BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi 2.1.1
Pengertian Sistem Sistem merupakan rangkaian komponen yang saling berhubungan dan secara bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan spesifik dari organisasi yang saling berinteraksi, terintegrasi, dan terpusat. Tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan proses yang teratur dengan menerima input dan menghasilkan output. Definisi ini diperkuat oleh pernyataan O’Brien dan Marakas (2011:26) yang menyatakan bahwa, sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, dengan batasan yang jelas, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Gelinas, Dull, dan Wheeler (2008:13) menyatakan bahwa, “A system is a set of interdependent elements that together accomplish specific object.” Romney dan Steinbart (2006:4) menyatakan bahwa sistem adalah serangkaian dari dua atau lebih komponen yang saling berhubungan untuk mencapai sebuah tujuan. Sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen terstruktur yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2
Pengertian Informasi Informasi merupakan data yang telah diproses, diatur dan disajikan untuk memberikan arti dalam kegiatan pengambilan keputusan. Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Gelinas, Dull, Wheeler (2008:18) yang menyatakan bahwa, “Information is data presented in a form that is useful in a decision-making activity.” Romney dan Steinbart (2006:5) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti. 7
8
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi merupakan rangkaian kombinasi teratur prosedur formal yang dapat terdiri dari orang, hardware,software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang selanjutnya nanti akan dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan disebarkan kepada penggunanya. Definisi ini diperkuat oleh pernyataan O’Brien dan Marakas (2011:4) yang menyatakan bahwa sistem informasi merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang – orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan peraturan serta prosedur yang mengumpulkan, mengembalikan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Hall (2011:5) menyatakan bahwa, “The information system is the set of formal procedures by which data are collected, processed into information, and distributed to users.” Fernando Belfo dan Antonio Trigo (2013:537) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi merupakan metode berbasis komputer untuk melacak aktivitas akuntansi dalam hubungannya dengan sumber daya teknologi informasi.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi akuntansi merupakan suatu sistem berbasis computer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data dengan tujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang berguna bagi pemakai didalam dan diluar perusahaan untuk pengambilan keputusan dan dapat dipertanggung jawabkan. Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Rama dan Jones (2008:6) yang menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi itu adalah suatu subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, juga informasi lain yang diperoleh dari pengolahan rutin atas transaksi akuntansi.
9
Gelinas dan Dull (2008:14) menyatakan bahwa, “Accounting information separate AIS was to collect, process, and report information related to the financial aspects of business events.” 2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi memiliki sejumlah kegunaan. Rama dan Jones (2008:7) menyatakan bahwa penggunaan dari sistem informasi akuntansi adalah :
1. Membuat laporan eksternal Sistem informasi akuntansi digunakan untuk menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi dari para investor, kreditor, dinas pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lain. 2. Mendukung aktivitas rutin Manajer memerlukan satu sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan itu. 3. Mendukung pengambilan keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tidak rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi. 4. Perencanaan dan pengendalian Sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian aktivitas. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh sistem informasi dan laporan dirancang untuk membandingkan angka anggaran degan jumlah aktual. 5. Menerapkan pengendalian internal Pengendalian internal mencakup kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi asset-aset perusahaan dari kerugian atau korupsi untuk memelihara keakuratan data keuangan.
10
Romney dan Steinbart (2006:12) menyatakan bahwa, sebuah sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik dapat memberikan kegunaan, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dari barang dan jasa. 2. Meningkatkan efisiensi 3. Berbagi pengetahuan 4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari supply chain-nya. 5. Meningkatkan struktur pengendalian internal. 6. Meningkatkan kemudahan pembuatan keputusan.
2.2.3
Komponen Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi terdiri dari beberapa komponen. Romney dan Steinbart (2006:6) menyatakan bahwa, sistem informasi akuntansi terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1. People Merupakan yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam fungsi. 2. Procedures and instructions Baik manual maupun otomatis, yang terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas organisasi. 3. Data Mengenai organisasi dan proses bisnisnya. 4. Software Merupakan alat atau tools yang digunakan untuk memproses data organisasi. 5. Information technology infrastructure Termasuk computer, peralatan disekelilingnya, dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan informasi.
11
6. Internal control and security measure Yang mengamankan data dalam sistem informasi akuntansi.
2.2.4
Siklus Transaksi pada Sistem Informasi Akuntansi Romney dan Steinbart (2006:30) menyatakan bahwa, siklus pemrosesan transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi kedalam lima subsistem, yaitu :
1. Revenue cycle Terjadi dari transaksi pembelian dan penerimaan kas. 2. Expenditure cycle Terdiri dari peristiwa pembelian dan pengeluaran kas.. 3. Human Resource / Payroll cycle Terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja. 4. Production cycle Terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk / jasa yang siap dipasarkan. 5. Financing cycle Terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.
