, walaupun hotel ini juga tetap menerima tamu yang menginap dengan waktu yang tidak lama. k. All-Suites Extended-Stay Hotels Sama seperti Extended-Stay Hotels, hanya saja hotel jenis ini menawarkan ruang yang lebih luas dengan harga yang sama dengan hotel biasa. Ruang tambahan dari hotel ini biasanya sebuah lounge dan kitchenette area. l. Condotels Condotels adalah gabungan dari hotel dan kondominium. Pemilik hotel menyewakan hotel dalam bentuk kondominium. m. Mixed-Use Hotels
23
Hotel ini memiliki beberapa fungsi lainnya selain hanya untuk menginap. Mix-Use Hotels juga memiliki Office Building, Convention Center, tempat olahraga, atau Mall. n. Bed and Breakfast Inns Bed and Breakfast Inns, atau dikenal juga dengan B&Bs, menawarkan fasilitas alternatif dari hotel normal atau motel. Menurut Travel Assist Magazine, B&B adalah sebuah konsep yang dimulai di Eropa sebagai penginapan rumah pribadi. Menawarkan sarapan pagi, akomodasi, juga memberikan inforasi tentang hiburan lokal dan tujuan wisata. (Walker, John R. (2010). Introduction to Hospitality Management Third Edition. U.S.A: Pearson Prentice Hall) 2.1.2.2 Klasifikasi Hotel Berdasarkan Kriteria Pengelompokan Hotel a. Berdasarkan Sistem penetapan tarif kamar (room rate) 1) Full American Plan (FAP), yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah termasuk tiga kali makan. 2) Modified American Plan (MAP), yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah termasuk makan dua kali. 3) Continental Plan, yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah termasuk makan pagi (continental breakfast). 4) Bermuda Plan, hotel dengan sistem harga kamar sudah termasuk makan pagi (American Breakfast). 5) European Plan, yaitu hotel dengan sistem dimana harga kamar tidak termasuk makan (room rate only). b. Berdasarkan ukuran dan jumlah kamar 1) Hotel kecil, jumlah kamar sampai dengan 25 kamar 2) Hotel menengah, memiliki jumlah kamar antara 25 sampai 100 3) Hotel sedang, jumlah kamar antara 100 sampai 300
24
4) Hotel besar, yaitu hotel yang mempunyai jumlah kamar diatas 300 c. Berdasarkan jenis atau tipe tamu 1) Family hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya terdiri dari keluarga 2) Business hotel, sebagian besar tamunya merupakan orang –orang yang sedang melakukan tugas atau usaha 3) Tourist hotel, yaitu hotel yang sebagain besar tamunya adalah wisatawan 4) Transit hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya adalah mereka yang akan melanjutkan perjalanan (hotel hanya sebagai tempat persinggahan sementara saja) 5) Cure Hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya adalah dengan tujuan pengobatan d. Berdasarkan tarif hotel 1) Economy Hotel, yaitu hotel dengan tarif yang relatif murah 2) First Class Hotel, yaitu hotel dengan tarif sedang 3) Deluxe Hotel, yaitu hotel dengan tarif mahal e. Berdasarkan lokasi hotel 1) Mountain Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di daerah pegunungan. 2) Beach Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di dekat pantai. 3) City Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di perkotaan. 4) Highway Hotel, yaitu hotel yang berlokasi ditepi jalan bebas hambatan dan biasanya diperbatasan antara dua kota. 5) Airport Hotel, yaitu hotel yang berlokasi dekat dengan lapangan terbang.
25
f. Berdasarkan lama tamu menginap 1) Transient Hotel, hotel dimana para tamunya rata-rata menginap hanya untuk satu atau dua malam. 2) Residential Hotel, yaitu hotel dima para tamunya menginap untuk jangka waktu lama, lebih dari satu minggu. 3) Semi Residential Hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menignap lebih dari dua malam sampai satu minggu. g. Berdasarkan Disain dan struktur hotel 1) Conventional Hotel, hotel yang bentuknya tinggi bertingkat menjulang kelangit . 2) Bungalows, hotel yang bentuknya tidak bertingkat dan setiap bangunan berlokasi menyebar satu dengan yang lain. 3) Motor Hotel, hotel yang mempunyai garasi di masing-masing kamar atau kelompok kamar. 2.1.2.3 Persyaratan Hotel Berbintang Hotel berbintang memiliki persyaratan sebagai berikut: 1) Fisik, meliputi lokasi, kondisi, dsb 2) Bentuk pelayanan (service) 3) Kualifikasi tenaga kerja, pendidikan, kesejahteraan 4) Fasilitas olah raga dan fasilitas lainnya 5) Jumlah kamar yang tersedia: 10 - 14 kamar untuk bintang 1 15 - 29 kamar untuk bintang 2 30 - 49 kamar untuk bintang 3 50 - 99 kamar untuk bintang 4 Di atas 99 kamar untuk bintang 5
26
2.1.2.4 Jenis Tamu Hotel a. Walk in guest, Tamu datang langsung ke hotel untuk menginap tanpa melakukan reservasi terlebih dahulu. b. Group (GIT), tamu datang minimal 20 orang dan 10 kamar. c. Travel agent, ada beberapa hotel yang mempunyai kontrak dengan travel agent. d. Corporate, tamu datang dari sebuah perusahaan yang sudah mempunyai kontrak harga sendiri (kerja sama) dengan hotel. e. Embassy, tamu yang datang dari kedutaan. f. Airline crew, tamu dari awak penerbangan. g. Airline
passenger,
tamu
dari
pengguna
pesawat terbang
(penumpang). h. Stranded passenger, penumpang yang menginap di hotel karena kerusakan pesawat dan merupakan fasilitas akomodasi dari perusahaan penerbangan. i. Weekend rate, harga dari sebuah hotel khususnya pada hari, jumat, sabtu, minggu dan tanggal merah. j. Airport rep, hotel di wilayah bandara dan disediakan untuk tamu yang butuh penginapan saat landing, harganya lebih murah dan biasanya untuk transit. k. Membership card, tamu yang datang menggunakan kartu member. Ada ketentuan tertentu dari hotel baik harga maupun fasilitas tidak dapat dialih tangankan. Min 1 th dan max. 3 th. l. Hotelier, tamu yang datang / harga yang diberikan pada karyawan sebuah hotel. Diskon 40-60%. m. Press, tamu yang datang berasal dari wartawan.
27
n. Government, tamu dari pemerintahan. System pembayarannya dilakukan setelah selesai acara. Jangka waktunya 1-3 bulan (LS). o. Long stay, tamu yang menginap di hotel lebih dari 8 minggu. p. Cetain package, harga yang ditawarkan pada tamu yang berupa paket. 2.1.2.5 Tujuan dan Fungsi Hotel Tujuan dari hotel sendiri adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan menyewakan atau menjual fasilitas pelayanan kepada para tamu yang datang. Sedangkan fungsi utama dari hotel adalah sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu sebagai tempat tinggal sementara selama jauh dari tempat asalnya. Pada umumnya kebutuhan utama para tamu dalam hotel adalah istirahat, tidur, mandi, makan, minum, hiburan dan lain-lain. Namun dengan perkembangan dan kemajuan hotel sekarang ini, fungsi hotel bukan saja sebagai tempat menginap dan istirahat bagi para tamu yang datang, namun fungsinya bertambah sebagai tempat tujuan untuk rapat atau seminar, konferensi, hingga tempat penyelenggaraan pesta pernikahan yang tentunya segala kebutuhan sarana dan prasarananya telah disiapkan dengan lengkap oleh pihak hotel tersebut. Dalam hal
lain
hotel juga merupakan aset dalam pembangunan
negara, karena usaha perhotelan mempunyai beberapa peran penting dalam pembangunan negara antara lain: a. Meningkatkan industri rakyat. b. (Hotel banyak memakai barang-barang yang diproduksi oleh industri rakyat, seperti meubel, bahan pakaian, makanan, minuman dan lain sebagainya.) c. Menciptakan lapangan kerja. d. Membantu usaha pendidikan dan latihan. e. Meningkatkan pendapatan daerah dan negara. f. Meningkatkan devisa negara.
28
g. Meningkatkan hubungan antar bangsa. 2.1.2.6 Definisi Lobi Hotel Lobi hotel merupakan area pertama dan elemen penting dalam sebuah hotel yang aktifitas kunjungan tamunya sangat tinggi dikarenakan di lobi lah proses utama transaksi check in dan check out berlangsung. Selain itu area lobi juga digunakan sebagai ruang menunggu bagi para tamu yang datang. Area lobi yang biasa difasilitasi dengan beberapa furnitur utama seperti sarana duduk (kursi atau sofa), coffee table, console table, standing lamp dan beberapa aksesoris lainnya. Keadaan fisik lobi itu sendiri bisa mencerminkan keadaan keseluruhan dari hotel tersebut, karena lobi adalah sebuah kesan pertama dari suatu hotel dan tempat untuk penyambutan tamu-tamu yang datang. Oleh karena itu dewasa ini banyak usaha perhotelan yang sudah mulai membenahi dan membuat konsep-konsep baru untuk sebuah lobi agar terlihat lebih menarik dan mengundang minat pengunjung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Lobi adalah ruang teras di dekat pintu masuk hotel bioskop dsb), yang dilengkapi dengan perangkat meja dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu.
