BAB 2 Landasan Teori
2.1
Teori-Teori Umum 2.1.1
Sistem M enurut kamus besar Bahasa Indonesia, sistem dapat didefinisikan
sebagai: •
Perangkat unsur y ang secara teratur salin g b erkaitan sehin gga membentuk suatu totalitas
•
Susunan y ang teratur dari p andangan, teori, asas, dsb
•
M etode M enurut Hollander, Denna, dan O wen Cherring (p 11), sistem adalah
kump ulan sumber daya yang dikump ulkan untuk mencap ai tujuan. Sedangk an menurut Turban (2001, p34), sistem adalah sekumpulan objek sep erti manusia, sumber day a, konsep , dan p rosedur y ang bertujuan untuk menamp ilkan fungsi y ang dapat diidentifikasikan atau untuk mendukung keputusan. M enurut Mathiassen (2000, p 3), sistem adalah ku mpulan komponen y ang mengimp lementasi kebutuhan fun gsi d an antar muk a p emodelan. Sedan gk an menurut McLeod (2001, p 11), sistem adalah sekelomp ok elem en y ang terintegrasi den gan maksud y ang sama untuk mencapai satu tujuan. M enurut Mulyadi (2001, p2) Sistem adalah sek elomp ok unsur y ang erat berhubungan satu dengan lainny a, y ang berfungsi bersama-sama untuk 8
9
mencapai tujuan tertentu. Sedan gk an menurut James A. O’Brien dalam (2006, p 29), Sistem adalah sekelomp ok komp onen y ang saling berhubungan, b ekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama den gan m enerima input serta men ghasilkan outp ut dalam proses transformasi y ang teratur.
2.1.2
Informasi M enurut Hollander, Denna, dan O wen Cherring (p 7), informasi
adalah data yang memiliki arti/manfaat bagi pengguna informasi. Sedangk an menurut O’Brien (2003, p13) informasi adalah data y ang sudah diub ah menjadi suatu konteks y ang bermanfaat dan ber arti untuk end-user tertentu. M enurut Sawyer (p 12), informasi adalah d ata yang telah diringkas atau diamnip ulasi untuk digunakan d alam p en gamb ilan k eputusan. Sedangk an menurut Bodnar (2004, p 1), Informasi merup akan data yan g diolah sehin gga dapat dijadikan dasar untuk men gambil kep utusan yang tepat. M enurut Laudon (2002, p 8), informasi ad alah data y ang telah d ibentuk y ang ber guna dan b erarti untuk manusia.
2.1.3
Sistem Informasi M enurut O ’Brien (2003, p 7), sistem informasi d ap at berupa
p enggabungan teror gan isasi dar i m anusia, hardware, software, jarin gan komp uter, dan sumber data y ang mengu mp ulkan, mentransformasikan, d an meny ebarkan informasi di d alam suatu organisasi. Sedan gkan menurut Laudon (2002, p 7), sistem informasi adalah komponen y ang saling berhubungan, bekerja sama untuk mengump ulkan, memp roses, meny imp an,
10
dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan kep utusan, koordinasi, kontrol, analisis, dan visualisasi dalam or gan isasi.
2.1.4
Data M enurut Hollander, Denna, dan Owen Cherring (2000, p7) adalah
input untuk sistem informasi. Data adalah fakta tentan g aktifitas bisnis d an p roses bisnis. Sedangk an menurut McLeod (2001, p 12) data terdiri dari faktafakta dan an gk a-an gka yang secar a relatif tidak berarti bagi p emakai; fakta mentah y ang belum diolah. M enurut O ’Brien (2003, p 13) data adalah fakta mentah atau obeservasi, biasany a tentang fenom ena fisik, atau transaksi bisnis. Sedangk an menurut Williams dan Sawyer (p 12), data terdiri dari fakta y ang belum diolah y ang dip roses menjadi infor masi. M enurut Laudon (2002, p 8), data adalah fakta mentah y ang mewakili kejadian yang sedan g terjadi dalam organisasi atau lingkun gan fisik sebelum mereka d iatur ke dalam bentuk yang lebih ber gun a dan dimen gerti.
2.1.5
Pengertian Database Database adalah suatu kesatuan y ang saling berhubungan, secara
terp usat dengan data (Cushing & Ro mney , 1994, P301). Di dalam database, men gandun g suatu bagian y aitu Database Management Sy stem.
11
Pengertian Database Management Sy stem atau biasa disingkat men jadi DBM S menurut Kosasih (1995, p 225) adalah program komp uter y ang khusus menangani data dan hubun gan antara data dan program ap likasi. M enurut O’Brien (2006, p696), Database adalah kumpulan terp adu dari elemen d ata lo gis y ang saling berhubungan. 2.1.6
Internet M enurut Oetomo (2001, p10), internet (international networking)
adalah sebu ah jarin gan komputer y ang san gat besar y ang terdiri dari jaringanjarin gan k ecil y ang salin g terhubung y ang men jan gkau seluruh dunia.
2.1.7 World Wide Web M enurut McLeod (2001, p75-76), World Wide Web adalah ruang informasi di internet temp at dokumen-dokumen hypermedia disimp an dan dapat diambil melalu i suatu skema alamat yang unik. URL men gacu pada alam at dari suatu web, y ang terdiri dar i: Protocol, adalah satu set standar yang men gatur komunik asi data, HTTP adalah protoco l untuk hypertext, d an huruf-huruf itu adalah singk atan Hypertext Transport Protocol. Nama protocol dalam huruf kecil d an diikuti oleh titik dua (:) dan garis mir ing (//). Domain name adalah w ebsite temp at webpage disimp an. Nama itu dapat memiliki titik-titik (disebut dot). Tiga huruf terakhir dari
domain
name
meny atakan
jenis
website;
edu
12
(p endidikan/education), com (komersial/commercial), dan gov (p emerintah/gov erment) adalah y ang p aling serin g dipakai. Domain name diikuti oleh satu gar is mirin g. Path dap at men gid entifikasi suatu account tertentu di website dan hypertext markup language (HTML). HTML adalah kode p rogram y ang m enciptakan hypertext links, dan titik dalam huruf kecil.
2.1.8
H ypertex t Mark up Langua ge (HTML) M enurut Turban (2005, p 482), HTML adalah bahasa p emo gram an
y ang digunakan di Web, dalam format dokumen dan menghubun gkan dynamic hypertext ke dokum en lain y ang tersimpan dalam komputer lain.
2.1.9
Batch Processing M enurut Turban (2003, p241) dalam batch processing, organisasi
men gump ulkan saat terjad i transaksi dan menempatkannya dalam batch kelompok.
2.1.10 O nline Processing M enurut Turban (2003, p 241) dalam online processing,data diproses sesaat setelah transaksi terjadi. 2.1.11 Real Tim e Real time adalah kondisi pengop erasian dari suatu sistem perangkat keras dan p erangkat lunak y ang dibatasi oleh rentang waktu dan memilik i
13
tenggan g waktu (deadline) yang jelas, relative terhadap waktu suatu p eristiwa atau op erasi terjadi. (http://id.wikip edia.or g/wiki/Real_time)
2.1.12 Interaksi Manusia dan Komputer M enurut Dastbaz (2003, p108) Interaksi Manusia dan Komp uter merupakan sistem yang interaksi y ang mamp u menjembatani antara user dengan komp uter. Elemen-elem en yang terdap at didalam user interface antara lain seperti: menu, window, keyboard, mouse dan suara-suara komputer.