2.3
Teori Produksi 2.3.1
Pengertian Produksi Produksi
merupakan
semua kegiatan
yang
berhubungan
dengan
menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Produksi merupakan proses mengubah bahan baku, tenaga kerja dengan menggunakan peralatan, aturan-aturan dalam rangka untuk menghasilkan barang jadi.
12
Groover (2005:1) menyatakan bahwa, produksi merupakan suatu kumpulan orang, peralatan dan aturan – aturan yang dikelola sedemikian rupa untuk melaksanakan operasi-operasi manufaktur dalam sebuah pabrik. Hall (2011:15) menyatakan bahwa, aktivitas produski terjadi di dalam siklus pengkonversian bahan baku, tenaga kerja, dan aktiva tetap yang digunakan untuk membuat suatu barang jadi.
Terdapat dua kelompok aktivitas produksi, yaitu :
1. Aktivitas utama manufaktur Terdiri dari aktivitas membentuk dan merakit bahan baku menjadi barang jadi. 2. Aktivitas pendukung produksi Aktivitas ini untuk memastikan bahwa aktivitas utama manufaktur berjalan secara efektif dan efisien.
Romney (2006) menyatakan bahwa, terdapat 4 aktivitas utama dalam siklus produksi, yaitu :
1. Perancangan produk Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk merancang suatu produk yang sesuai kebutuhan konsumen tentang kualitas, daya tahan, dan fungsionalitas dengan tetap meminimalkan biaya produksi. 2. Perencanaan dan penjadwalan Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk perencanaan produksi yang cukup efisien untuk memenuhi pesanan yang ada dan mengantisipasi permintaan jangka pendek tanpa terjadi kelebihan persediaan produk jadi. 3. Operasi produk Berbagai perusahaan menerapkan aktivitas ini dengan cara yang berbeda-beda (jenis produk yang diproduksi dan tingkat otomatisasi dalam proses produksi).
13
4. Akuntansi biaya Tujuan dari aktivitas ini adalah : a. Memberikan informasi untuk perencanaan, pengendalian dan evaluasi kinerja produksi. b. Memberikan data biaya yang akurat mengenai produk. c. Mengumpulkan dan memproses informasi.
2.3.2
Manajemen Produksi Kegiatan manajemen dibutuhkan dalam produksi untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi. Assauri (2008:7) menyatakan bahwa manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa.
2.3.3
Perencanaan dan Pengawasan Produksi Nasution (2003:13) menyatakan bahwa, perencanaan produksi adalah proses untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir dan keluar dari sistem produksi / operasi sehinggan permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan tepat, dan biaya produksi minimum. Pengawasan (control) digunakan untuk memastikan pencapaian hasil produksi sesuai dengan tujuan perusahaan. Assauri (2008:122) menyatakan bahwa, pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan atau direncanakan. Sedangkan pengawasan produksi adalah kegiatan untuk mengkoordinir aktivitas-aktivitas pengerjaan produksi sehingga dapat selesai dengan efektif dan efisien.
14
2.3.4
Proses Produksi Nasution (2003:3) menyatakan bahwa, proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumberdaya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dana) yang ada.
2.3.5
Fungsi Produksi Nasution (2003:1) menyatakan bahwa, ada tiga fungsi utama dari kegiatankegiatan produksi, yaitu :
1. Proses Produksi Metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk. 2. Perencanaan Produksi Merupakan tindakan antisipasi di masa mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan. 3. Pengendalian Produksi Tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam persencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
2.3.6
Sistem Produksi 2.3.6.1 Pengertian Sistem Produksi Nasution (2003:2) menyatakan bahwa, sistem produksi adalah kumpulan dari subsistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingnya seperti limbah, informasi, dan sebagainya.
15
2.3.6.2 Jenis Sistem Produksi Nasution (2003:3) menyatakan bahwa, sistem produksi menurut proses menghasilkan output dibedakan menjadi :
1. Proses Produksi Kontinyu (Continuous Process) Proses ini tidak memerlukan waktu set up yang lama karena proses ini memproduksi secara terus menerus untuk setiap jenis produk yang sama. 2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process) Proses ini memerlukan total waktu set up yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai dengan pesanan, sehingga adanya pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set up yang berbeda.
Nasution (2003:4) menyatakan bahwa, karakteristik dari proses produksi yang terus menerus (continuous process), yaitu :
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah distandarisasikan. 2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan. 3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama special purpose machines. 4. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatif, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian / keterampilan yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut. 5. Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti / rusak, maka seluruh proses produksi akan terhenti.
16
6. Oleh karena itu mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job structure-nya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak. 7. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi terputus. 8. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus, maka proses seperti ini membutuhkan ahli pemeliharaan yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak. 9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang tetap yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan.
