BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi
2.1.1
Pengertian Sistem Menurut Romney dan Steinbart (2012:24), sistem merupakan kumpulan dari
dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk mencapai sebuah tujuan. Dull, Gelinas, dan Wheleer (2012:11) menyatakan bahwa sistem merupakan sekumpulan dari elemen yang saling ketergantungan yang bersama untuk mencapai tujuan spesifik. Jadi, menurut dua pengertian tersebut sistem merupakan sekumpulan dua atau lebih komponen yang saling bergantung untuk mencapai sebuah tujuan spesifik.
2.1.2
Pengertian Informasi Menurut Hall (2011:11), informasi merupakan data yang telah diproses yang
menyebabkan penggunanya mengambil sebuah tindakan. Menurut pendapat Romney dan Steinbart (2012:24), informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan makna ke pengguna. Kesimpulan yang diambil dari pernyataan tersebut yaitu informasi merupakan data yang telah diproses yang menghasilkan sebuah makna yang dapat digunakan pengguna untuk mengambil sebuah tindakan.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012:12), sistem informasi adalah
sistem buatan manusia yang terdiri dari sekumpulan komponen berbasis komputer yang terintegrasi dan komponen manual yang dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi untuk pengguna. Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:4) menyatakan bahwa, sebuah sistem informasi merupakan
sebuah
kumpulan
komponen
yang saling berhubungan
untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, serta menyediakan sebuah keluaran berupa informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi sebuah tugas bisnis. Kesimpulan dari dua pernyataan tersebut adalah sistem informasi merupakan kumpulan komponen yang terintegrasi yang dibuat manusia untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mengelola data yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan tugas bisnis. 7
8
2.1.4
Pengertian Akuntansi Menurut Syaefudin, Morasa, dan Alexander (2015:2), akuntansi menyediakan
informasi mengenai perusahaan dan transaksinya untuk memfasilitasi keputusan alokasi sumber daya oleh para pengguna informasi tersebut. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:4), akuntansi adalah sistem informasi keuangan yang menyajikan pengartian yang dalam. Akuntansi terdiri dari tiga aktivitas dasar yaitu identifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomis dari sebuah organisasi kepada pengguna yang berkepentingan.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Considine et al. (2012:12), sistem informasi akuntansi dapat
didefinisikan sebagai aplikasi dari teknologi untuk menangkap, memverifikasi, menyimpan, menyortir, dan melaporkan data yang terkait aktivitas organisasi. Sedangkan Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012:14) mengungkapkan bahwa, sistem informasi akuntansi merupakan subsistem khusus dari sistem informasi, yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan dari kejadian bisnis. Anggadini (2013:13) menyimpulkan bahwa SIA merupakan integrasi subsistem atau komponen baik fisik maupun non-fisik yang saling terkait untuk mengoperasikan data yang terkait dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan. Pengertian sistem informasi dari pernyataan diatas yaitu sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memverifikasi, menyimpan, memproses data, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan organisasi dari kejadian bisnis.
2.2.2
Komponen Sistem Informasi Akuntansi Berdasarkan Romney dan Steinbart (2012:30) terdapat enam komponen SIA,
yaitu: 1. People, seseorang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
9
2. Procedures and instructions, baik manual dan otomatis, keduanya melibatkan pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas organisasi. 3. Data, mengenai organisasi dan proses bisnis. 4. Software, yang digunakan untuk pemrosesan data organisasi. 5. Information technology infrastructure, termasuk komputer, perangkat lain, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, serta mengirim data dan informasi. 6. Internal control and security measures, yang melindungi data pada sistem informasi akuntansi.
