6
Bab 2 Landasan Teori
2.1
Teori Umum Pada sub bab ini akan dijelaskan teori-teori umum yang secara mendasar
berhubungan dengan perancangan sistem check-in pada operator jasa angkutan udara dengan menggunakan jaringan nirkabel.
2.1.1
Sistem Penunjang Menurut McLeod (2001,p9) bahwa pengertian sistem adalah sekumpulan
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud untuk mencapai satu tujuan. Sistem yang baik adalah sistem yang dapat menghasilkan informasi yang akurat dan tepat. Menurut O’Brien (2003,p8-9) bahwa pengertian sistem secara umum adalah sekelompok elemen-elemen yang berkaitan dan berinteraksi untuk membentuk satu kesatuan. Menurut pengertian Hyperdictionary, bahwa pengertian penunjang (Support) sebagai kata kerja adalah suatu tindakan mendukung secara fisik maupun secara moral dalam mencapai hasil yang diinginkan. Menurut pengertian Hyperdictionary, bahwa pengertian sistem penunjang adalah sekelompok orang ataupun fasilitas dalam bentuk jaringan yang saling bekerjasama dalam memberikan dukungan untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan.
7 2.1.2
Wireless LAN Pada tahun 1999, standar baru ditemukan yaitu IEEE 802.11b yang
menggunakan teknologi Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS). Standar ini menggunakan frekuensi 2,4 GHz. IEEE 802.11b dikenal dengan nama Wi-Fi (Wireless Fidelity) yang beroperasi pada bandwidth sebesar 11 Mbps. Pada saat sekarang ini, kecepatan dari teknologi Wireless LAN telah dapat dicapai melalui perkembangan dari standar-standar yang baru.
2.1.3
Konsep radio Pada bab ini, beberapa istilah dan konsep Radio Frequency (RF) akan
dipaparkan. Frekuensi Frekuensi adalah jumlah putaran per detik dalam arah arus bolak-balik. Satuan standard frekuensi adalah Hertz, disingkat Hz. Panjang gelombang
Gambar 2.1 Panjang Gelombang Panjang gelombang adalah jarak antara titik-titik yang identik dalam siklus yang berdekatan dari sebuah bentuk gelombang. Pada frekuensi 2.4 GHz, panjang
8 gelombangnya sekitar 12.5 cm. Untuk mendapatkan pola radiasi yang ideal, antena harus dipasang tidak lebih dekat daripada 10 panjang gelombang ke permukaan reflektif terdekat. Oleh karena itu, 2.4 GHz band jarak antena 1.2 meter dari permukaan reflektif terdekat. Tx Power Tx merupakan singkatan dari “Transmit”. Semua radio memiliki level tertentu dari Tx power yang radio tersebut hasilkan pada interface RF. Power ini dihitung sebagai jumlah energi yang diberikan melewati bandwidth tertentu dan biasanya diukur dengan salah satu dari satuan dBm dan W. Rx Sensitivity Rx merupakan singkatan dari “Receive”. Semua radio juga memiliki ‘point of no return’ tertentu, dimana jika penerimaan sinyal kurang dari Rx Sensitivity yang ditentukan, radio tidak akan bisa ‘melihat’ data. Rx sensitivity dinyatakan dalam dBm atau W. Pada perlengkapan WiFi, kita mencari sensitivitas penerima dalam range -79 hingga -80 dBm. Pada perlengapkan WiFi, kita mencari level noise antara -90 hingga 96 dBm. Radiated Power Pada sistem wireless, antena digunakan untuk mengubah gelombang elektrik menjadi gelombang elektromagnetik. Penguatan antena dihubungkan dengan jumlah energi antena yang dapat menguatkan sinyal yang diterima dan dikirim. Penguatan diukur dalam dBi dan dBd.
9 Energy Losses Dalam semua sistem komunikasi wireless, ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya kekuatan sinyal. Kabel, konektor, jumper, free space dan gangguan lainnya akan mengakibatkan performa sistem tidak terinstalasi dengan benar. Pada sistem ‘low power’, setiap dB yang dapat dihemat adalah penting. Membatasi daya radiasi Regulator dan juga konsensus bersama akan menentukan pembatasan tertentu jumlah maksimum energi yang teradiasi dari antena. Energi ini diukur dengan salah satu dari kedua cara berikut ini : Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) measured in dBm = power at antenna input [dBm] + relative antenna gain [dBi] Effective Radiated Power (ERP) measured in dBm = power at antenna input [dBm] + relative antenna gain [dBd] EIRP yang kebanyakan digunakan. EIRP biasanya dibatasi hingga sekitar 36 dBm. Tetapi, ada juga yang menggunakan batasan maksimum EIRP untuk hubungan PointTo-Point (P2P) dan Point-To-Multi-Point (P2MP), yaitu sekitar 36 dBm dan 30 dBm.