Nasution (2003:9) menyatakan bahwa, karakteristik dari proses yang terputus (intermittent process) adalah :
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan. 2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi, dimana peralatan yang sama, dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout atau departementalisasi berdasarkan peralatan. 3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama. 4. Pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar,
sehingga operatornya perlu
mempunyai
keahlian
atau
keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut. 5. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
17
6. Karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terdapat pekerjaan yang bermacam-macam, sehingga pengawasannya lebih sulit. 7. Persediaan bahan baku biasanya lebih tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses akan lebih tinggi dibandingkan proses kontinyu, karena prosesnya terputus-putus / terhenti-henti. 8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat fleksibel (varied pathequipment) dengan menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift. 9. Sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak-balik sehingga perlu adanya ruangan gerak (aisle) yang besar dan ruangan tempat bahanbahan dalam proses (work in process) yang besar.
2.3.6.3 Jenis Proses Manufaktur Hansen dan Mowen (2009:306) menyatakan bahwa, dalam perusahaan dengan sistem proses, maka unit-unit produksi umumnya melalui setiap departemen atau proses. Dalam setiap departemen, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead mungkin dibutuhkan. Saar penyelesaian proses tertentu, barang setengah jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir barang selesai diproduksi.
Berikut adalah jenis-jenis proses manufaktur : 1. Proses Berurutan (sequential processing) Pola pemrosesan dengan unit yang melewati dari suatu proses ke proses lainnya dalam serangkaian susunan. 2. Proses Parallel (parallel processing) Pola pemrosesan dengan dua atau lebih proses berurutan yang disyaratkan untuk menghasilkan sebuah barang jadi.
18
2.3.6.4 Dokumen-Dokumen yang Terkait Produksi Mulyadi (2010:413) menyatakan bahwa, dokumentasi yang digunakan untuk sistem produksi pada perusahaan terbagi menjadi beberapa dokumen, yaitu :
1. Surat Order Produksi Dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh departemen produksi untuk ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan produksi untuk memproduksi sebuah produksi, dimana berisi spesifikasi kegiatan apa saja yang harus dilakukan, berapa jumlah yang harus diproduksi, dan jangka waku produksi. 2. Daftar Kebutuhan Bahan Merupakan dokumen yang berisi daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi. 3. Daftar Kegiatan Produksi Dokumen ini berisi daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi. 4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian produksi untuk meminta bahan baku kepada bagian gudang untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi. 5. Bukti Pengembalian Barang Gudang Dokumen ini merupakan formulir untuk mengembalikan bahan baku ke bagian gudang karena terdapat sisa bahan baku dalam produksi atau karena bahan baku tersebut tidak dapat dipakai dalam produksi.
19
6. Kartu Jam Kerja Dokumen yang merupakan kartu untuk mencatat jan tenaga kerja langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercanttum dalam surat order produksi. 7. Laporan Produk Selesai Laporan
produk
selesai
dibuat
oleh
bagian
produksi
untuk
menginformasikan selesainya produksi pesanan tertentu kepada bagian perencanaan dan pengawasan produksi bagian gudang, bagian penjualan, bagian akuntansi persediaan, dan bagian akuntansi biaya.
Romney dan Steinbart (2006:471) menyatakan bahwa, dokumentasi yang digunakan untuk siklus produksi pada perusahaan terbagi menjadi beberapa dokumen, yaitu :
1. Dokumen Kebutuhan Bahan (Bill of Materials) Merupakan dokumen yang mendeskripsikan kode part, deskripsi part,dan kuantitas dari masing-masing part yang digunakan untuk menyelesaikan setiap unit produk. 2. Formulir Perhitungan Bahan Baku (Materials Requisition Form) Merupakan formulir yang berisi permintaan spesifikasi tipe part dan kuantitas part yang dikeluarkan dari gudang untuk digunakan di tempat produksi. 3. Surat Permintaan Produksi (Production Order Form) Merupakan surat yang mengotorisasi kegiatan-kegiatan produksi suatu part menjadi sebuah produk, dimana berisi kegiatan apa saja yang harus dilakukan, berapa jumlah yang harus diproduksi, dan lokasi dimana part tersebut harus dikirimkan. 4. Kartu Perpindahan Barang (Move Tickets) Merupakan kartu yang mengidentifikasikan part yang dikirim menuju lokasi yang dituju dan waktu pengiriman part tersebut.
20
Garrison, Norren, dan Brewer (2006:92) menyatakan bahwa selain dokumen-dokumen di atas ada beberapa dokumen pendukung lainnya, yaitu :
1. Formulir Permintaan Bahan Baku (Materials Requisition Form) Merupakan formulir yang berisi permintaan spesifikasi tipe part dan kuantitas part, harga per unit, dan total biaya yang dikeluarkan dari gudang untuk digunakan di tempat produksi. 2. Kartu Biaya (Job Cost Sheet) Merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Berisi data part, tenaga kerja, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan yang diterima. 3. Kartu Jam Kerja (Time Ticket) Merupakan dokumen yang berisi ringkasan aktivitas tenaga kerja setiap jamnya. Dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk memasukkan biaya tenaga kerja ke dalam pencatatan akuntansi.