2.1.13 Web Service M enurut Tatnall (2005), web service adalah program, y ang mener ima dan men an ggap i p ermintaan melalui internet. Secara khas, web service menerima p ermintaan dalam format berbasis XM L. Format aktual p ermintaan dan tanggap an bergantung pada standar XML yang digunakan. Salah satu standarny a adalah SOAP. Ada bahasa dan p endaftaran umum sep erti UDDI, WSDL y an g digun akan untuk mengk ategor ikan w eb service berb eda y ang tersedia. Program p emanggil dapat mengakses UDDI untuk menemukan web service yang tepat, kemudian menggun akan WSDL untuk mencari tahu p arameter ap a y ang dip erlukan dan akh irny a men ggunakan p rotocol pemanggil dan standar XML seperti SOAP untuk membuat p anggilan ke web service M enurut Cardoso (2007), web service didasarkan p ada teknologi comp uter terdistribusi dan meny ediakan jenis standar p en gop erasi antar p erangkat lunak ap likasi b erbeda dan dalam batasan or ganisasi men ggunak an protocol dan format XM L.
14
2.1.14 Visual Studio . NET M enurut M SDN (2003), Visual Studio .NET merup akan tool/alat p engembangan untuk memban gun ap likasi web ASP.Net, XML, Web Service dan aplikasi mobile. Visual Studio .NET merup akan
IDE (Intercharge
Development Environment) yang terdiri d ari bahasa p emrogr aman Visual Basic .NET, Visual C++ .NET, Visual C# .NET, dan Visual J# .NET, y ang terintegrasi sehin gga m emungkink an di antara bahasa-bah asa tersebut untuk dapat menggun akan tool dan fasilitas bersama. Dengan berb asiskan .NET Framework
bahasa-bahasa
ini
dapat
meningk atkan
fun gsinya
y ang
memungkink an pengemban gan ap likasi w eb ASP.Net dan XM L web service menjadi leb ih sederhan a.
2.1.15 Bahasa Pemrograman C# M enurut MS DN (2003), C# merup akan bahasa p emrogr aman baru y ang dibuat untuk memban gun ap likasi enterprise y ang b erop erasi p ada .NET Framework. C# merup akan evolusi dari bahasa C dan C++. C# adalah bahasa p emrograman b aru yang d icip takan M icrosoft untuk developer .NET untuk mengembangk an aplikasi y ang berbasiskan p latform .NET. C# adalah bah asa high- level yang sederhan a berdasark an C++ dan Java. C# bias dibilan g hasil turunan dari C++ atau Java y ang dip erbaiki. Bahasa ini juga
mendukung
konsep berorientasi objek, serta fitur-fiturnya sep erti
encapsulation, inheritan ce, dan po lymorphism.
15
2.2
Teori-Teori Khusus 2.2.1
System Application and Product (S AP) SAP merup akan sistem informasi y ang terintegrasi, y ang meny ediakan
informasi terintegrasi dari bagian Akuntansi sampai bagian Manufaktur, dan dari Penjualan ke Pelay anan. Sistem SAP mendukun g dan men gintegrasik an ribuan p roses bisnis dengan menggunakan database tunggal. Data y ang dihasilkan SAP bersifat real time kerena menyediakan akses terhadap semua informasi secara rea l time. SAP mengikuti arsitektur client server, y ang terdir i dari tiga jen is y aitu: centralized, two-tier, dan three-tier. Pada cen tralized, semua tugas dilakukan o leh satu komp uter. Pada distributed, transaksi ak an dip roses disebuah ko mp uter (Presentaion Layer), database dan application layer ber jalan p ada komputer y ang sama. Pada twotier configuration biasanya diimplementasi dengan menggunakan servers y ang bertanggung jawab untuk graphic interfa ce (Presentation Layer) d an Application Layer, sedangk an Database Layer yang akan meny imp an data secara terpusat. Pada Three-Tier configuration, masing-masing lay ar bekerja p ada tempat yang berbed a-beda. SAP terdiri dari beberap a modul, y aitu: Logistic, Accounting, dan Human Resource. M odul logistic terdiri dari Materia l Management, Sales and Distribution, Logistic Execution, Product Planning, Plant Maintenance, Customer Service, Quality Management, Logistic Controlling, Project System, Environment, Health and Safety. Modul Accounting memp uny ai sub modul seperti Financial Accounting, Treasury, Controlling, Enterprise Controlling, Investment Mangement, Project System, Real Estate Mangemen t. Modul Human Resource terdiri d ari Organization Management, Applicant Data,
16
Personnel Management,
Personnel Management, Training and
Event
Management, Time Management, Appraisals, Pa yroll, Personnel Cost Planning, dan Travel Management.
2.2.2
S AP R/3 SAP R/3 telah mempunyai sejumlah siklus p engeluar an baru (Release).
Setiap Release, fun gsi-fun gsi dari SAP ditambah, ap likasi diop timalisasi dan interface ke software lain d itingkatkan. SAP R/3 dikemb angkan men ggunak an ABAP (Advance Business Application Programming Language). SAP ERP Central Component (SAP ECC) merup akan keberh asilan dari SAP R/3 dan merup akan komp onen utama dari myS AP ERP solution. Modulmodul p enting d ari SAP R/3 adalah Financial Accounting (FI), Controlling (CO), Material Management (MM), Sales and Distribution (SD), Human Resource (HR)/Human Capital Management (HCM) dan modul lainny a sesuai dengan kebutuhan or ganisasi y ang akan mengimp lementasi sistem SAP.
2.2.3
H um an Reso urce (H R)/Human Capital Management (HCM) M odul
Human Resource (HR) mendukung fun gsi-fun gsi sep erti
p erekrutan, p enggajian, pelatihan, penetuaan kompensasi, dan lain sebagainya. HR terdiri dari modul antara lain: 1. Organizational Management (OM), OM mendekripsikan bermacammacam unit bisnis d i dalam organisasi, hubun gan d iantara bisnis dan membuat struktur organisasi. OM dapat dibagi berd asarkan fungsional atau kriteria, seb agai contoh:
17
•
Jobs, merup akan deskrip si umum atau template y ang diterap kan untuk beberapa p osisi dengan p ersy aratan tertentu.
•
Positions, merupakan
unit
or gan isasi terkecil. Positions
menggambarkan tugas-tugas p ara individu di dalam or gan isasi. •
Persons, merup akan orang yang kita tugaskan untuk pekerjaan tertentu.
•
Task, merup akan deskrip si dari Job.
2. Personnel Management, integrasi antara p erekrutan dan Personnel Adminstration memungkinkan data pelamar dapat ditransfer sebagai data kary awan. Ketika data p elamar y ang telah dib andin gkan sesuai dengan p ersy aratan, maka sistem akan mentransfer data p elamar tersebut ke dalam master karyawan. 3. Personnel
Development.
