BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Internet, Intranet, dan Ekstranet Menurut Stair dan Reynolds (2010, p.14), internet adalah jaringan komputer terbesar di dunia.Terdiri dari beribu ribu jaringan yang saling terkoneksi, semua bebas bertukar informasi. Menurut Stair dan Reynolds (2010, p.15), intranet adalah sebuah jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang memperbolehkan orang-orang di dalam organisasi untuk saling bertukar informasi dan mengerjakan proyek. Menurut Stair dan Reynolds (2010, p.15), extranet adalah sebuah jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang memungkinkan pihak-pihak luar yang terpilih, seperti mitra bisnis dan konsumen, untuk mengakses sumber daya yang diijinkan oleh intranet perusahaan. Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa Internet merupakan suatu koneksi yang dapat menghubungkan setiap server dan kompter yang berada di seluruh dunia dengan menggunakan media elektronik yang memungkinkan pertukaran data.Intranet dapat diartikan bahwa suatu jaringan lokal yang hanya menghubungkan jaringan yang memiliki jangkauan terbatas, sedangkan Extranet merupakan jaringan yang dapat menghubungkan dua perusahaan dapat terhubung dan memasuki tiap domain. 2.2 Manajemen Dan Sistem Informasi 2.2.1 Manajemen Menurut Anton (2010, p. 13), Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Anton (2010, p. 28-19) fungsi-fungsi manajemen terdiri dari atas hal berikut : 9
10 1. Planing: Suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakasanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan ini dituangkan dalam bentuk konsep atau suatu progam kerja . 2. Organizing: Kegiatan yang meliputi penepatan struktur, tugas dan kewajiban fungsi pekerjaan, dan hubungan antarfungsi. 3. Staffing: Penempatan pekerjaan atau jabatan karyawan perusahaan, termasuk
perekrutan
karyawan,
pemenfaatan,
pelatihan,
pendidikan, dan pengembangan sumber daya alam karyawan tersebut dengan efektif. 4. Directing: Pengarahan, interinsik yang merupakan bagian dari aktivitas kepemimpinana seorang manajer. Directeringmerupakan bagian dari otoritas direktur dalam memberikan bimbingan, motifasi, dan teladan bagi karyawan sehingga semua kinerja perusahaan berjalan dengan baik sesuai target yang hendak dicapai. 5. Coordinating: Pengoordinasian semua unsur manajerial sehingga menjadi sebuah sistem yang terintegrasi. Sistem yang terintegrasi yang dimaksud adalah senantiasa mempertahankan hubungan sinkronitasseluruh kegiatan, keselarasan, sistematika, dan tidak berat sebelah atau adanya overlapping kegiatan di satu sisi, sedangkan di sisi lain hampa kegiatan. 6. Controling: Evaluasi terhadap seluruh sehingga selama perjalanan kegiatan, kelemahan akan diketahui dengan cepat dan sesegera mungkin dikoreksi. Dari beberapa pengertian mengenai manajemen, dapat disimpulkan jika manajemen merupakan ilmu yang mengatur dan menjalankan prinsip organisasi yang meliputi kegiatan pengoperasian karyawan serta kegiatan bisnis perusahaan.
2.2.1.1 Manajemen Operasional Menurut Deitiana (2011, p.1-2) Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi
11 suatu organisasi mulai dari perencanaan sistem operasi, perancangan sistem operasi hingga pengendalian sistem operasinya.Menurut Deitiana (2011, p.2-3), fungsi operasi dalam organisasi 1.
Fungsi Pemasaran Fungsi ini membuat adanya permintaan atau paling tidak mendapatkan pesanan untuk pembuatan barang dan jasa.
2.
Fungsi Produksi Fungsi ini menghasilkan produk yang nantinyaakan dipasarkan oleh perusahaan.
3.
Keuangan Fungsi ini memantau apakah perusahaan berjalan dengan baik, membayar seluruh tagihan dan mencari sumber dana.