2.3.7
Harga Pokok Produksi 2.3.7.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Hansen dan Mowen (2009:60) menyatakan bahwa, harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode yang berjalan. Biaya yang dibebankan pada barang yang telah selesai hanya biaya manufaktur yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
21
2.3.7.2 Fungsi Harga Pokok Produksi Mulyadi (2010:65) menyatakan bahwa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan Harga Jual Produk Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi persatuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan dismping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya. 2. Memantau Realisasi Biaya Produksi Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. 3. Menghitung Laba atau Rugi Bruti Periode Tertentu Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. 4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk dalam Preses Disajikan dalam Neraca
22
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodic, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok prosuk yang pada tanggal neraca dalam proses.
2.3.7.3 Sistem Perhitungan Harga Pokok Witjaksono (2006:25) menyatakan bahwa, sistem perhitungan harga pokok membahas mengenai tata cara atau metode penyajian informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem akumulasi biaya dan sistem biaya. Secara garis besar terdapat dua macam alternatif sistem perhitungan harga pokok, yakni :
1. Sistem Perhitungan Harga Pokok Penuh (Full Costing / Absorption Costing) Di dalam sistem perhitungan harga pokok penuh, seluruh biaya produksi variable dan biaya produksi tetap dibebankan ke produk. 2. Sistem Perhitungan Harga Pokok Variabel (Variable Costing) Di dalam sistem perhitungan harga pokok variable, hanya biaya produksi variable saja yang dibebankan ke produk.
2.4
Teori Biaya 2.4.1
Pengertian Biaya Biaya merupakan suatu sumber yang dikorbankan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Biaya biasanya diukur sebagai jumlah moneter yang harus dibayar untuk memperroleh barang atau jasa.
23
Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Horngren, Datar, dan Foster (2008:25) menyatakan bahwa, “Accountants define cost as a resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective. A cost (such as direct materials or advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid to acquire goods or services.”
2.4.2
Perilaku Biaya Carter dan Usry (2006:58) menyatakan bahwa, perilaku biaya umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. 2. Biaya Variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya. 3. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pension, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.
24
2.4.3
Klasifikasi Biaya Garrison, Noreen, dan Brewer (2006:50), menyatakan bahwa klasifikasi umum biaya terbagi menjadi :
1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya utama dalam perusahaan manufaktur. Kebanyakan perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori :
a. Bahan Langsung (Direct Material) Bahan-bahan yang dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke suatu produk, seperti kayu pada meja. b. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor) Biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi, seperti tenaga kerja di bagian perakitan. c. Biaya Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead) Seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, asuransi fasilitas – fasilitas produksi.
Biaya produksi merupakan faktor utama yang ingin ditekan oleh pihak manajemen agar laba perusahaan dapat meningkat. Ada beberapa cara untuk menekan biaya diantaranya adalah dengan menggunakan metode biaya standar.
25
2. Biaya Nonproduksi Umumnya, biaya nonproduksi dibagi menjadi dua :
a. Biaya Pemasaran atau Penjualan Semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan menyampaikan produk atau jasa ke tangan konsumen, seperti komisi penjualan, iklan, serta depresiasi sarana untuk mengirim produk dan penyimpanan barang jadi. b. Biaya Administrasi Semua biaya yang berkaitan dengan manajemen perusahaan secara keseluruhan seperti gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan, hubungan masyarakat, serta depresiasi gedung dan peralatan kantor.
2.4.4
Desain Sistem Perhitungan Biaya Garrison (2006:122) menyatakan bahwa, dalam menghitung biaya produk atau jasa manajer dihadapkan dengan masalah yang sulit. Sejumlah biaya (seperti sewa) tidak mengalami perubahan besar dari bulan ke bulan sedangkan produksi selalu berubah-ubah, dengan produksi yang meningkat di satu bulan dan menurun di bulan lainnya. Pembebanan biaya ke produk dan jasa dilakukan dengan menghitung rata-rata untuk antarwaktu dan antarproduk. Dua sistem perhitungan biaya biasanya digunakan dalam manufaktur dan di sejumlah perusahaan jasa : 1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) digunakan dalam perusahaan yang memproduksi satu jenis produk dalam jumlah yang besar dalam jangka panjang. 2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) digunakan untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk selama periode tertentu.
26
2.5
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing) 2.5.1
Perbandingan Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Garrison (2006:122) menyatakan bahwa, dalam beberapa hal perhitungan biaya berdasarkan proses memiliki persamaan dan perbedaan dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan.