Di
d alam
personnel
development,
p erusahaan dap at merencanakan dan membuat p engemb an gan personnel dan p endidikan lebih lanjut serta p elatihan karyawan, dengan mengintegrasikan d engan Training dan Event Manag ement. Personnel
Develoment
Requiremen t
merup akan
hasil
d ari
p erbandingan kebutuhan/persy aratan dari sebuah pekerjaan d en gan qualifikasi dari karyawan. Qualifying Actions (sep erti p rogram p elatihan
atau
kursus)
dap at
diberikan
kepada
karyawan
menggunakan Development Plans. 4. Time Management. Time Managemen t m endukung semua proses y ang berhubungan dengan p erencanaan, p encatatan, evaluasi, kehadiran dan absen kary awan.
18
5. Payroll. Payroll berhubungan den gan kalkulasi masin g-m asing gaji karyawan untuk perkerjaannya yang telah dihasilkan. Pay roll terdiri dari beberap a proses yaitu p embuatan hasil penggajian, laporan gaji, transfer bank dan pembayaran gaji.
2.2.4
Remote Function Calls (RFC) M enurut Daniel Larocca (2000, p 77-78) remote function ca lls (RFC)
adalah tamp ilan p emograman standard untuk membuat remote calls antara p rogram-program y ang terletak pada sistem y ang berbeda. RFC adalah interface logika b ertingk at lebih tinggi d ari CPIC, dan dapat memudahkan programmer karena mereka tidak perlu khawatir mengenai implentasi rutinitas komunikasi. Dengan interface RFC, p anggilan fungsi dapat dicap ai antara dua sistem SAP atau antara siatem SAP den gan peran gkat eksternal (seperti aplikasi Microsoft Windows). Fungsi p ustaka melingkupi RFC yang mendukung bahasa p emrograman Visual B asic dan C. Interface RFC p ada dasarny a disertai dua layanan, yaitu : •
Interface p emanggil untuk program ABAP. Setiap p rogram ABAP dap at memanggil fungsi khusus menggunkan kalimat pemrograman standar.
•
Suatu API (application program interface) RFC untuk p rogram selain ABAP (non – SAP). SAP bahkan meny ediakan gener ator p rogram RFC untuk membantu mengimp lementasikan p rogr am mitra RFC dalam sistem eksternal. Dengan p anggilan API ini, p rogram eksternal dap at memanggil modul fun gsi ABAP dalam sistem SAP R/3. Pada waktu y ang sama, dengan API RFC,
19
p rogram ABAP dap at menggunakan fun gsi – fun gsi y ang disediakan p rogr am eksternal. Bantuan online SAP dan file cetak dokumentasi meliputi informasi ekstensif mengenai p emrograman khusus den gan RFC dan API RFC.
2.2.5
Business Application Program Interfaces (BAPI) M enurut Jose A. Hernandes, Jim Keogh, Franklin Foster Martinez
(2006, p 199) Business Application Program Interfaces (BAPIs) y ang dapat digun akan sebagai mekanisme untuk mengkomun ikasikan R/3 dengan aplikasi eksternal menggunakan internet. BAPI merup akan definisi entitas bisnis berorientasi objek, konsep di belakang BAPI adalah kunci dalam arsitektur keran gka bisnis dan keseluruhan strategi internet dan e-commerce SAP R/3 selama interface berorientasi objek untuk menyatukan aplikasi eksternal. Berdasarkan objek bisnis, sep erti p erusahaan, vendor, karyawan, material d an lain sebagainya, metode BAPI mendefinisikan metode y ang dapat digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi den gan ob jek – ob jek tersebut. Release 3.1 melip uti lebih dar i 100 BAPI yang siap untuk menyatukan R/3 den gan solusi dan ap likasi p ihak ketiga.
2.3
Teori Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.3.1
Activity Dia gram M enurut Whitten (p 428), activity diagram adalah sebuah diagram y ang
dapat digunakan untuk menggambarkan secar a gr afis alir an proses bisnis, langkah-lan gkah sebuah use case atau logika behavior (metode) object.
20
2.3.2
Unified Modelling Langua ge ( UM L) M enurut Lars Mathiassen et al (p17), UM L merupakan notasi dari
Object Oriented Analysis and Design. M enurut Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p3), UML adalah bahasa visual modeling y ang digunakan untuk menentukan, memberik an gambaran, gaagasan dan dokumentasi dari sebuah sy stem software, juga untuk men gamb il kep utusan dan men gerti mengenai system yang akan dibangun.
2.3.3
System Definition M enurut Lars Mathiassen et al (p 24), system definition yaitu deskripsi
singkat dar i sy stem komp uterisasi y ang diun gkapkan dengan bah asa seharihari.
2.3.4
Rich Picture M enurut Lars Mathiassen et al (p 26), rich picture adalah gambar
informal yan g mewakilkan p en gertian dar i si p embuat akan situasi.
2.3.5
Analisis Problem Dom ain M enurut Lars Mathiassen et al (2000, p6), problem domain adalah
bagian dari konteks yang dikelola, dimonitor dan atau dikontrol oleh sistem. Tujuan dari analisis problem domain adalah untuk men gidentifik asi dan membuat suatu model dari problem domain. Aktivitas di dalam problem domain modeling terdiri dar i classes, structure, dan b ehavior.
21
¾ Cla sses Cla sses/kelas adalah sebuah deksrip si dari kumpulan objek-objek y ang memp uny ai structure, behavioural pattern dan attribute y ang sama. Object/objek adalah suatu entitas y ang memiliki identitas, state dan behavior. Cara mengevalu asi kriteria untuk class y aitu objek harus dapat diidentifikasi dari
class-ny a, class harus memiliki
lebih dar i satu objek, class harus memiliki minim al satu buah event. Class Diagram adalah diagr am y ang meny ediakan gamb aran ikhtisar problem domain y an g berkaitan secara lan gsung d en gan men ggamb arkan seluruh hubun gan struktur antara kelas dan objek di dalam model.
Gambar 2.1 Class
Event adalah kejad ian y ang melibatkan satu atau lebih objek. Cara mencar i kandid at event yaitu sederhana dan d ap at dibaca, diorganisasikan
dalam problem
domain, menunjukan
suatu
kejadian. Untuk mengevalu asi cr iteria event, system analyst harus memand an g event sebagai suatu y ang instan, harus bersifat atomic atau tidak dapat dip ecah lagi m enjadi bagian yang lebih kecil, serta harus dapat diidentifikasi kapan dimulai dan kap an diakh iriny a.
22
¾ S truktur Struktur digunakan untuk men ggambarkan hubungan struktur diantara kelas dan objek d i dalam problem domain. Hubungan antar class terdiri dari tiga jenis hubun gan, yaitu: 1. Generalisasi Struktur gener alisasi adalah hubun gan antar dua atau lebih special class dan class y ang lebih umum. Generalisasi adalah hubungan
dimana
kelas-kelas
umum
(super
class)
menjelaskan property umu m dalam suatu kelo mp ok dari kelas-kelas khusus (sub class). Contoh: tumbuhan, manusia d an hewan adalah generalisasi dari makh luk. 2. Cluster Cluster adalah kump ulan kelas-kelas yang berhubun gan. 3. S truktur Agrega tion Struktur aggregation adalah hubun gan antar dua atau lebih objek diman a satu objek y ang lain. Struktur aggregation menggamb arkan sebuah garis antar class dari keseluruh an dan bagian, dim ana garis diber i keterangan den gan rhomb (belah ketupat). Contoh: class mobil memiliki roda, b an, kaca sp ion.
