BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Kerangka Teori dan Literatur
2.1.1
Pengertian Aset Tetap Pada umumnya, konsep utama dari aset tetap adalah semua harta berwujud y ang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk memb antu operasi perusahaan
dalam menghasilkan barang dan jasa dan sebagai entitas
bisnis untuk menciptakan pendapatan.
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 388), aset tetap adalah: “Tangible resources that are used in the operations of the business and are not intended for sale to customers”
Menurut PSAK No. 16 (2011: 16.2), pengertian aset tetap dalam adalah sebagai berikut: Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periodeSedangkan
Menurut Hery (2011: 148), Aset tetap (fixed assets) adalah aset yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan (useful life) yang panjang.
2.1.1.1 Jenis-Jenis Aset Tetap Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2009: 439), aset tetap dibagi menjadi dua kategori, yakni aset berwujud (tangible assets) dan aset tak berwujud (intangible assets). Adapun aset berwujud adalah sebagai berikut:
7
8
1. Tanah (land) Tanah merupakan aset yang dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai lokasi guna membangun pabrik manufaktur atau kantor. (Pada tugas akhir ini, penulis hanya membahas terkait pengakuan dan penurunan nilainya, karena komponen-komponen tanah lainnya telah diatur secara khusus pada PSAK 47: Tanah). 2. Gedung (buildings) Gedung merupakan fasilitas yang digunakan untuk operasi perusahaan, seperti toko, kantor, pabrik, gudang, dan hanggar pesawat. 3. Peralatan (equipments) Peralatan meliputi aset yang digunakan dalam operasi perusahaan, seperti counter kasir suatu toko, furnitur kantor, mesin pabrik, truk pengangkut, dan pesawat.
Adapun aset tak berwujud yang dikemukakan oleh Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2009: 455) adalah sebagai berikut: 1. Paten (patents) Paten merupakan hak eksklusif yang dikeluarkan oleh Kantor Paten Amerika Serikat yang mengijinkan para penerima paten tersebut untuk memproduksi, menjual atau pun mengontrol sebuah temuan untuk periode 20 (dua puluh) tahun dari tanggal diberikannya paten. Paten bersifat tidak dapat diperbaharui (nonrenewable).
2. Hak Cipta (copyrights) Pemerintah memberikan hak cipta yang mana memberikan pemilik (owner) memperoleh hak eksklusif untuk memproduksi ulang dan menjual atau mempublikasikan hasil karya artistik. Hak eksklusif bagi pemegang copyrights yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum. 3.
Merek atau Nama Dagang (trademarks atau trade names) Merek atau nama dagang merupakan suatu kata, frasa, sebutan, atau simbol yang menandai suatu perusahaan atau produk tertentu, seperti
9
Game Boy, Coca – Cola, Windows, Pepsi, dan Jeep. Di Indonesia, hak merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk merek adalah 10 tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.
4. Waralaba dan Lisensi (franchises dan licenses) Waralaba merupakan suatu bentuk pengaturan atau susunan kontraktual antara franschisor dan franchisee. Franschisor memberikan franchisee hak untuk menjual produk tertentu, penyediaan jasa tertentu, atau penggunaan merek atau nama dagang, biasanya dalam area geografis yang sudah ditentukan. Lisensi merupakan suatu hak eksklusif untuk menggunakan properti publik dalam menjalankan operasi atau jasa lainnya. Bentuk dari lisensi adalah hak operasi seperti siaran radio, siaran televisi, dan jasa taksi.
5. Goodwill Goodwill menggambarkan nilai semua atribut baik atau menguntungkan yang berhubungan dengan perusahaan, seperti manajemen yang luar biasa, lokasi idaman, hubungan baik dengan pelanggan, karyawan terlatih, produk berkualitas tinggi, dan hubungan harmonis dengan serikat pekerja.
2.1.1.2 Karakteristik Aset Tetap Aset tetap merupakan bagian terpenting dalam suatu perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, jumlah dana yang diinvestasikan, maupun pengawasannya. Menurut Hery (2012: 272), selain memiliki ciri-ciri mendasar yang umum sebagaimana aset lainnya, aset tetap juga memiliki ciri – ciri tambahan yang membedakan aset tetap dari aset lainnya, antara lain: 1. Merupakan barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam operasi normal. 2. Memiliki umur yang terbatas (kecuali tanah). 3. Pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti.
10
4. Nilainya berasal dari kemampuan dalam memperoleh hak – haknya yang sah atas pemanfaatan aset tersebut. 5. Seluruhnya bersifat non – moneter. 6. Umumnya jasa atau manfaat yang diterima dari aset tetap meliputi periode yang panjang, lebih dari satu tahun.
Menurut Ratih S Putri Wulandari dan Lintang Venusita dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Penerapan Penilaian Aset Tetap Berdasarkan International Financial Reporting Standards (2010) menyatakan bahwa setiap lembaga keuangan atau lembaga non keuangan harus memiliki aset yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional tetap. Aset tetap banyak digunakan dalam jangka pembatasan di atas 1 tahun. Pada aset tetap juga terdapat biaya aset tetap, penyusutan dan revaluasi aset tetap. Peraturan yang digunakan untuk aktiva tetap adalah Dewan Standar Akuntansi Internasional, tetapi di masa depan dengan standar internasional, jadi yang digunakan adalah Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Standar ini digunakan untuk informasi keuangan untuk memudahkan para pengguna Laporan Keuangan.
2.1.1.3 Komponen Biaya Perolehan Harga perolehan aset tetap meliputi seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tersebut. Jadi, aset tetap akan dilaporkan dalam neraca tidak hanya sebesar harga belinya saja, tetapi juga termasuk seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap untuk dipakai. Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi agar dapat diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Adapun biaya perolehan yang dijabarkan dalam PSAK No.16 (2011: 16.6) antara lain: 1. Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain; 2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;
11
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
PSAK No.16 (2011: 16.7) juga memberikan contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap, antara lain: 1. Biaya pembukaan fasilitas baru; 2. Biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi); 3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan 4. Administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
2.1.1.4 Pengukuran Aset Tetap Terdapat dua macam metode atau model pengukuran yang dapat diterapkan oleh perusahaan guna melakukan pengukuran terhadap aset tetapnya seperti yang diungkapkan oleh Surya (2012) dengan dasar model pada PSAK No.16 tahun 2011 sebagai berikut: a. Model Biaya (cost model) Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Model Revaluasi (revaluation model) Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
12
2.1.1.5 Penyusutan Aset Tetap Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Penyusutan
umumnya
terjadi
ketika aset tetap telah digunakan dan merupakan beban bagi periode dimana aset dimanfaatkan. Pengurangan nilai aset tersebut dibebankan secara berangsur – angsur atau proporsional ke masing – masing periode yang menerima manfaat. Terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusutan : 1. Harga perolehan (cost) Harga perolehan suatu aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan persiapannya untuk dapat digunakan. 2. Nilai residual atau nilai sisa (residual value) Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak digunakan lagi. 3. Masa atau umur manfaat aktiva tetap Aktiva tetap memiliki masa manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut karena berbagai faktor seperti keausan, kecacatan, kemerosotan nilai, kerusakan (kecuali tanah).
Berikut adalah metode depresiasi yang dikemukakan oleh Lam dan Lau (2009: 63): 1. Metode garis lurus (the straight line method) Metode ini menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat apabila nilai residunya tidak berubah. Asumsi, perusahaan membeli aset sebesar Rp. 35.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun, dan nilai residu sebesar Rp. 1.500.000. Maka depresiasi metode straight-line selama 1 tahun adalah sebagai berikut:
Harga perolehan – nilai residu Depresiasi = =
Masa manfaat 35.000.000 – 1.500.000 5
13
= Rp. 6.700.000
2. Metode saldo menurun berganda (the diminishing balance method) Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.
Tingkat
Saldo
Nilai Buku Aset
Bunga Saldo
Beban
Akumulasi
Nilai Buku
Tahun
Tahun Pertama
Menurun
Depresiasi
Depresiasi
Akhir Tahun
1
Rp. 35.000.000
40%
Rp.14.000.000
Rp.14.000.000
Rp.21.000.000
2
21.000.000
40%
8.400.000
27.440.000
12.600.000
3
12.600.000
40%
5.040.000
27.440.000
7.560.000
4
7.560.000
40%
3.024.000
30.464.000
4.536.000
5
4.536.000
40%
3.036.000
33.500.000
1.500.000
*) Tingkat bunga saldo menurun didapat dari 2x dari tingkat bunga straight line yaitu 20% (100% : 5 tahun)
3. Metode jumlah unit (the production of units method) Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Dalam menghitung nilai depresiasi, metode ini dapat menghitung nilai depresiasi untuk per unitnya atau per jamnya. Adapun penghitungan depresiasi dengan metode jumlah unit dapat dilakukan melalui dua tahap seperti di bawah ini:
Depresiasi per unit: Tahap 1.
Depresiasi per unit Harga Perolehan – Nilai Residu Depresiasi per unit
= Jumlah Unit Produksi
Tahap 2.
Menghitung nilai depresiasi Beban Depresiasi
=
Depresiasi per unit × total unit produksi yang digunakan
14
Depresiasi per jam: Tahap 1.
Depresiasi per jam
Depresiasi per jam
Tahap 2.
=
Harga Perolehan – Nilai Residu Jam Operasi Aset Selama Masa Manfaat
Menghitung nilai depresiasi Beban Depresiasi
= Depresiasi per jam × jam operasi aset
Untuk memperoleh besarnya beban penyusutan periodik secara tepat dari pemakaian suatu aset, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan yang dikemukakan oleh Weygandt, Kieso & Kimmel (2011: 393), antara lain: 1. Biaya Nilai perolehan suatu aset mencakup seluruh pengeluaran yang terkait dengan perolehannya dan persiapannya sampai aset dapat digunakan. Jadi, disamping harga beli, pengeluaran – pengeluaran lain yang diperlukan untuk mendapatkan dan mempersiapkan aset harus disertakan sebagai harga perolehan. Nilai perolehan aset umumnya mencerminkan nilai pasar pada saat aset diperoleh.
2. Masa manfaat Dalam menghitung besarnya beban penyusutan, masa manfaat dapat diartikan sebagai suatu periode atau umur fisik dimana perusahaan dapat memanfaatkan aset tetapnya dan dapat juga berarti sebagai jumlah unit produksi atau jumlah jam operasional yang diharapkan diperoleh dari aset. Faktor – faktor fisik yang membatasi umur ekonomis suatu aset mencakup pemakaian, penurunan nilai (berhubungan dengan berlalunya waktu, dimana suatu aset tetap baik digunakan atau tidak digunakan akan mengalami penurunan nilai), dan kerusakan (penyebabnya dapat berupa kebakaran, banjir, gempa bumi, atau kecelakaan yang cenderung mengurangi atau mengakhiri masa manfaat suatu aset).
15
3. Nilai residu Nilai residu merupakan estimasi nilai aset pada akhir masa manfaat. Besarnya estimasi nilai residu sangat tergantung pada kebijakan manajemen mengenai penghentian aset tetap dan juga tergantung pada kondisi pasar serta faktor – faktor lainnya. Apabila perusahaan menggunakan asetnya hingga secara fisik benar – benar usang dan tidak dapat memberikan manfaat lagi, maka aset tersebut dapat dikatakan tidak memiliki nilai sisa atau nilai residu.
2.1.1.6 Penurunan Nilai Aset Tetap Menurut Hanne Fillicia Karouw dalam jurnalnya mengenai Penurunan Nilai Aset Tetap (2013:1) yaitu Setiap perusahaan memiliki aset yang kadangkala dapat turun nilainya karena nilai yang terpulihkan yang diharapkan lebih kecil dari nilai tercatat aset atau dengan kata lain suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Menurut pernyataan Lai Jinlu mengacu jurnalnya yang berjudul Penelitian Isu Terkait Evaluasi Penurunan Nilai Aktiva Tetap yaitu karena perusahaan perlu mencerminkan informasi akuntansi yang nyata yang mencerminkan situasi nyata aset tersusutkan, akuntansi untuk penurunan nilai aset muncul membutuhkan waktu. Pentingnya pengakuan cadangan untuk penurunan nilai aset terletak pada membatalkan menurunnya akumulasi aset yang buruk untuk jangka panjang untuk memastikan keaslian aset perusahaan yang membuat aset benar-benar mencerminkan kemampuan manfaat ekonomi bahwa perusahaan akan peroleh di masa depan.
