BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1
Pengertian Sistem Menurut Hall (2011:4), sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling terkait yang melayani tujuan yang sama. Sedangkan menurut Rainer dan Cegielski (2013:2), sistem adalah sekumpulan komponen-komponen yang bekerja sama dan berkolaborasi antar satu sama lain yang bergerak secara bersamaan secara sinergi untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Jadi, berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sekumpulan komponen yang berkaitan dan memiliki fungsi yang sama untuk mendapatkan hasil dan tujuan yang sama.
2.1.2
Pengertian Informasi Menurut Rainer dan Cegielski (2013:13), informasi merujuk pada data yang telah terorganisir sehingga memiliki makna dan nilai kepada penerimanya. Sedangkan menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012:17), informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang berguna untuk kegiatan pengambilan keputusan. Informasi memiliki nilai bagi pembuat keputusan karena mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan pengetahuan tentang bidang tertentu yang menjadi perhatian. Jadi, berdasarkan definisi yang ada di atas maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah kumpulan data-data yang telah diproses sehingga memiliki nilai dan arti yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
9
10
2.1.3
Pengertian Akuntansi Menurut Weygent, Kimmel, dan Kieso (2010:4), akuntansi adalah wawasan yang menyediakan sistem informasi keuangan. Akuntansi terdiri dari
tiga
aktivitas
dasar
yaitu,
mengidentifikasi,
mencatat,
dan
mengkomunikasi peristiwa ekonomi yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut Warren, Reeve, dan Duchac (2014:3), akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan kepada pengguna tentang kegiatan ekonomi dan kondisi bisnis. Jadi, berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan bagian dari sistem informasi yang berbasis keuangan yang menyediakan informasi yang relevan terkait dengan kegiatan ekonomi dan kondisi bisnis.
2.1.4
Pengertian Sistem Informasi Menurut Dull, Gelinas dan Wheeler (2012:12), sistem informasi adalah sebuah sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari serangkaian komponen berbasis komputer dan komponen manual yang terintegrasi yang didirikan untuk mengumpulkan, menyimpan dan mengelola data serta menyediakan ouput atau hasil informasi kepada pengguna. Menurut Rainer dan Cegielski (2013:5), sebuah sistem informasi (SI) mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi untuk sebuah tujuan yang spesifik. Pada jaman sekarang ini menurut Ramazani dan Allahyari (2013:290) informasi adalah penentu keberhasilan dari bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Karena saat ini pengumpulan data dan informasi secara manual adalah sesuatu yang mustahil dikarenakan ketatnya atmosfir persaingan antara pelaku bisnis, maka Sistem Informasi adalah sesuatu hal yang menarik bagi organisasi. Jadi, berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan baik itu berbasis komputer maupun manual yang mengumpul, memproses,
11 menyimpan, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk suatu tujuan tertentu.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jawabreh dan Alrabei (2012:174) Sistem Informasi Akuntansi bergantung pada data dan informasi yang ada didalamnya. Untuk mendukung kesuksesan sebuah Sistem Informasi Akuntansi diperlukan kualitas data yang baik yang juga akan memberikan informasi yang berkualitas.
Informasi
tersebut
sebagai
jalan
untuk
perencanaan,
pengendalian, dan membuat keputusan yang benar. Menurut Hall (2011:7), definisi dari Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu subsistem yang memproses transaksi keuangan dan nonkeuangan yang berpengaruh secara langsung terhadap pemrosesan transaksi keuangan. Sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga subsistem utama: 1.
Sistem pemrosesan transaksi yang mendukung operasi bisnis sehari-hari dengan berbagai laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di seluruh organisasi.
2.
Pernyataan umum buku besar / pelaporan keuangan, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak, dan laporan-laporan lainnya yang diperlukan oleh hukum.
3.
Sistem pelaporan manajemen yang menyediakan manajemen internal dengan laporan keuangan tujuan khusus dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan seperti anggaran, laporan varians, dan tanggung jawab.
Menurut Noerlina, Johan dan Yoswara (2011:18) yang dikutip dari Salehi mengungkapkan bahwa accounting information system (AIS) memberikan informasi kuantitatif yang dirancang untuk mencapai fungsi akuntansi yang ada. Bisa dalam sistem manual dan komputerisasi, AIS membantu mengumpulkan informasi, data mentah, dan AIS akan mengubahnya menjadi data keuangan untuk tujuan pelaporan untuk pengambilan keputusan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi di dalamnya terdapat dua aspek penting yang saling berhubungan yaitu, yang pertama adalah data keuangan atau transaksi, dan yang kedua adalah sistem,
12 dimana sistem akan mengumpulkan data-data keuangan dan memprosesnya menjadi informasi yang berguna bagi pengguna dalam hal ini adalah entitas di dalam perusahaan. 2.1.6
Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2009:30) ada 6 komponen dari sistem informasi akuntansi, yaitu: 1.
People, yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam fungsi.
2.
Procedures, baik manual maupun terotomatisasi, yang terlihat dalam pengumpulan,
pemrosesan, dan penyimpanan
data
mengenai aktivitas-aktivitas organisasi. 3.
Data, mengenai kegiatan dan proses bisnis organisasi
4.
Software, yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5.
Information technology infrastructure, yang mencakup komputerkomputer,
perankat
komunikasi
jaringan,
dan
perangkat
pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan informasi. 6.
