11
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Kualitas Banyak pakar dari bidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing, seperti di bawah ini: •
Pengertian classic mengenai kualitas: berfokus pada aktifitas inspeksi yang mengandalkan strategi pendeteksian (strategy of detection) untuk mencegah lolosnya produk cacat ke tangan pelanggan. Tidak memberikan kontribusi pada peningkatan mutu.
•
Pengertian modern, mengenai kualitas: berorientasi pada strategi pencegahan (strategy of prevention) sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas dengan baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melakukan aktivitas. Diusahakan meningkatkan mutu dan mampu mengurangi biaya produksi.
•
Menurut Taguchi mutu suatu produk adalah kerugian (minimum) yang dibebankan produk kepada masyarakat sejak produk itu dikirim.
12
•
Kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah di spesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal (Gasperz Vincent,1998).
•
Menurut Deming kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
•
Menurut Crosby (1979) mempresentasikan kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.
•
Menurut Juran (1988) mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi.
•
Menurut Goetsch Davis, 1994 kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
•
Berkualitas adalah jika suatu barang, jasa, aktifitas, atau apapun yang kita dapatkan bisa membuat kita merasa puas (Eugene L. Grant dan Richard S. Leavenworth, 1998).
13
2.2
Definisi Six Sigma Sigma
(σ)
adalah
huruf
ke-18
dalam
abjad
Yunani
yang
melambangkan variasi atau variabilitas. Dalam Statistical Quality Control, diartikan sebagai standar deviasi. Standar deviasi adalah cara statistikal untuk menggambarkan seberapa banyak variasi terjadi dalam sekumpulan data, sekelompok item, atau sebuah proses (Pande & Holpp, 2002). Sejarah Six Sigma dimulai dengan diterapkannya metode ini pertama kali oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980 yang digerakkan oleh sang manager perusahaan yang bernama Bill Smith dan dibantu oleh CEO-nya Bob Galvin. Pada era tersebut, Motorola menggunakan statistics tools yang digabungkan dengan ilmu manajemen yang menggunakan financial metrics sebagai salah satu alat ukur dari quality improvement. Lalu konsep tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder sehingga digunakan secara luas oleh perusahaan-perusahaan lainnya (D. Manggala, Mengenal Six Sigma Secara Sederhana). Six Sigma merupakan salah satu metode pengendalian kualitas yang bertujuan untuk menekan angka kecacatan sekecil mungkin dalam peluang sebesar 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan, yaitu sebesar 99,997 % penetapan target kinerja dimana cacat dalam banyak proses dan produk menjadi hampir tidak ada atau dengan kata lain mendekati sempurna.
14
Manfaat Six Sigma (Pande, 2003) yaitu: •
Menghasilkan sukses berkelanjutan Salah satu cara untuk melanjutkan pertumbuhan dua digit dan tetap menguasai sebuah pasar yang aman adalah dengan terus menerus berinovasi dan membuat kembali organisasi. Six Sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus bangkit kembali.
•
Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang Six
Sigma menggunakan
kerangka
kerja
bisnis
bersama
untuk
menciptakan sebuah tujuan yang konsisten, kinerja Six Sigma atau sebuah tingkat kinerja yang sesempurna mungkin. Siapapun yang memahami persyaratan pelanggan mereka dapat menilai kinerja mereka terhadap tujuan Six Sigma yakni sempurna 99,997%, sebuah standar yang sangat tinggi yang membuat sebagian besar dari pandangan-pandangan sebelumnya terhadap kinerja yang “excellent” menjadi tampak rendah. •
Memperkuat nilai kepada pelanggan Jack Welch, salah satu eksekutif General Electric mengatakan, “Kami ingin membuat kualitas kami sangat spesial, sangat berharga bagi pelanggan kami, sangat penting bagi sukses mereka sehingga produk kami menjadi satu-satunya pilihan riil mereka”, fokus pada pelanggan pada inti Six Sigma berarti mempelajari apa yang berarti bagi para pelanggan (dan
15
pelanggan prospektif) dan merencanakan bagaimana mengirimnya kepada mereka secara profitable. •
Mempercepat tingkat perbaikan Six Sigma membantu sebuah perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kinerja, tetapi juga meningkatkan perbaikan dalam usaha memenuhi tuntutan pelanggan.
•
Mempromosikan pembelajaran dan “Cross Pollination” Six Sigma merupakan pendekatan yang dapat meningkatkan dan mempercepat pengembangan dan penyebaran ide-ide baru di sebuah organisasi keseluruhan. Nilai Six Sigma sebagai alat pembelajaran dinilai kritis, misalnya orang-orang yang terlatih dengan keahlian dalam banyak proses dan bagaimana mengelola dan memperbaiki proses dapat dipindah ke divisi lain bukan hanya dengan kurva pembelajaran yang lebih pendek, tetapi benar-benar dengan ide yang lebih baik dan lebih cepat.
•
Melakukan perubahan stratejik Memperkenalkan produk-produk baru, menjalin kerja sama baru, memasuki pangsa pasar baru, menggandeng organisasi-organsasi baru, saat ini telah menjadi peristiwa harian di banyak perusahaan. Memahami dengan lebih baik proses dan prosedur perusahaan akan memberikan kemampuan yang lebih besar untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian kecil maupun besar yang dituntut oleh sukses bisnis abad 21.
16
Six Sigma dapat diterapkan dengan melakukan suatu tahapan terstruktur yang disebut dengan metode DMAIC. Metode ini terdiri dari tahap Define (Mendefinisikan), Measure (Mengukur), Analyze (Menganalisis), Improve (Memperbaiki), dan Control (Mengendalikan). Tahapan-tahapan tersebut masing-masing memiliki pengertian mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk menerapkan metode Six Sigma, yaitu: -
Define Dapat disebut juga sebagai tahap pendefinisian masalah. Tim Six Sigma harus mampu melakukan identifikasi masalah yang terjadi agar kemudian dilakukan project scoping atau penentuan cakupan proyek. Dalam tahap ini, tim mempelajari masalah apa yang sedang terjadi dari data-data yang telah diperoleh. Setelah itu masuk ke dalam project scoping, dimana hasil dari kesimpulan masalah tersebut diberi “label” sebagai penyebab atau yang melatarbelakangi permasalahan yang ada. Pernyataan
masalah
yang
baik
dapat
ditentukan
dengan
cara
mengidentifikasi pelanggan dan faktor-faktor penentu kepuasan pelanggan paling penting diperhatikan terdapat dalam CTQ (Critical To Quality). Pemahaman akan CTQ pelanggan akan dapat membantu untuk menyeleksi faktor-faktor terpenting. Identifikasi CTQ membutuhkan pemahaman akan suara pelanggan (Voice Of the Customer), yaitu kebutuhan pelanggan yang diekspresikan dalam bahasa pelanggan itu
17
sendiri (Evans Lindsay, 2007). Cara yang dapat membantu dalam penentuan tahap define pada proyek Six Sigma yaitu: a. Kuisioner Cara ini digunakan untuk mengetahui keinginan pelanggan sehingga bermanfaat dalam penetapan CTQ. Cara kerja alat ini yaitu dengan
membuat
pertanyaan
yang
berkaitan
dengan
objek
permasalahan dan disebarkan kepada pelanggan yang menjadi responden dari pertanyaan yang diajukan. b. Wawancara Cara ini digunakan untuk mengetahui standarisasi yang dibuat oleh
perusahaan
yang
dapat
bertujuan
untuk
membantu
mengidentifikasikan faktor-faktor CTQ. Teknik wawancara dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab dengan pihak terkait.
18
-
Measure Tahap ini adalah melakukan pengukuran terhadap defects dan operasi proses. Measurement merupakan sebuah kunci dari langkah yang transisional pada metode Six Sigma yang dapat membantu dalam memecahkan masalah dan memulai dalam pencarian akar permasalahan yang nantinya akan berguna bagi tahap selanjutnya. Pengukuran yang dilakukan dapat berupa, pengukuran stabilitas proses, penghitungan peluang defect, pengukuran terhadap proporsi kecacatan, dan lain sebagainya (Pete Pande, 2005).
-
Analyze Tujuan dari tahap Analyze ini adalah untuk mengidentifikasi dan memverifikasi sebuah akar penyebab dari suatu permasalahan. Analisis dilakukan sebagai langkah untuk mengidentifikasi sekaligus menjawab suatu akar permasalahan dari sebuah masalah dengan mengandalkan data atau informasi yang ada. Pande memberikan pemahaman tentang proses Analyze Cycle yang dimulai dengan menggabungkan pengalaman, data atau ukuran, dan tinjauan terhadap proses dan kemudian menyusunnya sebagai praduga awal, atau hipotesis terhadap akar masalah (Pete Pande, 2005).
19
-
Improve Dari hasil analisis yang berujung pada suatu kesimpulan, saatnya melakukan improvement atau tahap perbaikan proses. Langkah ini ditujukan agar perbaikan yang diusulkan memiliki peningkatan yang sesuai dengan harapan. Pengusulan improvement ini merupakan ide-ide yang telah dievaluasi agar usulan perbaikan yang diajukan berjalan secara efektif dengan harapan memberikan hasil yang lebih produktif dan efisien tanpa mengurangi kualitasnya sedikitpun. Pada titik ini, improvement menjadi implement. Implementasi bukanlah suatu aktivitas yang berupa just do it. Solusi-solusi yang telah diberikan harus dikelola dengan cermat dan diuji. Dalam Six Sigma, improvement yang dilakukan dapat ditentukan melalui sebuah metode yang dikenal dengan FMEA (Failure Mode Effect Analysis),
yaitu
mengidentifikasi
suatu dan
acuan
dalam
memprioritaskan
menjalankan
proses
masalah-masalah
untuk penting
(kegagalan) bagi perusahaan yang didapatkan dari pengembangan ide-ide pemecahan masalah tersebut untuk melakukan proses evaluasi dan dapat dijadikan pembanding oleh perusahaan. FMEA merupakan suatu acuan dalam menjalankan proses untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah-masalah penting (kegagalan).
20
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengestimasi dampak dan keseriusan dampak dari kegagalan yang terjadi, serta merekomendasikan suatu tindakan desain yang bersifat korektif. Evans & Lindsay menjelaskan bahwa, FMEA terdiri dari beberapa spesifikasi informasi untuk masing-masing elemen atau fungsi desain, yaitu: • Modus Kegagalan (Failure), yaitu suatu cara dimana masingmasing elemen dapat mengalami proses kegagalan. Hal yang diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa sejumlah riset dan ide-ide yang bersifat imajinatif • Dampak
kegagalan
pada
pelanggan,
yaitu
suatu
perilaku
ketidakpuasan terhadap keadaan. Dengan memperoleh keluhan dari pelanggan dan juga laporan garansi maka hal tersebut menjadikan sumber informasi yang baik. • Tingkat keparahan, kemungkinan terjadi dan perangkat deteksi, yaitu suatu tindakan yang menyebabkan ketidakpuasan pelanggan yang tinggi. Frekuensi kejadian berdasarkan dari kinerja lapangan yang memberikan indikasi mengenai tingkat signifikasi kegagalan tersebut. Berdasarkan tingkat prioritas resiko dapat ditentukan untuk mengidentifikasi mode kegagalan yang terlebih dulu harus diselesaikan.
21
• Sebab-sebab potensial kegagalan, yaitu pembuatan diagram sebab akibat yang dapat membantu mengisolasi sebab-sebab khusus. • Tindakan korektif atau pengendalian, yaitu pengendalian proses agar mencegah terjadinya kesalahan dengan mengikuti instruksi penggunaan yang lebih baik. FMEA dapat diterapkan pada tingkatan subsistem atau sistem dari suatu desain produk maupun pada proses produksi untuk mencegah permasalahan yang terjadi sehingga dapat memperbaiki stabilitas proses dari Six Sigma. Penggunaan FMEA ini juga dapat digunakan untuk mengurangi biaya-biaya kegagalan eksternal terutama biaya garansi serta mengurangi masalah produksi dan jasa pengiriman. -
Control Tindakan control dilakukan agar proses berjalan dengan baik dan terkendali. Langkah pengendalian ini bisa berupa pengecekan yang dilakukan pada lembar periksa yang dilakukan secara berkala untuk memantau bahwa proses telah dilakukan secara benar.
22
2.3
Atribut Six Sigma Penerapan Six Sigma membutuhkan alat bantu dalam pengerjaan dan pengukuran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dan pengidentifikasian masalah. Atribut yang sering digunakan dalam pengerjaan Six Sigma adalah: a. Peta Proses (Flowchart) Digunakan untuk menunjukkan detail-detail sebuah proses, meliputi tugas dan prosedur, jalur alternatif, poin-poin keputusan, dan pengerjaan ulang. b. Diagram Sebab-Akibat (Fish Bone Diagram) Diagram ini merupakan teknik popular, yang juga disebut diagram Ishikawa atau diagram sebab-akibat (cause and effect diagram). Fish Bone, digunakan untuk melakukan brainstorming terhadap penyebabpenyebab yang mungkin terhadap suatu masalah (efek), dan penyebabpenyebab yang mungkin pada kelompok. Diagram ini berguna untuk mengumpulkan ide-ide mengenai di mana masalah dapat muncul, dan faktor-faktor penyebabnya. c. Diagram Pareto (Pareto Chart) Merupakan diagram batang yang mengelompokan suatu masalah dari yang peluangnya paling besar hingga yang peluangnya paling kecil. Hal tersebut berguna untuk memfokuskan solusi yang paling berpengaruh terhadap masalah yang ada.
23
Diagram pareto mengacu kepada prinsip 80% kebanyakan adalah masalah dan 20% adalah penyebab. d. Diagram SIPOC SIPOC merupakan suatu diagram yang menggambarkan sebuah proses mayor yang meliputi Supplier, Input, Process, Output, dan Customer. Diagram ini digunakan untuk menunjukkan aktivitas mayor, atau subproses, dalam sebuah proses bisnis, bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses. Diagram ini juga digunakan untuk membantu menentukan batasan-batasan dan elemen-elemen kritis dari sebuah proses, tanpa menjadi begitu detail sehingga kehilangan gambar besar. SIPOC ini digunakan pada tahap Define. (Pande Pete, 2005) e. Peta kontrol (Control Chart) Merupakan diagram yang menunjukkan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal atau tidak. Peta kontrol diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Walter Andrew Shewhart pada tahun 1924 untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum. Menurut Gaspersz Vincent (1998), pada dasarnya semua proses menampilkan variasi, namun manajemen harus mampu mengendalikan
24
proses dengan cara menghilangkan variasi-variasi tersebut, sehingga yang tersisa hanyalah variasi penyebab umum. Peta kontrol digunakan untuk: •
Menentukan
apakah
suatu
proses
berada
dalam
pengendalian statistikal •
Memantau suatu proses secara terus-menerus agar tetap stabil
•
Menentukan kemampuan atau kapabilitas dari suatu proses
Penggunaan peta kontrol dibagi menjadi dua berdasarkan sifat atau jenis data yang diperoleh, yaitu: 1. Peta kontrol untuk data atribut Peta kontrol untuk jenis data atribut adalah peta kontrol yang digunakan dengan alasan bahwa data yang diperoleh berisi tentang ya atau tidak, baik atau buruk, sesuai atau tidak sesuai, berhasil atau gagal, dan lain-lain. Kebanyakan data atribut, diperoleh melalui pemeriksaan secara visual. Terdapat 4 jenis peta kontrol atribut, yaitu p, np, c, dan u. Kegunaan untuk masing-masing peta kontrol tersebut dibedakan oleh tipe data yang akan dipergunakan. 2. Peta kontrol untuk data variabel Peta kontrol untuk jenis data variabel digunakan untuk data yang berjenis spesifikasi ukuran, seperti panjang, lebar, diameter,
25
dan lain-lain. Pengukuran variabel biasanya diekspresikan dengan angka-angka statistik seperti rata-rata dan deviasi standar. Terdapat beberapa jenis peta kontrol untuk data variabel, yaitu X-bar dan R, dan X dan MR. Penggunaan
masing-masing
peta
kontrol
tersebut
dapat
dijelaskan dengan flowchart berikut ini:
Sumber: Evans R James dan William M. Lindsay. (2005)
Gambar 2.1 Diagram Alir Penjelasan Jenis Peta Kontrol yang digunakan f. Lembar Pengecekan (Check Sheet)
26
Merupakan suatu form yang berguna untuk memeriksa item yang akan diperiksa dan dicetak pada form tersebut, sehingga data yang diperoleh dapat dikumpulkan dengan mudah dan ringkas.
2.4
Six Sigma Team Mengacu pada teori Evans & Lindsay (2007), yang memberikan pengertian mengenai tim dan peran dari masing-masing tim Six Sigma, yaitu: “Tim (team) adalah sejumlah orang dengan kemampuan yang saling melengkapi serta kemudian berkomitmen untuk mencapai tujuan yang sama, menentukan sasaran kinerja, dan menentukan pendekatan pertanggung jawaban bersama. Dengan demikian tim adalah alat yang sesuai untuk mengimplementasikan proyek Six Sigma.” Berikut ini adalah peran dari masing-masing tim: •
Pendukung (Champion) Yaitu para manajer tingkat senior yang mempromosikan dan memimpin perancangan six sigma ke dalam suatu wilayah bisnis yang penting. Para pendukung (Champion) memahami filosofi dan perangkat Six Sigma, memilih proyek, menentukan tujuan, mengalokasikan sumber daya, serta berperan sebagai mentor bagi tim. Pendukung (Champion) adalah ‘pemilik’ proyek Six Sigma
27
dan bertanggung jawab atas penyelesaian dan hasil proyek tersebut. •
Master Sabuk Hitam (Master Black Belt) Adalah para ahli Six Sigma penuh waktu (full time) yang bertanggung jawab atas strategi,pelatihan bimbingan, pelaksanaan dan hasil Six Sigma. Master Sabuk Hitam telah menjalani pelatihan tingkat tinggi untuk menggunakan perangkat dan metode Six Sigma serta memberikan jasa keahlian teknis tingkat lanjut. Mereka bekerja lintas organisasi untuk membangun dan memendu tim, memberikan pelatihan dan memimpin perubahan. Tugas utama mereka adalah untuk memandu dan memberi saran mengenai arahan teknis kepada tim serta membantu jika terjadi permasalahan.
•
Sabuk Hitam (Black Belt) Adalah para ahli Six Sigma yang sudah menjalani pelatihan hingga 160 jam dan bertugas melakukan analisis teknis yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek Six Sigma. Biasanya full time. Mereka memiliki pengetahuan tingkat lanjut mengenai peringkat dan metode DMAIC dapat menerapkannya baik secara individu maupun sebagai pemimpin tim. Para Sabuk Hitam bertugas menterjemahkan masalah-maslah teknis ke dalam bahasa
28
yang dapat dimengerti oleh champion. Orang-orang di golongan Sabuk Hitam harus memiliki kepemimpinan yang baik dan kemampuan berkomunikasi selain kemampuan dan pengetahuan teknis. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang mengincar para sabuk hitam untuk menjadi pemimpin bisnis masa depan. •
Sabuk Hijau (Green Belt) Adalah para karyawan fungsional yang sudah menjalani pelatihan dalam perangkat dan metode Six Sigma serta melaksanakan proyek secara paruh waktu dengan cara membantu sabuk hitam sambil membangun pengetahuan serta kemampuan mereka. Mereka melaksanakan analisis data dasar serta memberi ide-ide perbaikan. Para sabuk hijau yang sukses biasanya dipromosikan menjadi sabuk hitam.
•
Anggota Tim Adalah individu dari berbagai wilayah fungsional yang mendukung proyek-proyek tertentu. Mereka biasanya bertugas mengumpulkan
data
atau
melakukan
eksperimen
pengetahuan fungsional mereka mengenai proses detail.
karena
29
2.5
Biaya Kualitas Menurut teori yang dikembangkan oleh Evans & Lindsay (2005), konsep biaya dalam kualitas dapat membantu dalam melakukan identifikasi pengukuran hasil. Oleh karena itu, penggunaan konsep biaya dalam proyek Six Sigma bisa menjadi tolok ukur apakah Six Sigma yang diterapkan berjalan secara efektif atau tidak, jika dilihat dari efisiensi cost yang dihasilkan. “Metodologi Six Sigma mewajibkan pengukuran serta pelaporan tujuan kinerja dan penggunaan indikator kinerja untuk menjaga serta memantau perbaikan. Proses biaya kualitas (Cost of Quality) seringkali membantu dalam pengidentifikasian kesempatan serta pengukuran hasil.” Seperti yang dikemukakan oleh Evans & Lindsay (2005) bahwa terdapat empat kategori utama klasifikasi biaya kualitas, yaitu: 1. Biaya pencegahan (Prevention Cost) Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya produk yang tidak memenuhi kualifikasi dan mencegah produk tersebut sampai ke tangan pelanggan. 2. Biaya penilaian (Appraisal Cost) Merupakan biaya yang berkaitan dengan upaya untuk menjaga kesesuaian dengan kebutuhan, biasanya melalui pengukuran dan analisis data untuk mendeteksi ketidaklayakan.
30
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost) Biaya ini terjadi ketika produk dengan kualitas yang tidak memuaskan ditemukan sebelum pengiriman kepada pelanggan. 4. Biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost) Biaya ini terjadi ketika produk dengan kualitas yang rendah mencapai pelanggan. Yang termasuk ke dalam cakupan biaya ini adalah: Konsep biaya yang diterapkan pada metode Six Sigma akan dapat memberikan dampak yang signifikan pada perusahaan, karena berfokus kepada keuntungan finansial.
31
2.6
Produk Crank Shaft
Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing
Gambar 2.2 Rangkaian Mesin Motor Crank shaft dapat disebut juga sebagai jantung pada mesin motor. Crank shaft berfungsi sebagai pengubah gerak maju mundur dari piston menjadi gerak putar atau gerak rotasi. Jenis crank yang dihasilkan beraneka ragam baik dari segi ukuran maupun bentuknya yang disesuaikan dengan tipe motor.
32
Jenis-jenis crank yang diproduksi oleh PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing adalah : •
5XT
: untuk part yang di export ke YMC Jepang
•
5BP
: dipakai pada sepeda motor Scorpio-Z
•
5TP
: dipakai pada sepeda motor Vega R dan Jupiter-Z
•
5LM
: dipakai pada sepeda motor Vega R lama
•
1S7
: dipakai pada sepeda motor Jupiter-MX tanpa kopling
•
3C1
: dipakai pada sepeda motor Vixion
•
5TL
: dipakai pada sepeda motor Mio dan Nouvo-Z
•
2D5
: untuk part yang di export ke Brazil
•
2S6
: dipakai pada sepeda motor Jupiter-MX kopling
•
3WL
: dipakai pada sepeda motor RX-king
33