BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Museum Menurut Asiarto (2008:15), museum berakar dari kata latin “mouseion”, yaitu kuil untuk sembilan dewa muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Sedangkan pengertian museum menurut ICOM (International Council of Museums) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat, dan perkembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Beberapa klasifikasi museum yaitu: 1. Dari jenis koleksinya a. Museum Umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu b. Museum Khusus, koleksinya mencakup satu disiplin ilmu 2. Dari asal koleksinya: a. Museum Internasional, koleksinya berasal dari seluruh dunia b. Museum Nasional, koleksinya berasal dari suatu Negara c. Museum Regional, koleksinya berasal dari suatu daerah 1
2
d. Museum Lokal, koleksinya berasal dari suatu Kotamadya/ Kabupaten tertentu. 2. Dari penyajian koleksi : a. Museum Terbuka, penyajian koleksinya dilakukan secara terbuka b. Museum Tertutup, penyajian koleksinya dilakukan secara tertutup c. Kombinasi antara museum terbuka dan tertutup. 3. Dari waktu penyajian: a. Museum tetap b. Museum temporer 4. Dari segi ilmu pengetahuan : a. Museum ilmu alam b. Museum teknologi dan industry c. Museum sejarah d. Museum seni rupa e. Museum sejarah seni rupa 2.1.1.a Unsur-unsur Museum Menurut Asiarto (2008:18-20) museum memiliki unsur-unsur seperti
bangunan/lokasi
dan
koleksi.
Bangunan
museum
setidaknya meliputi area publik dan non-publik yang berisi koleksi dan non-koleksi.
3
1. Bangunan / Lokasi Museum harus memiliki bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang. Bangunan pokok meliputi beberapa ruang sebagai berikut: a. Ruang pameran tetap b. Ruang pameran temporer c. Ruang auditorium d. Ruang kantor/ adminstrasi e. Ruang perpustakaan f. Ruang laboratorium g. Ruang penyimpanan koleksi (storage) h. Ruang edukasi i. Ruang transit koleksi j. Bengkel kerja preparasi Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai berikut: a. Ruang cendermata dan kafetaria b. Ruang penjualan tiket dan penitipan barang c. Ruang lobi d. Ruang toilet e. Ruang parkir dan taman f. Ruang pos jaga Bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang tersebut perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
4
a. Lokasi yang strategis b. Kenyamanan dan ketenangan c. Keamanan 2. Koleksi Koleksi museum adalah benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan satu atau berbagai cabang ilmu pengetahuan. Untuk menjadi koleksi, sebuah benda memerlukan syarat-syarat sebagai berikut: a. Mempunyai nilai penting bagi perkembangan kebudayaan manusia dan lingkungannya. b. Dapat diidentifikasi dari aspek ruang, waktu, bentuk, dan fungsinya. c. Dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya bagi penelitian ilmiah. d. Dapat dijadikan suatu monumen atau calon monumen dalam sejarah alam dan budaya. 2.1.1.b Pengguna Museum 1. Pengelola Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahkan dua bagian yaitu Bagian Administrasi dan Bagian Teknis.
5
a. Bagian Administrasi Petugas administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-menyurat,
kerumahtanggaan,
pengamanan,
dan
registrasi koleksi. b. Bagian Teknis Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan, dan humas. 2. Pengunjung Berdasarkan intensitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a. Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar. b. Kelompok orang yang baru mengunjung museum. Berdasarkan tujuan yang dimiliki pengunjung, dapat dibedakan atas beberapa hal yaitu: a. Pengunjung pelaku studi b. Pengunjung bertujuan tertentu c. Pengunjung pelaku rekreasi 2.1.1.c Persyaratan Berdirinya Museum Persyaratan museum menurut Pedoman Pendirian Museum (1993), terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu museum, antara lain :
6
1. Lokasi Museum a. Lokasi
yang
strategis,
bukan
untuk
kepentingan
pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan, dan masyarakat umum lainnya. b. Lokasi harus sehat, tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasir, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55 – 65%. 2. Persyaratan Bangunan a. Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa dijabarkan sebagai berikut : 1) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai : • Fungsi dan aktivitas • Ketenangan dan keramaian • Keamanan 2) Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan bagi pengunjung. 3) Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus. 4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat. 5) Area privat terdiri dari :
7
• Laboratorium Konservasi • Studio Preparasi • Storage 6) Area publik / umum terdiri dari : • Bangunan
utama,
meliputi
pameran
tetap,
pameran temporer, dan peragaan. • Auditorium, keamanan, gift shop, kafetaria,loket tiket, penitipan barang, ruang istirahat, dan tempat parkir. b. Persyaratan Khusus 1) Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer, harus dapat : • Memuat
benda-benda
koleksi
yang
akan
dipamerkan. • Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam. • Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki
daya tarik sebagai bangunan utama
yang dikunjungi oleh pengunjung museum. • Memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari segi
konstruksi,
spesifikasi
ruang
untuk
mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian. 2) Bangunan Auditorium, harus dapat : • Dengan mudah dicapai oleh umum.
8
• Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah. 3) Bangunan Khusus, harus : • Terletak pada tempat yang kering. • Mempunyai pintu masuk yang khusus. • Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian). 4) Bangunan Administrasi, harus: • Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya. c. Persyaratan Ruang Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut. 1) Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 210C – 260C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet.
9
2) Ergonomi dan Tata Letak Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati,
dan
mengapresiasi
koleksi,
maka
peletakan peraga atau koleksi turut berperan. 3) Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran. 2.1.1.d Penataan Pameran Menurut Akram (1997:16) pameran museum bentuknya dapat dibagi menjadi tiga. Pameran tetap, pameran temporer, dan pameran keliling. 1. Pameran tetap Pameran tetap adalah pameran yang relatif tidak akan diubah-ubah lagi terutama mengenai sistematis penggolongan benda-benda koleksinya. 2. Pameran temporer/ pameran khusus Pameran ini merupakan salah satu jenis pameran tentang suatu jenis koleksi, dengan tema tertentu dan berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.
10
3. Pameran Keliling Pameran yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, diselenggarakan diluar gedung museum, pemilik koleksi tersebut. Agar ruang pameran dapat terarah dengan baik maka menurut Aristo (2008:46) penataan koleksi di ruang pameran harus memiliki: 1. Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (storyline) 2. Koleksi yang mendukung alur cerita 2.1.1.e Sirkulasi Ada beberapa jalur sirkulasi menurut Ching (1996:205), yaitu: 1. Organisasi Ruang Terpusat Suatu ruang dominan dimana pengelompokan sejumlah ruang sekunder dihadapkan. (Gambar 2.1 Organisasi ruang terpusat)
(Sumber: Ching 1996:205)
2. Organisasi Ruang Linier Suatu urutan linier dari ruang yang berulang-ulang. Ruang linier ini biasanya dihentikan oleh ruang dengan ukuran yang lebih dominan dari ruang-ruang yang berurutan tersebut.