Internal control dan pengukuran keamanan yang mengamankan data dalam sistem informasi akuntansi
2.1.7
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Tujuan sistem informasi menurut Hall (2011:5) terdiri dari tiga fundamental, yaitu: 1.
Mendukung fungsi kepengurusan manajemen. Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui laporan keuangan traditional dan laporan-laporan yang diminta lainnya. Secara eksternal, pihak manajemen menerima informasi
kepengurusan
dari
berbagai
laporan
pertanggungjawaban. 2.
Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para manajer untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.
13
3.
Mendukung operasional harian perusahaan. Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien dan efektif.
Berdasarkan penelitian dari Handayani (2007:76) sistem informasi diadakan untuk menunjang aktifitas usaha di semua tingkatan di dalam organisasi. Penggunaan SI ini mencakup sampai pada tingkat operasional untuk meningkatkan kualitas produk dan produktivitas operasi. Sistem informasi juga akan memberikan kemudahan bagi para akuntan manajemen untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami, dan teruji sehingga akan membantu dalam pengambilan keputusan.
2.1.8
Siklus Sistem Informasi Akuntansi Menurut Hall (2011:45), siklus akuntansi memiliki tiga bagian transaksi untuk memproses sebagian besar dari kegiatan ekonomi perusahaan, yaitu: siklus pengeluaran, siklus konversi, dan siklus pendapatan. Siklus ini ada di semua jenis usaha baik untuk mencari keuntungan ataupun tidak. Setiap bisnis menimbulkan pengeluaran dalam pertukaran untuk sumber daya, memberikan nilai tambah melalui produk atau jasa, dan menerima pendapatan dari sumber-sumber luar. 1.
Siklus pengeluaran adalah kegiatan usaha yang dimulai dengan akuisis bahan, properti, dan tenaga kerja dengan imbalan uang tunai. Sebagian besar transaksi pengeluaran didasarkan pada hubungan kredit antara pihak trading.
2.
Siklus konversi terdiri dari dua subsistem utama, yaitu sistem produksi dan sistem akuntansi biaya. Sistem produksi melibatkan perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian produksi fisik.
3.
Perusahaan menjual barang jadi kepada pelanggan melalui siklus pendapatan. yang melibatkan penjualan tunai, dan penerimaan kas setelah penjualan kredit.
14 Menurut Romney dan Steinbart (2009:28), siklus pemrosesan transaksi pada suatu sistem adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, sampai penjualan barang dan jasa. Siklus transaksi terbagi dalam 5 siklus, yaitu: 1.
Revenue cycle, yang terjadi dari transaksi penjualan hingga penerimaan kas.
2.
Expenditure cycle, yang terdiri dari peristiwa pembelian hingga pengeluaran kas.
3.
Human resources/Payroll cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan perekrutan hingga pembayaran atas tenaga kerja.
4.
Production cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan baku menjadi produk yang siap dipasaran.
5.
Financing cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pembelian
2.2.1
Fungsi, Tujuan dan Pengertian Proses Pembelian Menurut Dull, Gelinas dan Wheeler (2012:443) proses pembelian adalah suatu struktur yang saling berinteraksi dari orang, peralatan, metode dan kontrol yang dirancang untuk melengkapi fungsi utama sebagai berikut: 1. Menangani pekerjaan rutin yang berulang dari departemen pembelian dan penerimaan barang. 2. Mendukung pengambilan keputusan yang diperlukan untuk mengatur departemen pembelian dan penerimaan. 3. Membantu persiapan dari laporan internal dan eksternal. Sedangkan menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012:444) pembelian adalah fase dimana adanya interaksi yang ekstensif dengan pemasok eksternal dari barang dan jasa; tujuan keseluruhannya adalah pengadaan barang yang tepat dengan jumlah yang tepat, dan menerima barang tersebut pada waktu yang tepat. Untuk mencapai hal ini perlu disetujui dengan baik oleh bagian atau pihak yang berwenang.
15 2.2.2
Tahapan Siklus Pembelian Pada setiap perusahaan memiliki tahapan siklus pembelian dan penerimaan barang yang berbeda-beda. Namun menurut Jones dan Rama (2009:58) secara umum siklus pembeliaan mencakup proses berikut: 1.
Konsultasi
dengan
pemasok.
Sebelum
proses
pembelian
dilakukan, perusahaan akan menghubungi beberapa supplier untuk memperoleh informasi mengenai barang dan jasa yang akan dibeli. 2.
Memproses
permintaan
pembelian.
Pertama
permintaan
pembelian barang dan jasa akan dilakukan oleh bagian karyawan dan kemudian akan diperiksa untuk disetujui oleh supervisor atau manajer. Permintaan pembelian tersebut akan digunakan oleh Departemen Pembelian untuk melakukan pemesanan barang ke supplier. 3.
Melakukan kesepakatan dengan supplier. Kesepakatan yang dilakukan meliputi harga dan jumlah pesanan yang akan dibeli di masa depan.
4.
Menerima barang atau jasa dari supplier. Perusahaan harus memastikan bahwa setiap barang yang diterima sesuai dengan pesanan dan dalam keadaan baik.
5.
