BAB 2 LANDASAN TEORI
I.
Tinjauan Umum
2.1
Terminologi Judul Judul penelitian merupakan Perancangan Interior Sanggar Seni Tari
Tradisional Indonesia. Apabila ditinjau dari segi bahasa berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian sebagai berikut. 1. Perancangan : Proses, cara, perbuatan merancang. 2. Interior
: (1) Bagian dalam gedung (ruang dsb); (2) Tatanan perabot (hiasan dsb) di dalam ruang dalam gedung dsb.
3. Sanggar
: (1) Tempat pemujaan yang terletak di pekarangan rumah; (2) Tempat untuk kegiatan seni (tari, lukis, dsb).
4. Seni
: (1) Keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dsb); (2) Karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran.
5. Tari
: Gerakan badan (tangan dsb) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dsb).
6. Tradisional
: (1) Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. (2) Menurut tradisi (adat).
7. Indonesia
: Merujuk kepada salah negara Indonesia.
Berdasarkan tinjauan pengertian judul di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Perancangan Interior Sanggar Seni Tari Tradisional Indonesia merupakan proses merancang tatanan ruang dalam untuk sebuah tempat kegiatan yang mempelajari bidang seni khususnya dalam bidang seni tari nusantara populer.
2.2
Tinjauan Terhadap Pendidikan Pendidikan merupakan sebuah usaha yang terencana di dalam sebuah proses
pembelajaran sehingga para peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya masing-masing.
7
8 Menurut ketentuan UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi satu sama lain. 2.2.1 Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan kegiatan pembelajaran yang bersifat sistematis, berstruktur, dan bertingkat yang dilaksanakan di dalam waktu tertentu. Menurut UU No. 20 tahun 20013 Pasal 14, jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar (SD, SMP, dan MTS), Pendidikan menengah (SMA, MA. SMK, MAK), serta pendidikan tinggi (akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas). Sedangkan menurut Coombs (1973), pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat atau berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. 2.2.2 Pendidikan Nonformal Menurut Coombs (1973), pendidikan nonformal adalah kegiatan yang terorganisasi dan sistematis yang dilakukan di luar sistem persekolahan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas dan sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan bersifat pengganti ataupun pelengkap serta pendukung dari pendidikan formal. Jenis pendidikan nonformal dapat berupa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, serta pelatihan kerja. Selain itu juga terdapat jenis pendidikan nonformal yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didiknya seperti: 1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 2. Lembaga kursus 3. Lembaga pelatihan 4. Kelompok belajar 5. Majelis taklim 6. Sanggar
9 2.2.3 Sanggar Sanggar merupakan suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh sebuah komunitas untuk melakukan kegiatan. Komunitas yang dimaksud adalah sekumpulan orang yang memiliki minat dan ketertarikan di dalam bidang yang sama sehingga membutuhkan sebuah wadah atau sarana untuk menyalurkan hobi di bidang tersebut. Selain sanggar, terdapat lembaga kursus yang juga merupakan salah satu jenis pendidikan nonformal dan memiliki beberapa persamaan satu sama lain sehingga menimbulkan kerancuan, seperti: 1.
Berdiri secara mandiri dan merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah.
2.
Di dalamnya terdapat proses pembelajaran.
3.
Waktu pembelajaran atau pelatihan relatif lebih singkat.
4.
Pengajar bersifat tidak resmi serta sesuai dengan keahliannya masingmasing.
Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan signifikan yang dapat memisahkan lembaga kursus dengan sanggar, seperti: 1.
Kursus hanya terdiri dari proses kegiatan belajar mengajar, sedangkan pembelajaran di dalam sanggar terkesan menyeluruh dan mencakup proses dari awal hingga akhir.
2.
Keanggotaan di dalam sanggar seni tidak memiliki batas sedangkan kursus memiliki kegiatan pembelajaran dalam waktu yang singkat dan pada saat keanggotaan kursus berakhir, para peserta didik mendapatkan sertifikat sesuai dengan bidang pembelajaran masing-masing.
Sanggar sering kali dikaitkan dengan kegiatan seni, akan tetapi sanggar juga dapat digunakan di dalam kegiatan seperti: 1. Sanggar ibadah, merupakan tempat beribadah yang biasanya terletak di halaman belakang rumah sesuai dengan tradisi masyarakat Jawa dulu. 2. Sanggar kerja, merupakan tempat untuk bertukar pikiran mengenai suatu pekerjaan. 3. Sanggar bahasa, merupakan tempat untuk bertukar pikiran yang berhubungan dengan mempelajari dan mengkaji kesusastraan. 4. Sanggar anak, merupakan tempat untuk anak-anak belajar suatu hal di luar kegiatan sekolah.
10 2.3
Tinjauan Terhadap Seni Budaya
2.3.1 Pengertian Seni Budaya Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan manusia selaku penikmat seni. Seringkali seni dikaitkan dengan unsur keindahan yang diciptakan oleh manusia, sehingga tidak ada peraturan dan parameter yang pasti di dalam penilaian sebuah karya seni. Dengan adanya karya seni, kita dapat memperoleh kenikmatan secara batin yang merupakan akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Berikut ini merupakan definisi seni berdasarkan beberapa sumber. 1.
Ensiklopedia Indonesia Seni adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena keindahan bentuknya, orang senang melihat atau mendengar.
2.
Ki Hadjar Dewantara Seni merupakan perbuatan manusia (penggubah) yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia (penerima).
3.
Thomas Munro Seni adalah alat buatan manusia (penggubah) untuk menimbulkan efekefek psikologis atas manusia lain (penerima) yang melihatnya. Efek-efek tersebut mencakup segala tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun emosional.
Sedangkan budaya merupakan kata yang berasal dari bahasa sansakerta yaitu Buddhayah yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Nostrand (1989:51) budaya merupakan sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut. Sehingga dapat disimpulkan, budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok yang akan diwariskan dari generasi ke generasi. 2.3.2 Jenis Seni Berdasarkan bentuk pengungkapannya, seni dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
11 a. Seni tradisional Merupakan unsur kesenian turun-temurun yang telah menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum atau suku tertentu. Indonesia dikenal dengan kekayaannya akan budaya, sehingga seni tradisional di dalam suatu daerah berbeda dengan daerah lain, meskipun tidak menutup kemungkinan akan adanya kemiripan di antara dua daerah yang berdekatan. Seni yang muncul di dalam suatu daerah diciptakan berdasarkan filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, yaitu berupa aktivitas religius ataupun seremonial. Beberapa seni tradisional yang hingga saat ini masih sering digunakan dan dilestarikan antara lain wayang kulit, wayang golek, ornamen pada rumah tradisional, batik, tenun ikat, dan sebagainya. b. Seni Modern Seni modern merupakan seni yang telah mengikuti perkembangan zaman dan tidak terbatas pada suatu kebudayaan serta adat akan tetapi tetap memiliki filosofi tersendiri. Bentuk seni modern pada umumnya dipengaruhi oleh kebudayaan barat seperti Eropa sehingga terjadi beberapa pembaharuan di dalamnya. Berdasarkan media pengungkapannya, seni dibedakan menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut. a. Seni rupa, terbentuk dengan media yang dapat ditangkap dengan mata serta dirasakan dengan rabaan. Cabang seni ini mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, serta tekstur sehingga terbentuk karya seni yang berhubungan dengan estetika. b. Seni sastra, merupakan karya seni yang diungkapkan ke dalam bentuk bahasa, tulisan, ataupun kalimat yang mengandung nilai estetis. Bentuk karya dapat berupa prosa, puisi, serta drama. c. Seni tari, merupakan karya seni yang diungkapkan ke dalam bentuk gerakan berirama yang berasal dari manusia. d. Seni musik, karya seni yang merupakan kumpulan atau susunan bunyi atau nada dengan ritme tertentu. e. Seni teater, seni yang diungkapkan dengan media bahan, kata dan bahasa, gerakan tubuh, serta suara sehingga secara keseluruhan dikenal dengan seni pertunjukan.
12 2.4
Tinjauan Terhadap Seni Tari
2.4.1 Pengertian Seni Tari Menurut Corrie Hartong, seorang ahli tari dari Belanda menyatakan bahwa tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Sedangkan menurut Pangeran Suryadiningrat, seorang ahli tari Jawa menyatakan bahwa tari adalah gerak dari seluruh anggota badan manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Dapat diambil kesimpulan yaitu seni tari merupakan bagian seni yang diserap melalui indra penglihatan. Di dalamnya terdapat gerakan-gerakan tubuh yang merupakan unsur pokok dengan ritme teratur yang menyesuaikan dengan irama musik. Di dalam sebuah seni tari terdapat perpaduan dari beberapa unsur yang disebut dengan Wiraga, Wirama, dan Wirasa. Ketiga unsur ini akan membentuk sebuah tarian yang harmonis. Wiraga merupakan penguasaan keterampilan gerak di dalam seni tari, wirama merupakan ketukan atau irama yang mempengaruhi perpindahan gerak, sedangkan wirasa berhubungan dengan ekspresi raut muka atau mimik yang menggambarkan karakter tarian. 2.4.2 Unsur Tari 1. Gerak Gerak merupakan salah satu unsur utama dari seni tari di mana perasaan dan jiwa seseorang di dalam seni tari berusaha untuk diungkapkan ke dalam bentuk gerak. Gerak tari merupakan rangkaian dari pergerakan anggota tubuh sehingga dapat dinikmati oleh orang lain. Gerak tari di berbagai daerah memiliki ciri khas tersendiri, sehingga gerakan di suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini menyebabkan keberagamannya gerak tari yang ada di Indonesia. Menurut aktivitasnya, gerak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: •
Gerak setempat yang merupakan gerakan yang dilakukan tanpa ada perpindahan tempat.
•
Gerak berpindah tempat yang dapat dilakukan dengan cara bergeser, melangkah, meluncur, ataupun melompat.
2. Busana Tari Fungsi utama dari busana atau tata kostum tari adalah untuk mendukung tema dan memperjelas peranan yang disajikan di dalam sebuah tarian. Sehingga perlu
13 beberapa pertimbangan di dalam penataan dan penggunaan busana tari tersebut, yaitu: •
Menyajikan busana tari yang nyaman digunakan oleh penari serta indah dilihat oleh penonton.
•
Busana tari digunakan untuk mendukung tema tarian, sehingga perlu dipertimbangkan agar terjadi suatu kesatuan antara tari dan tata busana.
•
Busana tari yang digunakan diharapkan dapat menimbulkan imajinasi penonton.
•
Busana tari didesain dengan memperhatikan bentuk gerak tari.
•
Memperhatikan pemilihan atau perpaduan warna yang digunakan di dalam busana.
3. Tata Rias Tari Fungsi dari tata rias adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang dibawakan di dalam suatu pertunjukan, memperkuat ekspresi, serta menambah daya tarik penampilah. Di dalam tata rias tari terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: •
Riasan sebaiknya mencerminkan karakter tokoh peran.
•
Kerapihan dan kebersihan rias perlu diperhatikan sehingga nyaman dilihat.
4. Iringan Tari Iringan tari dapat berupa iringan yang berasal dari tubuh manusia, seperti tepukan tangan, hentakan kaki, dan suara-suara yang berasal dari mulut. Selain itu, tari juga dapat diiringi oleh alat musik yang dimainkan. Musik merupakan salah satu unsur penunjang tari yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk iringan tari, musik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: •
Musik sebagai pengiring tari, jika musik hanya berperan sebagai mengiringi sebuah tarian.
•
Musik sebagai ilustrasi jika musik berperan sebagai bentuk ilustrasi dari sebuah tarian.
14 •
Musik sebagai partner gerak, jika musik tidak hanya sekedar mengiringi atau menjadi latar, tetapi juga memiliki karakter yang dapat ikut mengekspresikan maksud dari sebuah tarian.
5. Properti Tari Properti merupakan peralatan yang digunakan oleh penari di atas pentas. Keberadaan properti dapat digunakan untuk memperjelas karakter, peristiwa, ruang, hingga memamerkan keterampilan teknik dari penari di atas panggung. Properti tersebut seperti keris, payung, selendang, bangku, dan sebagainya. 6. Ruang Pentas Ruang pentas merupakan arena penari bermain atau menarikan sebuah tarian. Beberapa arena pentas yang paling dikenal di Indonesia yaitu: •
Panggung Prosenium Panggung prosenium merupakan panggung berbingkai yang sengaja dibuat untuk membatasi daerah pemeran dan penonton. Panggung ini hanya terpusat satu arah sehingga penonton dapat lebih fokus di dalam menyaksikan pertunjukan. Hingga saat ini jenis panggung prosenium masih banyak dimiliki oleh lembaga-lembaga kesenian di Indonesia.
Gambar 2.1 Gedung Pertunjukan Erasmus Huis Jakarta
Sumber: voiceofsoul.wordpress, 2013 •
Pendapa Pendapa atau pendopo pada awalnya digunakan untuk seni pertunjukan di istana Jawa, sehingga arena ini merupakan salah satu arena
15 pertunjukan lama yang dimiliki oleh Indonesia khususnya di daerah Jawa. Pendapa memiliki ciri bentuk yang sangat khas yaitu adanya tiang penyangga bangunan yang sering disebut saka.
Gambar 2.2 Tarian Wayang Wong di Pendopo Tedjokusuma Yogyakarta
Sumber: Antarafoto, 2011 •
Arena terbuka Arena terbuka merupakan jenis arena pertunjukan tanpa atap dan berbentuk terbuka. Jenis arena ini memiliki bentuk yang cukup beragam, dapat berupa tanah lapang, halaman pura di Bali, dan sebagainya.
7. Tema Tema merupakan pokok pikiran atau ide dasar. Tema yang sering digunakan di dalam pertunjukan tari adalah sebagai berikut. •
Pengalaman hidup seseorang
•
Kejadian sehari-hari
•
Cerita rakyat
•
Karya sastra, seperti Ramayana dan Mahabrata
•
Upacara-upacara tradisional seperti upacara keagamaan dan upacara adat.
2.4.3 Jenis Tari 2.4.3.1 Jenis Tari menurut Garapan 1. Tari Tradisional Tari Tradisional merupakan tarian yang diwariskan secara turun temurun. Biasanya, tarian ini mengandung nilai filosofis, simbolis, dan juga religius. Tari tradisional memiliki aturan yang tidak dapat diubah seperti di dalam pemakaian
16 formasi, busana, dan tata rias. Di dalam tari tradisional terdapat dua jenis tarian lainnya, yaitu tari klasik dan tari rakyat. Tari klasik dikembangkan oleh para penari bangsawan di dalam istana dan memiliki aturan tarian yang baku dan tidak dapat diubah. Gerakan tarian klasik terkesan lebih anggun dengan pemakaian busana yang mewah. Tarian ini berfungsi untuk sarana upacara adat ataupun upacara penyambutan tamu kehormatan. Salah satu contohnya yaitu Tari Topeng Kelana yang berasal dari Jawa Barat. Tari rakyat merupakan tarian yang berkembang di kalangan rakyat luar istana. Gerakan tarian ini cenderung mudah dan dapat diiringi dengan musik. Begitu juga dengan busana yang digunakan, bertolak belakang dengan tarian klasik dan relative lebih sederhana. Contoh tarian rakyat yaitu Jaipongan (Jawa Barat) dan Tari Lilin (Sumatera Barat). 2. Tari Kreasi Tari kreasi merupakan tarian yang lepas dari standar baku. Tarian ini dibuat menurut kreasi penata tari sesuai dengan kondisi dan tetap memiliki nilai artistik. Tari kreasi meliputi jenis tari modern dan kontemporer. 2.4.3.2 Jenis Tari Menurut Koreografi 1. Tari Tunggal Tari tunggal atau solo merupakan tari yang diperagakan secara individu, baik lakilaki ataupun perempuan. 2. Tari Berpasangan Biasa disebut dengan duet, merupakan tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan. 3. Tari Kelompok Tarian ini merupakan tari yang diperagakan lebih dari dua orang dan secara berkelompok. 2.4.4 Peranan Seni Tari Seni tari sangat berhubungan dengan keadaan masyarakat dan budaya daerah masing-masing. Oleh karena itu, peran tari berkembang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan budaya setempat. Fungsi dan peran seni tari dapat dibagi menjadi:
17 • Seni tari sebagai sarana upacara • Seni tari sebagai hiburan • Seni tari sebagai terapi • Seni tari sebagai media pendidikan • Seni tari sebagai media pergaulan • Seni tari sebagai media pertunjukan • Seni tari sebagai media katarsis 2.4.5 Sejarah Seni Tari Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beraneka ragam budaya dengan ciri khas daerah masing-masing. Salah satu bentuk ciri khas kebudayaan setiap daerah diwujudkan dengan tari khas daerah. Pada awalnya, tarian diciptakan dilandasi oleh beberapa hal seperti: 1. Ritual keagamaan atau upacara adat 2. Ritual penyembuhan 3. Pesta Rakyat atau pada saat musim panen 4. Cerita cinta pada zaman dahulu 5. Permainan rakyat. Perkembangan seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Selain itu, menurut Soedarsono (1977), salah seorang budayawan dan peneliti seni pertunjukan Indonesia menjelaskan bahwa secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar (asing). Berikut ini merupakan perkembangan seni tari di Indonesia berdasarkan beberapa periode. 1. Tari zaman prasejarah atau zaman primitif (20.000 SM – 400 M) Wujud tarian pada zaman ini cenderung menirukan gerakan alam dan bersifat imitatif. Tarian sering digunakan sebagai pemujaan serta upacara penyembuhan penyakit. 2. Tari zaman feodal atau penjajahan (400 M – 1945) Tarian pada zaman ini memiliki fungsi sebagai tari upacara, hiburan, serta pertunjukan. Selain itu pada periode ini Indonesia terpengaruh oleh beberapa pihak luar sehingga terjadi pembagian sebagai berikut.
18 a. Pengaruh Hindu Buddha Tarian di dalam agama Hindu sering digunakan sebagai sarana pemujaan dewa serta memiliki nilai artistik yang tinggi. Tarian merupakan bagian penting dalam upacara keagamaan terlihat pada relief candi yang menggambarkan para penari yang sedang menari diiringi beberapa instrument musik. b. Pengaruh Islam Pada saat Indonesia mendapat pengaruh dari agama Islam, tarian berkembang karena digunakan sebagai media penyebaran agama terutama di kerajaan Mataram, Kesultanan Cirebon serta Kerajaan Demak. c. Zaman Penjajahan 3. Tari zaman modern (setelah Indonesia merdeka hingga sekarang) Jenis tarian pada zaman modern ditandai dengan munculnya koreografi tari yang lebih ekspresif dan mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar.
2.5
Tinjauan Terhadap Area Pertunjukan Di dalam sebuah pertunjukan seni, diperlukan suatu area yang biasa disebut
dengan Gedung Pagelaran. Menurut Gho See Tjhiong (1990) Gedung pertunjukan merupakan suatu wadah penampungan dari suatu penyajian seni pertunjukan kepada sekelompok penonton yang berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan jiwanya untuk menyaksikan suatu pertunjukan yang terencana dengan cara melihat dan mendengarkan. 2.5.1 Jenis Gedung Pertunjukan Berikut
ini
merupakan
beberapa
jenis
diklasifikasikan berdasarkan beberapa poin, seperti: a.
Lokasi • Pusat Metropolitan • Pusat Regional • Town Center • Neighbourhood Center
gedung
pertunjukan
yang
19 • Resor, Urban, Luar Kota, tepi laut • Pusat Khusus • One-off Event. b.
Kepemilikan • Pemerintah lokal • Institusi pendidikan • Sektor Komersial • Pihak Swasta • Sektor Sukarelawan • Organisasi Masyarakat • Pihak atau badan lain.
c.
Jenis Pertunjukan • Sejenis pertunjukan utama, seperti musik klasik, tari opera, musical, jazz, drama. • Kombinasi beberapa jenis kegiatan yang digabungkan, sehingga terbentuk sebuah area yang disebut auditorium serba guna.
d.
Bentuk Auditorium • Format Proscenium • Format arena • Format Open-trust • Format gabungan (multiform) • Format multiuse
e.
Kapasitas Tempat duduk • Sangat besar (kapasitas 1500 tempat duduk atau lebih). • Besar, kapasitas 900-1500 tempat duduk. • Sedang, kapasitas 500-900 tempat duduk • Kecil, kapasitas di bawah 500 tempat duduk. • Area terbuka
20 f.
Peran Fasilitas • Markas suatu organisasi atau perusahaan profesional • Markas beberapa grup profesional • Untuk fasilitas lingkungan sekitarnya • Untuk pengajaran • Untuk festival atau acara tertentu
g.
Pilihan Produksi • Pertunjukan baru • Pertunjukan yang telah rutin • Pertunjukan ekspresimental.
h.
Pola Pemakaian • Repetisi (berulang atau rutin) • Berulang dalam jangka waktu tertentu • Musiman • Acara sesekali.
i.
Jenis dan Jumlah Penonton • Bebas terbuka untuk umum • Terbatas untuk kalangan tertentu • Ditujukan pada kalangan tertentu, seperti klub, organisasi, karyawan perusahaan, dan sebagainya.
j.
Kebijaksanaan Finansial • Mencari keuntungan • Tidak mencari keuntungan
k.
Kebijaksanaan Bangunan • Permanen atau temporer • Indoor atau outdoor • Formal atau informal
21 • Tingkat adaptasi • Standar bangunan umum. l.
Aktivitas Tambahan • Aktivitas yang dapat didukung auditorium, seperti konferensi • Fasilitas umum lainnya, seperti bar atau restoran. • Fasilitas seni lainnya • Fasilitas produksi
2.5.2 Jenis Auditorium berdasarkan Fungsi • Auditorium Frontal Tetap • Auditorium Frontal Semi Fleksibel • Auditorium Konvertibel • Auditorium Bebas • Auditorium Multi Fungsi • Teater Outdoor
II. Tinjauan Khusus 2.6
Sanggar Seni Getar Pakuan
2.6.1 Sejarah Perusahaan Gambar 2.3 Logo Sanggar Seni Getar Pakuan
Sumber: Sanggar Seni Getar Pakuan Sanggar Seni Gerak Taruna (Biasa disingkat dengan Getar) Pakuan merupakan salah satu wadah bagi masyarakat khususnya anak muda untuk
22 menyalurkan minat dan bakat khususnya di dalam bidang kesenian. Getar Pakuan berdiri berdasarkan pemikiran walikota Bogor saat itu, yaitu Drs. Suratman. Sanggar Seni Getar Pakuan dibentuk berdasarkan SK. Pengurus KORPRI unit Pemerintah Kota Bogor nomor: 01/UKP/SK/IV/92 dengan Walikota dan Sekda Kota Bogor sebagai pelindung. Resmi berdiri dan dibuka untuk umum pada tahun 1994, yang pada saat itu mendapat respon positif dari masyarakat kota Bogor, Sukabumi, Tangerang, hingga Jakarta. Sanggar Seni Getar Pakuan lebih ditujukan kepada proses pembelajaran kesenian tradisional sejak dini, sehingga tidak terlalu difokuskan ke dalam kegiatan komersil. Selain itu, berbagai macam prestasi telah diraih oleh Sanggar Seni Getar Pakuan, baik di tingkat Bogor, Jabodetabek, Jawa Barat, ataupun tingkat Nasional. Prestasi inilah yang membuat nama Getar Pakuan terkenal dalam konteks sebagai sebuah Sanggar Seni, maupun dalam kesenian Jawa Barat secara general. Saat ini tercatat sekitar 7500 siswa/anggota yang pernah berlatih dan sekitar 750 siswa yang saat ini masih aktif dalam kelas tari Jaipongan, tari Klasik, Bina Vokal, dan Karawitan. Para siswa berasa dari Bogor, Sukabumi, Tangerang, dan Jakarta. Diharapkan ke depannya Getar Pakuan dapat meningkatkan apresiasi dan prestasi generasi muda dalam bidang kesenian, khususnya kesenian tradisional. Selain itu juga Sanggar Seni Getar Pakuan berupaya untuk menyiapkan generasi penerus yang lebih peduli akan keberlangsungan budaya. 2.6.2. Lokasi Sanggar Seni Getar Pakuan berlokasi di Gedung Kemuning Gading Lantai 3, Jl. Ir. H. Djuanda No. 10 Bogor. Gedung Kemuning Gading sendiri merupakan salah satu gedung kesenian yang ada di kota Bogor dan berada di dalam kompleks Balaikota. Lingkungan sanggar termasuk ke dalam lingkungan yang strategis, di mana lokasi sanggar terletak di tengah kota dan dekat dengan lingkungan Istana Bogor serta Kebun Raya Bogor. Selain itu juga Keberadaan sanggar relatif dekat dengan beberapa sekolah, diantaranya adalah SMPN 1 Bogor, SMAN 1 Bogor, dan sebagainya.