10 Tabel 2.1 Contoh EIRP TX Power
Power Gain Resulting
Antenna
Resulting
Legal?
/ Loss
gain
EIRP
(Yes
Power
or
No) 1 Watt
-1 dB loss + 29 dBm
+6 dBi
+35 dBm
Yes
(+30 dBm)
via 1 m coax
100 mW
+14
dB +34 dBm
+8 dBi
+42 dBm
No
(+20 dBm)
Amplifier
25 mW
+14
dB +28 dBm
+8 dBi
+36 dBm
Yes
(+14 dBm)
Amplifier
Free Space Propagation Ketika sinyal keluar dari antena, sinyal akan propagasi atau terdispersi ke space. Pemilihan antena akan menentukan jumlah propagasi yang akan terjadi. Pada frekuensi 2.4 GHz penting untuk memastikan jalur antar kedua antena bersih dari semua gangguan. Line of Sight Mencapai Line of Sight (LOS) yang baik antara antena pemancar dan penerima adalah penting dalam instalasi Point-to-Point maupun Multipoint. Secara umum ada dua jenis LOS yang diperhatikan selama instalasi, yaitu : •
Optical LOS – berhubungan dengan kemampuan melihat suatu site dari site yang lain
11 •
Radio LOS – berhubungan dengan kemampuan penerima untuk ‘melihat’ sinyal yang dikirim.
Teori Fresnel Zone digunakan untuk mengkuantisasi LOS radio. Ketika gangguan masuk ke Fresnel Zone yang ditoleransi, banyak masalah yang muncul sebagai berikut : 1. Refleksi Gelombang berpropagasi keluar dari sejumlah kecil daerah / ruang. Multipath fading terjadi ketika gelombang kedua tiba di luar fase dengan gelombang sebelumnya menyebabkan degradasi sinyal ketika keduanya bersatu. 2. Refraksi Gelombang berpropagasi melewati sejumlah kecil daerah / ruang, tapi pada sudut tertentu. 3. Difraksi Gelombang mengedarkan gangguan ke daerah-daerah bayangan.
2.1.4
Antena Radio Berdasarkan Akin (2002, p107-113), RF antena adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengubah sinyal frekuensi tinggi dari media transmisi menjadi gelombang yang merambat di udara. Ada 3 jenis antena : 1. Antena Omnidirectional Antena Omnidirectional biasanya digunakan pada Access Point (AP) dan memiliki pola radiasi frekuensi radio 360 derajat, biasanya digunakan untuk hubungan Pointto-Multi-Point (P2MP). Pola radiasi dari antena ini dapat digambarkan sebagai berikut :
12
Horizontal pattern
Vertical pattern
Gambar 2.2 Pola radiasi dari antena omnidirectional 2. Antena Sectoral Antena Sectoral juga biasa digunakan di Access Point, biasanya digunakan untuk hubungan Point-to-Multi-Point (P2MP). Pola radiasi dari antena ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Pola radiasi dari antena sectoral
13 3. Antena Directional Antena Directional biasanya digunakan pada client. Antena jenis ini juga memiliki penguatan yang besar, dan biasanya diarahkan ke Access Point.
2.1.5
Transimisi Narrowband Transmisi narrowband adalah teknologi komunikasi yang menggunakan
spektrum frekuensi secukupnya untuk membawa sinyal data dengan kecepatan 50 Kbps hingga 64 Kbps untuk transfer data.
2.1.6
Transmisi Spread Spectrum Teknologi ini berlawanan dengan narrowband yang menggunakan spektrum
frekuensi yang sempit, karena pada sistem transmisi ini menggunakan spektrum frekuensi yang lebih besar. Dengan penggunaan spektrum frekuensi yang lebih lebar, maka kekuatan sinyal juga lebih kecil, transmisi data menjadi lebih aman dan terjamin. Teknologi spread spectrum memungkinkan untuk membawa informasi yang sama banyaknya dengan yang menggunakan transmisi narrowband dan menyebarkannya keluar dengan daerah frekuensi yang lebih besar.
Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) Teknologi FHSS mensinkronisasi perubahan frekuensi yang terjadi di antara transmiter dan receiver (dengan menggunakan narrowband carrier) untuk menghasilkan efek sinyal transmisi tunggal. Pola hopping merupakan sebuah pola pseudorandom. Transmisi data hanya dapat dilakukan selama 400 ms pada satu frekuensi, setelah itu FHSS harus melakukan hopping ke frekuensi lain. Dalam FHSS terdapat 22 pola
14 channel/hop yang berbeda. Penggunaan FHSS dengan channel yang berbeda tidak akan saling menginterferensi meskipun digunakan dalam area yang sama (Geier, http://www.wireless-nets.com). Karakteristik dari FHSS : a. Penggunaan daya yang lebih rendah b. Tahan terhadap sinyal interferensi c. Data transfer rate yang rendah d. Kapasitas Channel lebih besar e. Jarak yang dapat dicakup lebih dekat
Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) Teknologi DSSS memecah aliran data menjadi potongan-potongan kecil untuk dilewatkan dalam suatu channel frekuensi. DSSS menggunakan lebih banyak bandwidth daripada FHSS, tetapi DSSS lebih tahan terhadap gangguan noise, sehingga kualitas transmisi lebih baik dan terjamin. Karena adanya chipping code, data dapat didapatkan kembali tanpa harus mengirim ulang, bahkan dalam kondisi data bits rusak (Geier, http://www.wireless-nets.com). Karakteristik DSSS : a. Biaya yang tinggi b. Pemakaian daya yang tinggi c. Data rate lebih tinggi d. Kapasitas channel lebih kecil
15 Tabel 2.2 Tabel frekuensi tengah dari channel DSSS Channel ID
FCC Channel Frequencies
ETSI Channel Frequencies
1
(GH 2.412)
(GH N/A )
2
2.417
N/A
3
2.422
2.422
4
2.427
2.427
5
2.432
2.432
6
2.437
2.437
7
2.442
2.442
8
2.447
2.447
9
2.452
2.452
10
2.457
2.457
11
2.462
2.462
P 3 MHz
22 MHz
Channel 1
Channel 6
Channel 11 f
2.401 GHz
2.473 MHz
Gambar 2.4 channel yang tidak saling overlap pada DHSS
16 2.1.7
Sistem Operasi Windows Berdasarkan referensi dari http://www.microsoft.com, disebutkan bahwa sistem
operasi Windows ini mulai dikembangkan oleh Microsoft pada dua dekade yang lalu, yaitu pada tahun 1984. Sistem operasi Windows telah mengalami banyak perubahan, yang pada mulanya hanya merupakan sistem operasi untuk satu PC saja hingga berkembang menjadi sistem operasi yang dapat mendukung jaringan bahkan sampai pada teknologi mobile.
2.1.8
Sistem Operasi Linux Berdasarkan referensi dari http://anx.rice.edu/content/m10465/latest, linux
adalah sistem operasi berbasiskan UNIX. Sekarang ini Linux tersedia untuk berbagai platform perangkat keras, mulai dari PDA sampai mainframe. Linux mempunyai fitur seperti virtual memori, proteksi memori dan preemptive multitasking. Fitur lebih yang ada pada Linux adalah: •
Configurability
•
Convenience
•
Stability
•
Community
•
Freedom
2.1.9
IIS Web Server
Berdasarkan referensi dari http://www.wikipedia.org, Microsoft Internet Information Services (IIS) adalah layanan berbasiskan Internet untuk server yang menggunakan Microsoft Windows. IIS adalah web server yang paling banyak dipakai oleh website
17 perusahaan. Awalnya, IIS digunakan untuk edisi server pada Windows NT 4.0 dan terus dikembangkan sampai pada Windows Server 2003. Active Server Pages (ASP) mulai didukung oleh IIS pada versi 3.0
2.1.10 ASP (Active Server Pages) Berdasarkan referensi dari http://computer.howstuffworks.com/asp.htm, ASP adalah singkatan dari Active Server Pages yang merupakan salah satu bahasa pemograman web untuk menciptakan halaman web yang dinamis. ASP merupakan salah satu produk teknologi yang disediakan oleh Microsoft. ASP diproses melalui web server dan hasil proses ini menghasilkan HTML yang akan dikirimkan melalui browser. ASP bekerja pada web server dan merupakan server side scripting. Karena bersifat server side scripting maka ASP dapat bekerja pada semua web browser berbeda dengan client side scripting yang bekerja hanya tergantung pada browser.