Menerima klaim atas barang atau jasa yang diterima. Setelah barang diterima, supplier akan mengirim faktur atau invoice atas barang yang dipesan perusahaan. Jika tagihannya akurat, maka Departemen Keuangan akan mencatat faktur tersebut sebagai hutang usaha.
6.
Memilih faktur yang akan dibayar. Perusahaan memilih faktur yang akan dibayar berdasarkan tanggal jatuh tempo atau jadwal pembayaran faktur tersebut.
7.
Menulis cek. Melakukan pembayaran faktur yang jatuh tempo, cek ditulis, ditandatangani dan kemudian akan dikirim ke supplier.
16 2.3
Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.3.1
Pengertian Persediaan Persediaan (inventories) menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:408) adalah salah satu aset perusahaan yang berlaku untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, atau barang yang akan digunakan atau dipakai dalam produksi barang yang akan dijual. Menurut Stice dan Stice (2012:9-5) istilah inventory merujuk pada barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dan, dalam kasus produsen, barang produksi atau ditempatkan dalam produksi. Jadi, berdasarkan definisi-definisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aset yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang berjalan atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi.
2.3.2
Metode Pencatatan Persediaan Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:409) perusahaan mengunakan satu dari dua tipe metode untuk mengelola pencatatan persediaan (inventory) perusahaan, yaitu metode sistem perpetual atau metode sistem periodic. a. Sistem
inventory
perpetual
secara
terus-menerus
melacak
perubahan dalam akun persediaan (inventory account) perusahaan. Sistem ini menyediakan catatan yang berkesinambungan dari saldo akun persediaan dan akun harga pokok penjualan (cost of goods sold). b. Sistem inventory periodic adalah cara dimana perusahaan menetukan jumlah dari persediaan (inventory) yang ada per periode akuntansi.
17 2.4
Sistem Informasi Akuntansi Hutang Dagang Akuntansi hutang dagang (account payble) menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012:444) bertujuan untuk melakukan pembayaran kepada orang yang tepat dengan jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat. Aktivitas ini dilakukan oleh staff dalam kantor (backoffice staff) yang belum tentu memiliki kontrak dengan pemasok barang. Akuntansi hutang dagang perlu memastikan bahwa pembayaran dilakukan oleh karyawan yang berwenang, dan bahwa pembayaran dilakukan dengan akurat dan tepat waktu. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:667) akuntansi hutang dagang (account payble) adalah saldo hutang kepada orang lain untuk barang, persediaan, atau jasa yang dibeli pada akun terbuka. Akun hutang ini timbul karena jeda waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak atas aset dan pembayaran untuk mereka. Jadi, dari beberapa definisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi hutang dagang adalah kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat dari penerimaan barang atau jasa dari pihak lain.
2.5
Sistem Pengendalian Internal
2.5.1
Pengertian Pengendalian Internal Pengertian pengendalian internal menurut Bodnar dan Hopwood (2010:13) adalah suatu proses yang dirancang untuk memberika keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian internal dalam sebuah organisasi memiliki lima element yaitu: a. Control Environment Control environment atau pengendalian lingkungan adalah efek kolektif dari berbagai faktor pada pembangunan, peningkatan, atau pengurangan efektivitas kebijakan khusus dan prosedur. Dengan kata lain, pengendalian lingkungan menetapkan suasana keseluruhan dari organisasi dan mempengaruhi kontrol kesadaran karyawan.
18 b. Risk Assessment Penilaian resiko adalah proses identifikasi, analisis, dan mengola resiko yang berpengaruh pada tujuan organisasi. Hal yang paling kritis pada bagian ini adalah mengidentifikasi perubahan kondisi internal dan eksternal dan tindakan yang terkait yang mungkin diperlukan. c. Control Activities Pengendalian aktivitas adalah prosedur dan kebijakan yang ditetapkan untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan. d. Information and Communication Information and communication terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan
untuk
mengindentifikasi,
merakit,
menganalisis,
mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk menjaga akuntabilitas untuk aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. e. Monitoring Monitoring melibatkan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu dan mengambil tindakan korektif bila diperlukan untuk memastikan kontrol tetap efektif. Berdasarkan penelitian dari Ramazani dan Zanjani (2012:1531) pengendalian internal adalah rencana dan metode yang diadopsi oleh sebuah perusahaan untuk melindungi aset mereka, memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, meningkatkan efisiensi opersasional dan mendorong staf untuk mengamati aturan dan pendekatan manajemen. Secara keseluruhan ada lima kelompok pengendalian internal dalam sistem komputer, yaitu: 1. Mengontrol data utama 2. Mengontrol validitas data yang diinput ke sistem 3. Mengontrol entri data secara langsung ke sistem 4. Mengontrol pemeliharaan file dan pengolahan data 5. Mengontrol ouput dari sistem
19 2.5.2
Tujuan Pengendalian Internal Menurut Hall (2011:14) sistem pengendalian internal perusahaan terdiri dari kebijakan, praktik, dan prosedur untuk mencapai empat tujuan yang luas yaitu: 1.
Untuk menjaga aset perusahaan.
2.
Untuk memastikan akurasi dan keandalan catatan dan informasi akuntansi.
3.
Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.
4.
Untuk mengukur kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan manajemen.
