BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum 2.1.1. Jenis-Jenis Jaringan • Local Area Network (LAN) Local Area Network (LAN) secara umum adalah jaringan privat yang menghubungkan perkantoran, gedung atau kampus. LAN banyak digunakan untuk menghubungkan komputer pribadi agar dapat saling bertukar informasi. (Tanenbaum, 2010:19) • Metropolitan Area Network (MAN) Metropolitan Area Network (MAN) adalah jaringan LAN yang luasnya mencakup sebuah kota. Contohnya berupa jaringan televisi yang terdapat di berbagai kota. (Tanenbaum, 2010:23) • Wide Area Network (WAN) Wide Area Network (WAN) adalah jaringan yang mencakup wilayah geografis yang luas, yaitu antar negara atau benua. Biasanya dalam WAN, host dan subnet dimiliki dan dioperasikan oleh orang yang berbeda. (Tanenbaum, 2010:23) 2.1.2. OSI Layer OSI (Open Source Interconnection) dan Model Referensi OSI adalah satu-satunya set protokol yang mengatur berbagai aspek dari jaringan komputer. Berbagai tahapan dalam jaringan komputer dapat dasarnya dapat dikompilasi model OSI. Banyak protokol yang berhubungan ke lapisan jaringan berada dalam tahap dari model lapisan OSI. Seorang administrator jaringan harus mengetahui fungsi dari protokol ini sehingga memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai subjek jaringan komputer. OSI Layer membagi fungsi network menjadi 7 lapisan yaitu: 1. Physical Layer Layer ini berada di dasar model jaringan data. Berkaitan dengan data mentah dalam bentuk sinyal-sinyal listrik. Data bit dikirim sebagai 1 dan 0. 0 berrhubungan dengan sinyal tegangan rendah dan 1
5
6
berhubungan dengan sinyal tegangan tinggi. Layer ini berkaitan dengan bagaimana kabel, konektor dan tegangan sinyal-sinyal listrik bekerja 2. Data Link Layer Layer ini menentukan transmisi data yaitu hardware address (pengamalatan fisik), error notification (pendeteksi kesalahan), dan frame flow control. 3. Network Layer Layer ini menentukan rute yang dilalui oleh data dan mengatur logical addressing (pengalamatan logika) dan pathdetermination (penentuan rute tujuan) 4. Transport Layer Layer ini menangani switching packet data. Ada dua jenis switching packet data yaitu connectionless packet switching dan connection oriented packet switching. 5. Session Layer Layer ini mengatur session yang meliputi establishing (memulai sesi),
maintaining
(mempertahankan
sesi),
dan
terminating
(mengakhiri sesi) antar entitas yang dimiliki oleh presentation layer 6. Presentation Layer Layer ini mengatur teknik kompresi yang digunakan untuk mengirim dan menerima data agar bekerja secara optimal. 7. Application Layer Layer ini bertanggung jawab atas pertukaran informasi antara program computer dalam berbagai bentuk penggunaan aplikasi. (http://jaringankomputer.org/model-layer-osi-penjelasanlengkap-7lapisan-osi/) 2.1.3. Topologi Jaringan 1. Star Dalam topologi star, sebuah terminal pusat bertindak sebagai pengatur dan pengendali semua komunikasi data yang terjadi. Terminal-terminal lain terhubung padanya dan pengiriman data dari satu terminal ke terminal lainnya melalui terminal pusat. Terminal
7
pusat akan menyediakan jalur komunikasi khusus pada dua terminal yang akan berkomunikasi. (Lukas, 2006:145) 2. Ring LAN dengan topologi ini mirip dengan topologi titik ke titik tetapi semua terminal saling dihubungkan sehingga menyerupai lingkaran. Setiap informasi yang diperoleh, diperiksa alamatnya oleh terminal yang dilewatinya. Jika bukan untuknya, informasi diputar lagi sampai menemukan alamat yang benar. Setiap terminal dalam LAN saling bergantungan, sehingga jika terjadi kerusakan pada satu terminal, seluruh LAN akan terganggu. (Lukas, 2006:145) 3. Bus Pada topologi bus, semua terminal terhubung ke jalur komunikasi. informasi yang hendak dikirimkan melewati semua terminal pada jalur tersebut. Jika alamat terminal sesuai dengan alamat pada informasi yang dikirim, maka informasi tersebut akan diterima dan diproses. Jika tidak, informasi tersebut akan diabaikan terminal yang dilewatinya. (Lukas, 2006:146) 4. Hierarki Pada topologi hierarki, tidak semua terminal mempunyai kedudukan yang sama. Terminal dengan kedudukan lebih tinggi menguasai terminal dibawahnya, dan dengan demikian jaringan tergantung pada terminal dengan kedudukan paling tinggi. (Lukas, 2006:148) 5. Mesh Jenis topologi yang merupakan campuran dari berbagai jenis topologi-topologi
yang
ada
(disesuaikan
dengan
kebutuhan).
