5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Kewirausahaan Winarto (2004:p2-3) menyebutkan bahwa; Entrepreneurship adalah suatu proses
melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kemakmuran bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat. Sejalan dengan hal itu Hisrich- Peters dalam Alma (2007:p33) memaparkan;
Entrepreneurship is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risk, and receiving the result rewards of monetary and personal satisfaction and independence. ( kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi ). Sekaitan dengan itu Suryana (2008:p14) menerangkan bahwa; Secara etimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative). Menurut Zimmerer, Entrepreneurship is applying creativity and innovation to solve the
problem and to exploit opportunities that people face everyday, kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kreativitas oleh Zimmerer diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang.
5
Menurut Drucker yang dikutip Suryana (2008:p14), kewirausahaan adalah sesuatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Bahkan entrepreneurship secara sederhana sering diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha. Adapun yang menjadi titik berat dari definisi kewirausahaan adalah adanya proses dan sesuatu yang baru sebagai hasil kreativitas yang disertai dengan resiko tertentu, dengan demikian aktivitas kewirausahaan sebagai pemain ekonomi membuat beberapa pakar mengkaitkan kewirausahaan dengan kegiatan usaha secara praktis. Frinces (2004:p10) sependapat dengan Kilby yang mengemukakan bahwa Kewirausahaan adalah bentuk usaha menciptakan nilai lewat pengakuan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko yang sesuai dengan peluang yang ada, dan lewat keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, dan sumber daya yang diperlukan untuk sebuah proyek sampai berhasil. Hendro (2005:p18) menjelaskan menurut Lambing dan Kuehl, Kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Setiap entrepreneur yang sukses memiliki empat unsur pokok, yaitu: •
Kemampuan ( hubungan dengan IQ dan skill )
•
Keberanian ( hubungan dengan Emotional Quotient dan mental )
•
Keteguhan hati ( hubungan dengan motivasi diri )
•
Kreatifitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi ( hubungan dengan experience ). Ternyata dari semua definisi tentang kewirausahaan selalu mengandung unsur
kreatifitas, inovasi dan resiko. Dengan demikian, setiap pelaku kewirausahaan atau wirausaha tentunya memiliki nilai lebih dibanding dengan pelaku usaha atau pengusaha biasa. Sri Edi Swasono dalam Suryana (2008:p16) menjelaskan: Dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha
6
adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung resiko, yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha. Suryana (2008:p2) mengemukakan bahwa Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru ( creatif new and different ) melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Eman Suherman (2008:p13) menjelaskan, dalam konteks bisnis secara teknisoperasional,
kewirausahaan
pada
dasarnya
merupakan
jiwa
dari
seseorang
yang
diekspresikan melalui sikap dan prilaku yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Adapun orang yang memiliki jiwa tersebut tentu saja dapat melakukan kegiatan kewirausahaan atau menjadi pelaku kewirausahaan atau entrepreneur. Sebaliknya, yang tidak memiliki jiwa demikian tentu tidak bisa disebut sebagai entrepreneur meskipun melakukan kegiatan bisnis.
2.2
Ciri-ciri, Watak dan Karakteristik Kewirausahaan
Menurut Geoffrey G. Meredith (2005) ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut : Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak kewirausahaan CIRI-CIRI 1. Percaya diri
WATAK Keyakinan, ketidaktergantungan atau kemandirian, individualistis dan optimisme.
2. Berorientasi pada tugas dan
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi pada
7
hasil
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.
3. Pengambilan resiko
Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.
4. Kepemimpinan
Prilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.
5. Berorientasi ke masa depan
Pandangan kedepan perspektif.
Sumber : Geoffrey G. Meredith, et al. Kewirausahaan teori dan praktek
Dari beberapa ciri-ciri Kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki yang penting dari Kewirausahaan, yaitu : 1.
Percaya Diri Menurut Soesarsono Wijandi yang dikutip oleh Suryana (2008), kepercayaan diri merupakan suatu panduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktek sikap dan kepercayaan ini, merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan sautu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas dan tidak ketergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan.
2.
Berorientasi Tugas dan Hasil Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahabn, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka
8
sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Prilaku ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi. 3.
Keberanian Mengambil Resiko Menurut Angelita S. Bajaro yang dikutip oleh Suryana (2008), “seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik”. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang.
4.
Kepemimpinan Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Sifat kepemimpinan harus dikembangkan sendiri karena memiliki perbedaan sifat pada setiap orang. Suatu pedoman bagi pemimpin yang baik ialah “perlakukan orang-orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandang orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap teposliro.
5.
Berorientasi Ke Masa Depan Orang yang berorientasi kemasa depan adalah orang memiliki perspektif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk membuat, menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun dengan resiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh,
9
kedepan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab, itu ia selalu mempersiapkan dengan mencari suatu peluang.
Sedangkan Eman Suherman (2008:p18) merumuskan secara sederhana ciri-ciri
entrepreneur yaitu; •
Energik Energik
berarti
cekatan.
Sebagai
wirausaha
memang
harus
gesit
dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Setiap tindakannya harus cepat, cermat, dan tepat. Namun tidak boleh tergesa-gesa, semua kegiatannya harus selalu berdasarkan rencana yang matang dan telah disiapkan dengan seksama. •
Modern Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa modern berarti sikap dan
cara berfikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Jadi orang yang modern ilmunya tinggi, pengetahuannya banyak, dan wawasannya luas. Sebab, pribadi yang demikianlah yang akan mampu memenuhi tuntutan zaman yang kian hari kian makin diwarnai oleh teknologi yang semakin canggih. Karenanya, ciri utama orang modern ialah berpendidikan dan berbudaya. Kedua hal tersebut akan tercermin dari sekap yang bijak serta prilaku yang sopan dan santun menghadapi siapapun. Pribadinya baik, pergaulannya senantiasa menggunakan etika. •
Antisipatif Antisipatif berarti kemampuan untuk menghadapi berbagai situasi yang terjadi,
kondisi lingkungan yang ada, dan toleransi orang-orang yang berada di sekitarnya. Dengan sikap dan prilaku demikian, maka wirausaha akan pandai bergaul, sehingga mampu bekerjasama dengan siapapun dalam mengarahkan potensi agar sesuai dengan keinginan semua pihak.
10
•
Naturalitatif Naturalitatif berarti hal-hal yang bersifat alamiah yang didasari kaidah-kaidah
ilmiah, karena mengandung obyektifitas yang tinggi. Sifat naturalitatif harus dimiliki oleh seorang wirausaha agar mampu tampil obyektif, jujur, apa adanya dan tidak dibuat-buat dalam mengarifi berbagai hal yang alami khususnya dalam kegiatan bisnis yang digelutinya. Tertanamnya sifat naturalitatif dalam jiwa seorang entrepreneur akan dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya secara otomatis. Sebab dengan tertanamnya sifat alamiah ini, ia akan berupaya untuk membaca tanda-tanda alam yang bermula dari kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di alam ini. •
Smart Dalam Kamus Inggris – Indonesia, smart diartikan sebagai : Cerdas, pintar, bijak,
tampan dan cepat. Dalam bahasa sehari-hari smart berarti cerdas. KBBI (1999:p186) menjelaskan ; Cerdas mengandung arti sempurna akal budinya, tajam pikirannya serta sehat dan kuat daya tahan tubuhnya. Kondisi ini jelas harus dimiliki oleh seorang wirausaha. •
Urgent Urgent berarti penting. Dalam konteks ini seorang wirausaha harus menganggap
siapapun terutama mitra kerjanya merupakan orang penting. Bagi dirinya sendiri, seorang wirausaha harus mempunyai prinsip: lebih baik jadi orang penting, tapi lebih penting jadi orang baik. Dengan demikian dimungkinkan akan membuka banyak peluang yang memang dibutuhkan oleh siapapun. •
Humanity Humanity berarti perikemanusiaan. Dalam KBBI
(1999:p755) perikemanusiaan
diartikan sebagai sifat-sifat yang layak bagi manusia seperti suka menolong, penuh pertimbangan, rasa penghormatan, dan lain-lain. Sifat-sifat sebagaimana disebutkan itu memang harus dimiliki oleh wirausaha agar selalu siap membantu dan bekerja sama dengan mitranya. Penuh pertimbangan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
11
disamping itu senantiasa menaruh rasa hormat secara tepat kepada siapa saja secara harmonis dan proporsional sekaligus tidak ada perasaan ingin dihormati secara berlebihan atau diluar batas kewajaran yang semestinya. •
Empathy Secara sederhana empathy bisa diterjemahkan; Perasaan yang dapat merasakan
apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Hal ini perlu merekat pada jiwa entrepreneur agar dapat membangkitkan ekspresi yang tepat dan spontan pada saat yang diperlukan. •
Rational Terjemahan bebas dari rasional ialah masuk akal setelah dipertimbangkan
berdasarkan pikiran yang logis dan akal yang sehat. Wirausaha harus rasional dalam melaksanakan tindakannya, jangan sekali-kali emosional dalam bertindak karena akan membahayakan kelangsungan karier sebagai wirausaha. •
Motivation Motivasi merupakan dorongan yang muncul karena adanya kebutuhan atau adanya
rangsangan dari luar diri yang bersangkutan. Karenanya wirausaha harus mempunyai motivasi positif. Agar selalu memiliki motivasi positif, maka arahkan tujuan untuk mengembangkan karir dan menata bisnisnya supaya kian hari semakin meningkat. Disamping itu, harus senantiasa melihat orang lain terutama calon konsumen dari sisi kelebihannya disertai keyakinan bahwa setiap insan selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. •
Attention Perhatian berarti setiap wirausaha hendaknya mampu memberikan perhatian
kepada siapapun secara proporsional, terutama mitra kerjanya. Hal ini dapat dilakukan diantaranya dengan selalu bersikap ramah kepada siapapun.
12
•
Need Need ialah kebutuhan. Tak seorang pun didunia ini yang tidak mempunyai
kebutuhan,
termasuk
wirausaha.
Disamping
dibutuhkan,
seorang
wirausaha
tentu
membutuhkan orang lain. Dalam menjalin hubungan bisnis misalnya, wirausaha jelas membutuhkan mitra kerja. Tanpa mitra kerja kegiatan bisnis tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya.
2.2.1
Karakteristik Kewirausahaan Delapan karakteristik menurut Scarborough dan Zimmerer yang dikutip oleh
Suryana (2008:p24), yang meliputi : 1.
Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2.
Preference for moderate risk, yaitu lebih memiliki resiko yang lebih moderat, artinya menghindari resiko yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi.
3.
Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
4.
Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.
5.
High level of energi, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6.
Future orientation, yaitu berorientasi kemasa depan, yaitu berorientasi kemasa depan, perspektif, dan berwawasan jauh kemasa depan.
7.
Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8.
Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
13
2.2.2
Nilai – Nilai dan Perilaku Kewirausahaan
Tabel 2.2 Nilai – Nilai dan Perilaku Kewirausahaan Nilai – Nilai
Perilaku
1. Komitmen
Menyelesaikan tugas hingga selesai.
2. Risiko moderat
Tidak
melakukan
spekulasi,
melainkan
beredasarkan
perhitungan yang matang. 3. melihat peluang
Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin.
4. Objektivitas
Melakukan pengamatan secara nyata untuk memperoleh kejelasan.
5. Umpan balik
Menganalisis data kinerja waktu untuk memandu kegiatan.
6. Optimisme
Menunjukkan kepercayaan diri yang besar walaupun berbeda dalam situasi berat.
7. Uang
Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir.
8. Manajemen proaktif
Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan.
Sumber: Fundamental Small Business Management, 1993, hal 20 dalam ( Suryana )
Arthur Kuriloff dan John M. Mempil dalam Suryana (2008:p25), mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan seperti pada tabel 2.2. Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga memperoleh hasil yang diharapkannya. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya, karena itu ia selalu tekun, ulet, dan pantang menyerah. Tindakannya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah melakukan perhitungan yang matang. Oleh sebab itu wirausaha
14
selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif serta optimisme yang tinggi karena mendapatkan hasil yang diharapkannya, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya, bukan tujuan akhir.
2.2.3
Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik
untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha: 1.
Mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negatif yang menimbulkan gangguan.
2.
Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk orang lain.
3.
Pemahaman terhadap pasar. Tentu hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke pasaran.
4.
Peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi seorang wirausahawan.
5.
Ketersediaan finansial yang akan menunjang usaha.
15
2.3
Kreatifitas Theodore Levitt mengemukakan bahwa kreatifitas adalah memikirkan hal-hal baru
dan inovasi adalah mengerjakan hal-hal baru (Zimerrer dan Scarborough, 2005:p40). Sekaitan dengan itu Suryana (2008:p14) menerangkan menurut Zimerrer, Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Sekaitan dengan aspek kreatifitas dan inovasi, Suherman (2008:p56) mendefinisikan kewirausahan secara umum sebagai sifat keutamaan, kegagahan, keberanian atau keteladanan dalam melakukan kegiatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik melalui pembuatan atau penambahan manfaat dari sesuatu guna dijual dengan tujuan memperoleh keuntungan. Dan dalam tataran khusus, kewirausahaan adalah jiwa dari seseorang yang diekspresikan melalui sikap dan prilaku yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Zimerrer dalam Alma (2007:p71) menyatakan bahwa Kreatifitas adalah kemampuan mengembangkan ide baru dan menemukan cara baru dalam melihat peluang ataupun masalah yang dihadapi, dan inovasi adalah kemampuan untuk menggunakan solusi kreatif dalam mengisi peluang sehingga membawa manfaat dalam kehidupan masyarakat. Frinces (2004:p37) menyebut kreatifitas sebagai daya cipta, dalam konteks entrepreneurship
mengungkapkan
bahwa,
memahami kreatifitas
(daya
cipta)
akan
memberikan dasar yang kuat untuk membuat modul atau perangkat tentang kewirausahaan. Peran sentral dalam kewirausahaan adalah adanya kemauan yang kuat untuk menciptakan sesuatu seperti : 1.
Sebuah organisasi baru.
2.
Pandangan baru tentang pasar.
3.
Nilai-nilai corporet baru.
4.
Proses-proses baru manufaktur.
5.
Produk-produk dan jasa-jasa baru.
16
6.
Cara-cara baru dalam mengelola sesuatu.
7.
Cara-cara baru dalam mengambil keputusan.
8.
Cara-cara baru dalam proses pengambilan keputusan.
9.
Cara-cara baru dalam menginovasi unit usaha/bisnis. Dengan demikian agar seseorang menjadi kreatif, ia memerlukan aktifitas berfikir
kreatif, karena tidak mungkin dapat menciptakan hal baru tanpa berfikir lebih dulu. Hamalik dalam Suherman (2008:p57) mengemukakan, berfikir kreatif meminta urutan pendapat, pengalaman, informasi dan gagasan sehingga tercipta ide-ide baru yang lebih baik. Suherman (2008:p58) mendefinisikan Kreatifitas sebagai daya cipta yang bernilai ‘lebih’ tinggi dan positif dalam membuat atau menghasilkan suatu produk baru yang lebih pragmatis. Nilai lebih dapat diartikan sebagai lebih baru, lebih baik, lebih bagus, lebih benar, lebih modifikatif, lebih efektif dan lebih efisien. Sementara ‘lebih pragmatis’ mengandung arti lebih berguna, lebih bermanfaat bagi masyarakat luas, dan lebih mudah diperoleh.
2.4
Inovasi Mengenai inovasi pada dasarnya merupakan pemanfaatan hasil kreatifitas dengan
tetap mengedapankan prinsip-prinsip kebaruan. Seperti Zimerrer yang berpendapat inovasi adalah kemampuan untuk menggunakan solusi kreatif dalam mengisi peluang sehingga membawa manfaat dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan Zimerrer, Chandra yang dikutip Suherman (2008:p59) mendefinisikan inovasi sebagai pendayagunaan hasil kreatifitas tertentu (yang orisinil) sehingga menjadi cara, proses, produk atau sumber nilai baru yang berbeda dari sebelumnya ( umum untuk dunia industri, manajemen, usaha). Rogers dan Shoemaker dalam Abdillah Hanafi yang dikutip Suherman (2008:p59) mengemukakan, inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Jadi menurut Rogers dan Shoemaker dalam konteks ini inovasi tidak hanya menyangkut
cara,
tetapi
menitikberatkan
pada
dimensi
waktu
dan
kebaruan,
17
dikemukakannya pula bahwa; Setiap ide/gagasan pernah menjadi inovasi. Setiap inovasi pasti berubah seiring dengan berlalunya waktu. Hal ini mengandung arti bahwa yang dulu merupakan inovasi sekarang (mungkin) sudah bukan menjadi sesuatu yang inovatif lagi, kecuali kalau terus dikembangkan menjadi sesuatu hal yang relatif lebih baru lagi. ’Kebaruan’ juga terkait dimensi ruang dan waktu. ’Kebaruan’ terikat dengan dimensi ruang. Artinya, suatu produk atau jasa akan dipandang sebagai sesuatu yang baru di suatu tempat tetapi bukan barang baru lagi di tempat yang lain. Namun demikian, dimensi jarak ini telah dijembatani oleh kemajuan teknologi informasi sehingga dimensi jarak dipersempit. Implikasinya, ketika suatu penemuan baru diperkenalkan kepada suatu masyarakat tertentu, maka dalam waktu yang singkat, masyarakat akan mengetahuinya. Dengan demikian ’kebaruan’ relatif lebih bersifat universal. ’Kebaruan’ terikat dengan dimensi waktu. Artinya, kebaruan di jamannya.