2.6
Flowchart
2.6.1
Pengertian Flowchart Menurut James A. Hall (2011:59) flowchart adalah representasi grafis dari hubungan fisik antara elemen kunci dari sistem. Unsur-unsur yang termasuk adalah
departemen organisasi, kegiatan manual, program
komputer, catatan akuntansi (dokumen, jurnal, buku besar, dan file), dan catatan digital (referensi file, file transaksi, file arsip, dan file master). Sedangkan
Hurt
(2013:97)
mendefinisikan
flowchart
adalah
representasi grafis dari beberapa bagian dalam sistem informasi. Sistem informasi tersebut dapat berfokus pada akuntansi, produksi, sumber daya manusia, atau pemasaran. Flowchart telah digunakan oleh teknologi informasi profesional selama bertahun-tahun untuk mendokumentasikan program komputer dan juga dapat digunakan untuk menggambarkan perangkat keras yang terkait dengan sistem informasi komputer. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa flowchart digunakan untuk mengambarkan hubungan dari beberapa bagian dalam sistem informasi yang berfokus pada catatan akuntansi, catatan digital, program komputer, dan juga dapat digunakan untuk menggambarkan perangkat keras terkait dengan sistem informasi komputer.
20 2.6.2
Simbol – simbol dalam Flowchart Dibawah ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam flowchart menurut Hurt (2013:99): a.
Annotation: simbol
yang digunakan untuk menambahkan
komentar atau penjelasan deskriptif untuk flowchart. b.
Decision: simbol keputusan yang memiliki satu titik masuk, tetapi memiliki berbagai titik keluar.
c.
Document: menunjukkan berbagai salinan dokumen. Jika tidak ada salinan dokumen maka simbol document yang digunakan hanya satu.
d.
File: simbol harus selalu menunjukka bagaimana dokumen tersebut diarsip.
e.
Generic Process: simbol ini digunakan untuk setiap proses dalam flowchart. Karena melambangkan proses, label di dalam simbol harus diisi dengan frase kata kerja.
f.
Manual Process: simbol untuk melambangkan proses secara manual.
g.
On and off-pages connectors: on-pages connector digunakan untuk menghindari terjadinya persilangan gambar rancangan flowchart sedangkan untuk menghindari kepadatan rancangan yang berlebihan dalam flowchart digunakan simbol off-pages connector. Keduanya selalu digunakan berpasangan dengan label yang sama. Konektor ini dapat menggunakan huruf untuk offpages connector dan angka untuk on-pages connector, atau sebaliknya selama dilakukan secara konsisten.
h.
Predefined Process: simbol yang digunakan untuk merangkum proses dengan beberapa langkah.
i.
Terminator: simbol yang digunakan menandai awal dan akhir dari flowchart. Tetapi juga dapat digunakan untuk menampilkan entri dari atau keluar ke beberapa titik di luar sistem boundary.
21
Gambar 2.1 Simbol Flowchart (Sumber: Hurt (2013:101))
2.6.3
Tahap Merancang Flowchart Di bawah ini merupakan tahap-tahap yang digunakan dalam merancang flowchart menurut Hurt (2013:98): 1.
Menetapkan batasan sistem. Tahap ini merupakan langkah yang penting dalam merancang flowchart. Jika batasan sistem tidak dibangun dengan tepat, maka rancangan dapat menghasilkan flowchart yang terlalu luas. System boundary berperan sebagai virtual “box” di sekitar sistem.
2.
Menentukan column heading untuk berfokus pada area tanggung jawab. Column heading biasanya dinamakan dengan nama departemen, fungsi, atau jabatan.
22 3.
Membuat daftar tindakan yang dilakukan disetiap kolom. Dalam langkah ini, perancangan sistem membuat daftar apa yang masing-masing departemen lakukan dalam sistem. Dalam tahap ini perancang belum berpikir mengenai bagaimana mewakili tindakan tersebut dengan simbol flowchart.
4.
Memilih simbol yang diperlukan. Dalam tahap ini perancangan menentukan simbol yang akan dipakai untuk merepresentasikan tindakan.
5.
Membuat rancangan konsep flowchart awal. Tahap menyusun simbol yang telah ditentukan dalam bentuk draft flowchart.
6.
Mendiskusikan flowchart. Karena flowchart bersifat agak subjektif dan sangat berulang, draft pertama yang dibuat sangat jarang dijadikan sebagai produk atau rancagan akhir. Diskusi sangat penting dilakukan agar mendapatkan umpan balik tentang rancangan tersebut dari pandangan orang lain, karena mereka dapat memberitahu apa yang tampaknya tidak jelas dari sudut pandang orang luar.
7.
Merevisi flowchart ketika diperlukan. Berdasarkan sugesti, flowchart dapat direvisi untuk beberapa hal yang penting agar lebih jelas.
2.7
Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
2.7.1
Object Oriented Approach Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:241), object oriented approach didefinisikan sebagai pengembangan sistem berdasarkan pada pandangan bahwa sistem adalah seperangkat benda yang berinteraksi yang bekerja sama. Object Oriented Approach terdiri dari 3 bagian, yaitu: a.
Object Oriented Analysis Menentukan objek melakukan pekerjaan dan menentukan apa interaksi pengguna yang diperlukan untuk meyelesaikan tugas.
b.
Object Oriented Design Mendefinisikan semua jenis tambahan objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan user dan perangkat dalam sistem, itu menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan
23 tugas, dan menyempurnakan definisi masing-masing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungannya. c.