11 (Gambar 2.2 Organisasi ruang linear)
(Sumber: Ching 1996:205)
3. Organisasi Ruang Radial Sirkulasi dengan menggunakan organisasi ruang radial merupakan penggabungan antara sirkulasi terpusat dan linier yang dimana pada pusatnya terdapat ruang yang dominan sedangkan ruang sekundernya berurutan dan membentuk jarijari dengan bentuk, sifat dan ukuran yang sama. (Gambar 2.3 Organisasi ruang radial)
(Sumber: Ching 1996:205)
4. Organisasi Ruang Cluster Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan atau bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual. Kekurangannya yaitu cenderung menyebabkan terjadinya kerumunan. (Gambar 2.4 Organisasi ruang cluster)
(Sumber: Ching 1996:205)
12
5. Organisasi Ruang Grid Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural atau grid tiga dimensi lain. (Gambar 2.5 Organisasi ruang grid)
(Sumber: Ching 1996:205)
2.1.1.f Sarana dan Prasarana Menurut Akram (1997:34), ada beberapa sarana untuk menyelenggarakan pameran yaitu: 1. Ruangan (Tempat) Ruangan
untuk
pameran
harus
diperhatikan
pengaturannya, antara lain: a. Ruangan sebaiknya tidak terlalu sempit, sehingga orang yang melihat pameran tidak harus berdesak-desak. b. Ruangan hendaknya diatur agar orang dapat melihat benda-benda yang dipamerkan itu secara berurutan dan teratur dan tidak ada yang terlewat c. Mengurangi
atau
menghilangkan
semua
gangguan-
gangguan terhadap pengunjung pameran dari cahaya yang menyilaukan, suara-suara bising, dan udara lembab atau udara panas. d. Keselamatan benda-benda koleksi harus diperhatikan.
13
2. Vitrin (Gambar 2.6 Vitrin)
(Sumber: www.commons.Wikiipedia.org,diakses 27 Maret 2013 pukul 16.31WIB)
Vitrin adalah lemari pajang untuk menata benda-benda koleksi. Umumnya digunakan untuk tempat memamerkan benda-benda tiga dimensi, benda-benda yang tidak boleh disentuh, benda-benda kecil atau benda yang bernilai tinggi. 3. Panel (Gambar 2.7 Panel)
(Sumber: www.jasa.tokobagus.com, diakses 27 Maret 2013 pukul 16.32 WIB)
Sebagai sarana pameran, panel berfungsi sebagai tempat meletakkan benda-benda dua dimensi dan benda-benda berbentuk pipih.
14
4. Box standard (Alas berbentuk kotak) (Gambar 2.8 Box Standard)
(Sumber: www.citystore.ltd.uk, diakses 27 Maret 2013 pukul 16.33 WIB)
Gunanya
untuk
memamerkan
benda-benda
yang
berbentuk tiga dimensi. 5. Kapstok (Gambar 2.9 Kapstok)
(Sumber: www.allebedrijvenonline.nl, diakses 27 Maret 2013 pukul 16.35 WIB)
Kapstok adalah alat untuk menata koleksi benda-benda dari bahan tekstil. 6. Nampan Numismatik (Gambar 2.10 Nampan Numismatik)
(Sumber: www.oldgadgetz.blogspot.com,diakses 27 Maret 2013 pukul 16.37 WIB)
15
Nampan numismatik adalah nampan atau wadah yang digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti mata uang dan lencana. 2.1.1.g Tata Penyajian Koleksi Menurut Akram (1997:16) terdapat beberapa sistem untuk menyajikan/ menata koleksi dalam pameran yaitu menurut kronologisnya, fungsi, jenis, materi, dan tempat asal. Sedangkan untuk metode penyajian menurut Asiarto (2008:49) terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: 1. Metode Pendekatan intelektual, adalah cerita penyajian bendabenda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti, dan fungsi benda koleksi museum 2. Metode pendekatan romantik (evokatif) adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan 3. Metode pendekatan estetik adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum 4. Metode pendekatan simbolik adalah cara penyajian bendabenda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media inteprestasi pengunjung 5. Metode pendekatan kontemplatif adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan
16
6. Metode pendekatan interaktif adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan Terdapat beberapa standar tertentu dari tehnik penyajian yang meliputi: 1. Ukuran Vitrin dan Panil Ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Untuk patokan disesuaikan dengan tinggi ratarata manusia Indonesia. Misalnya tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160 s/d 170 cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30º, gerak ke atas, ke bawah, atau ke samping, maka tinggi vitrin seluruhnya 210 cm dan cukup alas terendah 65-70 cm dan tebal
60
cm.
Ukuran
dan
bentuk
vitrin
harus
memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimana vitrin itu akan diletakkan. Bentuk vitrine harus memenuhi persyaratan yaitu : a. Keamanan koleksi harus terjamin b. Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya. c. Pengaturan cahaya tidak boleh mengganggu koleksi maupun pengunjung d. Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan ruangan yang akan ditempatinya. Dalam membuat panel harus memperhatikan:
17
a. Panel harus mudah dilihat dan bagus dipandang b. Mudah dipindah-pindahkan sesuai dengan fungsinya c. Kokoh konstruksinya (Gambar 2.11 Jarak dan ukuran penataan koleksi)
(Sumber: Akram 1997:23)
18 (Gambar 2.12 Panel dan ukurannya)
(Sumber: Akram 1997:24) (Gambar 2.13 Vitrin dan ukurannya)
(Sumber: Akram 1997:26)
2. Tata Cahaya Sangat ideal apabila ruangan-ruangan di museum tidak mempunyai
jendela
karena
cahayanya
dapat
diatur.