2.5
Jiwa Kewirausahaan Perilaku kewirausahaan di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-
faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Menurut Ibnoe Soedjono yang dikutip Suryana (2008:p62), karena kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi, kemampuan
berwirausaha
merupakan
fungsi
dari
perilaku
kewirausahaan
dalam
mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang. Menurut hasil survei
yang dilakukan oleh Lambing dalam Suryana (2008:p88)
kebanyakan responden menjadi wirausaha karena didasari oleh pengalaman sehingga
18
wirausaha memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak tersebut di pengaruhi oleh keterampilan dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tercermin dalam: •
Kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha, mengerjakan sesuatu yang baru.
•
Kemauan dan kemampuan mencari peluang.
•
Kemampuan dan keberanian menanggung resiko.
•
Kemampuan untuk mengembangkan ide serta memanfaatkan sumber daya. Menurut Casson yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita dalam Suryana (2008:p89),
terdapat beberapa keterampilan kewirausahaan yang harus dimiliki, yaitu: 1.
Self Knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan atau ditekuni.
2.
Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan kesuksesan masa lalu.
3.
Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis, misalnya pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
4.
Search skill, yaitu kemampuan menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
5.
Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
6.
Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksikan keadaan di masa yang akan datang.
7.
Communication skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan dengan yang lain.
2.6
Modal Kewirausahaan Dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud
(tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible)
19
seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental. Secara garis besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental, serta modal material.
¾
Modal Intelektual Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama
yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya
Gambar 2.1 Modal Intelektual
Skill
x
Knowledge
= Capability
x
Authority
= Competency
x
= Intellectual Capital Sumber : Suryana (2008:p6)
Commitment
20
Pada gambar diatas menunjukan bahwa : •
Intellectual Capital = Competency x Commitment Artinya, meskipun seorang wirausaha memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, apabila tidak disertai komitmen yang tinggi, maka ia tidak akan menggunakan modal intelektualnya.
•
Competency = Capability x Authority Artinya, wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam mengelola usahanya.
•
Capability = Skill x Knowledge Artinya,
kapabilitas
wirausaha
sangat
ditentukan
oleh
keterampilan
dan
pengetahuan.
Dalam kewirausahaan, kompetensi inti adalah kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan. Keterampilan,
pengetahuan,
dan
kemampuan
merupakan
kompetensi
inti
wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan.
¾
Modal Sosial dan Moral Modal sosial diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat
terbentuk citra. Dalam konteks ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas, dan ketepatan janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu.
21
¾
Modal Mental Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan
dalam bentuk keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan.
¾
Modal Material Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk
apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
2.7
Idealisme Menurut Saifuddin Anshari (2004), Idealisme dalam istilah filsafat adalah
isme’paham, pendirian, atau keyakinan yang beranggapan : •
Ide itu primer, sedangkan materi itu sekunder, materi adalah emansipasi belaka dari ide.
•
Unsur pokok, dasar,dan hakikat segala sesuatu adalah ide ( kesadaran, pikiran, pendapat atau pengertian).
•
Alam semesta ini semu, maya, palsu, bayangan.
Idealisme merupakan kunci masuk ke hakikat realitas. Berikut beberapa pengertian Idealisme:
1.
Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
2.
Untuk menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitasaktivitas pikiran.
3.
Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
22
4.
Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak ada.
5.
Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. dunia eksternal tidak bersifat fisik.
Menurut Wilbur long dalam Dagobert D.Runes (ed). Dictionary of philosophy
ancient-medival-modern, artikel “idealisme objektif”, terdapat pembagian aliran-aliran idealisme lainnya (hlm 137) yaitu: 1.