Object Oriented Programming Penulisan laporan dalam bahasa pemograman untuk menentukan apa yang dilakukan masing-masing jenis objek.
2.7.2
System Development Life Cycle (SDLC) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:228), siklus hidup pengembangan sistem didefinisikan sebagai seluruh proses yang terdiri dari semua kegiatan yang diperlukan untuk membangun, memulai, dan memelihara sistem informasi. Fase-fase yang ada dalam SDLC, yaitu: 1.
Project initiation, mengidentifikasi masalah dan mendapatkan persetujuan untuk mengembangkan sistem baru
2.
Project planning, melibatkan perencanaan, pengorganisasian, dan penjadwalan proyek.
3.
Analysis, fokus pada menemukan dan memahami detail dari masalah atau kebutuhan. Tujuannya di sini adalah untuk mencari tahu persis apa yang harus dilakukan sistem untuk mendukung proses bisnis.
4.
Design, berfokus pada konfigurasi dan menyusun struktur komponen sistem baru. Kegiatan ini menggunakan persyaratan yang ditetapkan sebelumnya untuk mengembangkan struktur program dan algoritma untuk sistem baru.
5.
Implementation, termasuk pemograman dan pengujian sistem.
6.
Deployment, melibatkan instalasi dan menempatkan sistem ke dalam operasi.
7.
Support, meliputi kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara sistem setelah ditempatkan.
24
Gambar 2.2 System Development Life Cycle (SDLC) (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:229))
2.7.3
Unified Modeling Language (UML) Banyak model grafis yang digunakan dalam pengembangan sistem yang diambil sesuai dengan notasi yang ditentukan oleh Unified Modeling Language (UML). Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:46), UML adalah set standar model konstruk dan notasi yang didefinisikan oleh kelompok manajemen objek. Dengan menggunakan UML, analis dan pengguna akhir dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram khusus yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem. Model kompoenen sistem yang menggunakan Unified Modeling Language, yaitu: 1.
Activity diagram
2.
Use case diagram
3.
Use case description
4.
Event table
5.
Domain model class diagram
6.
System Sequence Diagram (SSD)
7.
Complete Three-Layer Design Sequence Diagram
8.
Updated Class Diagram
9.
Package Diagram
10. User Interface 11. Deployment and Software Architecture
25 2.7.3.1 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:57) salah satu cara efektif untuk mengambarkan informasi mengenai proses bisnis adalah dengan
menggunakan
diagram.
Sebuah
activity
diagram
akan
menggambarkan kegiatan pengguna atau sistem, pihak yang melakukan setiap kegiatan, dan aliran yang berurutan dari aktivitas-aktivitas tersebut. Simbol-simbol yang digunakan dalam activity diagram dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Simbol Activity Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:58))
2.7.3.2 Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:78) use case description adalah model UML yang digunakan untuk menunjukkan grafis kasus penggunaan dan hubungannya dengan aktor. Simbol-simbol yang digunakan dalam use case diagram dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.
26
Gambar 2.4 Simbol Use Case Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:81))
2.7.3.3 Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:121), use case descriptions adalah sebuah model tekstual yang berisi daftar dan menguraikan mengenai rincian proses untuk use case. Ada tiga tipe use case description yaitu, brief description, intermediate description, dan fully developed use case description. Pada pengembangan sistem ini akan menggunakan fully developed use case description. Fully developed use case description adalah metode paling formal untuk mendokumentasikan sebuah use case. Dalam fully developed use case description berisi tentang: 1.
Use case name, yang berguna untuk menuliskan nama dari suatu use case.
2.
Scenario, yang berguna untuk menuliskan aktivitas dalam use case.
3.
Triggering event, yang berguna untuk mengidentifikasi pemicu yang memulai suatu use case.
4.
Brief description, yang berguna untuk menuliskan deskripsi dari suatu use case/skenario.
27 5.
Actors, yang berguna untuk mengidentifikasi aktor yang berhubungan langsung dengan use case.
6.
Related use case, yang berguna untuk mengidentifikasi use case lain dan cara use case lain tersebut berhubungan dengan suatu use case.
7.
Stakeholders,
yang
berguna
untuk
mengidentifikasi
kelompok/aktor yang menggunakan hasil dari use case. 8.
Precondition, yang berguna untuk mengidentifikasi suatu tindakan yang harus dilakukan sebelum use case dimulai, termasuk objek yang sudah harus ada sebelum dimulainya suatu use case.
9.
Postcondition, yang berguna untuk mengidentifikasi suatu tindakan yang terjadi setelah selesainya suatu use case.
10. Flow of Events, yang dibagi dalam dua kolom, yaitu kolom aktor dan kolom sistem. Kolom aktor untuk mengidentifikasi tindakantindakan yang dilakukan oleh aktor secara berurutan, sedangkan kolom sistem untuk mengidentifikasi respon yang diberikan oleh sistem. 11. Exceptions conditions, yang berguna untuk mengidentifikasi kondisi yang menjadi pengecualian terjadinya suatu tindakan dalam use case.
Tabel 2.1 Fully Developed Use Case Description (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:123)) Use case name: Scenario: Triggering event: Brief description: Actors: Related use cases: Stakeholders: Preconditions: Postconditions:
28 Flow of activities:
Actor
System
Exception conditions: 2.7.3.4 Event Table Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:162), event adalah sesuatu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dijelaskan dan berharga untuk diingat. Ada tiga tipe dari event, yaitu: 1.