19
Diusahakan lampu terlindung, jangan sampai sumber cahaya langsung terlihat oleh pengunjung. Lampu yang digunakan sebaiknya lampu TL karena tidak sepanas lampu pijar biasa. Akan tetapi lampu TL mengadung ultraviolet. Agar tidak menggangu, sebaiknya menggunakan kaca buram sebagai filter. Lampu TL pada obyek-obyek yang peka terhadap cahaya sebaiknya diletakkan paling dekat berjarak kurang lebih 40 cm. Standarisasi yang direkomendasikan untuk tingkat pencahayaan di dalam museum adalah (dengan lampu 75 wats/lumen): a. Koleksi pamer kesensitifan tinggi: 50 lux b. Koleksi pamer kesensitifan sedang:150-200 lux c. Koleksi pamer kesensitifan rendah: 300 lux 3. Tata Warna Peranan warna sangat penting dalam pameran, disamping mempengaruhi perasaan akan situasi ruangan juga memberi suatu jiwa pada ruangan. Untuk ruangan pameran tetap sebaiknya menggunakan warna netral, misalnya cream, abuabu, broken white,warna pastel, dan sebagainya. 4. Tata Letak Meletakkan obyek pada suatu bidang dalam vitrin maupun panel harus ada dalam bidang pusat perhatian. Cara menonjolkan benda ada bermacam-macam yaitu: a. Letaknya terpisah b. Letaknya ditinggikan
20
c. Dilatarbelakangi warna d. Disorot Sinar Lampu 5. Tata Pengamanan Sistem keamanan di Museum menurut Asiarto (2008:68) dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pembuatan vitrin yaitu: a. Bobot berat yang sukar untuk dipindahkan b. Bahan yang tidak mudah rusak c. Terkunci dengan baik sehingga sukar untuk dibongkar d. Semua permukaan tertutup kaca sehingga tidak mudah dipecahkan e. Menempatkan koleksi jauh dari tangan pengunjung, dan memberi penghalang fisik, seperti tali, panil informasi, dan pembatas antara pengunjung dengan koleksi f. Pengamanan
juga
dapat
menggunakan
penghalang
psikologis misalnya perbedaan tinggi lantai g. Memberlakukan penitipan tas terutama untuk pengunjung Museum sebaiknya juga menggunakan pengamanan elektronik yang digunakan di museum: a. Control Panel, b. Kontak magnetik c. Kawat (wiring) d. Detektor getar e. Detector kaca pecah f. Sensor inframerah pasif
21
g. Detektor asap h. Sensor pendeteksi aktivitas i. Dual tone sounder j. CCTV 6. Label Label adalah sarana komunikasi untuk memberikan informasi yang dimiliki oleh museum kepada pengunjung. Setiap label harus memiliki tujuan yang jelas. 7. Foto-Foto Penunjang Agar koleksi lebih informatif, perlu dibuatkan foto-foto penunjang yang diletakkan dekat koleksi tersebut. 2.1.2 Olahraga Menurut Husdarta (2010:133) istilah sport menurut para ahli yaitu: 1. Definisi olahraga yang dikemukakan Matveyev (1981; dalam Rusli, 1992), bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan
geraknya
(performa)
dan
kemauannya
semaksimal mungkin. 2. Definisi UNESCO tentang Sport, yaitu: Setiap aktifitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsurunsur alam, orang lain ataupun diri sendiri 2.1.2.a Sejarah Olahraga Indonesia Menurut
Husdarta
(2010:20-36)
beberapa
peristiwa
keolahragaan yang menandai perkembangan olahraga pada zaman kemerdekaan antara lain:
22
1. Tanggal 19 Agustus, tanggal terbentuknya cabinet pertama, dalam Kementrian Pendidikan Pengajaran 2. Pada bulan September 1945, organisasi olahraga yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) meleburkan diri bersama-sama Djawa Iku Kai (Pusat Olahraga Versi Jepang) menjadi Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). 3. Pada Tahun 1947, PORI mengembangkan organisasinya, antara lain: a. Membangun kembali cabang-cabang olahraga yang tersebar dan tercerai-berai b. Membentuk organisasi Induk Cabang Olahraga yang belum tersusun c. Menerbitkan majalah “Pendidikan Jasmani” dengan symbol obor menyala dan lima gelang d. Mempersiapkan Pekan Olahraga Nasional kesatu 4. Pada bulan Januari 1947, Presiden Soekarni melantik KORI (Komite Olimpiade Republik Indonesia). 5. Pada 9-14 September PON I akhirnya dapat terlaksana 6. Tahun
1962
Indonesia
diberikan
kepercayaan
untuk
menyelenggarakan Asia Games IV tahun 1962 7. Tahun 1962 dengan Keputusan Presiden No. 131 Tahun 1962 dibentuk Departemen Olahraga 8. Tahun 1958 Indonesia merebut Thomas Cup bidang bulutangkis.
23
9. Pada tahun 1961 pemerintah membentuk KOGOR (Komando Gerakan Olahraga Indonesia) 10. Pada tahun 1964, Indonesia membentuk Dewan Olahraga Indonesia (DORI) sebagai ganti Komando Gerakan Olahraga Indonesia (KOGOR) 11. Pada tanggal 31 Desember 1967, terbentuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sebagai ganti DORI. 12. Pada tahun 1966, Departemen Olahraga dibubarkan. 13. Pada tahun 1984, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) membenahi kembali keolahragaan Indonsesia, antara lain a. Jam Krida Olahraga diadakan tiap hari Jumat selama 30 menit b. Pada tanggal 9 September diselenggarakan kegiatan olahraga di seluruh tanah air. c. Pemerintah memperbaharui Kepres No. 57 Tahun 1967 dan Kepres No. 43 Tahun 1984 mengenai kedudukan dan tugas Komite Olahraga Indonesia (KONI) d. Olahraga profesioanal juga ditata kembali e. Pemerintah memberikan pengharagaan kepada 241 orang atlet f. Pada tanggal 4 Oktober 1984 diterbitkan surat keputusan bersana
Menteri P&K dan
Menpora
memantapkan kegiatan/keolahragaan.
untuk
lebih
24
2.1.2.b Pengelompokkan Olahraga Menurut Husdarta (2010:148) ditinjau dari tujuannya, istilah olahraga dapat digolongkan menjadi: 1. Olahraga Pendidikan Olahraga pendidikan adalah aktivitas olahraga yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan. 2. Olahraga Rekreasi Olahraga rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang sehingga pelaku memperoleh kepuasan secara emosional seperti kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisikfisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga tercapainya kesehatan secara menyeluruh. 3. Olahraga Prestasi Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara professional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga yang merupakan olahraga prestasi. 4. Olahraga Rehabilitasi/ Kesehatan Olahraga rehabilitasi adalah suatu kegiatan olahraga yang bertujuan untuk pengobatan atau penyembuhan yang biasanya dikelola oleh tim medis dan hanya untuk kelompok tertentu seperti penderita penyakit jantung coroner, penderita asma, penyembuhan setelah cedera, dan lain-lain.
