BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Melalui pengertian – pengertian dari sistem informasi akuntansi yang ada dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi akuntansi, keuangan dan informasi berguna lainnya bagi pemakai didalam dan diluar perusahaan. Pengertian diatas dipertegas melalui pemaparan dalam buku Romney dan Steinbart (2006, p.6) yang menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil keputusan. Pengertian diatas dipertegas pula oleh
Jones dan Rama (2006,p.4) dalam
bukunya, yang menyatakan bahwa : “Accounting Information Sistem is subsistems from management information sistems that provides accounting and financial information as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions.” Pengertian Sistem informasi akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai sebuah sistem yang menyediakan informasi akuntansi, dan keuangan serta informasi lainnya yang diperoleh dalam proses transaksi akuntansi. Sistem informasi akuntansi sendiri merupakan suatu subsistem dari sistem informasi manajemen.
2 2.1.2 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut (Rama dan Jones (2006, p6)): a. Menghasilkan laporan eksternal Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan– laporan khusus yang dapat memuaskan kebutuhan–kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan seperti investor, kreditur, penagih pajak, dan lainnya. Laporan–laporan tersebut mencakup laporan keuangan, tax return, dan laporan lainnya yang dibutuhkan oleh pihak–pihak yang terkait. b. Mendukung aktivitas yang rutin Manajer menggunakan sistem informasi akuntansi untuk mendukung aktivitas rutin perusahaan selama siklus operasi perusahaan seperti menerima pesanan pelanggan, pemenuhan jasa, dan pengiriman barang, menagih pelanggan dan menerima pembayaran. c. Mendukung keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang bersifat tidak rutin pada semua tingkatan dalam sebuah perusahaan seperti mengetahui produk yang paling laku dijual dan mengetahui pelanggan mana yang melakukan pembelian paling banyak. Informasi ini sangat penting dalam perencanaan produk baru, pembuatan keputusan mengenai produk yang akan disimpan sebagai persediaan, dan cara pemasaran produk ke pelanggan. d. Perencanaan dan pengawasan Sebuah sistem informasi juga dibutuhkan dalam aktivitas perencanaan dan pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya–biaya standar disimpan
3 menggunakan sistem informasi kemudian laporan dirancang untuk membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya. e. Mengimplementasikan pengendalian internal Pengendalian internal meliputi asset perusahaan dari kehilangan atau penggelapan dan untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut dapat berhasil dengan membuat sebuah sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi seperti penggunaan password untuk membatasi pengaksesan data dari pihak yang tidak berwenang. Manfaat sistem informasi akuntansi menurut jurnal yang ditulis oleh Mahdi et al. (2010) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi memberikan banyak manfaat bagi perusahaan dan organisasi.
Manfaat sistem informasi akuntansi menurut
pernyataan Mahdi et al. dalam jurnalnya adalah sebagai berikut : 1. Good cooperation
Dalam modus organisasi perusahaan tradisional, kegiatan usaha perusahaan adalah dibagi sesuai dengan fungsi dan pelaksanaannyapun per masing-masing fungsi tersebut, sehingga koordinasi fungsi antar bagian perusahaan menjadi berkurang dan terwujudnya informasi yang tidak terpusat atau dengan kata lain masing-masing departemen mempunyai informasi dan informasi tersebut tidak terintegrasi dengan departemen lain yang ada diperusahaan. Sistem Informasi Akuntansi muncul untuk memberikan solusi dimana sistem ini akan merekam dan mencerminkan kegiatan usaha perusahaan, mengintegrasikan fungsi antar bagian perusahaan sehingga dapat menghindari duplikasi pengumpulan informasi dan kekurangan, dan bagian akuntansipun dapat turut serta untuk berpartisipasi dalam kegiatan operasional perusahaan untuk mengkoordinir departemen lain melakukannya dengan baik
4 mencatat informasi akuntansi dan pekerjaan analitis serta mendukung informasi yang tepat waktu dan akurat. 2. To meet the needs of multi-users Melalui perubahan lingkungan, objek yang menggunakan informasi akuntansi menjadi semakin luas, mencakup semua tingkat manajemen perusahaan, badan investasi semua di luar, instansi pemerintah, organisasi perantara, dan sebagainya. Sistem informasi akuntansi tradisional hanya dapat menghasilkan laporan keuangan yang diberikan kepada eksekutif keuangan dan informasi akuntansi yang diberikanpun lebih sedikit, sehingga objek yang menggunakannya memperoleh gambaran yang sempit mengenain informasi yang diberikan. Sistem informasi akuntansi saat ini
telah menyediakan database yang mendokumentasikan semua
sumber daua dan aktivitas bisnis perusahaan, dan melalui tampilan yang disediakan para pengguna informasi dapat memperoleh informasi yang lebih luas. Melalui sistem informasi akuntansi setiap aktivitas bisnis perusahaan menjadi dapat diukur dan tercermin. Namun, sampai saat ini belum dapat ditemukan alat yang sesuai untuk mengukur nilai, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan ekoNomi tidak dapat tercermin melalui sistem informasi akuntansi. 3. To control afterwards, and control in advance and in concurrent Dalam modus organisasi perusahaan tradisional, yang menggunakan sistem akuntansi komputer untuk pencatatan berkaitan dengan akuntanasi, hanya bisa melakukan pemeriksaan terhadap suatu data, setelah kesalahan tersebut terjadi dan tidak bisa dihindari. Sedangkan sistem informasi akuntansi akan mengintegrasikan pengolahan real-time, biaya standar, pengendalian terhadap akses kedalam sistem dan proses persetujuan, pengelolaan anggaran, dan seterusnya, sehingga karyawan yang
5 dulunya pasif
berubah menjadi aktif untuk mengelola kegiatan mereka sendiri,
karyawan tersebut juga dapat melakukan pemeriksaan yang tepat waktu atas pekerjaan yang mereka lakukan baik untuk pengendalian maupun dalam mengidentifikasi masalah sehingga mereka dapat mengawasi penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.