2.1.11 .NET Framework Menurut G.Andrew Duthie .NET Framework terdiri dari 2 bagian utama : 1. Common Language Runtime (CLR) Common Language Runtime menyediakan lingkungan runtime untuk eksekusi kode yang ditulis dalam bahasa .NET. 2. Framework Clases Library (FCL) Framework Clases dirancang untuk mendukung usaha pengembang dalam menyediakan kelas-kelas dasar yang akan dipakai dalam pewarisan. Framework Clases ini adalah kumpulan hirarki kelas-kelas.
18 2.1.12 ASP.NET (Active Server Pages.NET) ASP.NET dibangun dari dasar untuk membuat infrastruktur pengembang web yang lebih fleksibel. Pembuatan ASP.NET oleh Microsoft didasarkan pada platform baru Microsoft yaitu .NET Framework. Adapun fitur-fitur baru yang terdapat pada ASP.NET ialah : o Web Forms. o Kontrol Server. o Layanan Web. o Caching. o Perbaikan Konfigurasi. o Perbaikan Pengelolaan Status. o Pengamanan. o Perbaikan Kehandalan.
2.1.13 DNS (Domain Name Service) Sebelum tahun 1984, hanya ada beberapa ratus host yang terhubung ke ARPANET, sebuah file sederhana yang bernama HOSTS.TXT berisikan daftar dari semua host yang terhubung ke ARPANET. Namun setelah sekitar 1984, metode diatas tidak dapat lagi digunakan karena jaringan sudah berkembang dengan sangat cepat dan host yang terhubung sudah mencapai ribuan. Oleh karena itu digunakan, DNS (Domain Name Server) sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Domain Names Service adalah Distributed Hierarchical Service yang memetakan nama domain ke alamat IP dalam jaringan Internet.
19 Berdasarkan referensi dari http://howstuffsworks.com dijelaskan cara kerja dari DNS adalah sebagai berikut: Nama domain dari DNS dikonstruksikan secara hierarki, dan dibaca dari kanan ke kiri. Jika sebuah lokal DNS dapat menerjemahkan sebuah nama ke dalam IP address yang berhubungan maka permintaan pemakai akan dilanjutkan ke DNS yang tingkatannya lebih tinggi dari sistem, yang kemudian akan mencoba untuk menerjemahkan alamat tersebut. Jika berhasil maka hasilnya akan dikembalikan ke pemakai, namun jika tidak berhasil maka akan dilanjutkan oleh DNS yang tingkatannya lebih tinggi lagi. Begitu seterusnya sampai pada level yang tertinggi. Namun jika permintaan tersebut telah dilanjutkan sudah sampai pada tingkat tertinggi dan tidak berhasil diterjemahkan maka DNS server akan mengirimkan sebuah error message kepada client. Di bawah ini adalah table “Top Level Domain” yang diatur oleh Internic (internet Network Information Center). Tabel 2.3 Top Level Domain Domain .com .edu .gov .net .org .mil .int .info .biz .name .pro .aero .museum .coop
Purpose Commercial Organizations Educational Organizations US Government and government agencies Computers of network providers Miscellanous Organizations US military Organizations Intented for International Organizations formed by treaties, such as NATO New Top Level Domain Information Bussiness Personal name Professional Aero Museum Cooperation
20 Selain Top Level Domain di atas, masih terdapat Country Code Top Level Domains (ccTLD) yang mencakup seluruh kode Negara yang ada di dunia. Misalnya .id untuk Indonesia.
2.1.14 Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) adalah protokol jaringan clientserver. Server DHCP menyediakan parameter konfigurasi yang spesifik terhadap host DHCP client yang meminta informasi yang dibutuhkan host tersebut untuk ikut serta pada jaringan Internet. DHCP juga menyediakan mekanisme untuk alokasi alamat IP ke host. Pekerjaan terbaru pada protokol yang menjelaskan DHCPv6, DHCP dalam struktur IPv6, dipubliklasikan pada Juli 2003 sebagai RFC 3315. Alokasi Alamat IP Protokol DHCP menyediakan tiga metode alokasi alamat IP : •
Alokasi manual, dimana alokasi berdasarkan tabel dengan pasangan alamat MAC – alamat IP address secara manual diisi oleh admin server.
•
Alokasi otomatis, dimana alamat IP yang bebas dari jangkauan yang diberikan oleh admin adalah secara permanen ditunjuk ke client yang meminta.
•
Alokasi dinamis, hanya metode yang menyediakan penggunaan kembali alamat IP secara dinamis. Administrator jaringan menunjuk skala alamat IP ke DHCP, dan setiap komputer client pada LAN memiliki TCP/IP software yang dikonfigurasi untuk meminta alamat IP dari server DHCP ketika NIC komputer client tersebut aktif.