External event. Event yang terjadi diluar sistem, biasanya diinisiasi oleh external agent atau aktor. External agent adalah orang atau unit organisasi yang menyediakan atau menerima data dari sistem, tetapi belum tentu mereka adalah pengguna sistem. Contoh dari external event adalah pelanggan melakukan pemesanan. Pelanggan digambarkan sebagai external agent, dan melakukan pesanan adalah kegiatan yang mempengaruhi sistem.
2.
Temporal event. Sebuah event yang terjadi sebagai akibat dari mencapai
suatu
titik
waktu.
Banyak
sistem
informasi
menghasilkan output pada interval yang ditetapkan, seperti sistem penggajian yang menghasilkan slip gaji setiap dua minggu atau bulanan. Event ini berbeda dari external event dalam sistem yang secara otomatis menghasilkan output yang dibutuhkan tanpa diberitahu untuk melakukannya. Dengan kata lain, tidak external agent atau aktor yang membuat kebutuhan, tetapi sistem yang seharusnya menghasilkan informasi atau output lain ketika dibutuhkan. 3.
State event. Sebuah event yang terjadi ketika sesuatu terjadi di dalam sistem yang memicu kebutuhan untuk diproses. State event juga disebut internal events. Sebagai contoh, jika hasil penjualan suatu produk dalam penyesuaian catatan persediaan dan persediaan dalam stok turun di bawah titik pemesanan kembali, maka perlu dilakukan pemesanan kembali ke pemasok.
Event table adalah katalog use cases yang berisi event dalam baris dan bagian utama dari informasi tentang setiap event di dalam kolom. Sebuah event table terdiri dari baris dan kolom yang mewakili event dan detailnya masing-masing. Informasi yang ditampilkan dalam event table terdiri dari:
29 1.
Event, peristiwa yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu.
2.
Trigger, bagaimana sistem mengetahui peristiwa terjadi? Sebuah signal yang memberitahu sistem bahwa suatu peristiwa telah terjadi.
3.
Source, external agent yang memberikan data ke dalam sistem.
4.
Use case, apa yang dilakukan sistem ketika peristiwa terjadi.
5.
Response, sebuah output yang dihasilkan oleh sistem yang masuk ke tujuan.
6.
Destination, seorang external agent atau aktor yang menerima data dari sistem.
Tabel 2.2 Event Table (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:169)) Event
Trigger
Source
Use case
Response
Destination
2.7.3.5 Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:101), class diagram digunakan untuk menunjukkan kelas objek untuk suatu sistem. Salah satu jenis UML class diagram yang menunjukkan hal-hal dalam domain masalah pengguna disebut domain model class diagram. Simbol dan atribut yang digunakan dalam domain model class diagram dapat dilihat pada gambar 2.5 dan 2.6 di bawah ini.
30 Gambar 2.5 The UML Domain Class symbol with name and attributes (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:101))
Gambar 2.6 UML notation for multiplicity of associations (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:102))
Dalam class diagram, ada dua tipe relasi antara kelas, yaitu: 1.
Generalization/Specialization Relationship Generalization adalah dinilai sebagai kelompok yang memliki hal-hal sejenis atau sama. Contohnya, ada beberapa jenis kendaraan bermotor: mobil, motor, truk. Semua itu memiliki jenis yang sama yaitu kendaraan bermotor, sehingga kendaraan bermotor adalah kelas yang lebih umum (general class). Sedangkan specialization adalah dinilai sebagai kelompok yang memiliki hal-hal yang berbeda. Contohnya, jenis khusus dari mobil
adalah
mobil
sport,
Generalization/specialization
sedan,
relationship
dan
digunakan
SUV. untuk
menstruktur hal-hal yang dari lebih umum menjadi lebih khusus. 2.
Whole-Part Relationship Whole-part
relationship
digunakan
untuk
menggambarkan
hubungan antara satu kelas dengan kelas yang lain yang menjadi bagian dari kelas tersebut. Ada dua tipe dari whole-part relationship, yaitu aggregation dan composition. Aggregation
31 digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan antara angregat (keseluruhan) dan komponennya (bagian) dimana bagian-bagian tersebut dapat berdiri sendiri secara terpisah. Composition
digunakan
untuk
menggambarkan
hubungan
keterikatan yang lebih kuat, dimana bagian-bagian yang terhubung tidak dapat bediri sendiri secara terpisah.
2.7.3.6 System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:126), sebuah system sequence diagram (SSD) digunakan untuk menjelaskan alur dari informasi masukan dan keluaran dari sistem yang otomatis. Dengan demikian, SSD mendokumentasikan input dan output dan mengidentifikasi interaksi antara aktor dan sistem. SSD adalah tipe dari interaction diagram. Simbol dan notasi yang digunakan dalam SSD dapat dilihat pada gambar 2.7 di bawah ini.