2.1.3 Komponen–Kompenen Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi terdiri dari enam komponen, yaitu sebagai berikut (Romney dan Steinbart (2006, p.6-7)): a. People, mengoperasikan sistem dan menampilkan berbagai fungsi. b. Procedures and instructions, baik manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi. c. Data, tentang organisasi dan proses bisnis organisasi d. Software, berkaitan dengan software yang digunakan untuk memproses data organisasi. e. Information techNology infrastructure, termasuk komputer, perangkat peripheral , dan peralatan jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mentransformasikan data dan informasi. f. Internal control and security measure, menjaga keamanan data dalam sistem informasi akuntansi. Romney dan Steinbart (2006, p.7) menjelaskan bahwa kerjasama dari keenam komponen sistem informasi akuntansi sebagaimana yang telah disebutkan diatas
6 memungkinkan sistem informasi akuntansi untuk memenuhi tiga fungsi bisnis yang penting yaitu : 1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas organisasi, sumber daya dan personel. 2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan sehingga manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi aktivitas, sumber daya, dan personel. 3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk melindungi aset organisasi, termasuk datanya, untuk menjamin bahwa asset dan data tersedia ketika dibutuhkan dan datanya akurat dan dapat diandalkan. Sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik akan dapat melakukan hal-hal berikut ini (Romney dan Steinbart (2006, p.12)) : 1. Meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dari barang dan jasa. 2. Meningkatkan efisiensi. 3. Berbagi pengetahuan. 4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari supply chain-nya.
2.1.4
Siklus Pemrosesan Transaksi Pada Sistem Pengertian siklus pemrosesan transaksi pada sistem menurut Romney dan
Steinbart (2006, p.30),merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, sampai akhirnya penjualan barang atau jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi menjadi lima subsistem, yaitu : 1. Revenue cycle (Siklus Pendapatan), berupa transaksi penjualan dan penerimaan kas.
7 2. Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran), berupa transaksi pembelian dan pengeluaran kas. 3. Human Resource/Payroll Cycle (Siklus Sumber Daya Manusia), berupa transaksi yang berhubungan dengan perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja. 4. Production Cycle (Siklus Produksi), berupa transaksi yang berhubungan dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk / jasa yang siap untuk dijual. 5. Financing Cycle (Siklus Keuangan Perusahaan), berupa transaksi yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditur.
2.1.5
Karakteristik Informasi Yang Berguna Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), beberapa karakteristik suatu
informasi yang berguna dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Relevant, informasi disebut relevan apabila informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian dan mendukung pengambilan keputusan. b. Reliable, informasi disebut reliable apabila informasi tersebut bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas dalam perusahaan. c. Complete, informasi disebut lengkap apabila informasi tersebut tidak menghilangkan aspek penting akan pemahaman kejadian atau aktivitas yang diukurnya. d. Timely, informasi disebut tepat waktu apabila informasi tersebut disajikan pada waktu pengambil keputusan hendak membuat keputusan. e. Understandable, informasi disebut dimengerti apabila informasi tersebut disajikan dalam format yang bermanfaat dan dimengerti.
8 f. Verifiable, informasi dapat diverifikasi apabila dua orang berpengetahuan bertindak secara independen yang nantinya akan menghasilkan informasi yang sama. g. Accessible, informasi dapat diakses apabila informasi tersebut tersedia bagi user ketika mereka membutuhkannya dan dalam format yang dapat digunakan mereka.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
2.2.1 Pengertian Pendapatan Pengertian pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007) yaitu sebagai berikut: •
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalti, dan sewa. (PSAK 20 paragraf tujuan).
•
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekoNomi yang timbul dari aktivitas Normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan entitas, yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal. (PSAK 23 paragraf 6).
2.2.2 Pengertian Siklus Pendapatan (Revenue Cycle) Melalui pengertian–pengertian dari siklus pendapatan yang ada dapat disimpulkan bahwa siklus pendapatan atau revenue cycle merupakan rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi yang terkait dengan pertukaran barang / jasa dengan pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan barang / jasa tersebut.
9 Pengertian diatas dipertegas melalui pemaparan dalam buku Jones dan Rama (2006, p.476), yang menyatakan bahwa siklus pendapatan merupakan siklus transaksi dalam perusahaan yang meliputi kegiatan seperti menerima pertanyaan pelanggan, pesanan pelanggan, penyediaan barang atau jasa,penagihan pelanggan, mengumpulkan kas/bank dan deposito kas.
2.2.3
Prosedur–Prosedur dalam Siklus Pendapatan (Revenue Cycle) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.356), prosedur atau kegiatan kerja
dalam siklus pendapatan, dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Sales order entry ( Proses Penerimaan Pesanan ) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.356-362), kegiatan siklus pendapatan suatu perusahaan dimulai dari penerimaan pesanan pelanggannya. Proses penerimaan pesanan pelanggan sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1. Taking Customer Order, merupakan tahap dimana data pesanan pelanggan dicatat ke dalam sales order yang berupa Nomor barang, jumlah barang, harga dan keterangan penjualan lainnya. 2. Credit Approval, untuk penjualan kredit, maka harus melalui tahap persetujuan kredit terlebih dahulu, artinya batasan kredit untuk seorang pelanggan harus disetujui terlebih dahulu sebelum melakukan proses lebih lanjut. Penentuan limit kredit seorang pelanggan tergantung dari kebijakan manajemen perusahaan yang penentuannya dapat berdasarkan sejarah pembayaran kredit masing-masing pelanggan.
10 3. Checking Inventory Availability, merupakan tahap untuk mengecek ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan untuk kemudian diinformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman pesanan pelanggan. b.