2.1.1.7 Pelepasan Aset Tetap Aset tetap yang tidak lagi memiliki umur ekonomis yang lebih lama dapat dibuang, dijual atau dipertukarkan dengan aset tetap lainnya. Dalam kasus pelepasan aset tetap, nilai buku aset harus dihapus. Penghapusan nilai buku dilakukan dengan cara mendebet akun akumulasi penyusutan sebesar saldonya pada tanggal pelepasan aset
dan mengkreditkan akun aset
bersangkutan sebesar harga perolehannya (biaya historis). Aset tetap
16
seharusnya tidak dihapus oleh karena oleh karena aset tersebut telah disusutkan secara penuh. Jika aset masih dipakai, harga perolehan dan akumulasi penyusutannya seharusnya masih tetap tampak dalam buku besar. Dalam hal ini, buku besar aset tetap berfungsi sebagai salah satu cara untuk memantau kepemilikan aset yang masih digunakan dalam kegiatan operasional harian perusahaan. Pada PSAK No.16 (revisi 2011), jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: 1. Dilepas; atau 2. Ketika tidak ada lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK No.30 mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa – balik). Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Dalam menentukan tanggal pelepasan aset, entitas menerapkan kriteria dalam PSAK No.23: Pendapatan, untuk mengakui pendapatan dari penjualan barang. PSAK No.30 diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewa – balik.
2.1.1.8 Pertukaran Aset Tetap Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 416), terdapat dua kondisi yang terkait dengan pengakuan keuntungan dan kerugian atas pertukaran aset, antara lain: 1. Pertukaran aset – gain recognition Apabila aset yang dipertukarkan memiliki substansi komersil, perusahaan mencatatkan harga perolehan aset yang diserahkan pada nilai wajar dan segera mengakui keuntungannya. Untuk aset pertukaran yang diterima, perusahaan menggunakan nilai wajar apabila terlihat atau diketahui lebih jelas dari nilai wajar yang diserahkan. Kondisi lainnya adalah apabila aset yang dipertukarkan tidak memiliki substansi komersil. Perusahaan
17
mengakui keuntungan di saat perusahaan menjual aset tersebut, bukan di waktu terjadinya transaksi pertukaran aset.
2. Pertukaran aset – loss recognition Saat perusahaan melakukan pertukaran aset dan menghasilkan kerugian, perusahaan mengakui kerugian dengan segera. Perusahaan tidak seharusnya menghargai aset di atas harga setara kas, apabila kerugian ditahan pengakuannya, maka aset tersebut dinyatakan lebih catat. Oleh karena itu, perusahaan segera mengakui kerugian atas pertukaran meskipun aset tersebut memiliki substansi komersil atau pun tidak.
2.1.1.9 Pengungkapan Aset Tetap Terkait dengan aset tetap, PSAK 16 (revisi 2011) menjabarkan hal-hal yang harus diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan, antara lain: 1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; 2. Metode penyusutan yang digunakan 3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan 4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai pada awal dan akhir periode;dan 5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan; a. Penambahan b. Aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lainnya c. Akuisisi melalui kombinasi bisnis d. Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset
18
e. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48 f. Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48 g. Penyusutan h. Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor, dan i. Perubahan lain.