23
Gambar 2.2 Agregation
4. S trutur Association Struktur association adalah hubungan antar dua atau lebih objek. Namun p erbedaaannya dengan aggregation y aitu, dmana objek yang diasosiasikan tidak men jelaskan p rop erti dari sebuah objek. Struktur association menggambark an sebuah garis yang sed erhana antar classes yang r elev an. Association memp unyai persamaan arti hubun gan antar objek dalam an gka. Contoh: hubun gan rum ah den gan pemilikny a.
Gambar 2.3 Asso ciation
2.3.6
Analisis Applicatio n Domain M enurut Lars Mathiassen et al (2000, p 6) application domain adalah
suatu organisasi y ang mengelo la, men gawasi atau men gendalikan suatu problem domain. Tujuanny a adalah untuk m enentukan kebutuhan-kebutuhan dari p enggunaan suatu sistem p elaksanaan application domain. Hasil dar i tahap ini adalah daftar len gkap dari p enggunaan keseluruhan sistem yang dibutuhkan.
24
Aktifitas di dalam analisis application domain terdir i dari usage (kegunaan), fun ction (fungsi), d an interface (tamp ilan). • Usa ge Usage digun akan untuk m enentukan bagaim ana aktor berinterkasi dengan sistem yang dgamb arkan den gan suatu use case diagram. Hasil dari tahap ini adalah deskrip si semua use case d an actor. Use case adalah pola interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain. Sedan gkan a ctor adalah abstraksi dari p enggun a atau sistem lain y an g berinteraksi d engan sistem target.
Gambar 2.4 Use Cas e
• Functio n Menurut Lars Mathiassen et al (2000, p 138), function adalah fasilitas untuk membuat dan manjalankan fun gsi model untuk aktor. Sebuah fun gsi digerakkan, dijalank an, dan meny ediakan hasil.
25
Tujuan dari function adalah untuk menentukan kemamp uan proses sistem informasi. Hasil dari fun ction adalah sebuah daftar y ang lengkap dari fun gsi den gan sp esisikasiny a y ang kompleks. Function terdir i dari 4 tipe yang berbeda, yaitu: 1. Function update, digerakkan oleh event problem domain dan menghasilkan perubahan dalam state model. 2. Function signal, digerakkan oleh p erubahan dalam state model dan menghasilkan r eaksi p ada con text. Reaksi dapat berup a tamp ilan untuk aktor p ada application domain untuk intervensi lan gsung p ada problem domain, misalny a function untuk mengetahui stok baran g m inimum. 3. Function read, digerakkan oleh kebutuhan atas informasi dalam tugas ker ja aktor dan men gasilkan tamp ilan sistem y ang menyangkut bagian-bagian dari mod el, misalnya function p encetakan laporan. 4. Function compute, digerakk an oleh kebutuhan atas informasi dalam tugas kerja aktor atau model, dan hasilnya adalah tamp ilan hasil perhitungan. Setiap function tersebut memiliki 4 tipe komp leksitas, yaitu: very complex, complex, medium dan simple. • User interface Menurut Lars Mathiassen et al (2000, p 152) user interface adalah sebuah fasilitas bagi user untuk dap at berinterkasi den gan sistem. Kualitas dari user interface umumny a disebut usability. Usability
26
tergantung p ada siapa user dan dalam keadaan bagaimana sistem digun akan. Untuk
menetukan
elemen-elemen
user
interfa ce
p erlu
dipertimbangkan fitur-fitur dialog, sep erti: feedback, escape, h elp, error, wizards, suggestions, dan shortcuts. Tujuan dari interface adalah untuk menentukan tamp ilan sebuah sistem. Interface terbagi menjad i 2, y aitu User Interface dan System Interface. • Seq uence Diagram Sequence Diagram merup akan diagram y ang men ggamb arkan p ola hubungan di antara sekumpulan objek y ang salin g mempengaruhi menurut urutan waktu. Sebuah objek berinteraksi den gan objek lain melalui pen giriman pesan (message). Sequen ce Diagram biasanya digun akan untuk mengilustrasikan sebuah use case.
Gambar 2.5 Sequence
27
2.4
Teori Service Oriented Architecture M enurut Thomas Erl (2005, p 32-37, p366-368) Service-oriented architecture
(SOA) adalah istilah y ang mewakili model y ang mana logika automasi diuraikan ke unit logika yan g lebih k ecil dan berbeda. Secara kolektif, unit ini melip uti bagian logika automasi bisnis yang lebih besar. Secara individu, un it ini dapat didistribusikan. 2.4.1
Prinsip-prinsip SO A Aplikasi dengan lo gika pemrosesan berorientasi service mengh asilkan
logika p emrosesan berorientasi service terstandarisasi. Ketika suatu solusi terdiri dari beberap a unit lo gika p emrosesan berorientasi service, hal ini menjadi apa yang dirujuk sebagai solusi berorientasi service. Prinsip – prinsip ini antara lain : •
Service den gan coupling rendah memelihara hubun gan memin imalkan ketergantun gan dan hany a perlu mempertahankan kesadaran akan satu sama lain.
•
Kontrak service menemp el p ada kesepakatan komun ikasi seperti y ang didefinisik an secara kolektif oleh satu atau lebih deskripsi service dan dokumen y ang berhubungan.
•
Service otonomi memilik i kontrol atas logika yang d ienkap sulasi.
•
Abstraksi di luar ap a y ang d ideskrip sikan p ada kontrak service, service menyembunyikan logika dar i dunia luar.
•
Logika reusable dibagi ke dalam service dengan m aksud agar dapat digunakan kembali.
28
•
Sekump ulan service dapat dikoordinasik an dan diku mp ulkan ke dalam bentuk service yang terpadu.
•
Service yang stateless m eminimalkan p emero lehan informasi y ang spesifik akan suatu aktivitas.
•
Service yang d iscoverable dir ancan g menjadi transparan agar dapat ditemukan dan din ilai melalu i mek anisme penemuan.
2.4.2
Keunggulan konkrit yang umum dari S OA Keunggulan yang dideskrip sikan berfokus p ada timbal balik investasi
y ang tampak terutama berhubungan dengan: • Bagaimana SOA mengarah pada p erbaik an dalam konstruksi solusi terotomatisasi. • Bagaimana
keawetmudaan
orientasi
service
menghasilkan
keuntungan bagi keseluruh an p erusahaan. • SOA akan men guntungkan or gan isasi dalam cara yang berb eda, bergantung pada tujuan dan k arakter di mana SOA dan teknologi dan produk p endukungny a diterap kan. Keuntungan umum ini digeneralisasikan d an tidak len gkap. Hal ini sangat lekat akan tanda p otensi arsitektur y ang ditawarkan.