Shipping (Proses Pengiriman Barang) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.363-365), kegiatan setelah proses penerimaan pesanan adalah pengisian pesanan pelanggan dan pengiriman pesanan pelanggan. Proses pengiriman barang ini, dibagi menjadi dua tahap, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Picking And Packing The Order, merupakan tahap dimana fungsi gudang akan menggunakan Picking ticket untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah masing – masing produk yang akan dikeluarkan dari gudang. Barang yang dikerluarkan tersebut harus dihitung dan dicatat dalam picking ticket, untuk kemudian diserahkan ke fungsi pengiriman untuk dikirimkan. 2. Shipping The Order, merupakan tahap dimana fungsi pengiriman akan membandingkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yang ada pada picking ticket dan sales order. Fungsi pengiriman akan membawa bill of lading yang merupakan perjanjian legal dalam memberikan tanggung jawab terhadap barang yang dikirimkan.
c.
Billing (Proses Penagihan) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.367-369),
kegiatan setelah proses
pengiriman barang adalah berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses penagihan pelanggan terdiri dari dua tahap, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Invoicing, merupakan tahap pemrosesan informasi yang di kumpulkan kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai pada
11 kegiatan pengiriman. Tahap ini menggunakan dokumen Sales Invoice yang menegaskan pada pelanggan mengenai jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan dan kemana pelanggan harus mengirimkan pembayaran. 2. Maintain Accounts Receivable, merupakan tahap dimana fungsi piutang dibagi menjadi dua tugas utama yaitu menggunakan informasi dalam Invoice untuk mendebit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Dua cara untuk mengendalikan piutang, yaitu sebagai berikut : (i). Open Invoice Method, Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing – masing Invoice. Biasanya, terdapat dua rangkap Invoice yang akan di kirimkan kepada pelanggan dimana satu rangkap akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copi ini dinamakan remittance advice. (ii). Balance Forward Method, pelanggan biasanya akan melakukan pembayaran sesuai dengan jumlah yang ada pada laporan bulanan, yang kemudian dibandingkan dengan Invoice satuan. Laporan bulanan akan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta menginformasikan kepada pelanggan mengenai jumlah saldo piutang terakhir pelanggan bersangkutan. d.
Cash collection (Proses Penerimaan Kas) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.371), kegiatan setelah proses penagihan adalah proses penerimaan kas. Kegiatan ini merupakan aktivitas siklus pendapatan terakhir. Kegitan yang berkaitan dengan proses ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
12 Fungsi kasir akan melaporkan penerimaan kas, menangani remittance pelanggan dan menyetorkan uang yang diterimanya ke bank.
2.2.4
Informasi yang Dibutuhkan Dalam Siklus Pendapatan (Revenue Cycle) Dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan dalam siklus pendapatan
adalah sebagai berikut : a. Waktu respon ke pertanyaan pelanggan mengenai account balance dan status order b. Memutuskan apakah akan memperpanjang kredit kepada pelanggan tertentu c. Menentukan ketersediaan inventory d. Memilih metode untuk pengiriman produk atau jasa e. Waktu yang dibutuhkan untuk menginput dan mengirimkan order f. Persentasi penjualan yang dibutuhkan untuk order kembali g. Tingkat dan tren kepuasan pelanggan h. Analisis pasar saham dan tren penjualan i. Analisis profitability melalui produk, pelanggan dan wilayah penjualan j. Volume penjualan baik dalam dollar dan jumlah pelanggan k. Efektifitas iklan dan promosi l. Kinerja Bagian penjualan m. Beban tak tertagih dan kebijakan kredit Penjelasan diatas dipertegas melalui penjelasan dari Romney dan Steinbart (2006, p.382–383).
13 2.3
Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan Persediaan/inventory menurut Warren et al. (2005, p.440), digunakan untuk mengindikasi barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Sedangkan Kieso et al. (2010, p.382 ), menyatakan bahwa : “ Inventories are asset items that a company holds for sale in the ordinary course of business, or goods that will use or consume in the production of goods to be sold”. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan oleh Kieso et al. dapat dijelaskan bahwa persediaan merupakan bagian dari asset perusahaan, yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan usahanya sehari – hari, atau barang – barang yang digunakan dalam upaya untuk memproduksi
barang, yang nantinya untuk dijual
kembali.
2.3.2
Pengertian Sistem Akuntansi Persediaan Melalui pengertian – pengertian persediaan yang ada dapat disimpulkan bahwa
Sistem akuntansi persediaan merupakan suatu sistem yang dibangun untuk mendukung kegiatan perusahaan sehubungan dengan pencatatan, pengendalian tingkat persediaan serta penyediaan laporan yang berhubungan dengan persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi yang dimiliki perusahaan.
2.3.3
Metode Pencatatan Persediaan Menurut Assauri (2008, p.244), ada dua sistem umum yang dikenal dalam
menentukan jumlah persediaan pada akhir suatu periode, yaitu :
14 a. Periodic system Sistem periodik merupakan metode pencatatan persediaan yang mana, pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir perusahaan. Dalam Modul yang diterbitkan oleh Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan, Departemen Keuangan (2010) menyatakan bahwa sistem periodik adalah sistem pencatatan persediaan dimana pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir perusahaan. Sistem periodik umumnya diterapkan pada perusahaan yang memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Misalnya adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relative kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Sistem ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain: •
Kuantitas barang tidak dapat diketahui sewaktu-waktu sehingga harus melakukan stock opname (pemeriksaan fisik).
•
Untuk menyusun laporan harus melakukan stock opname terlebih dahulu.
•
Jika jenis dan jumlah persediaan banyak, maka akan dibutuhkan waktu dalam melaksanakan stock opname.
•
Harga pokok penjualan dapat meliputi harga pokok penjualan dari barangbarang yang benar-benar terjual, barang-barang yang rusak, susut, menguap, bahkan barang-barang yang hilang (shrinkage).
15 •
Kurang ideal untuk perencanaan dan pengawasan persediaan. Namun demikian keuntungan dari penerapan sistem ini adalah sangat
sederhana pada saat pencatatan pembelian dan penjualannya. Sistem ini pada umumya lebih tepat digunakan untuk barang-barang yang tingkat perputarannya relatif cepat dan mempunyai unit biaya relatif rendah. Contoh Jurnal pada Periodic System: • Pada saat penjualan
Piutang Dagang
XXX
Penjualan
XXX
b. Perpetual sistem Sistem perpetual disebut juga Book inventories, yaitu dalam hal ini dibina catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat dan dilihat dalam kartu
administrasi
persediaannya. Bila metode ini yang dipakai, maka perhitungan secara fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali, yang biasanya dilakukan untuk keperluan counter checking antara jumlah persediaan menurut fisik dengan menurut catatan dalam kartu administrasi persediaannya. Sedangkan dalam Modul yang diterbitkan oleh Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan, Departemen Keuangan (2010), Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave). Secara umum, sistem perpetual memiliki karakteristik:
16 •
Mencatat setiap mutasi persediaan.
•
Akun persediaan menunjukkan nilai persediaan setiap saat.
•
Memberikan tingkat pengendalian yang akurat.
•
Setiap transaksi penjualan barang, harga pokok barang yang di jual, dihitung dan dicatat pada debet akun “Harga Pokok Penjualan”.
•
Pada umumnya digunakan oleh perusahaan yang memiliki nilai persediaan yang tinggi. Keuntungan dari system persediaan perpetual adalah tingkat pengendalian
yang tinggi, yang membantu manajemen untuk tingkat persediaan yang tepat dan pemeriksaan fisik persediaan dapat dibandingkan dengan mudah. Kapanpun keurangan (misalnya barang hilang atau dicuri) ditemukan perkiraan kekurangan persediaan harus didebitkan berdasarkan metode yang digunakan untuk menghitung biaya persediaan. Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada sistem pencatatan periodik, pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada akhir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode. Apabila perusahaan menggunakan sistem perpertual maka tidak diperlukan jurnal penyesuaian karena pembelian dan penjualan langsung dicatat ke akun persediaan sehingga harga pokok persediaan yang dijual maupun nilai persediaan akhir sudah tercermin dalam buku besar.
17 Contoh Jurnal pada Perpetual System: • Pada saat penjualan: Piutang Dagang
XXX
Penjualan
XXX
Harga Pokok Penjualan
XXX
Persediaan Barang Dagang 2.3.4
XXX
Metode Penilaian Persediaan Menurut Assauri (2008, p.244), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menilai suatu persediaan, diantaranya dengan : 1.
FIFO Method (First-in, First-out) Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Contoh Penghitungan: Cost awal 1 Jan
XX unit @ Rp XXX
=Rp XXX
Purc. 10 Mar
XX
@ Rp XXX
=Rp XXX
Purc. 21 Sept
XX
@ Rp XXX
=Rp XXX
COGS
XX unit
Rp XXX
Available for sale
Rp XXX
COGS
Rp (XXX)
Ending Inventory
Rp XXX
2. Weight Average Method (Rata-rata tertimbang) Cara ini didasarkan atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing harganya. Contoh Penghitungan: Average unit cost
:
Rp XXX : XXX unit
= Rp XXX
Ending Inventory
:
XXX unit @ Rp XXX
= Rp XXX
18 COGS
:
XXX unit @ Rp XXX
= Rp XXX
3. LIFO Method (Last-in, First-out) Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan yang masih ada atau stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang terdahulu. Contoh Penghitungan:
2.4
18 Nov
XX unit @ Rp 12.000
=Rp XXX
21 Sept
XX unit @ Rp 11.000
=Rp XXX
10 Mar
XX unit @ Rp 10.000
=Rp XXX
COGS
XX unit
=Rp XXX
Available for sale
Rp XXX
COGS
Rp (XXX)
Ending Inventory
Rp XXX
Sistem Pengendalian Internal 2.4.1 Pengertian Pengendalian internal Melalui pengertian – pengertian dari pengendalian internal yang ada dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem tekNologi informasi, yang terdiri atas kebijakan dan prosedur dalam operasional perusahaan, yang dirancang untuk untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud), dan melindungi sumberdaya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan ) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
19 kekayaan intelektual seperti merek dagang) dan akhirnya membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Pengertian diatas di pertegas melalui pengertian menurut Romney dan Steinbart (2006, p.195), Berdasarkan COSO, bahwa : “ Internal Control is a process effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel – designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives”. Berdasarkan pengertian dari Romney dan Steinbart dapat dijelaskan bahwa pengendalian internal merupakan proses yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain – yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Pengertian diatas dipertegas pula oleh Jones dan Rama (2006, p.13), yang mengartikan pengendalian internal sebagai berikut : “ Internal Control is the rules, policies, procedures and information sistem used to ensure that a company’s financial data are accurate and reliable and to protect a company assets from loss or theft”. Berdasarkan pengertian dari Jones dan Rama diatas, dapat dijelaskan bahwa Internal Control adalah aturan–aturan, kebijakan–kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk memastikan bahwa data keuangan perusahaan telah akurat dan handal serta untuk melindungi aset–aset yang ada diperusahaan perusahaan dari kehilangan atau pencurian.
2.4.2
Tujuan Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.196), berdasarkan COSO, tujuan sistem
pengendalian internal adalah : a. Laporan keuangan yang dapat dipercaya.
20 b. Efektifitas dan Efisiensi operasi. c. Pemenuhan terhadap hukum dan peraturan yang ditetapkan.
2.4.3
Komponen Sistem Pengendalian Internal Menurut
Jones
dan
Rama
(2006,
p.105),
komponen-komponen
yang
berhubungan dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu: 1.
Lingkungan Pengendalian Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun oleh organisasi untuk mengendalikan kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut berhubungan dengan integritas, nilai etika, filosofi manajemen dan gaya operasional. Termasuk di dalamnya cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur, dan mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunuk Dewan Direktur.
2.
Penilaian Resiko Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.
3.
Aktivitas Pengendalian Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menangani resiko-resiko yang mungkin dan telah ada. Aktivitas pengendalian mencakup: - Performance Review, kegiatan yang berhubungan dengan analisis terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode sebelumnya.
21 - Segregation of Duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan menjaga aset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda. - Application Control, yang berhubungan dengan aplikasi sistem informasi akuntansi. - General control, berhubungan dengan pengawasan yang lebih luas yang berhubungan dengan berbagai aplikasi. 4.