2.1.2
Pengertian PSAK PSAK merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK No. 16 adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur mengenai akuntansi terkait aset tetap entitas dan diperbaharui secara terus menerus sejak tahun 1994. Perkembangan dan perubahan kondisi pasar dapat menyebabkan suatu prinsip tidak lagi dapat diterapkan seperti sedia kala. Dengan melakukan revisi – revisi terhadap PSAK, diharapkan perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan yang lebih memenuhi standar – standar akuntansi. PSAK berperan dalam penetapan dasar – dasar penyajian laporan keuangan, atau dengan kata lain peranan PSAK mengarah pada perlakuan pencatatan akuntansi terhadap sumber – sumber ekonomi agar tiap bagiannya berada pada posisi yang benar dan tepat. PSAK juga dapat member pedoman bagi entitas dalam mengenai bagaimana seharusnya sumber ekonomi dicatat dan bila terjadi perubahan, bagaimana mencatatnya serta kapan perubahan tersebut dicatat dan disusun dalam laporan keuangan. PSAK juga membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pengungkapan apabila terjadi penyimpangan dalam laporan keuangan yang disajikan. PSAK akan menjadi alat dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan yang
19
mengantar kepada terciptanya sistematis informasi keuangan yang akurat dan dapat dipercaya sehingga dapat membantu para penentu keputusan dalam mengambil keputusan yang tepat bagi kelangsungan usahanya.
2.1.2.1 Tujuan PSAK No.16 (revisi 20011) Berikut adalah tujuan PSAK No.16 (2011: 16.1) membuat pernyataan atau standar akuntansi terkait dengan Aset Tetap: “Pernyataan ini (PSAK No.16) bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai aset tetap.”
2.1.2.2 Perbedaan PSAK No.16 (1994) dengan PSAK No.16 (Revisi 2007) Secara umum perbedaan antara PSAK No.16 (1994): Aset Tetap dengan PSAK No.16 (revisi 2007): Aset Tetap adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Perbedaan PSAK No.16 (1994) dengan PSAK No.16 (revisi 2007) PSAK 16
PSAK 16
(1994)
( revisi 2007)
Perihal Penggunaan istilah
Aktiva tetap
Aset tetap
Nilai sisa
Nilai residu
Jumlah tercatat
Nilai buku yaitu biaya
Nilai disajikan dalam neraca
(Carrying Amount)
perolehan suatu aktiva
setelah dikurangi akumulasi
setelah dikurangi
penyusutan dan akumulasi
akumulasi penyusutan.
penurunan nilai.
20
Jumlah yang dapat
Jumlah yang diharapkan
Nilai
yang
lebih
tinggi
diperoleh kembali
dapat diperoleh kembali
antara harga jual neto dan
(Recoverable Amount)
dari penggunaan suatu
nilai pakai suatu aset.
aktiva di masa yang akan datang termasuk nilai sisanya atas pelepasan aktiva. Biaya perolehan
Nilai residu
Jumlah kas atau setara
Jumlah kas atau setara kas
kas yang dibayarkan atau
yang dibayarkan atau nilai
nilai wajar imbalan lain
wajar dari imbalan lain yang
yang diberikan untuk
diserahkan untuk
memperoleh suatu aktiva
memperoleh atau konstruksi
pada saat
atau, jika dapat diterapkan
perolehan/konstruksi
jumlah yang dapat
sampai dengan aktiva
diatribusikan ke aset pada
tersebut dalam kondisi
saat pertama kali diakui
dan tempat yang siap
sesuai dengan persyaratan
untuk dipergunakan.
tertentu dalam PSAK lain.
Nilai sisa adalah jumlah
Nilai residu adalah jumlah
neto yang diharapkan
perkiraan akan diperoleh
dapat diperoleh pada
entitas saat ini dari
akhir masa manfaat suatu
pelepasan aset, setelah
aktiva setelah dikurangi
dikurangi taksiran biaya
taksiran biaya pelepasan.
pelepasan jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir masa manfaatnya.
Jumlah yang dapat
Biaya perolehan suatu
Biaya perolehan suatu aset,
disusutkan
aktiva/jumlah lain yang
atau jumlah lain yang
disubstitusikan untuk
menjadi pengganti biaya
biaya dalam laporan
perolehan, dikurangi nilai
keuangan dikurangi nilai
residunya.
sisanya.