2.1.3 Definisi Furnitur Pengertian furnitur/mebel secara umum adalah benda pakai yang dapat dipindahkan, berguna bagi kegiatan hidup manusia, mulai dari duduk, tidur, bekerja, makan, bermain dan sebagainya, yang memberi kenyamanan dan keindahan bagi pemakainya (Baryl, 1977 dalam Marizar, 2005). Kata mebel berasal dari bahasa Perancis yaitu meubel, atau bahasa Jerman yaitu mobel. Dalam bahasa Inggris mebel berarti furniture. Mebel atau furnitur sekarang ini bukan hanya menjadi kebutuhan dalam pengisian ruang tetapi telah menjadi gaya hidup tersendiri. Mebel yang biasa kita kenal dan digunakan untuk mengisi ruang adalah kursi, meja, tempat tidur, lemari, rak dan masih banyak lagi. Bahan baku yang digunakanpun sekarang banyak macamnya, tidak hanya dari kayu dan rotan, tetapi ada yang terbuat dari bambu, besi hingga plastik fiber.
29
Pada zaman dahulu furniture berbentuk besar dan menggunakan bahan yang sangat kuat, dengan tujuan dipakai turun menurun di dalam rumah dan tidak dipindah-pindah. Akibatnya furnitur pada zaman dahulu bentuknya besar-besar dan berat. Seiring berjalannya waktu budaya orang menjadi lebih dinamis dan sering berpindah-pindah tempat tinggal, manusia modern pun mulai mengutamakan kepraktisan seperti tinggal di apartemen atau rumah susun dan hal ini pula yang membuat berkembangnya desain dan fungsi furnitur. Pada masa kini furnitur dibuat dari bahan ringan, praktis, bisa dilipat dan banyak yang menggunakan knockdown atau do it yourself. Dahulu kursi dan meja menggunakan bahan yang kuat sehingga bisa digunakan sebagai tempat tumpuan atau menjadi tempat berdiri orang dewasa (misalnya jika ingin mengambil bola lampu yang berada di langit-langit rumah), sedangkan saat ini meja dan kursi kebanyakan sudah terbuat dari bahan yang lebih ringkih seperti kayu MDF atau particle board yang fungsinya hanya sebagai meja makan dengan kekuatan terbatas. Pergeseran pola penggunaan bahan pada furnitur mengakibatkan munculnya dua jenis furnitur yaitu Modern Furniture dan High End Classic Furniture. (Lensufiie, Tikno, (2008). Bisnis Furniture dan Handicraft Berkualitas Ekspor. Jakarta : Erlangga.) 2.1.3.1 Klasifikasi Furnitur Berdasarkan Material Berdasarkan buku “Pengantar Studi Perancangan Fasilitas Duduk” Sriwarno Andar (1998), bahan baku untuk membuat furnitur terbagi dalam beberapa jenis yaitu : a. Kayu Kayu merupakan salah satu hasil hutan dan sumber kekayaan alam. Kayu termasuk bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kebutuhan manusia dan kemajuan teknologi kerja kayu. Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda, bahkan kayu yang berasal dari satu pohon memiliki sifat yang berbeda jika dibandingkan antara bagian ujung dan bagian pangkalnya. Dalam hubungannya dengan pembuatan konstruksi kursi, tidak semua kayu dapat dipergunakan. Ada beberapa persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain :
30
1) Tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. 2) Dimensinya stabil, tidak memiliki kembang susut yang besar. 3) Dekoratif. Nuansa tampilan seratnya indah. 4) Mudah dikerjakan secara manual maupun masinal (machinable). Tidak terlalu keras atau mudah patah. b. Rotan Tanaman rotan banyak terdapat dan tumbuh subur di hutan-hutan Indonesia seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan sebagainya. Rotan tergolong tanaman Palm (Palmae) dari jenis Manao, Mandola, Suti, Umbulu atau Pulut yang merambat dan dapat tumbuh mencapai panjang 10m lebih. Yang sering dipergunakan adalah jenis mandola dan yang memiliki kualitas terbaik adalah Manao. Berdasarkan fungsinya rotan dibagi menjadi : 1) Rotan Batang 2) Rotan Koor 3) Vitrit 4) Lasio 5) Wibing c. Bambu Bambu (bambuseae) termasuk dalam keluarga rumput-rumputan, tepatnya jenis rumput raksasa (pereunial grass). Bambu memiliki batang-batang yang berbentuk pipa atau berongga dengan ruas-ruas seperti sekat. Hampir di seluruh Indonesia bambu bisa tumbuh subur dengan baik. Bambu mempunyai karakter yang unik, bentuknya silinder dengan lubang di tengah. Batangnya terbagi atas beberapa ruas. Konstruksi bambu jarang sekali memakai lem, sistem sambungan dibuat dengan cara dipaku, dipasak, dan diikat dengan rotan. Jenis bambu yang umum dipakai untuk furnitur antara lain : 1) Bambu Apus 2) Bambu Gombong 3) Bambu Tutul 4) Bambu Betung
31
5) Bambu Kuning
d. Logam Beralihnya penggunaan bahan furnitur dengan logam didasari pemikiran tentang kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kayu. Logam memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding dengan kayu, seperti stabilitas bentuk yang baik, tingkat fleksibilitas dan kekerasan yang tinggi. Ada berbagai jenis logam yang dapat dipakai sebagai bahan utama atau penunjang produk furnitur, baik dalam bentuk batangan maupun lembaran. Dalam bentuk batangan dikenal dengan istilah square cube dan circle tube dan untuk lembaran tersedia dalam beberapa jenis ketebalan. e. Plastik 1) Thermoplastics adalah jenis polimer plastik yang meleleh bila dipastikan.
Pada
kondisi
panas,
butiran
bahan
plastik
(polypropilene) yang cair disuntikkan kedalam kontainer untuk mengisi cetakan yang sudah didesain dengan bentuk terntentu (infection moulding process). Contoh produk furnitur hasil infection moulding adalah kursi taman, kursi makan, dan bangku tanpa sandaran (stool). Keuntungan pemakaian bahan plastik jenis thermoplastic ini adalah harga yang relatif murah dan sesuai diaplikasikan untuk produk-produk yang diproduksi masal. 2) Thermosetting adalah jenis plastik yang membeku (setting) pada saat bahan (misalnya resin) dicampur dengan material katalis. Plastik akan mengeras pada suhu yang cukup tinggi. Contoh bahan ini adalah FRP (fiberglass reinforced plastic), yang sering kita jumpai sebagai kursi tunggu di terminal atau stasiun. Jenis plastik ini mempunyai resistansi panas yang cukup baik dan tahan lama. PU (poly urethane) adalah contoh lain yang umum dipakai sebagai busa untuk bantalan duduk atau sandaran. Untuk bahan perekat kayu dipakai jenis PF (phenol formaldehyde, UF (urea formaldehyde), dan Epocxy.
32
f. Bahan Upholstery Upholstery
merupakan
bahan
yang
umum
digunakan
untuk
membungkus bantalan duduk atau sandaran (cushion cover). Tujuannya selain melindungi permukaan duduk dan sandaran juga berfungsi memperindah penampilan kursi dengan menonjolkan corak dan karakter materialnya. Jenis ada bermacam-macam antara lain : 1) Wol 2) Kanvas 3) Kulit 4) Sintetis 2.1.3.2 Klasifikasi Furniture Berdasarkan Fungsi Dari segi kegunaan atau fungsi, menurut Karl Mang dalam History of Furniture (1978) dan Edward Lucie-Smith dalam Furniture: a Concise History (1993) dalam (Jamaludin 2007) sesungguhnya bisa dikategorikan dalam 4 jenis saja yaitu tempat untuk menyimpan sesuatu di dalamnya seperti lemari dan rak; tempat menyimpan sesuatu di atasnya seperti segala macam meja; tempat tidur-yang ini untuk menyimpan tubuh kita selama tidur; dan mebel untuk duduk alias kursi beserta turunannya seperti bangku, sofa, kursi makan atau jok. a. Tempat Penyimpan Sesuatu di Atasnya. Perabot dengan jenis ini keita kenal dengan nama meja. Syaratnya adalah satu bidang datar sebagai bagian utama dan kaki atau penyangga untuk membuatnya berada pada ketinggian tertentu yang cocok dengan posisi manusia untuk kegiatan yang memerlukan permukaan datar yang dekat dengan tangan seperti makan-minum, menulis, atau bekerja. Fungsi sebagai tempat menyimpan sesuatu di atasnya berkembang menjadi berbagai macam meja yang menunjuk pada fungsi khusus. b. Tempat Penyimpan Sesuatu di Dalamnya. Fungsi
sebagai tempat menyimpan ini merupakan kata lain dari
gudang bagi barng tertentu yang berukuran relatif kecil atau dapat
33
dilipat. Furnitur yang umum pada fungsi ini dulu berupa peti dan sekarang dalam bentuk berbagai macam lemari. Masih termasuk dalam jenis ini adalah berbagai jenis dan bentuk rak. Laci adalah jenis mebel untuk penyimpanan barang-barang kecil, biasanya disatukan pada meja kerja atau lemari. c. Tempat Untuk Tidur. Elemen penting tempat tidur adalah bidang datar (horizontal) tempat tubuh telentang dengan luas minimal seukuran tubuh. Waktu tidur yang relatif lama menciptakan lapisan pengempuk agar tulang punggung atau bagian tubuh yang menerima beban berat badan terasa nyaman. Lapisan pengempuk ini umumnya dikenal dengan nama kasur atau matras. d. Tempat Untuk Duduk. “Desain Kursi belum selesai sampai seseorang duduk diatasnya” (Hans J. Wegner, Denmark). Duduk merupakan aktivitas pertengahan antara berdiri dan telentang atau posisi ketiga setelah berdiri. Selain oleh manusia duduk juga dilakukan oleh hewan berkaki dua lainnya seperti monyet, kera, orangutan dan gorila. Hal itu disebabkan karena sama-sama memiliki sendi lutut dan pinggul serta postur tubuh yang relativ vertikal. Kursi sendiri memiliki simbol yang paling bergengsi yang tidak dimiliki furniture lain atau artefak lain. “Kedudukan” yang berasal dari “duduk” berarti kekuasaan. Tak heran bila kursi menjadi simbolnya. 2.1.3.3 Klasifikasi Furniture Berdasarkan Tempat Pemakaian a. Loose Furnitur Jenis furnitur yang sering kita jumpai sehari-hari seperti meja makan dan kursi makan dan masih banyak jenis lainnya. Furnitur ini memiliki banyak jenis dan bentuk yang bisa di gerakkan dan dipindahkan. b. Indoor Furnitur
34
Furnitur yang peletakkannya tidak bisa terkena sinar matahari secara langsung, dan tidak memakai finishing yang tahan cuaca panas dan hujan. contoh furnitur jenis indoor ini adalah sofa yang biasa diletakkan di ruang keluarga. c. Outdoor Furnitur Furnitur yang bisa terkena sinar matahari secara langsung dan tahan terhadap cuaca karena memakai finishing khusus yang diperuntukkan untuk cuaca ekstrim. Furnitur ini biasa diletakkan di teras atau taman terbuka. d. Multifungsi Furnitur Furnitur yang memiliki lebih dari satu fungsi, bisa dimanfaatkan secara maksimal dengan volume ruang yang tidak terlalu luas. Salah satu contohnya adalah tempat tidur tingkat yang bagian bawahnya dibuat menjadi meja belajar dan bagian atasnya untuk tempat tidur. 2.1.3.4 Klasifikasi Furnitur Berdasarkan Sistem Konstruksi Berdasarkan buku “Pengantar Studi Perancangan Fasilitas Duduk” Sriwarno Andar (1998), furnitur bisa dibedakan dalam sistem konstruksinya yaitu : a. Built in Furnitur Built
in
Furniture
adalah
suatu
konstruksi
furnitur
yang
memanfaatkan bangunan rumah atau gedung sebagai bidang penguat konstruksi. Konstruksi furniture menempel pada dinding yang khusus dibangun untuk penempatan furnitur. Sepintas akan mnampak bahwa furnitur tersebut rata dengan dinding dari langit-langit hingga lantai. Umumnya dipakai untuk pembuatan lemari atau rak. Keuntungan dari konstruksi ini adalah kemudahan perawatan dan kebersihan karena sedikit sekali adanya celah yang terbuka. Namun kelemahannya mudah terserang lapuk bila dinding bangunan terlampau lembab dan berjamur.