2.2.3
Siklus Transaksi Menurut Hall (2011:42-44), transaksi keuangan adalah kegiatan bisnis umum
yang terjadi secara rutin. Terdapat tiga siklus transaksi yang memproses sebagian besar aktivitas ekonomi perusahaan, yaitu: 1) Siklus pengeluaran. Siklus pengeluaran dibagi menjadi beberapa subsistem, yaitu sistem pembelian/utang, sistem pengeluaran kas, sistem penggajian, dan sistem aktiva tetap. Menurut Hall (2011:217), siklus pengeluaran bertujuan untuk mengubah kas perusahaan ke dalam bentuk bahan baku fisik serta sumber daya manusia yang dibutuhkannya untuk menjalankan bisnis. Aktivitas utama dari siklus pengeluaran menurut Boynton dan Johnson (2006:690) adalah membeli barang-transaksi pembelian dan jasa dan melakukan pembayaran-transaksi pengeluaran kas. 2) Siklus konversi. Siklus konversi dibagi menjadi dua subsistem utama, yaitu sistem produksi dan sistem akuntansi biaya. 3) Siklus pendapatan. Subsistem utama dari siklus pendapatan yaitu sistem pemrosesan penjualan dan sistem penerimaan kas. Hubungan antara siklus transaksi disajikan dalam Gambar 2.1. Input dan output antar siklus keterkaitannya digambarkan sebagai berikut.
10
Gambar 2.1 Hubungan antara siklus transaksi (Sumber: Hall (2011:42))
2.3
Sistem Informasi Akuntansi Pembelian, Utang Usaha, Pengeluaran Kas, dan Persediaan
2.3.1
Pengertian Pembelian Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012:431), proses pembelian adalah
sebuah struktur interaksi dari orang, peralatan, aktivitas, dan pengendalian yang dirancang untuk menyelesaikan fungsi utama berikut: a) Menangani perulangan pekerjaan rutin dari departemen pembelian dan departemen penerimaan. b) Mendukung pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh pihak yang mengelola departemen pembelian dan departemen penerimaan. c) Membantu mempersiapkan laporan internal dan eksternal.
2.3.2
Pengertian Utang Usaha Menurut Warren, Reeve, dan Duchac (2014:11), “The liability created by a
purchase on account is called an account payable”. Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012:474) menyatakan bahwa proses utang usaha/pengeluaran kas merupakan
11
sebuah struktur interaksi dari orang, peralatan, aktivitas, dan pengendalian yang dirancang untuk menyelesaikan fungsi utama berikut: a) Menangani perulangan pekerjaan rutin dari departemen pembelian dan kasir. b) Mendukung pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh pihak yang mengelola departemen utang usaha dan kasir. c) Membantu mempersiapkan laporan internal dan eksternal.
2.3.3
Pengertian Kas dan Pengeluaran Kas Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:324), “Cash consists of coins,
currency (paper money), checks, money orders, and money on hand or on deposit in bank or similiar repository”. Hall (2011:330) menyatakan bahwa sistem pengeluaran kas memproses pembayaran berbagai kewajiban yang timbul dari sistem pembelian.
2.3.4
Pengertian Persediaan Menurut Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:250), pengertian
persediaan diklasifikasikan bergantung pada jenis perusahaan, apakah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, persediaan memiliki dua karakteristik, yaitu: 1) Persediaan dimiliki oleh perusahaan, dan 2) Persediaan dalam bentuk siap untuk dijual ke pelanggan dalam aktivitas bisnis biasa. Pada perusahaan manufaktur, persediaan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1) Barang jadi (finished goods) adalah barang manufaktur yang sudah lengkap dan siap untuk dijual. 2) Barang setengah jadi (work in process) adalah bagian dari persediaan manufaktur yang ditempatkan dalam proses produksi namun belum selesai. 3) Bahan baku (raw materials) adalah bahan dasar yang akan digunakan dalam produksi namun belum diserahkan dalam proses produksi.
12
Menurut Gitman dan Zutter (2012:611-612), reorder point adalah titik dimana dilakukan pemesanan persediaan. Rumus reorder point (ROP) adalah sebagai berikut: ROP= lead time x daily usage + safety stock Lead time : waktu yang diperlukan untuk memperoleh persediaan yang dipesan Daily usage : kebutuhan persediaan dalam sehari Safety stock : persediaan tambahan yang ditahan untuk menghindari kurangnya stok. Menurut Gitman dan Zutter (2012:609), Economic Order Quantity (EOQ) adalah teknik pengelolaan persediaan untuk menentukan pemesanan optimal suatu barang. Rumus EOQ adalah sebagai berikut: EOQ = -
S: Jumlah kebutuhan barang selama setahun
-
O: Biaya Pemesanan
-
C: Biaya Penyimpanan
2.3.4.1 Metode Pencatatan Persediaan Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011:201-202) perusahaan dapat menggunakan satu dari dua sistem untuk mencatat persediaan. Dua sistem tersebut antara lain adalah: 1.