29
2.4.3
S trategi SO A
Gambar 2.6 Strategi Botto m U p
S trategi bottom – up Pendekatan ini p ada intiny a memdoron g p enciptaan service sebagai bentuk p emenuhan kebutuhan berdasar ap likasi. Web service diban gun p ada basis yang diperlukan dan digambark an untuk membungkus logika ap likasi untuk mendukun g kebutuhan cepat akan solusi. Integrasi adalah p endukung utama b agi r ancan gan bottom–up, di mana kebutuhan untuk mengamb il keuntun gan dari k erangka komunikasi terbuka SOAP dap at dip enuhi dengan menyertakan service sebagai p elap is sistem legal.
30
Langkah 1: Menggambarkan service aplikasi yang dibutuhkan Lan gkah in i mengh asilkan d efinisi k ebutuhan ap likasi y ang dapat dipenuhi melalui p enggun aan web service. Kebutuhan khusus ini melip uti kebutuhan untuk membangun suatu saluran integrasi p oint-top oint antara sistem legal atau solusi B2B. Kebutuhan umu m lainnya muncul dar i kein ginan untuk men ggantikan teknolo gi komunikasi tradisional dengan k eran gka ko munikasi p esan SOAP.
Untuk solusi y ang
menjalankan
strategi bottom-up
untuk
meny amp aikan solusi berb asis service tingk at tinggi, service aplikasi juga akan digambarkan guna mem asukkan lo gik a dan p eraturan bisnis y ang sp esifik. Dalam k asus ini, san gat mun gkin jika dua lap isan service ap likasi akan muncul yang terdir i dari service turunan dan utilitas. Service – service tersebut yang digolon gkan reusable dap at berlaku sebagai p oin akhir aplikasi generik untuk tujuan integrasi atau mereka dapat dibentuk oleh service induknya.
Langkah 2 : Rancang service a plikasi yang dibutuhkan
Beberap a service ap likasi y ang digambark an dalam langkah 1 dapat disampaikan oleh service p elap is p ihak ketiga penyewaan atau mun gkin melalui pencip taan service p roxy y ang terbentuk secara otomatis. Service ini dap at menyediakan sedik it kesemp atan bagi ran can gan tambahan. Service ap likasi y an g disesuaik an ini akan p erlu m enjalankan p roses rancangan d i mana standar rancan gan akan diap likasikan untuk memastikan konsistensi.
31
Langkah 3 : Membangun service aplikasi yang dibutuhkan Service ap likasi diban gun m enurut deskrip si service masin g – masin g dan spesifikasi rancangan y ang dap at diap likasikan
Langkah 4 : Uji coba service
Service, lin gkun gan solusi yang terkait denganny a dan logika legal dasar diuji untuk memastikan kalau kebutuhan p emrosesan dapat dip enuhi. Kinerja dan ukur an uji tekanan sering digunakan untuk memasang parameter p emrosesan sistem legal yang dip aparkan melalui service pelap is. Uji k eam anan ju ga merupakan bagian p enting dari lan gkah ini.
Langkah 5 : Menjalankan service
Solusi dan service aplikasi d ijalankan ke produksi. Pertimban gan implementasi untuk service aplikasi seringkali melip uti kebutuhan kinerja d an keamanan.
2.4.4
Web Service Web service menyediakan p otensi pemenuhan persay aratan p rimitif ini,
namun web service perlu dirancang untuk dap at melakukan ini. Hal ini karena keran gka web service fleksibel dan adaptif. Web service dap at dirancang untuk menggand akan p erilaku dan fun gsi y ang ditemukan dalam sistem terdistribusi y ang sesuai atau dap at p ula dirancan g
agar sesuai den gan
konsep
SOA. Fleksibilitas
ini telah
memungkink an web service untuk menjadi bagian dar i bany ak lingkun gan
32
ap likasi y ang ada dan telah menjadi salah satu alas an di balik p op ularitasnya. Terungkap fakta pula kalau web service tidak p erlu berorientasi SOA. Secara fundamental, setiap web service dapat dihubungkan dengan : •
Klasifikasi sementara berbasis p eran y ang diasumsikan selama waktu p emrosesan suatu p esan.
•
Klasifikasi perman en berb asis lo gika ap likasi yang dised iakan dan peran y ang diasumsikan dalam lin gkungan solusi.
2.5
Business Process Management Initiative (BPMI) M enurut S tephen A. White (2004, p 17–145) BPM I (Business Process
Management Initiative) telah membangun standar BPMN (Business Process Modeling Nota tion). Tujuan utama BPMN adalah untuk menyediakan notasi y ang telah dimengerti oleh seluruh pelaku bisnis, mulai dari analis bisnis y ang mencip takan konsep awal dar i suatu p roses ke p engemban g teknis yan g bertan ggung jawab untuk mengimp lementasikan teknologi y ang akan menjalankan p roses tersebut dan akhirny a ke orang bisnis yang akan mengatur dan mengawasi p roses – proses tersebut. BPMN juga mencip takan jembatan terstandarisasi untuk kesenjan gan antara rancan gan p roses bisnis dan implementasi p roses. M aksud BPMN adalah untuk menentukan standar bagi notasi p ermodelan proses bisnis di tengah bany akny a jenis komunikasi informasi p roses ke pengguna bisnis, eksekutor p roses, p elanggan dan p emasok.
33
2.5.1
Gambaran BPMN Telah bany ak bermunculan selam a dua atau tiga tahun belakan gan
men genai aktivitas p engemban gan bah asa eksekusi web service berbasis XML untuk sistem BPM (Business Process Management). Bahasa sep erti BPEL4WS meny ediakan mekan isme for mal untuk definisi proses bisnis. BPMN akan meny ediakan b isnis dengan kemampuan untuk mengerti p rosedur bisnis internal dalam notasi grafis dan akan member ikan or ganisasi kemamp uan untuk mengkomunik asikan prosedur ini dalam bentuk standar. BPMN akan juga men gembangk an kem ampuan notasi p roses bisnis tradisional dengan menangani konsep proses bisnis B2B, seperti p roses p ublik dan privat dan koreogr afi serta konsep permodelan y ang telah dikemban gk an sep erti p enanganan exception, transaksi dan ko mp ensasi.
2.5.2
Penggunaan BPMN Ada tiga tip e dasar komponen dalam model BPMN end-to-end:
• Proses bisnis private Proses bisnis private bersifat internal bagi organisasi tertentu dan tip e proses y ang telah secara umum dik enal workflow atau p roses BPM . Suatu proses bisnis p rivate tunggal dap at dip etakan ke satu atau lebih dokumen BPEL4WS.
34
Gambar 2.7 Proses Bisnis Priva te
•
Proses bisnis abstrak (p ublik) Hal ini men ggamb arkan interaksi antara proses bisnis p rivate dan proses lainnya. Hany a aktivitas yang d igunakan untuk berkomunik asi di luar p roses bisnis p rivate dan m ekanisme kontrol aliran y ang tep at dimasukkan ke dalam p roses abstrak.
Gambar 2.8 Proses Bisnis A bstra k (Publik)
•
Proses kolaborasi (global) Proses kolaborasi menggambarkan interaksi antara dua atau lebih entitas bisnis y ang didefin isikan sebagai serangkaian aktivitas pertukaran p esan antar entitas yang terlibat.