21 Beberapa implementasi server DHCP dapat melakukan update nama DNS yang dihubungkan dengan host client untuk merefleksikan hosts alamat IP baru dengan cara protokol update DNS yang terdapat pada RFC 2136. Parameter Konfigurasi Client Server DHCP dapat menyediakan konfigurasi opsional ke client. Opsi DHCP Options didefinisikan dalam RFC 2132. berikut daftar opsi yang dapat dikonfigurasi : •
Alamat server DNS
•
Nama DNS
•
Alamat gateway IP
•
Alamat broadcast
•
subnet mask
•
ARP cache timeout
•
MTU untuk interface
•
NIS atau NIS+ servers
•
NIS atau NIS+ domain
•
Server NTP
•
Server SMTP
•
Server TFTP
•
Server nama WINS
•
Opsi informasi Vendor-specific
Menemukan DHCP Client broadcast pada subnet fisik lokal untuk menemukan server yang tersedia. Router lokal dapat dikonfigurasi untuk meneruskan paket DHCP ke server DHCP pada subnet yang berbeda. Implementasi client ini membuat paket UDP dengan
22 alamat broadcast tujuan 255.255.255.255 dan juga meminta alamat IP terakhir yang diketahui. Penawaran DHCP Server menentukan konfigurasi berdasarkan alamat hardware client yang dispesifikasikan dalam CHADDR field. Di sini server menspesifikasikan alamat IP address dalam YIADDR field. Permintaan DHCP Client memilih konfigurasi dari paket DHCP Offer yang diterima. Client meminta alamat IP Address yang dispesifikasikan server. DHCP Acknowledge Server mengetahui permintaan dan broadcast ke subnet lokal. Client diharapkan mengkonfigurasi interface jaringan sendiri dengan opsi yang diberikan. Rilis DHCP Client mengirim permintaan ke server DHCP untuk merilis DHCP dan Client tidak mengkonfigurasi alamat IP.
2.1.15 Windows RRAS (Routing and Remote Access) Windows Routing and Remote Access dikembangkan oleh Microsoft dengan tujuan agar sistem operasi Windows dengan platform NT dapat mendukung fungsi router seperti Cisco Router, 3Com dan Ebay. Prinsip kerja RRAS sama dengan routing pada router. Fungsi dari routing adalah agar dua host yang terdapat pada segmen jaringan yang berbeda dapat berkomunikasi. Dalam melakukan routing, sebuah server hanya mengetahui beberapa parameter di bawah ini:
23 1. Destination Address. 2. Router yang berada didekatnya. 3. Route yang paling baik ke jaringan yang lain. 4. Mempertahankan dan memeriksa kembali informasi routing. 5. Kemungkinan routing ke seluruh jaringan. Adapun arsitektur RRAS pada platform NT ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.5 Arsitektur dari RRAS Komponen-komponen pada gambar dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Unicast IP Support Fitur ini merupakan fitur yang digunakan dalam perancangan sistem. Adapun komponen yang didukung oleh fitur ini adalah:
24 1) Static Routing 2) RIP (Routing Information Protocol) v1 dan v2 yang merupakan distance vector routing protocol. 3) OSPF (Open Shortest Path First) yang merupakan link state routing protocol. 4) DHCP Relay Agents yang berfungsi sebagai sebuah agents yang meneruskan pesan dari DHCP client ke DHCP server ke segmen jaringan yang berbeda. 5) NAT (Network Address Translator) yang berfungsi untuk mengkonversi Private IP Address ke Public IP Address. 6) IP Packet Filtering yang berfungsi untuk menentukan paket yang berhak masuk atau keluar dari sebuah antarmuka. Parameter yang digunakan dalam melakukan filter adalah: o Source and destination IP addresses o TCP and UDP port numbers o ICMP types and codes o IP protocol numbers 7) ICMP router discovery 2. Multicast IP Support 1) Multicast forwarding yang mendukung forwarding paket secara multicast. 2) Internet Group Management Protocol (IGMP) version 1 and 2 yang merupakan protocol yang digunakan untuk mengetahui multicast group membership pada segmen jaringan yang terhubung. 3) Multicast boundaries yang berfungsi sebagai pembatas terhadap IP multicast traffic.