Digunakan pada jaringan yang tidak memiliki terlalu banyak node didalamnnya. Ini disebabkan karena setiap station dihubungkan dengan station yang lain. Pendekatan dengan menggunakan jaringan ini dibutuhkan bagi sistem yang membutuhkan konektivitas yang tinggi. Jaringan ini menghasilkan respon waktu yang sangat cepat. Station-station tidak membutuhkan protokol tambahan, karena tidak ada
fungsi
switching-nya.
Mesh
jarang
digunakan
karena
8
membutuhkan biaya setiap penambahan satu station, karena line komunikasinya harus menjangkau setiap station yang telah ada dalam jaringan tersebut. (Lukas, 2006:148) 2.1.4. Perangkat-Perangkat Jaringan 2.1.4.1 Hub Hub dapat menggandakan frame data yang berasal dari salah satu computer ke semua port yang ada pada hub tersebut. Sehingga semua computer yang terhubung dengan port hub akan menerma data juga. Hub banyak digunakan pada jaringan star. (Sofana, 2011:82)
Gambar 2.1 Hub 2.1.4.2 Bridge Bridge dapat menghubungkan beberapa segmen dalam sebuah jaringan. Bridge juga dapat mepelajari MAC address tujuan dan mem-filter traffic di antara dua segmen LAN. (Sofana, 2011:82)
Gambar 2.2 Bridge 2.1.4.3 Router Router dapat menghubungkan satu jaringan dengan jaringan yang lain. Router bekerja menggunakan routing table yang digunakan untuk membuat keputusan ke mana dan bagaimana
9
informasi akan dikirim. Router dapat memutuskan rute terbaik yang akan ditempuh oleh paket data. Protocol routing dapat mengantisipasi berbagai kondisi yang tidak dimiliki oleh bridge. (Sofana, 2011:83)
Gambar 2.3 Router 2.1.4.4 Switch Cara kerja switch mirip dengan bridge, sehingga kadangkala switch disebut sebagai multiple bridge. Setiap port switch bertindak sebagai micro bridge dan setiap host yang terkoneksi akan mendapatkan full bandwidth. Switch memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bridge, antara lain dalam hal penanganan frame yang diteruskan. (Sofana, 2011:84)
Gambar 2.4 Switch 2.2. Teori Khusus 2.2.1. IP Address IP Address (Internet Protocol Address) adalah deretan angka biner antara 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap peralatan jaringan yang menggunakan Protocol TCP/IP. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer.
10
IP Address terdiri atas dua bagian yaitu Network ID dan Host ID, dimana Network ID menentukan alamat jaringan komputer, sedangkan Host ID menentukan alamat host (komputer, router, danswitch). Oleh sebab itu IP Address memberikan alamat lengkap suatu host beserta alamat jaringan di mana host itu berada. IP Address dirancang untuk memungkinkan satu perangkat untuk berkomunikasi dengan perangkat lain melalui jaringan internet maupun intranet yang dibedakan satu sama lain. IP Address dikelompokan dalam lima kelas, yaitu kelas A, B, C, D, dan E. Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah. IP Address. Kelas A dan Kelas B digunakan untuk jaringan berukuran besar dan sedang. Kelas C untuk pembagian jaringan yang banyak, namun masing-masing jaringan memiliki anggota yang sedikit. Sedangkan Kelas D dan E tidak digunakan dalam penggunaan normal, Kelas D diperuntukan bagi jaringan multicast, dan Kelas E untuk eksperimental. Pembagian kelas-kelas IP Address didasarkan pada dua hal, yaitu Network ID dan Host ID dari suatu IP Address. Setiap IP Address selalu merupakan pasangan Network ID dan Host ID. Masing-masing perangkat di
suatu
jaringan
Host
ID-nya
harus
unik.
(http://www.transiskom.com/2012/10/kelas-kelas-ip-address.html)
Gambar 2.5 Kelas IP Address 2.2.2. Subnetting Subnetting adalah sebuah cara untuk membagi-bagi alamat IP yang ada ke berbagai macam perangkat yang terhubung ke suatu jaringan. Dengan kelas-kelas IP Address standar, hanya 3 kemungkinan Network
11
ID yang tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnet Mask digunakan agar subnet dapat dilakukan, router harus mengetahui bagian mana dari Host ID yang digunakan untuk network ID subnet. Cara ini diperoleh dengan menggunakan angka 32 bit lain, yang dikenal dengan subnet mask. Bit IP Address yang mewakili network ID tampil dengan angka 1 di dalam mask, dan bit IP Address yang menjadi Host ID tampil dengan angka 0 di dalam mask. Jadi biasanya, sebuah subnetmask memiliki deretan angka-angka 1 di sebelah kiri, kemudian diikuti dengan deretan angka 0.Sebagai contoh, subnet mask di bawah ini –dimana Network ID yang berisi 16 bit Network ID ditambah tambahan 4-bit subnet ID – terlihat seperti ini: 11111111 11111111 11110000 00000000 20 bit pertama adalah 1, dan sisanya 12 bit adalah 0. Jadi, Network ID memiliki panjang 20 bit, dan bagian Host ID yang telah di-subnet-kan memiliki panjang 12 bit. Untuk menentukan Network ID dari sebuah IP Address, router harus memiliki kedua IP Address dan subnet masknya. Router kemudian menjalankan operasi logika AND di IP Address dan menghasilkan Network ID. Untuk menjalankan operasi logika AND, tiap bit di dalam IP
Address
dibandingkan
dengan
bit
subnet
mask.