35
b. Knock Up Furnitur Konstruksi furnitur ini menggunakan sistem sambungan konstruksi mati (fixed construction). Seluruh sambungan tergabung secara permanen oleh bahan lem, paku, atau bahkan tertanam dalam konstruksi bangunan. Contohnya kursi tamu, bangku belajar di sekolah, kursi panjang di ruang tunggu, dan street furnitur. Dengan teknik ini pemakai tidak memiliki peluang membongkar kembali furnitur menjadi komponen-komponen lepas. c. Knock Down Furnitur Keuntungan sistem knockdown adalah dapat dilepas pasang untuk memudahkan penyimpanan dan pengemasan. Furnitur knockdown sangat efisien dalam penyimpanan atau pengiriman karena tidak memakan banyak tempat dan bisa memuat banyak dalam pengiriman. Untuk sistem konstruksinya dipusatkan pada kekuatan sekrup dan baut yang digunakan sebagai penyambung bagian-bagian furnitur tersebut. d. Folding Furnitur Alternatif lain dalam penyelesaian problema ruang adalah dengan pendekatan sistem lipat. Konstruksi yang dilipat, selain ringkas juga dapat menghemat pemakaian ruang pada saat penyimpanan. Furnitur yang paling sering menggunakan sistem konstruksi ini adalah kursi. Dalam mendesain kursi lipat ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1) Prosedur operasional melipat dan membuka kursi. 2) Keamanan dalam melipat dan
membuka kursi agar tidak
terjadi resiko terjepitnya tangan atau kaki pemakai. e. Stacking Chair Selain sistem lipat, konstruksi kursi dapat didesain dengan pendekatan susun. Dalam sistem susun, bagian kaki kursi yang berada di atas akan masuk ke bagian badan kursi yang berada dibawahnya. Desain
36
konstruksi stacking menuntut perhitungan yang presisi pada saat dua atau lebih kursi disusun. Adapun kemungkinan penyusunannya adalah : 1) Tumpukan mengarah keatas (vertical arrangement). 2) Tumpukan mengarah miring (diagonal arrangement). 3) Tumpukan mengarah ke sejajar permukaan lantai (horizontal arrangement). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sistem susun adalah : 1) Kekuatan struktur kursi yang menghasilkan perhitungan berapa jumlah maksimum kursi yang dapat ditumpuk. 2) Pemilihan material dan finishing yang tepat agar permukaan kursi yang ditumpuk tahan gores dan tidak terjadi cacat. 2.1.4 Sistem Konstruksi Dalam membuat sebuah furnitur diperlukan sebuah konstruksi yang kuat dan dalam pembuatan kosntruksi tersebut terdapat beberapa teknik menyambung kayu mulai dari yang mudah sampai dengan teknik yang sulit. Dalam membuiat sebuah sambungan furnitur kita juga harus memperhatikan beberapa aspek yaitu kekuatan, fungsi, serta keindahan atau kerapihan dari sambungan kayu yang hendak dibuat. Keda aspek tersebut sangat diutamakna dalam membuat sebuah furniture karena memiliki fungsi untuk digunakan oleh manusia. Berikut ini beberapa contoh teknik – teknik konstruksi sambungan dalam furnitur berdasarkan buku “Konstruksi Kayu untuk Furniture & Bangunan”, yaitu: a. Butt Joints Butt Joints adalah teknik menyambung kayu membentuk siku yang paling mudah dilakukan. Sambungan Butt Joints dibuat dengan
37
menumpukkan dua buah kayu. Untuk mengikat sambungan ini diperlukan bantuan paku, sekrup, atau lem.
Gambar 2.5 Teknik Butt Joints Sumber: www.craftmanspace.com
b. Mitered Butt Joints Mitered Butt Joints adalah sambungan Butt Joints dimana ujung siku sambungan dipotong membentuk sudut 45 derajat, sehingga ketika kedua papan dipadukan, kedua ujung siku akan bertemu dan membentuk sudut tepat 90 derajat. Di Indonesia sambungan dengan teknik ini biasa disebut dengan adu manis.
Gambar 2.6 Teknik Mitered Butt Joints Sumber: www.craftmanspace.com
38
c. Lap Joints Lap Joints memiliki kemiripan dengan Butt Joints, hanya yang disambung adaah bagian ketebalan papan, bukan bagian sudut papan. Sambungan ini juga sederhana, hanya memerlukan paku sebagai pengikatnya.
Gambar 2.7 Teknik Lap Joints Sumber: Konstruksi Kayu Untuk Furniture & Bangunan
d. Half Lap Joints Sambungan ini termasuk sambungan sudut, namun yang membentuk sudut adlah bagian ketebalan papan. Sambungan jenis ini dibuat dengan memotong ketebalan papan masing – masing menjadi setengahnya, kemudian ditumpuk menjadi satu. Setelah itu baru dipaku atau dilem.
39
Gambar 2.8 Teknik Half Lap Joints Sumber: www.craftmanspace.com
e. Rabbet Joints Rabbet Joints adalah system sambungan dengan cara membuat alur sepanjang kayu atau papan yang hendak disambung secara berpasangan. Kedua kemudian dipadukan satu sesuai alur yang telah dibuat.
Gambar 2.9 Teknik Rabbet Joints Sumber: www.craftmanspace.com
40
f. Dado Joints Dado Joints merupakan sistem sambungan mirip seperti Rabbet Joints, namun digunakan untuk proses menyambung kayu, papan, atau balok di bagian tengah.
Gambar 2.10 Teknik Dado Joints Sumber: www.craftmanspace.com
g. Box Joints Box Joints merupakan cara menyambung sudut kayu dengan cara membuat gerigi pada ujung sambungan secara tumpang-tindih. Keuntungan sambungan ini hasilnya lebih kokoh dan kuat, tapi cara pembuatannya lebih sulit dan memerlukan peralatan yang lengkap karena diperlukan kerapihan serta presisi disetiap sambungannya.
41
Gambar 2.11 Teknik Box Joints Sumber: www.craftmanspace.com h. Dovetail Joints Dovetail Joints adalah sambunga sudut yang mirip dengan Box Joints. Keduanya dibuat dengan cara membuat gerigi pada ujung sambungan, dan dibuat tumpang-tindih. Pada bagian ujung Dovetail Joints dibuat lebih lebar mirip dengan ekor burung, sehingga lebih kokoh dari Box Joints. Dalam membuat Dovetail Joints diperlukan ketelitian dan keahlian untuk menghasilkan sambungan yang rapih dan detail. Beberapa contoh variasi sambungan Dovetail Joints, yaitu: 1) Common Dovetail
Gambar 2.12 Teknik Common Dovetail
42
Sumber: www.craftmanspace.com
2) Through Dovetail
Gambar 2.13 Teknik Through Dovetail Sumber: www.craftmanspace.com
3) Dovetail-Keyed Mitter
Gambar 2.14 Teknik Dovetail-Keyed Mitter Sumber: www.craftmanspace.com
43
4) Lapped Dovetail
Gambar 2.15 Teknik Lapped Dovetail Sumber: www.craftmanspace.com
5) Secret Lapped Dovetail
Gambar 2.16 Teknik Decret Lapped Dovetail Sumber: www.craftmanspace.com
6) Sliding Dove Joints
44
Gambar 2.17 Teknik Sliding Dove Joints Sumber: www.craftmanspace.com
i. Finger Joints Finger Joints adalah system penyambung kayu dengan membuat lidah-lidah pada ujung kayu, sehingga kedua ujung kayu dapat dipadukan menjadi satu. Finger Joints biasanya digunakan unutk membentuk papan lebar. Dalam membuat sambungan ini memerlukan ketepatan yang tinggi, sehingga memerlukan bantuan mesin untuk membuat lidah-lidahnya.