25
2.1.3 Atletik Menurut Kurniawan (2008:13)Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “Athlon” yang berarti “kontes”. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Dalam atletik, sang olahragawan diharuskan untuk berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi dan melempar lebih jauh dari lawannya. Dahulu kala di Olympia, perlombaan tersebut hanyalah lomba lari yang terkadang mempersulit pelarinya dengan memakaikan baju perang atau membawa tameng prajurit. Saat ini, atletik telah menjadi cabang olahraga yang cukup populer di turnamen olahraga. 2.1.3.a Prestasi Atletik Indonesia 1. Lompatan Harun Al Rasyid di zaman Belanda adalah 1.86 m 2. Pada PON I tahun 1948 di Solo, Sudarmajo mencapai lompatan setinggi 1.80m 3. Pada PON II 1951 di Jakarta hasilnya dapat ditingkatkan menjadi 1.85 m. 4. Sudarmajo mengikuti Asian Games I tahun 1951 di New Delhi yang merupakan partisipasi pertama Indonesia di gelanggang Asia setelah memperoleh kemerdekaannya. Sudarmajo berhasil masuk hingga babak final. 5. Asian Games I Tim Atletik Indonesia telah berhasil 5 medali perunggu sebagai berikut :
26
a. Lompat Tinggi
:Sudarmojo
b. Lompat Jangkit
:Hendarsin
c. Lempar Lembing :Matulessy d. Lempar Cakram :Anni Salamun 6. Prestasi Murbambang 10.8 m dalam lari 100 m 7. Prestasi M. Sarengat pada Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta dengan catatan 10.5 detik dan menjadi pelari tercepat Asia. 2.1.3.b Cabang Olahraga Atletik Menurut Kurniawan (2011:13), ada beberapa cabang olahraga atletik yang diperlombakan yaitu: 1. Lari Dalam cabang olahraga lari, terdapat banyak pertandingan yang dilombakan, yaitu: a. Lari Jarak Pendek Lari jarak pendek adalah salah satu nomor lari cepat. Lari jarak pendek disebut juga sprint. Nomor lari jarak pendek adalah 100m, 200 m, 400 m. b. Lari Jarak Menengah Lari jarak menengah adalah lari yang menempuh jarak 800m dan 1500m. c. Lari Sambung/ Estafet Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara
27
bergantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang pelari. d. Lari Maraton Untuk lari jarak jauh dibagi menjadi 500 m, 10.000 m, half marathon, dan marathon. 2. Tolak Peluru Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. a. Untuk senior putra
= 7,257 kg
b. Untuk senior putri
= 4 kg
c. Untuk yunior putra
= 5 kg
d. Untuk yunior putri
= 3kg
(Gambar 2.14 Lapangan tolak peluru)
(Sumber: Kurniawan 2011:18)
3. Lempar a. Lempar Lembing Olahraga lempar lembing merupakan cabang olahraga atletik, dimana atlet melemparkan lembing atau tombak pada lapangan dengan ukuran yang telah ditentukan.
28
Pada olahraga lempar lembing, panjang dan berat lembing yang digunakan berbeda., untuk putra panjangnya 2,6 sampai 2,7 meter dengan berat 800 gram. Sedangkan untuk putri panjang lembing adalah 2,2 sampai 2,3 meter dan beratnya 600 gram. (Gambar 2.15 Lapangan lempar lembing)
(Sumber: Kurniawan 2011:20)
Keterangan • Lebar awalan= 4 m • Panjang awalan= 40 m • B dan C merupakan busur, jari-jari AB=BC= 8 cm • Lebar garis lurus sisi kanan dan kiri= 11/2 m • Lebar garis lempar= 7 m b. Lempar Cakram Lempar cakram adalah salah satu cabang olahraga atletik. Cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, dan 1 kg untuk perempuan.
Lempar
cakam
diperlombakan
Olimpiade 1 tahun 1896 di Athena, Yunani.
sejak
29 (Gambar 2.16 Lapangan lempar cakram)
(Sumber: Kurniawan 2011:21)
Keterangan: • Garis tengah putra 219-221 mm, putri 180-182 mm • Tebal lingkaran tengah putra 44-46 mm, putri 37-39 mm • Garis tengah dalam 50-57 mm • Jari-jari tepi 6mm • Tebal tep minimal 12 mm • Berat cakram putra= 2 kg, putri= 1 kg 4. Lompat a. Lompat Tinggi Lompat tinggi adalah salah satu keterampilan untuk melewati mistar
yang
berada
di kedua tiangnya.
Ketinggian lompatan yang dicapai oleh seorang pelompat tergantung dari kemampuan dan persiapan bertanding dari masing-masing atlet.
30 (Gambar 2.17 Lapangan lompat tinggi)
(Sumber: Kurniawan 2011:22)
Keterangan: • Panjang minimum jalur ancang-ancang haruslah 15 m kecuali dalam perlombaan minimumnya adalah 20 m • Bila kondisi mengijinkan panjang minimum harus 25 m • Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4m juga tidak lebih dari 4.04 m • Mistar lompat harus terdiri dari 3 bagian yaitu bagian batang yang silindris dan dua buah ujung mistar, yang masing-masing 30-35 mm lebar dan 1520 cm panjang untuk maksud meletakkannya pada penopang pada tiang lompat b. Lompat Galah Lompat galah merupakan suatu lompatan yang dilakukan dengan bantuan galah untuk mencapai tujuan lompatan yang setinggi-tingginya.
31
c. Lompat jauh Olahraga lompat jauh menuntut gerakan di saat sang atlet melakukan lompatan setelah diawali dengan berlari sehingga menghasilkan lompatan yang sangat jauh. Pemenangnya ditentukan dari seberapa jauh sang atlet mampu
melompat di kolam pasir sebagai media
pengukurannya. Gerak lompat jauh merupakan gerak dari perpaduan antara kecepatan (speed), kekuatan (strength), kelenturan (flexibility), daya tahan (endurance), ketepatan (acuration). (Gambar 2.18 Lapangan lompat jauh)
(Sumber: Kurniawan 2011:25)
Keterangan: • Panjang lintasan hingga papan tumpuan umumnya 45 meter • Lebar lintasan 1.22 m • Papan lompatan memiliki panjang 1.72 m • Lebar 30 cm ketebalan 10 cm • Jarak papan tumpuan pada bak lompat adalah 1 m • Bak lompat yang digunakan sepanjang 9 m dengan lebar 2.95 m. Lebar tempat pendaratan, jaraknya
32
paling sedikit 2.75 m antara garis tolakan sampai akhir tempat tolakan 2.1.4 Betawi Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya mempergunakan bahasa Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis. Suku bangsa ini biasa juga disebut Orang Betawi atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia". Nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu. Jakarta kemudian menjadi arena pembauran budaya para pendatang dari berbagai kelompok etnik. Mereka datang dengan berbagai sebab, kepentingan, dan latar belakang budaya masing-masing, sehingga menjadi suatu kebudayaan baru bagi penghuni Kota Jakarta, dan pendukung kebudayaan baru itu menyebut dirinya "Orang Betawi." 2.1.4.a Rumah Betawi Rumah tradisional Betawi dibuat dari bermacam-macam bahan yang tersedia. Tergantung dari kemampuan pembuatnya. Ada yang dibuat menggunakan bahan bambu. Ada yang dibuat menggunakan bahan kayu. Ketika bangsa kita dijajah Belanda, orang Betawi meniru cara Belanda membangun rumah. Mulailah berkembang pembangunan rumah dari batu. Tetapi umumnya rumah tradisional Betawi dibuat menggunakan bahan dari kayu.
33
Jenis kayu yang dipilih kayu nangka, kayu cempaka, dan lainlain. Jenis kayu asem biasanya tidak digunakan. Menurut Swadarma(2013:32), rumah tradisional Betawi ada tiga macam : 1. Rumah tipe Gudang. Rumah ini berbentuk empat persegi panjang. (Gambar 2.19 Rumah Gudang)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.16 WIB)
2. Rumah tipe Joglo. Rumah ini berbentuk bujur sangkar. (Gambar 2.20 Rumah joglo)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.17WIB)
34
3. Rumah tipe Bapang/Kebaya Disebut juga tipe Kebaya. Rumah ini berbentuk empat persegi panjang. (Gambar 2.21 Rumah bapang)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.18WIB)
Menurut Swadarma (2013:55), beberapa elemen dari rumah Betawi yaitu: 1. Atap Memiliki 3 jenis atap yaitu bapang, gudang, dan joglo. 2. Paseban/ beranda Lantai paseban umumnya terbuat dari kayu. Sedangkan rumah Betawi darat biasanya menggunakan lantai tanah, plesteran, ubin, dan tegel. 3. Langkan Langkan merupakan bagian dari pasebean rumah yang berada di tepi sebagai pembatas teras. 4. Tapang Tapang adalah bale-bale bambu pada pasebean yang bias digunakan sebagai tempat bersantai.
35 (Gambar 2.22 Tapang)
(Sumber: Swadarma 2013:59)
5. Jendela jejake (jendela bujang atau jendela Cina) Jendela bujang tidak memiliki daun jendela dan hanya dilengkapi dengan balustrade (kisi) (Gambar 2.23 Jendela jejake)
(Sumber:Swadarma 2013:59)
6. Jendela krepyak Jendela krepyak merupakan jendela yang terdiri dari duan daun dengan pola garis-garis horizontal tanpa kisi untuk sirkulasi udara.
36 (Gambar2.24 Jendela krepyak)
(Sumber: Swadarma 2013:59)
2.1.4 b Filosofi dan Kepercayaan Beberapa filosofi dan kepercayaan pada rumah Betawi menurut Swadarma (2013:65), yaitu: 1. Filosofi balaksuji Balaksuji adalah konstruksi tangga pada rumah panggung Betawi. Orang yang menaiki tangga menuju ke rumah artinya sedang menuju proses kesucian. 2. Filosofi ragam hias Pada rumah Betawi terdapat beberapa ragam hias yang memiliki makna tersenndiri, yaitu: a. Bentuk tumpal adalah simbol gunung yang artinya kekuatan dan keseimbangan alam
37 (Gambar 2.25 Bentuk tumpal)
(Sumber: Swadarma 2013:78)
b. Bentuk bunga melati mengisyaratkan pesan keceriaan penghuni rumah, keharuman yang artinya sangat menjaga kebersihan, serta keramahan yang dimiliki masyarakat Betawi. (Gambar 2.26 Bentuk bunga melati)
(Sumber: Swadarma 2013:67)
c. Simbol matahari/ swastika menujukkan harapan si pemilik rumah agar hatinya senantiasa diterangi seperti matahari yang menerangi bumi.
38 (Gambar 2.27 Bentuk swastika)
(Sumber: Swadarma 2013:67)
d. Motif tanaman seperti tapak dara, kecubung, dan jambu mete mengindikasikan kedekatan dengan alam serta pengetahuan masyarakat Betawi mengenai tanaman obat. e. Rgam hias gigi balang memiliki pesan bahwa dalam kehidupan seseorang pasti akan menghadapi masalah. Untuk itu, orang Betawi ingin mencontoh belalang yang ulet, rajin, dan sabar. (Gambar 2.28 Gigi Balang)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.20 WIB)
f. Ragam hias kaligrafi menandakan masyarakat Betawi yang taat pada ajaran agama Islam. 3. Filosofi Langkan Langkan menggambarkan etika bagi orang yang ingin bertamu sebaiknya melewati pintu depan rumah. Bagi orang
39
Betawi, tamu yang masuk lewat pintu samping atau belakang merupakan etika yang dianggap kurang baik. 4. Filosofi lampu gembreng Selain untuk menerangi jalan, lampu gembreng juga merupakan perlambangan ilmu agama (Gambar 2.29 Lampu Gembreng)
(Sumber: Swadarma 2013:70)
5. Filosofi kaca cermin Kaca adalah benda yang selalu ada di rumah etnik Betawi. Fungsinya bukan hanya untuk berhias tetapi juga memiliki makna kerendahan hati. 2.1.5 Kontemporer Kontemporer menurut definisi berarti yang ada, yang terjadi, atau hidup pada saat yang sama, milik waktu yang sama. Desain kontemporer mengacu pada apa yang populer atau digunakan sekarang. Gaya kontemporer ini dimulai pada pertengahan abad 20. Gaya ini memiliki ciri yaitu gaya yang eklektik, modern, tradisional, expressional, perkotaan,
40
lingkungan, sculptural, budaya dan global. Selain itu, gaya ini juga merupakan gaya yang melintasi batas-batas tradisional ruang dan waktu. 2.1.5.a Interior Setiap gaya memiliki ciri khasnya masing-masing. Untuk gaya kontemporer, ciri khas yang dapat diterapkan pada sebuah desain interior adalah: 1. Desain berfokus pada warna-warna netral, seperti krim, putih, cokelat, kulit hitam dan kelabu tua. Warna-warna berani, seperti merah atau kuning, adalah untuk aksen. 2. Bentuk-bentuk yang digunakan adalah bentuk geometris dengan sedikit sentuhan lekukan. 3. Bentuk ruang terbuka 4. Menggunakan material-material lantai yang keras seperti bambu, kayu terang, batu, dan keramik 5. Menggunakan finishing yang mengkilap seperti Stainless stell, vernis, kaca, plastic, keramik. Dapat juga menggunakan campuran material yang kontras 6. Menggunakan aksesori yang sederhana 2.1.5.b Furnitur Furnitur kontemporer sebenarnya berdasarkan pada furnitur Skandinavian dengan bingkai kayu polos dan kain bantal berlapis. Furnitur
Skandinavia
yang
sebenarnya,
penggunaan kayu jati dan buatan tangan.
didominasi
oleh
41
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Museum Olahraga Nasional Indonesia Museum Olahraga Nasional Indonesia adalah museum olahraga yang berada di lingkungan Taman Mini Indonesia Indah, tepatnya terletak disebelah kiri pintu masuk II dan disebelah kanan Museum Telkom, disamping Museum Istiqlal Bayt Al-Qur’an dan berhadapan dengan Gedung Keong Emas. Bangunan ini memiliki luas bangunan 3000 meter persegi diatas 1.5 hektar. 2.2.1.a Sejarah Menurut Windria (2011:14), cita-cita memiliki Museum olahraga di Indonesia merupakan ide awal dari Sri Sultan hamengku buwono IX (Almarhum) sewaktu beliau menjabat sebagai ketua KONI Pusat pada tahun1980, tetapi usaha ini selalu kandas pada pendanaan. Setahun Kemudian cita-cita Sri Sultan Hamengku buwono IX dicetuskan oleh Bapak MENPORA (Menteri Negara Pemuda dan Olahraga), DR. Abdul Gafur. Bapak Menpora, DR. Abdul Gafur mengadakan
pertemuan
yang
dihadiri
oleh
unsur-unsur
perencanaan dan pembangunan Museum Olahraga. Hasil pertemuan tersebut melahirkan Panitia Pembangunan yang disebut “Panitia Kecil” yang diketuai oleh Bapak MENPORA, DR. Abdul Gafur sebagai pengawas “Yayasan Panji Olahraga” dengan menunjuk Pimpinan Harian yaitu M.F Siregar. Adapun pembangunan Museum Olahraga dibangun oleh Yayasan Panji Olahraga . Sedangkan pendanaan yang dibutuhkan
42
untuk pembangunanan Museum Olahraga Nasional sebesar 3 Milyar Rupiah dan sesuai petunjuk Sri Sultan Hamengku Buwono IX dana tersebut didapatkan dari masyarakat dalam hal ini para dermawan. Pada
tanggal
18
Mei
1987,
Bapak
MENPORA
menyampaikan surat perihal Pembangunan Museum Olahraga kepada Ibu Tien Soeharto. Pada tanggal 30 September 1987, Ibu Tien Soeharto menandatangani gambar rencana pembangunan Museum Olahraga TMII disaksikan oleh DR. Abdul Gafur dan Ir. D. Manuhutu dari BP 3 TMII. Selanjutnya pada tanggal 4 Oktober 1987 diletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya Pembangunan Museum Olahraga TMII oleh Bapak Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Alamsyah Ratu Prawira Negara. Dan pembangunan berlangsung mulai dari tanggal 20 Oktober 1987 sampai dengan April 1989. Pada tanggal 20 April 1989 bertepatan dengan HUT TMII yang ke-14 Museum Olahraga diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto, dan sejak tanggal 7 Mei 1989 Museum olahraga dibuka untuk umum. 2.2.1.b Tujuan Menurut Windria (2011:13) Museum Olahraga Nasional sebagai
sarana
untuk
mengetahui
sejarah
perkembangan
keolahragaan di Indonesia yang memiliki tujuan sebagai berikut:
43
1. Dalam rangka melestarikan koleksi-koleksi dan olahraga bersejarah dan prestasi olahraga sebagai bahan pembuktian sejarah budaya manusia dan lingkungannya di seluruh Indonesia. 2. Sebagai upaya pembuktian sejarah baik yang besifat alami maupun hasil karya manusia yang dipandang sangat penting (Monumental). 3. Sebagai sumber informasi yang memudahkan dan memiliki fungsi edukasi (Pendidikan) dan Enjoyment (Menyenangkan dan nyaman) bagi masyarakat dan untuk kepentingan belajar, penelitian, bersifat pendidikan, serta mendorong peningkatan prestasi olahraga di Indonesia. 4. Sebagai upaya pengembangan industri pariwisata dan juga sebagai asset keolahragaan yang dapat dikembangkan. 5. Sebagai upaya pemberdayaan dibidang olahraga yang bersifat rekreasi berbasis masyarakat dengan memperhatikan prinsip mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal 6. Museum olahraga diharapkan dapat mengilhami, memberikan inspirasi dan mendorong kegemaran berolahraga.
2.2.1.c Struktur Organisasi
44 (Gambar 2.30 Struktur organisasi Museum Olahraga Nasional)
Museum Olahraga Nasional Subbagian Tata Usaha
Seksi Pameran dan
Seksi Koleksi dan Dokumentasi
Edukasi Jabatan Fungsional
Jumlah karyawan seluruhnya yaitu 33 orang yang berperan sebagai: 1. Kepala
Museum,
mengkoordinasi,
mempunyai mengawasi,
tugas dan
memimpin, mengendalikan
pelaksanaan tugas dan fungsi museum diwilayah kerjanya. 2. Subbagian Tata Usaha berjumlah 4 orang yang memiliki tugas: a. Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga dan kearsipan b. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian dan keuangan c. Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum. 3. Seksi Koleksi dan Dokumentasi berjumlah 3 orang yang memiliki tugas: a. Menyusun rencana kegiatan dan program kerja
45
b. Melaksanakan survei dan pengadaan koleksi c. Melaksanakan inventerasasi dan katalogisasi koleksi d. Melaksanakan penyusunan sumber data koleksi e. Melaksanakan dokumentasi dalam bentuk tulisan, suara, dan visual f. Melaksanakan penyusunan naskah petunjuk koleksi, penyusunan naskah buku tentang koleksi dan penelitian naskah kuno g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum h. Melaksanakan
konservasi,
fumigasi,
restorasi,
dan
reproduksi koleksi i. Melaksanakan perawatan gedung dan peralatan teknis museum 4. Seksi Pameran dan Edukasi berjumlah 4 orang yang memiliki tugas: a. Menyusun rencana kegiatan dan program kerja; b. Melaksanakan pemutaran film dokumenter; c. Melaksanakan museum keliling; d. Melaksanakan
penyusunan
scenario
video
program
tentang koleksi; e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Museum. f. Melaksanakan tata pameran khusus dan keliling; 5. Jabatan Fungsional berjumlah 5 orang yang memiliki tugas:
46
a. Melakukan kegiatan berdasarkan jabatan fungsional masing-masing
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan. 2.2.1.d Pengunjung Pengunjung yang mengunjungi museum sebagian besar adalah anak sekolah SMP dari luar Jakarta. Selain itu, ada pula pengunjung yang datang bersama keluarga untuk rekreasi. Waktu ramai Museum ini adalah pada hari Sabtu dan Minggu. 2.2.1.e Fasilitas Fasilitas yang ada pada Museum Olahraga Nasional adalah: 1. Ruang Fitness 2. Perpustakaan 3. Ruang Senam/ Serbaguna 4. Ruang Auditorium 5. Lapangan Tenis 6. Ruang Bilyard 7. Kantin 8. Mushola 2.2.1.f Koleksi Museum Olahraga Sampai
saat
ini,
Museum
Olahraga
telah
berhasil
mengumpulkan sebanyak 300 koleksi yang berhubungan dengan bidang olahraga yang meliputi:
1. Koleksi Historika
47
Koleksi historika Museum Olahraga Nasional terdiri dari dokumen foto berbagai momentum penting sejarah olahraga yang pernah terjadi di tanah air. 2. Koleksi Relia Koleksi relia Museum Olahraga Nasional terdiri dari dokumen foto berbagai tokoh penting yang mengisi sejarah olahraga di tanah air. 3. Koleksi Numismatik Koleksi numismatic Museum Olahraga Nasional terdiri dari pakaian, alat-alat olahraga yang pernah digunakan olahragawan
ketika
bertanding,
latihan
maupun
memenangkan pertadingan. 4. Koleksi Heraldik Koleksi heraldik Museum Olahraga Nasional terdiri dari medali, piagam, vandel, piala, dan beberapa bentuk penghargaan lainnya yang pernah diperoleh olahragawan ketika memenangkan pertandingan. 2.2.1.g Bangunan Museum Olahraga Bangunan Museum Olahraga berbentuk bola dikarenakan olahraga yang popular di Indonesia adalah sepak bola yang sudah memasyarakat baik dikalangan anak-anak maupun dewasa. 1. Tinggi
bangunan
Museum
Olahraga
17
Meter
yang
mengingatkan kita pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
48
2. Lima segmen yang mengelilingi massa bangunan bola melambangkan Dasar Negara Pancasila 2.2.1.h Pembagian Ruangan Museum Olahraga Nasional memiliki 3 lantai yaitu: 1. Lantai 1: a. Ruang Pamer Motto Olahraga Menampilkan motto-motto olahraga baik nasional maupun internasional yang mencerminkan nilai-nilai hakiki olahraga, seperti sportivitas, perjuangan dan persaudaraan. (Gambar 2.31 Ruang pamer motto olahraga)
(Sumber: Dokumentasi penulis)
b. Ruang Pamer Sejarah 1) Ruang pamer sejarah olahraga nasional Berisi tentang sejarah awal munculnya kegiatan keolahragaan di Indonesia.
49
2) Ruang pamer Sejarah Olahraga Antar Bangsa Menampilkan foto-foto koleksi dari Asean Games I tahun 1951di New Delhi, India dan Asean Games IV tahun
1962
di
Jakarta
Indonesia.
Perjuangan
kontingen Indonesia dalam keikutsertaanya yang pertama kali pada Olimpiade di Helsinski Finlandia 1952. c. Ruang pamer kontemporer Ruang untuk menyelenggarakan pameran kontemporer yang dilaksanakan secara periodic berdasarkan tematic, atau cabang olahraga maupun periodisasi keolahragaan. d. Ruang games interaktif olahraga Ruang permainan interaktif olahraga memberikan kepada pengunjung untuk memainkan beberapa permainan interaktif olahraga seperti menembak, golf, mengukur kekuatan pukulan, dll (Gambar 2.32 Ruang games interaktif)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 3 Maret 2013 pukul 10.34 WIB)
50
e. Ruang pamer berita olahraga 1) Ekspedisi Everest Menampilkan berbagai hal tentang pendakian Mount Everest yang dilakukan Tim dari KOPASSUS pada tahun 1997. 2) Perahu Pinisi Perahu pinisi adalah kapal layar tradisional khas Indonesia, yang berasal dari Sulawesi Selatan. Di Museum Olahraga Nasional memiliki replika Perahu Pinisi. 3) Daftar Penghargaan Olahragawan Daftar penerima penghargaan dari Negara untuk olahragawan dari tahun 2001. f. Ruang pamer olahraga prestasi Olahraga prestasi menampilkan koleksi barang-barang dari berbagai cabang olahraga anggota KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). (Gambar 2.33 Ruang pamer olahraga prestasi)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 10.00WIB)
2. Lantai 2: a. Ruang Pamer PON
51
Menampilkan berbagai hal seputar penyelenggaraan PON di Indonesia dimulai dari PON 1 s/d XVII serta perjuangan atlit untuk dapat meraih prestasi dari berbagai cabang olahraga. b. Ruang pamer olahraga tradisional Menampilkan bentuk-bentuk dan asal usul permainan tradisional yang berkembang dan menjadi ciri khas dari masing-masing provinsi di Indonesia. (Gambar 2.34 Ruang pamer olahraga tradisional)
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
c. Ruang Pamer Olympiade, Sea Games, Asean Games, dan para games Pada ruang pamer ini berisi tentang keikutsertaan Indonesia dalam berbagai acara olahraga baik regional maupun Olimpiade. (Gambar 2.35 Ruang pamer menara pemuda)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
52
3. Lantai 3: a. Ruang pamer Hall of Fame Ruang
pamer
yang
menampilkan
para
tokoh
olahragawan yang telah berprestasi dunia dan menjadi tokoh pertama dalam pencapaian prestasi. (Gambar 2.36 Hall of fame)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.58WIB)
2.1.1 i Tata Display Penataan Koleksi pada Museum Olahraga Indonesia pada umumnya menggunakan vitrin sebagai sarana penataan koleksi numismatic dan heraldik, dan panel sebagai sarana penataan koleksi historika dan relia. Untuk melindungi koleksi dari berbagai kerusakan, maka koleksi umumnya diletakkan pada vitrin yang ditutup kaca dan juga menggunakan pagar pembatas maupun pembedaan material lantai. Sedangkan tipe pencahayaan yang digunakan dalam ruang pameran yaitu tipe general lighting dan accent lighting. General lighting difungsikan untuk menerangi ruangan dan juga untuk menerangi koleksi pada vitrin tengah, accent lighting difungsikan untuk menerangi objek koleksi dan diletakkan di ceiling maupun pada vitrin untuk menambah suasana.
53
Penghawaan yang digunakan pada Museum Olahraga Nasional adalah penghawaan yang berasal dari AC dan Return Diffuser sehingga suhu dan kelembaban museum dapat diatur agar tidak merusak benda koleksi. 2.1.1.j Elemen Interior 1. Lantai (Gambar 2.37 Lantai Museum Olahraga Nasional)
Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
Lantai Museum Olahraga Nasional menggunakan bahan penutup lantai berupa keramik berwarna putih dan hitam yang dipasang lurus maupun memusat. Pada bawah patung menggunakan acylic berwarna biru.
54
2. Dinding (Gambar 2.38 Dinding Museum Olahraga Nasional)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
Bahan pelapis dinding yang digunakan pada Museum Olahraga Nasional ini adalah cat tembok berwarna putih, cream, hijau, dan merah. Pada beberapa ruangan menggunakan dinding panel yang diberikan pelapis cat duco berwarna putih, hitam, dan merah. 3.
Ceiling (Gambar 2.39 Ceiling Museum Olahraga Nasional)
55
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
Pada Museum Olahraga Nasional, hanya terdapat beberapa permainan down ceiling yang diberikan bahan pelapis berupa cat berwarna coklat dan abu-abu 2.2.2 The Penn State All-Sports Museum The Penn State All-Sports Museum adalah sebuah museum untuk menghormati semua Penn State Nittany atlet Lion, yang terletak di dekat Gerbang B dari Stadion Beaver. Museum ini dibuka pada bulan Februari 2002.
56
2.2.2.a Bangunan dan ruang Penn State Athletics adalah museum yang terletak Negara Pennsylvania, di sudut barat daya dari Beaver Stadium seberang Bryce Jordan Center (BJC). (Gambar 2.40 Lokasi Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 27 Maret 2013, pukul 23.24WIB) (Gambar 2.41 Eksterior Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 27 Maret 2013, pukul 23.24WIB) (Gambar 2.42 Denah Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
57
Tingkat atas museum ini didedikasikan untuk basket Penn State dan olahraga dalam ruangan lainnya, sementara tingkat yang lebih rendah dari museum ini didedikasikan untuk olahraga outdoor. 2.2.2.b Koleksi Pada Penn State All-Sports Museum, terdapat sejarah atletik dan warisan dari salah satu universitas terbesar di Negara Pennsylvania. Museum ini merupakan museum yang interaktif dan memiliki dua tingkat serta luas 10.000 kaki persegi. Merupakan bukti keberhasilan kelas dunia dan tradisi atlet pelajar Penn State baik di lapangan dan di dalam kelas. Terdapat juga kisah-kisah inspiratif dari peraih olahraga prestasi melalui visual dari lantai ke langit-langit yang dramatis, gambar arsip langka, dan peralatan atletik amatir yang dihargai. Juga terdapat piala Penn State pria dan perempuan, termasuk piala sepakbola kampus Heisman yang legendaris, yang dimenangkan oleh John Cappelletti pada tahun 1973, dan penghargaan lain yang tak terhitung yang dimenangkan oleh atlet selama abad terakhir. Museum
menampilkan
pameran
yang
berfokus
pada
pendekatan yang unik. Penn State untuk atletik menampilkan sekitar 29 dari 31 olahraga universitas saat ini dan tiga yang telah dihentikan.
58
2.2.2.c Tata Display (Gambar 2.43 Sarana Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
59
Sarana yang digunakan pada Museum Penn State ini dalam menata koleksi adalah vitrin tengah, vitrin dinding, kotak pajang, dan panel. Media penyampaian informasi dan koleksi foto umumnya diletakkan pada panel dalam bentuk poster besar. Ukuran vitrin ada yang dibuat pendek sehingga kurang nyaman untuk pengunjung. Beberapa benda koleksi dibiarkan terbuka seperti sebuah piala dan alat-alat olahraga. Tipe pencahayaan yang digunakan adalah general lighting dan task lighting. General lighting difungsikan untuk menerangi ruangan pameran dan vitrin tengah. Accent lighting digunakan untuk menerangi panel dan benda koleksi yang diletakkan pada ceiling dan vitrin. 2.2.2.d Elemen Interior 1. Lantai (Gambar 2.44 Lantai Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
Lantai Museum Penn State sebagian besar menggunakan material karpet. Terdapat juga material vynil yang digunakan
60
pada area pajangan olahraga basket. dan karpet yang terdapat stiker angka. 2. Dinding Sebagian besar dinding Museum Penn State diolah dengan cara menggunakan poster besar untuk mendisplay gambar yang sesuai dengan tema ruangan 3. Ceiling (Gambar 2.45 Ceiling Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
Ceiling pada Museum Penn State ini dibiarkan terbuka sehingga dapat terlihat langit-langit bangunan. Ceiling tersebut dicat warna hitam sehingga pengunjung tidak terfokus pada ceiling-nya. 2.2.3 Sports Museum Singapore 2.2.3.a Sejarah Museum Olahraga didirikan pada tahun 1983 untuk melestarikan dan menampilkan warisan olahraga Singapura. Museum ini terletak di pintu masuk Barat Stadion Nasional. Museum ini dibuka untuk umum pada bulan Mei tahun itu bertepatan dengan pementasan SEA Games ke-12 di Singapura. Museum
Olahraga
berafiliasi
dengan
International
Association of Sports Museums dan Halls of Fame (IASMHF)
61
yang berbasis di Amerika Serikat sejak tahun 1984. IASMHF sejak saat itu telah berganti nama menjadi International Sports Heritage Association (ISHA) pada tahun 2005. Museum Olahraga juga merupakan anggota dari Museum Roundtable, yang diprakarsai oleh National Heritage Board (NHB) sejak tahun 1996. Hal ini juga menjadi salah satu tujuan pada Departemen Program Pendidikan Journeys Learning sejak tahun 1998. 2.2.3.b Tujuan Museum Olahraga didirikan dengan tujuan yang masih berlaku hingga saat ini: 1. Untuk menghormati Olahragawan dan Olahragawati 2. Untuk menginspirasi calon atlet untuk meraih puncak olahraga dan mendorong anggota masyarakat untuk mengambil olahraga sebagai cara hidup 3. Untuk menginformasikan, mendidik dan menghibur publik akan warisan olahraga Singapura 4. Untuk mengembangkan budaya olahraga 5. Untuk melayani sebagai museum, objek olahraga dalam sejarah, estetika dan kepentingan ilmiah 2.2.3.c Koleksi Koleksi Museum Olahraga Singapore adalah berupa: 1. Medali Penghargaan 2. Piala penghargaan 3. Dokumentasi foto Atlet 4. Benda-benda milik atlet
62
5. Tulisan Sejarah 6. Alat permainan tradisional 2.2.3.d Studi Bangunan dan Ruang 1. Lokasi: 1 Kay Siang Road #01-02, Singapore 248922 2. Ada 6 ruang pameran di dalam museum. Pameran tersebut yaitu: a. Pemeran1: Olahraga di zaman colonial (Gambar 2.46 Ruang Pameran 1)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 08.59WIB)
Ruang pameran 1 adalah ruang pameran tentang sejarah olahraga pada zaman kolonial. b. Pameran2: Olahraga di zaman kemerdekaan (Gambar 2.47 Ruang Pameran 2)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.00WIB)
63
Ruang pameran 2 adalah ruang pameran tentang sejarah olahraga di zaman kemerdekaan yang dibuat dalam bentuk tulisan pada panel dinding. c. Pameran3: Olahraga hiburan dan tradisional (Gambar 2.48 Ruang Pameran 3)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.01WIB)
Ruang Pamer 3 merupakan ruang pamer olahraga hiburan dan tradisional. d. Pameran4: Hall of Fame (Gambar 2.49 Ruang pameran 4)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ruang pamer 4 adalah ruang hall of fame yang memajang benda-benda koleksi atlet prestasi dan biografi singkat para atlet.
64
e. Pameran5: Olympic & Permainan Regional/International (Gambar 2.50 Ruang Pameran 5)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ruang pameran 5 ini merupakan ruang pameran berbagai prestasti atlet pada berbagai pertandingan. f. Pameran6: Roll of Honour (Gambar 2.51 Ruang pameran 6)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ruang Pamer 6 merupakan ruang yang menampilkan atlet-atlet dan pelatih berprestasi tiap tahun. 2.2.2.e Tata Display Pada Sports Museum Singapore, koleksi museum berupa piala dan benda koleksi atlet diletakkan pada vitrin kaca tengah, vitrin kaca dinidng biasa, dan vitrin kaca dinding yang juga berfungsi sebagai media koleksi foto dan penyampaian informasi
65
yang dibuat dalam bentuk poster. Selain itu, ada juga koleksi yang dibiarkan tanpa pengamanan dan diletakkan di atas meja seperti koleksi olahraga tradisional. Pencahayaan yang digunakan pada museum ini adalah tipe general lighting dan accent lighting yang diletakkan pada ceiling dan vitrin. Sistem penghawaan yang digunakan pada museum ini adalah penghawaan dengan AC dan return diffuser pada ceiling. 2.2.2.f Elemen Interior 1. Lantai (Gambar 2.52 Lantai Sport Museum Singapore)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Sports Museum Singapore menggunakan karpet wall to wall berwarna coklat dan merah sebagai bahan pelapis lantainya. 2. Dinding (Gambar 2.53 Dinding Sport Museum Singapore)
66
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Dinding pada Sports Museum Singapore menggunakan bahan penutup berupa cat tembok berwarna orange dan warna putih. Sebagian besar vitrin dibuat menempel ke dinding museum dan dibuat seperti poster besar. 3. Ceiling (Gambar 2.54 Ceiling Sport Museum Singapore)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ceiling pada Sports museum Singapore menggunakan ceiling gypsum dengan warna putih dan tidak ada permainan bentuk yang digunakan.