Idealisme subyektif beranggapan bahwa segala materi dan gejala luar itu adalah produk dari ide individual, kesadaran individu si subjek.
2.
Idealisme objektif beranggapan bahwa segala materi dan gejala luar itu adalah produk sesuatu yang ada di luar jangkauan kesadaran manusia, yaitu “akal budi semesta”, atau “ide universal”, atau “ide absolut”, atau “iradah semesta”, ataupun “Tuhan”. Realitas terakhir menurut idealisme adalah dunia ide atau spiritual (bukan
material). Benda fisik atau materi yang muncul dalam kenyataan, tetapi dunia ide tidak demikian. pemikiran tentang benda fisik muncul begitu saja adanya. Benda fisik muncul dengan hanya dengan munculnya hal yang lebih fundamental yang mendasari realitas, yaitu dunia ide. Segala sesuatu ada sebab Tuhan berfikir tentangnya. Sesuatu itu ada sebagai suatu ide (benda nonmateri) di dalam jiwa Tuhan. Aliran idealisme percaya bahwa hakikat manusia secara esensial adalah suatu jiwa. Untuk alasan ini pilihan manusia bukan ditentukan
hukum realitas fisik, melainkan semua yang dipilih adalah bebas dan tidak
ditentukan Menurut Prof. Mr. Ag. Pringgodigdo (1977:p439), idealisme pada umumnya sikap yang menaruh tinggi pada angan-angan (idea) dan cita-cita (ideals) sebagai hasil perasaan daripada dunia yang nyata.
23
Idealisme umumnya mengemukakan semacam kegiatan mental di atas kemampuan manusia dan menganggap kenyataan yang bebas disebabkan dasar-dasar tertentu, seperti kemampuan menciptakan, kekuatan abadi, atau kebenaran mutlak. Kant yang dikutip Pringgodigdo (1977:p440) dalam karangannya tentang idealisme yang bersifat kritis, menganggap angan-angan sebagai perbuatan akal (intellect), dam percaya bahwa hal yang dikenal mengenai tafsirannya bergantung pada pengertian perorangan.
2.8
Gaya Hidup Gaya merupakan wahana ekspresi dalam kelompok yang mencampurkan nilai-nilai
tertentu dari agama, sosial, dan kehidupan moral melalui bentuk-bentuk yang mencerminkan perasaan. Dalam abad ke-21 telah menjamur berbagai industri modern diantaranya yaitu industri muda atau fashion, akan menyebabkan banyak masyarakat mementingkan gaya daripada isi ataupun fungsinya. Dalam ilmu antropologi gaya hidup didefinisikan sebagai pola tingkah laku seharihari segolongan manusia dalam masyarakat yang dapat diamati dan yang memberikan identitas khusus pada golongan itu, sedangkan menurut Chaney (2004: p50) gaya hidup merupakan cara kehidupan yang khas, yang dijalankan bersama oleh kelompok tertentu dalam masyarakat sehingga menjadi ciri khas kelompok tersebut dan oleh karena itu dapat dikenali. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya, gaya hidup merupakan frame of reference (bingkai) yang dipakai seseorang dalam tingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh mata orang lain. Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosialnya yang disandangnya
24
untuk merefleksikan image inilah dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam perilaku konsumsinya. Gaya hidup merupakan konsep refleksi mengenai diri kita dimana kita akan mengekspresikan kepribadian kita (kesenangan, kungkungan, pemberontakan, dll) dari situ maka akan terbentuk citra diri (self image) yang dilihat oleh publik sehingga menimbulkan kepuasan oleh pribadi kita. Setiap orang mempresepsikan self image dengan menciptakan, memikirkan dan merasakan dalam kehidupan sehari-harinya. Citra diri tercermin dalam kebudayaaan dan pergaulan dimana mereka tinggal. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Pola-pola kehidupan ini kadang diartikan orang sebagai budaya; yang artinya keseluruhan gaya hidup suatu masyarakat-kebiasaan/adat istiadat, sikap dan nilainilai mereka serta pemahaman yang sama yang menyatukan mereka sebagai suatu kelompok masyarakat. Gaya hidup lebih pada seperangkat praktik dan sikap yang masuk akal dalam konteks tertentu atau cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik; Tegasnya, gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.
2.8.1
Konsep Gaya Hidup (Lifestyle) Chaney (2004:p40) menjelaskannya definisi gaya hidup dengan menggunakan
tema pendekatan sosial yaitu situs (site) dan strategi. Dalam hal ini situs (site) bukan merupakan tempat-tempat yang dapat dikenali dalam suatu lingkungan fisik, melainkan metaphor
fisik
bagi
ruang-ruang
yang
dapat
disediakan
tersebut
adalah
bentuk
pendeklarasian yang memuat penilaian faktor-faktor dalam menggambarkan lingkungan. Sementara itu, cara hidup (way of life) ditampilkan dengan ciri-ciri seperti norma, ritual, pola-pola tatanan sosial, dialek atau cara berbicara yang khas.
25
Chaney menambahkan bahwa cara hidup pada bentuk-bentuk sosio-stuktural seperti pekerjaan, gender, lokalitas, etnisitas dan umur pun bisa masuk dalam kategori ini dimana faktor-faktor tadi membentuk identifikasi baru gaya hidup atau cara-cara berperilaku yang berkaitan dengan ekspektasi-ekspektasi konvensional yang kemudian membentuk polapola baru pilihan melalui cara-cara pola cita rasa yang membentuk dan menyokong hierarki hak-hak istimewa dan status. Menurut Chaney (2004:p167) ada tiga hal yang menjadi karakteristik gaya hidup. Karakteristik tersebut yaitu: a.
Tampilan luar Penampilan luar dari benda-benda, orang, ataupun aktivitas menjadi aspek penting
dalam masyarakat. Perkembangan modernisasi yang berupa produk pakaian menampilkan citraan eksklusif, modis, dan berjiwa muda. Fungsi utama pakaian yaitu menutupi badan dibiarkan saja karena masyarakat akan memburu pakaian tersebut karena bisa eksklusif modis dan berjiwa muda. b.
Diri dan identitas Semua sifat dan kualitas diri setiap individu merupakan sebuah identitas baginya.
Misalnya saja seorang atlet mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan sehat, olah raga teratur dan cukup tidur. Sehingga dengan kata lain bahwa identitas sebagai seorang atlet dituntut untuk selalu mempunyai pola hidup sehat. c.
Fokus perhatian yang berulang-ulang Cara-cara yang diterima oleh suatu kelompok bisa dikenali melalui ide-ide, nilai-
nilai, cita rasa, musik, makanan, pakaian dan lain-lain. Namun demikian sifatnya tidak mutlak atau bisa berubah-ubah, terutama menyangkut gender dan subkultur dalam suatu masyarakat. Misalnya celana jeans yang dahulu hanya dipakai oleh laki-laki saja maka sekarang seiring berkembangnya zaman, para wanita pun telah memakainya juga. Sehingga gaya hidup tersebut dapat senantiasa berubah dan tidak terbatas pada satu zaman saja.
26
2.9
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan bagian dari suatu penelitian sebagai rangkuman
dan juga merupakan hasil tinjauan pustaka yang akan memiliki keterkaitan dengan teori – teori yang ada, konsep dan hasil penelitian dengan masalah yang akan ditelitinya. Maka kerangka pemikiran adalah suatu bentuk pendekatan dalam penelitian untuk memecahkan suatu masalah yang menggambarkan variabel dan hubungan variabel dalam penelitian tersebut.
Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya. Jadi, dimana seorang entrepreneur merupakan motor penggerak roda dalam suatu usaha yang digelutinya. Dan kesuksesan perusahaan merupakan keinginan yang ingin dicapainya dan bentuk wujud kesuksesan perusahaan adalah target perusahaan yang telah berhasil dan besarnya asset perusahaan. Dalam penelitian tersebut, penulis ingin melakukan penelitian adakan hubungan antara idealisme dengan keterampilan dan inovasi serta gaya hidup dengan keterampilan dan inovasi dalam berwirausaha pada seorang entrepreneur. Penulis melakukan survei kepada beberapa entrepreneur yang berbeda sebagai objek penelitian. Survei dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan rencana penulis. Dan kuesioner akan diberikan kepada entrepreneur, yakni kepada pemilik bisnis distro.
27
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Idealisme Dan Gaya Hidup Dengan Keterampilan dan Inovasi
Keterampilan
Gaya Hidup
Idealisme
Inovasi