BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1
Pengertian Sistem •
Menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sekumpulan komponen yang berhubungan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran melalui proses transformasi yang terorganisasi.
•
Menurut Raymond McLeod (2001, p9) sistem adalah sekelompok elemen–elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
sekumpulan komponen yang saling bekerja sama dengan menerima masukan, memprosesnya secara terorganisasi dan menghasilkan keluaran untuk mencapai tujuan yang sama. Agar sistem yang dibuat tidak menyimpang dari tujuan dan fungsinya sendiri, maka diperlukan suatu batasan sistem. Batasan yang dimaksud adalah suatu karakteristik umum sistem yang harus dipenuhi oleh suatu sistem. Karakteristik sistem tersebut adalah :
9
10
1.
Komponen Sistem terdiri dari sejumlah komponen berupa subsistem atau elemen sistem yang melaksanakan fungsi tertentu, dapat saling berinteraksi, dan bekerja sama dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan sistem.
2.
Batas Sistem Sistem dibatasi oleh suatu area untuk membatasinya dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini menunjukkan ruang lingkup sistem itu sendiri.
3.
Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar sistem meliputi segala sesuatu yang berada
di
luar
batas
atau
ruang
lingkup
sistem
yang
adalah
suatu
media
yang
mempengaruhi kerja sistem. 4.
Penghubung Sistem Penghubung
sistem
menghubungkan antar elemen atau subsistem dalam sistem. Melalui media ini memungkinkan pengiriman masukan dan keluaran dari suatu subsistem ke subsistem lainnya. 5.
Masukan Sistem Masukan sistem adalah segala sesuatu yang diperlukan sistem untuk diproses sehingga sistem dapat beroperasi dan mencapai hasil yang diharapkan.
11
6.
Pengolah Sistem Suatu unit yang mengolah masukan ke sistem menjadi keluaran menjadi proses atau prosedur tertentu.
7.
Keluaran Sistem Hasil yang diharapkan yang berasal dari masukan yang telah diproses. Hasil tersebut bisa menjadi hasil akhir yang diinginkan atau menjadi masukan bagi sistem yang lainnya untuk diproses.
8.
Sasaran dan Tujuan Sistem Memberikan laporan kepada pihak manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif dan efisien, dapat menerima umpan balik dan kontrol dari arus informasi tertentu.
2.1.2
Pengertian Informasi Ada beberapa definisi dari informasi. Diantaranya adalah : •
Menurut Raymond McLeod (2001, p12), informasi adalah data yang sudah diproses atau data yang memiliki arti.
•
Menurut Laudon (2004, p8), informasi adalah data yang dibentuk menjadi bentuk yang berarti dan berguna bagi manusia.
•
Menurut Turban (2001, p15), informasi adalah sekumpulan data yang telah diorganisasikan dalam bentuk yang berguna.
12 Dari definisi-definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah data yang telah diolah di suatu sistem menjadi suatu bentuk yang memiliki fungsi dan bermanfaat bagi pengguna yang memerlukannya.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Semua organisasi pasti memiliki sistem informasi. Sistem informasi adalah suatu pengaturan orang-orang, data, proses, komunikasi, dan teknologi informasi yang saling berhubungan untuk mendukung dan meningkatkan operasi sehari-hari di dalam bisnis, seperti memberi dukungan pemecahan masalah dan kebutuhan keputusan manajemen dan para pemakai. Ada beberapa definisi yang berbeda dari sistem informasi menurut para ahli : •
Menurut Laudon (2002, p7), sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan (atau menampilkan), memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan kontrol di dalam organisasi.
•
Menurut Turban (2001, p17), sistem informasi mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menganalisa informasi untuk tujuan tertentu yang terdiri dari masukan (data, instruksi) dan keluaran (laporan, hasil perhitungan). Sistem informasi mengolah masukan dan menghasilkan keluaran bagi pengguna.
13 •
Menurut
O’Brien
(2005,
p6),
sistem
informasi
adalah
penggabungan dari manusia, hardware, software, dan jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mampu mengumpulkan, mengubah dan membagikan informasi dalam sebuah organisasi.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan sistem informasi dengan kemampuan baik harus dapat menyediakan pemrosesan transaksi yang cepat dan tepat dan suatu informasi tidak akan mempunyai arti yang bermanfaat sebelum dilakukan pengolahan dengan menggunakan data yang akan dimasukkan sistem.