2.2.2 Sistem Informasi Menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.59), Data merupakan suatu bahan mentah yang berisikan deskripsi mengenai produk, konsumen, aktifitas, dan transaksi yang direkam, diklasifikasikan, serta disimpan oleh perusahaan dan dapat dijadikan aset . Menurut O’Brien (2010, p.26), Sistem didefinisikan sebagai suatu hubungan antara beberapa komponen, dengan jelas mendefinisikan batasan(boundary), dapat mencapai suatu tujuan dengan menggunakan input dan memproduksi output dalam proses transformasi perusahaan. Menurut O’Brien (2010, p.4), Informasi merupakan suatu data yang telah diproses, dikelola, ataupun telah diubah kedalam bentuk yang telah memiliki arti dan nilai untuk dapat diterima oleh orang lain. Menurut O’Brien (2010, p.4), Sistem Informasi merupakan kombinasi yang terorganisasi antara manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data, dan peraturan dalam prosedur yang menyimpan, mengambil, merubah, serta menyebarkan informasi ke dalam organisasi. Menurut Stairs dan Reynolds (2010, p.15), Sistem Informasi memiliki empat fungsi dasar, yakni :
12
Gambar 2.1 Fungsi Sistem Informasi 1. Input Merupakan pengambilan data mentah yang belum diolah, data dan informasi mengenai transaksi bisnis diambil dengan meggunakan metode Point-Of-Sale (POS) ataupun dengan website dan diterima dengan peralatan elektronik. 2. Proccessing Data diubah dan ditransformasikan, dikonfersi, dan dianalisa untuk disimpan ataupun untuk di transfer ke peralatan lain. 3. Output Data, informasi, dan laporandi distribusikan ke bentuk digital, ataupun berupa hardcopy, suara, atau berupa media lainnya. 4. Feedback Umpan balik berupa suatu pengendalian dan pengawasan kegiatan operasional. Dalam feedbackini berisikan perubahan dalam data input dan data yang proses. Tipe Sistem Informasi menurut O’Brien (2010, p.13-14) ada 2, yakni: 1. Operation Support Systems Operation Support Systems digunakan dalam memproses data mengenai output untuk kegunaan internal maupun external perusahaan, seperti untuk keperluan transaksi, proses kontrol, ataupun kolaborasi yang digunakan untuk menambah kemampuan tiap grup perusahaan untuk berkomunikasi satu sama lain. 2. Management Support Systems
13 Management Support Systems menyediakan laporan dan ditampilkan untuk manajer
informasi berupa dan para pebisnis
professional. Dari beberapa sumber, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari informasi dari setiap data yang dikumpulkan melalui media teknologi yang memiliki nilai dan arti yang nantinya dapat membantu jalannya proses bisnis organisasi. 2.3 LAN,MAN, dan WAN Menurut O’Brien (2010, p.229), Local Area Network merupakan suatu koneksi komputer dan informasi lainnya yang memproses alat dalam area fisik yang terbatas, seperti di kantor, ruangan kelas, gedung, area manufaktur ataupun tempat lainnya. MenurutStairdan
Reynolds(2010,
p.237),
Metropolitan
Area
Networkmerupakan suatu jaringan telekomunikasi yang dapat mengoneksikan setiap peralatan komunikasi dalam suatu geografi area yang dibatasi kota ataupun jaringan lain. Menurut O’Brien (2010, p.229), WAN (Wide Area Network) merupakan suatu jaringan yang mengkover dengan skala besar seperti kota, WAN biasa digunakan perusahaan untuk mengirim dan menerima informasi antar karyawan, pelanggan, supplier, dan organisasi lain antar kota, negara, bahkan dunia. 2.4 E-Bussiness Menurut James A. O’Brien dan Marakas (2010), e-Business adalah penggunaan teknologi internet hingga ke pekerjaan yang berkaitan dengan internet
dan
pemberdayaan
commerce,dankerjasamausahadalam
proses
bisnis,e-
sebuahperusahaandandenganpara
pelanggan, pemasok, serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. MenurutStephenP.RobbinsdanMary Coulter (2010, p44), e-Business adalah istilah kompehensif yang menggambarkan cara organisasi melakukan pekerjaannya dengan menggunakan jaringan elektronik (berbasis internet) dengan
para
anggota
efektifmencapaisasarannya.
bisnis
kunci
untuk
secara
efisien
dan
14 2.4.1 Tipe Transaksi E-Business Menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.162-163), tipe transaksiE-Business ada 5, antara lain: 1.
Business-to-Business (B2B) Dalam
transaksi
B2B,
pelaku
penjualan
dan
pembelian
merupakan antar organisasi bisnis. 2.
Business-to-Consumer (B2C) Dalam transaksi B2C, pelaku penjualanmerupakan organsasi atau perusahaan,
dan
pembelian
merupakan
perorangan
atau
individual. 3.
Consumer-to-Business (C2B) Dalam transaksi C2C, konsumen menjadi penyediakebutuhan tertentuuntuksuatu produk atau jasa, dan kemudian bersaing dengan para pemasok lain untuk menyediakanproduk atau jasapada harga yang diminta.
4.
Government-to-citizens (G2C) Dalam G2C, pemerintah berperan menjadi agen dan menyediakan pelayanan ke masyarakat melalui teknologi e-commerce.
5.
Mobile Commerce Dalam
Mobile
menggunakan
Commerce, perangkat
transaksi
elektronik
dilakukan
dengan
dengan
menggunakan
jaringan tanpa kabel. 2.5 Peramalan Menurut Deitiana (2011, p.32) Peramalan merupakan kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa akan datang. Dalam hal peramalan ini dapat berdasarkan kegiatan ataupun kebutuhan perusahaan misalnya peramalan akan penjualan ataupun kebutuhan bahan baku Peramalan dilihat dari sifat penyusunannya terbagi atas dua macam, yaitu:
1.
Peramalan Kualitatif
15 Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang bersifat subjektif dan didasarkan atas intuisi dari orang yang menyusunnya.Dalam peramalan ini pandangan dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau tidaknya hasil ramalan tersebut. 2.
Peramalan Kuantitatif Peramalan kuantitatif didasarkan atas objek data historis di masa lalu dan mengikuti pendekatan statistika formal dan pendekatan yang
sistematis
yang
meminimumkan
kesalahan
(error)
peramalan berdasarkan beberapa periode tertentu.
2.5.1 Tahapan Dalam Peramalan Menurut Stevenson, dan Chee Cuong (2014, p.79),Ada enam tahapan dalam proses peramalan, yaitu: 1. Menentukan tujuan ramalan. Bagaimana ramalan akan digunakan dan kapan akan dibutuhkan ramalan. Tahapan ini mengindikasikan tingkat rincian yang diperlukan dalam ramalan, jumlah sumber daya (karyawan, waktu, komputer, dan biaya) yang dapat dibenarkan, serta tingkat keakuratan diperlukan. 2. Menetapkan rentang waktu. Ramalan harus mengindikasi rentang waktu, mengingat bahwa keakuratan menurun ketika rentang waktu meningkat. 3. Memilih teknik peramalan. 4. Memperoleh, membersihkan, dan menganalisis data yang tepat. Memperoleh data dapat meliputi usaha yang signifikan. Setelah memperoleh data, data mungkin perlu dipilih agar dapat menghilangkan objek asing dan data yang jelas tidak benar sebelum analisis. 5. Membuat ramalan. 6. Memantau
ramalan.
Ramalan
harus
dipantau
untuk
menentukan apakah ramalan ini dilakukan dengan cara yang memuaskan. Jika tidak memuaskan, periksa kembali metode peramalan, asumsi, keabsahan data, dan lain-lain. Kemudian
16 mengubahnya sesuai kebutuhan serta menyiapkan revisi ramalan.
2.5.2 Metode Peramalan Menurut Stevenson dan Chee Cuong (2014, p.82-100) Peramalan dapat dilakukan dengan bebrapa metode, yakni: 1.
Naïve Method Metode Naif memperkirakan jumlah peramalan saat ini merupakan perkiraan peramalan satu periode setelahnya.Salah satu kelemahan metode naif yakni ramalan hanya menelusuri data aktual dengan satu periode yang cenderung terlambat, metode naif tidak rata sama sekali.Hanya saja, dengan memperluas periode jumlah data historis didasarkan pada ramalan, kesulitan ini dapat diatasi.
2.
Moving Average Method Ramalan
rata-rata
bergerak
(Moving
average)menggunakan sejumlahnilai data aktual terbaru untuk menghasilkan ramalan berdasarkan jumlah rata-rata yang ditentukan . Ramalan rata-rata bergerak dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut .
keterangan :
Ft = Ramalan ubtuk periode waktu t MA = Rata – rata bergerak periode n At-l = Nilai aktual pada periode t-l n
= Jumlah periode ( titik data ) dalam rata-rata bergerak
3. Weighted Moving Average Method
17 Rata-Rata
Bergerak
tertimbang(WeightedMoving
Average) ini sama dengan rata-rata bergerak , hanya saja diberikan bobot lebih besar untuk nilai terbaru pada deret berkala. Misalnya , nilai terbaru dapat diberikan bobot 0,40 , nilai terbaru berikutnya diberikan bobot 0,30 nilai terbaru berikutnya setelah itu diberikan 0,20 dan nilai terbaru berikutnya setelah itu diberikan bobot 0,10 . Perhatikan bahwa jumlah bobot harus berjumlah 1 dan bobot yang paling besar diberikan pada nilai terbaru . 4. Exponential Smoothing Method Pemulusan
Eksponensial(Exponential
Smoothing)
adalah metode untuk menghitung rata-rata tertimbang canggih serta masih relatif mudah digunakan dan dipahami.Setiap ramalan baru didasarkan pada ramalan sebelumnya ditambah dengan persentase selisih antara ramalan dengan nilai aktual dari deret pada titik tersebut . Artinya Ramalan berikutnya = Ramalan sebelumnya + α ( Aktual-Ramalan sebelumnya) (Aktual –Ramalan sebelumnya ) mewakili kesalahan ramalan dan α adalah persentase dari kesalahan. Lebih ringkas nya :
Keterangan Ft = Ramalan untuk periode t Ft-l = Ramalan untuk periode sebelumnya ( misalnya, periode t-l ) α = Konstanta pemulus At-l = Permintaan aktual atau penjualan untuk periode sebelumnya
18 Konstanta pemulus α mewakili presentae kesalahan ramalan.Setiap
ramalan
baru
sama
dengan
ramalan
sebelumnya ditambah presentase kesalahan sebelumnya, untuk mendapatkan nilai a dapat melalui pengalaman perusahaan dalam kesalahan perkiraan sebelumnya. 5. Exponential Smoothing with Trend Method Analisis trend mencakup mengembangkan persamaan yang akan menguraikan trend secara pantas (mengasumsikan bahwa trend ada didalam data). Teknik peramalan yang melibatkan penggunaan persamaan trend, yakni perluasan dari permulaan dari eksponensial. Persamaan garis tren linear (linear trend equation) memilki bentuk sebagai berikut.
Keterangan : Ft = Ramalan untuk periode t a = Nilai Ft pada t = 0 b = Kemiringan garis t = Jumlah periode waktu yang ditentukan dari t = 0 Variasi pemulusan eksponensial sederhana dapat digunakan
saat
deret
berkala
mempelihatkan
trend
linier.Metode ini disebut juga pemulusan eksponensial dengan mempertimbangkan tren(trend-ajustedexponential smoothing) atau pemulusan ganda,yang membedakan dari pemulusan eksponensial sederhana yakni ketika data bervariasi di sekitar rata-rata atau memilki perubahan langkah atau perubahan bertahap. Apabila deret memperlihatkan trend dan pemulusan sederhana digunakan pada deret tersebut, semua ramalannya akan ketinggalan dari trend.Jika data bertambah, setiap
19 ramalan akan menjadi terlalu rendah, jika data berkurang, setiap ramalan akan menjadi terlalu tinggi . Peramalan dengan mempertimbangkan tren (Trend Ajusted Forecast) ini terdiri atas dua unsur, yaitu kesalahan yang diratakan dan faktor trend.
Keterangan St = Ramalan sebelumnya ditambah kesalahan yang diratakan Tt = Estimasi trend saat ini St = TAF t + α (At – TAFt) Tt = Tt-l + β ( TAFt – TAFt-l – Tt-l) Yang mana αdan βadalah konstanta pemulusan.Untuk menggunakan metode ini , seseorang harus memilih nilai α danβ
(biasanya melalui uji coba) serta mulai membuat
ramalan dan estimasi trend berdasarkan nilai β dimana nilainya lebih kecil dari nilai α yang sebelumnya telah ditanyakan ke perusahaan. 6. Linear Regression Method Bentuk regresi linear yang paling umum digunakan meliputi hubungan linier antara dua variabel.Metode linier adalah
untuk
mencapai
persamaan
garis
lurus
yang
memperkecil jumlah kuadrat penyimpangan vertikal titik data dari garis (misalnya, kriteria kuadrat kecil). Garis kuadrat terkecil ini memiliki persamaan sebagai berikut .
Keterangan y = Prediksi variabel ( terikat )
20 x = Prediksi variabe ( bebas ) b = kemiringan garis a = Nilai yc ketika x=0 (misalnya , ketinggian garis pada titik potong y) Koefisien a dan b dari garis tersebut didasarkan pada dua persamaan berikut .
keterangan n = jumlah observasi 2.5.3 Metode Perhitungan Kesalahan Heizer dan Render (2009, p.177) mengemukakan bahwa, tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error - MSE).
1. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model.Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).
2. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE)
21 MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.
Vincent Gasperz (2004, p.80) mengatakan dalam buku Production Planning and Inventory Control bahwa akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil. Ketepatan dari sebuah ramalan merupakan hal yang sangat penting. Namun, hal yang perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, yang selalu ada unsur kesalahannya. Sehingga yang penting diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan kesalahannya tersebut. Akhirnya, baik tidaknya suatu ramalan yang disusun sangat tergantung pada orang yang melakukannya, langkah-langkah peramalan yang dilakukannya dan metode yang dipergunakannya.
2.6 Persediaan Menurut
Diana
(2013,p.49),Persediaan
merupakan
stok
yang
dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi adanya fluktuasi permintaan. Persediaan dalam proses produksi dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur, hal ini dikarenakan sumber daya tersebut masih menunggu dan belum digunakan pada proses berikutnya. Persediaan dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu, dikarenakan adanya sumber daya tertentu yang
tidak
bisa
didatangkan
ketika
sumber
daya
tersebut
dibutuhkan.Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya maka perlu direncanakan adanya persediaan.Berdasarkan hal tersebut maka definisi persediaan adalah sejumlah sumber daya baik berbentuk bahan mentah ataupun barang jadi yang disediakan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Menurut Stevenson, dan Chee Chuong (2014, p.179-180), Persediaan (inventory)merupakan stok atau simpanan barang, dimana biasasnya
22 menyimpan sejumlah kebutuhan perusahaan baik untuk produksi atau barang penjualan dan berhubungan dengan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Dave Chaffey (2009, p.345), Inbound Logistic merupakan manajemen dari sumber material dimana alurnya masuk ke dalam perusahaan dari para supplier dan dari partner lainnya Menurut Dave Chaffey (2009, p.345), Outbound Logistic merupakan manajemen yang mensupplai sumber datya dimana alurnya berasal dari perusahaan ke konsumennya dan ke para intermediary seperti retailer ataupun distributor.
2.6.1 Tujuan adanya persediaan Menurut Diana (2013, p.49), Tujuan adanya persediaan ada7, yakni: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko kegagalan atau kerusakan material yang dipesan sehingga dikembalikan. 3. Untuk menyimpan bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan tersebut tidak ada di pasar. 4. Menjamin kelancaran proses produksi perusahaan. 5. Menjamin penggunaan mesin secara optimal. 6. Memberikan jaminan akan ketersediaan produk jadi kepada konsumen. 7. Dapat
melaksanakan
produksi
sesuai
keinginan
tanpa
menunggu adanya dampak atau resiko penjualan. 2.6.2 Jenis Persediaan Menurut Diana (2013, p.50), Berdasarkan jenisnya, secara umum persediaan dibagi atas 5 (lima) jenis yaitu : 1. Persediaan bahan mentah(raw material stock), merupakan barang yang dibeli dari pemasok (supplier)dan akan
23 digunakan atau di olah menjadi produk jadi yang akan di olah oleh perusahaan. 2. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work inprocess or progress stock)meupakan bahan baku yang sudah diolah atau dirakit jadi menjadi komponen namun masih barang tersebut masih membutuhkan langkah-langkah selanjutnya agar produk dapat selesai dan menjadi produk akhir. 3. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (component stock), merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen (parts) yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung dirakit dengan parts lain, tanpa proses produksi sebelumnya. 4. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu barang yang telah selesai diproses dan siap untuk disimpan di gudang, kemudian dijual atau didistribusikan ke lokasi pemasaran. 5. Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkap (supplies stock), merupakan barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan produksi, hanya saja tidak menjadi bagian produk akhir yang dihasilkan perusahaan tetapi menjadi bahan penopamg kegiatan produksi.
2.6.3 Metode Perhitungan Persediaan Menurut Murdifin dan Mahfud (2012, p. 8-9), Biaya persediaan meliputi: 1.
Biaya pemesenan (Oredering cost), merupakan biaya yang meliputi biaya permintaan pembelian, peyampaian pesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan biaya penerimaan dan pemeriksaan
pesanan.
Sehubungan
meminimalkan biaya pemesanan.
dengan
itu,
untuk
24 2.
Biaya penyimpanan (Storage or holding Cost) merupakan biaya atas persediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah persediaan dalam perusahaan. Biaya ini mencakup biaya pemesanan ruangan, pendingin ruang penyimpanan, biaya penerangan, keamanan, sewa gudang pemeliharaan sediaan, kerusakan sediaan, serta kerugian karena perubahan harga, premi asuransurasi, pajak adiministrasi persediaan, dan biaya penjagaan gudang.
2.6.3.1 EOQ Menurut Stevenson, dan Chee Chuong (2014, p.191), model EOQ merupakan diigunakan untuk mengidentifikasikan ukuran pesanan tetap dimana akan meminimalkan jumlah biaya tahunan untuk penyimpanan persediaan serta pemesanan persediaan. Biaya penyimpanan tahunan dihitung dengan mengalikan ratarata jumlah persediaan di gudang dengan biaya untuk menyimpan satu unit selama satu tahun meskipun unit tersebut tidak selalu harus disimpan selama satu tahun.Rata-rata persediaan hanyalah sekedar setengah dari kuantitas pesanan.Jumlah di tangan menurun secara konstan dari Q unit menjadi 0, untuk rata-rata sebesar (Q + 1)/2, atau Q/2. Dengan menggunakan simbol H untuk mewakili rata-rata biaya penyimpanan tahunan, total biaya penyimpanan tahunan adalah :
Biaya penyimpanan tahunan =
Q H 2
Gambar 2.2 Rata-rata tingkat persediaan
25 Keterangan : Q=
Kuantitas pesanan dalam unit
H=
Biaya penyimpanan per unit
Biaya pemesanan tahunan D S Q
Keterangan : d =
Permintaan, biasanya dalam unit per tahun
s =
Biaya pemesanan
Gambar 2.3 Struktur biaya EOQ
Frekuensi Pemesanan merupakan jumlah seberapa banyak peesanan dalam suatu periode perhitungan. Tujuan model ini dimulai dengan adanya komponen biaya ordering cost yang tergantung pada seberapa banyak jumlah pemesanan dalam 1 periode peritungan, dimana frekuensi pemesanan bergantung pada : 1. Jumlah kebutuhan selama 1 periode (D) 2. Jumlah kuantitas pemesanan (Q) Berdasarkan keterangan di atas, dapat dituliskan bahwa frekuensi pemesanan adalah : F= Safety stock merupakan persediaan tambahan minimal yang
26 harus diadakan untuk melindungi kehabisan bahan baku. Terjadinya stock out ini dipengaruhi oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, ataupun adanya keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan Untuk perhitungansafety stockdapat menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka
waktu
tertentu,
kemudian
selisih
tersebut
dikalikan dengan lead time. Safety stock = (Pemakaian maksimum – Pemakaian ratarata) Lead time 2. Metode statistika yang berdistribusi normal. Safety stock = Z dimana: Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya, Z =
95%,
ini
berarti
pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau
tingkat penjagaan
terhadap kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) = standar deviasi L = lead time Jumlah persediaan aman yang sesuai untuk situasi tergantung pada faktor-faktor berikut: 1. Rata-rata tingkat permintaan dan rata-rata waktu tunggu 2. Variabilitas permintaan dan waktu tunggu 3. Tingkat layanan yang diinginkan Tingkat
layanan
(service
level)
dapat
didefinisikan sebagai probabilitas bahwa permintaan tidak akan melampaui pasokan selama waktu tunggu. Contohnya adalah jika permintaan akan dipenuhi dalam 95 persen kejadian tersebut, tidak berarti bahwa 95 persen dari permintaan akan dipenuhi. Risiko kehabisan
27 persediaan adalah komplemen dari tingkat layanan, tingkat
layanan
pelanggan
sebesar
95
persen
mengimplikasikan risiko kehabisan persediaan sebesar 5 persen yaitu : Tingkat layanan = 100 persen – Risiko kehabisan Titik Pemesanan Kembali (ROP) Ketika kuantitas suatu barang di tangan jatuh hingga jumlah ini, barang tersebut akan dipesan kembali. Tujuan dalam pemesanan adalah membuat pesanan ketika jumlah persediaan di tangan cukup untuk memenuhi permintaan selama waktu yang dipakai untuk menerima pesanan tersebut (yaitu waktu tunggu).Terdapat empat determinan dari kuantitas titik pemesanan kembali. 1. Tingkat (biasanya berdasarkan pada ramalan). 2. Waktu tunggu. 3. Sejauh mana variabilitas permintaan dan/atau waktu tunggu. 4. Derajat resiko kehabisan persediaan yang dapat diterima oleh manajemen. Untuk
perumusan
teori
dan
metode
perhitunganya yakni : ROP = d x LT + SS Keterangan : D
=
jumlah total permintaan
LT
=
waktu tunggu dalam hari atau minggu
SS
=
Safety Stock atau persediaan minimal yang
haru dimiliki perusahaan
28 2.6.3.2Single Period Inventory System Sistem Single Period Inventory System menurut Stevenson , dan Chee Cuong (2014, p.215), umumnya digunakan untuk menangani pemesanan barang yang udah rusak, dan terjadi apabila barang yang dimaksudkan untuk didistribusikan kepada konsumen memiliki waktu penggunaan yang terbatas, tidak dipakai untuk jangka waktu yang lama atau secara terus menerus, padaSingle Period Inventory Sistem berguna untuk berbagai macam layanan dan aplikasi manufaktur. 2.6.3.3Multi Period System Menurut Jacobs, Chase, Aquilano (2009, p.364), Ada 2 tipe dalam sistem ini, fixed order period (juga disebut dengan EOQ atau Q Model) dan fixed-time period (P Model).Multi Period Inventory System dibuat untuk memastikan bahwa suatu barang harus ada dalam jangka waktu tertentu. Adapun syarat dan perbedaan dari kedua tipe ini adalah.
Tabel 2.1Perbedaan Q Model dan P Model Q Model Jumlah Pemesanan
Pemesanan
P Model dalam
jumlah yang sama Waktu Pemesanan
Pencatatan Persediaan
Ukuran Persediaan
Waktu Pemeliharaan
Saat
persediaan
Pemesanan
dalam
jumlah yang bervariasi pada
Saat
tinjauan
waktu
titik ROP
sudah tiba
Setiap terjadi penarikan
Hanya
atau penambahan barang
waktu yang ditentukan
Lebih kecil dari fixed-
Lebih besar dari fixed
time period (P Model)
order period (Q Model)
Tinggikarena pencatatan yang terus-menerus
pada
tinjauan
29 Jenis Barang
Barang
yang
cukup
-
mahal atau yang sangat penting
2.6.3.4 Q Model Model ini mengacu kepada jumlah pemesanan yang tetap untuk setiap kali pesan, dan waktu pemesanan dilakukan secara variasi. Untuk perhitungan jumlah pemesanan barang yang optimal dan ROP, rumus yang digunakan adalah : Q* = SS = zs R = dL + SS keterangan z = standar deviasi untuk service probability D = Permintaan selama periode tertentu S = Biaya Pemesanan H = Biaya Penyimpanan SS = Safety Stock R = Reorder Point Q*= Jumlah pemesanan optimal
2.6.3.5 P Model Metode P Model ini mengacu kepada dimana pemesanan dilakukan mengikuti suatu periode yang tetap, hanya saja kuantitas dari barang yang dipesan dapat berubah.Kelemahan dalam penerapan metode ini yakni permintaan kebutuhan bersih yang terus menerus, sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak
30 berlaku lagi.Dalam metode P Model ini, perhitungannya adalah sebagai berikut. Q* = d (T* + L) + SS – I T* = SS = Zs I
= SS +
keterangan : I
= persediaan dalam stok
T* = selang waktu pemesanan kembali L = waktu pengiriman s = standar deviasi SS = Safety Stock d = permintaan rata-rata 2.6.3.6 Metode Min-Max Menurut Sarjono (2013) Minimal-Maximal Inventory System memiliki cara kerja dengan melihat batasan-batasan yang telah ditentukan seperti batas titik minimum dan batas titik maksimum persediaan dimana apabila persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock, maka pemesanan ulang harus dilakukan. Jadi, batas minimum(minimum stock) merupakan batas tingkat pemesanan ulang. Batas maksimum (maximum stock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Dalam perhitungan safety stock pada metode ini dibutuhkan rata-rata dari jumah permintaan per bulannya. Perhitungan dari konsep ini adalah sebagai berikut.
SS
=
31 Min. Stock = (DL) + SS Max. Stock = 2(DL) + SS f
=
T
=
Q
= Max. Stock - Min.Stock
2.6.3.7 Metode Fixed Order Interval system (EOI) Model interval pesanan tetap (fixed-order-interval-FOI model) digunakan ketika pesanan harus dibuat pada interval waktu yang tetap (mingguan, dua kali sebulan, dan sebagainya) waktu pesanan lebih ditetapkan.Sistem persediaan yang berbasiskan waktu, melakukan suatu pesanan berdasarkan suatu jangka waktu tertentu.Jumlah pesanan bergantung kepada pemakaian permintaan selama periode waktu tersebut. Rumus dari atau cara perhitungan dari EOI ini yaitu :
2(Co ) Ch.D
1.
EOI=
2.
Maximum Inventory Level (E) = SS+D(EOI+L)
3.
Average Interval Level (I)= SS + ½D.EOI
4.
Turn Over Ratio=
5.
Order Quantity = E-I
6.
Total Inventory cost =
D I
Co + I.Ch EOI
2.7 E-Procurement Menurut Dave Chafffey (2009, p.381), E-Procurementmerupakan suatu sistem integrasi elektronik yang dapat mengintegrasikan semua kegiatan dalam pengadaan barang seperti kegiatan pemesanan, pembelian, dan pembayaran antara pemasok dan pembeli, sedangkan menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.171) berkaitan dengan proses pengadaan berdasarkan teknologi e-bisnis dan strategi.
32 Berikut adalah contoh procurementyang ada dalam internal organisasi dengan memanfaatkan intranet .
Gambar 2.4 Kegiatan procurement
Menurut Turban dan Linda Volonino (2011, p.172), Strategidan solusiterkait dengane-procurementmemiliki duatujuan dasar, antara lain: 1. Cost Control Tujuanpertama adalah untuk mengontrolpengeluaran perusahaan. Organisasidapat
memaksimalkan
jumlahpengeluaran
mereka,
yaitumemastikan bahwa uangyang digunakanuntuk pembelian barang nantinya mendapatkan hasilbarangdalam pengadaan produk yang dapat menambah nilai.
2. Simplify processes Tujuan kedua adalah untuk mengefektifkanproses pengadaanuntuk membuatnyaefisien dan menjadi lebih mudah diatur dan dikontrol oleh perusahaan sehingga dalam pengadaan barang akan lebih cepat . 2.8.3Model Perancangan Sistem Menurut Satzinger (2012, p.242), Perancangan sistem merupakan fungsi yang perlu disediakan dalam merancang dan akan dijalankan sistem.
33 Dalam bentuk perancangan yang dapat digunakan yakni Event Table, Use Case, Domain Class Diagram, Sequence Diagram, dan User Interface.
2.8.3.1Event Table Menurut Satzinger (2012, p.159), Event Table merupakan suatu katalog yang berisikan kejadian dari perancangan sistem.Dalam Event Table tiap aktivitas dibuat secara berurutan berdasarkan setiap kegiatan yang ada.
Gambar 2.8 Event Table
34
2.8.3.2 Use Case Menurut Satzinger (2012, p.69), Use Case merupakan penggambaran sistem yang dibuat berdasarkan aktiviasnya dengan user yang bersangkutan. Dalam use case sistem akan merespon pesan dari user.
Gambar 2.9Use Case Menurut
Satzinger
(2012,
p.121)Use
CaseDescription
mendeskripsikan secara detail proses-proses yang terdapat dalam Use Case.
Gambar 2.10Use Case Description
35
Menurut Satzinger (2012, p.242), Use Case Model merupakan kumpulan dari pemodelan yang digunakan dalam menangkap perancangan sistem berdasarkan penggunaannya menggunakan pendekatan berdasarkan objek. Menurut Satzinger (2012, p.78) Use Case Diagram merupakan suatumodel yang menggambarkan aktivitas yang menunjukkan apa saja yang dilakukan oleh sistem, dimana aktivitas yang dilakukan berdasarkan apa yang diminta oleh pengguna. Simbol-simbol yang digunakan dalam use case diagramantara lain: actor, use case, connecting line, serta system boundary.
Gambar 2.11Use Case Diagram
2.8.3.3Activity Diagram Menurut
Satzinger
(2012,
p.125),
Activity
Diagram
menggambarkan aktivitas-aktivitas pengguna sistem yang ada secara sekuensial dan berurutan sesuai dengan alur yang berjalan. Dengan activity diagram suatu kegiatan yang kompleks akan dibuat menjadi lebih terarah dan dibuat menjadi flow.
36
Gambar 2.12 Activity Diagram
2.8.3.4Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger (2012, p.101), Classmengkategorikan suatu objek, setiap objek akan mendeskripsikan class.Domain Class akan mendeskripsikan objek dari domain, dan Class Diagram digunakan untuk menunjukkan class dari objek yang berada pada sistem.
37
Gambar 2.13 Class Diagram Menurut Satzinger (2012, p.101), Class Diagram merupakan suatu penggambaran objek dengan berdasarkan atribut yang ada dalam objek tersebut dan dihubungkan antara satu dan yang lainnya.
2.8.3.5 System Sequence Diagram Menurut Satzinger (2012, p.127) System Sequence Diagram merupakan penggambaran pemodelan perancangan sistem yang menggambarkan diagram alur antara aktor eksternal dengan sistem berdasarkan pada Use Case Diagram yang telah dibuat sebelumnya .
Gambar 2.14System Sequence Diagram
38
PT. Amanah Insanillahia
Data Permintaan Air Minum Kemasan Periode Januari 2014- Desember 2014
Perhitungan Peramalan
Linear Regression
Moving Average
Weighted Moving Average
Naive Method
Exponential Smoothing
Exponential Smoothing with Trend
Perhitungan dan Perbandingan MAD dan MSE yang terkecil
Perhitungan persediaan dengan metode EOQ, Min-Maxdan EOIsetahun kedepan Pilih Efisiensi
Perancangan Sistem Activity Diagram
Use Case
Class Diagram SSD dan SD
User Interface
Hasil Penelitian Gambar 2.15 Kerangka Pemikiran