21
Nilai wajar
Suatu jumlah untuk
Suatu jumlah yang dapat
semua aktiva mungkin
dipakai untuk
ditukar atau suatu
mempertukarkan suatu aset
kewajiban diselesaikan
antara pihak –pihak yang
antara pihak yang
berkepentingan dan
memahami dan
memiliki pengetahuan
berkeinginan untuk
memadai dalam suatu
melakukan transaksi
transaksi dengan wajar.
wajar. Rugi penurunan
-
Selisih atau jumlah tercatat suatu aset tetap dengan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset berwujud.
Pengakuan awal
-
Pengakuan awal terhadap biaya – biaya dalam jumlah tercatat suatu aset akan dihentikan ketika aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tersebut digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
2.1.2.3 Perbedaan PSAK No.16 (revisi 2007) dengan PSAK No.16 (revisi 2011) Selain perbedaan – perbedaan yang telah dijabarkan pada tabel sebelumnya, terdapat pula perbedaan – perbedaan terkait dengan hal – hal
22
yang dilingkupi oleh PSAK No.16 (revisi 2007) dan PSAK No.16 (revisi 2011) antara lain:
Tabel 2 Perbedaan PSAK No.16 (2007) – PSAK No.16 (revisi 2011) Perihal
PSAK 16 (Revisi 2011)
PSAK 16 (2007)
Pengecualian terhadap
Menambahkan
Hanya mengatur
ruang lingkup
pengecualian ruang
pengecualian ruang
lingkup untuk:
lingkup untuk hak
a. Aset tetap
penambangan dan
diklasifikasikan
reservasi tambang, seperti
sebagai dimiliki untuk
minyak, gas alam, dan
dijual sesuai dengan
sumber daya alam jenis
PSAK 58 (Revisi
yang tidak dapat
2009): Aset Tidak
diperbaharui.
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. b. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (Lihat PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Pada Pertambangan Sumber Daya Mineral) Ruang lingkup
Tidak mengatur lagi
Ruang lingkup mencakup
mengenai properti
properti yang dibangun
investasi yang sedang
atau dikembangkan untuk
dibangun atau
digunakan di masa depan
dikembangkan.
sebagai properti investasi.
23
Hibah pemerintah
Tidak mengatur syarat
Pengakuan aset tetap yang
pengakuan tetap yang
berasal dari hibah
berasal dari hibah. Hanya
pemerintah mempunyai
mengatur nilai tercatat aset
syarat bahwa:
tetap yang dapat dikurangi
a. Entitas telah memenuhi
dari hibah pemerintah.
kondisi atau prasyarat hibah tersebut; b. Hibah akan diperoleh.
Aset tetap yang tersedia
Pengaturan aset tetap yang
Mengatur perlakuan
untuk dijual
tersedia untuk dijual harus
akuntansi terhadap suatu
dihapus karena sudah
aset tetap yang tersedia
diatur dalam PSAK 58
untuk dijual.
(Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Depresiasi atas tanah
Menjelaskan bahwa pada
Perlakuan akuntansi untuk
umumnya tanah memiliki
tanah yang diperoleh
umur ekonomis tidak
dengan Hak Guna Usaha,
terbatas sehingga sulit
Hak Guna Bangunan dan
untuk disusutkan, kecuali
lainnya mengacu pada
entitas meyakini umur
PSAK 47: Tanah.
ekonomis tanah terbatas. Perlakuan akuntansi tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada PSAK 25: Hak Atas Tanah.