25 3. IPX Support 1) IPX packet filtering, sehingga memungkinkan paket-paket IPX dapat di filter berdasarkan nilai dari source and destination IPX network, node, socket numbers, and packet type. 2) RIP for IPX yang merupakan protokol distance vector yang digunakan pada jaringan yang menggunakan protokol IPX. 3) SAP for IPX yang merupakan protokol distance vector yang digunakan untuk melakukan advertisement terhadap jaringan dan lokasi jaringan mereka. Protokol ini digunakan pada jaringan yang berbasiskan protokol IPX. 4) NetBIOS over IPX yang digunakan oleh Microsoft Networking Component untuk mendukung file and printer sharing components. 4. AppleTalk Dengan adanya fitur ini maka paket AppleTalk dapat di forward dengan menggunakan Routing Table Maintenance Protocol (RTMP). 5. Dial on Demand Routing Traffic IP and IPX dapat diteruskan melalui antarmuka demand-dial. Untuk koneksi on-demand, RRAS akan membentuk koneksi yang berbasiskan PPP ke endpoints yang telah terkonfigurasi. 6. Remote Access Dengan adanya fitur ini maka komputer dapat menjadi sebuah Remote Access Server yang dapat menerima koneksi secara remote access dari remote access clients yang menggunakan teknologi dialup seperti ISDN dan PSTN.
26 7. VPN Support Dengan adanya fitur ini maka: 1) Komputer dapat menjadi sebuah VPN server yang mendukung PPTP dan L2TP melalui IPSec. 2) Dapat menerima remote access dari remote access clients. 3) Dapat menerima koneksi VPN dari calling routers. 8. RADIUS Client RRAS dapat dikonfigurasi agar terintegrasi
dengan sebuah RADIUS server untuk
melakukan proses authentication, authorization, and accounting. Parameter-parameter dari semua koneksi yang berbasiskan protokol PPP akan dikirimkan kepada RADIUS server yang telah dikonfigurasi untuk proses otentikasi dan otorisasi. Informasi mengenai koneksi dikirimkan kepada RADIUS server yang telah dikonfigurasi untuk proses accounting. 9. Firewall Teknologi Packet Switching diterapkan dengan alasan keamanan jaringan. Firewall merupakan salah satu perlengkapan yang digunakan dalam menerapkan Packet Filtering ini. Metode yang digunakan oleh firewall dalam menjalankan fungsinya adalah: 1. Packet Filtering Paket yang masuk akan dianalisa dengan serangkaian filter. Paket yang telah berhasil di filter akan dilewatkan ke requesting system dan yang tidak berhasil akan dibuang.
27 2. Proxy Service Informasi dari Internet akan diambil oleh firewall dan kemudian dikirimkan ke requesting system ataupun sebaliknya. 3. Stateful Inspection Merupakan metode yang lebih baru dimana metode ini tidak memeriksa isi dari setiap paket. Metode ini membandingkan paket yang diterima dengan database yang ada yang dipercaya sebagai informasi yang boleh melewati firewall Filter paket data oleh firewall dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu: 1. IP Address 2. Domain Name 3. Protocol Beberapa protokol yang dapat dikendalikan oleh firewall adalah sebagai berikut: 1) IP 2) TCP 3) HTTP 4) FTP 5) UDP 6) ICMP 7) SMTP 8) SNMP 9) Telnet 4. Port
28 2.1.16 TCP dan UDP Menurut http://cisco.netacad.net/cnams/home/StudentClass.jsp, dijelaskan bahwa Transmission Control Protocol (TCP) adalah protokol lapisan 4 pada OSI layer yang bersifat connection oriented. Connection oriented maksudnya pada saat melakukan transmisi data, koneksi virtual circuit dihubungkan diantara kedua belah pihak sebelum transfer data dimulai dan baru diterminasi setelah transfer data selesai. Protokol-protokol yang menggunakan TCP adalah sebagai berikut : 1) FTP (File Transfer Protocol) 2) HTTP (Hypertext Transfer Protocol) 3) SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) 4) Telnet User Datagram Protocol (UDP) adalah protocol lapisan 4 pada OSI layer yang bersifat Connectionless Protocol. UDP tidak menggunakan metode windowing dan acknowledgement sehingga protokol ini tidak handal. Protokol-protokol yang menggunakan UDP adalah sebagai berikut : 1) TFTP (Trivial File Transfer Protocol) 2) DHCP (Dynamic Host Control Protocol) 3) SNMP (Simple Network Management Protocol) 4) DNS (Domain Name Server)
2.1.17 Database Database adalah kumpulan data yang secara logika saling berhubungan dan digunakan secara bersama-sama dan didalamnya terdapat penjelasan mengenai data
29 tersebut serta di desain untuk memenuhi kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi. (Connoly, 2002 p14).