2.5.1.1 Persamaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan Perhitungan Biaya berdasarkan Proses 1. Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama, yaitu membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke produk dan memberikan mekanisme perhitungan biaya per unit. 2. Kedua sistem menggunakan akun manufaktur dasar yang sama termasuk overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 3. Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua sistem itu.
2.5.1.2 Perbedaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Perhitungan Biaya
Perhitungan Biaya
Berdasarkan Pesanan
Berdasarkan Proses
Pekerjaan yang berbeda
Seluruh unit produk identik
dikerjakan pada periode
dan diproduksi secara
yang berbeda, dan memiliki
kontinu (terus menerus).
pesanan produksi yang berbeda pula. Biaya dihitung secara
Biaya di hitung per
individual untuk masing-
departemen
masing perkerjaan.
27
Kartu biaya merupakan
Laporan Departemen
dokumen pengendali biaya
Produksi merupakan
berdasarkan pekerjaan.
dokumen penting yang menunjukkan akumulasi biaya per departemen.
2.5.2
Biaya per unit di hitung
Biaya per unit di hitung per
berdasarkan pekerjaan.
departemen.
Aliran Biaya dalam Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses 2.5.2.1 Departemen Pemrosesan Garrison (2006:122) menyatakan bahwa, Departemen Pemrosesan adalah
departemen
di
dalam
organisasi
yang
digunakan
untuk
menghasilkan produk dan menempatkan dimana bahan baku, tenaga kerja, serta biaya overhead ditambahkan ke dalam produk.
2.5.2.2 Aliran Bahan, Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Carter dan Usry (2006, p158) menyatakan bahwa, ada tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses yaitu :
1. Aliran Produk Berurutan (sequencial product flow) Merupakan suatu format arus produksi fisik dimana setiap produk di proses dalam urutan langkah yang sama. 2. Aliran Produk Parallel (parallel product flow) Merupakan suatu format arus produksi fisik dimana bagian-bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan dan kemudian digabungkan dalam suatu proses atau proses-proses final untuk penyelesaian dan transfer ke barang jadi.
28
3. Aliran Produk Selektif (selection product flow) Merupakan format arus produksi fisik dimana produk berpindah ke departemen-departemen yang berbeda dalam suatu pabrik, bergantung pada produk final yang akan di produksi.
2.5.3
Unit Ekuivalen Produksi Garrison (2006,:212) menyatakan bahwa, unit ekuivalen adalah hasil dari jumlah unit setengah jadi dan persentase unit yang telah diselesaikan. Unit ekuivalen adalah jumlah unit selesai yang seharusnya diperoleh dari bahan dan usaha yang digunakan untuk menghasilkan barang setengah jadi.
Ada dua cara yang berbeda untuk menghitung unit ekuivalen produksi untuk suatu periode :
1. Metode Rata-Rata Tertimbang (weighted-average method) Menggabungkan unit biaya dari periode sekarang dengan unit dan periode sebelumnya. Unit ekuivalen produksi untuk suatu departemen didapat dari jumlah unit yang ditransfer ke departemen berikutnya ditambah dengan unit ekuivalen persediaan akhir barang dalam proses di departemen tersebut. 2. Metode FIFO (first in first out) Perhitungan biaya berdasarkan proses dimana merupakan metode yang menganggap bahwa unit ekuivalen dan biaya per unit hanya berkaitan selama periode tertentu saja.
2.5.4
Laporan Produksi Metode Rata-Rata Tertimbang Garrison (2006,:212)
menyatakan bahwa, tujuan dari sebuah laporan
produksi adalah untuk meringkas semua aktivitas yang dilakukan dan akhirnya dimasukkan dalam barang dalam proses setiap departemen untuk periode tertentu.
29
Laporan produksi terdiri atas tiga komponen yang saling berkaitan :
1. Skedul kuantitas yang menunjukkan aliran unit melalui departemen dan perhitungan unit ekuivalen. 2. Perhitungan biaya per unit ekuivalen. 3. Rekonsiliasi seluruh biaya yang masuk dan keluar dari departemen selama periode tertentu.
Membuat laporan produksi dengan metode rata – rata tertimbang :
1. Menyiapkan skedul kuantitas dan menghitung unit ekuivalen. 2. Menghitung biaya per unit ekuivalen. 3. Menyiapkan rekonsiliasi biaya.
2.6
Perhitungan Biaya Standar Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, biaya standar adalah biaya yang telah di tentukan sebelumnya untuk memproduski satu unit atau sejumlah tertentu produk selama satu periode tertentu.
2.6.1
Menentukan Varians Biaya Standar 2.6.1.1 Standar dan Varians Bahan Baku Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, ada dua standar yang dikembangkan untuk biaya bahan baku :
1. Standar harga bahan baku 2. Standar kuantitas bahan baku
30
Jika harga aktual yang dibayarkan lebih besar atau lebih kecil dari standar, maka terjadi varians harga. Dua jenis varians harga :
1. Varians harga pembelian bahan baku 2. Varians harga penggunaan bahan baku
Varians
kuantitas
bahan
baku
dihitung
dengan
cara
membandingkan kuantitas aktual dari bahan baku yang digunakan dengan kuantitas standar yang diperboleh, ketika keduanya diukur dengan biaya standar.
2.6.1.2 Standar dan Varians Tenaga Kerja Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, ada dua standar yang di kembangkan untuk biaya tenaga kerja langsung :
1. Standar tarif, upah atau biaya. 2. Standar efisiensi, waktu atau penggunaan.
Perbedaan yang terjadi antara tarif standar dan tarif aktual menimbulkan varians tarif tenaga kerja. Sedangkan varians efisiensi tenaga kerja dihitung di akhir periode pelaporan dengan cara membandingkan jam aktual yang digunakan dengan jam standar yang diperbolehkan, keduanya diukur dengan tarif tenaga kerja standar.
2.6.1.3 Standar dan Varians Biaya Overhead Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, ada dua pertimbangan dalam pemilihan dasar alokasi yang sesuai :
1. Mengalokasikan overhead ke produk dalam jumlah yang berarti.
31
2. Ukuran aktivitas yang dipilih harus secara akurat dipantau untuk setiap unit atau pesanan.
Standar overhead yang dapat dibebankan ke setiap pesanan atau proses ditentukan dengan cara mengalikan jumlah standar dari dasar alokasi yang diperbolehkan dengan tarif overhead pabrik standar.
Dua cara menghitung varians overhead pabrik :
1. Metode dua varians 2. Metode tiga varians
2.7
Perencanaan dan Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object Oriented 2.7.1
Perencanaan Strategis Sistem Informasi Salah satu komponen dalam perencanaan strategis adalah perencanaan strategis sistem informasi. Satzinger, Jackson dan Burd (2005:16) menyatakan bahwa, perencanaan strategis sistem informasi (information systems strategic planning) adalah sebuah rencana yang menjelaskan teknologi dan aplikasi yang dibutuhkan oleh fungsi sistem informasi untuk mendukung rencana strategis perusahaan.
Dalam perencanaan strategis sistem informasi, tim pengembang pada perusahaan akan menggabungkan dua rencana arsitektur, yaitu : •
Application architecture plan
•
Technology architecture plan.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:16) menyatakan bahwa, technology architecture plan merupakan sebuah deskripsi dari hardware, software, dan jaringan komunikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi sistem informasi yang telah direncanakan.
32
2.7.2
Pengembangan Sistem 2.7.2.1 Konsep Pengembangan Sistem Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:47) menyatakan bahwa, metode pengembangan sistem (system development methodology) adalah acuan yang dapat diikuti untuk menyelesaikan setiap aktivitas dalam pengembangan sistem, termasuk models, tools, dan teknik-teknik tertentu. Model dalam definisi ini adalah perumpamaan dari aspek penting dalam dunia nyata. Sedangkan tools adalah software pendukung yang membantu membuat model atau komponen lain yang dibutuhkan dalam proyek.
2.7.2.2 Unified Modeling Language (UML) Model
dalam
metodologi
pengembangan
sistem
mencakup
perumpamaan inputs, outputs, proses, data, obyek, interaksi antar obyek, lokasi, network, dan peralatan. Model-model ini digambar dalam bentuk diagram sesuai dengan notasi yang didefinisikan oleh Unified Modeling Language (UML). Satzinger, Jackson dan Burd (2005:60) menyatakan bahwa, Unified Modeling Language adalah seperangkat konstruksi model dan notasi yang dikembangkan terutama untuk pengembangan berorientasi obyek.
Model komponen sistem menggunakan Unified Modeling Language terdiri dari diagram-diagram, yaitu : 1. Use Case 2. Class Diagram 3. Sequence Diagram 4. Deployment Diagram
33
2.7.2.3 Metodologi Pengembangan Sistem Salah satu metodologi yang dapat digunakan dalam pengembangan sistem adalah Unified Process (UP). Unified Process merupakan sebuah metodologi pengembangan sistem yang berorientasi obyek. Unified Process kini sudah menjadi salah satu metodologi yang paling banyak digunakan untuk pengembangan sistem berorientasi obyek.
2.7.3
Konsep Object Oriented Satzinger, Jackson dan Burd (2005:60) menyatakan bahwa, Object Oriented Approach (OOA) terhadap pengembangan sistem memandang sebuah sistem informasi sebagai kumpulan objek-objek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Satzinger, Jackson dan Burd (2005:60) menyatakan bahwa, Object Oriented Approach (OOA) dibagi tiga pendekatan :
1. Object-oriented analysis (OOA) yang mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi pengguna yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 2. Object-oriented design (OOD) yang mendefinisikan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari masing-masing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan tertentu. 3. Object-oriented programming (OOP) yang mengandung pernyataan di dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan setiap tipe yang dilakukan objek.