24
2.1.3 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Mengacu pada pendapat Trio Mandala Putra dalam jurnalnya mengenai Penerapan Akuntansi Aset Tetap (2013), aset tetap memiliki peranan penting untuk kelancaran operasional perusahaan. Dalam memaksimalkan peranan tersebut dibutuhkan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan aset tetap. Dalam keadaan seperti ini, para pengambil keputusan akan sangat memerlukan alat informasi mengenai aset tetap yaitu akuntansi aset tetap. Penelitian ini bertujuan menilai sejauh mana perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi aset tetap yang sesuai dengan teori, dimana berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 dalam aktivitas perusahaan. Menurut Hanne Fillicia Karouw dalam jurnalnya mengenai Penurunan Nilai Aset Tetap (2013:1) yaitu Setiap perusahaan memiliki aset yang kadangkala dapat turun nilainya karena nilai yang terpulihkan yang diharapkan lebih kecil dari nilai tercatat aset atau dengan kata lain suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Menurut pernyataan Lai Jinlu mengacu jurnalnya yang berjudul Penelitian Isu Terkait Evaluasi Penurunan Nilai Aktiva Tetap yaitu karena perusahaan perlu mencerminkan informasi akuntansi yang nyata yang mencerminkan situasi nyata aset tersusutkan, akuntansi untuk penurunan nilai aset muncul membutuhkan waktu. Pentingnya pengakuan cadangan untuk penurunan nilai aset terletak pada membatalkan menurunnya akumulasi aset yang buruk untuk jangka panjang untuk memastikan keaslian aset perusahaan yang membuat aset benar-benar mencerminkan kemampuan manfaat ekonomi bahwa perusahaan akan peroleh di masa depan. Mengacu pada pernyataan Dyna Senga dan Jiahua Su mengenai Insentif Manajerial Dibalik Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan yang Terdaftar di Selandia Baru (2010) bahwa keputusan revaluasi aset tetap perusahaan digunakan untuk mengurangi biaya kontrak, biaya politik dan asimetri informasi. Perusahaan-perusahaan besar yang ditemukan lebih cenderung untuk merevaluasi aset mereka dalam rangka untuk mengurangi biaya politik. Sebagian besar kegiatan revaluasi perusahaan Selandia Baru dilakukan secara teratur oleh penilai independen.
25
Menurut Linda M. Nichols dan Kurt H. Buerger dalam jurnalnya yang berjudul Sebuah Investigasi Pengaruh Pelaporan Alternatif Untuk Aset Tetap pada Pengguna Laporan Keuangan di Amerika Serikat dan Uni Eropa (2013) mengatakan bahwa keputusan Uni Eropa untuk meminta laporan sesuai dengan standar IASB akan berfungsi untuk lebih meningkatkan penerimaan standar IASB di seluruh dunia. Untuk standar internasional untuk dapat diterima di seluruh dunia, mereka perlu mencerminkan metode pelaporan terbaik. Salah satu bidang dimana beragam percobaan ditemukan dalam penilaian aset tetap. Hal ini untuk menguji pengaruh metode yang berbeda dari penilaian aset tetap pada pinjaman keputusan yang dibuat oleh para bankir di Amerika Serikat dan Uni Eropa diwakili oleh negara-negara Jerman dan Austria. Bankir dari negara-negara tersebut diminta untuk membuat keputusan pinjaman untuk sebuah perusahaan yang digunakan baik biaya historis atau nilai wajar dalam pelaporan aset tetap. Hasil menunjukkan efek interaksi yang signifikan antara negara asal responden dan metode penilaian yang digunakan. Secara khusus, para bankir Eropa memberikan pinjaman yang lebih besar kepada perusahaan-perusahaan yang melaporkan aset tetap pada nilai wajar, sementara bankir Amerika Serikat memberikan pinjaman lebih besar kepada perusahaanperusahaan yang melaporkan aset tetap sebesar harga perolehan.
2.1.4 Model Penelitian Prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan Fokus Penelitian Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif adalah menetapkan research question. Research question yang dalam penelitian kualitatif disebut sebagai fokus Penelitian, adalah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut. Fokus penelitian harus ditetapkan pada awal penelitian karena fokus penelitian berfungsi untuk memberi batas hal-hal yang akan diteliti. Fokus penelitian berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian, utamanya pada saat pengumpulan data, yaitu untuk membedakan antara data mana yang relevan dengan tujuan penelitian kita.
26
2. Menentukan Setting dan Subyek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, setting penelitian akan mencerminkan lokasi penelitian yang langsung berkaitan pada fokus penelitian yang telah ditetapkan sejak awal. Setting penelitian ini tidak dapat diubah kecuali fokus penelitiannya diubah. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang baru menentukan lokasi penelitian setelah ditetapkan beberapa hal sebelumnya, seperti research question (rumusan masalah penelitian) populasi dan sampel. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
3. Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Analisis Data Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi ke lapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali.
4. Penyajian Data Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak beupa table-tabel dengan ukuran statistik.
27