2.1.18 Interaksi Manusia dan Komputer 2.1.18.1 Pengertian Interaksi Manusia dan Komputer Interaksi manusia dan komputer atau Human Computer Interaction adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya (Schenider, 1998, p18). Rancangan antar muka atau user interface yaitu bagian sistem komputer yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan komputer yang bertujuan agar sistem komputer dapat digunakan oleh pemakai. (Schenider, 1998, p22).
Gambar 2.6 Pengertian Antar Muka Pemakai
2.1.18.2 Tujuan Interaksi Manusia dan Komputer Lima factor yang menjadi pusat evaluasi (Schenider,1998, p15): 1. Waktu Belajar: berapa lama orang biasa mempelajari cara relevan untuk melaksanakan suatu tugas. 2. Kecepatan Kinerja: berapa lama suatu tugas dilakukan. 3. Tingkat Kesalahan: berapa banyak kesalahan dan kesalahan-kesalahan apa saja yang dibuat pemakai
30 4. Daya Ingat: bagaimana kemampuan pemakai mempertahankan pengetahuannya dalam jangka waktu tertentu 5. Kepuasan Subjektif: bagaimana kesukaan pemakai terhadap berbagai aspek sistem.
2.1.18.3 Prinsip Interaksi Manusia dan Komputer Prinsip delapan aturan emas dari perancangan interface (Eight Golden Rules of Interface Design) (Schenider, 1998, p74): 1. Berusaha untuk konsisten Adanya kesamaan istilah dan ungkapan yang digunakan secara global dalam sebuah sistem. Hal yang sama juga berlaku untuk warna, tipe, dan cara penulisan. 2. Memungkinkan user mahir menggunakan shortcuts Adanya tombol-tombol dan perintah-perintah khusus yang dapat digunakan oleh user untuk mendapatkan waktu respons dan penampilan informasi ke layar yang lebih cepat. 3. Memberikan umpan balik yang informatif Untuk setiap tindakan pemakai, maka sistem akan merespon dengan umpan balik yang sesuai. 4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir (selesai). Yang
dimaksudkan
adalah
menghindari
penyelesaian
otomatis
memungkinkan user memberi tanda bahwa pekerjaannya telah selesai. 5. Adanya penanganan kesalahan yang sederhana
dan
31 Sedapat mungkin rancang sebuah sistem sehingga user tidak dapat melakukan kesalahan yang serius. Dan untuk setiap kesalahan kecil dari pihak user, sistem dapat memperbaiki sendiri sistem tersebut. 6. Sedapat mungkin tindakan yang diambil dapat dibatalkan Seluruh tindakan yang mempengaruhi sistem secara keseluruhan, dapat dibatalkan (undo). 7. Mendukung internal locus of control User ditempatkan untuk menguasai sistem (pelaku tindakan) bukan responden (menanggapi tindakan dari sistem). 8. Mengurangi beban informasi yang berlebihan. Kurangi informasi yang berlebihan dan tidak perlu, karena manusia normal hanya dapat mengingat kira-kira tujuh bongkah informasi.
2.2
Teori Khusus Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori khusus yang berkaitan
dengan perancangan dari sistem yang secara khusus berhubungan dengan perancangan sistem.
2.2.1
Jenis-jenis check-in Berdasarkan referensi dari http://www.lufthansa.com, dikatakan bahwa ada
beberapa jenis check-in yang telah dipakai di beberapa perusahaan jasa angkutan udara di dunia :
32 1. Quick check-in dengan kiosk Proses Quick Check-in membutuhkan tiket elektronik atau tiket kertas konvensional dengan strip magnetik. Check-in dilakukan pada Quick Check-in kiosk. Bagi penumpang yang membawa bagasi, dapat melakukan check-in untuk bagasinya di counter khusus “Quick Check-in with luggage”. 2. SMS check-in Pada operator jasa angkutan udara Lufthansa, beberapa jam sebelum keberangkatan penumpang akan dikirimkan SMS berupa “Check-in Request”. Setelah penumpang melakukan konfirmasi, proses check-in dimulai dan penumpang akan menerima SMS berupa konfirmasi atau penolakan. Beberapa saat setelah menerima konfirmasi, penumpang dapat memperoleh boarding-pass pada kiosk yang telah disediakan. Sistem serupa juga dipakai oleh beberapa operator jasa angkutan udara lain seperti Singapore Airlines (SIA), Qantas Airways (QF), Emirates (EK), British Airways (BA), dll. 3. WAP check-in Pada operator jasa angkutan udara Lufthansa, proses WAP check-in dapat dilakukan dimana saja dengan peralatan mobile penumpang. Pertama, penumpang diminta login dan memasukkan kode booking terlebih dahulu. Kemudian, penumpang dapat memilih posisi tempat duduknya sendiri, kecuali jika hanya tersedia tempat duduk cadangan. Setelah semua proses selesai, penumpang dapat langsung mencetak boarding-pass pada kiosk yang disediakan. 4. Web check-in Pada operator jasa angkutan udara Alaska Air, penumpang dapat melakukan proses check-in pada homepage yang disediakan, sehingga dapat dilakukan dimana saja.