Informasi dan Komunikasi Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (baik otomatis maupun manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi. Dan komunikasi berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan tanggung jawab tertentu.
5.
Pengawasan Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang diharapkan.
2.5
Analisa Pemberian Kredit Pelanggan Dalam upaya memperkecil tingkat risiko dalam pemberian kredit, syarat-syarat yang harus terpenuhi oleh calon debitur menurut Munawir (2007, p235) adalah 5C, yaitu: a.
Character Keterangan mengenai sifat-sifat pribadi pelanggan, watak dan kejujuran dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Adapun keterangan ini
22 didapat dari beberapa petunjuk dengan mengenal dari dekat, kumpulan keterangan aktivitas perbankannya, dan dari pendapat rekan-rekan, pegawai dan saingan mengenai reputasi, kebiasaan pribadi dan pergaulan sosialnya. b.
Capacity Hal ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan pelanggan beserta Bagiannya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. Kapasitas pelanggan dapat dilihat dari angka hasil produksi, angka penjualan dan pembelian. Perhitungan laba-rugi dan data financial lainnya.
c.
Capital Hal ini menunjuk pada posisi financial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukan dalam laporan keuangan dan rasio finansialnya. Dalam melakukan penilaian ini perlu diperhatikan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon pelanggan.
d.
Collateral Collateral berarti jaminan. Hal ini menunjukan besarnya aktiva yang akan dijadikan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada pelanggan. Untuk itu, perlu diperhatikan kemampuan jaminan untuk dijadikan uang dalam waktu yang relatif singkat serta pengikatan barang yang menjadi kepentingan jaminan.
e.
Conditions Hal ini mengacu pada kondisi ekoNomi secara umum dan kondisi pada sector usaha pelanggan yang dapat mempengaruhi perkembangan usahanya serta kemampuan pelanggan untuk membayar.
23 2.6 2.6.1
Analisis dan Perancangan Sistem Pengertian Analisis Sistem Melalui pengertian – pengertian dari analisis sistem yang ada dapat disimpulkan
bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem informasi yang sudah ada untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh sistem yang baru. Pengertian ini dipertegas melalui pengertian menurut O’Brien et al. (2008, p.453), yang menyatakan bahwa : “ Systems analysis traditionally involves a detailed study of : • The information needs of a company and end users, • The activities, resources, and products of one or more of the present information systems being used. • The information system capabilities required to meet information needs of users and stakeholders”. Berdasarkan pengertian menurut O’Brien et al. diatas, dapat dijelaskan bahwa analisis sistem merupakan studi mendalam tentang informasi–informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dengan mempelajari dan memahami aktivitas, sumber daya dan hasil–hasil yang diperoleh dari sistem informasi yang digunakan saat ini, yang nantinya akan menghasilkan point–point
yang digunakan sebagai dasar untuk
merancang istem informasi baru.
2.6.2 Pengertian Perancangan Sistem Melalui pengertian–pengertian dari perancangan sistem yang ada dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah penentuan proses dan data serta pendefenisian hardware, software, komponen, modul dan interface yang diperlukan oleh sistem yang baru.
24 Pengertian ini dipertegas melalui pengertian yang diberikan oleh O’Brien et al. (2008, p.456), yang menyatakan bahwa : “Systems design consists of design activities that ultimately produce physical system specifications satisfying the functional requirement that were developed in the systems analysis process”. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan oleh O’Brien et al. dapat dijelaskan bahwa
desain
sistem
merupakan
aktivitas–aktivitas
perancangan
yang
akan
menghasilkan suatu spesifikasi sistem yang sesuai dengan persyaratan atau point – point yang dihasikan dalam proses analisis sistem.
2.6.3 Metode Analisis Dan Perancangan Berorientasi Objek (OOAD) Menurut Mathiassen et al. (2000, p.4), objek merupakan dasar dalam Object Oriented Analysis And Design ( OOAD ). Objek merupakan sebuah entitas yang terdiri dari identitas, state dan behavior. Class merupakan sebuah deskripsi mengenai kumpulan objek – objek yang memiliki struktur, behavioural pattern dan atribut yang sama. Jadi apabila suatu objek tidak digambarkan secara sendiri–sendiri, melainkan merupakan gambaran kumpulan objek–objek, maka disebut kelas/class. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.5), keuntungan dari OOAD adalah : -
Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem
-
Suatu metode yang mempunyai hubungan diantara : a. Analisis berorientasi objek, b. Desain berorientasi objek, c. Tampilan berorientasi objek, dan d. Pemrograman berorientasi objek.
25 -
Merupakan konsep yang umum yang dapat di gunakan untuk memodel hampir smua feNomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language)
-
Mengurangi biaya maintenance
-
Memudahkan untuk mencari hal yang akan diubah
-
Membuat perubahan menjadi local, tidak bepengaruh pada modul yang lainnya Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified Modelling
Language). UML hanya berfungsi sebagai Notasi dan bukan sebagai metode dalam melakukan modeling. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.15), analisis dan perancangan berorientasi objek terdiri dari empat aktifitas utama yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Aktivitas utama dalam OOAD Sumber : Mathiassen et al. (2000, p.15)
2.6.3.1
Unified Modelling Language Salah satu faktor yang berpengaruh pada kualitas pengembangan sistem adalah
pendekatan pengembangan yang digunakan. Jika pendekatannya tidak sesuai untuk tipe aplikasi tertentu maka hal itu akan membatasi kualitas sistem yang dihasilkan.
26 Pendekatan object oriented menyediakan konsep structural untuk membantu memetakan masalah dalam dunia nyata ke dalam bentuk abstrak yang dapat membangan software secara efektif. UML merupakan contoh pendekatan bagi pengembangan software, yaitu seperangkat teknik dan Notasi (Bennet (2006, p.60)). Notasi adalah bahasa dalam bentuk text dan grafis yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sistem dan konteksnya (Mathiassen et al, (2000, p.397)). UML merupakan standarisasi Notasi object oriented yang dibutuhkan dalam proses pengembangan sistem, mulai dari tahap analisis awal sampai gambaran perancangan. Diagram-diagram yang termasuk dalam UML adalah class diagram, object diagram, use case diagram, state diagram, sequence diagram, activity diagram, collaboration diagram, component diagram, dan deployment diagram. Walaupun ada banyak jenis UML, akan tetapi tidak semuanya harus di buat dalam sebuah perancangan sistem. Tujuan dari UML yang sebenarnya adalah menyediakan pemahaman yang cukup tentang sistem yang di buat.