34
2.7.4
System Requirements Satzinger, Jackson dan Burd (2005:130) menyatakan bahwa, secara umum system requirements dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Functional requirement Mencakup semua aktivitas yang harus dapat ditangani oleh sistem atau fungsifungsi yang harus ada pada sistem. 2. Nonfunctional requirement Mencakup karakteristik sistem selain aktivitas yang harus ada pada sistem. Nonfunctional requirement dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Technical requirements Menjelaskan
karakteristik
operasional
yang
berhubungan
dengan
berhubungan
dengan
lingkungan organisasi, hardware, dan software. b. Performance requirements Menjelaskan
karakteristik
operasional
yang
pengukuran beban kerja, seperti waktu respon. c. Usability requirements Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan dengan users, seperti tampilan antar muka (user interface), prosedur kerja, bantuan online, dan dokumentasi. d. Reliability requirements Menjelaskan
karakteristik
operasional
yang
berhubungan
dengan
ketergantungan suatu sistem, pencatatan untuk semua event atau kejadian, pemrosesan kesalahan, dan deteksi serta perbaikan kesalahan. e. Security requirements Menjelaskan pembagian akses setiap user pada fungsi-fungsi yang ada pada sistem.
35
2.7.5
Use Case Diagram Dalam penggambaran use case diagram, digunakan beberapa simbol atau lambang untuk merepresentasikan setiap pengguna dan apa saja yang dilakukan sistem untuk merespon permintaan pengguna atas sistem. Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p166) menyatakan bahwa, use case adalah aktivitas yang dilakukan sistem yang biasanya berupa respon terhadap permintaan pengguna.
Gambar 2.1 Simbol-Simbol Use Case Diagram
36
2.7.6
Use Case Description Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:220) menyatakan bahwa, use case description adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use case.
Use Case Description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Brief Description Brief Description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan bila sistem yang dibangun berskala kecil. 2. Intermediate Description Intermediate Description merupakan pengembangan dari brief description untuk menyertakan aliran internal dari aktifitas untuk sebuah use case. Exception dapat didokumentasikan jika diperlukan. 3. Fully Developed Description Fully Developed Description adalah metode paling formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan use case.
2.7.7
Class Diagram 2.7.7.1 Domain Model Class Diagram Class diagram merupakan diagram yang digunakan untuk mendefinisikan kelas-kelas problem domain. Sehingga, class diagram disebut juga domain model class diagram. Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:184) meyatakan bahwa, domain model class diagram adalah sebuah diagram UML yang menggambarkan semua yang penting dalam pekerjaan user, kelas-kelas problem domain, atribut, serta hubungan antar class. Dalam class diagram, sebuah class digambarkan dengan bentuk kotak. Kotak ini terdiri dari tiga bagian, yaitu nama kelas di bagian atas, atribut-atribut dari kelas tersebut di bagian tengah, dan method di bagian bawah.
37
Sedangkan hubungan antar class digambarkan dengan garis penghubung antar class. Hubungan antar class yang digambarkan dengan garis penghubung disebut multiplicity of association.
Keterangan tambahan mengenai isi dari domain class diagram : 1. Attribute merupakan karakteristik dari sebuah objek yang memiliki nilai seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya. 2. Class merupakan tipe atau klasifikasi dari objek yang sama.
2.7.7.2 First-Cut Class Diagram Untuk memulai proses rangcangan, kita kembangkan sebuah firstcut class diagram berdasarkan pada domain model. Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:309) menyatakan bahwa, first-cut design class diagram adalah perluasan dari domain class diagram yang dikembangkan melalui dua langkah, yaitu dengan menguraikan atribut dengan tipe dan nilai awal serta menambahkan navigation visibility arrows.
2.7.7.3 Updated Design Class Diagram Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:337) menyatakan bahwa, updated design class diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer. Pada view dan data access layer, harus ditambahkan beberapa class baru. Demikian pula dengan domain layer juga membutuhkan penambahan class baru sebagai use case controller. Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class. Tiga method umum yang banyak dijumpai pada class-class updated design class diagram adalah constructor methods, data get and set methods, dan use case specific method objects.
38
Gambar 2.2 Simbol-Simbol Class Diagram
2.7.8
Rich Pricture Para pengembang sistem perlu memahami situasi masalah yang ada dengan menjalin kerjasama yang erat dengan semua pihak yang terlibat dan khususnya dengan pengguna sistem dimasa depan. Rich picture merupakan alat utama untuk membantu pengembang sistem mengorganisasikan secara jelas pemahaman mereka. Selain itu, rich picture adalah alat yang bermanfaat untuk mempermudah komunikasi dengan para pengguna. Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Mathiassen
(2000,
p26)
menyatakan bahwa, “A rich picture is an informal drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation”.
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa, rich picture adalah sebuah gambaran
informal
yang
digunakan
oleh
pengembang
sistem untuk
menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung.