35
Gambar 2.9 Proses Kolaborasi (global)
2.5.3
Business Process Diagram (BPD) Tujuan untuk p engembangan BPM N adalah bahwa notasiny a sederhana
dan mudah diap tasi oleh analis bisnis. Juga, ada persy aratan y ang berpotensi berlawanan k alau BPM N menyediakan sarana untuk menggambarkan proses bisnis y ang komp leks dan memetakan ke bahasa eksekusi BPM. Dapat ditekankan kalau salah satu p engger ak p emban gunan BPMN adalah untuk menciptakan mekanisme sederhana untuk menciptakan model proses bisnis, ketika p ada saat y ang sama bisa juga menan gan i komp leksitas proses bisnis. Ke dalam kategori dasar elemen, var iasi dan inform asi tambahan dapat ditambahkan untuk mendukun g persy aratan untuk komp leksitas tanp a merubah secara dramatis tampilan dasar. Emp at kategori dasar elemen adalah Flow objects, Connecting ob jects, Swimlane dan Artifa cts.
36
• Flow objects adalah elemen grafis utama untuk mendefin isikan p erilaku p roses bisnis. Ada tiga flow ob jects, y aitu : Events, Aktivitas, Gateways • Ada tiga cara men ghubun gkan flow objects satu sama lain atau informasi lainnya melalui connectin g objects, y aitu : Sequence flow, Message flow dan Asosiasi • Ada dua cara mengelompokkan elemen permodelan utam a melalui swimlane di antaranya yaitu: Pools dan Lanes. • Artifact digun akan untuk m ey ediakan informasi tambahan mengenai p roses. Ada emp at artifact standar, tetapi alat p ermodelan bebas menamb ah artifact sebanyak y ang dibutuhkan. Sekumpulan artifact termasuk : Data object, Group dan Annotation.
37 Table 2.1 Business Process Diagra m (BPD)
2.5.3.1 Proses Proses adalah sebuah aktivitas yang dijalankan dalam p erusahaan atau organisasi. Dalam BPMN sebuah p roses digambarkan
38
sebagai sebu ah grafik objek aliran, y ang merup akan seku mp ulan aktivitas – aktivitas lain dan kontrol yang men gurutkan m ereka. Konsep p roses adalah hirarkis intrinsik, p roses dap at didefinisikan pada tiap tingkat mulai dari p roses dalam keseluruh an p erusahaan hin gga proses y ang dijalankan oleh ind ividu. 2.5.3.2 Events Suatu events adalah sesuatu y ang terjadi selama proses bisnis. Events ini memp engaruhi aliran p roses dan biasanya memilik i damp ak. BPM N mengategor ikan leb ih jauh events lebih jauh ke dalam tiga tipe: start, intermediate, dan akh ir. Start Sesuai n amanya, start events menand akan di man a p roses tertentu akan mulai. Dalam hal sequen ce flow, start events memulai alir an proses dan maka itu tidak akan memiliki sequence flow – tidak ada sequence flow y ang dap at berhubungan den gn a start events. Pemicu start events Ada bany ak cara proses bisnis dap at dimulai. Pem icu untuk start events dirancan g
untuk
menunjukkan
m ekanism e
umum
y ang
akan
memuncu lkan p roses tertentu. Ada enam tip e dari start events dalam BPM N : None, Message, Timer, Ruler, Link, dan Multiple.
39 Tabel 2.2 Events
End events Sep erti namanya, end events menandakan di mana p roses akan berakhir. M eny angkut sequence flow, end events mengakhiri aliran p roses, dan maka itu tidak akan memiliki sequen ce flow keluar – tidak ada sequence flow d apat berhubungan den gan end events. M akna end events termasuk :
Akan mun gkin ad a beb erap a end events dalam sebuah proses bertingkat tunggal
Bentuk ini adalah optional : sebuah tingkat proses y ang diber ikan – sebuah p roses tingkat tinggi atau sebuah sub-p roses diperluas mungk in memiliki bentuk ini :
40
o Jika ada sebuah start events, mak a harus ad a m inim al sebu ah end events
o Jika sebuah end events digunakan, maka tidak boleh ada elem en aliran lainnya yang memiliki sequen ce flow kelu ar – semua objek alir an y ang lain harus menjad i sumber dari setidaknya satu sequence flow. o Pengecualian untuk hal in i adalah aktivitas y ang did efinisik an sebagai aktivitas komp ensasi. Aktivitas kompensasi tidak boleh m eiliki sequ ence flow kelu ar, bahkan jika ada end events dalam level proses. Jika end events tidak d igunakan mak a seluruh objek aliran y ang tidak memiliki sequen ce flow keluar menandakan akh ir jalur di dalam p roses. Namun, proses tidak boleh ber akhir samp ai seluruh jalur paralel selesai. o Pengecualian untuk hal in i adalah aktivitas y ang did efinisik an sebagai aktivitas komp ensasi. Aktivitas kompensasi tidak dip ertimbangkan sebagai bagian dar i alir an normal dan tidak boleh men andakan akhir p roses. Hasil end events Pemodelan BPM N dap at mendefinisikan konsekuensi mencapai sebuah end events. Hal ini d ap at merujuk sebagai h asil end events.
41 Tabel 2.3 End events
Intermediate events Intermediate events muncul di antara start events dan end events. Ini adalah events y ang muncul setelah sebuah proses telah dimulai. In i akan memp engaruhi aliran p roses, tapi tidak akan memulai atau men gakhiri p roses. Intermediate events dap at digunakan untuk:
42
•
Menunjukkan di mana pesan yang diharapkan atau dikrim dalam p roses,
•
Menunjukkan p enundaan selama p roses
•
Mengalihkan aliran normal melalui p enan gan an p engecualian atau
•
Menunjukkan kerja ekstra y ang dibutuhkan untuk komp ensasi.
Intermediate event berbagi bentuk dasar y ang sama dari start events dan end events, sebuah lingk aran dengan tengah kosong agar marker d apat ditempatkan ke dalam lin gkaran untuk men andakan v ariasi events. Sebuah events intermediate adalah sebuah lingkaran y ang h arus digambarkan dengan garis hitam tip is ganda. Pen ggambaran garis haruslah ganda agar in termediate events dapat dibedakan dari start dan end events.
Gambar 2.10 Inter mediate Events
Pemicu intermedia te events Ada delapan tip e intermediate events dalam BPMN : message, timer, error, compensation, cancel, rule, link dan multiple. Tipe events ini menandakan cara berbeda d i m ana proses dap at diinterupsi atau ditunda setelah dimulai. Tiap tip e intermediate events akan mem ilik i ikon berbeda yang d itempatkan p ada tengah bentuk intermediate events untuk membedakan satu dari y ang lain.
43 Tabel 2.4 Int er mediate Events
2.3.5.3 Aktivitas Suatu aktivitas adalah kerja yang dijalankan dalam proses bisnis. Suatu aktivitas dap at menjadi atomik atau non-atomik. Tip e –
44
tipe aktivitas y ang menjadi bagian dari BPD (Business Process Diagr am) antara lain : proses, sub-p roses, dan tugas. Namun, sebuah p roses bukanlah objek grafis spesik. Malahan, ini ad alah seku mp ulan objek grafis.