33 Penumpang juga dapat mencetak boarding pass sendiri. Bagi penumpang yang membawa bagasi, dapat melakukan check-in di counter yang khusus disediakan. Penumpang tetap diminta tanda pengenal dan boarding pass yang dicetak. Sistem serupa juga dipakai oleh operator jasa angkutan udara Air Canada. 5. Telephone dan Fax check-in Pada operator jasa angkutan udara Singapore Airlines, penumpang dapat melakukan check-in dengan menghubungi nomor-nomor yang disediakan, baik via telepon maupun fax. Penumpang hanya perlu memberikan informasi berupa nama, nomor penerbangan, tanggal penerbangan, kelas penerbangan, dan tempat tujuan. Jika proses check-in selesai dilakukan, penumpang dapat mengambil boarding pass dan melakukan check-in bagasi mereka pada counter yang disediakan.
2.2.2
Mobile Counter dan Electronic Check-In Menurut Hyperdictionary, counter adalah suatu meja dengan permukaan
horizontal yang digunakan untuk suatu transaksi bisnis.. Sedangkan mobile menurut Wikipedia dan Hyperdictionary adalah sesuatu benda yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya atau tidak statis. Dari dua definisi diatas maka mobile counter dapat diartikan sebagai suatu meja yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan permukaan horizontal yang dipergunakan untuk suatu transaksi bisnis, dalam perancangan ini transaksi bisnis yang dimaksud ialah proses check-in. Check-In menurut Hyperdictionary, adalah proses validasi kedatangan, dalam penerbangan dengan melakukan Check-In maka pihak operator mendapat kepastian mengenai keberangkatan penumpang. Penumpang yang tidak melakukan Check-In
34 dianggap batal melakukan keberangkatan dan tempat duduknya digantikan oleh penumpang lain. Electronic Check-In menurut SITA ialah sistem Check-In yang memungkinkan penumpang menginput datanya secara mandiri dengan menggunakan peralatan elektronik seperti komputer.
2.2.3
Realitas menggunakan Self-Services Check-In Self-Service Check-In adalah sebuah sistem yang memungkinkan penumpang
dapat melakukan check-in secara mandiri tanpa bantuan operator. Self-Service Check-In biasa disebut juga dengan CUSS Kiosks (Common-Use Self-Service Check-In). Dengan mengimplementasikan Self-Service Check-In, waktu antrian yang terjadi pada saat waktu puncak dapat dikurangi. Carrol McCormick dalam sebuah tulisannya yang dimuat di Majalah Airlines Internasional edisi juli 2004 membuktikan bahwa Self-Service Check-In dapat mengurangi waktu antrian. Gambar dibawah yang menunjukkan 2 penerbangan pada suatu airline X menimbulkan antrian 145 penumpang dengan waktu antrian 25 sampai 30 menit.
35
Passenger
Check-In Counter
Gambar 2.7 Check-In Area Tanpa Self-Service Check-In
Setelah Airline tersebut menempatkan 16 buah Self-Service Check-In seperti pada gambar dibawah penumpang yang mengantri hanya 75 orang dengan waktu antrian berkurang menjadi 15 sampai 25 menit. Penempatan Self-Service Check-In tersebut yang jauh dari Check-In Counter membuat penumpang enggan untuk melakukan SelfService Check-In tersebut, hal ini yang membuat waktu antrian masih relatif lama.
36
Passenger
Check-In Counter
Gambar 2.8 Check-In Area dengan 16 Self-Service Check-In
Setelah Airline X menempatkan 24 Self-Service Check-In di depan semua Check-In Counternya jumlah penumpang yang mengantri hanya 25 orang dengan waktu antrian kurang dari 5 menit.
37
Passenger
Check-In Counter
Gambar 2.9 Check-In Area dengan 24 Self-Service Check-In