Gambar 2.18 Teknik Finger Joints
45
Sumber: www.craftmanspace.com
j. Mortise & Tenon Joints Mortise & Tenon Joints adalah system penyambungan ayu dengan membuat lubang (mortise) pada alah satu kayu yang hendak disambung, dan membuat lidah (tenon) untuk dimasukkan pada lubang mortise tersebut.
Gambar 2.19 Teknik Mortise & Tenon Joints Sumber: www.craftmanspace.com
k. Spline Joints Spline Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat alur pada kedua buah kayu yang akan disambung, dan memberikan sepotong kayu sebagai bahan penyambung di tengah keduanya.
46
Gambar 2.20 Teknik Spline Joints Sumber: www.craftmanspace.com
l. Domino Spline Domino Spline merupakan system Spline yang digunakan untuk menyambung bagian tengah kayu. Sistem ini dapat digunakan untuk papan maupun balok dan juga dapat dibuat kemiringan yang diingikan sesuai sudut yang pas.
Gambar 2.21 Teknik Domino Spline Sumber: www.craftmanspace.com
47
m. Dowel Sistem ini merupakan penyambung kayu yang mirip dengan system Spline, yaitu kayu yang disambung dengan pasak (dowel). Bedanya adalah kayu penyambungnya (dowel) berbentuk bundar dan cara penyambungnya adalah dengan membuat lubang pada kayu-kayu yang hendak disambung. Dowel biasanya dbuat bergerigi, dengan tujuan agar menempel erat pada kayu yang disambung.
Gambar 2.22 Teknik Dowel Sumber: www.craftmanspace.com
n. Pocket Joints Pocket Joints adalah system penyambung sudut dengan cara memperkuat sambungan dengan menambahkan sekrup, setelah membuat lubang kecil dengan sudut kemiringan 30-45 derajat. Sistem ini tidak berbeda dengan Mortise & tenon atau Dowel hanya saja ditambahkan dengan sekrup dengan diagonal kayu.
48
Gambar 2.23 Teknik Pocket joints Sumber: www.craftmanspace.com
o. Tongue & Groove System ini biasanya digunakan untuk menyambung lantai kayu (parquet) tujuannya untuk memperlebar bidang tersebut. Pada selembar kayu dibuat tongue (lidah) pada salah satu sisinya, dan groove pada sisi lainnya.
Kedua sambungan ini kemudian
disambungkan dan akan mengunci setelah terpasang dengan tepat.
Gambar 2.24 Teknik Tongue & Groove Sumber: www.craftmanspace.com
49
2.1.5 Definisi Aksesoris Furnitur Interior Aksesoris furnitur adalah sebuah benda yang dimana fungsinya sebagai pelengkap furnitur yang berada disuatu ruang, dikalangan masyarakat umum aksesoris furnitur telah menjadi salah satu hal penting dan mulai banyak dicari. Pengembangan dari bentuk-bentuk aksesoris interior telah mengalami banyak kemajuan dan pengembangan dari bentuk-bentuk sebelumnya. Dan berikut beberapa contoh benda yang berperan sebagai aksesoris furnitur : Berikut ini adalah beberapa contoh aksesoris interior yang ada pada sebuah lobi, yaitu: a. Standing Lamp Standing lamp adalah sebuah lampu yang memiliki kaki yang panjang dan dapat berdiri sendiri. b. Table Lamp Table lamp adalah sebuah lampu yang berukuran tidak besar dan peletakkannya berada di atas meja. c. Hanging lamp Hanging lamp adalah lampu yang penerapannya digantungkan di langit-langit pada sebuah ruangan. d. Tempat majalah Tempat majalah digunakan untuk meletakan majalah dan koran agar lebih rapi dan teratur. Tempat majalah ini bisa dibuat dengan mudah dan simple sesuai dengan konsep dari ruangan tersebut. e. Tray Tray adalah sebuah alas yang digunakan untuk menaruh benda – benda yang biasanya diletakkan diatas meja. Biasanya tray digunakan untuk menaruh buku, piring, gelas, catalog, dan juga barang – barang lain yang berfungsi memperindah.
50
f. Vas Bunga Vas bunga adalah sebuah tempat untuk menaruh bunga, biasanya vas bunga terbuat dari kaca dan keramik. g. Asbak Asbak adalah sebuah wadah yang digunakn untuk membuang abu rokok dari pengunjung yang merokok. h. Tempat Sampah Tempat
sampah
digunakan
untyuk
membuang
sampah
dari
pengunjung. Dan untuk di tempat umum biasanya tempat sampah merupakan salah satu hal penting. 2.1.6 Prinsip Desain Untuk dapat menciptakan desain perancangan yang lebih baik dan menarik perlu diketahui tentang prinsip-prinsip desain. Adapun prinsipprinsip desain itu sendiri yaitu : 1) Harmoni Harmoni adalah prinsip desain yang menimbulkan kesan adanya kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek atau ide atau adanya keselarasan dan kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang dipadukan. Dalam suatu bentuk, harmoni dapat dicapai melalui kesesuaian setiap unsur yang membentuknya. 2) Proporsi Proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain yang dipadukan. Untuk mendapatkan suatu susunan yang menarik perlu diketahui bagaimana cara menciptakan hubungan jarak yang tepat atau membandingkan ukuran objek yang satu dengan objek yang dipadukan secara proporsional. 3) Balance
51
Balance atau keseimbangan adalah hubungan yang menyenangkan antar bagian-bagian dalam suatu desain sehingga menghasilkan susunanyang menarik. Keseimbangan ada 2 yaitu : a.Keseimbangan simetris atau formal maksudnya yaitu sama antara bagiankiri dan kanan serta mempunyai daya tarik yang sama. Keseimbangan ini dapat memberikan rasa tenang, rapi, agung dan abadi. b.Keseimbangan asimetris atau informal yaitu keseimbangan yang diciptakandengan cara menyusun beberapa objek yang tidak serupa tapi mempunyai jumlah perhatian yang sama. Objek ini dapat diletakkan pada jarak yang berbeda dari pusat perhatian. Keseimbangan ini lebih halus dan lembut serta menghasilkan variasi yang lebih banyak dalam susunannya. 4) Irama Irama dalam desain dapat dirasakan melalui mata. Irama dapat menimbulkan kesan gerak gemulai yang menyambung dari bagian yang satu ke bagian yang lain pada suatu benda, sehingga akan membawa pandangan mata berpindah-pindah dari suatu bagian ke bagian lainnya. Akan tetapi tidak semua pergerakan akan menimbulkan irama. Irama dapat diciptakan melalui : a.Pengulangan bentuk secara teratur b.Perubahan atau peralihan ukuran c.Melalui pancaran atau radiasi 5) Aksen/center of interest Aksen merupakan pusat perhatian yang pertama kali membawa mata pada sesuatu yang penting dalam suatu rancangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan aksen : a.Apa yang akan di jadikan aksen b.Bagaimana menciptakan aksen
52
c.Berapa banyak aksen yang dibutuhkan d.Dimana aksen ditempatkan 6) Unity Unity atau kesatuan merupakan sesuatu yang memberikan kesan adanya keterpaduan tiap unsurnya. Hal ini tergantung pada bagiamana suatu bagian menunjang bagian yang lain secara selaras sehingga terlihat seperti sebuah benda yang utuh tidak terpisah pisah.
2.1.7 Dasar Desain Kursi Tujuan dari fasilitas duduk adalah menyanga tubuh manusia sehingga kestabilan postur tubu dapat terjaga dengan baik. Dengan demikian didapatkan rasa nyaman untuk beberapa waktu lamanya secara psikis merasakan kepuasan. Pheasat 1988, memberikan acuan sebagai titik tolak dalam mendesain sebuah kursi sebagai berikut : A. Tinggi Alas Duduk (Seat Height) Tinggi alas duduk adalah jarak yang didapat dari lantai ke arah permukaan alas duduk. Bila alas duduk memakai bantalan busa, jarak dihitung sampai permukaan busa tersebut kempes ketika diduduki. Penting sekali mengetahui ukuran rata-rata panjang kaki bagian bawah (popliteal). Pertimbangan lainnya adalah alas kaki yang dipakai oleh pemakai, misalnya sepatu atau sandal. Tinggi outsole (haq sepatu) cukup berpengaruh pada penentuan tinggi alas duduk. Jika ukuran tersebut terlalu tinggi, posisi kaki akan menggantung dan mengakibatkan pembebanan statik yang berlebih pada lipatan lutut bagian dalam. Namun sebaliknya, jika alas duduk terlampau rendah. kaki akan terlipat. Akibatnya, distribusi beban mengalir ke arah pinggul dan mengakibatkan kelelahan pada otot di sekitar tulang duduk. Energi yang dibutuhkan untuk berdiri pun relatif lebih besar dibanding dengan tinggi alas duduk normal.