2.3.5.4 Sub proses Suatu sub proses adalah aktivitas y ang di dalamny a terdapat detil yang didefinisikan sebagai aliran aktivitas lainny a. Suatu sub p roses adalah objek gr afis dalam suatu aliran proses, tetap i juga d apat “dibuka” untuk menunjukkan p roses lainnya. Objek sub proses memiliki bentuk yang sama den gan ob jek task, y aitu rounded rectangle y ang harus digambar dengan garis tipis hitam.
2.3.5.5 Task Suatu task adalah aktivitas atomic yang termasuk ke dalam suatu proses. Suatu task digunakan ketika pekerjaan dalam p roses tidak dipecah ke tingk at model p roses y ang leb ih detil. Objek task memiliki bentuk y ang serupa sep erti sub proses, yaitu suatu persegi dengan sudut melen gkung yan g harus digambar den gan garis hitam tip is.
Gambar 2.11 Task
45
2.5.3.6 Gatewa ys Gateways adalah elem en permodelan y ang digunakan untuk men gontrol bagaimana aliran sequence yang menyatu ataup un berp isah dalam suatu p roses. Jika aliran tidak perlu dikontrol maka suatu gateway tidak diperlukan.
Exclusive gateways Adalah lokasi dalam proses bisnis di mana alir an sequence dapat menganbil dua atau lebih jalur alternatif. Untuk p erforma proses y ang diberik an, hany a satu jalur dap at diambil. o
Data – based Merup akan digunakan
tipe dan
gateways berbasis
y ang
p alin g
eksp resi Boolean
umum y ang
men ggunakan nilai d ata proses untuk mencerminkan jalur m ana yang h arus diamb il. o
Data – based gateways Boleh men ggunak an marker y ang berbentuk sep erti “X”
dan
diempatkan
dalam
gateway
untuk
membed akan dari gatewa y lainny a. o
Diagram ini harus
konsisten dalam p enggunaan
indikator internal “X”. m aka itu, suatu diagram tidak harus memiliki beberapa gateways den gan indikator dan beberap a gateways tanpa indikator.
46
Gambar 2.12 Ex clusive Gat eways
o
Events – based Merup akan hasil dari p engembangan terkini dalam penanganan sy stem terdistribusi dan akan memetakan ke BPEL4WS. Pada sisi inp ut, p erilakuny a sama dengan data – based exclusive gateways. Pada sisi outp ut, ide dasarny a adalah kalau kep utusan ini mewakili sudut p ercabangan dalam p roses di mana alternatif berdasark an events ay ng terjad i p ada waktu tersebut dalam p roses bukanny a evaluasi eksp resi men ggunakan d ata proses.
o
Events based exclusive gateway harus menggunakan marker yang sama den gan multip le intermediate events dan ditemp atkan dalam gateway.
o
Events based exclusive decision dikonfigurasi den gan memiliki aliran sequ ence keluar atau intermediate events.
47
Inclusive gateways M enggambarkan kep utusan y ang mewak ili sudut p ercabangan
di mana alternatif y ang ada berbasis eksp resi kondisional yang dimiliki dalam aliran sequence keluar. Inclusive gateway harus menggunakan sebuah marker yang berbentuk lin gkar an dan d itempatkan dalam gateway untuk membedakanny a dengan y ang lain.
Gambar 2.13 Inclusive Gateways
Complex gatewa ys BPMN memasukkan complex gateway untuk menan gani situasi
y ang tidak mudah ditangan i melalui tipe gateway y ang lain. Complex gateways dap at juga digunakan untuk mengkombinasik an seku mp ulan gateway sed erhana y ang terhubun g ke dalam situasi tunggal y ang r ap at. Complex gatewa y harus menggunakan marker y ang berbentuk sep erti bintang dan ditemp atkan dalam gateway untuk membedakannya den gan gateway yang lain.
48
Gambar 2.14 Co mplex Gateways
Parallel gateways M eny ediakan mekanisme untuk menyesuaikan aliran p arallel
dan untuk membuat aliran p aralel. Gateway ini tidak dibutuhkan untuk menciptakan
alir an
paralel
tetapi
dapat
digunakan
untuk
men gklar ifikasi perilaku dar i situasi komp leks di mana gateway digun akan dan aliran p aralel dibutuhkan. Parallel ga teway h arus men ggun akan sebuah marker y ang berbentuk tanda tambah dan ditempatkan dalam gateway untuk membed akanny a dari gateway y ang lain.
49
Gambar 2.15 Parallel Gateways
2.3.5.7 Swimlanes (Pool dan Lanes) BPMN memiliki lingkup yang lebih luas darip ada BPEL4WS dan lingkup ini digambarkan dalam dimensi y ang berb eda. Dimensi y ang didiskusikan p ada bagian in i p erlu mendefinisikan p roses bisnis dalam lin gkungan B2B kolaboratif. BPMN menggun akan konsep y ang dikenal seb agai “swimlanes” untuk membantu memb agi dan atau men gatur aktivitas.
Pool M enggambarkan p artisipan dalam p roses. Partisip an dapat
berup a entitas bisnis sp esifik atau dap at berup a p eran bisnis yang lebih umum. Secara gr afis, sebuah pool adalah penamp ung untuk pemisahan p roses dari pool lainny a, ketika memodelkan situasi b isnis – ke – bisnis walaupun pool tidak p erlu memiliki detil internal. Poo l harus digambarkan persegi dengan gar is hitam solid.
50
Gambar 2.16 Pool
Lane M erupakan p emisahan dalam pool dan akan men ambah p anjang
pool, baik secara vertical maup un horizontal. Teks y ang berhubungan dengan lane dap at ditemp atkan di dalamnya, di arah atau lokasi mana saja terhantung p referensi p emodel atau alat p emodel.
Gambar 2.17 Lane
2.3.5.8
Business process diagram connecting object Mendefinisikan
objek
gr afis
y ang
digun akan
untuk
men ghubun gkan dua objek bersama d an bagaiman a aliran melewati p roses.
Graphical connecting object Ada dua cara untuk menghubun gkan objek dalam BPMN :
sebuah aliran, baik sequence atau message dan association. Sequence
51
flow dan message flow mewak ili asp ek ortogonal p roses bisnis y ang dimodelk an, walaup un mereka mempengaruhi performa aktivitas dalam p roses. o Sequence flow Digunak an untuk menunjukkan urutan y ang akan dijalank an dalam suatu p roses. Tiap aliran hanya mem ilik i satu sumber d an satu target. Sumber dan tar get harus berasal dari sekumpulan flow object berikut : events (start, intermediate, dan end), aktivitas (task dan subp roses) dan gateways. Sebuah sequence flow berb entuk gar is den gan tanda panah solid y an g harus digambarkan den gan garis tunggal solid.