2.1.4
Pengertian Geografi Secara leksikal, geografi berasal dari kata Geo (bahasa Yunani) yang artinya bumi dan Grafien yang artinya mencitrakan atau melukiskan. Berdasarkan asal katanya, geografi dapat diartikan pencitraan bumi atau pelukisan bumi. •
Menurut Richthoffen (Prahasta, 2005, p12), geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area-area yang berbeda di permukaan bumi.
•
Menurut Vidal de la Blache (Prahasta, 2005, p12), geografi adalah ilmu
mengenai
tempat-tempat
(places)
yang
sangat
mengkonsentrasikan diri pada kualitas-kualitas dan potensipotensi suatu negara.
14 Dalam arti yang luas, geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk serta hubungan timbal balik antara keduanya.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) pada dasarnya adalah sistem informasi berbasis komputer dengan memakai data digital berujuk pada lokasi geografis di muka bumi. Berikut merupakan sebagian kecil dari definisi-definisi SIG yang ada : •
Menurut Aronoff (Prahasta, 2005, p55), SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi; (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran.
•
Menurut Demers (Prahasta, 2005, p55), SIG adalah sistem komputer
yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.
15 •
Menurut Gistut (Prahasta, 2005, p55), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karateristikkarakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu, data spasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur organisasi. Kesimpulan dari berbagai teori di atas, SIG merupakan
sekumpulan komponen yang memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, dan mengolah data, baik data spasial maupun data tekstual dan juga menampilkan hasil dengan cepat, akurat, tepat waktu.
2.1.6
Subsistem Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis terbagi menjadi beberapa subsistem, yaitu : 1.
Data input Subsistem
ini
bertugas
untuk
mengumpulkan
dan
mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh sistem informasi geografis.
16 2.
Data output Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
3.
Data manajemen Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui, maupun diperbaiki.
4.
Manipulasi dan analisis data Subsistem ini menghasilkan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi geografis. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
2.1.7
Komponen Sistem Informasi Geografis Adapun komponen-komponen yang terdapat di dalam sistem informasi geografis, yaitu : 1.
Perangkat keras Perangkat keras yang biasanya digunakan dalam aplikasi SIG adalah :
17 •
CPU Merupakan pusat proses data yang terhubung dengan media penyimpanan dengan ruang yang cukup besar dengan sejumlah perangkat lainnya.
•
Disk Drive Menyediakan
tempat
untuk
membantu
jalannya
penginputan, membaca, proses dan penyimpanan data. •
Digitizer Digunakan untuk mengkonversi data dari peta ke dalam bentuk digital dan memasukkannya dalam komputer.
•
Plotter / Printer Digunakan untuk mencetak hasil dari data yang telah diolah.
•
VDU Digunakan untuk memudahkan user untuk mengontrol komputer dan perangkat-perangkat lainnya.
Gambar 2.1 Komponen Perangkat Keras SIG
18
2.
Perangkat Lunak Kegunaan dari SIG sebagai perangkat lunak adalah untuk memasukkan, menganalisis dan menampilkan informasi SIG. Beberapa kemampuan utama dari perangkat lunak SIG antara lain : •
Memanipulasi atau menyajikan data geografis atau peta berupa layer.
3.
•
Berfungsi untuk analisis, query, visualisasi geografis.
•
Penyimpanan data dan manajemen database (DBMS).
•
Graphical User Interface (GUI).
Data Data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa, aktvitas, konsep dan objek-objek penting lainnya. Jenis-jenis data pada sistem informasi geografis adalah : •
Data atribut Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak memiliki hubungan pada posisi geografisnya.
19 •
Data spasial Data spasial adalah data sistem informasi yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di permukaan bumi. Terdapat dua konsep representasi entity spasial, yaitu : ¾
Raster Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grids. Akurasi model data ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pixelnya di permukaan bumi.
¾
Vektor Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya.
Data spasial dan data atribut tersimpan dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), poligon (area), dan pixel (grid). Data dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah hujan, lokasi dan topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan, jaringan kabel telepon, pola aliran sungai. Data dalam bentuk bentuk poligon (area), meliputi daerah administrasi, daerah hijau, jenis tanah dan penggunaan tanah. Data dalan bentuk pixel (grid), meliputi citra satelit dan foto udara.
20 2.2
Peta 2.2.1
Pengertian Peta Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi. Peta dapat disajikan dengan berbagai cara yang berbeda, dari peta konvensional yang tercetak sampai peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting misalnya batas-batas kota, daerah pegunungan, hutan dan sebagainya. Menurut Prahasta (2005, p12), peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan suatu ide berupa sebuah gambar mengenai tinggi rendahnya suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang.
2.2.2
Jenis-jenis Peta Jenis peta dapat dibagi berdasarkan isi, skala dan tujuannya. Berikut adalah penjelasannya : a.
Jenis peta berdasarkan isi 1.
Peta umum, adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua penampakan
yang
terdapat
di
suatu
daerah,
baik
kenampakan fisik alam maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisik alam misalnya, sungai, gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya
21 misalnya jalan raya, kereta api, pemukiman kota dan sebagainya. Peta umum ada dua jenis, yaitu : •
Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Peta topografi menggunakan garis kontur (countur line) yaitu garis yang menghubungkan tempattempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
•
Peta chorografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1 : 1.000.000
atau
mengambarkan
lebih.
daerah
yang
Peta luas,
chorografi misalnya
propinsi, negara, benua bahkan dunia. Pada peta chorografi digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah diantaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, batas wilayah dan lain-lain. 2.
Peta khusus/tematik, yaitu peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu atau kondisi khusus suatu daerah tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya. Contoh-contoh peta tematik adalah berikut ini :
22 •
Peta Kepadatan Penduduk Peta yang menggambarkan tingkat kepadatan penduduk di daerah daerah tertentu.
•
Peta Curah Hujan Peta yang menggambarkan penyebaran tinggi rendahnya curah hujan.
•
Peta Transportasi Peta yang menggambarkan peta lalu lintas baik di darat, laut, dan udara.
•
Peta Arkeologi Peta yang menggambarkan penyebaran letak bendabenda atau peninggalan purba.
b.
Jenis peta bedasarkan keadaan objek 1.
Peta stationer Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil. Contoh : Peta pesebaran danau
2.
Peta dinamis Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah. Contoh : Peta kepadatan penduduk
23 c.
Jenis peta bedasarkan skala 1.
Peta kadaster/teknik Peta dengan skala antara 1:100 sampai 1:5000
2.
Peta skala besar Peta dengan skala antara 1:5000 sampai 1:250.000
3.
Peta skala sedang Peta dengan skala antara 1:250.000 sampai 1:500.000
4.
Peta skala kecil Peta dengan skala antara 1:500.000 sampai 1:1.000.000
5.
Peta geografis Peta dengan skala lebih dari 1:1000.000
d.
Jenis peta berdasarkan tujuannya Peta dibuat dengan berbagai tujuan. Berikut ini contohcontoh peta untuk berbagai tujuan : 1.
Peta pendidikan (Educational Map) Contohnya : peta lokasi sekolah SMU
2.
Peta ilmu pengetahuan Contohnya : peta arah angin, peta penduduk
3.
Peta informasi umum (General Information Map) Contohnya : peta pusat perbelanjaan
4.
Peta turis (Tourism Map) Contohnya : peta museum, peta rute bus.
5.
Peta navigasi Contohnya : peta penerbangan, peta pelayaran
24 6.
Peta aplikasi (Technical Application Map) Contohnya : peta penggunaan tanah, peta curah hujan
7.
Peta perencanaan (Planning Map) Contohnya : peta jalur hijau, peta perumahan, peta penerbangan.
2.2.3
Penggunaan Peta Pada umumnya fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Memperlihatkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
2.
Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
3.
Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
4.
Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.
5.
Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
6.
Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
7.
Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
8.
Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomenafenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
25 2.2.4
Persyaratan Peta Persyaratan utama yang harus dipenuhi agar peta dapat berfungsi dengan baik ada tiga, yaitu : •
Peta harus conform, artinya bentuk-bentuk bidang daerah, pulau, benua yang digambarkan pada peta harus sesuai dengan bentuk aslinya di alam.
•
Peta harus equivalent, artinya skala yang digambarkan pada peta harus proposional atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
•
Peta harus equidistant, artinya jarak-jarak yang digambarkan pada peta
harus
tepat
perbandingannya
dengan
keadaan
yang
sebenarnya.
2.3
Basis Data 2.3.1
Pengertian Basis Data Basis data (database) adalah kumpulan data yang berelasi secara logikal beserta penjelasan dari data tersebut yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi pada suatu organisasi. Database merepresentasikan entity, atribut, dan relasi logis antara entity (Connolly, 2002, p14-15). Konsep mengenai basis data dapat dipandang dari berbagai sudut. Dari sisi sistem, basis data merupakan kumpulan tabel-tabel atau datadata yang saling berelasi. Selain itu, basis data juga mengandung pengertian kumpulan data non-redudant yang dapat digunakan bersama
26 (shared) oleh sistem-sistem aplikasi yang berbeda. Atau dengan kata lain, basis data adalah kumpulan data-data non-redudant yang saling terkait satu sama lainnya (dinyatakan oleh atribut-atribut kunci dari tabeltabelnya atau struktur data dan relasi-relasi) di dalam usaha untuk membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise). Dengan basis data, perubahan, editing, dan updating data dapat dilakukan tanpa memengaruhi komponen-komponen lainnya di dalam sistem yang bersangkutan.
2.3.2
Pengertian State Transition Diagram (STD) STD menggambarkan bagaimana suatu proses dihubungkan satu sama lain dalam waktu yang bersamaan. STD atau Diagram Aliran Data digambarkan dengan sebuah kondisi yang berupa komponen sistem yang menunjukkan bagaimana kejadian-kejadian tersebut dari satu state ke state yang lain (Pressman, 2001, p317). Ada 2 macam simbol yang menggambarkan proses dalam State Transition Diagram, yaitu : a.
Gambar persegi panjang menunjukkan kondisi (state) dari sistem.
Gambar 2.2 Notasi State
b.
Gambar panah menunjukkan transisi antar state. Tiap panah diberi label dengan ekspresi aturan. Label yang diatas menunjukkan
27 kejadian yang menyebabkan transisi terjadi. Label yang dibawah menunjukkan aksi yang terjadi akibat dari kejadian tadi.
Gambar 2.3 Notasi Perubahan State
Gambar 2.4 Contoh State Transition Diagram
State adalah suatu gambaran keadaan. State terbagi menjadi 3 bagian : Initial state (state awal), normal state, dan final state (state akhir). Initial state dan final state tidak harus dibuat hanya satu buah. Condition adalah suatu event (kejadian) pada lingkungan luar yang dapat dideteksi oleh sistem. Action adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap condition. Action akan menghasilkan keluaran, tampilan pesan pada layar, hasil kalkulasi, dan lain-lain.
28 2.3.3
Pengertian Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram (ERD) adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan struktur logikal dari database secara keseluruhan. Entity Relationship adalah pendekatan top-down untuk mendesain database yang diawali dengan mengidentifikasi data penting yang disebut entitas dan hubungan antara data yang harus digambarkan dalam model. (Connolly, 2002, p330). Jenis Entity Relationship antara lain : 1.
One to One Sebuah entity semisalnya A hanya bisa diasosiasikan dengan paling banyak satu entity di B dan sebaliknya.
Gambar 2.5 Entity Relationship One to One 2.
One to Many Sebuah entity di A hanya bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di B, namun entity di B, namun entity di B hanya bisa diasosiasikan dengan paling banyak satu entity di A.
Gambar 2.6 Entity Relationship One to Many
29 3.
Many to Many Sebuah entity di A bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di B dan sebuah entity di B bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di A.
Gambar 2.7 Entity Relationship Many to Many
2.4
Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran suatu sistem yang menggunakan sejumlah simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui suatu proses yang saling berkaitan. Simbol menggambarkan hubungan antar elemen, aliran data, dan penyimpanan data (McLeod, 2004, p171). DFD digunakan untuk merepresentasikan suatu sistem yang otomatis maupun manual melalui gambar yang berbentuk jaringan grafik. Dengan menggunakan DFD, sistem analisis dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Terdapat tiga tingkatan dalam DFD, yaitu : 1.
Diagram Konteks Adalah
diagram
yang
terdiri
menggambarkan ruang lingkup suatu sistem.
dari
suatu
proses
dan
30 2.
Diagram Nol Diagram yang menggambarkan proses dari data flow diagram. Diagram nol memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem yang ditangani, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada, aliran data dan external entity.
3.
Diagram Rinci Diagram yang menguraikan proses apa yang ada di diagram nol atau diagram level di atasnya. Beberapa keuntungan dari penggunaan DFD adalah :
•
Terhindar dari usaha untuk mengimplementasikan sistem yang terlalu dini. Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara teknis.
•
Dapat mengerti lebih dalam hubungan sistem dengan sub sistemnya. Analis sistem dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasanbatasannya.
•
Dapat menginformasikan sistem yang berlaku kepada pengguna DFD dapat digunakan sebagi alat untuk berinteraksi dengan pengguna dalam bentuk representasi simbol-simbol yang digunakan.
2.5
System Development Life Cycle 2.5.1
Pengertian System Development Life Cycle System Development Life Cycle (SDLC) adalah sekumpulan kegiatan yang dibutuhkan dalam membangun suatu solusi sistem
31 informasi yang dapat memberi jawaban bagi permasalahan maupun kesempatan bisnis (Turban, 2003, p461). Pembuatan solusi yang baik harus melibatkan pihak pengembang perangkat lunaknya sehingga kualitasnya dapat ditingkatkan. Dan dengan rekayasa perangkat lunak, pada saat ini telah dikenal beberapa model proses yang telah umum digunakan untuk pengembangan sistem (termasuk SIG di dalamnya). Model-model tersebut antara lain adalah : waterfall, (rapid) prototyping, spiral, incremental, fourth generation techniques, dan model-model lainnya yang dikembangkan kemudian. Dalam hal ini, penulis hanya akan membahas model proses waterfall sebagai model proses yang dinilai terbaik dan paling efektif.
2.5.2
Model Proses Waterfall Model proses yang digunakan untuk pengembangan sistem perangkat lunak yang telah lama dikenal secara luas adalah model atau paradigma siklus hidup klasik yang disebut sebagai waterfall. Model ini sangat terstruktur dan bersifat linier. Model ini memerlukan pendekatan yang sistematis dan sekuensial di dalam pengembangan sistem perangkat lunaknya.
32
Gambar 2.8 Proses Waterfall
Pengembangannya
dimulai
dari
tingkat
sistem,
analisis,
perancangan (design), pemrograman (coding), pengujian (testing), pengoperasian dan pemeliharaan (Prahasta, 2005, p222-223). Dengan demikian, pada model ini terdapat aktivitas-aktivitas sebagai berikut : 1.
Rekayasa Sistem Karena perangkat lunak merupakan bagian dari sistem yang
lebih
besar,
maka
pengembangannya
dimulai
dari
pengumpulan semua kebutuhan-kebutuhan elemen-elemen sistem. Hal ini menjadi sangat penting karena perangkat lunak akan berkomunikasi dengan perangkat keras, data, manusia, dan bahkan dengan perangkat lunak lainnya. Hasil akhir dari tahap ini adalah spesifikasi sistem.
33 2.
Analisis Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan elemenelemen di tingkat perangkat lunak. Dengan analisis ini, harus dapat ditentukan domain-domain data atau informasi, fungsi, proses, atau prosedur yang diperlukan beserta unjuk kerjanya, dan interfaces. Hasil akhir dari tahap ini adalah spesifikasi kebutuhan perangkat lunak.
3.
Perancangan (Design) Suatu perangkat lunak memiliki empat atribut: struktur data, arsitektur, prosedur detil, dan karakteristik interfaces. Pada tahap
perancangan,
perangkat
lunak,
kebutuhan-kebutuhan yang
dihasilkan
pada
atau tahap
spesifikasi analisis,
ditransformasikan ke dalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit diimplementasikan. Tahap perancangan ini biasanya dilakukan dalam dua tahap yang lebih rinci, preliminary design dan detailed design. Sub-tahap yang pertama menghasilkan rancangan yang bersifat global, sedangkan sub-tahap yang kedua menghasilkan rancangan detil hingga semua modul (kelas), tipe (struktur) data, fungsi dan prosedurnya terdefinisi. 4.
Pemrograman (Coding) Tahap ini disebut juga sebagai tahap implementasi perangkat lunak atau coding. Dengan kata lain, pada tahap ini
34 dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh mesin (komputer). 5.
Pengujian (Testing) Setelah
perangkat
lunak
selesai
diimplementasikan,
pengujian dapat segera dimulai. Pengujian terlebih dahulu dilakukan pada setiap modul. Jika setiap modul selesai diuji dan tidak bermasalah, modul-modul tersebut segera diintegrasikan (dan dikompilasi) hingga membentuk suatu perangkat lunak yang utuh. Kemudian dilakukan pengujian di tingkat perangkat lunak yang memfokuskan pada masalah-masalah logika internal, fungsi eksternal, potensi masalah yang mungkin terjadi, dan pemeriksaan hasil. 6.
Operasi dan Pemeliharaan Tahap ini ditandai oleh penyerahan perangkat lunak kepada
pemesannya
yang
kemudian
dioperasikan
pada
pemiliknya. Dalam masa operasional sehari-hari, suatu perangkat lunak mungkin saja mengalami kesalahan atau kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Atau, pemilik bisa saja meminta peningkatan kemampuan perangkat lunak pada pengembangnya. Dengan demikian, kedua faktor ini menyebabkan perlunya perangkat lunak dipelihara dari waktu ke waktu.
35 2.6
Restoran Kata restoran di bahasa Indonesia-kan dari kata “restaurant” yang berasal dari bahasa Perancis, asal kata “restaurer” berarti memulihkan kembali. Menurut Soekresno (2001, p16), restoran adalah suatu usaha komersial yang menyediakan jasa pelayanan makan dan minum bagi umum yang dikelola secara umum. Restoran hendaknya direncanakan sedemikian rupa, sehingga dapat dikelola dengan baik yang didukung dengan peningkatan jasa pelayanan berupa delivery service.
2.7
Delivery Service “Service delivery is concerned with where, when, and how the service products is delivered to the consumer. This element not only embraces the visible elements of the service operating system-buildings, equipment, and personel-but may also involve exposure to other customers”. (Christopher Lovelock and Jochen Wirtz, 2004, p47). Jasa atau layanan penyerahan yang berkaitan dengan dimana, ketika, dan bagaimana produk atau jasa dikirimkan kepada konsumen tersebut, unsur ini tidak hanya mempunyai unsur-unsur yang terlihat dari jasa atau layanan yang beroperasi seperti system-buildings, peralatan, dan personel tetapi juga bisa melibatkan promosi ke pelanggan lain. Jasa atau layanan pengiriman dalam mengirimkan produk kepada konsumen, juga memperhitungkan rute yang akan dilaluinya. Rute yang diperhitungkan adalah rute terpendek.
36 Rute terpendek adalah rute minimum yang diperlukan untuk mencapai suatu tempat ke tempat tertentu. Rute terpendek dimaksudkan untuk mempersingkat waktu dalam menentukan proses penentuan lokasi ke lokasi sebelumnya. Rute terpendek belum tentu rute tercepat dalam hal proses untuk mempercepat mencapai tujuan ke lokasi yang ingin dituju. Rute terpendek hanya dihitung berdasarkan jarak terpendek atau rute minimum dari suatu lokasi ke lokasi yang ingin dituju.
2.8
Shortest Pathfinding Tujuan dari shortest pathfinding adalah untuk menentukan rute terpendek yang mungkin dari vertex awal ke vertex akhir. Jika edge tidak memiliki nilai, maka shortest path adalah path dengan jumlah edge yang paling sedikit. Jika edge memiliki nilai, maka shortest path adalah path dengan nilai akumulasi minimum dari semua edge pada path. Secara umum algoritma shortest patfinding dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Algoritma Uniformed Search Adalah algoritma yang tidak memiliki keterangan jarak atau biaya dari path dan tidak memiliki pertimbangan akan path mana yang lebih baik. Yang termasuk dalam algoritma ini antar lain algoritma Breadth-First Search. 2. Algoritma Informed Search Adalah algoritma yang memiliki keterangan jarak atau biaya dari path dan memiliki pertimbangan berdasarkan pengetahuan akan path
37 mana yang lebih baik. Yang termasuk algoritma ini antara lain algoritma Dijkstra dan A Star.
2.8.1
Algoritma Dijkstra Algoritma Dijkstra adalah algoritma yang berbasis grafik berbobot atau biaya dimana jarak antara 2 titiknya diberikan dalam grafiknya bisa tersusun dari bidang-bidang persegi panjang ataupun banyak segi. Algoritma dijkstra dipublikasikan pertama kali tahun 1959 oleh E.W. Dijkstra dalam karya ilmiahnya yang berjudul “A Note on Two Problems in Connections With Graph”. Algoritma dijkstra melakukan pemeriksaan ke segala arah karena algoritma ini tidak memiliki cukup informasi atas daerah yang akan dilalui sehingga algoritma ini termasuk algoritma yang menggunakan metode greedy. Metode greedy adalah metode yang menganggap semua titik memiliki kemungkinan (Nillson, 1980). Algoritma Dijkstra adalah algoritma A* yang tidak memiliki heuristic karena memiliki fungsi sebagai berikut : f(n) = g(n) – h(n) dimana h(n) = 0.
2.8.2
Algoritma A* Algoritma A* pertama kali dikemukakan oleh P.E. Hart, N.J. Nilson, dan B. Raphael (1986) dalam karya ilmiah mereka berjudul “A Formal Basis for the Heuristic Deterministic of Minimum Cost Paths”. Menurut Luger dan Stubblefield (1993b, p127-133), algoritma A* yang memiliki fungsi dimana h(n) ≤ biaya minimum suatu rute dari n ke
38 titik tujuan. Sedangkan algoritma A* adalah algoritma yang menerapkan heuristic untuk melakukan pencarian dan memiliki fungsi f(n) = g(n) + h(n) dimana : •
n adalah titik (node) yang terdapat pada saat pencarian.
•
f(n) adalah fungsi untuk menentukan arah yang dipilih saat melakukan pencarian rute.
•
g(n) adalah fungsi untuk memperkirakan biaya yang diperlukan dari titik yang sekarang ke titik tujuan.
•
h(n) adalah heuristic untuk memperkirakan biaya yang diperlukan dari titik yang sekarang ke titik tujuan.
Kelebihan algoritma A* adalah karena algoritma ini menggunakan heuristic dalam memperkirakan seberapa jauh suatu titik dengan tujuan. Dengan teknik ini dapat memandu pencarian rute dalam menentukan arah pencarian terbaik tanpa harus mencari rute lain yang mempunyai kemungkinan mencapai tujuan. Algoritma ini akan kembali mencari rute dengan biaya terendah dari titik awal hingga akhir.
2.8.3
Heuristic Menurut Silitonga (1993b), heuristic adalah suatu aturan tentang perkiraan secara ilmiah maupun intuitif untuk mengurangi atau membatasi wilayah pencarian yang sulit dilakukan. Menurut Luger dan Stubblefield (1993c, p116), heuristic merupakan aturan-aturan untuk memilih cabang-cabang yang memiliki
39 kemungkinan mengarah pada pemecahan masalah. Karena heuristic menggunakan informasi yang terbatas, maka heuristic jarang dapat memprediksi perilaku yang tepat dalam suatu pencarian. Suatu heuristic dapat berhasil atau gagal memberikan petunjuk untuk suatu algoritma.
2.8.4
Perbandingan Algoritma Dijkstra dengan Algoritma A* Menurut Wijaya dan Gunawan (2001,p128) perbandingan antara kedua algoritma : 1.
A* dalam menemukan rute lebih cepat dibandingkan Dijkstra.
2.
Jumlah loop A* lebih sedikit dari Dijkstra.
3.
Rute yang ditemukan A* dan Dijkstra dapat berbeda tetapi memiliki cost yang sama untuk mencapai tujuan. Menurut Ellen, Marrela dan Regina (2003,p174) perbandingan
antara kedua algoritma : 1.
Dari algoritma yang diteliti Dijkstra terbaik untuk mencari rute terpendek dilihat dari segi keakuratan karena memungkinkan semua vertex dicek sehingga semua kemungkinan rute akan diperiksa dan dibandingkan cost nya.
2.
A* lebih baik dari segi kecepatan karena tidak semua vertex dicek. Namun keberhasilannya tergantung sekali dari heuristic yang digunakan, karena vertex yang dicek lagi merupakan vertex yang menurut heuristicnya merupakan rute terpendek mencapai vertex tujuan.