53
Karena bentuk kaki manusia yang organis, kontur permukaan alas duduk sangat berpengaruh pada kenyamanan. Bentuk alas duduk paling dasar adalah flat/datar. Namun, dengan desain yang berbentuk kurva yang mengikuti kontur paha akan terasa lebih nyaman karena bagian kaki sebagian besar disangga oleh alas duduk tersebut. Rentang dimensinya diharapkan dapat dipakai oleh populasi pria dan wanita. Oleh karena itu disarankan untuk memakai acuan ukuran pemakai pendek. Dengan demikian masih bisa diperkirakan pemakai dengan ukuran tinggi juga dapat memakai kursi. Asumsinya, telapak kaki harus terletak pada permukaan lantai dan tinggi duduk dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tekanan pada bagian bawah paha. Pemanfaatan bantalan busa (cushion) sangat disarankan dalam melapis permukaan alas duduk. Bahan ini sangat membantu dalam distribusi beban ke seluruh bagian paha. Konsensus Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) dan The Hinnan Factors Society memberikan aturan untuk pemakaian bantalan (padding) tersebut sebagai berikut : 1. Permukaan alas duduk harus datar dan bagian ujung yang menyentuh lutut bagian dalam dibuat melengkung (rounded edge). 2. Elastisitas bahan busa diusahakan tidak terlalu empuk, tetapi padat. Meski demikian, jangan terlampau keras sehingga dapat diperkirakan pemakai yang berbobot besar tidak membuat lapisan busa tersebut kempes atau turun. B. Kedalaman Alas Duduk (Seat Depth) Jarak ini diukur dari ujung alas duduk sampai ke belakang menyentuh sandaran punggung. Jarak ini bergantung pada ukuran rata-rata panjang paha pemakai. Jika terlalu panjang, ujung alas duduk akan menekan daerah lutut bagian dalam (popliteal). Semakin dalam ukuran alas duduk. Akan mempersulit pengguna kursi untuk duduk dan berdiri.
54
C. Sandaran Duduk (Backrest) Pada prinsipnya, sandaran punggung berfungsi untuk menahan beban anggota tubuh bagian atas dan hal ini yang membedakan dengan bangku tanpa sandaran. Secara ideal posisi sandaran duduk tidak tegak lurus terhadap alas duduk, melainkan agak condong ke belakang. Ini berguna agar pinggul tidak menahan secara langsung tubuh bagian atas, melainkan sebagian didistribusikan ke arah sandaran (garis berat menjadi mundur). Oleh karena mobilitas gerakan bahu yang tinggi, ada beberapa variasi sandaran punggung yang dapat direkomendasi dalam desain : 1. Sandaran Lumbar (low-level back rest). Lumbar adalah bagian tubuh yang terletak di daerah punggung bagian bawah dan di atas pinggang. Pendekatan ini ditujukan untuk mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku dan tegang. Hal ini juga dapat mengurangi
kecenderungan
tulang
belakang
berubah
konfigurasi bentuknya. Umumnya, kursi kantor banyak memakai pendekatan ini karena fungsi kerja menjadi lebih optimal. Hal itu disebabkan oleh posisi tubuh yang cenderung terus tegak dan tidak mengakibatkan posisi duduk melorot atau meluncur ke arah depan. 2. Sandaran Bahu (medium -level back rest). Sandaran yang dirancang untuk menyangga punggung dan berakhir sampai ke bahu. Tinggi idealnya adalah 645mm dengan pertimbangan pria 95`x’% tile (paling tinggi), dapat duduk dengan nyaman. 3. Sandaran Penuh Bahu dan Kepala. Pendekatan ini banyak dipakai pada kursi eksekutif. The Swan dan The Egg karya desainer Arne Jacobsen memanfaatkan sandaran kepala (head rest) agar pengguna dapat menyandarkan kepala untuk istirahat tanpa harus meluncurkan badan ke bawah.
55
Tinggi idealnya 900 mm dengan pertimbangan pria (paling tinggi) dapat menyandarkan kepalanya dengan nyaman. D. Lebar Alas Duduk (Seat Width) Pada prinsipnya sejauh tulang duduk dapat tersangga dengan baik oleh alas duduk, dapat dikatakan kita telah duduk dengan baik. Akan tetapi, dari perhitungan kenyamanan, hal tersebut belum dapat dikatakan sepenuhnya nyaman karena ada bagian pantat yang harus disangga. Dengan sendirinya jarak minimal antar tulang duduk (ischial tuberosities / IT) harus diperlebar. E. Sudut sandaran Agar beban terdistribusi secara merata, sandaran perlu dibuat sedikit condong ke belakang. Jika pengukuran sudut rebah lebih besar dari yang direkomendasikan, akan terjadi kemungkinan kesulitan untuk berdiri karena badan harus ditarik ke depan terlebih dahulu. F. Sudut Alas Duduk Sudut ini dibentuk oleh bidang alas duduk terhadap permukaan lantai. Fungsi sudut alas duduk ini adalah memperbesar bidang tekan dan sentuh
antara
permukaan
sandaran
dengan
punggung
dan
memperkecil resiko tergelincir ke depan pada saat duduk (slide out). G. Sandaran Lengan Komponen ini tidaklah terlalu mutlak harus ada pada setiap desain kursi. Untuk beberapa kasus memang diperlukan adanya sandaran tangan sebagai alas istirahat tangan dan tumpuan pada saat pengguna berdiri. Lebih disarankan ujung sandaran yang tidak terlalu tajam (wide rounded edge). 2.1.8 Pengertian Ergonomi dan Antopemetri Aspek “ergonomi” (ergo = kerja, nomos = peraturan dan hukum kerja). Ergonomi mengintegrasikan ilmu biologi tentang manusia dengan
56
ilmu teknik dan teknologi. Konsep ergonomi tercapai ketika suatu desain dapat berfungsi efisien di tangan manusia. Prinsip-prinsip ergonomi ini sudah ditetapkan secara internasional. Standar ergonomi dalam desain tempat duduk sama mutlaknya dengan standar-standar ergonomi di bidang lain, seperti arsitektur, interior, dan lainlain . Artinya, ini harus dijadikan dasar dalam perancangan untuk mencapai fungsinya yang maksimal. Kenyamanan, salah satunya. Misalnya, sudut kemiringan kursi. Ukuran standar kemiringan kursi menurut ilmu ergonomi adalah 95-107°. Jika kurang dari itu, kursi tidak akan nyaman diduduki. Jika hendak menciptakan sebuah desain yang ergonomis, salah satu bidang penyelidikan yang harus diperhatikan adalah antropometri. Khusus untuk desain alat duduk, antropometri memungkinkan para desainer menciptakan alat duduk yang menunjang kenyamanan, kemudahan, dan keamanan melalui ukuran-ukuran baku yang bisa diikuti. Walaupun begitu kursi tiruan tidak benar benar bisa sama dengan yang asli. Berikut pengertian ergonomi dan antropometri : a. Ergonomi adalah sebuah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, rekayasa, manajemen, dan desain. Istilah “ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon ‘kerja’ dan nomos ‘hukum alam’ (Bridger,1995). Menurut Grandjean (1980), inti ergonomi adalah kesesuaian antara karakter pekerjaan dengan karakter manusia (fitting the task to the man) permasalahan aktivitas manusia, di Amerika Serikat, ergonomi bisa pula disebut dengan istilah Human Factors. b. Antropometri menurut Bridger (1995) adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos ‘manusia’ dan
metron
‘mengukur’.
Antropometri
merupakan
kumpulan
informasi dimensi tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain sistem kerja agar didapat suatu kondisi yang nyaman dan aman. (Sriwarno, Andar Bagus (2011) Pengantar Studi Perancangan Fasilitas Duduk.)
57
Berikut ini standar ukuran kursi untuk kategori dewasa dengan ukuran normal : 1) Dudukan Lebar
: 40-50cm
Dalam
: 37,5-45cm
Tinggi
: 40-45cm
2) Armrest (Sandaran tangan) Tinggi dari dudukan :
17,5 - 22,5 cm (7"-9")
Lebar: rata-rata 5 cm (2") Panjang dari pangkal hingga ujung: minimum 20 cm (8") Kemiringan dari depan: 5 - 7,5 cm (2"-3") 3) Sandaran Tinggi : 30-40cm dari atas dudukan Sudut kemiringan : 0°-5° (formal); 10°-15° (casual)
Gambar 2.25 Posisi Standar Duduk
58
Sumber : Human Dimension & Interior Space.
Gambar 2.26 Posisi Standar Duduk Kursi Santai Sumber : Human Dimension & Interior Space.
59
Gambar 2.27 Posisi Standar Duduk Sofa Pria & Wanita Sumber : Human Dimension & Interior Space.
60
Gambar 2.28 Posisi Standar Duduk Lounge Sumber : Human Dimension & Interior Space.
61
Gambar 2.29 Posisi Kerja Penerima Tamu/Tinggi Konter Sumber : Human Dimension & Interior Space.
Gambar 2.30 Posisi Kerja Penerima Tamu/Tinggi Meja Tulis Sumber : Human Dimension & Interior Space.