Gambar 2.7 Notasi SSD (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:127))
2.7.3.7 Package Class Diagram
32 Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:353), sebuah package diagram dalam UML adalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas dengan kelompok terkait. Dalam interaction diagram, objek dari setiap lapisan ditunjukkan bersama-sama dalam diagram yang sama. Namun, desainer terkadang perlu untuk mendokumentasikan perbedaan atau persamaan dalam hubungan objek dalam lapisan yang berbeda-beda–mungkin dengan memisahkan atau mengelompokannya. Notasi dari package diagram berbentuk kotak persegi berbentuk kotak persegi panjang berlabel (tabbed rectangle). Nama dari package biasanya tertera pada label, sedangkan kelas-kelas yang dimiliki oleh package ditempatkan dalam kotak persegi panjang. Simbol lainnya yang digunakan dalam package diagram adalah titik-titik panah (dashed arrow), yang mewakili dependency relationship. Buntut panah terhubung ke paket yang tergantung (dependent package), dan kepala panah terhubung dengan independent package. Dependency relationship sendiri adalah sebuah relasi antara paket (package), kelas (classes), atau use cases dimana perubahan pada item independen membutuhkan perubahan pada item dependen.
2.7.3.8 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:189) langkah kunci dalam desain sistem adalah mengklasifikasikan input dan output untuk setiap aktivitas baik sebagai system interface atau user interface. User interface adalah input dan output yang secara langsung melibatkan pengguna sistem. User interface bisa untuk pengguna internal maupun external. User interface meliputi semua hal yang digunakan pengguna saat menggunakan sistem, baik secara fisik, persepsi, dan konseptual. 1.
Aspek fisik meliputi meja, kursi, cahaya, keyboard, mouse, layar sentuh, keypad.
2.
Aspek persepsi meliputi warna, bentuk, tekstur, huruf, suara, menu, tombol.
3.
Aspek konseptual meliputi pelanggan, rekan, teman, order, kiriman, umpan balik, penilaian.
33 Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:193) banyak peneliti dan praktisi IT telah menerbitkan berbagai artikel, buku dan situs web yang menawarkan bimbingan dalam merancang user interface. Meskipun beberapa pedoaman telah berubah sebagaimana teknologi UI telah berubah, banyak pedoman yang universal, yang telah ada selama beberapa dekade dan generasi teknologi. Di bawah ini beberapa ulasan dari pedoman universal: a.
Affordance and Visibility Affordance berarti bahwa penampilan suatu kontrol tertentu dapat menunjukkan fungsinya. Sedangkan visibility berarti bahwa kontrol dapat dilihat sehingga pengguna tau bahwa itu tersedia atau dapat digunakan. Itu juga berarti kontrol tersebut dapat memberikan umpan balik (feedback) langsung untuk menunjukkan bahwa itu merespon pengguna
b.
Consistency User interface harus dirancang agar tetap konsisten dalam fungsi dan tampilannya. Cara dalam menentukan nama, pengaturan item menu, ukuran, dan bentuk dari ikon, serta urutan dalam melaksanakan fungsinya harus konsisten di seluruh sistem.
c.
Shortcuts Dalam user interface harus memiliki shortcut, karena pengguna yang bekerja dengan suatu aplikasi secara berulang-ulang atau untuk jangka waktu yang lama ingin adanya shortcuts untuk fungsi yang sering digunakan, yang meminimalkan jumlah keystrokes, klik mouse, dan menu pilihan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas.
d.
Feedback Setiap tindakan yang dilakukan pengguna harus menghasilkan beberapa jenis umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakan tersebut telah dilakukan (execute), termasuk: audible feedback, seperti suara klik ketika tombol ditekan dan bunyi “beep” ketika tombol on pada layar ditekan,
34 dan visible feedback, seperti the progress meter yang ditunjukkan selama download sebuah file. e.
Dialogs That Yield Closure Untuk setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan urutan yang jelas, dari awal, tengah dan akhir agar pengguna dapat mempersiapkan diri untuk fokus ke tindakan berikutnya.
f.
Error Handling Desain user interface yang abik mengantisipasi kesalahan umum dan membantu pengguna untuk menghindarinya. Salah satu cara untuk hal tersebut adalah dengan membatasi pilihan yang tersedia, menyajikan pengguna dengan satu-satunya pilihan yang valid untuk titik tertentu dalam dialog. Umpan balik (feedback) yang memadai juga dapat membantu mengurangi kesalahan.
g.
Easy Reversal of Actions Pengguna merasa perlu untuk mengetahui setiap pilihan yang ada dalam sebuah aplikasi. Hal ini dapat memicu timbulnya kesalahan. Untuk menghidari hal tersebut maka user interface harus memiliki cara yang mudah untuk membatalkan tindakan yang mereka lakukan dan kembali ke tindakan sebelumnya.
h.
Reducing Short-Term Memory Load Individu memiliki banyak keterbatasan, dan memori jangka pendek adalah salah satunya. User interface yang dirancang harus menghindari untuk mengharuskan pengguna mengingat apa pun dari sau bentuk ke bentuk yang lain atau dari satu kotak dialog ke yang lain selama interaksi dengan sistem.
2.7.3.9 Deployment Environment Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:340), deployment environment terdiri dari computer hardware, operating system, dan other system components. Deployment environment terbagi atas dua jenis, yaitu: 1.
Single-Computer Architecture
35 Single-computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal
yang
menjalankan
seluruh
software.
Kelebihan
utamanya adalah kesederhanaannya. Kelebihan utama lainnya dari arsitektur ini adalah didukungnya pengolahan data yang bervolume sangat tinggi. Sistem informasi yang dijalankan pada single-computer architecture pada umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan, dan dikelola.