2.6.3.2
Rich Picture Pengertian rich picture menurut Mathiassen et al. (2000, p.25) adalah sebuah
gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Jadi rich picture menggambarkan proses bisnis didalam suatu perusahaan, yang ddidalamnya dapat terdiri dari orang, benda, peraturan dan organisasi.
27 2.6.3.3
System Defenition Pengertian system definition menurut Mathiassen et al. (2000, p.37) adalah
deskripsi atau uraian ringkas dari suatu sistem yang terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami/natural. System definition harus singkat dan tepat serta mengandung keputusan yang fundamental mengenai sistem itu sendiri. Tujuan dari system definition adalah untuk memilih sistem aktual yang akan dikembangkan. Hal ini dilakukan dengan mengklasifikasikan kemungkinan dan konsekuensi dari beberapa solusi alternatif secara sistematis. System definition harus dijelaskan dalam teori criteria FAKTOR. 2.6.3.4
FACTOR Criterion FACTOR Criterion merupakan singkatan kata yang terdiri dari enam elemen
(Mathiassen et al. (2000,p.39)), yaitu : -
Functionality Berkaitan dengan fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain.
-
Application Domain Berkaitan dengan bagian dari suatu organisasi yang mengadministrasi, memonitor, ataupun mengendalikan problem domain.
-
Conditions Berkaitan dengan
kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan
digunakan. -
Technology Berkaitan dengan semua tekNologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem dan tekNologi.
-
Objects Berkaitan dengan object – objek utama di dalam problem domain.
28 -
Resposibility Berkaitan dengan tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem.
2.6.3.5
Analisis Problem Domain Analisis problem domain merupakan bagian dari konteks yang diatur, dimonitor
atau di kendalikan oleh sistem (Mathiassen et al.(2000, p.45)). Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebutuhan–kebutuhan untuk model dari sistem atau apa yang kita buat untuk sebuah sistem. Fokus pada informasi apa yang harus ditangani oleh sistem dan menghasilkan sebuah model yang merupakan gambaran dari class, objek, struktur dan behaviour yang ada dalam problem domain. Tiga kegiatan dalam analisis problem domain, yaitu : -
mencari elemen dari problem domain yaitu objek, classes dan events.
-
buat model berdasarkan hubungan struktural antara class dan objects yang dipilih.
-
interaksi antar object dan class serta behaviour dari object dan class. Analisis problem domain ini, terdiri dari : class , structure dan behaviour.
System Definition
Behaviour
Classes Struc ture
Gambar 2.2 Aktivitas dalam Problem Domain Sumber : Mathiassen et al. (2000, p.46 )
Model
29
2.6.3.5.1
Class
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.53), class adalah kumpulan dari objek yg mempunyai structure, behavior pattern dan atribut yang bersamaan untuk memanipulasi atau mengelolah attribute. Kegiatan class merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Langkah – langkah dalam menentukan class, terdiri dari : abstraksi feNomena dari problem domain dalam objek dan event, klasifikasikan objek dan event, memilih class dan event yang akan dipelihara informasinya oleh sistem. Menurut Mathiassen (2000, p.51), objek adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan behaviour atau sesuatu yang dapat disentuh atau dirasakan dan tentang user yg mana menyerupai data dan kombinasi behavior di antara mereka serta suatu entitas yang mempunyai indentitas, state, dan behavior. Event merupakan kejadian secara terus menerus yang melibatkan satu atau lebih objek. Kriteria untuk menentukan event, yaitu -
Apakah event itu instant? jika tidak ,maka kita perhatikan dengan mulai dan berhentinya suatu event, dan mungkin event diantaranya.
-
Apakah event atomic? jika mempunyai sub-event, gantikan event utama dengan sub-event
-
Apakah event dapat diindentifikasi pada saat terjadi? bagaimana kita tahu bahwa events tersebut sudah terjadi Pemilihan
class
tersebut
bertujuan
untuk
mendefinisikan
dan
membatasi problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang
30 dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap – tiap kelas dalam problem domain. Kegiatan class akan menghasilkan suatu event table. Tabel 2.1 Contoh Event Table Class
Events reserved
cancelled
Customer
X
X
Assistant
X
X
treated
X
Plan
X
2.6.3.5.2
X
resigned
graduated
agreed
X
Apprentice Reservation
employed
X
X
X
X
X X
X
X X
Structure Menurut Mathiassen et al. (2000, p.69), structure merupakan kegiatan kedua dalam analisis problem domain yang bertujuan untuk mencari hubungan struktural yang abstrak dan umum antara class–class serta mencari hubungan yang konkrit dan spesifik antara objek – objek dalam problem domain. Menurut Mathiassen (2000, p.70), structure dapat dibagi menjadi: 1. Structure Antar Class, yang terdiri dari : a. Generalisation Menggambarkan hubungan antara lebih class spesialisasi dengan class yang lebih umum. Dimana hubungan spesialisasi tersebut dapat dinyatakan dengan ” is – a “. Aktivitasnya meliputi : o Periksa setiap pasangan class untuk struktur generalisasi antar class, atau cari common class
31 o Periksa masing-masing class untuk spesialisasi (inheritance) yang relevan.
Gambar 2.3 Contoh Gambar Generalisasi b. Clusters Merupakan kumpulan dari class yang akan membantu kita untuk mencapai dan menyediakan gambaran tentang domain masalah. Cluster digambarkan dengan Notasi file folder yang mencakup class–class didalamnya. Class dalam cluster yang sama dihubungkan dengan generalisasi ataupun agregasi, sedangkan class yang berada pada cluster yang berbeda dihubungkan dengan asosiasi.