62
2.1.6 Warna Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu, Cahaya, Objek, dan Observer (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Didalam ruang gelap dimana tidak ada cahaya kita tidak bisa mengenali warna. Demikian juga jika kita menutup mata, maka kita tidak dapat melihat warna suatu objek, sekalipun ada cahaya. Begitu juga halnya bila tidak ada sesuatu objek yang kita lihat maka kitapun tidak bisa mengenali warna. Warna mempunyai tiga bagian yang terdapat dalam lingkaran warna (color wheel). Warna pada lingkaran tersebut adalah : a) Warna Primer terdiri atas warna merah, kuning, dan biru. Warna primer merupakan warna dasar dalam lingkaran warna. b) Warna Sekunder terdiri dari orange, hijau, dan ungu. Warna sekunder merupakan pencampuran dua warna primer dengan perbandingan yang sama. c) Warna Tersier merupakan pencampuran antara warna primer dan sekunder disebelahnya dengan perbandingan yang sama. Dari warna-warna primer, sekunder dan tersier bisa diartikan sifat dari warna tersebut yaitu : a) Warna biru selalu dihubungkan dengan langit dan air bagai kehidupan dan kekuatan. Mempunyai sifat tenang dan menyejukkan. b) Warna hijau mempunyai kesan alami dan sehat. Warna hijau adalah warna yang langsung mengasosiasikan kita akan pemandangan alam. c) Warna Kuning identik dengan kemegahan dan teriknya matahari. Mempunyai kesan terang dan kehangatan. d) Warna Hitam mempunyai kesan keabadian dan keanggunan. Hitam sendiri sebagai simbol kekuatan, kecanggihan dan menggambarkan kematangan berpikir dan kedalaman akal yang menghasilkan karya. e) Warna Ungu adalah warna yang mewah dan kompleks,lebih disukai oleh tipe yang sangat kreatif dan eksentrik dan mempunyai kesan agung dan keindahan.
63
f) Warna Merah Jambu adalah warna yang dapat memberikan suasana berbeda-beda
tergantung
pada
intensitas
kita,
tetapi
kecenderungannya mengarah kepada kelembutan dan romantis. g) Warna Orange bukanlah warna yang serius, umumnya lebih disukai oleh orang-orang berkepribadian “extrovert”. Dalam kehidupan sehari-hari warna orange juga diasosiasikan pada kehangatan alam, khususnya warna matahari terbenam. h) Warna Merah berasosiasi pada sesuatu yang membangkitkan selera, kegairahan, emosi, menggelegak dan semangat yang membara. i) Coklat adalah warna tanah sebagai simbol warna dari sifat positif dan stabilitas. Coklat dihubungkan dengan kesederhanaan dan abadi. j) Warna Putih adalah warna yang memberikan kemurnian dan kesederhanaan. Putih juga melambangkan kesucian karena itulah putih sering digunakan untuk acara-acara yang bersifat sakral seperti acara pernikahan atau acara keagamaan. (Dameria Anne, 2007 color basic panduan dasar warna untuk desainer & industri grafika)
Gambar 2.31 Color Wheel Sumber : http://moyuc.com
64
2.2
Tinjauan Khusus 2.2.1 Sejarah The Patra Bali Resort & Villas Pada 1972, Pertamina, perusahan minyak nasional membangun guesthouse di pantai Kuta Selatan yang ditujukan untuk para pekerja Pertamina. Seiring dengan perkembangannya maka guesthouse ini semakin terkenal sebagai tempat para expatriat yang bekerja di Pertamina untuk menghabiskan waktu berlibur mereka di Bali, maka pada tahun 1973, Dr. Ibnu Sutowo, Direktur Utama Pertamina saat itu, memutuskan untuk merubah guesthouse menjadi tempat penginapan yang mewah dengan kapasitas lebih dari 22 bungalow, ada restoran, bar, kolam renang, perkantoran lengkap dengan tata kebun yang menarik, kemudian dikenal dengan nama Pertamina Guesthouse (WISMA PERTAMINA). Pada 1975, penambahan bangunan dan berbagai fasilitas yang diperlukan guesthouse telah
diselesaikan mencapai 156 kamar termasuk
Presidential Suite, Coffee Shop, Bar, ruang konferensi yang luas dengan kapasitas mencapai 800 tempat duduk, sebuah ruang pertemuan serta berbagai fasilitas lainnya yang terbentang di atas lahan seluas 10.4 hektar. Pada 9 Agustus 1975, Dr. Ibnu Sutowo, Direktur Utama Pertamina, meresmikan Pertamina Cottages, sebagai hotel internasional yang terbuka untuk umum. Pada tahun 1976, pertama kalinya PERTAMINA COTTAGES menjadi tempat diadakannya meeting-meeting berskala internasional, yaitu The International World for ASEAN Summit Conference & OPEC Conference. Tahun 1979
Pertamina Cottages mendapat anugerah Five Star Hotel
oleh Dirjen Pariwisata (Hotel Bintang Lima pertama yang ada di Bali). Tahun 1980 adalah masa keemasan Pertamina Cottages dalam tingkat huniannya selama 10 tahun beroperasi. 1983 Menambah fasilitas: Yashi Restaurant, Restaurant masakan Eropa, dan kamar dengan
total kamar menjadi 178
kamar. 04 February 1983, Pertamina Cottages menerima « International Award for Hotel ». 21 Agustus 1984, PT Patra Jasa, anak perusahaan Pertamina ditunjuk secara ekslusif untuk bertanggung jawab dan memanage Pertamina Cottages, yang berada dilahan tanah sebesar 10.4 hektar.
65
Direktur Umum Pertamina R. Hasmoro menyerahkan
Pertamina
Cottages kepada Ben S. Samsu, Direktur PT Patra Jasa.Semenjak pembukaan pertama sebagai guesthouse, Pertamina Cottages telah dikelola dan di bawah pengawasan langsung Pertamina sampai dengan Agustus 1984, kemudian manajemen memutuskan untuk mengalihkan tanggung jawab pengelolaannya kepada PT Patra Jasa, dan menjadi Patra Jasa Resort Bali yang
telah
mendapat kunjungan kehormatan dari para pemimpin dunia. 10 Maret 1997 PERTAMINA COTTAGES berganti namanya menjadi LTI PATRA JASA HOTEL. Bersama Marketing International dari German ini, LTI PATRA JASA HOTEL, pada saat itu dipimpin langsung oleh seorang General Manager dari SWITZERLAND yaitu MR. ALEX KUENZLI, Dengan jumlah kamar pada saat itu adalah 206 kamar. Pada 10 April 2000, dibawah Kepemimpinan Bapak Jasa Purba nama LTI PATRA JASA HOTEL namanya diganti lagi dengan nama PATRA JASA BALI RESORT. Pada tahun 2001, mulai diadakan renovasi besar – besaran dan berganti lagi dengan nama PATRA RESORT BALI sampai tahun 2002 dengan GM bernama Bapak Soekiman Surip. Bali, 10 September 2003 – diumumkan peresmian wajah baru The Patra Bali Resort & Villas yang dibuka secara resmi oleh Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, I Gede Ardika. Pada Oktober 2003, saat itu General Manager bernama Djinaldi Gosana, THE PATRA BALI RESORT & VILLAS mendapat kehormatan untuk dijadikan tempat pertemuan antara Presiden USA, GEORGE W. BUSH dengan Presiden RI, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI. The Patra Bali Resort & Villas sebelumnya bernama Patra Jasa Bali, mulai direnovasi total pada bulan Maret 2002, perombakan menyeluruh baik dari segi fisik maupun konsep dengan total dana yang dibutuhkan sebesar Rp. 170 miliar. The Patra Bali Resort & Villas dirancang dengan konsep yang unik yaitu perpaduan dua compound yang berbeda dalam satu lokasi, The resort dan The villas ‘resort within resort’. Dengan total kamar sampai saat ini berjumlah 228 kamar. Pada tahun 2003 selama beberapa bulan, Bapak
66
Djinaldi Gosana digantikan oleh Bapak Andreas Bindoan sebagai Pjs. General Manager. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, The Patra Bali Resort & Villas di pimpin oleh seorang Putra Daerah Bali dari Desa Angligan Selemadeg – Tabanan yang bernama I Gst. Kade Heryadi Angligan. Selajutnya tahun 2007 sampai dengan Nov. 2008, The Patra Bali Resort & Villas dipimpin oleh Bapak Tatang S. Herawan. Nov 2008 – July 2009 digantikan oleh Bapak Amir Rohani, sekarang beliu menjabat sebagai Kadiv. Hotel PT. Patra Jasa. Dari July 2009 – July 2011 dipimpin oleh Bapak Hakim Kurniawan Affan. Semasa kepemimpinan beliau banyak telah mendapatkan penghargaan – penghargaan. Penghargaan-penghargaan / AWARDS tersebut adalah: 1) The Best Hotel & Service Excellent of The Year by Kementrian Republic Indonesia (Pariwisata, Perdagangan, Kadin Indonesia, Education) and International Business & Company Award. 2) ITTA AWARDS as THE Best Indonesia Leading Airport Hotel in Indonesia by Tourism Ministry & ITTA Foundation. 3) Gold Medal Award For Tri Hita Karana. 4) The Best of The Best For Food Festival at Art Centre. Semenjak July 2011 – sekarang, TPBRV dipimpin oleh Bapak I Nyoman Wiryanata. Pada masa kepemimpinan Bapak I Nyoman Wiryanata mendapatkan penghargaan sebagai berikut: 1) Patra Adikriya Bhumi Madya – PT. Pertamina (tanggal 10 Des. 2011) 2) Tri Hita Karana Award Gold Medal tahun 2011 (tanggal 17 November 2011) 3) Sertifikat Mlapa Mlapi tahun 2011 Seiring berjalannya waktu, perubahan selalu terjadi, karena adanya penyamaan nama untuk semua corporate PT. Patra Jasa, maka nama The Patra Bali Resort & Villas dan unit-unit lainnya juga harus diubah dengan
67
mengisi nama depannya Patra Jasa, kalau di Bali sekarang menjadi Patra Jasa Bali Resort & Villas mulai tanggal 17 July 2012, berbarengan dengan Ulang Tahun PT. Patra Jasa yang ke 37 oleh Direktur Umum PT. Patra Jasa yaitu Bapak Donny J. Subakti. Dan di launching oleh General Manager waktu itu, I Nyoman Wiryanata didepan Keluarga Besar Patra Jasa Bali Resort & Villas pada tanggal 21 July 2012 pada perayaan HUT ke 37 Patra JAsa Bali Resort & Villas. Selain itu ada juga beberapa perubahan mengenai fasilitas hotel yaitu : 1) Renascimento Italian Restaurant, semenjak tanggal 1 July 2012, di hand over penanganannya atau dioutsourcing pengelolaannya dan juga SDMnya dengan Maestro Management dengan nama baru menjadi MAESTRO BAR LOUNGE & RESTORANTE 2) Tenku Japanese Rest. Ditutup operasionalnya, dan dipindahkan ke Coffee Shop Pada tanggal 08 February, Tugas GM diserahterimakan ke Ibu Cok Istri Rai Lahriani, yang baru saja dilantik sebagai Executive Asst. Manager per tanggal 01 February 2013. Beliau menjabat sebagai Pjs. General Manager sampai tanggal 15 April 2013. Dan diserahterimakan kembali kepada pejabat General Manager yang baru yaitu Bapak Teguh Supriyanto, mantan GM Patra Jasa Semarang.