2.
Multitier Architecture Multitier architecture menggunakan beberapa sistem komputer dalam upaya bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan pengolahan infomasi. Multitier architecture dapat dibagi menjadi dua tipe: a.
Clustered architecture, merupakan tipe arsitektur yang menggunakan sekelompok komputer dari jenis yang sama yang membagi pengolahan beban dan bertindak sebagai sebuah sistem komputer yang besar.
b.
Multicomputer architecture, merupakan arsitektur yang menggunakan sekelompok komputer yang berbeda yang membagi beban pengolahan melalui spesialisasi fungsi.
2.7.3.10 Application Architecture Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:342) application architecture terdiri dua, yaitu: 1.
Client/Server Architecture Client/server architecture membagi program ke dalam dua tipe: client dan server. Server mengelola satu atau lebih sumber daya sistem informasi atau menyediakan layanan yang terdefinisi dengan baik. Sedangkan client berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya atau layanan, dan server memberikan respon terhadap permintaan tersebut. Client/server architecture adalah sebuah model umum dari organisasi
36 perangkat lunak dan perilaku yang dapat diimplementasikan dalam berbagai cara. 2.
Three-Layer Client/Server Architeture Sebuah varian lebih luas dari client/server architecture adalah three-layer architecture, yang membagi perangkat lunak aplikasi ke dalam satu set client dan server proses yang independen dari perangkat keras. Three-layer architecture ini terdiri dari tiga layer, yaitu:
a.
Data layer, yang mengelola penyimpanan data, biasanya dalam satu atau lebih database.
b.
Business logic layer, yang mengimplementasikan aturan dan prosedur pengolahan bisnis.
c.
View layer, yang menerima input pengguna dan format serta menampilkan hasil pengolahan.
37
2.8
Kerangka Pikir
Perencanaan Bisnis yang sedang berjalan (Current Business)
Struktur organisasi perusahaan
Alur bisnis perusahaan dalam siklus pembelian
Analisis Pemisahan tugas & tanggung jawab
Prosedur pembelian, pembayaran, dan persediaan barang
Alur Dokumen dalam perusahaan
Internal Control
Sistem Informasi Akuntansi
Analisis Masalah
Kebutuhan perusahaan
Desain
Perancangan sistem dengan metode OOAD
38
Implementasi Rencana Jadwal – Gantt Chart
Kebutuhan Hardware & Software
Gambar 2.8 Kerangka Pikir Berikut ini pembangunan sistem informasi akuntansi pembelian, persediaan dan utang dagang pada PT. RMP Jaya Perkasa yang dibagi menjadi 4 tahapan: 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini akan dimulai dengan mengidentifikasi proses bisnis yang ada di perusahaan untuk mendapatkan gambaran umum dari perusahaan seperti struktur organisasi, visi dan misi perusahan, serta alur bisnis yang ada dalam perusahaan. 2. Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan perusahaan dalam menghadapi masalah yang timbul pada perusahaan. Masalah-masalah dalam perusahaan dianalisa dengan langkahlangkah sebagai berikut: a) Struktur Organisasi Pada analisa struktur organisasi perusahaan, dikumpulkan data-data mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian di dalam perusahaan. Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengendaliaan internal dalam perusahaan dijalankan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tugas dan tanggung jawab yang ada juga akan digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan sistem informasi akuntansi perusahaan. b) Alur Dokumen Proses analisa dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai alur perpindahan dokumen-dokumen, aktifitas pembeliaan, pembayaran dan persediaan yang terjadi dalam perusahaan. Setelah
39 data dan informasi yang dibutuhkan lengkap, maka dilakukan analisa terhadap alur perpindahan dokumen apakah sudah sesuai dengan prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. c) Studi Kepustakaan Pada tahap ini dilakukan pencarian informasi dan pemecahan masalah melalui beberapa media yang tersedia seperti buku, jurnal, artikel dan thesis.
d) Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yang membantu untuk menganalisa kebutuhan dan pemecahan masalah pada perusahaan. Berikut cara pengumpulan data yang dilakukan: I. II. III.
Observasi Survei Wawancara
3. Desain Tahap ini akan melakukan perancangan sistem informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan menggunakan Object-oriented Analysis Design with Unified Modeling Language berdasarkan teori dari (Satzinger, 2005) yang terdiri atas 3 tahap, yaitu: a.
Modeling Discipline yang akan dijelaskan menggunakan activity diagram.
b.
Requirement Discipline yang akan dijelaskan menggunakan use case diagram, use case description, event table, dan domain model class diagram.
c.
Design Decipline yang akan dijelaskan menggunakan first-cut class diagram, completed three layer design sequence diagram, dan user interface.
Setelah perancangan menggunakan Object-oriented Analysis Design with Unified Modeling Language selesai maka berdasarkan rancangan tersebut dilakukan pemograman dengan bahasa pemograman Java dan menggunakan database MySQL.
40 4. Implementasi Proses implementasi dilakukan dengan menentukan rencana jadwal implementasi menggunakan Gantt Chart, kemudian diikut sertakan hardware dan software yang diperlukan perusahaan untuk mendukung berjalannya sistem informasi akuntansi tersebut.