Gambar 2.4 Contoh Cluster.
2. Structure antar object, yang terdiri dari : a. Aggregation
32 Menggambarkan hubungan antara 2 atau lebih objek untuk menunjukan bahwa suatu objek adalah suatu pokok dan menjelaskan bagian dari objek yg lain. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus “ has – a “ atau “ is – part – of “. Kegiatannya meliputi : (a.) periksa setiap pasangan class untuk (1) whole-part, container-content, atau association-member relationships antar class, dan untuk (2) a common whole yang menghubungkan mereka (b.) periksa setiap class untuk (3) components yg relevan
Gambar 2.5 Contoh Struktur Aggregasi Terdapat 3 struktur agregasi, yaitu : 1. Whole – Part, yang mana objek superior merupakan penjumlahan dari objek inferior, jika objek inferior tersebut ditambah atau dihilangkan, akan mengubah total objek superior 2. Container – Content, yang mana objek superior adalah container untuk objek inferior. Objek superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau penghapusan objek inferior. 3. Union – Member, yang mana objek superior merupakan kesatuan dari anggota – anggota (objek inferior). Objek superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau penghapusan objek inferior, namun tetap memiliki batasan
33 b. Association Menggambarkan hubungan antara sejumlah objek yang memiliki arti dimana objek – objek yang saling berhubungan tersebut bukan merupakan bagian dari objek yang lainnya. Asosiasi menggambarkan hubungan 2 atau lebih objek tapi tidak menjelaskan property dari objek lain.
Gambar 2.6 Contoh Struktur Asosiasi
Hasil dari kegiatan struktur ini adalah class diagram, yakni ringkasan model problem – domain yang jelas dengan menggambarkan semua struktur hubungan statik antar class dan objek yang ada dalam model dari sistem yang berubah – ubah. 2.6.3.5.3
Behavior
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.89), behavior merupakan kegiatan yang terakhir dalam analisa problem domain yang bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (prilaku dinamis) dalam problem domain sistem sepanjang waktu. Behavior berhubungan dengan sesuatu yang dpt dilakukan objek dan ini berhubungan dengan fungsi yang dilakukan pada data objek (atribut). Tugas utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan
34 pola prilaku (behavioural pattern) dan atribut dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram.
Gambar 2.7 Contoh Statechart Diagram Behavior Pattern adalah suatu deskripsi dari kemungkinan event traces yg terjadi pada semua objek di dalam class. Cara menentukannya, yaitu : -
Suatu behavior dalam objek di gambarkan seperti yg memperlihatkan
suatu pemesanan peristiwa tertentu dalam waktu ke waktu. -
Tentukan Notasi dalam behavioral pattern yang dapat berupa : a) Sequence dimana event muncul satu per satu secara berurutan b) Selection dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul c) Repeptition dimana sebuah event muncul sebanyak Nol atau beberapa kali (pengulangan).
35 Gambar 2.8 Aktivitas Dalam Behavioural Pattern 2.6.3.6 Analisis Application Domain Menurut Mathiassen et al. (2000, p.115), dapat disimpulkan bahwa application domain merupakan suatu organisasi yang memonitor atau mengendalikan suatu daerah masalah dimana terdapat interaksi antara user dengan sistemnya dan lebih kepada aplikasinya serta mengindentifikasi kebutuhan–kebutuhan
fungsi
dan
interface.
Tujuannya
adalah
untuk
mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan untuk fungsi dan interproses dari sistem atau bagaimana cara menggunakannya. Fokusnya adalah pada apa yang dikerjakan sistem. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.117) Application domain terdiri dari 3 aktivitas yaitu:
Tabel 2.2 Aktivitas dalam Application Domain Analysis (2000, p.117)) Kegiatan Isi Usage Bagaimana sistem berinteraksi dengan user dan dengan sistem lain dalam konteks? Functions Bagaimana kemampuan sistem dalam memproses informasi ? Interfaces Apa kebutuhan atau persyaratan dari interface sistem yang ditargetkan ?
(Sumber : Mathiassen et al. Konsep Use case dan actor
Function
Interface, user interface dan sistem interface
36
Gambar 2.9 Application domain analysis (Sumber : Mathiassen et al. (2000, p.117)) 2.6.3.6.1
Usage Menurut Mathiassen et al. (2000, p.119-121), dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari kegiatan usage adalah untuk menentukan bagaimana actor – actor berinteraksi didalam sistem. Actor merupakan sebuah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target. Usecase adalah sebuah pola untuk interaksi antara sistem dan actor – actor dalam application domain. Hubungan antara actors dengan usecases dapat diilustraksikan dengan actor table atau usecase diagram.
2.6.3.6.2
Functions Menurut Mathiassen et al. (2000, p.138), dapat disimpulkan bahwa, function merupakan sebuah fasilitas yang digunakan untuk membuat model berguna bagi actors. Tujuan dari aktifitas function adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan informasi dari sebuah sistem. Prinsip – prinsip yang digunakan adalah dengan mengidentifikasikan seluruh function, dan hanya menspesifikasikan functions yang kompleks, memeriksa konsistensi dengan usecase dan model. Terdapat 4 tipe dari function, yaitu :
37 a. Update function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh event dari problem domain dan menghasilkan perubahan dalam state dari model tersebut. b. Signal function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh perubahan state dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. c. Read function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan model. d. Compute function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasilnya adalah sebuah tampilan dari hasil perhitungan tersebut. 2.6.3.6.3
Interfaces Menurut Mathiassen et al. (2000, p.151), dapat disimpulkan bahwa, interface merupakan suatu fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi – fungsi dari sistem yang tersedia bagi actor. Menurut Mathiassen et al (2000, p.154-164), Interface terdiri dari 2 macam, yaitu: a. User Interface, yang menghubungkan actor ( manusia ) dengan sistem. Terdapat 4 jenis pola dialog yang penting dalam menentukan interface pengguna, yaitu : -
Pola menu – selection, yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin dalam interface pengguna.