Gambar 2.32 Logo Patra Jasa sumber : Data Pribadi Patra Jasa
68
2.2.1.1 Konsep Desain The Patra Bali Resort & Villas The Patra Bali Resort & Villas adalah sebuah hotel yang berada di Bali tepat berada di bibir pantai Kuta. The Patra Bali Resort & Villas sendiri mengusung konsep modern tradisional balinese yang bisa terlihat sejak pertama memasuki area lobi. Pada area lobi sendiri terdapat dua patung besar yang terletak di tangga utama pintu masuk lobi dan juga terdapat satu buah gong, dimana gong itu dibunyikan saat menyambut tamu yang datang. Pada bagian dalam kita bisa melihat dua dinding yang dihiasi dengan dua lukisan besar yang menggambarkan tentang kehidupan masyarakat Bali. Lobi memiliki desain interior yang menerapkan ketinggian ceiling diatas tiga meter, lalu memiliki mezanin yang langsung menghadap kelaut. Untuk bagian lobi sendiri menghadap ke arah timur, tetapi hotel Patra tersebut menetapkan fasat dari bangunan hotel menghadap barat atau pantai Kuta selatan. Patra Jasa sendiri merupakan hotel lama, sudah mengalami beberapa kali perubahan dari awal sampai sekarang agar bisa mengikuti perkembangan jaman. Karakter dari hotel patra sendiri adalah bangunan yang terdiri dari banyak cottage dan villa di dalamnya. Para pegawai dan pekerja disana yang ramah dan selalu memakai baju atau sekedar aksen-aksen khas Bali menambah atmosfer tradisional kehidupan Bali di dalamnya.
Kesan
tradisional sangat terasa jika kita berada didalam kawasan hotel Patra Jasa. 2.2.1.2 Visi Misi The Patra Bali Resort & Villas VISI DARI PT.PATRA JASA ‘’ MENJADI PERUSAHAAN DI INDUSTRI HOSPITALITI DAN PROPERTI YANG SELALU DIPILIH PELANGGAN’’ MISI DARI PT. PATRA JASA MISI 1 “ Mengutamakan kepuasan pelanggan untuk memaksimalkan hasil perusahaan’’
69
Apabila pelanggan puas, pelanggan akan setia dan mendatangkan pelanggan baru, hasil perusahaan meningkat demikian juga dengan kesejahteraan seluruh karyawan MISI 2 “ MENJALANKAN USAHA DENGAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE ‘’ Good Corporate Governance akan membuat Patra Jasa berkembang bukan hanya jangka pendek atau menengah melainkan berkesinambungan untuk jangka panjang. MISI 3 ‘’ MENGEMBANGKAN PERUSAHAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA’’ Patra Jasa adalah perusahaan yang percaya sepenuhnya bahwa kemajuan hanya bisa dicapai melalui sumber daya manusia yang dimilikinya dan mengembangkan sesuai dengan potensi dan kompetensinya. TATA NILAI PERUSAHAAN TATA NILAI 1 “ SATISFACTION’’ Kepuasan disini meliputi kepuasan para stakeholder yang terdiri dari : pelanggan, pemegang saham, pemasok, pemerintah, masyarakat dan para karyawan. TATA NILAI 2 “ MAXIMIZATION OF PROFIT ‘’ Keuntungan perusahaan harus diraih setinggi mungkin karena dengan demikian dapat menjadi modal untuk mengembangkan perusahaan dan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan TATA NILAI 3
70
“ INNOVATION ‘’ Hanya dengan melakukan inovasi-inovasi baru baik dalam hal layanan, system, manajemen maka kepuasan dan keuntungan dapat diraih. TATA NILAI 4 “ LEARNING CONTINOUSLY’’ Agar semua yang dicita-citakan dapat tercapai maka dibutuhkan pembelajaran terus menerus di semua lapisan manajemen baik belajar dari dan oleh orang lain maupun belajar dari dan oleh diri sendiri. TATA NILAI 5 “ ENVIRONMENTAL And SOCIAL RESPONSIBILITY’’ Kita sadar bahwa kita adalah bagian dari kehidupan yang lebih besar, maka kita akan meraih itu semua dengan tetap memperhatikan lingkungan serta aspek social disekitar kita. 2.2.1.3 Struktur Organisasi The Patra Bali Resort & Villas
Gambar 2.33 Struktur Organisasi Sumber : Dokumen Patra Jasa
71
2.2.2 Data Proyek Dilihat dari letak bangunan yang berada di tepi pantai dan fungsi dari hotel Patra sendiri adalah diperuntukkan untuk berlibur maka hotel Patra termasuk dalam jenis hotel Resort Pantai. Letaknya yang berada dekat bandara dan memiliki akses langsung ke pantai Kuta membuat The Patra Bali Resort & Villas menjadi pilihan favorit bagi para pengunjung dan menjadi salah satu tempat terhormat karena seringnya acara-acara yang berhubungan dengan kenegaraan yang menjadikan The Patra Bali Resort & Villas tempat menginap para tamu terhormat internasional dan kepala negara. The Patra Bali Resort & Villas sendiri tergolong hotel berbintang lima di Bali. Mengusung tema Modern Tradisional Balinese membuat nilai-nilai tradisional masih kental didalamnya dengan sentuhan modern yang sejalan dan menciptakan kehangatan dan ketenangan saat berada pada area hotel tersebut. Alamat The Patra Bali Resort & Villas Jl. Ir. H. Juanda, South Kuta Beach , Kuta 80361, Bali - Indonesia Telp. No
: (0361) 9351161
Fax No
: (0361) 9352030
Email
:
[email protected]
Website
: www.thepatrabali.com
72
Gambar 2.34 Peta Lokasi Sumber : Data Pribadi Patra Jasa KATEGORI KAMAR
Tabel. 2.1 Kategori Kamar TIPE KAMAR
Royal Villa 3 bed rooms 1 unit US$1,750
Royal Villa 2 bed rooms 3 units
FOTO RUANGAN
73
US$1,500
e
President Suite 1 unit US$1,250
74
Crown Villa 1 units US$1,000
Honeymoon Villa 6 units US$ 950
75
Garden Villa 4 units US$ 900
76
Executive Suite 3 units US$ 750
Studio Suite 3 units US$ 300
77
Embassy Suite II 2 units US$ 480
Embassy Suite I 8 units US$ 420
Deluxe Suite 124 units
78
US$ 330
Deluxe Room 72 units US$ 228
Sumber: Dokumen Pribadi Resort: 206 unit The Resort dibidik untuk pasar middle-up. Mendapatkan layanan yang tidak kalah ekslusif dengan dapat menikmati berbagai fasilitas baru seperti dengan adanya Mainpool dikombinasikan dengan lagoon, menghadap kelaut. Villas: 22 unit Resort within Resort – semi-boutique dibidik untuk pasar tingkat upper-class atas karena lebih mendapat layanan eksklusif seperti: proses check-in, layanan butler 24 jam, floating restaurant, villas dengan plunge pool sendiri, dll. Luas kamar Standard kamar yang sangat luas antara 40 – 45 m2 (hotel lain mengklaim suite). Lahan yang sebesar 10.4 hektar
79
Service & Fasilitas a. NIRVANA SPA – THE PATRA SPA, per Agustus 2011 di handle oleh Nirvana Spa (Outsourcing) yang khusus memberikan treatment untuk 3 hal: Rejuvenation (peremajaan), Stress Management (mengatasi dan memanage stress), Detoxification (mengeluarkan racun dari dalam tubuh) b. KIDS’ CLUB dengan
berbagai fasilitas yang bisa menampung 200
orang anak, ada Children Pool, Play Station (PS One & PS Two), VCD, Kid bed room, Baby Sitting Room, Games room, homely TV Channel, The Kid’s Club Merchandises (T-shirt, Bag, Passport Bag, Bottle bag, The kid’s Club ID Card) dengan program Educative art dan Sport activities. Di Kid’s Club juga tempat untuk menyewa sepeda gunung untuk tamu sebesar Rp. 30.000,-/jam/sepeda. c. KOLAM RENANG (Kintamani Lagoon Pool, Tamblingan Pool, Beratan Pool) d. MEETING ROOM: 1) The Denpasar Ballroom 2) (bisa di bagi – bagi menjadi denpasar room 1 – 4) 3) The Gianyar 4) The Tabanan 5) The Jembrana 6) Pre Function Room 7) The Wantilan e. FOOD & BEVERAGE OUTLET 1) Teratai Coffee Shop 2) Sunset Mezzanine 3) The Lobby Lounge
80
4) Ten Ku Japanese Restaurant 5) Renascimento Italian Restaurant 6) The Cellar Underground Pub 7) Matahari Ampitheater 8) The Heritage Floating Restaurant 9) Chef Table Lunch 10) Pool Sunken Bar 11) Room Service 12) The Bar’s f. Tennis Courts g. Laundry & Dry Cleaning h. Drugstore i. Shopping Arcades j. Shuttle Services
81
Gambar 2.35 Fasilitas Hotel Sumber : www.thepatrabali.com
2.2.3 Hasil Observasi Lapangan Berikut hasil observasi dari ketiga hotel resort yang berada di Bali :
82
Tabel 2.2 Hasil Observasi KETERANGAN HOTEL
FASILITAS HOTEL
12Food and beverages outlets Kids Playground Swimming Pool Spa & Health Club Tennis Court Wifi In The Room & Hotel Area Shopping Arcades Drugstore Business Center The Patra Bali Resort & Villas Jl. Ir. H. Juanda,
Shuttle Service Pick up and Transfer From/To Airport
South Kuta Beach ,
Tour Service
Kuta 80361, Bali –
6 Function Room
Indonesia.
Room Service 24hr
GAMBAR
83
Alila Gallery Spa Alila Sunset Cabana Chauffeur Services Gym and Wellness Activities Cliff-edge
50-metre
pool Wifi In The Hotel Area Library Alila Uluwatu Bali
24-hour clinic Room Service 24hr
Jl Belimbing Sari Banjar Tambiyak, Desa Pecatu, Bali, 80364, Indonesia
84
Swimming Pool Spa & Massage Tennis Court Bicycle Rental Surf School Atm Booths Baby Cot Car Park Grand Inna Bali
Laundry, Pressing & Dry
Jl. Pantai Kuta No. 1 Benoa Kuta Selatan Badung Bali, 80361, Indonesia
Money Changer Pick up and Transfer From/To Airport Tour Service Wifi In The Hotel Area
85
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada ketiga lobi dari hasil observasi ketiga hotel dapat disimpulkan bahwa area lobi merupakan area publik, dimana area lobi yang merupakan area utama pada suatu hotel memiliki peran penting didalamnya. Pada setiap lobi hotel memiliki kegiatan yang sama di dalamnya, yaitu proses check incheck out, menunggu, dan mencari informasi. Lalu dapat juga disimpulkan dari setiap lobi hotel dipastikan memiliki furnitur utama yang terdiri dari : 1) Kursi Kursi sudah dikenal oleh hampir seluruh manusia dengan fungsi umumnya yaitu untuk dipakai duduk oleh mereka. Biasanya memiliki 4 kaki untuk mendukung berat, dan kursi memiliki banyak jenis sesuai dengan tempat penempatan dan kebutuhan. Pada area lobi kursi digunakan sebagai tempat untuk menunggu para pengunjung yang ada di area tersebut, dan kursi merupakan hal yang paling dibutuhkan dan dicari saat seseorang melakukan aktifitas menunggu. 2) Sofa Sofa adalah sarana duduk yang memiliki ukuran besar. Sofa memiliki tipe yang berbeda pada setiap kebutuhannya, ada sofa 1 seat, 2 seat,, sofa 3 seat dan masih banyak sesuai dengan kebutuhan dan ruang. Sofa juga dilapisi dengan busa yang membuat pemakainya merasa nyaman. Selain kursi, sofa juga banyak dicari dan dibutuhkan pada area lobi disaat seseorang melakukan aktifitas menunggu.
86
3) Coffee Table Coffee table adalah sebuah meja yang berukuran tidak terlalu besar dan memiliki ketinggan yang rendah. Pada area lobi coffee table disandingkan dengan kursi atau sofa sebagai penunjang kebutuhan pengunjung yang datang dan bisa digunakan untuk meletakkan suatu benda diatasnya. 4) Meja Front Office Meja yang berada didepan yang berfungsi untuk menunjang aktifitas pegawai melayani pengunjung yang datang. Pada area lobi meja front office berfungsi sebagai tempat para tamu melakukan transaksi check in dan check out dan memberikan segala informasi yang dibutuhkan.
2.3
Data Aktual Lapangan 2.3.1 Data Lingkungan Lokasi The Patra Bali Resort & Villas yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima menit ke bandara adalah salah satu keunggulan dari The Patra Bali Resort & Villas itu sendiri. Mengingat The Patra Bali Resort & Villas sering digunakan sebagai tempat beristirahat dan tempat acara untuk kenegaraan sehingga memudahkan akses para tamu kenegaraan yang datang ke Bali. The Patra Bali Resort & Villas juga teretak tepat berada di bibir pantai kuta, hal membuat The Patra Bali Resort & Villas mempunyai private beach. 2.3.2 Layout Lobi Lobby The Patra Bali Resort & Villas memliki dua zona, yaitu zona public atau area menunggu dan zona semi private atau area resepsionis. Pada bagian lobi juga terdapat mezzanine yang disertai ruang pertemuan dan restoran Jepang. Jika diteruskan, dari area lobi terdapat lounge area dimana aktifitas breakfast dilakukan disana. Terdapat dua area pada lounge tersebut, yaitu indoor dan outdoor yang langsung berhadapan dengan kolam renang
87
utama The Patra Bali Resort & Villas. Dilihat dari letak bangunan yang berada di tepi pantai dan fungsi dari hotel Patra sendiri adalah diperuntukkan untuk berlibur maka hotel Patra termasuk dalam jenis hotel Resort Pantai.
Gambar 2.36 Denah Patra Jasa Sumber : Dokumen Patra Jasa Bali
88
Gambar 2.37 Layout Lobi Sumber : Dokumen Patra Jasa Bali
2.3.3 Hasil Survei Pengunjung Area lobi yang merupakan pusat pelayanan pada hotel mempunyai kegiatan yang cukup padat. Pengguna area lobi sendiri adalah para pegawai hotel serta pengunjung hotel. Setelah melakukan survei lapangan dan wawancara kepada salah satu pegawai The Patra Bali Resort & Villas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1) The Patra Bali Resort & Villas diperuntukkan untuk tempat berlibur atau beristirahat para keluarga. 2) The Patra Bali Resort & Villas juga sering digunakan sebagai tempat pertemuan kenegaraan atau pertemuan dari suatu perusahaan.
89
3) Pengunjung yang datang kebanyakan wisatawan asing. 4) Rata-rata usia pengunjung yang datang adalah 40tahun keatas. 5) Rata-rata pengunjung tinggal di The Patra Bali Resort & Villas dalam jangka waktu yang lama sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. 6) Area lobi sering dipenuhi para tamu disaat-saat tertentu yaitu pagi dan sore hari. 7) Area resepsionis juga cukup sibuk di jam-jam tertentu untuk melayani kebutuhan para tamu. 8) Jika area lobi sedang penuh, sarana duduk yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan pengunjung. Berikut gambaras secara umum pola sirkulasi yang terjadi di Hotel Patra Jasa :
Gambar 2.37 Pola Sirkulasi Sumber: Dokumen Pribadi
90
2.3.4 Data Furnitur The Patra Bali Resort & Villas
Gambar 2.38 Area Lobi Sumber: Dokumen Pribadi
Tabel 2.3 Data Furnitur The Patra Bali Resort & Villas KETERANGAN
Area Resepsionis
Kursi 45x50x40cm, kayu solid
Meja Resepsionis 150x80x70cm, kayu solid Table Lamp
Pot Bunga
GAMBAR
91
Area Menunggu
Sofa 1 seat 60x80x40cm, kayu solid & anayaman rotan
Coffe Table 40x40x40cm, kayu & top table marmer
Meja Console Tengah r120, kayu solid
Meja Console
Side Table
Meja Counter Bell Boy
Sumber: Dokumen Pribadi
92
2.3.5 Warna The Patra Bali Resort & Villas The Patra Bali Resort & Villas secara keseluruhan bangunan dan isinya menggunakan warna natural yaitu warna coklat. Coklat yang digunakan beragam jenisnya, mulai dari coklat tua hingga coklat muda. Warna coklat sendiri mencerminkan tradisi dan segala sesuatu yang berbau kebudayaan dan memiliki karakter yang hangat. 2.3.6 Data Material The Patra Bali Resort & Villas Material yang digunakan pada furniture lobby ini hampir 80% menggunakan kayu dan 20% rotan. Pengaplikasian kayu bisa kita lihat pada furniture seperti meja resepsionis, meja console, coffee table, meja counter, kursi dsb. Sedangkan pengaplikasian rotan digunakan dengan sistem anayam, dan digabungkan dengan kayu sebagai rangka utama. 2.3.7 Data Finishing The Patra Bali Resort & Villas Finishing yang digunakan untuk furnitur yang berada di lobi rata-rata menggunakan sistem finishing politure dan melamin. Kedua sistem finishing ini sangat populer dan banyak digunakan oleh kalangan pembuat furnitur. 2.3.8 Masalah Pada Lobi The Patra Bali Resort & Villas Masalah yang signifikan pada lobby The Patra Bali Resort & Villas adalah kurangnya sarana duduk untuk para pengunjung yang sedang menunggu di area tersebut. Akibatnya para pengunjung duduk di tempat yang sebenarnya tidak diperuntukkan untuk duduk, seperti duduk diatas koper yang mereka bawa. 2.3.9 Furnitur Yang Diharapkan Diharapkan perancangan furnitur dan aksesoris pada The Patra Bali Resort & Villas ini bisa memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang dan bisa memberikan sentuhan baru pada area lobi tersebut.