BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Kerangka Teori 2.1.1
Definisi Komunikasi Istilah
komunikasi,
yaitu
Komunikasi
berasal
dari
kata
Latin Communicatio yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’. Secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur – unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). (Suprapto, 2011: 5) Proses komunikasi juga dapat diartikan sebagai sebuah proses transfer informasi atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan. Proses komunikasi memiliki tujuan untuk dapat mencapainya tahap dimana kedua belah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi saling pengertian (mutual understanding). (Suprapto, 2011: 5) Sasa Djuarsa Sendjaja, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi (2003), menjabarkan tujuh buah definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut 21
22 adalah sebagai berikut: Hoyland, Janis & Kelley: 1953 Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Berelson dan Stainer, 1964 Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Lasswell, 1960 Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?) Gode, 1959 Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Barnlund, 1964 Komunikasi
timbul
didorong
oleh
kebutuhan-kebutuhan
untuk
23 mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Ruesch, 1957 Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Weaver, 1949 Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Disamping ketujuh definisi para ahli diatas, Harold D. Lasewell, juga turut mendefinisikan komunikasi dengan menyatakan bahwa “who says what in which channel to whom with what effect?” atau siapa (sumber) mengatakan (apa) pesan, dengan saluran apa (media yang digunakan), kepada siapa (penerima), dengan pengaruh bagaimana? (dampak atau efek yang dihasilkan). (Mulyana, 2001: 36) Paradigm Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 (lima) unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan olehnya, yaitu sebagai berikut: 1. Who (Siapa)
: Komunikator, merupakan orang yang berperan
untuk menyampaikan pesan. 2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, merupakan pernyataan yang didukung oleh lambing, dapat berupa ide ataupun gagasan.
24 3. In Which Channel (Saluran) : Media, merupakan sarana atau saluran yang mendukung dalam proses pengiriman pesan, terutama apabila komunikan berada di lokasi yang jauh dari komunikator atau banyak jumlahnya. 4. To Whom (Kepada Siapa)
: Komunikan, merupakan orang
yang menerima pesan 5. With What Effect (Dampak) : Efek, merupakan pengaruh dari pesan, atau dapat juga disebut sebagai hasil dari proses komunikasi. Sehingga, berdasarkan paradigma Lasswell seperti telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator melalui saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph De Vito (1996) mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, dimana komponen-komponen saling terkait. Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan eleman lain. Langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai
25 berikut:
IDE
ENCODING
PENGIRIMAN
DECODING
BALIKAN Sumber: Tommy Suprapto, (2011): Pengantar Ilmu Komunikasi Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukkan menjadi lambang – lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambang – lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan. Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
26 Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator. 2.1.2 Fungsi Komunikasi William I. Gorden (Mulyana, 2005: 5-30) menjabarkan 4 (empat) fungsi komunikasi, yakni: 1. Sebagai Komunikai Sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social mengisyaratkan bahwa adanya komuikasi dirasakan sangat penting untuk dapat membangun konsep diri, akutaliasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain melaluli proses komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan – hubungan dengan orang lain. Melalui proses komunikasi kita dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama. 2. Sebagai Komunikasi Ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan – perasaan (emosi0 kita. Perasaan
- perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan – pesan yang bersifat non verbal. Perasaan saying, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan langsung melalui kata – kata, namun dapat disampaikan secara lebih ekspresfig melalui
27 perilaku non verbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan, seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa Negara atau penguasa kampus dengan melakukan demonstrasi. 3. Sebagai Komunikasi Ritual Suatu komunitas deringkali melakukan upacara – upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain – lain. Dalam acara – acara tersebut orang mengucapkan kata – kata atau perilaku – perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus – ritus lain seperti berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, menunaikan ibadah haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga termasuk dalam komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideology, atau agama mereka. 4. Sebagai Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
28 menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrument, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan
dan
membangun
hubugan,
namun
juga
untuk
menghancurkan hubungan tersebut. studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lenih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai intrumen untuk mencapai tujuan – tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka panjang maupun tujuang jangka pendek. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik – taktik verbal dan non verbal, seperti berbicara sopan, mengumbar janji, mengenakkan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan
kesan
itu
secara
kumulatif
dapat
digunakan
untukmencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier,
misalnya
untuk
memperoleh
jabatan,
kekuasaan,
29 penghormatan social, dan kekayaan. Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkap. Misal pendapat Onong
Effendi
menyampaikan
(1994), informasi,
ia
berpendapat
mendidik,
fungsi
menghibur,
komunikasi dan
adalah
mempengaruhi.
Sedangkan Harold D Lasswell (Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994: 27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut: 1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat 2. Menghubungkan bagian – bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya. 3. Menurunkan warisan social dari generasi ke generasi berikutnya. 2.1.3
Jenis – jenis Komunikasi Pada
dasarnya
komunikasi
digunakan
untuk
menciptakan
atau
meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari: 1. Komunikasi Verbal dengan Kata-kata a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
30 kata menjadi penting dalam berkomunikasi. b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan. 2. Komunikasi Non Verbal
31 Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal : a. Ekspresi wajah Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang. b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan
melalui
sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
32 f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress 2.1.4
Teori Komunikasi Massa Media massa diasumsikan sebagai pihak ketiga dalam setiap proses
komunikasi. Berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa), sehingga komunikasi massa didefinisikan sebagai komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa menunjuk pada komponen utama yaitu hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk kepada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. (Nurudin, 2011: 2) Menurut Shirley Biagi (2010: 10) Komunikasi Massa saat ini dibagi menjadi tiga karakteristik, yakni: 1. Sebuah pesan dikirim melalui suatu bentuk system komunikasi massa (seperti internet, media cetak, atau penyiaran) 2. Pesan tersebut dikirim secara cepat 3. Pesan tersebut mencapai kelompok besar yang terdiri atas berbagai macam orang atau dalam periode waktu yang singkat. Komunikasi Massa menurut Tan dan Wright merupakan bentuk
33 komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan komunikasi massa menurut John R. Bitner (1996) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang dalam jumlah besar. Dari definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah media masa memiliki peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi massa. Komunikasi diharuskan memanfaatkan adanya media massa, sekalipun komunikasi tersebut disampaikan kepada khalayak yang banyak. Jika tidak menggunakan media massa, maka proses komunikasi tersebut tidak dapat disebut sebagai proses Komunikasi Massa. (Ardianto, 2004: 3) Bentuk dari media massa antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam studi komunikasi harus selalu melibatkan manusia,baik sebagai komunikator maupun komunikan. Dalam komunikasi massa lebih melibatkan banyak hal mulai komunikator, komunikan, media massa (dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing), unsure proses menafsirkan pesan (decoder), feedback yang lebih kompleks karena melibatkan khalayak dalam jumlah besar. (Nurudin, 2011: 15) 2.1.5
Fungsi Komunikasi Massa Dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam bukunya yang berjudul “The
Story of Human Communication: Cave Painting to Microchip ” tentang tiga
34 fungsi dari komunikasi massa, yakni: fungsi pengawasan, tindakan korelasi, dan transmisi budaya. Fungsi pengawasan menunjuk pada pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian – kejadian yang berlangsung di lingkungan, di luar maupun di dalam masyarakat tertentu. Kemudian fungsi sebagai tindakan korelasi menitik beratkan kepada hubungan antara individu maupun kelompok. Diharapkan dengan hadirnya proses komunikasi massa dapat menjalin sebuah korelasi antara individu maupun kelompok yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan fungsi sebagai transmisi budaya, dijabarkan oleh Lasswell sebagai fungsi untuk membangun sebuah kebudayaan dalam suatu kelompok atau masyarakat tertentu. Fungsi komunikasi massa dijabarkan menjadi: 1. Informasi Berita – berita yang diinformasikan merupakan komponen paling penting. Dalam berita tersebut istilah jurnalistik yang digunakan adalah 5W + 1H (What, Where, Who, When, Why, + How). (Hidayat, 2007: 66) 2. Hiburan Fungsi hiburan dalam bmedia elektronik menduduki posisi yang paling tinggi. Ini dikarenakan media massa mengemas program dengan ide dan kreatifitas yang berfungsi menghibur masyarakat.
35 (Hidayat, 2007: 69) 3. Persuasi Persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Aktifitan Public Relations (PR) dan promosi khusus dalam komunikasi tatap muka juga menjadi bentuk dan fungsi persuasi yaitu mengajak. (Hidayat, 2007: 72) 4. Transmisi Budaya Salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Hal ini ditransmisikan oleh individu, orang tua, kawan sebaya, kelompok primer atau sekunder dan proses pendidikan yang secara rutin dimodifikasi oleh pengalaman baru yang didapat. (Hidayat, 2007: 74) 5. Mendorong Kohesi Sosial Fungsi media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton mengatakan bahwa media juga mempunyai
fungsi
narcoting
dysfunction
(racun
pembius).
Meskipun ekstrim, tidak dipungkiri media massa tidak kelola secara bijak maka akan menjadi racun dan mengarahkan masyarakat melainkan justru menciptakan kemunduran. Tetapi bila dikelola dengan benar maka akan menjadi racun yang baik karena dapat mempersatukan masyarakat. (Hidayat, 2007: 77)
36 6. Pengawasan Bagi Lasewell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan, yang artinya menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadia – kejadian yang ada di sekitar kita. Dibagi menjadi dua, yakni warning or beware surveillance atau pengawasan instrumental. (Hidayat, 2007: 78) 7. Korelasi Fungsi yang menghubungkan bagian – bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Hal ini berlaku dalam iklan, karena iklan akanmenghubungkan antara pemasang iklan dengan sasaran iklan tersebut. (Hidayat, 2007: 82) 8. Pewarisan Sosial Media masssa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal. (Hidayat, 2007: 86) 2.1.6
Ciri – ciri Komunikasi Massa
a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Dalam proses komunikasi, dibutuhkan sebuah komunikator sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada komunikan. Komunikator dalam proses komunikasi massa dirtikan bukan hanya dengan satu orang, tetapi diasumsikan sebagai kumpulan orang. Artinya,
37 gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga, lembaga yang dimaksudkan disini yaitu sekumpulan orang yang bekerja sama menjadi satu membentuk suatu sistem yang menyerupai lembaga. Di dalam sebuah sistem tersebut terdapat interpendendsi, yang artinya adalah setiap komponen yang berada dalam sistem tersebut saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterpendensi secara keseluruhan. Di dalam komunikasi massa, komunikator merupakan lembaga media massa itu sendiri. Menurut Alexis. S Tan komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah (Nurudin, 2011: 20). Media massa dalam proses komunikasi masssa biasanya merupakan sebuah komunikator, yang bentuknya antara lain seperti televisi, stasiun radio, majalah, atau penerbit buku. Mereka berperan sebagai elemen utama komunikasi massa karena bersifat sebagai komunikator dalam proses komunikasi massa. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
komunikator
dalam
komunikasi massa memiliki cirri, sebagai berikut: -
Berupa kumpulan individu
-
Setiap individu tersebut dalam berkomunikasi dibatasi perannya dengan sistem dalam masing – masing media massa
-
Pesan yang disebarkan mengatasnamakan sebuah media yang
38 bersangkutan bukan atas nama individu atau pribadi. -
Apa ysng diekmukakan oleh komunikator dapat mencapai sbeuah laba atau keuntungan secara ekonomis. (Nurudin, 2011: 19)
b. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan
dalam
Komunikasi
Massa
bersifat
heterogen/beragam, yang artinya adalah penonton televisi memiliki keanekaragaman umur, prndidikan, jenis kelamin, strata sosial ekonomi, dan keanekaragaman lainnya. Herbert
Blumer
memberikan
cirri
tentang
karakteristik
Audience/komunikan sebagai berikut: − Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen, yang artinya memiliki heterogenitas komposis atau susunan. Apabila ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat − Berisikan individu – individu yang saling mengenal ataupun tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya, dan mereka tidak berinteraksi secara langsung. − Audience tidak memiliki kepemimpinan atau organisasi formal. (Nurudin, 2011: 21)
39 c. Pesan Bersifat Umum Pesan – pesan yang disampaikan oleh komunikator tkepada komunikan haruslah bersifat umum, karena pesan yang disampaikan tidak ditujukan hanya untuku sekelompok masyarakat tertentu, melainkan memiliki tager komunikan yang luas. Televisi, misalnya, ditujukan untuk dinikmati oleh public secara luas sehingga pesan yang disampaikan oleh televisi harus bersifat umum. Bersifat umum disini, diartikan sebagai penggunan kata yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh komunikan, bukan kata – kata yang bersifat ilmiah. Meskipun, televisi pada zaman sekarang telah membedakan target komunikannya masing – masing melalui program acara yang dibuat dengan genre yang berbeda –beda, tetapi televisi harus tetap menciptakan sebuah program yang sifatnya lebih umum sehingga tidak menghilangkan cirri khas media televisi sebagai media komunikasi massa. (Nurudin, 2011: 24) d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Komunikasi massa pada hakikatnya merupakan komunikasi yang terjadi hanya satu arah. Yang artinya adalah, komunikan tidak dapat secara
langsung
memberikan
feedback
yang
diterimanya
dari
komunikator. Apabila memungkinkan untuk memberikan feedback secara langsung, bersifat tertunda (delayed feedback). Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian
40 pesat dan semakin beragam program televisi yang hadir di masyarakat maka mulai mengembangkan adanya komunikasi dua arah yang terjadi dalam proses komunikasi massa. Misalnya, acara kuis yang diadakan setelah tayangan pertandigan sepakbola usai. Hal itu membuktikan adanya proses komunikasi dua arah pada proses komunikasi massa. Dirasakan sebagai suatu hal yang rumit dalam komunikaasi massa, maka cirri khas sebuah komunikasi massa tetap merupakan komunikasi yang terjalin satu arah. (Nurudin, 2011: 26) e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Sebuah tayangan berita atau tayangan pertandingan sepak bola yang disiarkan secara live menjadi contoh nyata dari keserempakan yang terjadi dalam roses komunikasi massa. Penyebaran pesan dalam proses komunikasi massa memiliki keserempakan, yang artinya dalam waktu yang hampir bersamaan khalayak secara luas dapat menikmati informasi yang disampaikan oleh komunikator secara bersamaan. Dewasa ini, setiap komunikator terus berusaha gar informasi yang diberikan antara sumber media yang satu dengan yang lainnya dapat diberikan secara serentak kepada masyarakat secara luas. Alasan waktu dan wilayah jangkauan yang terpaut cukup jauh menjadi
alsan
mendasar
mengapa
sebuah
informasi
terkadang
tersampaikan kepada komunikan dalam waktu yang relatif berbeda. (Nurudin, 2011: 28)
41 f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayak luas membutuhkan peralatan teknis. Yang dimaksud dari peralatan teknis tersebut misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi sebgaai salah satu media elektronik yang seringkali kita nikmati saat ini tidak akan lepas dari alat pemancar. Terlebih lagi, seiring denga perkembangan zaman dan teknologi telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan peralatn satelit, sehingga memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan oleh media elektronik seperti televisi. (Nurudin, 2011: 30) g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper
atau
yang
biasa
disebut
dengan
penapis
informasi/palang pintu/ penjaga gawanf, adalah orang yang sangat berperan besar dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi,menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan dapat menjadi lebih mudah dipahami. Banyaknya informasi sebagai bahan mentah yang akan disampaikan kepada komunikan memberikan tugas kepada seorang Gatekeeper untuk memilah, memilih, dan membatasi informasi mana asaja yang akan dipilih untuk disampaikan kepada khalayak.
42 Dalam media televisi, gatekeeper berfungsi untuk memilih gambar yang unik untuk dapat ditampilkan ke depan khalayak, sehingga mendapatkan perhatian banyak dari khalayak. Hal ini menjadikan gatekeeper sebagai pihak yang menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan ditayangkan pada siaran televisi. Pada media televisi, gatekeeper yang dimaksud adalah reporter, editor film, manajer pemberitaan, cameraman, sutradara, lembaga sensor film, dan pihak lainnya yang mempengaruhi proses pengemasan sebuah pesan. (Nurudin, 2011: 31) Mc Quial juga menjabarkan ciri utama komunikasi massa, yaitu sebagai berikut: 1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan sang pengirim merupakan komunikator professional. 2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan 3. Pesan tersebut seringkali “diproses”, distandarisasi dan selalu diperbanyak 4. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”
43 5. Hubungan antara pengirim pesan dan penerima pesan bersifat satu arah dan jarang sekali besifat interaktif 6. Hubungan tersebut juga bersifat interpersonal, bahkan seringkali bersifat non-moral dan kalkulatif dalam arti sang pengirim biasanya tidak pertanggung jawab atau konsekuen yang terjadi pada individu. 7. Pesan dijual belikan dengan uang atau nilai tukar dengan perhatian tertentu. 2.1.7
Proses Komunikasi Massa Dalam aplikasinya komunikasi massa terbagi menjadi beberapa proses yaitu: 1. Ide Kreativitas ide dan gagasan ini diberikan oleh komunikator sebagai pengolah pesan. 2. Encoding Ide dan gagasan tersebut diaplikasikan ke dalam sebuah lambang, bahasa, dan gambar yang mempunyai makna dan nilai jual. 3. Pengiriman Pesan yang sudah di encoding tersebut sudah dapat disalurkan melalui media yang sesuai dengan tujuan ide yang akan dipasarkan kepada
44 komunikan. 4. Decoding Penerima mengartikan pesan sesuai dengan pandangannya terhadap informasi yang diterima dan mengolah arti pesan tersebut. 5. Feedback Setelah pesan didecoding dan diterima oleh masyarakat komunikan akan memberikan tanggapan terhadap pesan tersebut. 2.1.8
Media Massa Media massa adalah channel, saluran, sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan untuk banyak orang. Fungsi utama dari media massa adalah menyebar luaskan informasi kepada khalayak dan sekaligus mengiklankan produk. Yang termasuk di Big Five of Mass Media adalah surat kabar, majalah, televisi, radio dan film. Jenis – jenis media massa yaitu: a. Media massa cetak: Koran dan majalah b. Media massa elektronik: Radio, televisi, dan film c. Media massa online: Internet Peran media massa menurut Denis Mcquail (1987):
45 a) Industry menciptakan lapangan pekerjaan, barang dan jasa serta menghidupkan industry lainnya yakni iklan/promosi. b) Sumber kekuatan: alat control, manajemen dan inovasi masyarakat. c) Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. d) Wahana pengembangan kebudayaan: tata cara, metode, gaya hidup, dan norma. e) Sumber dominan pencipta. 2.1.9
Televisi Dari sekian banyaknya media komunikasi yang hadir di tengah kehidupan
masyarakat, televisi merupakan salah satu media komunikasi yang paling dibutuhkan dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Hadirnya tv cable menandai perubahan yang terjadi pada media komunikasi televisi. Dengan daya jangkau tv cable yang mampu memasuki seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit yang dapat di terima langsung pada layar televisi dengan menggunakan wireless cable, membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan. dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan dengan melihat jauh. melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara
46 yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima. (Wahyudi, 1992: 49) Siaran Televisi merupakan media dan jaringan komunikasi dengan ciri – ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikator bersifat melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. (Effendy, 2002: 21) Kegiatan penyiaraan televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaanya. TVRI yang berada di bawah Departement Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut bermunculah stasiun televisi lainnya, antara lain SCTV (Surya Citra Televisi), TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), dan ANTV (Andalas Televisi). Saat ini jumlah stasiun televisi swasta telah mencapai 11 stasiun televise, termasuk Global Tv. Semua orang ataupun kalangan pasti pernah menonton televisi. Kesimpulannya, televisi adalah suatu media yang sangat populer dan modern.
47 Televisi merupakan media massa yang dapat menyampaikan pesan melalui gambar bergerak (video) sebagai kekuatan andalannya, suara (audio) sebagai kekuatan pendamping dan bahkan tulisan atau gambar tak bergerak sebagai kekuatan pendukung. (Bitner, 2006: 63) Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah, hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Berikut beberapa karakteristik televisi: (Ardianto, 2004: 128) 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, music, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. 2. Berfikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Ada dua tahap yang dilakukan dalam prose berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, dalam proses ini ada pengarah acara merangkai agar gambar memiliki makna. Tahap kedua adalah penggambaran, yaitu merangkai gambar sedemikian rupa sehingga mempunyai kontinuitas dan mengandung makna tertentu. 3. Pengoprasian lebih kompleks Pengoprasian televsi siaran lebih kompleks dan melibatkan banyak
48 orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih. Televisi memiliki fungsi sebagai berikut: (Effendy, 2007: 27) 1. Fungsi Penerangan (The Information Function) Ada dua
faktor
yang mampu
menyiarkan
informasi
yang
memusatkan. Faktor yang pertama adalah faktor immediately (langsung dan dekat) dan faktor yang kedua adalah realism (kenyataan). 2. Fungsi Pendidikan (The educational Function) Televisi merupakan sarana yang berfungsi untuk memberikan dan menambah pengetahuan kepada khalayak luas, terutama lewat program – program acara yang disampaikan dengan baik. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function) Televisi juga dapat menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Setiap stasiun televisi biasanya selalu menyediakan program acara yang bersifat menghibur disamping menjalankan kedua fungsi lainnya. 2.1.9.1 Kelebihan dan Kelemahan Televisi Menurut Khasali (1995: 121) dalam menjalankan fugsinya, teleisi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. adapun kelebihan dan
49 kelemahan televisi, yakni: Kelebihan Televisi: 1. Efisiensi Biaya Salah satu keuntungan televise adalah kemampuannya dala menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. jangkauan massa ini menimbulkan efisiensi biaya dalam menjangkau setiap khalayak. 2. Dampak yang Kuat Keunggulan
lainnya
adalah
kemampuannya
menimbulkan
dampak yang kuat terhadap konsumen dengan tekanan sekaligus pada dua panca indera, yaitu penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan humor. 3. Pengaruh yang Kuat Kebanyakan
masyarakat
menghabiskan
waktunya
untuk
menyaksikan siaran televise sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan, sehingga televise dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi khalayak sasaran. Kelemahan Televisi: 1. Biaya yang Besar
50 Kelemahan yang paling menonjol dalam siaran televisi adalah biaya yang besar dalam memproduksi suatu acara, walaupun untuk menjangkau khalayak yang lebih rendah. 2. Khalayak yang Tidak Selektif Sekalipun berbagai teknis telah diperkenalkan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selegtif karena segmentasinya tidak setajam surat kabar atau majalah. 3. Kesulitan Teknis Media ini tidak luwes dalam pengaturan teknis. Acara-acara yang telah dibuat awalnya dapat berubah begitu saja, apalagi menjelang jam-jam penyiarannya. 2.1.9.2 Program Televisi Program televisi merupakan acara – acara yang ditayangkan oleh setiap stasiun televisi. Program TV dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu program berita dan program non berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan bentuk jadi (format) teknis atau berdasarkan isi. Bentuk jadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program acara televsi seperti talkshow, documenter, film, kuis, music, dan sebagainya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga,
51 dan drama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar digolongkan menjadi, hard news yang berisikan tentang berita yang actual, yang baru saja terjadi sehingga masih bersifat hangat dan kehadirannya sangat dinantikan oleh penonton, dan soft news yang mengangkat berita yang bersifat lebih ringan, atau tidak lenyap kehangatannya jika tidak langsung disiarkan. Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media televisi untuk memenuhi kebutuhan audience-nya. Program atau acara yang disajikan adalah salah satu faktor utama yang membuat audience tertarik untuk menyajikan dan mengikuti siarang yang disajikan (Morissan, 2008: 97) Program tayangan televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jika penonton merasa terharu dengan apa yang mereka lihat dilayar televisi, hal itu bukan sesuatu yang aneh atau istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari tayangan televisi yaitu seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang ditayangkan televisi (Effendi, 1991: 182) 2.1.10 Penonton/Audience Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, Koran atau jurnal ilmiah. Masing – masing audience berbeda yang satu dengan yang lainnya,
52 antara lain dalam hal berpakaian, pola pikir, cara untuk menanggapi sebuah pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidupnya.
2.1.11 Minat 2.1.11.1
Pengertian Minat Minat sebagaiman dikatakan dalam “encyclopedia of psycology”
adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek, orang dan kegiatan dalam lingkungannya”. Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar minat penonton dalam menyaksikan tayangan Barclays Premiere League berdasarkan
tingkat
popularitas
dari
Liga
Utama
Inggris.
Dalam
menyaksikan suatu tayangan tentu dibutuhkan terlebih dahulu pengetahuan yang menjadi dasar setiap penonton untuk menyaksikan tayangan tersebut. Adanya pengetahuan yang luas dikatakan sebagai faktor pemicu dari setiap penonton untuk menyaksikan tayangan tersebut. Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.” Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat merupakan sebuah pengaruh yang besar terhadap keinginnan seseorang untuk melakukan sebuah kegiatan yang diminatinya.
53 Dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Sosial” Sarlito Wirawan Sarwono menjelaskan bahwa minat atau interest dapat diartikan sebagai berikut: 1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya. 2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktifitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. 3. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu. (Sarwono, 2003: 52) Dari beberapa definisi yang dikemuakan di atas dapat disimpulakn bahwa, minat adalah kecenderungan dari seseorag terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasan senang, adanyaperhatian, dan keaktifan berbuat. Bigne (2005), Ekinci dan Hosany (2006), Alampay (2003), dan Rosen (1987) menjelaskan kecenderungan seseorang menunjukkan minat terhadap suatu produk atau jasa dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri : 1. Kemauan untuk mencari informasi terhadap suatu produk atau jasa
Konsumen
yang
memiliki
minat,
memiliki
suatu
kecenderungan untuk mencari informasi lebih detail tentang produk atau jasa tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti bagaimana spesifikasi produk atau jasa yang digunakan,
54 sebelum menggunakan produk atau jasa tersebut. 2. Kesediaan untuk membayar barang atau jasa Konsumen yang memiliki minat terhadap suatu produk atau jasa dapat dilihat dari bentuk pengorbanan yang dilakukan terhadap suatu barang atau jasa, konsumen yang cenderung memiliki minat lebih terhadap suatu barang atau jasa akan bersedia untuk membayar barang atau jasa tersebut dengan tujuan konsumen yang berminat tersebut dapat menggunakan barang atau jasa tersebut 3. Menceritakan hal yang positif Konsumen yang memiliki minat besar terhadap suatu produk atau jasa, jika ditanya konsumen lain, maka secara otomatis konsumen tersebut akan mencitrakan hal yang positif terhadap konsumen lain, karena konsumen yang memiliki suatu minat secara eksplisit memiliki suatu keinginan dan kepercayaan terhadap suatu barang atau jasa yang digunakan. 4. Kecenderungan untuk merekomendasikan Konsumen yang memiliki minat yang besar terhadap suatu barang, selain akan menceritakan hal yang positif, konsumen tersebut juga akan
merekomendasikan
kepada
orang
lain
untuk
juga
menggunakan barang atau jasa tersebut, karena seorang yang memiliki minat yang besar terhadap suatu barang akan cenderung memiliki pemikiran yang positif terhadap barang atau jasa tersebut, sehingga jika ditanya konsumen lain, maka konsumen tersebut akan cenderung merekomendasikan kepada konsumen
55 lain. 2.1.11.2
Indikator Minat Indikator untuk minat dalam penelitian ini meliputi : 1. Kesediaan untuk membayar barang atau jasa 2. Menceritakan hal yang positif 3. Kecenderungan untuk merekomendasikan
2.1.11.3
Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan oleh
Fryer, bahwa keberadaan minat didasari atas orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap suatu objek, subjek, atau aktifitas. Orientasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika seorang individu merasa suka atau tertarik terhadap suatu objek, subjek, atau aktifitas tertentu, maka indiviu akan menerimanya. Tetapi, jika seorang individu tidak memiliki rasa suka atau ketertarikan terhadap sebuah objek, subjek, ataupun aktiitas tertentu, maka ia akan menolaknya. Jika ia menerima berarti ia berminat, dan jika ia menolak berarti ia tidak berminat. Sama halnya dengan minat dari penonton yang dibahas pada penelitian ini untuk menyaksikan tayangan Barclays Premiere League. Jika tidak adanya minat atau ketertarikan dari penonton untuk menyaksikan tayangan Barclays Premiere League, maka penonton tidak akan menyaksikan tayangan tersebut, berlaku juga untuk sebaliknya. (Sarwono, 2003: 71) Menurut Crow and Crow (1982), faktor yang mempengaruhi
56 timbulnya minat terdiri dari 3 (tiga) faktor, yakni: (Sarwono, 2003: 76) 1.
Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau
dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan
ini
dapat
membuat
seseorang
berminat
untuk
mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang. 2.
Faktor
motif
social,
yakni
minat
dalam
upaya
mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. 3.
Faktor emosional, yakni minta yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. 2.1.11.4
Dimensi Minat 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas mengenai bagaimana media massa
dapat
membantu
khalayak
dalam
mempelajari
57 informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar kepada upaya untuk membertahu saja. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang
diterimanya,
khalayak
diharapkan
juga
dapat
merasakannya. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Misalnya, seperti halnya yang terjadi pada masyarakat pecinta Liga Utama Inggris yang telah mengikuti perkembangannya sedari awal, maka dengan hadirnya program Barclays Premiere League di Global TV terjadilah perubahan perilaku
58 masyarakat. Dikarenakan adanya popularitas para pemain dan pelatih, atau klub kesayangan, misalnya, maka mereka akan tergerak untuk terus menyaksikan tayangan Barclays Premier League di Global TV. Radio, televisi atau film di berbagai Negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan teah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. 2.1.11.5
Aspek – aspek atau Kategori Minat Atkinson dan Hilgrad (1976) dalam bukunya “Pengantar
Psikologi” mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif (Bloom). Taksonomi Afektif Bloom ini meliputi 5 (lima) kategori: 1. Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub kesadaran dan kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih. 2. Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasaan. 3. Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu. 4. Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai. 5. Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori
59 pencirian dan pemasyarakatan nilai.
2.1.12 Indek Popularitas Popularitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1)
Dikenal dan disukai orang banyak/umum
(2)
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak
(3)
Disukai dan dikagumi orang banyak Indek adalah kombinasi item dari beberapa variable yang dirangkum
dalam suatu nilai. Komponen/variable yang diukur dikombinasikan ke dalam suatu nilai (score). Definisi Index menurut Neuman “The summing or combining of many separate measure of a construct or variable” (Neuman, 2006: 511). Membuat suatu Indek adalah mudah dan penting untuk mengetahui tingkat ukuran yang akan diukur seperti indek kriminalitas yaitu, mengukur tingkat kejahatan yang terjadi (perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya). Syarat membuat suatu indek dijelaskan oleh Neuman “Creating indexes is so easy that it is important to be careful that every item in the index has face validity, items without face validity should be excluded. Each part of
60 the construct should be measured with at least one indicator. Of course, it is better to measure the parts of a construct with multiple indicators” (Neuman, 2006: 177). Face Validity menurut Neuman adalah “A type of measurement validity in which an indicator makes sense as measures of a construct in the judgement of others, especially those in the scientific community” (Neuman, 2006: 510). Dalam Penelitian ini popularitas yang dimaksud adalah sejauh apa popularitas dari Liga Utama Inggris dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menyaksikan tayangan Barclays Premiere League di Global TV. Seperti yang telah dijabarkan dalam jurnal yang dituliskan oleh Khare, Adwait; Labrecque, Lauren I; Asare, Anthony K. (2011). “The Assimilative and Constrative Effects of Word-of-Mouth Volume: An Experimental Examination of Online Consumer Ratings.”, peneliti dapat menjabarkan bahwa adanya
popularitas dari sebuah subjek didasari oleh beberapa indicator, yakni Promosi, Word of Mouth dari masyarakat, dan Pencitraan. 2.1.13 2.1.13.1
Promosi Definisi Promosi Promosi dapat diartikan sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan menciptakan pertukaran dalam pemasaran, (Swastha,1990). Tjiptono (1999), mengatakan bahwa pada hakekatnya
61 promosi adalah salah satu bentuk komunikasi pemasaran, yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau
membujuk
dan
mengingatkan
pasar
sasaran
atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dengan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. 2.1.13.2
Indikator Promosi Indikator untuk promosi dalam penelitian ini meliputi : 1. Kegiatan periklanan di media massa 2. Dengan memberikan diskon atau potongan harga 3. Mensponsori suatu kegiatan 4. Pemampangan iklan di tempat umum 5. Memanfaatkan media internet
2.1.14
Word Of Mouth
2.1.14.1
Definisi Word of Mouth Menurut Word of Mouth Marketing Association (WOMMA),
Word of Mouth merupakan usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk / jasa kepada pelanggan lainnya. Menurut Hasan (2010: 32), Word of Mouth adalah upaya untuk
62 memberikan alasan agar orang berbicara tentang merek, produk maupun jasa dan membuat berlangsungnya pembicaraan itu lebih mudah. Perusahaan memicu minat konsumen dengan cara menyebabkan konsumen berbagi pengalaman dengan orang lain. Agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna marketer perlu mencari orang – orang yang sangat terkesan dan sangat puas atau bahagia karena produk, atau jasa yang ia terima, orang semacam ini akan menjadi rekomender yang besar pengaruhnya terhadap orang lain. Pelanggan yang telah memiliki pengalaman unik tentang produk, jasa, dan merek dari perusahaan tertentu ini, cenderung akan memasukkan produk, jasa, dan merek itu kedalam daftar percakapan. Mereka secara sadar atau tanpa sadar mengungkapkannya kepada orang lain secara lisan (word of mouth) dalam berbagai kesempatan. Word of Mouth dikenal juga sebagai alat yang kuat untuk memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya ataupun biayanya sangat kecil. Word of Mouth merupakan kekuatan yang paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang dapat digunakan di dunia bisnis. Dari berbagai kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Word of Mouth pada dasarnya adalah pesan tentang produk atau jasa perusahaan, ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar tentang kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal lainnya yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada orang lain.
63 Berdasarkan pendapat Hasan (2010: 264), Word of Mouth terdiri atas dua jenis yaitu : −
Organic Word of Mouth Terjadi ketika seorang konsumen merasa sangat puas dengan kinerja dari produk ataupun layanan sehingga berkeinginan untuk berbagi pengalaman dan informasi kepada keluarga dan teman – temannya. Ini menandakan pentingnya kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
−
Amplified Word of Mouth Pembicaraan yang dimulai oleh kampanye yang disengajakan untuk membuat orang – orang untuk berbicara. Terdapat beberapa hal yang menjadi word of mouth sangat penting
menurut Emanuel Rosen (2000) dalam Harjadi dan Fatmasari, jurnal penelitian pendidikan dan ekonomi, 2008, volume 4, No.8 : −
Noise (noise) Hal ini merujuk pada kenyataan bahwa konsumen saat ini sulit menentukan pilihan karena banyaknya iklan yang dilihat melalui media setiap hari. Konsumen menjadi bingung, dalam menentukan satu pilihan produk yang diinginkan, sehingga mereka lebih tertarik untuk mendengarkan rekomendasi produk dari orang lain ataupun dari sekelompok teman.
−
Skepticism (keraguan) Dalam konteks ini, konsumen pada umumnya meragukan (skeptis) terhadap kebenaran dari informasi yang diterimanya. Hal ini terjadi karena konsumen pernah mengalami kekecewaan terhadap suatu
64 produk tertentu, kemudian konsumen tersebut mencoba untuk berpaling pada produk yang lain dengan mencari informasi dari sekelompok teman tentang beberapa produk yang direkomendasikan sesuai yang mereka butuhkan. −
Connectivity (keterhubungan) Konsumen selalu melakukan interaksi dan berkomunikasi satu sama lain hampir setiap harinya dan akhirnya saling berkomentar tentang suatu pengalaman – pengalaman mereka terhadap penggunaan produk atau jasa. Berdasarkan beberapa hal tersebut, perlunya influencer yang mampu mempengaruhi konsumen dalam pemilihan suatu produk. Melalui influencer inilah, WOM diharapkan dapat berjalan secara efektif.
2.1.14.2
Indikator Word Of Mouth Babin, Barry J; Lee, Yong-Kie; Kim, Eun-Fu; dan Griffin, Mitch
(2005). “Modeling Consumer Satisfaction and Word – Of – Mouth: Restaurant Patronage Korea.” Journal of Service Marketing, Vol.19, 133 – 139 pada penelitiannya mengukur word of mouth dengan indikator sebagai berikut : − Kemauan konsumen dalam membicarakan hal – hal positif tentang kualitas pelayanan perusahaan kepada orang lain. − Rekomendasi jasa perusahaan kepada orang lain. − Dorongan terhadap teman/relasi untuk melakukan pembelian terhadap jasa perusahaan. 2.1.15
Pencitraan
65 2.1.15.1
Definisi Pencitraan Shimp (2003) menjelaskan bahwa pencitraan merupakan
sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek atau jasa tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika seseorang berfikir tentang orang lain. Asosiasi tersebut dapat dikonseptualisasikan berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan. Jenis asosiasi tersebut meliputi atribut, manfaat dan sikap. Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk atau jasa, misal harga, pemakai dan citra penggunaan, sedangkan manfaat mencakup manfaat secara fungsional, manfaat secara simbolis dan manfaat berdasarkan pengalaman. Sutisna (2001) memaparkan bahwa, ada beberapa manfaat apabila suatu institusi atau perusahaan menampilkan citra yang positif, yang pertama konsumen, dengan citra yang positif terhadap suatu produk atau jasa, maka akan timbul suatu kepercayaan. Yang kedua kebijakan family branding dan leverage branding dapat dilakukan jika citra perusahaan telah positif. Kotler (2000), mendefinisikan citra sebagai “Seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek”, selanjutnya beliau mengatakan “Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek tersebut”, ini memberi arti bahwa kepercayaan, ide serta impresi seseorang sangat besar pengaruhnya
66 terhadap sikap dan perilaku serta respon yang mungkin akan dilakukannya. Seseorang yang mempunyai impresi dan kepercayaan tinggi terhadap suatu produk tidak akan berpikir panjang untuk membeli dan menggunakan produk tersebut bahkan boleh jadi ia akan menjadi pelanggan yang loyal. Kemampuan menjaga loyalitas pelanggan dan relasi bisnis, mempertahankan atau bahkan meluaskan pangsa pasar, memenangkan suatu persaingan dan mempertahankan posisi yang menguntungkan tergantung kepada citra produk yang melekat di pikiran pelanggan. Suatu perusahaan akan dilihat melalui citranya baik citra itu negatif atau positif. Citra yang positif akan memberikan arti yang baik terhadap produk perusahaan tersebut dan seterusnya dapat meningkatkan jumlah penjualan produk atau jasa, sebaliknya penjualan produk suatu perusahaan akan jatuh atau mengalami kerugian jika citranya dipandang negatif oleh masyarakat (Yusoff, 1995 dalam Nurkholis,2004). Kesimpulan yang dapat diambil dari telaah pustaka tentang pencitraan dapat ditarik suatu benang merah bahwa definisi dari pencitraan adalah penilaian yang diberikan masyarakat atau konsumen kepada perusahaan, sehingga timbul adanya suatu persepsi tentang kegiatan yang dilakukan. 2.1.15.2
Jenis jenis Citra Menurut Frank Jefkins (Soleh Soemirat&Elvinaro Adrianto,
2007: 117), jenis – jenis citra antara lain dikelompokkan sebagai
67 berikut:
1. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya – mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita. 2. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihakpihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita.
68 4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.
2.1.15.3
Indikator Pencitraan Indikator untuk pencitraan dalam penelitian ini meliputi :
2.2
1.
Memiliki staf-staf pengajar professional
2.
Memiliki kredibilitas tinggi
3.
Dijalankan manajemen yang berpengalaman
4.
Reputasi yang baik daripada pesaing
5.
Popularitas tinggi atau di kenal masyarakat luas
Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Diteliti 2.2.1
Dampak Media Massa Televisi Mc Luhan mengemukakan The Medium is The Message , media adalah
pesan itu sendiri. oleh karena itu, bentuk media saja sudah dapat mempengaruhi khlayak. seperti yang telah dijelaskan bahwa yang mempengaruhi khalayak bukanlah apa yang disampaikan oleh media, tetapi jenis media komunikasi yang
69 digunakan oleh khalayak tersebut, baik tatap muka atau media cetak atau elektronik. Menurut Steven M. Chaffe, terdapat 5 (lima) jenis dampak kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: dampak ekonomis, social, dampak pada penjadwalan kegiatan, dampak penyaluran atau penghilangan perasaan tertentu, dan dampak secara pesan, yakni, dampak kognitif, afektif, dan konatif. (Elvinaro Ardiamto dan Lukiati Komala op.cit hal 52) 1. Dampak Kognitif Dampak kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinyaa. Dalam dampak kognitif ini akan dibahas mengenai bagaimanamedia massa dapat membantu khalayak dan mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya 2. Dampak Afektif Dampak ini kadarnya lebih tinggi dari pada dampak kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Dampak Konatif Dampak konatif (behavioral) merupakan akibat yang timbul daripada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut Asch,
semua bersumber pada organisasi kognitif pada
70 informasi dan pengetahuan yang kita miliki (Jakarta, 2001: 69). Sikap selalu diarahkan oleh objek, kelompok, atau rang yang disebut objek sikap. Hubungan kita dengan objek sikap, didasarkan pada informasi yang kita peroleh tentang sifat – sifat objek sikap, dimana sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita terhadap seseorang atau objek tersebut. Asch menyimpulkan, “there can not therefore be a theory of attitudes or of social action that is not grounded in an examination of their cognitive foundation” (tidak adanya teori sikap atau aksi social yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar – dasar kognitifnya). Selanjutnya, McDavid dan Harari mengidentifikasikan mengenai 4 (empat) karakter sikap, yaitu: 1.
Memiliki objek seperti; manusia, benda atau peristiwa, tempat, gagasan atau situasi, dan kelompok.
2.2.2
2.
Memiliki arah, positif – negatif, suka – tidak suka
3.
Motivasional dan evalusional.
4.
Dipelajari atau hasil belajar
Teori Uses and Effect Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windhal (1979), yang
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori tradisional mengenaik efek. Konsep “use” (penggunaan) merupakan bagian yang sangat
71 penting atau pokok pemikiran ini. Karena pengetahun mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. (Sendjaja, 2004: 41) Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti “exposure” yang semata – mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan – harapan tertentu untuk dapat dipenuhi. (Sendjaja, 2004: 41) Dalam uses and gratification, penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu. Semenara pada uses and effect, kebutuhan hanya salah satu dari faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses terhadap media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa. (Sendjaja, 2004: 41 – 42) 2.2.3
Teori Ekonomi dan Media Ekonomi media merupakan penggabungan antara dua ilmu pengetahuan
yakni ilmu ekonomi dan ilmu media, dimana penggabungan kedua teori ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan media sebagaimana telah diatur dan dituliskan pada ilmu ekonomi. Hadirnya ilmu pengetahuan mengenai ekonomi media mempengaruhi pembuatan keputrusan dalam sebuah media,
72 dikarenakan pengambilan keputusan dalam media kini dilandasi oleh adanya teori ekonomi. (Doyle, 2003: 2) Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori ekonomi dan media, dikarenakan penulis akan meneliti apakah hadirnya program Barclays Premiere League di Global TV dipengaruhi oleh adanya popularitas dari Liga Utama Inggris yang telah dikenal oleh masyarakat sebelumnya. Apabila hipotesis diterima, makan pembuatan tayangan Barclays Prmiere League di Global TV benar disebabkan oleh adanya teori ekonomi, dan hadirnya tayangan Barclays Premiere League di Global TV bertujuan untuk memenuhi kepentingan ekonomi dari PT. Global Informasi Bermutu.