http://romisatriawahono.net/2006/02/11/memahami-penghitungansubnetting-dengan-mudah/ 2.2.3. Bandwidth Forouzan (2006:89) menjelaskan bahwa salah satu ciri yang mengukur kinerja jaringan adalah bandwidth. Namun, istilah bandwidth digunakan dalam 2 konteks yang berbeda, bandwidth dalam hertz dan bandwidth dalam bit per detik. • Bandwidth dalam hertz. • Bandwidth dalam hertz adalah rentang frekuensi yang terkandung dalam suatu sinyal komposit. • Bandwidth dalam bit per detik.
12
Bandwidth merujuk pada jumlah bit per detik yang dapat dikirimkan dalam sebuah channel, link, atau bahkan jaringan. 2.2.4. Mikrotik Mikrotik adalah salah satu vendor baik hardware dan software yang menyediakan fasilitas untuk membuat router. Sedangkan, Mikrotik RouterOS adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer menjadi router network yang handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk IP Network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot. (http://www.mikrotik.co.id/) 2.2.5. QoS QoS (Quality of Service) adalah hal-hal yang memperhitungkan faktor kegagalan sistem, keamanan, stabilitas. Network yang baik juga harus memperhitungkan kualitas atau jaminan terhadap layanan yang akan diberikan kepada pengguna. (Towidjojo, 2013:2) 2.2.6. Simple Queue Digunakan untuk menerapkan queue yang sederhana, seperti membatasi upload dan download dari client ataupun membatasi traffic dari aplikasi P2P. (Towidjojo, 2013:25) 2.3. Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Kajian Penggunaan Mikrotik RouterOS sebagai Router pada Jaringan Komputer oleh Dwi Febrian Handriyanto Jurnal ini membahas tentang router sebagai alat bantu dalam jaringan untuk melakukan pengaturan terhadap lalu lintas data. Mikrotik dipilih sebagai router yang digunakan karena harganya yang relatif murah, fitur yang lengkap, dan handal dalam mengatur jaringan. Mikrotik sangat membantu melakukan
perusahaan-perusahaan
yang sedang
berkembang untuk
pengaturan
jaringan.
(http://www.unsri.ac.id/upload/arsip/KAJIAN%20PENGGUNAAN%20MI KROTIK%20OS%20SEBAGAI%20ROUTER.pdf) 2. Manajemen User dan Bandwidth Internet dengan Router Mikrotik di SMA Negeri Sariwangi Tasikmalaya oleh Rudi Hendrawan Jurnal ini membahas tentang penggunaan router Mikrotik untuk melakukan bandwidth management agar jaringan internet yang ada
13
dapat digunakan secara maksimal. Sebelum diterapkannya bandwidth management, jaringan mengalami ketidakstabilan karena adanya client yang menggunakan akselerator. Metode yang diterapkan adalah queue tree agar bandwidth dapat terbagi secara dinamis kepada seluruh client yang terhubung. Pada rancangan topologi, router Mikrotik ditambahkan diantara modem yang terhubung dengan internet dan switch utama. (http://www.slideshare.net/rydra/jurnal-manajemen-bandwidth-internetdengan-router-mikrotik-di-sma-negeri-sariwangi-tasikmalaya) 3. Rancangan dan Implementasi Mikrotik RouterOS pada Warung Internet QQ oleh Sapta Okta Fahlevi dan Abdul Rahman Jurnal ini membahas tentang kebutuhan akan akses internet yang sangat tinggi, sehingga semakin banyak para pelaku usaha yang membangun warung internet (warnet). Mikrotik RouterOS dipilih sebagai software yang digunakan bersamaan dengan router Mikrotik itu sendiri karena harga yang relatif murah dan juga kemudahannya dalam konfigurasi. Pada
warnet,
seringkali
para
pemilik
atau
pengelola
tidak
mempertimbangkan kualitas koneksi dari masing-masing client, sehingga diperlukan
adanya
bandwidth
management
untuk
mengakomodasi
kebutuhan client serta web filtering untuk memblokir situs yang mengandung konten yang tidak baik dengan menggunakan router Mikrotik. (http://eprints.mdp.ac.id/770/1/JURNAL%202008120001%20Sapta_Okta_ Fahlevi.pdf)
14