23 Gambar 2.4 Tampak depan bangunan Kemuning Gading
Sumber: dokumentasi pribadi
2.6.3. Visi dan Misi Berikut ini merupakan visi dan misi dari Sanggar Seni Getar Pakuan. • Visi Menjadikan Sanggar Seni Getar Pakuan sebagai sentra pendidikan dan pengembangan kesenian. • Misi Pemulyaan, pewarisan dan pengembangan kerja kreatif, ekonomi kreatif berbasis budaya. • Tujuan Menyelenggarakan pendidikan, dan latihan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kesenian Sunda dan Nusantara. • Outcome Terlahirnya siswa yang terampil, kreatif, dan dapat menginformasikan khasanah kesenian Sunda kepada masyarakat luas. • Output Terlahirnya insan seni, pencinta seni yang dapat mengembangkan kariernya secara mandiri. • Keuntungan Meningkatkan spirit menggali kearifan lokal, dan tersedianya ruang untuk aktivitas dan kreativitas bagi masyarakat seni.
24 • Materi Garapan Fokus garapan lebih dititik beratkan kepada pendidikan, pelatihan, dan pengembangan kreativitas di bidang seni tari, karawitan dan musik. 2.6.4. Struktur Organisasi Dewan Pendiri
: Drs. Suratman (Alm) Drs. H. Diani Budiarto H. Sambas Bratasondjaya, SH M. Basit, BA. Drs. Usman Zakaria Asep Firdaus Sobur Anwar
Pelindung
: Walikota Bogor
Pembina
: Bidang Kebudayaan DISBUDPAR Kota Bogor
Penasehat
: H. Sambas Bratasondjaya, SH Sobur Anwar
Konsultan
: Nana Munajat Dahlan, S.Sen
Pengurus Harian Gambar 2.16 Gambar struktur organisasi Getar Pakuan Pemimpin
Bendahara
Bag. Kesiswaan
Sekretaris
Bag. Pagelaran dan Dokumentasi
Instruktur: Tari Jaipong Tari Klasik Tari Nusantara Bina Vokal
Bag. Busana
Asisten
Bag. Peralatan Sumber: dokumentasi Sanggar Getar Pakuan 2.6.5 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran di dalam Sanggar Seni Getar Pakuan terbagi menjadi beberapa kelas, yaitu: • Kelas pemula (usia TK)
25 • Kelas dasar (jenjang SD kelas 1-4) • Kelas remaja (SD-SMA) • Kelas dewasa Masing-masing kelas terdiri dari 3 tahap/level dengan kenaikan level setiap 6 bulan sekali (semester). Berikut ini merupakan program pendidikan dan pelatihan yang ada di dalam Sanggar Seni Getar Pakuan. 1. Bidang Tari Sunda dan Tari Nusantara • Pelatihan tari untuk anak-anak, remaja, dan dewasa • Pelatihan tari kreasi baru • Pembinaan tari untuk pagelaran/pentas 2. Bidang Musik dan Karawitan • Pelatihan olah vocal untuk anak-anak dan remaja • Pelatihan musik (piano, drum, gitar, biola) • Pelatihan petik kecapi untuk anak-anak dan remaja • Pelatihan gamelan degung untuk remaja 3. Bidang Seni Pertunjukan • Pembinaan musik angklung • Pembinaan seni permainan anak-anak • Pembinaan rampak gendang untuk remaja. 4. Evaluasi Seni dan Ujian • Diadakan evaluasi triwulan (dilaksanakan setiap tiga bulan dan dievaluasi oleh instruktur masing-masing di setiap tingkat). • Diadakan evaluasi setiap satu semester dan seringkali diselenggarakan di ruang publik seperti Mall, dan taman hiburan serta dinilai langsung oleh akademisi seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan seniman tradisi. Evaluasi ini juga berperan sebagai media promosi sanggar dan seni budaya pada umumnya.
26 2.6.6. Fasilitas dan Sarana Penunjang Tabel 2.1 Tabel Fasilitas dan Sarana Sarana & No
Prasarana
Volume
1
Kantor Ketua
I buah
2
Ruang Administrasi
1 buah
Keterangan
Dilengkapi Cermin, Soundsystem, AC & 3
Studio Tari
3 Ruang
4
Studio Bina Vokal
2 Ruang
5
Studio Rekaman
1 Ruang
6
Ruang Kostum
1 Ruang
7
Kamar Mandi
2 buah
8
Mushola
1 buah
9
Dapur
1 buah
10
Ruang Tunggu
1 buah
CCTV
Televisi LCD (untuk media 11
pelatihan)
2 unit
12
CCTV
2 unit
untuk mengontrol kegiatan
13
Kamera
1 unit
untuk pendokumentasian
14
Gamelan
2 unit
15
Gamelan Goyor
1 unit
16
Angklung
1 unit
17
Kacapi Kawih
6 buah
18
Kacapi Indung
2 set
19
Kendang
8 set
20
Drum
1 unit
21
Gitar Listrik
1 buah
22
Bass Gitar
1 buah
23
Orgen/Piano
1 unit
24
Komputer & Printer
3 unit
25
Laptop
1 unit
Untuk Rampak Kendang
Sumber: dokumentasi Sanggar Getar Pakuan
27
•
Entrance Berikut ini merupakan bagian entrance atau pintu utama dari Sanggar Getar
Pakuan. Pengamanan bagian depan cukup baik karena menggunakan pintu besi dengan pola perulangan bentuk persegi panjang yang dapat dikunci. Pemilihan jenis pintu mengakibatkan masuknya pencahayaan alami yang cukup optimal sehingga ruangan terlihat lebih terang tanpa bantuan pencahayaan buatan.
Gambar 2.5 Bagian Depan (entrance) Sanggar
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Tunggu Ruang tunggu merupakan ruangan yang diperlukan untuk menunggu,
khususnya bagi para orang tua murid yang mengantar anaknya melakukan pelatihan tari. Ruangan ini terdiri dari susunan kursi-kursi yang digunakan para pengunjung, serta menyatu dengan area kantin, mushola, dan toilet. Ruang tunggu yang ada di Sanggar Getar Pakuan kurang begitu baik karena ukuran ruangan yang tidak begitu besar sehingga ruang gerak para pengguna tidak optimal.
28 Gambar 2.6 Ruang Tunggu Sanggar
Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.7 Ruang Tunggu Sanggar (Terlihat bagian kantin dan toilet)
Sumber: dokumentasi pribadi •
Kantor Staff Kantor staff merupakan ruang di mana staff beraktivitas. Ruangan ini memiliki tiga computer, serta terdapat lemari penyimpanan piala. Ruangan ini juga menyatu dengan ruang pimpinan yang terletak lebih eksklusif. Akan tetapi kantor staff juga sering digunakan sebagai tempat para orang tua menunggu anaknya karena kurangnya ruang di area tunggu, sehingga area kantor staff tidak memiliki privasi tersendiri.
29 Gambar 2.8 Ruang Staff
Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 2.9 Ruang Staff (terlihat bagian penghargaan dan ruang pemimpin)
Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.10 Ruang Pimpinan
Sumber: dokumentasi pribadi
30 •
Studio Tari Getar Pakuan memiliki tiga ruang studio tari dengan ukuran yang beragam. Ruang 1 memiliki ukuran yang lebih besar dan dapat menampung hingga 20 orang. Ruangan ini juga sering digunakan sebagai ruang evaluasi per tiga bulan. Terdapat kaca di dua bagian ruangan sehingga kegiatan pembelajaran tari lebih optimal. Akan tetapi, posisi ruangan yang berdampingan satu sama lain mengakibatkan bertumpuknya suara musik apabila di ketiga ruangan sedang diadakan pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurang maksimalnya sistem akustik ruang di setiap ruangan.
Gambar 2.11 Studio Tari 1 (ukuran besar)
Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.12 Studio Tari 2 (ukuran standar)
Sumber: dokumentasi pribadi
31 Gambar 2.13 Studio Tari 3 (ukuran standar)
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang kostum dan Ruang Ganti Terdiri dari lemari penyimpanan kostum dan properti serta terdapat matras
yang sering digunakan para murid untuk istirahat. Ruangan ini kurang begitu baik karena tidak begitu besar sehingga sirkulasi ruang juga tidak optimal. Sehingga perlu dipertimbangkan untuk memberikan area tersendiri untuk ruang ganti di dalam perancangan interior sanggar.
Gambar 2.14 Ruang Ganti beserta Lemari Penyimpanan Kostum
Sumber: dokumentasi pribadi
32 •
Studio Rekaman Studio rekaman terdiri dari dua bagian, bagian pembuatan musik (composing)
serta area yang di dalamnya terdapat berbagai alat musik yang dapat digunakan. Ruangan ini cukup optimal di dalam pengaplikasian sistem akustik ruangnya, karena suara yang muncul tidak terdengar hingga area studio tari. Gambar 2.15 Studio Rekaman
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang penyimpanan properti Area ini merupakan area di mana berbagai macam alat musik seperti gendang, gamelan, dan beberapa properti pagelaran adat diletakkan. Akan tetapi dalam sanggar Getar Pakuan, area ini menyatu dengan area studio tari sehingga dapat mengganggu aktivitas pembelajaran. Perlu dipertimbangkan untuk pembuatan ruang khusus penyimpanan properti.
33 Gambar 2.16 Ruang Penyimpanan Properti
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Kegiatan Menggambar Merupakan ruang di mana anak mendapatkan pembelajaran menggambar
yang merupakan salah satu kegiatan yang ada di dalam sanggar Getar Pakuan. Ruangan ini cukup optimal di mana pengguna ruangan dapat melakukan aktivitas di dalam ruang dengan baik. Orang tua murid juga dapat melihat kegiatan melalui pintu kaca dan disediakan fasilitas kursi untuk menunggu. Gambar 2.17 Ruang Gambar
Sumber: dokumentasi pribadi
34 Gambar 2.18 Lorong menuju Ruang Gambar
Sumber: dokumentasi pribadi 2.6.7. Elemen Interior • Lantai Penggunaan material lantai pada Sanggar Getar Pakuan merupakan keramik dengan ukuran 30x30 dengan permukaan yang tidak begitu licin sehingga tidak membahayakan para murid dan pengajar yang berlatih tari di ruangan tersebut. • Dinding Material dinding yang digunakan adalah dinding bata dengan finishing cat dalam berbagai macam warna seperti hijau, ungu, dan orange. Pada ruangan rekaman terdapat wall padding yang berfungsi sebagai peredam suara. • Ceiling Material ceiling yang digunakan merupakan multipleks dengan ukuran 60x120 cm. • Pencahayaan Pencahayaan pada ruangan studio tari menggunakan cahaya buatan, salah satunya adalah lampu TL (Tubular Lamp). Sedangkan pada bagian ruang tunggu pada siang hari lebih mengandalkan cahaya alami karena merupakan ruangan semi terbuka. • Penghawaan
35 Pada ruang tunggu penghawaan cukup baik dikarenakan ruangan berada di area semi terbuka. Akan tetapi di dalam penataan ruang kurang mendapat perhatian sehingga sirkulasi ruang tidak baik. Pada ruangan studio tari menggunaan penghawaan buatan dengan bantuan AC. • Keamanan Sanggar Getar Pakuan memiliki CCTV yang diletakkan di beberapa titik. Selain itu letak sanggar yang berada di dalam gedung menyebabkan adanya jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran. 2.6.8. Permasalahan • Sanggar Getar Pakuan merupakan salah satu sanggar tertua yang ada di Bogor sehingga perawatan gedung cukup tidak terawat terlihat pada beberapa bagian ceiling terdapat rembesan air akibat bocor. • Masalah sirkulasi ruang yang ada di ruang tunggu membuat aktivitas pengguna menjadi
tidak
maksimal
dan
ruangan
terlihat
lebih
sempit.
Perlu
dipertimbangkan untuk merancang sebuah ruang tunggu yang dapat mengakomodasi kebutuhan penggunanya. • Permasalah di dalam sistem akustik ruang di mana setiap ruangan tidak memiliki material kedap suara yang cukup baik, sehingga pada saat latihan suara musik dapat terdengar hingga bagian luar studio tari.
2.7
Gigi Art of Dance
2.7.1. Sejarah Perusahaan Gambar 2.19 Logo Perusahaan Gigi Art of Dance
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance
36 Gigi Art of Dance merupakan salah satu sekolah tari yang ada di Jakarta yang berdiri sejak Oktober 2009 dan menyediakan sarana untuk para pencinta seni khususnya seni tari. Didirikan oleh Gianti Giadi, BA (Hons) yang merupakan lulusan LASALLE College of the Arts Singapore dan mendapakatkan gelarnya di sana. Gianti Giadi pernah mendapatkan penghargaan “The Most Popular Work” dalam Sprouts All Star 2012 dengan membawakan karyanya yang berjudul “A Presentation: In Pursuit of Beauty” yang merupakan perpaduan antara tarian kontemporer dengan warna tradisional. Gigi Art of Dance menyediakan tim pengajar dari berbagai macam kalangan, baik itu dalam ataupun luar negeri yang disesuaikan dengan keahlian dalam bidangnya masing-masing. Tempat ini juga merupakan salah satu Sekolah Tari di Jakarta yang menyediakan pelajaran tari seperti sejarah seni tari, pelajaran kritik tari, pelajaran komposisi, serta pelajaran dengan bantuan media visual guna memperkaya ilmu para muridnya yang berkisar 300 orang hingga saat ini. Ada banyak sekali kegiatan eksternal yang dilakukan selain untuk promosi, tetapi juga untuk menambah pengalaman dan kepercayaan diri para muridnya di dalam bidang seni pertunjukan. Salah satunya adalah acara tahunan Choreography Nite Showcase dan berbagai macam workshop yang dihadiri tidak hanya dari Indonesia tetapi juga mancanegara. Gigi Art of Dance merupakan salah satu sekolah tari yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara melalui seni tari. Gambar 2.20 Acara Choreography Night 2014
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance
37 2.7.2. Lokasi Gigi Art of Dance berlokasi di gedung G-House lantai 2, yang beralamat di Jl. Radio Dalam Raya no. 191-17 Jakarta Selatan. Akses menuju gedung sangat gampang karena berada di dekat dengan jalan raya dan mudah ditemui. Gigi Art of Dance terletak dekat dengan Pusat Perbelanjaan Pondok Indah Mall dan berada di area yang cukup ramai. Gambar 2.21 Gedung G House Radio Dalam
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance 2.7.3. Visi dan Misi Berikut ini merupakan visi dan misi dari Gigi Art of Dance. • Visi GIGI Art of Dance merupakan sekolah yang didedikasian untuk mengembangkan keahlian khususnya di bidang seni tari. Menyediakan sarana untuk belajar, eksplorasi, dan eksperimen serta menyalurkan minat dalam bidang seni tari. • Misi - Memperbaiki pendidikan tari di Indonesia - Menyediakan wadah untuk menyalurkan bakat dengan lingkungan yang aman. - Memberikan akses bagi para murid untuk berkomunikasi melalui gerakan tari dan musik. - Meningkatkan apresiasi seni tari khususnya di Indonesia. - Menyediakan media pembelajaran dan latihan yang interaktif dan semangat
38 - Melakukan pertunjukan seni dengan tujuan untuk memperkenalkan seni tari kepada masyarakat. 2.7.4. Struktur Organisasi Gambar 2.33 Struktur Organisasi Gigi Art of Dance Owner
General Manager
Marketing Manager
HRD
Staff
Staff Administration
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance 2.7.5. Kegiatan Pembelajaran Gigi Art of Dance beroperasi setiap hari dengan waktu: Weekdays: 10.00 – 21.00 WIB Sabtu: 11.00 – 15.00 WIB dan Minggu: 14.00 – 17.00 WIB Terdiri dari beberapa tingkat dengan jangka waktu 6 bulan (semester). Dapat diikuti dari berbagai kalangan umur, dari 3 tahun hingga dewasa dengan berbagai macam jenis kelas tari. Berikut ini merupakan lampiran dari program pembelajaran yang ada di Gigi Art of Dance. Gambar 2.22 Jenis kelas dalam Gigi Ari of Dance
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance
39 Gambar 2.23 Jadwal kelas dalam Gigi Ari of Dance
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance
Gambar 2.24 Pembagian tingkat level
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance
40 2.7.6. Fasilitas dan Sarana Penunjang
Tabel 2.2 Tabel Fasilitas dan Sarana No Sarana & Prasarana
Volume
1
Kantor Ketua
I buah
2
Ruang Meeting
1 buah
3
Ruang Staff
2 Ruang
Keterangan
Dilengkapi Cermin, Soundsystem, AC 4
Kelas Tari
1 Ruang
5
Ruang Tunggu
2 Ruang
6
Pantry
1 Ruang
7
Toilet
2 buah
8
Kamar Mandi
1 buah
9
Ruang Ganti
1 buah
10
Ruang Penyimpanan
1 buah
11
Area Kostum
1 unit
12
Mushola
1 unit
13
TV LCD
1 unit
14
Wifi
1 unit
15
CCTV
1 unit
& CCTV
Jaringan Internet
Sumber: dokumentasi Gigi Art of Dance •
Entrance Gigi Art of School terletak pada lantai 2 dan akses menuju lokasi adalah
dengan melewati tangga yang ada di gedung G House. Akses terlihat dengan baik karena adanya banner yang sengaja dipasang untuk mengarahkan pengunjung menuju Gigi Art of School.
41 Gambar 2.25 Bagian depan menuju lantai 2
Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.26 Tangga menuju lantai 2
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Tunggu Gigi Art of School memiliki dua ruang tunggu. Area pertama lebih ditujukan
kepada pengunjung ataupun murid didik, sedangkan area kedua untuk orang tua murid yang mendampingi anaknya melakukan pembelajaran. Ruangan sudah optimal dengan area yang cukup luas sehingga memberikan ruang gerak yang maksimal.
42 Terdapat mural dan hiasan ornamen pada dinding sehingga estetika ruang sangat baik.
Gambar 2.26 Ruang tunggu 1
Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.27 Ruang tunggu 2
Sumber: dokumentasi pribadi •
Studio Tari Studio tari yang dimiliki Gigi Art of School memiliki kapasitas sekitar 5-10
orang. Ruangan menghadap ke jalan raya serta terdapat kaca sehingga cahaya alami dapat masuk pada saat pagi hingga siang hari. Studio tari sudah optimal dengan pemakaian material yang aman digunakan dalam pembelajaran seperti vinyl floor
43 tile, serta sistem akustik ruang yang optimal dengan menggunakan material kedap suara pada dinding. Hal ini mengakibatkan suara musik yang ditimbulkan pada saat pembelajaran tidak terdengar hingga ruangan lainnya.
Gambar 2.28 Studio Tari (Kapasitas 5-10 orang)
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Staff Gigi Art of School memiliki konsep ruang terbuka sehingga area staff menyatu dengan area tunggu. Hal ini mengakibatkan pencahayaan dan penghawaan yang optimal karena tidak ada sekat antar ruang. Serta terdapat area menerima tamu yang berada dekat dengan pintu utama.
Gambar 2.29 Area Staff
Sumber: dokumentasi pribadi
44
Gambar 2.30 Area menerima tamu
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Pimpinan Ruang pimpinan menggunakan pintu kaca sehingga pimpinan dapat
memantau staff dari dalam ruangan. Ruangan tidak begitu luas tetapi sirkulasi ruang cukup baik sehingga aktivitas dalam ruangan tidak terganggu. Gambar 2.31 Ruang pimpinan
Sumber: dokumentasi pribadi
45 •
Ruang Meeting Ruang meeting yang dimiliki Gigi Art of School memiliki kapasitas sekitar 6
orang dan terdapat area tunggu. Ruangan didominasi oleh warna hitam dengan beberapa bukaan yaitu jendela memanjang sehingga cahaya alami dapat masuk secara optimal. Ruangan cukup luas dan dapat digunakan sebagai ruangan pribadi pimpinan. Pintu yang digunakan juga merupakan pintu kaca sehingga kegiatan staff dapat dipantau dari dalam ruangan. Gambar 2.32 Ruang meeting
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Kostum (Area Penyimpanan) Area Kostum merupakan area penyimpanan konstum serta properti tari yang
sering digunakan dalam pertunjukan. Area ini terdiri dari rak baju, lemari penyimpanan, dan cermin. Peletakkan area ini sudah cukup baik karena berada dekat dengan ruang pimpinan dan staff sehingga dapat dipantau secara langsung. Akan tetapi perlu dipertimbangkan juga untuk memberikan ruangan tersendiri kepada area ini karena ruang kostum termasuk ke dalam kategori ruang yang cukup privat sehingga memerlukan adanya privasi bagi para pengguna.
46 Gambar 2.33 Area kostum
Sumber: dokumentasi pribadi •
Ruang Ganti Ruang ganti dengan ukuran 120x120 cm dengan kapasitas satu orang.
Ruangan terdiri dari cermin, gantungan baju, dan tirai penutup. Gigi Art of School hanya memiliki satu buah ruang ganti dan hal ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan interior sanggar seni untuk memberikan fasilitas ruang ganti yang dapat memenuhi kebutuhan para penggunanya.
Gambar 2.34 Ruang ganti
Sumber: dokumentasi pribadi
47 •
Pantry Area dapur digunakan oleh para staff dan pengunjung yang di dalamnya
terdapat lemari pendingin, dispenser, dan lemari penyimpanan peralatan dapur. Area ini terletak dekat dengan pintu utama tetapi cukup tersembunyi sehingga tidak terlalu terlihat pada bagian depan.
Gambar 2.35 Pantry
Sumber: dokumentasi pribadi 2.7.7. Elemen Interior • Lantai Penggunaan material lantai pada Gigi Art of Dance adalah material vinyl flooring yang aman bagi para penggunanya serta perawatannya yang cukup mudah. Material ini digunakan di seluruh bagian ruangan. Pada pantry, ruang ganti dan toilet menggunakan keramik dengan ukuran 30x30 cm. • Dinding Material dinding yang digunakan adalah dinding bata dengan finishing cat di beberapa bagian dan diberi aksen mural seperti yang terlihat pada ruang tunggu. Penggunaan wallpaper juga terlihat pada beberapa bagian dinding seperti di ruang meeting dan ruang tunggu. Pemilihan warna merupakan warna yang netral dengan aksen ungu yang menambah keunikan ruangan. Pada ruang pemimpin, digunakan kaca sehingga memberikan kesan luas.
48 Gambar 2.36 Ruang pimpinan yang menghadap area staff
Sumber: dokumentasi pribadi • Ceiling Material ceiling yang digunakan merupakan gypsum board yang memberikan kesan bersih dan rapi. Material ini dapat meredam suara dengan baik, sehinga cocok digunakan di dalam perancangan sanggar seni. • Pencahayaan Pencahayaan pada ruangan studio tari menggunakan cahaya buatan, dengan beberapa aksen up ceiling guna pemasangan hidden lamp. Pada ruangan studio tari di siang hari tidak memerlukan cahaya buatan karena posisi studio yang menghadap ke jalan dan menggunakan material kaca sehingga cahaya alami dapat masuk ke dalam. • Penghawaan Gigi Art of Dance berada di dalam sebuah gedung sehingga memerlukan penghawaan buatan, seperti AC. Area ruangan memiliki konsep terbuka, di mana tidak begitu banyak sekat pemisah antara satu ruangan dan ruangan lain sehingga terlihat lebih luas • Keamanan Gigi Art of Dance memiliki CCTV yang diletakkan di beberapa titik demi keamanan lingkungan.
49 2.7.8. Permasalahan • Kurangnya jumlah fasilitas studio tari yang disediakan dapat memengaruhi aktivitas pengajaran di dalam sanggar seni. • Lokasi gedung cukup strategis tetapi terletak dekat dengan belokan sehingga cukup susah terlihat.
2.8
Ayodya Pala Indonesian Art Center
2.8.1
Sejarah Perusahaan Gambar 2.37 Logo Yayasan Ayodya Pala
Sumber: website resmi Ayodya Pala Ayodya Pala dirintis sejak tahun 1978 mulai dibentuk menjadi yayasan pada tanggal 24 April 1981 di Kota Depok Jawa Barat. Nama Ayodya Pala sendiri berasal dari kata “ayodya” yang diambil dari Epos Ramayana yaitu suatu negara atau kerajaan tempat Rama dilahirkan. Kerajaan dianggap makmur, aman, tentram dan berbudaya. Sedangkan “pala” berasal dari sumpah palama yang dibacakan oleh Maha Patih Gajah Mada yang berasal dari Majapahit. Lambang Ayodya Pala sendiri berbentuk wanita menari dengan gerakan tangan tawing yang memiliki arti kekuatan atau potensi suberdaya yang memiliki jiwa dan semangat dengan tujuan dan arah pemikiran yang murni dan tulus. Dalam arti lain, Ayodya Pala berusaha menjadi sebuah sarana yang selalu memiliki pandangan hidup positif di dalam menjalankan apapun. Saat ini Ayodya Pala telah memasuki umur 32 tahun dan bergerak dalam bidang Pelestarian, Pendidikan, dan Pengembangan Seni Budaya Tradisional Indonesia, diantaranya adalah bidang seni tari, musik, vokal, dan teater. Ayodya Pala merupakan salah satu sanggar yang terus mengalami perkembangan hingga saat ini dan memiliki jumlah siswa aktif 1.800 orang yang tersebar di 33 Cabang di
50 Jabodetabek. Hal ini tidak lepas dari kepercayaan masyarakat sekitar yang ditargetkan bagi kalangan menengah hingga menengah ke atas serta manajemen sanggar yang terus berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman. Ayodya Pala secara langsung telah berhasil membina dan mengembangkan rasa cinta budaya tradisional bagi para generasi muda, di mana para siswa yang mulai belajar sejak kecil hingga akhirnya telah banyak menjadi penari profesional, pelatih tari, dan pekerja seni yang kemudian ikut memberikan ilmu di dalam sanggar. 28.2. Lokasi Ayodya Pala berlokasi di Mall Depok yang terletak di Jl. Margonda Raya no. 88 Pondok Cina Depok Jawa Barat. Pusat pelatihannya terdapat di lantai tiga Mall Depok, sedangkan untuk kantor sekretariatnya sendiri berada ruko area Mall Depok yang letaknya tidak jauh dari tempat pelatihan. Lokasi sanggar ini sangat strategis karena terletak dekat dengan jalan utama Kota Depok, dan selain itu juga berada di dalam sebuah Mall.
Gambar 2.38 Tampak depan Depok Mall
Sumber: panoramio.com, 2013
Kantor pusat dari Ayodya Pala beralamat di Ruko Mall Depok no. 9A Kota Depok dan berada di dalam satu gedung dengan pusat akupuntur yang juga dimiliki oleh yayasan Ayodya Pala. Lokasi kantor cukup strategis dan aman karena berada di dalam kawasan mall dan terletak dengan pintu masuk menuju Mall Depok itu sendiri.
51 Gambar 2.39 Tampak depan Kantor Pusat Ayodya Pala
Sumber: dokumentasi Pribadi 2.8.3. Visi dan Misi Berikut ini merupakan visi dan misi yang dimiliki oleh Sanggar Ayodya Pala. • Visi 1.
Menyiapkan tenaga serta piranti yang diperlukan untuk pendidikan dan latihan serta penampilan karya seni.
2.
Menggiatkan penelitian dan percobaan penataan seni tari.
3.
Menciptakan generasi penerus Indonesia yang dibina oleh Ayodya Pala serta turut memperjuangkan perbaikan serta pembaharuan kehidupan masyarakat.
4.
Membina komunikasi antar generasi dan antar kalangan serta antar organisasi berasaskan kekeluargaan.
• Misi 1.
Membina serta memajukan seniman, anak-anak, remaja, dan pemuda Indonesia
sehingga
pembangunan bangsa.
menghasilkan
manfaat
untuk
menunjang
52 2.
Menanamkan kesadaran terhadap kewajiban serta rasa tanggung jawab seniman, anak-anak, remaja, dan pemuda terhadap bangsa.
3.
Melindungi kepentingan serta memperjuangkan hak seniman, anakanak, remaja, dan pemuda dengan memperhatikan kepentingan umum dan pemerintah.
2.8.4. Struktur Organisasi Pelindung
: Walikota Depok
Pembina
: Prof. Dr. Bambang Wibawarta : Sulistyo Tirtokusumo : Dr. Prihandoko, M.IT
Penasehat
: Drs. Dudi Miraz, M.Si
Penanggung Jawab
: Dra. Budi Agustinah
Ketua
: Denta Mandra Pradipta B, S.Ds
Gambar 2.53 Struktur Organisasi Ayodya Pala Pemimpin Perusahaan
Sekretaris
Humas dan Publikasi
Penanggung jawab Bidang
Sie. Pagelaran Sie. Kostum Sie. Dokumentasi Sie. Sponsor
Sie. Keamanan Sumber: Sanggar Ayodya Pala
Bendahara
53 2.8.5. Kegiatan Pembelajaran Ayodya Pala beroperasi dari hari Selasa hingga Minggu dengan waktu dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB (menyesuaikan dengan Mall Depok). Kelas dibuka kepada anak-anak, remaja, dan dewasa yang berminat dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu tahap pemula bagi mereka yang baru masuk, tahap terampil dan tahap mahir. Setiap 6 bulan sekali diadakan evaluasi yang kemudian akan berpengaruh kepada kenaikan tingkat. Sistem pengajaran yang dilakukan oleh Ayodya Pala adalah dengan sistem contoh, di mana staff pengajar memberikan arahan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh para murid didik. Berikut ini merupakan susunan tahapan pembelajaran yang akan diikuti oleh murid didik selama melakukan pelatihan. • Pengenalan bentuk atau gerakan tangan, kepala, dan kaki. • Pengenalan Posisi keadaan tubuh. • Pengenalan gerak sempur. • Pengenalan pergerakan keseluruhan dalam alur tari. • Pengenalan irama gamelan. • Pemahaman dan penghafalan susunan tari • Penguasaan cara menarikan sebuah tarian. 2.8.6. Fasilitas dan Sarana Penunjang Tabel 2.3 Tabel Fasilitas dan Sarana Sarana & No
Prasarana
Volume
1
Kantor staff
1 buah
2
Area Resepsionis
1 buah
Keterangan
Dilengkapi Cermin, Soundsystem, AC 3
Kelas Tari
1 Ruang
4
Ruang Tunggu
1 ruang
& CCTV
Terdapat alat musik seperti keyboard, 5
Kelas Musik
1 Ruang
6
Pantry
1 Ruang
7
Toilet
1 ruang
gitar, dsb
Memakai fasilitas Mall
54 8
Ruang Ganti
1 ruang
9
Ruang Kostum
1 ruang
10
Mushola
1 unit
11
TV LCD
1 unit
12
CCTV
1 unit
13
Sprinkler
1 unit
Fasilitas Mall
Sumber: dokumentasi Ayodya Pala • Kantor Staff Kantor ini merupakan kantor yang dimiliki oleh seksi Humas dan Publikasi dan hanya ditempati oleh satu orang. Lokasi kantor cukup baik karena mudah diakses oleh tamu. Akan tetapi, ruangan ini kurang memadai karena ruang gerak pengguna tidak optimal sehingga perlu dipertimbangkan untuk merancang sebuah kantor staff yang dapat memfasilitasi penggunanya.
Gambar 2.40 Kantor Staff
Sumber: dokumentasi pribadi
55 Gambar 2.41 Tangga menuju kantor staff di lantai 3
Sumber: dokumentasi pribadi • Ruang Kostum Ruang kostum memiliki ukuran 6x4 m dan di dalamnya terdapat beberapa lemari penyimpanan kostum serta properti yang dapat disewakan ataupun digunakan para murid di dalam pagelaran seni. Ruangan cukup luas sehingga masih dapat melakukan aktivitas di dalam ruangan. Perlu dipertimbangkan untuk menyediakan ruang ganti apabila ingin mencoba salah satu kostum yang ada.
Gambar 2.42 Ruang Kostum yang dapat disewakan (tampak lemari penyimpanan)
Sumber: dokumentasi pribadi
56 Gambar 2.43 Ruang Kostum yang dapat disewakan (area penggantungan baju)
Sumber: dokumentasi pribadi • Pantry Pantry terletak pada lantai dua ruko dan terletak strategis karena berada dekat dengan akses tangga sehingga pengguna dapat menggunakan fasilitas ini dengan mudah.
Gambar 2.44 Pantry
Sumber: dokumentasi pribadi
57 • Entrance Sanggar Ayodya Pala terletak dalam Mall sehingga akses masuk sangat mudah dan terlihat oleh para pengunjung. Pemilihan warna juga menjadi salah satu faktor penting di mana warna yang digunakan cenderung terang dan memberikan kesan enerjik sesuai dengan image sanggar sebagai pusat pembelajaran anak.
Gambar 2.45 Tampak Depan Sanggar
Sumber: dokumentasi pribadi • Resepsionis Area ini digunakan bagi staff di dalam memantau pembelajaran dengan fasilitas meja dan computer. Letak resepsionis sangat strategis karena berada dekat dengan ruang tunggu dan ruang kelas sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat dipantau dengan baik. Orang tua murid ataupun pengunjung yang ingin menanyakan atau mendapatkan informasi juga dapat langsung mengunjungi staff.
Gambar 2.46 Area Resepsionis
Sumber: dokumentasi pribadi
58 • Studio Tari Ayodya Pala hanya memiliki satu studio tari dengan kapasitas 5-10 orang. Ruangan didominasi oleh warna kuning pucat yang memiliki sifat warna semangat dan cocok digunakan dalam ruangan yang didominasi oleh anak-anak. Akan tetapi material lantai merupakan keramik berukuran 30x30 cm yang tidak begitu cocok digunakan dalam studio tari karena sifatnya yang licin dapat membahayakan pengguna apabila sedang melakukan pembelajaran tari. Gambar 2.47 Studio Tari
Sumber: dokumentasi pribadi • Studio Musik Studio musik yang dimiliki Ayodya Pala terdiri dari beberapa alat musik seperti keyboard dan gitar serta terdapat whiteboard yang digunakan untuk pembelajaran secara teori. Ruangan sendiri tidak terlalu besar, sehingga kapasitas pengguna cukup terbatas. Hal ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan interior sanggar selanjutnya. Gambar 2.48 Studio Musik
Sumber: dokumentasi pribadi
59 • Ruang Tunggu Ruang tunggu merupakan area yang digunakan pengunjung untuk menunggu, salah satunya adalah orang tua murid yang mengantar anaknya mendapatkan pelajaran tari dan musik. Ayodya Pala tidak memiliki ruang tunggu yang luas, dan hanya terdiri dari bangku panjang dengan kapasitas 5-10 orang. Hal ini kurang begitu baik karena apabila ruangan dipenuhi oleh pengunjung ruang gerak masing-masing orang sangatlah terbatas. Gambar 2.49 Area Tunggu
Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.50 Area Tunggu dan resepsionis
Sumber: dokumentasi pribadi
60 2.8.7. Elemen Interior • Lantai Material lantai yang digunakan adalah keramik dengan ukuran 40x40 cm. Material ini cukup aman jika digunakan di dalam studio tari dan musik. • Dinding Material dinding yang digunakan adalah dinding bata dengan finishing cat yang didominasi dengan warna cerah seperti kuning dan aksen merah. Pemakaian ini disesuaikan dengan pengguna sanggar yang didominasi oleh anak-anak. • Ceiling Material ceiling yang digunakan merupakan gypsum board yang memberikan kesan bersih dan rapi. Material ini dapat meredam suara dengan baik dan cocok jika digunakan di dalam perancangan sanggar. • Pencahayaan Pencahayaan pada ruangan studio tari menggunakan cahaya buatan, salah satunya adalah dengan penggunaan lampu TL di beberapa titik. • Penghawaan Ayodya Pala berada di dalam sebuah mall sehingga memerlukan penghawaan buatan, seperti AC. Selain AC juga terdapat kipas angin jika diperlukan. • Keamanan Keadaan sanggar yang berada di dalam sebuah mall menyebabkan sanggar tersebut memiliki keamanan yang cukup ketat. Terdapat penggunaan sprinkler di dalam ruangan, dan juga jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran. 2.9.8. Permasalahan • Lokasi yang berada di mall cukup menguntungkan, akan tetapi terdapat beberapa fasilitas penting yang tidak dimiliki oleh sanggar ini, seperti ruang tunggu dan toilet. • Ruang tunggu kurang maksimal sehingga terjadi kekurangan tempat bagi para orang tua murid yang sedang menemani anaknya. • Lokasi ruang kostum terlalu jauh karena berada di lantai 4 gedung ruko, sehingga akses para penyewa kostum dan pengguna cukup sulit.
61 2.9 Analisa Hasil Survei Dari hasil survey di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa masing-masing tempat memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berikut ini merupakan tabel yang berupa kesimpulan dari survei yang telah dijalankan sebelumnya.
Tabel 2.4 Analisa hasil survei Subjek
Sanggar Seni Getar Pakuan Kapasitas ruang tunggu belum memadai sehingga kurangnya sirkulasi gerak.
Kapasitas
Akan tetapi pengadaan studio tari cukup baik dengan adanya lebih dari satu studio.
Desain
Gigi Art of Dance
Sanggar Ayodya Pala
Kapasitas ruang tunggu cukup
Kurangnya
maksimal di mana
kapasitas ruang
terdapat dua
pada ruang
bagian yang
tunggu, akan
dipisah oleh sekat.
tetapi studio tari
Studio tari sudah
cukup besar dan
cukup baik dengan
dapat menampung
kapasitas ruang
para penggunanya.
yang cukup besar.
Secara
Desain ruang
keseluruhan
sudah baik dengan
desain tidak begitu
menerapkan
menarik dan
konsep terbuka
Desain secara
kurang memiliki
sehingga ruangan
keseluruhan tidak
unsur estetika.
terlihat lebih
begitu menarik
Akan tetapi
lapang. Begitu
dengan pembagian
pembagian ruang
juga unsur estetika ruang yang kurang
cukup baik
yang ada sesuai
diolah.
sehingga sirkulasi
dengan tema
gerak pengguna
sekolah tari
sudah terpenuhi.
tersebut.
Sistem Kedap
Kurang
Studio tari telah
Kurang
Suara
menerapkan
menerapkan
menerapkan
62 sistem kedap suara sistem kedap suara sistem kedap suara di dalam studio
pada bagian
sehingga musik
tari sehingga
dindingnya
dapat terdengar
apabila terdapat
sehingga suara
hingga ruang
latihan suara dapat
tidak terlalu
tunggu.
terdengar hingga
terdengar hingga
bagian luar studio.
bagian luar studio. Lokasi strategis
Lokasi strategis
Lokasi
dan berada di
Lokasi strategis
pusat Kota Bogor
berada di dekat
dan dapat diakses
dengan jalan raya,
dengan kendaraan
serta dekat dengan
pribadi ataupun
area perkantoran
angkutan umum,
dan pusat
serta dekat dengan
perbelanjaan.
beberapa sekolah
Fasilitas
lengkap, hanya kurang adanya ruang untuk
Fasilitas yang disediakan sudah cukup lengkap
Pemeliharaan
sehingga sanggar terlihat tidak rapih
di jalan utama sehingga mudah dicapai dengan kendaraan pribadi ataupun angkutan
disediakan kurang lengkap, seperti ruang ganti atau istirahat para pengguna.
Pemeliharaan
terlalu dirawat
Depok dan berada
Fasilitas yang
berganti baju.
gedung tidak
salah satu mall di
umum.
Fasilitas yang disediakan sudah
karena berada di
Pemeliharaan Pemeliharaan
fasilitas cukup
gedung cukup
terawat karena
terawat.
berada di dalam
dan kumuh.
sebuah mall.
Dari hasil analisa di atas, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam perancangan interior sanggar seni.
63 • Dalam perancangan perlu memperhatikan penggunaan sistem kedap suara sehingga tidak mengganggu aktivitas satu sama lain. • Perlu adanya ruang tunggu yang dapat memfasilitasi penggunanya, salah satunya adalah orang tua murid. • Perlu adanya fasilitas ruang ganti bagi murid didik yang mengikuti latihan tari. • Dalam perancangan interior sanggar seni perlu memperhatikan kapasitas ruang bagi setiap fasilitas. • Pentingnya penggunaan material yang tidak berbahaya bagi setiap penggunanya.
64