9 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Data
Menurut Sugiyono (2012:5) data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta sehingga dapat memberi manfaat bagi peneliti atau memberi gambaran kepada peneliti tentang kondisi atau suatu keadaan.
2.1.1 Jenis Data Menurut Sugiyono (2012:5) data menurut jenisnya dibagi menjadi: 1. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat subjektif. Data kualitatif dapat berbentuk ordinal atau ranking. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka. Data ini diperoleh dari pengukuran langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif.
2.1.2 Jenis Skala Pengukuran Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Berikut jenis-jenis skala pengukuran data: 1. Skala Nominal Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk
Universitas Sumatera Utara
10 membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Adapun ciri-ciri skala nominal antara lain hasil penghitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol mutlak. Skala ini digunakan untuk mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian ke dalam kelompok (kategori) yang terpisah atau menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri-ciri tertentu dari objek yang diamati. 2. Skala Ordinal Skala ordinal ialah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Dengan menggunakan skala ordinal objek-objek juga dapat digolongkan dalam kategori tertentu, contoh :seorang anggota ABRI dapat dikelompokkan menurut pangkat Mayor, Kapten, atau Letnan. 3. Skala Interval Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Misalnya skor ujian perguruan tinggi : A, B, C, D, E. 4. Skala Ratio Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya seseorang tidak dapat berumur dibawah nol tahun dan seseorang harus memiliki timbangan diatas nol juga (Soewarno, 1987:34).
2.1.3 Tipe Skala Pengukuran Menurut Riduwan (2012:11), selain keempat jenis skala pengukuran tersebut, ternyata skala interval yang sering digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
11 1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah skala sikap, skala moral, tes karakter, skala partisipasi sosial. 2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan penelitian. Berbagai skala sikap yang sering digunakan ada 5 macam, yaitu: 1. Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata-kata, misalnya: Sangat Setuju (SS)
=5
Setuju (S)
=4
Netral (N)
=3
Tidak Setuju (TS)
=2
Sangat Tidak Setuju (STS)
=1
2. Skala Guttman Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal. Jadi, skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: yakin-tidak, ya-tidak, benar-salah, positifnegatif, pernah-belum, setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya. 3. Skala Diferensial Semantik Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti: panas-dingin, popular-tidak popular, baik-tidak baik, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
12 4. Rating Scale Rating Scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif, misalnya: ketat-longgar, sering dilakukan-tidak pernah dilakukan, lemah-kuat. 5. Skala Thurstone Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang disetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu pernyataan yang dipilih oleh responden mengenai angket tersebut.
2.1.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya
melalui:
angket,
wawancara,
pengamatan,
ujian
(test),
dokumentasi, dan lainnya. 1. Angket (Questionnaire) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikn jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu angket terbuka dan angket tertutup. 2. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan
Universitas Sumatera Utara
13 mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara (Subana, 2000:29). 3. Pengamatan (Observation) Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden kecil. 4. Tes (Test) Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 5. Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter.
2.1.5 Sampel Sugiarto (2001) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara metode pengumpulan data primer. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini dilakukan penyebaran kuesioner pendahuluan kepada 30 responden untuk dipakai dalam uji validitas dan uji reliabilitas. Kemudian akan dilakukan kembali penyebaran kuesioner asli kepada sampel yang mewakili populasi dengan menggunakan rumus Slovin (1960):
Universitas Sumatera Utara
14 π=
π 1 + ππ 2
keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel (10%) dan tingkat kepercayaan 90%
2.2
Pengertian Perumahan
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sehat adalah: 1. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana keluarga. Rumah sebagai tempat membina keluarga, tempat berlindung dari iklim dan tempat menjaga kesehatan keluarga. 2. Rumah Sehat Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal. 3. Perumahan Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. 4. Permukiman Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan. Beberapa pengertian perumahan yang lain:
Universitas Sumatera Utara
15 a. Menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, Pasal 1 Ayat 2, rumah mempunyai arti bangunan dan lingkungan tempat tinggal dengan sarana dan prasarana fasilitas yang memenuhi syarat-syarat guna mendukung kehidupan manusia. b. Perumahan adalah kumpulan dari rumah-rumah yang digunakan untuk berlindung bagi keluarga yang layak huni, dilengkapi dengan sarana dan prasarana (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:967). c. Menurut Arthus C.S filosofi rumah sama dengan tubuh manusia yang membutuhkan penutup berupa rumah atau shelter. d. Menurut Sam Davis (The Form of Housing), rumah kemudian akan disebut menjadi perumahan apabila menjadi sekumpulan kesatuan di atas petak-petak lahan individu atau sebagai kelompok rumah gandeng atau sebagai bangunan apartemen. Sebagai wadah kehidupan manusia, rumah dituntut untuk dapat memberikan sebuah lingkungan binaan yang aman, sehat dan nyaman. Untuk itulah pemerintah dengan wewenang yang dimilikinya memberikan arahan, standar peraturan dan ketentuan yang harus diwujudkan oleh pihak pengembang. Sesuai dengan UU No. 4 Tahun 1992, selain membangun unit rumah, pengembang juga diwajibkan untuk: a. Membangun
jaringan
prasarana
lingkungan
rumah
mendahului
pembangunan rumah, memelihara dan mengelolanya sampai pengesahan dan penyerahan kepada Pemerintah Daerah. b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan utilitas umum. c. Melakukan penghijauan lingkungan. d. Menyediakan tanah untuk sarana lingkungan. e. Membangun rumah.
2.2.1 Variabel yang Mempengaruhi Keputusan Membeli Perumahan Variabel dan konsep yang akan diteliti dalam penelitian ini terkait perumahan adalah variabel-variabel harga, pembayaran, lokasi, lingkungan, keamanan, fasilitas, aksesibilitas, dan infrastruktur. Adapun defenisi operasional variabel
Universitas Sumatera Utara
16 harga, pembayaran, lokasi, lingkungan, keamanan, fasilitas, aksesibilitas, dan infrastruktur tersebut adalah: 1. Harga Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa harga adalah jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai, yang harus dibayarkan untuk produk atau jasa pada waktu tertentu dan di pasar tertentu. Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan (Philip Kotler,1998). 2. Pembayaran Sistim pembayaran adalah sistim yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistim pembayaran merupakan sistim yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. 3. Lokasi Lokasi merupakan daerah atau tempat dimana sesuatu (dalam hal ini perumahan Taman Putri Deli Namorambe Deli Tua, Medan) berada. Dua hal penting yang perlu diperhatikan sebagai dasar pertimbangan lokasi (Surowiyono, Tutu TW, 2007:13) adalah kondisi lingkungan secara geografis dan kondisi lingkungan menurut kebutuhan strategis. 4. Lingkungan Menurut tinjauan produksi, istilah lingkungan dapat dipadankan dengan istilah lahan. Lahan ialah keseluruhan lingkungan alamiah dan budaya yang didalamnya dilangsungkan kegiatan berproduksi (Shoper & Baird, 1978). 5. Keamanan Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lainlain. 6. Fasilitas Pengertian fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi atau kemudahan untuk melaksanakan fungsi. Fasilitas terbagi menjadi dua
Universitas Sumatera Utara
17 yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial. Fasilitas umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum, seperti jalan dan alat penerangan umum sedangkan fasilitas sosial adalah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah atau swasta untuk masyarakat, seperti sekolah, klinik, dan tempat ibadah. 7. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu tujuan lokasi, yang menjadi ukuran adalah jarak, waktu tempuh, kelengkapan dan kualitas dari fasilitas yang tersedia, seperti, jalan yang bagus, adanya swalayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kemudahan mencapai tempat kerja, transportasi, dan lain-lain. 8. Infrastruktur Infrastruktur mengacu pada sistim fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial. Infrastruktur juga dapat diartikan sebagai elemen dasar dari suatu kota; bangunan utama dari suatu kegiatan; bangunan penunjang kegiatan. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, Lamp.22: βPrasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrikβ.
2.3 Konsep Perilaku Konsumen dan Preferensi Konsumen Konsumen adalah individu atau bisnis yang membeli produk atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan untuk pemakaian pribadi sedangkan perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian (Mowen, 2002). Perilaku konsumen didefenisikan sebagai tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi
Universitas Sumatera Utara
18 untuk menilai, memperoleh, dan mempergunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut. Dua wujud perilaku konsumen: 1. Personal Consumer: konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri. 2. Organizational Consumer: konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut. Menurut Kotler (2002), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor berikut ini menjelaskan keempat faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu: 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan terbagi menjadi 3, yaitu: a. Budaya b. Sub budaya c. Kelas sosial 2. Faktor sosial Faktor sosial terbagi menjadi 3, yaitu: a. Kelompok acuan b. Keluarga c. Peran dan status 3. Faktor pribadi Faktor pribadi terbagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut: a. Usia dan tahap daur hidup b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi c. Gaya hidup dan perilaku d. Kepribadian dan konsep diri 4. Faktor psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor psikologi utama, yaitu: a. Motivasi
Universitas Sumatera Utara
19 b. Persepsi c. Pembelajaran d. Keyakinan dan sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian di atas mempunyai peranan dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian juga mempengaruhi preferensi konsumen. Terdapat 4 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian, seperti tercantum dalam Olson dan Paul (2008), sebagai berikut: 1. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalaman terhadap rangsangan tersebut. 3. Pembentukan sikap merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka seseorang akan suatu hal. 4. Integrasi merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut. Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan interpretif Pendekatan interpretif menggali secara dalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya. 2. Pendekatan tradisional Pendekatan tradisional adalah pendekatan yang didasari pada teori dan metode ilmu sosial. Pendekatan tradisional bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen
Universitas Sumatera Utara
20 memproses informasi, membuat keputusan serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen. 3. Pendekatan ilmu pemasaran Pendekatan ilmu pemasaran didasarkan pada teori dan metode ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji cara model matematika berdasarkan hirarki kebutuhan manusia untuk memprediksi pengaruh strategis pemasaran terhadap pilihan dan pola konsumsi.
2.4. Analisis Konjoin 2.4.1 Pengertian Analisis Konjoin Analisis konjoin merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang digunakan untuk menentukan kepentingan relatif berdasarkan preferensi konsumen yang dimiliki oleh suatu produk tertentu dan nilai kegunaan yang muncul dari atributatribut produk terkait. Analisis konjoin mencoba untuk menentukan kepentingan relatif yang dikaitkan pelanggan pada atribut yang penting dan nilai kegunaan yang dikaitkan pada level atribut. Prosedur pada analisis konjoin mencoba memberikan nilai pada tingkatan level dari setiap atribut, sehingga nilai yang dihasilkan atau nilai kegunaan yang dikaitkan pada stimulus cocok atau sedekat mungkin dengan evaluasi input yang diberikan oleh responden. Menurut Simamora (2005), kesimpulan analisis konjoin diambil berdasarkan respon subjek terhadap perubahan sejumlah atribut. Dalam penelitian ini nilai preferensi konsumen (Y) dan atribut penelitian adalah harga, pembayaran, lokasi, lingkungan, keamanan, fasilitas, aksesibilitas, dan infrastruktur. Konjoin termasuk dalam Multivariate Dependence Method dengan model: π1 = Γ1 + Γ2 + Γ3 + β¦ + Γπ keterangan: 1. Variabel Independen (Γ1 , Γ2 , Γ3 , β¦,Γπ ) adalah faktor/atribut, yang berupa data non metrik (luas tanah, tipe rumah, harga, dan sebagainya).
Universitas Sumatera Utara
21 2. Variabel dependen (π1 ) adalah pendapat keseluruhan (overall preference) dari seorang responden terhadap sekian faktor dan level pada sebuah produk. Variabel dependen ini juga mencakup tingkat kepentingan faktor dari seorang responden terhadap atribut-atribut produk.
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Penggunaan Analisis Konjoin Pada dasarnya tujuan analisis konjoin adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek untuk mengetahui kombinasi seperti apa yang memiliki nilai manfaat terbesar yang dirasakan oleh responden sehingga akan mempengaruhi proses penentuan keputusan. Hasil utama analisis konjoin adalah suatu bentuk (desain) produk/barang/jasa/ide untuk objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden (Singgih, 2010). Dalam pemasaran teknik analisis konjoin biasanya digunakan untuk halhal sebagai berikut: 1. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut 2. Membuat estimasi pangsa pasar suatu produk tertentu yang berbeda tingkat atributnya. 3. Untuk menentukan komposisi produk yang paling disukai oleh konsumen. 4. Untuk membuat segmentasi pasar yang didasarkan pada kemiripan preferensi tingkat-tingkat atribut. Menurut Green & Krieger (1991) analisis ini dapat juga dimanfaatkan untuk: 1. Merancang harga 2. Memprediksi tingkat penjualan atau penggunaan produk (market share), uji coba konsep baru 3. Segmentasi preferensi 4. Merancang strategi promosi
Universitas Sumatera Utara
22 2.4.3 Tahapan-tahapan Analisis Konjoin Berikut langkah-langkah kegiatan yang dilalui dalam analisis konjoin menurut Supranto (2010): Merumuskan masalah
Bentuk stimuli atau kombinasi atribut
Menentukan Bentuk Data Input
Pilih Prosedur Analisis Konjoin
Interpretasi Hasil
Uji Validitas dan Reabilitas Gambar 2.1 Tahapan Analisis Konjoin 1. Menentukan atribut dan level penelitian Pada langkah ini, peneliti harus mengenali/mengidentifikasi atribut dengan tingkatan/level masing-masing dipergunakan untuk membentuk stimulus. Level atribut menunjukkan nilai yang diasumsikan oleh atribut. Menurut Supranto (2010), atribut yang dipilih harus sangat penting di dalam mempengaruhi preferensi dan pilihan pelanggan. Setelah menunjukkan atribut yang penting, selanjutnya, menentukan tingkatan atribut dan level atribut tersebut. Banyaknya tingkatan atribut menentukan banyaknya parameter yang akan digunakan dan banyaknya stimulus yang akan dievaluasi oleh responden. 2. Membentuk stimulus atau kombinasi atribut Ada 2 cara pembentukan stimulus dalam analisis konjoin yaitu pendekatan pasangan (the pairwise approach) dan prosedur profil penuh (full-profile procedure). Dalam pendekatan pasangan, juga disebut evaluasi dua faktor (two factor evaluation), dimana responden menilai dua atribut setiap kali,
Universitas Sumatera Utara
23 sampai semua kemungkinan pasangan dua atribut telah selesai di evaluasi. Untuk setiap pasangan, responden mengevaluasi semua kombinasi dari level kedua atribut, yang disajikan dalam sebuah matriks. a) Prosedur Profil Penuh (full-profile procedure) Dalam pendekatan profil penuh atau sering disebut evaluasi banyak faktor,profil penuh atau lengkap dari suatu produk dibentuk dari semua atribut. Dalam pendekatan profil penuh, kombinasi yang ekstrim atau tidak masuk akal dapat dihilangkan. Dalam penelitian cara untuk membentuk stimulus atau kombinasi atribut adalah prosedur profil penuh (full-profile procedure). Analisis konjoin full-profile yang diperkenalkan terlebih dahulu merupakan rancangan kombinasi yang menggambarkan profil produk secara lengkap. Jumlah stimuli dapat dikurangi dengan
menggunakan
fractional
factorial
yang
design
memungkinkan mengestimasi semua main effects. Desain ini mengasumsikan bahwa setiap interaksi yang tidak penting diabaikan.
Untuk
membentuk
stimuli
dirancang
dengan
menggunakan SPSS FOR WINDOWS 18.0 sehingga diperoleh minimal stimuli. Setiap stimuli berisi kombinasi antara atribut dengan taraf, dimana setiap stimuli menggambarkan profil tiap objek secara lengkap. Responden mengevaluasi masing-masing stimuli mulai dari stimuli yang paling tidak diminati hingga stimuli yang paling diminati dengan cara rating (memberi peringkat). Metode full-profile disarankan apabila jumlah atribut yang diteliti antara enam sampai sembilan atribut saja. b) Pairwise Comparison Metode Pairwise Comparison digunakan apabila atribut yang dianalisis cukup banyak dengan jumlah taraf/level yang banyak pula. Penemu model Pairwise Comparison adalah Richard Johnson. Pendekatan ini membandingkan pasangan profil dari dua atribut dan responden mengevaluasi pasangan atribut secara
Universitas Sumatera Utara
24 bersamaan. Bila ada p atribut berarti jumlah pasangan yang dievaluasi sebanyak π(π β 1) 2 pasangan. 3. Menentukan bentuk data input Dalam menentukan bentuk data input analisis konjoin data bisa berupa kualitatif dan kuantitatif. Untuk data kualitatif, responden diminta untuk memberikan evaluasi peringkat. Untuk pendekatan pasangan (the pairwise approach), respoden memberikan peringkat semua cell dari setiap matriks dinyatakan dalam keinginan mereka. Sedangkan untuk prosedur profil penuh (full-profile procedure), responden memberikan peringkat semua stimulus profil. Dalam penelitian ini responden akan memberikan nilai dengan cara merangking. 4. Memilih suatu prosedur Analisis Konjoin Model dasar analisis konjoin yang mungkin dirumuskan secara matematis sebagai berikut: π
ππ
Β΅ Γ =
πππ π₯ππ π=1 π =1
keterangan: Β΅ Γ = Utility total dari tiap-tiap stimuli πππ
= Nilai kegunaan atribut ke-i, taraf ke-ππ
ππ
= Taraf ke-k dari atribut ke-i (banyaknya level atribut i )
m
= Banyaknya atribut
π₯ππ
= Peubah boneka atribut ke-i level ke-j (bernilai 1 bila level yang berkaitan terjadi dan 0 bila tidak).
Range nilai kepentingan atribut dapat dicari dengan rumus: πΌπ
= [max (πππ ) β min (πππ )], untuk setiap i.
Rumus untuk nilai kepentingan relatif adalah: ππ
=
πΌπ π πΌ π=1 π
Universitas Sumatera Utara
25 keterangan: ππ = Pentingnya atribut (factor importance) ke-i πΌπ
= Range nilai kepentingan untuk relatif tiap atribut [max (πππ ) β min(πππ )]
m = Banyaknya atribut Berdasarkan tipe data dan cara pengumpulan datanya, prosedur analisis yang digunakan adalah analisis konjoin full-profile menggunakan metode regresi dengan variabel dummy. Variabel yang dianalisis dengan metode regresi dapat berupa variabel kuantitatif maupun variabel kualitatif. Variabel kualitatif dalam model regresi sering disebut dengan istilah variabel dummy. Untuk variabel kualitatif yang mempunyai kategori dapat dibangun k-1 peubah boneka. Variabel ini biasanya mengambil nilai 1 atau 0. Kedua nilai yang diberikan tidak menunjukkan bilangan (numerik) tetapi hanya sebagai identifikasi kelas atau kategorinya. Atribut yang mempunyai dua taraf diberi kode 1 untuk salah satu taraf dan 0 untuk taraf lainnya. Atribut yang mempunyai tiga taraf, pengkodeannya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pengkodean Variabel Dummy Taraf
Kode
Taraf 1
1
0
Taraf 2
0
1
Taraf 3
0
0
Untuk taraf lebih dari tiga, pengkodean dilakukan dengan cara yang sama sehingga setiap faktor memiliki k-1 variabel dummy. Banyaknya variabel ini sama dengan banyaknya kategori (taraf) dikurangi satu (J Supranto, 2004). Metode regresi dengan variabel dummy sangat umum digunakan untuk data berjenis non-metrik maupun metrik.
Universitas Sumatera Utara
26 5. Interpretasi hasil Menurut Kuhfeld (2000) ada beberapa ketentuan dalam melakukan interpretasi hasil yaitu: a. Taraf yang memiliki nilai kegunaan lebih tinggi adalah taraf yang lebih disukai. b. Total nilai kegunaan masing-masing kombinasi sama dengan jumlah nilai kegunaan tiap taraf dari atribut-atribut tersebut. c. Kombinasi yang memiliki total nilai kegunaan tertinggi adalah kombinasi yang paling disukai responden. d. Atribut yang memiliki perbedaan nilai kegunaan lebih besar antara nilai kegunaan taraf tertinggi dan terendahnya merupakan atribut yang lebih penting. 6. Uji validitas dan reliabilitas Uji validitas adalah uji statistik yang digunakan untuk menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat digunakan dengan menggunakan software SPSS menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Dalam uji ini, setiap item akan diuji relasinya dengan skor total variabelnya. Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk menentukan reliabilitas serangkaian item pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu variabel. Reliabilitas menunjuk kepada pengertian apakah sebuah instrument dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Ξ± >0,60. Menurut Sugiyono (2006) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Beberapa prosedur tersedia untuk menilai keandalan dan kesahihan (reliability and validity) dari analisis konjoin: a. Ketepatan/kecocokan dari estimasi model harus dievaluasi, sebagai contoh, kalau regresi variabel dummy dipergunakan, nilai R2
Universitas Sumatera Utara
27 (koefisien determinasi berganda) akan menunjukkan seberapa jauh model (regresi linier berganda) cocok/tepat untuk data yang dianalisis. b. Uji keandalan yang diulangi (test-retest reliability) bisa dievaluasi dengan mendapatkan beberapa pertimbangan yang diulangi (few replicated judgements). Dalam wawancara, responden diminta untuk mengevaluasi lagi stimulus tertentu yang dipilih. c. Evaluasi untuk stimuli hold out or validation dapat diprediksi dengan fungsi part-worth yang diestimasi. d. Evaluasi yang diprediksi kemudian dapat dikorelasikan dengan yang diperoleh dari responden untuk menentukan internal validity. e. Kalau analisis tingkat/level agregat telah dilakukan, estimation sample dapat dipecah dengan beberapa cara, dan analisis konjoin dilakukan untuk setiap sub sample untuk mengevaluasi stabilitas dari pemecahan analisis konjoin. Kategori koefisien korelasi menurut Sugiyono (2006) adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Koefisien Korelasi Menurut Sugiyono 0,80 < rxy β€ 1,00
Reliabilitas sangat tinggi
0,60 < rxy β€ 0,80
Reliabilitas tinggi
0,40 < rxy β€ 0,60
Reliabilitas sedang
0,20 < rxy β€ 0,40
Reliabilitas rendah
-1,00 < rxy β€ 0,20
Reliabilitas sangat rendah
Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Reliabilitas item diuji diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan reliability analysis dengan SPSS. Akan dilihat nilai Alpha Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item dalam suatu variabel.
Universitas Sumatera Utara