-
Pola fill – in, merupakan pola klasik untuk entry data
38 -
Pola command – language, yang mana user memasukkan dan memulai format perintah sendiri
-
Pola direct manipulation, dimana user dapat memilih objek dan melaksanakan function atas objek dan melihat hasil dari interaksi mereka tersebut dengan segera.
b. Sistem Interface, yang menghubungkan sistem (system actor) dengan sistem lain yang sedang dikembangkan. System actor tersebut dapat berupa external device (misalnya sensor, switch, dan lain – lain) dan sistem komputer yang kompleks sehingga dibutuhkan suatu protocol komunikasi. System interface dispesifikasikan sebagai class diagram dari external device dan sebagai protocol dalam berinteraksi dengan sistem lain.
2.6.3.7
Sequence Diagram Menurut Mathiassen et al. (2000, p340), sequence diagram menjelaskan tentang interaksi diantara beberapa objek dalam jangka waktu tertentu. Sequence diagram melengkapi class diagram, yang menjelaskan situasi yang umum dan statis. Sebuah sequence diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang kompleks dan dinamis melibatkan beberapa dari kebanyakan object yang digeneralisasikan dari class pada class diagram. Menurut Bennet et al. (2006, p252-253), sequence diagram secara semantic ekuivalen dengan diagram komunikasi untuk interaksi yang sederhana. Sebuah sequence diagram menunjukkan interaksi antara objek yang disusun dalam satu sequence.
39 Dalam sequence diagram yang diadaptasi dari Bennet, et al.(2006, p.252), terdapat satu buah Notasi yang disebut fragment. Fragment ini biasa digunakan dalam setiap tipe UML diagram. Fragment yang digunakan pada sequence diagram dimaksudkan untuk memperjelas bagaimana sequence ini saling dikombinasikan. Fragment terdiri dari beberapa jenis interaction operator yang menspesifikasikan tipe dari kombinasi fragment. Tipe-tipe interaction operator yang ada dalam sequence diagram dibahas dalam Tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2.3 Tipe interaction operator yang digunakan dalam fragment Interaction Operator Penjelasan dan Penggunaan alt
Alternatives ini mewakili alternative behaviour yang ada, setiap behaviour ditampilkan dalam operasi yang terpisah.
opt
Option ini merupakan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan dieksekusi bila batasan interaksi bernilai true. Break mengindikasi bahwa dalam combined fragment ditampilkan sementara oleh sisa dari interaction fragment yang terlampir. Parallel mengindikasi bahwa eksekusi operasi dalam combined fragment biasa digabungkan dalam sequence manapun.
break
par
seq
strict
neg
Weak Sequencing menampilkan dalam urutan dari tiap operasi yang telah dimaintain tetapi keterjadian suatu event adalah berbeda operasinya dalam perbedaan lifeline yang dapat terjadi dalam urutan apapun. Strict Sequencing membuat sebuah strict sequence berada dalam eksekusi sebuah operasi tapi tidak termasuk urutan dalam operasi. Negative menggambarkan sebuah operasi yang bersifat invalid.
crtical
Critical Region mengadakan sebuah batasan dalam sebuah operasi yang tidak memiliki event yang terjadi dalam lifeline.
igNore
IgNore menandakan tipe pesan, spesifikasi sebagai parameter, yang seharusnya diabaikan dalam sebuah interaksi. Consider merupakan keadaan dimana pesan-pesan seharusnya
consider
40 dipertimbangkan dalam sebuah interaksi. Assertion merupakan keadaan bahwa sebuah sequence dari pesanan dalam operasi hanyalah satu-satunya yang memiliki lanjutan yang bersifat sah. Loop digunakan untuk mengindikasi sebuah operasi yang Loop diulang berkali-kali sampai batasan interaksi untuk pengulangan berakhir. Sumber : Bennet, et al. (2006, p270) Assert
2.6.3.8 Architectural Design Menurut Mathiassen et al. (2000, p.173 ), dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari architectural design adalah untuk menstrukturkan sebuah sistem yang terkomputerisasi. Prinsip – prinsip yang digunakan adalah mendefenisikan dan memprioritaskan criteria, menghubungkan criteria dengan technical platform, mengevaluasi perancangan sejak awal. Hasil yang diperoleh berupa struktur bagi komponen–komponen dan proses–proses sistem. Aktivitas–aktivitas yang dilakukan dalam architectural design diperlihatkan pada table 2.4 berikut ini
Tabel 2.4 Aktivitas dalam Architectural Design ( Sumber p.176) ) Kegiatan Isi Criteria Apa kondisi dan criteria untuk desain ? Components Bagaimana sistem dibentuk menjadi komponen – komponen ? Processes Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikordinasikan ?
: Mathiassen et al. ( 2000, Konsep Criterion Component architecture dan component Process architecture dan process
41 2.6.3.9 Component Design Menurut Mathiassen et al. (2000, p.231), dapat disimpulkan bahwa, component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam sebuah kerangka arsitektural. Kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang saling berhubungan. Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur : •
Arsitektur layered : Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisanlapisan dimana lapisan yang berada di atas bergantung kepada lapisan yang ada dibawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan diatasnya.
•
Arsitektur generic : Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar muka, function, dan komponen-komponen model. Dimana komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan function system dan komponen interface diatasnya.
•
Arsitektur client-server : Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di antara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan antarmuka lokal untuk setiap penggunanya.
42 2.6.3.10
Process Architecture Menurut Mathiassen et al. (2000, p.209-219), arsitektur proses adalah
struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung. Sistem berorientasi objek yang berjalan terdiri dari banyak sekali objek, diantaranya Active object merupakan objek yang telah diberikan sebuah proses dan komponen program, sebuah modul fisik dari kode program. Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture : •
Centralized pattern : Pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya menghandle user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada server, dan client hanya berperan seperti terminal.
•
Distributed pattern : Pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Semua didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan update model diantara clients.
•
Decentralized pattern : Pola ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola ini, client mengimplementasikan model yang local, sedangkan server-nya memakai model common (umum).