Perpetual System
Dalam sistem perpetual, perusahaan melakukan pencatatan biaya detail dari setiap persediaan yang dibeli dan dijual. Pencatatan ini secara kontinyu menunjukkan persediaan yang ada di tangan untuk setiap barang. Dalam metode perpetual, perusahaan menentukan harga pokok barang (cost of goods sold) setiap penjualan terjadi. 2.
Periodic System
Dalam sistem periodik, perusahaan tidak terus melakukan pencatatan biaya detail dari setiap periode. Penentuan harga pokok hanya pada saat akhir dari periode akuntansi.
13
2.3.4.2 Metode Penilaian Persediaan Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011:255), terdapat dua metode dalam menilai persediaan, yaitu: 1. First-in,
First-out
(FIFO),
merupakan
metode
penilaian
yang
mengasumsikan bahwa barang yang paling awal dibeli adalah yang pertama terjual. 2. Average-cost, merupakan metode yang mengalokasikan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan biaya rata-rata tertimbang per unitnya. Metode ini mengasumsikan bahwa biaya per unit tiap barang adalah sama (rata-rata).
2.3.5
Jurnal Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011:56), jurnal merupakan buku
entri asli yang menunjukkan efek debit dan kredit pada akun tertentu dalam tiap transaksi. Jurnal umum biasanya berisikan tanggal, judul akun dan keterangannya, referensi, dan dua kolom jumlah (debit dan kredit). Jurnal yang berhubungan dengan transaksi pembelian, utang usaha, pengeluaran kas, dan persediaan menggunakan metode pencatatan periodik adalah sebagai berikut: 1. Pada saat pembelian kredit ke pemasok Dr. Pembelian Cr. Utang Usaha
xxx xxx
2. Pada saat retur barang ke pemasok Dr. Utang Usaha Cr. Retur Pembelian
xxx xxx
3. Pada saat pengeluaran kas/pembayaran Dr. Utang Usaha Cr. Kas/Bank
xxx xxx
4. Jurnal penyesuaian pada saat stock opname Dr. Persediaan (Persediaan Akhir) Dr. Harga Pokok Penjualan Cr. Persediaan (Persediaan Awal) Cr. Pembelian
xxx xxx xxx xxx
14
2.4
Pajak Pertambahan Nilai
2.4.1
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Menurut Waluyo (2011:9), Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)
merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri, baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Menurut Waluyo (2011:11), sifat pemungutan atau karakteristik dari Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut: 1. PPN sebagai pajak objektif 2. PPN sebagai pajak tidak langsung 3. Pemungutan PPN multistage tax 4. PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti Faktur Pajak 5. PPN bersifat netral 6. PPN tidak menimbulkan pajak ganda 7. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri.
2.4.2
Tarif Pajak Pertambahan Nilai Besarnya tarif Pajak Pertambahan Nilai (Waluyo (2011:20)), adalah sebagai
berikut: i) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen), dan ii) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0% (nol persen).
2.5
Pengendalian Internal
2.5.1
Konsep Pengendalian Internal Menurut Hall (2011:128), pengendalian internal terdiri atas berbagai
kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umumnya, yaitu: 1. Menjaga aktiva perusahaan. 2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi. 3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan. 4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
15
2.5.2
Komponen Pengendalian Internal Menurut Hall (2011:132-134), berdasarkan dokumen rekomendasi Committee
of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO) pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu: 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan
pengendalian
menentukan
arah
perusahaan
dan
mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan karyawan. 2. Penilaian risiko Penilaian risiko harus dilakukan perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola berbagai risiko yang berkaitan dengan laporam keuangan. 3. Informasi dan komunikasi Kualitas suatu informasi yang dihasilkan oleh SIA berdampak pada kemampuan pihak manajemen untuk mengambil tindakan serta membuat keputusan dalam hubungannya dengan operasional perusahaan, serta membuat laporan keuangan yang andal. 4. Pengawasan Pengawasan merupakan proses dimana kualitas desain pengendalian internal serta operasinya dapat dinilai. 5. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil untuk mengatasi risiko yang telah diidentifikasi.
2.6
Bagan Alir (Flowchart)
2.6.1
Pengertian Flowchart Menurut Hall (2011:57-66), flowchart adalah representasi grafis dari sistem
yang mendeskripsikan relasi fisik di antara elemen kunci dari sistem. Flowchart dapat digunakan untuk menyajikan aktivitas manual, aktivitas pemrosesan komputer, atau keduanya.
16
2.6.2
Kategori Flowchart Menurut Hall (2011:57-66), flowchart dibagi menjadi tiga kategori sebagai
berikut: 1. Document flowchart, digunakan untuk menggambarkan elemen-elemen dari sistem manual, termasuk catatan akuntansi (dokumen, jurnal, buku besar, dan file), departemen organisasional yang terlibat dalam proses, dan aktivitas (baik yang bersifat administratif maupun fisik) yang dilakukan dalam departemen tersebut. Simbol document flowchart disajikan pada Gambar 2.2. 2. System flowchart, menggambarkan aspek-aspek komputer dalam sebuah sistem. System flowchart menggambarkan relasi antara data input (sumber), file transaksi, program komputer, file utama, dan laporan output yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Simbol system flowchart disajikan pada Gambar 2.3. 3. Program flowchart, mendukung dalam pendeskripsian program. Simbol program flowchart disajikan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.2 Simbol document flowchart (Sumber: Hall (2011:59))
17
Gambar 2.3 Simbol system flowchart (Sumber: Hall (2011:63))
Gambar 2.4 Simbol program flowchart (Sumber: Hall (2011:66))
2.6.3
Contoh Flowchart Contoh flowchart menurut Hall (2011:230-232) untuk sistem pembelian
disajikan pada Gambar 2.5 sebagai berikut:
18
Gambar 2.5 Contoh flowchart pembelian (Sumber: Hall (2011:231)) Flowchart diatas menggambarkan proses pembelian yang diawali dengan pemesanan persediaan. Ketika persediaan jatuh ke titik pemesanan ulang yang telah ditentukan, Staf Administrasi akan membuat permintaan pembelian (Purchase Requisition). Satu salinan permintaan pembelian akan dikirim ke departemen pembelian, dan satu salinan lainnya dikirim ke utang usaha, tempat staf administrasi utang usaha menyimpannya ke dalam file tunda utang usaha (accounts payable pending file. Staf administrasi pengendali persediaan menyimpan salinan terakhir tersebut dalam file permintaan pembelian terbuka (file open purchase requisition). Departemen pembelian menerima permintaan pembelian, dan membuat pesanan pembelian (PO). Satu salinan PO dikirim ke pengendali persediaan. Satu salinan dari PO tersebut dikirim ke utang usaha untuk disimpan. Satu salinan dikirim ke bagian penerimaan. Dua salinan dikirim ke pemasok. Staf administrasi bagian pembelian akan menyimpan salinan terakhir bersama dengan permintaan pembelian dalam file pesanan pembelian terbuka. Setelah melengkapi jumlah fisik dan menyelesaikan pemeriksaan, staf adminiatrasi bagian penerimaan membuat laporan penerimaan. Satu salinan lainnya akan dikirim ke bagian pembelian. Salinan ketiga dikirim ke bagian pengendalian persediaan. Salinan keempat dikirim ke bagian utang usaha, dan salinan terakhir dari laporan disimpan di bagian penerimaan.
19
Bagian utang usaha mengguakan bukti kas keluar dan membuat nomor register voucher. Saat staf administrasi merekonsiliasi dokumen, kemudian staf administrasi membuat bukti kas keluar. Staf administrasi bagian utang usaha menyimpan bukti kas keluar, didalam file voucher utang. Bagian buku besar menerima voucher jurnal dari bagian utang usaha dan sebuah ringkasan akun dari bagian pengendalian persediaan. Staf administrasi bagian buku besar mencatat dari voucher jurnal ke akun pengendali persediaan dan utang usaha serta merekonsiliasi akun pengendali persediaan serta ringkasan buku pembantu persediaan. Dalam tahap ini, tahap pembelian dalam siklus pengeluaran selesai. Contoh flowchart menurut Hall (2011:232-233) untuk sistem pengeluaran kas disajikan pada Gambar 2.6 sebagai berikut:
Gambar 2.6 Contoh flowchart pengeluaran kas (Sumber: Hall (2011:233)) Flowchart diatas menggambarkan proses pengeluaran kas yang diawali dengan staf administrasi bagian utang usaha meninjau file voucher utang terbuka atau utang usaha untuk melihat dokumen yang jatuh tempo dan mengirim voucher sera dokumen pendukungnya ke bagian pengeluaran kas. Staf administrasi bagian utang
20
usaha akan mendebit rekening pemasok dalam buku pembantu utang usaha dan mengirim ringkasan akun ke bagian buku besar. Staf administrasi bagian pengeluaran kas menerima paket voucher dan meninjau berbagai dokumen untuk melihat kelengkapan dan akurasi administrasinya. Tiap pengeluaran, staf administrasi membuat cek tiga salinan dan mencatat nomor cek, jumlah uangnya, nomor voucher, serta data lain yang terkait dalam daftar cek, yang juga disebut jurnal pengeluaran kas. Cek tersebut bersama dokumen pendukungnya masuk ke manajer bagian pengeluaran kas, atau bendahara untuk ditandatangani. Bagian cek yang dapat dipertukarkan dikirim ke pemasok, dan staf administrasi akan melampirkan salinan dari cek ke paket voucher sebagai bukti pembayaran serta menyimpan salinan ketiga. Staf administrasi menandai dokumen dalam paket voucher dengan tulisan sudah dibayar dan mengembalikannya ke bagian utang usaha. Setelah meneima paket voucher, staf administrasi bagian utang usaha menutup voucher terbuka dengan mencatat nomor cek dalam daftar cek serta menyimpan paket voucher ke dalam file voucher tertutup. Terakhir, staf administrasi bagian pengeluaran kas meringkas berbagai entri, serta mengirim voucher jurnal. Staf administrasi bagian buku besar menerima voucher jurnal pengeluaran kas dan ikhtisar akun dari bagian utang usaha. Staf administrasi bagian buku besar mencatat ke akun pengendali utang usaha dan akun kas dalam buku besar serta merekonsiliasi akun pengendali utang usaha dengan ikhtisar buku pembantu utang usaha. Aktivitas ini mengakhiri prosedur pengeluaran kas.
2.7
Pendekatan dan Perancangan Berorientasi Objek
2.7.1
Pendekatan Berorientasi Objek Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:241) pendekatan berorientasi
objek melihat sistem informasi sebagai kumpulan objek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu tujuan. Secara konsep, pendekatan berorientasi objek tidak memiliki proses atau program dan tidak memiliki data entitas atau file melainkan sistem hanya terdiri dari berbagai objek. Pendekatan berorientasi objek melihat sistem informasi sebagai kumpulan objek yang berinteraksi satu sama lain, oleh karena itu analisis berorientasi objek mendefinisikan semua tipe dari objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi user yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
21
2.7.2
Perancangan Berorientasi Objek Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:242) perancangan berorientasi
objek
mendefinisikan
semua
tipe
dari
objek
yang
diperlukan
untuk
mengkomunikasikan dengan orang dan alat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan memperjelas definisi setiap tipe dari objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu. Seorang analis sistem membutuhkan sekumpulan pemodelan untuk memahami keperluan sistem. Alasan bahwa pemodelan dinyatakan penting dalam pengembangan sistem adalah kerumitan dalam mendeskripsikan sistem informasi. Pemodelan juga dibuat untuk media dokumentasi serta membantu mengkomunikasikan dengan anggota tim pengembangan, pengguna, dan pemegang kepentingan.
2.7.2.1 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:57), activity diagram merupakan sejenis diagram aliran kerja yang menggambarkan aktivitas pengguna dan urutan alirannya. Simbol-simbol activity diagram digambarkan dalam Gambar 2.7, penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Swimlane: Area berbentuk persegi yang menampilkan aktivitas yang dilakukan oleh seorang agen. b) Starting activity (Pseudo): Simbol berbentuk lingkaran hitam penuh yang menggambarkan dimulainya aliran aktivitas. c) Transition arrow: Simbol berbentuk tanda panah yang menunjukan arah aliran aktivitas selanjutnya. d) Activity: Simbol oval yang bertuliskan aktivitas yang dilakukan. e) Ending activity (Pseudo): Simbol berbentuk lingkaran hitam tidak penuh yang menggambarkan diakhirinya aliran aktivitas. f) Synchronization bar (Split): Simbol yang memisahkan aktivitas menjadi beberapa jalan/aktivitas secara bersamaan. g) Synchronization bar (Join): menyatukan kembali aktivitas dari beberapa aktivitas secara bersamaan. h) Decision activity: Simbol yang menunjukkan adanya pilihan dari sebuah aktivitas yang berbentuk diamond.
22
Gambar 2.7 Notasi activity diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:58)) 2.7.2.2 Event Table Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:174), event table merupakan sebuah katalog dari penggunaan use case yang berisikan daftar kejadian dalam baris dan bagian kunci dari informasi mengenai tiap kejadian pada kolomnya. Contoh event table disajikan dalam Gambar 2.8. Kolom pada event table berisi: a) Event: Kejadian yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu b) Trigger: Hal-hal yang menyebabkan terjadinya suatu kejadian. Untuk kejadian eksternal, trigger-nya adalah data yang dimasukkan ke dalam sistem yang harus diproses. c) Source: Seorang agen eksternal yang menyediakan data untuk sistem. d) Use case: Aktivitas yang dilakukan sistem saat kejadian berlangsung. e) Response: Suatu output yang dihasilkan dari sistem. f) Destination: Agen eksternal yang menerima output yang dihasilkan.
23
Gambar 2.8 Contoh Event Table (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:175))
2.7.2.3 Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:69), use case merupakan aktivitas yang harus didukung oleh sistem. Use case diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan peran aktor dan hubungannya use cases. Use case diagram berisi notasi sebagai berikut: a) Actor: Digambarkan dengan stick figure yang menunjukkan peran aktor. b) Connecting line: Garis yang menghubungkan aktor dengan use case. c) Use case: Notasi berbentuk oval yang berisi aktivitas yang didukung oleh sistem. Notasi use case diagram disajikan dalam Gambar 2.9. d) Boundary: Sebuah batasan antar lingkungan letak aktor dan komponen internal dari sistem komputer. Boundary use case diagram digambarkan dalam Gambar 2.10.
Gambar 2.9 Notasi Use Case Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:81))
24
Gambar 2.10 Boundary Use Case Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:82))
2.7.2.4 Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:121-123), use case description dibagi menjadi: 1. Brief Description Brief Description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan bila sistem yang dibangun berskala kecil. Contoh brief description dari use case disajikan pada Gambar 2.11 berikut ini.
Gambar 2.11 Contoh Brief Description dari Use Case (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:122))
25
2. Fully Developed Description Fully Developed Description adalah metode paling formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan use case. Fully developed use case description mendeskripsikan aliran internal aktivitas untuk sebuah use case yang disertakan dengan precondition dan postcondition dari use case. Contoh Fully Developed Description dari Use Case disajikan pada Gambar 2.12 berikut ini.
Gambar 2.12 Contoh Fully Developed Description dari Use Case (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:123))
26
2.7.2.5 Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:101-107), domain class diagram adalah sebuah UML class diagram yang menunjukkan sesuatu yang penting dalam pekerjaan pengguna: problem domain class, hubungan, serta atributnya. Contoh domain class diagram disajikan pada Gambar 2.13 berikut ini.
Gambar 2.13 Contoh Domain Class Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:102))
Asosiasi merupakan hubungan antar class yang saling terkait karena kebutuhan data. Multiplicity of associations dari class diagram ada enam jenis, yang disajikan pada Gambar 2.14 sebagai berikut:
Gambar 2.14 Multiplicity of Associations (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:102))
27
Generalisasi merupakan pengelompokkan hal-hal yang memiliki kesamaan jenis. Spesialisasi merupakan mengategorikan hal-hal yang berbeda jenis. Notasi generalisasi/spesialisasi disajikan dalam Gambar 2.15 berikut ini.
Gambar 2.15 Notasi Generalisasi/Spesialisasi (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:105))
Agregasi merupakan hubungan antar objek dan bagiannya, dimana bagian tersebut dapat hidup terpisah atau hubungan antar objek tidak kuat. Komposisi merupakan hubungan antar objek dimana tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri atau memiliki hubungan yang sangat kuat antar objeknya. Notasi agregasi disajikan dalam Gambar 2.16 berikut ini.
Gambar 2.16 Notasi Agregasi (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:107))
28
2.7.2.6 System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:126), system sequence diagram adalah sebuah diagram yang menampilkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama sebuah skenario use case. System sequence diagram mendefinisikan input dan output dan urutan pesanan input dan output. Notasi system sequence diagram disajikan dalam Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Notasi System Sequence Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:127))
2.7.2.7 First-cut Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:351), first-cut design class diagram merupakan pengembangan dari domain model class diagram. Ada dua tahap yang dilakukan, yaitu (1) memperluas atribut dengan tipe dan informasi nilai awal dan (2) menambahkan panah navigasi visibility. Contoh first-cut design class diagram disajikan dalam Gambar 2.18.
29
Gambar 2.18 Contoh First-cut Design Class Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:352))
2.7.2.8 Completed Three Layer Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:345), completed three layer sequence diagram merupakan pengembangan akhir sequence diagram. Completed three layer sequence diagram dikembangkan dengan menambahkan pesan hingga ke objek data access untuk melakukan penyimpanannya ke database. Contoh completed three layer sequence diagram disajikan dalam Gambar 2.19.
30
Gambar 2.19 Contoh Completed Three Layer Sequence Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:346))
2.7.2.9 Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:316), design class diagram dapat dikembangkan pada tiap layer. Pada view layer dan data access layer, beberapa kelas baru harus lebih spesifik. Domain layer juga memiliki beberapa kelas baru yang ditambahkan untuk use case controllers. Contoh updated design class diagram disajikan dalam Gambar 2.20.
31
Gambar 2.20 Contoh Updated Design Class Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:317))
2.7.2.10 Package Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:353), package diagram merupakan diagram tingkat tinggi
yang memungkinkan perancang untuk
mengasosiasikan kelas kelompok terkait. Package diagram mengelompokkan kelas berdasarkan layer dari tiap kelas. Contoh package diagram disajikan dalam Gambar 2.21.
32
Gambar 2.21 Contoh Package Diagram (Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:353))
2.7.2.11 Deployment Environment Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:270-272), deployment environment terdiri dari hardware, system software, dan network dimana sistem akan dioperasikan. Deployment environment terbagi dalam beberapa bentuk: A. Single computer architecture and multitier architecture 1) Single Computer Architecture Single computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal untuk mengeksekusi seluruh aplikasi yang terhubung software. Sistem informasi yang dijalankan pada sistem single computer umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan, dan dipelihara. 2) Multitier Architecture Multitier architecture merupakan arsitektur yang mendistribusikan aplikasi yang terhubung software atau beban pengolahan di beberapa sistem komputer. Multitier architecture dibagi menjadi dua, yaitu:
33
1.
Clustered Architecture
Merupakan sekelompok komputer dengan jenis yang sama yang membagi beban pengolahan dan berperan seperti sebuah sistem komputer tunggal yang besar. 2.
Multicomputer Architecture
Merupakan sekelompok komputer yang memiliki hardware dan sistem operasi yang tidak sama, tidak seperti clustered architecture. Multicomputer architecture membagi beban pengolahan melalui spesialisasi dari fungsi. Gambar 2.22 merupakan contoh dari Single computer architecture and multicomputer architecture.
Gambar 2.22 Contoh Single computer architecture and multicomputer architecture (Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:271))
B. Centralized and distributed architecture 1) Centralized Architecture Centralized architecture merupakan arsitektur yang melokasikan seluruh sumber daya komputasi pada sebuah lokasi terpusat. Centralized
34
architecture biasanya digunakan untuk aplikasi pemrosesan berskala besar, termasuk aplikasi baik batch maupun real time. 2) Distributed Architecture Distributed architecture merupakan arsitektur yang sumber daya komputasinya tersebar pada banyak lokasi yang dihubungkan dengan jaringan komputer.
2.7.2.12 Software Architecture Menurut
Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2012:277-280),
software
architecture terdiri atas: 1) Client/Server Architecture Client/server architecture membagi software ke dalam dua tipe, client dan server. Server merupakan sebuah proses, modul, objek, atau komputer yang memberikan jasa melalui jaringan. Client merupakan sebuah proses, modul, objek, atau komputer yang meminta jasa dari satu atau lebih server. Gambar 2.23 merupakan gambaran dari client/server architecture.
Gambar 2.23 Client/ServerArchitecture (Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:279))
2) Three-Layer Client/Server Architecture Three-layer client/server architecture yang digambarkan dalam Gambar 2.24 merupakan pengembangan dari client/server architecture yang membagi sebuah aplikasi ke dalam tiga layer, yaitu:
35
i)
Data layer Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada satu atau lebih database.
ii) Business logic layer Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan prosedur dari proses bisnis. iii) View layer Merupakan layer yang menerima input dan format pengguna serta menampilkan hasil proses.
Gambar 2.24 Three Layer Client/ServerArchitecture (Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:170))
2.7.2.13 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:189), user interface (UI) adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi pengguna untuk membuat input dan output. User interface memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan komputer untuk mencatat transaksi. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:193) beberapa organisasi pengembangan sistem menggunakan interface design standards, yaitu prinsip dan aturan umum yang harus diikuti saat mengembangkan sistem. Standar perancangan membantu untuk memastikan bahwa semua fungsi user interface berjalan dengan baik dan semua sistem yang dikembangkan oleh organisasi memiliki rasa dan tampilan yang sama. Berikut adalah “Eight Golden Rules” yang digunakan untuk merancang interface yang interaktif. a) Usahakan untuk konsisten (strive for consistency) b) Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable frequent users to use shortcuts) c) Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback)
36
d) Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to yield closure) e) Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana (offer simle error handling) f) Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan mudah (permit easy reversal of actions) g) Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of control) h) Mengurangi muatan memory jangka pendek (reducing short-term memory load)
37
2.8
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir yang menggambarkan langkah-langkah pembangunan
sistem dibuat dalam bentuk bagan yang disajikan dalam Gambar 2.25 sebagai berikut: Planning
Studi kelayakan (current state company)
Struktur organisasi, visi, dan misi perusahaan
Analysis
Pembagian tugas dan wewenang Sistem yang sedang berjalan di perusahaan Flowchart Identifikasi permasalahan Usulan solusi pemecahan masalah
Design Perancangan berorientasi objek
Perancangan User Interface
Implementation Kebutuhan software dan hardware
Coding aplikasi
Gambar 2.25 Kerangka Berpikir
38
Pembangunan
sistem
informasi
akuntansi
pembelian,
utang
usaha,
pengeluaran kas, dan persediaan memiliki empat tahapan, yaitu: 1) Planning Tahap ini merupakan tahapan awal pembangunan sistem, dengan melakukan studi kelayakan berdasarkan keadaan perusahaan saat ini serta proses bisnis yang berjalan di perusahaan. Studi kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah diperlukan adanya pembangunan sistem, dan sistem apa yang diperlukan perusahaan. 2) Analysis Tahap analisis bertujuan untuk mengetahui kebutuhan perusahaan. Tahap analisis dilakukan dengan menganalisis visi, misi, struktur organisasi, serta pembagian tugas dan tanggung jawab untuk menganalisis internal control yang dibutuhkan perusahaan. Proses analisis selanjutnya melakukan identifikasi permasalahan berdasarkan sistem yang berjalan saat ini di perusahaan serta membuat usulan solusi dari permasalahan tersebut. Pemodelan sistem berjalan di perusahaan dilakukan dengan adanya flowchart yang menggambarkan arus perpindahan dokumen dan aktivitas yang terjadi pada proses bisnis. 3) Design Tahap
perancangan
untuk
pembangunan
sistem
menggunakan
pendekatan Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:60-557), yaitu analisis dan perancangan berorientasi objek. Perancangan ini dilakukan dengan pemodelan sebagai berikut: a) Activity diagram b) Event table c) Use case diagram d) Use case description e) Domain model class diagram f) Completed three layer sequence diagram g) Updated design class diagram h) Package diagram i) User interface j) User interface storyboard/navigation diagram
39
4) Implementation Tahap implementasi dilakukan dengan menentukan kebutuhan dari software dan hardware yang diperlukan perusahaan untuk mendukung berjalannya sistem yang dibangun. Proses coding aplikasi dilakukan setelah seluruh perancangan selesai dibuat.