Gambar 2.18 Sequence Flo w
o M essage flow Digunak an untuk menunjukkan aliran pesan antara dua entitas y ang dip ersiap kan untuk mengir im dan mener ima pesan tersebut. Dalam BPMN, dua pool terp isah dalam diagram ak an mewakili dua entitas. M essage flow harus menghubungkan dua pool, baik ke pool itu sendiri maupun ke flow object di dalam pool dan tidak dap at men ghubun gkan dua objek dalam pool y ang sama. Message flow berbentuk gar is dengan tanda panah
52
terbuka dan harus digambark an den gan garis hitam tunggal p utus – p utus.
Gambar 2.19 Messag e Flow
o Association Digunak an untuk menghubungkan informasi d an artifa ct den gan flow object. Teks dan objek grafis non – flow dap at dihubungk an dengan flow object d an flow. Suatu association ju ga digunak an untuk menunjukkan aktivitas y ang digunakan untuk mengganti aktivitas. Association flow
berbentuk
garis
y ang harus
digambarkan den gan garis titik –titik hitam tunggal.
Gambar 2.20 Association
M ekanisme sequence flow M ekanisme sequence flow y ang dideskrip sikan terbagi ke dalam
emp at tipe : normal, exception, link eventss dan Ad Hoc. Di dalam tipe aliran ini, BPM N dapat dihubungkan ke p ola aliran kerja yang sp esifik. o Normal flow M engacu pada aliran y ang ber asal dari sebuah start events d an berlanjut melalui aktivitas melalui jalur alternative dan p arallel samp ai berakhir pada end events. Tip e aliran paling sederhana
53
dalam
proses
adalah
sequen ce,
y ang
mend efinisik an
ketergantungan urutan dari seku mpulan aktivitas y ang ak an dijalankan.
Gambar 2.21 Nor mal Flo w
o Excep tion flow M uncul di luat normal flow dari p roses dan berdasar pada suatu events y ang terjadi selama proses berjalan. Intermediate events dapat dimasukkan ke dalam normal flow untuk menentukan p enundaan atau jeda guna menun ggu suatu pesan, ketika dilampirkan den gan batasan aktivitas, baik task maup un subp roses, akan dimunculk an excep tion flow.
Gambar 2.22 Ex ception Flo w
54
o Ad Hoc M erupakan sekump ulan aktivitas yang tidak mem ilik i relasi urutan y ang didefin isikan awalnya. Sekumpulan aktivitas dapat didefinisikan untuk proses tetap i urutan dan jumlah k inerja aktivitas ditetap kan oleh pelaku aktivitas dan tidak dapat didefinisikan sebelu mny a. Suatu subproses ditandai saat menjadi Ad Hoc den gan simbo l “tilde” y ang ditemp atkan p ad bawah tengah b entuk subproses. Aktivitas dalam proses tidak dihubungkan satu sama lain. Selama ekseskusi p roses, satu atau lebih aktivitas daap t menjadi aktif dan dap at dijalankan hamp er p ada tiap urutan atau frekuensi.
Gambar 2.23 Ad Hoc
55
2.6
Kerangka pikir
Gambar 2.24 Kerangka Piki r
56
Penelitian in i dimu lai den gan mengidentifikasi kebutuhan organisasi ak an pengemban gan sistem yang diin ginkan. Dalam hal ini, survey dilakukan di bagian TM (Talent Management) Bin a Nusantara m en genai permasalahan ap a saja y ang ada saat ini dan hendak dipecahkan melalui pengemban gan sistem. Berdasark an survey tersebut didap at kalau p ermasalahan yang k erap terjadi saat ini adalah akses data yang belu m rea l time
dikar enakan ap likasi HRIS Bin a Nusantara masih
men ggunakan textfile untuk terhubung dengan SAP sehin gga data sementara disimp an dalam SQL kemud ian dikonversi terlebih dahulu ke textfile setiap p ukul 2 dini har i sebelum akhirny a d ikonversi k e SAP dan begitup un sebalikny a update data SAP ke SQL. Hal ini m engakib atkan data kurang up- to-date dan beresiko hilang apabila server down ataup un terjadi pemadaman listrik. Oleh karen a itu, dibutuhkan suatu konektor yang men ghubun gkan HRIS Bina Nusantara den gan SAP sehin gga untuk memastikan akses data yang real time. Berdasarkan sumb er–sumber teoritis y ang telah dikump ulkan mengenai pembangunan konektor y ang men ghubun gkan aplikasi HRIS d en gan database SAP ini mak a ad a kemungk inan kalau kon ektor tersebut dibangun den gan men ggunakan service yang berbasis pada konsep SOA (Service Oriented Architecture). Selain itu service ini pula dap at dikembangkan dalam p latform yang telah tersedia baik desktop based maupun web based sep erti misalny a VB.Net dan ASP.Net sehin gga pembangunan service ini telah terfasilitasi dengan b aik p ula. Berikutnya analisis p roses bisnis dan sistem y ang berjalan p un dilakukan dengan menggambarkanny a ke dalam diagram sep erti rich picture, class, usecase, user interface dan sequence. Selain itu, analisis sistem p un berlanjut berd asarkan konsep SOA dengan men etap kan service candidates berdasarkan user interface y ang
57
ada dan kemudian diteruskan den gan p erancan gan services berdasarkan user interface baru yang d iusulkan serta gambar an BPMN (Business Process Modeling Notation). M elalui p erancangan services dalam p emban gun an konektor database SAP ini diharap kan mamp u memastikan akses real time antar ap likasi dan database sehingga pengubahan data m enjadi leb ih actua l dan data p un lebih up-to-da te. Selain itu, berdasarkan referensi teoritis y ang telah dikumpulkan dari beberapa sumber literature dap at disimp ulkan kalau analisis dan p erancan gan konektor berbasis konsep SOA (Service Oriented Architecture) p ula mamp u member ikan pertimbangan bagi or ganisasi dalam men gemban gk an sistem mer eka kar ena konsep baru ini menawarkan berbagai karakter yang dap at menjadi keunggulanny a y aitu reusable dan autonomy y ang menjadikan or gan isasi menjad i lebih fleksibel terhadap perubahan ataupun penyesuaian p roses bisnis . Setelah tahap p erancan gan dilalui maka p roses berlanjut ke pembangun an konektor menggun akan services oleh p rogrammer (cod ing). Melalui pemban gunan services ini nantiny a dipercay a sanggup untuk men gakomod asi kebutuhan or ganisasi akan berbagai macam p erubahan maup un perkemban gan proses bisnis ke dep an disebabkan services y ang dibangun tersebut merupakan komponen yang otonom atau independen dan d apat digun akan kembali untuk p engembangan sistem selanjutnya. Hal tersebut memudahkan programmer y ang hany a perlu memanggil services dalam memodifikasi coding sistem yang sudah ada dan menamb ahkan service yang baru jika dibutuhkan sehingga mempercep at waktu penyelesaian sistem baru dan perubahan dap at terjadi tanpa menunggu selesainya sistem y ang terlalu lam a.
58
Setelah konektor selesai dib an gun, tahap berikutnya meliputi p engujian sistem untuk memastikan ap akah akses data y ang real time antara aplikasi HRIS d en gan SAP dan data yang aktual berjalan sesuai kebutuhan. Berikut ini disertakan p ula gambaran tahap an proses dalam bentuk gantt chart.
Gambar 2.25 Gantt Chart