39
2.7.9
Document Flowchart Flowchart merupakan bagan yang menunjukkan aliran di dalam program. Flowchart digunakan untuk alat bantu dokumentasi. Sedangkan document flowchart merupakan flowchart yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya.
2.7.10 Sequence Diagram Sequence diagram adalah diagram yang digunakan untuk menjelaskan interaksi antar obyek. Sequence diagram juga menggambarkan interaksi antara sistem dengan dunia luar yang digambarkan sebagai suatu aktor. Aktor sebagai pengguna sistem
memberikan
pesan
kepada sistem
dan
sistem
akan
mengembalikan data.
Dalam sequence diagram digunakan beberapa notasi untuk membuat sequence diagram, yaitu:
1. Lifeline atau object lifeline Berupa garis vertical di bawah obyek yang berguna untuk menunjukkan waktu hidup obyek. 2. Object Berupa simbol orang yang berguna sebagai penggambaran pengguna sistem atau sistem yang terotomatisasi. 3. Input Message Berupa garis horizontal yang menggambarkan pesan masukan dari user. 4. Output Message Berupa garis horizontal putus-putus yang menggambarkan keluaran atau hasil dari inputan user.
40
2.7.10.1
System Sequence Diagram System sequence diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan interaksi antara sistem dengan dunia luar yang diwakilkan oleh aktor. Interaksi antara sistem dan actor dilakukan dengan pesan yang diberikan oleh aktor ke sistem dan sistem akan mengembalikan output untuk ditampilkan.
2.7.10.2
Completed Three-Layer Design Sequence Diagram Completed three-layer design sequence diagram adalah gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan dari first-cut sequence diagram. Completed three-layer design sequence diagram menambahkan data layer.
Gambar 2.3 Simbol-Simbol System Sequence Diagram
2.7.11 Deployment Architecture Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:270) menyatakan bahwa, deployment environment terdiri dari hardware, software, network.
41
Deployment environment terbagi atas dua tipe, yaitu:
1. Single Computer Architecture Single computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama single computer architecture adalah kesederhanaannya. Sistem informasi yang dijalankan pada single computer architecture umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan dan dikelola. 2. Multitier Computer Architecture Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan proses pengeksekusiannya terjadi di beberapa computer. Multitier computer architecture dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
i. Clustered Architecture Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa computer dengan model dan produksi yang sama. ii. Multicomputer Architectue Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer namun dengan spesifikasi yang berbeda-beda.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:272) menyatakan bahwa, deployment architecture dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Centralized Architecture Centralized
Architecture merupakan
arsitektur
yang menggambarkan
penyebaran sistem komputer pada satu lokasi. Centralized Architecture umumnya digunakan untuk proses aplikasi berskala besar termasuk batch dan real-time application.
42
2. Distributed Architecture Distributed
Architecture
merupakan
arsitektur
yang
menggambarkan
penyebaran sistem komputer pada beberapa tempat dengan menggunakan jaringan computer.
Gambar 2.4 Simbol-Simbol Deployment Diagram
2.7.12 User Interface Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:442) menyatakan bahwa, user interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk membuat input dan output.
2.7.13 Persistent Class Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:401) menyatakan bahwa, Persistent Class adalah sebuah class yang harus memiliki satu atau banyak atribut bernilai antara instantiations atau metode pengantaran.
43
2.8
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir pada penulisan ini diawali dengan membuat penentuan yang terdiri dari latar belakang memilih topik, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan. Saat melakukan penentuan, dilakukan pula pengumpulan teori-teori yang terkait dengan penulisan dan data perusahaan yang dibutuhkan dalam penulisan. Setelah dua tahap awal tersebut selesai dikerjakan dilakukanlah sebuah perencanaan. Perencanaan dilakukan setelah memperoleh data – data yang diperlukan untuk menganalisis seperti sejarah, visi, dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan beserta tugas dan wewenangnya, proses bisnis sistem produksi yang berjalan. Dari data-data yang diperoleh akan dibandingkan dengan teori-teori yang digunakan antara lain teori sistem informasi akuntansi siklus produksi dan teori object oriented analysis and design. Kemudian dilakukan tahapan analisis yang terdiri dari identifikasi masalah yang terjadi dalam sistem yang berjalan dan memberikan rekomendasi solusi untuk meminimalisir atau menghilangkan masalah yang terjadi. Setelah itu, tahap design dimulai. Dalam tahap design, rekomendasi solusi yang diusulkan ditahap analisis harus terdapat pada perancangan sistem informasi menurut pendekatan object oriented analysis and design berdasarkan Satzinger. Perancangan sistem menggunakan software - software seperti PHP dan menggunakan database Microsoft SQL Server.
Berikut adalah kerangka pikir penulisan skripsi ini yang ditunjukkan pada gambar 2.5
44
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir