BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coulter (2010:23) mengatakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut Stoner (2006:8), Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.2 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Heizer dan Render (2009:4) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, berlangsung disemua organisasi. Dalam organisasi tidak terlihat jelas aktivitas produksinya, berbeda dengan perusahaan manufaktur yang terlihat jelas aktivitas produksinya dalam menghasilkan barang dari baku menjadi barang jadi. Pendapat lain disimpulkan oleh Daft (2006:216) manajemen operasional adalah bidang
manajemen
yang
mengkhususkan
pada
produksi
barang,
serta
menggunakan alat-alat dan tekhnik-tekhnik khusus untuk memecahkan masalahmasalah produksi. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2005:283) mengatakan bahwa manajemen operasional adalah perancangan, operasi dan pengendalian proses transformasi yang mengubah sumber daya menjadi barang jadi atau jasa. 2.3 Pengertian Persediaan Persediaan menurut Singh dan Satyendra (2013) merupakan daftar rincian barang yang dapat bergerak atau dipindahkan dalam bentuk bahan baku, barang setengah jadi, atau produk jadi, yang dibutuhkan dalam pembuatan barang atau untuk menjaga mesin dan peralatan kerja dalam kondisi baik. Sementara itu, pengertian persediaan menurut Herjanto (2007:237) adalah bahan atau barang yang di simpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya 9
10
digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. 2.3.1 Fungsi Persediaan Menurut Heizer dan Render (2009), persediaan memiliki 6 fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan, yaitu: • Persediaan barang untuk memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. • Untuk memasangkan produksi dan distribusi. • Untuk mengambil keuntungan dari potongan pembeliaan dalam jumlah besar yang dapat menurunkan biaya produk. • Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. • Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu atau kesalahan pengiriman. • Untuk
menjaga
agar
operasi
berlangsung
dengan
baik
dengan
menggunakan barang dalam proses produksi sebagai persediaan. 2.3.2 Jenis – jenis Persediaan Heizer dan Render (2009:82) mengemukakan bahwa terdapat 4 jenis persediaan yang harus dipelihara perusahaan untuk mengakomodasi fungsifungsi persediaan, yaitu: 1.
Persediaan bahan mentah (Raw Material Inventory)
Bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur dan digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi. 2.
Persediaan barang setengah jadi (WIP Inventory)
Komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus) 3.
MRO (Maintenance, Repair, Operating)
Persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. 4.
Finished goods
11
Produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman tetapi masih merupakan aset dalam perusahaan. 2.4 Pengawasan Persediaan Menurut Chase, Jacob, dan Aquilino (2006:589),
Inventory adalah
persediaan segala macam barang ataupun sumber daya yang digunakan didalam organisasi, yang dapat menjadi aset dan nilai bagi perusahaan sehingga perlu diatur sedemikian rupa untuk menjaga kestabilan dan kelancaran proses produksi. Menurut Pendapat Assauri (2004:176) pengawasan persediaan adalah merupakan salah satu kegiatan yang berurutan erat sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu. 2.4.1 Tujuan Pengawasan Persediaan Menurut Pendapat Assuari (2004: 117), tujuan pengendalian persediaan secara terperinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk: • Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya produksi. • Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebih, sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan dari persediaan tidak terlalu besar. • Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemasaran menjadi besar. • Meminimalkan barang-barang yang tidak laku, kelebihan atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku. • Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan. • Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan kedalam persediaan berada di tingkat yang konstan dengan kebutuhan operasi dan perencanaan manajemen.
12
2.5 Model Kuantitas Pesananan Ekonomis (Economic Order Quantity) Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:92), model kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order Quantity) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yan meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Teknik ini relatif mudah digunakan tetapi didasarakan pada beberapa asumsi : 1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen. 2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pemesanan diketahui dan konstan. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesananan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu. 4. Tidak tersedia diskon kuantitas. 5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan). 6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dan dapat sepenuhnya dihindarijika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Perhitungan EOQ dengan menggunakan rumus:
EOQ =
2.D.F H
Keterangan: EOQ : Jumlah persediaan yang ekonomis D
: Kebutuhan bahan baku dalam satu periode
F
: Biaya pesan bahan baku
H
: Biaya simpan bahan baku dalam satu periode
2.5.1 Safety Stock Pengertiaan persediaan pengamanan (Safety Stock) menurut Rangkuty (2004:10) adalah persediaan tambahan yang diadakan unutk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock Out). Sedangkan pengertian menurut Sofjan Assauri (2004:186) sama halnya dengan pengertian Freddy Rangkuty yaitu persediaan tambahan yang
13
diadakan
untuk
melindungi
atau
menjaga
kekurangan bahan (Safety Stock). Menurut
kenungkinan
terjadinya
Yunarto (2005:14),
safety
stock merupakan cadangan inventory yang harus disediakan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan atau barang terutama pada saat memenuhi permintaan pelanggan yang tidak bisa diduga. 2.5.2 Lead Time Pengertian Lead Time yang dinyatakan Zulfikarijah (2005:96) merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reorder point saat penerimaan barang. Lead time muncul karena setiap kali pemesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pemesanan bisa dipenuhi dengan seketika, sehingga selalu ada jeda waktu . Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 5 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, unutk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety stock. Dari pembahasan diatas faktor waktu sangatlah penting dala pengisian kembali persediaan karena terdapat perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pemesanna untuk menggantikan atau pengisian kembali persediaan. 2.5.3 Reorder Point Menurut Heizer dan Render (2010:99), titik pemesanan ulang (Reorder Point) yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.
14
Gambar 2.1 Reorder Point Keterangan: Q* adalah kuantitas pesanan optimum, dan waktu tunggu mempresentasikan waktu antara penempatan pesanan dan penerimaan pesanan. Rumus untuk menetukan ROP adalah sebagai berikut: ROP= d x L Keterangan: d = Permintaan per hari L = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun: Permintaan per hari =
D
Jumlah hari kerja per tahun
2.6 Pengertian Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:162) mengatakan bahwa peramalan adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Sedangkan menurut
15
Barry dan Jay (2009:162) mengatakan peramalan (forecasting) adalah ilmu unutk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Hal ini juga bisa merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Hal ini pun dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari sesorang manajer. Menurut Mate (2011), Forecasting adalah metode yang digunakan untuk melakukan sesuatu yang dapat terjadi dimasa depan dan mempunyai beberapa metode yang dapat dihitung berdasarkan horizon waktu (Time Horizon). Menurut pendapat lain yang dikemukakan Prasetya dan Lukiastuti (2009:43), peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. 2.6.1 Meramalkan Horison Waktu Menurut Heizer dan Render (2009:163) mengatakan bahwa peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori: 1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan unutk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. 2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah umumnya mencakup hitungan bulan hingga tahun. Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi. 3.
Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).
16
2.6.2 Jenis Jenis Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:14) mengatakan pada umumnya berbagai organisasi menggunakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan: 1.
Peramalan ekonomi (econimis forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan unutk membangun perumahan dan indikator perencanaan lainnya.
2.
Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3.
Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan unutk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan, dimana mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
2.6.3 Jenis-Jenis Metode Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:168) menyatakan terdapat 2 jenis metode penelitian, yaitu: 1.
Metode kualitatif, terbagi menjadi 4 teknik peramalan, yaitu: • Juri dari opini eksekutif (jury of executive opinion) Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan unutk mendapatkan prediksi permintaan kelompok. • Metode Delphi (Delphi method) Ada 3 (tiga) jenis dalam partisipan dalam metode Delphi, yaitu: pengambil keputusan, karyawan, dan responden. Pengambil keputusan melakukan
peramalan,
karyawan
menyiapkan,
menyebarkan,
mengumpulkan, dan meringkas kuesioner dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yang ditempatkan di tempat yang berbeda dimana penelitian dilakukan.
17
• Komposit tenaga penjual (sales force composite) Setiap tenaga penjual memperkirakan berapa penjualan yang dapat ia capai
dalam
wilayahnya,
dan
melakukan
pengkajian
untuk
memastikan apakah peramalan cukup realistis, baru kemudian digabungkan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan. • Survei pasar konsumen (consumer market survey) Metode ini meminta masukan dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka di masa mendatang. Hal ini juga membantu dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga membantu merancang desain produk baru dan perencanaan produk baru. Namun, metode ini dapat menjadi tidak benar karena masukan konsumen yang terlalu optimis. 2.
Metode Kuantitatif, terbagi menjadi 5 (lima) metode peramalan yang
menggunakan data historis. Kelima metode ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: • Metode Deret-Waktu Metode deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Contoh: jiaka memperkirakan penjualan mingguan mesin pemotong rumput, maka menggunakan data penjualan mingguan mesin pemotong rumput, maka menggunakan data penjualan minggu lalu unutk membuat ramalan. Rata-rata bergerak, terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: rata-rata bergerak, pembobotan rata-rata bergerak, penghalusan eksponesial dan penghalusan eksponesial dengan penyesuaian proyeksi tren.
18
• Metode Asosiatif Metode asosiatif (atau hubungan sebab akibat) menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang di ramalkan. Contoh: metode asosiatif dari penjualan mesin pemotong rumput mungkin memasukan faktor seperti adanya perumahan baru, anggaran iklan, dan harga pesaing. Salah satu dari model asosiatif adalah regresi linier. 2.6.4 Metode Peramalan Kuantitatif Metode peramalan kuantitatif terdiri dari peramalan deret waktu (time series) dan peramalan sebab akibat. Kedua metode kuantitatif ini mendasarkan peramalannya pada data masa lalu dengan menggunakan predictor untuk masa yang akan datang. Dengan mengelola data yang lalu maka melalui metode time series akan sampai pada suatu hasil peramalan. Terdapat 6 jenis metode peramalan secara kuantitatif menurut Heizer dan Render (2009:170) yaitu : 1.
Pendekatan Naive (Naive Approach). Cara yang paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa
permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Ft= Yt-1 2.
Rata-rata bergerak (Moving Average). Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa
lalu utnuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut:
dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 3.
Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted Moving Average).
19
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak dengan pembobotan atau rata-rata bergerak tertimbang dapat digambarkan secara matematis sebagai berikut:
4.
Penghalusan eksponensial (Exponential Smoothing). Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata
bergerak dengan pembobotan yang canggih tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut: Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1) Dimana: Ft = peramalan baru Ft-1 = peramalan sebelumnya α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1) At-1 = permintaan aktual periode lalu Konstanta penghalusan untuk penerapan di bidang bisnis biasanya berkisar dari 0,05 hingga 0,5. Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai yang tepat untuk konstanta penghalusan dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih pada saat rata-rata cenderung berubah. Nilai α yang rendah digunakan saat rata-rata cukup stabil. Tujuan pemilihan suatu
20
nilai untuk konstanta penghalusan adalah mendapatkan peramalan yang akurat. 5.
Penghalusan eksponensial dengan tren (Exponential Smoothing with Trend). Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respons
terhadap tren yang terjadi. Inilah alasan penghalusan eksponensial harus diubah saat ada tren. Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata, dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, dihitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Ft = α (At-1) + (1 – α)(Ft-1 + Tt-1) Tt = β (Ft – Ft-1) + (1 – β) Tt-1
Dimana: Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t At = permintaan aktual pada periode t α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1) β = konstanta penghalusan untuk tren (0 ≤ β ≤ 1) Jadi, tiga langkah menghitung peramalan dengan yang disesuaikan dengan tren adalah sebagai berikut: a.
Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk
periode t, menggunakan persamaan Ft. b.
Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunakan persamaan Tt.
c.
Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt = Ft +
Tt.
21
6.
Regresi Linear (Linear Regression). Model matematika garis lurus untuk menggambarkan hubungan
fungsional antara variabel-variabel yang bebas maupun variabel terikat. Persamaan garisnya dapat dinyatakan sebagai: ŷ = a + bX
Dimana: ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terkait) a = persilangan sumbu y b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x) X = variabel bebas X = nilai variabel bebas yang diketahui Y = nilai variabel terkait yang diketahui ¯ = rata-rata nilai X X ¯Y = rata-rata nilai Y n = jumlah data atau pengamatan 2.7 Pengertian Efektifitas Menurut Stephen P. Robbin & Mary Coulter (2007:8) definisi efektifitas yaitu menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang benar” . Sementara itu, menurut Sumadji P, dkk (2006:277), Efektifitas adalah tingkat dimana kinerja yang sesungguhnya sebanding dengan kinerja yang ditargetkan. Sedangkan menurut Adisasmita R. (2006:143), Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. 2.8 Pengertian Efisiensi Stephen P. Robbins & Mary Coulter (2007:8) menyatakan bahwa pengertian efisiensi yaitu memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil;
22
digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar”. Sementara menurut Adisasmita R. (2006), Efisiensi adalah input yang digunakan, dialokasikan secara optimal dan baik untuk mencapai output yang menggunakan biaya terendah. 2.9 Pengertian Tata Letak Heizer dan Render (2009:532) mengatakan bahwa tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak memenentukan daya saing perusahaan dalam segi kapasitas, proses, fleksibilitas dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai suatu strategi menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.Tujuan strategi tata letak adalah unutk membangun tta letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. Heizer dan Render (2009:532) megatakan dalam semua kasus, desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai: •
Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
•
Aliran informasi, barang, atau yang lebih baik.
•
Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.
•
Interaksi dengan pelnggan yang lebih baik.
•
Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah).
2.10 Pengertian Gudang Menurut Warman (2004:5) Gudang (kata Benda) adalah bangunan yang dipergunakan untuk menyimpan barang dagangan, pergudangan (kata kerja) ialah kegiatan menyimpan dalam gudang. Jadi gudang adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik berupa bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi. 2.10.1 Fungsi Gudang Menurut Arwani (2009:23) peranan gudang dapat dikategorikan dalam tiga fungsi:
23
• Fungsi penyimpanan (storage and movement) Fungsi
paling
mendasar
dari
gudang
adalah
tempat
penyimpanan barang, baik bahan mentah, setengah jadi, maupun barang jadi. Tujuan dari manajemen bagaimana menggunakan ruang (sapce) seoptimal mungkin untuk menyimpan produk dengan biaya tertentu. • Fungsi melayani permintaan pelanggan (order full filment) Aktivitas menerima barang dari manufaktur atau supplier dan memenuhi permintaan dari cabang atau pelanggan menjadikan gudang sebagai fokus aktivitas logistik. Gudang berperan menyediakan pelayanan dengan menjamin ketersediaan produk dan siklus order yang reasonable. Sistem ini akan menurunkan biaya, karena pengiriman dari manufaktur bisa dibuat secara berkala, cukup dengan kuantitas truk atau mobil box. Dengan menyimpan stok dalam jumlah tertentu, akan membantu manufaktur dari permintaan yang fluktuatif. • Fungsi distribusi dan konsodilasi (distribution amd consolidation) Fungsi distribusi ini menjadikan gudang sebagai kepanjangan tangan dari penjualan dan pemasaran dalam memastikan penyampaian produk dan informasi kepada pelanggan sebagai titik penjualan (point of sales). Fungsi ini tercipta sebagai akibat dari karakteristik biaya transportasi. Pengiriman dalam jumlah besar, secara ekonomis lebih murah biayanya dibanding pengiriman dengan skala lebih kecil. Dalam sistem tertentu, fungsi distribusi dan konsolidasi menjadi fungsi utama dari gudang distribusi. 2.10.2 Tipe-Tipe Gudang Sugiharto (2009:12) menyebutkan beberapa macam tipe-tipe gudang, yaitu: 1.
Gudang pabrik (Manufacturing plant warehouse) Transaksi di dalam gudang ini meliputi penerimaan dan penyimpanan material, pengambilan material, penyimpanan barang
24
jadi ke gudang, transaksi internal gudang, dan pengiriman barang jadi ke central warehouse, atau langsung ke konsumen. Manufacturing plant warehouse menurut Warman (2005:6) dapat dibagi-bagi lagi menjadi : •
Gudang operasional Gudang operasional digunakan untuk menyimpan raw material dan sparepart yang nantinya akan diperlukandalam proses produksi.
•
Gudang perlengkapan Gudang perlengkapan merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan
perlengkapan
yang
akan
digunakan
untuk
memperlancar proses produksi. •
Gudang pemberangkatan Gudang pemberangkatan adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang yang telah menjadi finished good.
•
Gudang musiman Gudang musiman adalah gudang yang bersifat insidentil dan hanya
ada
pada
saat
gudang-gudang
operasional
dan
pemberangkatan penuh. 2. Gudang pokok (Central warehouse) Transaksi didalam central warehouse meliputi penerimaan barang jadi (dari manufacturing warehouse, langsung ke pabrik, atau dari supplier), penyimpanan barang jadi ke gudang, dan pengiriman barang jadi ke distribution warehouse. 3. Gudang distribusi (Distribution warehouse) Distribution warehouse adalah gudang distribusi, transaksi dalam gudang ini meliputi penerimaan barang jadi (dari central warehouse, pabrik, atau supplier), penyimpanan barang yang diterima dari gudang, pengambilan dan persiapan barang yang akan dikirim, dan pengiriman barang ke konsumen. Terkadang distribution warehouse juga berfungsi sebagai central warehouse. 4. Gudang ritel (Retailer warehouse)
25
Dapat dikatakan gudang yang memiliki toko yang menjual barang langsung ke konsumen. 2.11 Penyimpanan Barang Dalam penyimpanan barang di gudang terdapat 2 teknik yang terdiri dari tata letak barang dan racking system. 1. Tata letak barang dalam gudang atau biasanya disebut dengan layout barang merupakan
suatu
metode
peletakan
barang
dalam
gudang
untuk
mempermudah, mempercepat dan meningkatkan efisiensi dari gudang tersebut dalam menampung barang maupun mengalirkan permintaan barang kepada pihak yang melakukan permintaan. Pihak yang melakukan permintaan ini dapat dibagi menjadi internal customer dan externalcustomer. Internal customer adalah pelaku demand yang berada dalam perusahaan yaitu departemen lain dalam perusahaan. Sedangkan external customer adalah konsumen dalam pengertian secara umum yaitu pihak pelaku demand yang berasal luar perusahaan. 2. Racking system adalah suatu cara untuk meningkatkan kapasitas tanpa melakukan pelebaran gudang. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan barang sehingga gudang terlihat lebih teratur tanpa membutuhkan tempat yang lebih luas. 2.12 Pengertian Distribusi Menurut Kotler (2007:122), saluran distribusi merupakan organisasiorganisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produksi atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:285), memiliki pendapat bahwa saluran distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperluas, dalam arti jenis, jumlah, harga, tempat dan saat yang dibutuhkan. Pendapatan lain dikemukakan oleh Saladin (2006:285) yang menyebutkan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
26
2.13 Kerangka Pemikiran
Evaluasi tata letak gudang
Utilitas ruang gudang
Pengawasanpersediaa n
Perhitungan Persediaan
Perhitungan Peramalan
Metode terpilih
Hasil Perhitungan Persediaan Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran