BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Pengertian sistem menurut Satzinger (2012: 6), mengemukakan bahwa “A system is a collection of interrelated components that function together to achieve some outcome.” Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 11), mengemukakan bahwa “A system is a set of interdependent elements that together accomplish specific objectives.” Berdasarkan pengertian mengenai sistem di atas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2.2 Pengertian Informasi Pengertian informasi menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 17), mengemukakan bahwa “Information is data presented in a form that is useful in a decision-making activity.” Menurut Baltzan P., Phillips, A. (2012: 8), mendefinisikan bahwa “Information is data converted into meaningful and useful context”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data-data yang memiliki arti dan berguna, kemudian diubah maupun diproses sesuai kebutuhan untuk memberikan arti dalam kegiatan pengambilan keputusan.
2.3 Pengertian Sistem Informasi Pengertian sistem informasi menurut Satzinger (2012: 6), mengemukakan bahwa “An information system is a collection of interrelated componentsthat collect, process, store, and provide as output the information needed to complete a business task”. Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 655), mendefinisikan “information system (IS) is a man-made system that generally consists of an intergrated set of computer based components and manual components established to collect, store, and manage data and to provide output information to users”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang 9
10 berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi atau tergantung satu sama lain dan terpadu kombinasi dari pengguna, piranti keras, piranti lunak, komunikasi jaringan,
dan
sumber-sumber data
yang
mengumpulkan,
memproses
dan
mendistribusiskan informasi.
2.4 Sistem Informasi Akuntansi 2.4.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Marshall B. Romney & Paul J. Steinbart (2012: 30) mendefiniskan, “Accounting information system (AIS) is the intelligence– the information-providing vehicle of that language”. Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount & Speer (2012: 12) mendefinisikan, “An accounting information system can be defined as the application of technology to capturing, verifying, storing and reporting of data relating to an organitation’s activities”. Menurut Soudani(2012, 141) yang diterbitkan dalam International Journal of Economics and Finance mengemukakan “From generalization of the results, measuring research questions based on the opinion of the respondents. First, AIS was found to be the variable that most impacts financial performance. This tells us that AIS is the most important factor in firms that are listed in DFM. Second, it was found that financial performance and performance management have effect on an organizational performance. This means that financial performance and performance management are effective in building an organizational performance. Third, AIS was found that an important factor in building an organizational performance through collection, storage and processing of financial and accounting data to be evaluated by its impacts on improvement of decision-making process, quality of accounting information, performance evaluation, internal controls and facilitating company’s transactions. Forth, there isn’t any relationship between AIS and performance management”. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai AIS, bahwa AIS sebuah aplikasi yang dapat membantu mulai dari aktivitas memasukkan data hingga membuat suatu laporan yang memiliki hubungan dengan performa manajemen perusahaan. Menggunakan AIS pada perusahaan, mampu meningkatkan dalam proses mengambil keputusan, karena data yang berputar di AIS berfungsi maskimal dari input hingga output.
11 2.4.2 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Rama and Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008: 7-8) bahwa ada lima macam penggunaan sistem informasi akuntansi : 1. Membuat laporan eksternal Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi pada para investor, kreditor, dinas pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lain. Laporan-laporan ini mencakup laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) pajak, dan laporan yang diperlukan oleh badan-badan pemerintah yang mengatur perusahaan dalam industry perbankan dan utilitas. 2. Mendukung aktivitas rutin Para manajer memerlukan satu sistem informasi akuntansi untuk mengetahui aktivitas operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan. 3. Mendukung pengambilan keputusan Informasi juga diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tidak rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi. Contohnya antara lain mengetahui produk-produk yang penjualannya bagus dan pelanggan mana yang paling banyak melakukan pembelian. Informasi ini sangat penting untuk merencanakan produk baru, memutuskan produk-produk apa yang harus ada di persediaan, dan memasarkan produk kepada para pelanggan. 4. Perencanaan dan pengendalian Suatu sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh sistem informasi, dan laporan dirancang untuk membandingkan angka anggaran dengan jumlah actual. 5. Menerapkkan pengendalian internal Pengendalian internal (internal control) mencakup kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kerugian atau korupsi, dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
12 2.4.3 Siklus PemrosesanTransaksi pada Sistem Informasi Akuntansi Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008: 22-23), bahwa proses bisnis dapat disusun menjadi tiga siklus transaksi utama yaitu sebagai berikut : 1. Siklus pemerolehan/pembelian (acquisition/purchasing cycle) mengacu pada proses pembelian barang dan jasa. 2. Siklus konversi (conversion cycle) mengacu pada proses mengubah sumber daya yang diperoleh menjadi barang dan jasa. 3. Siklus pendapatan (revenue cycle) mengacu pada proses menyediakan barang dan jasa untuk para pelanggan.
2.5
Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan (Revenue Cycle)
2.5.1 Pengertian Pendapatan Menurut Marshall B. Romney dan Paul J. Steinbart (2012: 30) mengemukakan bahwa “The revenue cycle is a recurring set of business activities and related information processing operations associated with providing goods and services to customers and collecting cash in payment for those sales”. Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2010: 13) mendefinisikan “Revenue are the gross increases in equity resulting from business activities entered into for the purpose of earning income”. Berdasarkan pengertian pendapatan tersebut, maka disimpulkan bahwa pendapatan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan pemasukan dari penyediaan barang atau jasa ke pelanggan dan mengumpulkan uang kas yang dibayarkan pada penjualan yang ada.
2.5.2 Pengertian Penjualan Tunai Menurut Mulyadi (2010: 455), sistem penjualan tunai merupakan sistem yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Menurut Warren, et al. (2009: 232) penjualan adalah jumlah total yang dibebankan pada pelanggan untuk barang dagangan yang dijual, termasuk penjualan tunai dan penjualan kredit.
13 Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah total yang dibebankan kepada pelanggan pada penjualan barang dagang, meliputi penjualan tunai dan penjualan kredit.
2.5.3 Pengertian Piutang Menurut Mulyadi (2010: 257), prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur. Mutasi piutang disebabkan oleh transaksi penjualan kredit penerimaan kas dari debitur, retur penjualan dan penghapusan piutang. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian piutang adalah transaksi yang timbul dari penjualan bang atau jasa secara kredit di mana piutang dicatat dengan mendebet akun piutang dagang.
2.5.4 Penerimaan Kas Menurut Mulyadi (2010 : 439), sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang dari penjualan tunai atau dari piutang yang siap dan bebas digunakan untuk kegiatan umum perusahaan. Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama, yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.
2.6
Sistem Pengendalian Internal
2.6.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Rama dan Jones yang terjemahkan oleh Wibowo (2008: 132), pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses yang dipengauhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran.
2.6.2 Komponen Pengendalian Internal Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008: 134), Laporan COSO mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian internal, yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian
14 Mengacu pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian. Faktor-faktor ini meliputi integritas, nilai-nilai etika, serta filosofi dan gaya operasi manajemen. Juga meliputi cara manajemen memberikan wewenang dan tanggung jawab, mengatur, dan mengembangkan karyawannya, serta perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi. 2. Penentuan Risiko Identifikasi dan analisis risiko yang menggangu pencapaian sasaran pengendalian internal. 3. Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi risiko. Aktivitas pengendalian meliputi hal-hal berikut : a. Penelaahan kinerja merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup analisis kinerja. b. Pemisahan tugas mencakup pembebanan tanggung jawab untuk otorisasi transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan pemeliharaan aset kepada karyawan yang berbeda-beda. c. Pengendalian aplikasi diterapkan pada masing-masing aplikasi sistem informasi akuntansi. d. Pengendalian umum adalah pengendalian umum yang berkaitan dengan banyak aplikasi. 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomasi dan manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses,
dan
melaporkan
kejadian
pada
proses
entitas.
Komunikasi meliputi penyediaan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu. 5. Pengawasan Manajemen
harus
mengawasi
pengendalian
internal
untuk
memastikan bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.
15 2.6.3 Prinsip Aktivitas Pengendalian Internal Menurut
Weygandt,
Kimmel,
Kieso
(2011:
300-307)
aktivitas
pengendalian adalah tulang punggung dari upaya perusahaan untuk mengatasi risiko yang dihadapi, seperti penipuan.Aktivitas pengendalian khusus yang digunakan oleh setiap perusahaan akun berbeda-beda, tergantung pada penilaian manajemen terhadap resiko yang dihadapi. Enam prinsip kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut : 1. Establishing of responsibility Yang penting dari pengendalian internal adalah untuk memberikan tanggung jawab kepada karyawan yang spesifik. Pengendalian yang paling efektif bila hanya satu orang yang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Menetapkan tanggung jawab sering membutuhkan pembatasan akses hanya untuk personil yang berwenang, dan kemudian mengidentifikasi personel itu. 2. Segregation of duties Pemisahan tugas sangat diperlukan dalam sistem pengendalian internal. Terdapat dua aplikasi umum dari prinsip ini : a. Individu yang berbeda harus bertanggung jawab untuk aktivitas yang terkait. b. Tanggung jawab pencatatan untuk aset harus terpisah dari penyimpanan fisik aset tersebut. 3. Documentation procedures Mendokumentasikan merupakan bukti bahwa transaksi dan peristiwa telah terjadi. Perusahaan harus menetapkan prosedur untuk dokumen. Pertama, bila memungkinkan, perusahaan harus menggunakan dokumen yang diberi nomor urut, dan semua dokumen harus dicatat. Kedua, sistem pengendalian harus meminta karyawan memberikan semua dokumen sumber untuk dicatat dalam akuntansi oleh bagian akuntansi. 4. Physical controls Penggunaan pengendalian fisik sangat penting. Pengendalian fisik berhubungan dengan pengamanan aset dan meningkatkan akurasi dan keandalan catatan akuntansi. 5. Independent internal verification Kebanyakan sistem pengendalian internal menentukan verifikasi internal independen. Prinsip ini melibatkan tinjauan data yang disusun oleh
16 karyawan. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari verifikasi internal independen : a. Perusahaan harus memverifikasi catatan secara periodik atau tiba-tiba. b. Seorang karyawan yang tidak berhubungan dengan personil yang bertanggung jawab untuk informasi, harus membuat verifikasi. c. Perbedaan dan pengecualian harus dilaporkan ke tingkat manajemen yang dapat mengambil tindakan perbaikan yang tepat. 6. Human resource controls Kegiatan pengendalian sumber daya manusia adalah sebagai berikut : a. Menjamin perlindungan terhadap karyawan yang memegang kas atau uang tunai. b. Memutar tugas karyawan dan meminta karyawan untuk mengambil liburan. c. Melakukan pemeriksaan keseluruhan latar belakang karyawan.
2.7
E-Business Menurut Chaffey (2011: 12), e-business merupakan semua pertukaran informasi
secara elektronik, baik dalam perusahaan maupun dengan pemegang saham eksternal yang mendukung proses bisnis. Menurut Turban et al (2010: 47), mendefinisikan “E-business refers to a broader definition of EC that includes not just the buying and selling of goods and services, but also servicing customers, collaborating with business partners, and conducting electronic transactions within an organization”. Jadi e-business adalah semua proses bisnis dalam perusahaan yang dilakukan dengan memanfaatkan media elektronik baik proses bisnis dalam perusahaan sendiri maupun dengan rekan bisnis dan pemegang saham.
2.8
E-commerce
2.8.1 Pengertian E-commerce Menurut Laudon &Trave, (2011, 1) mengemukakakn bahwa “"Electronic commerce or commonly known as e-commerce refers to the use of internet and the Web to transact business. More formally, digitally enabled commercial transaction between and among organizations and individuals”.
17 Menurut Turban (2010: 46) mendefinisikan “Electronic commerce (EC) is the process of buying, selling, or exchanging products, services, or information via computer”. Berdasarkan definisi tersebut, maka kesimpulan yang dapat ditarik bahwa e-commerce adalah sebuah teknologi dan atau aplikasi perdagangan yang mencakup proses pembelian, penjualan, atau pertukaran produk, layanan atau informasi melalui jaringan komputer dan termasuk dengan internet.
2.8.2 Jenis-Jenis E-commerce Menurut
Turban
(2010:
51),
e-commerce
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan sifat transaksi dan hubungan antar pesertanya : 1. Business-to-Business (B2B) “E-commerce model in which all of the participants are business or other organizations.” Model e-commerce dimana para pesertanya merupakan bisnis atau perusahaan lainnya. 2. Business-to-Consumer (B2C) “E-commerce model in which business sell to individual shoppers” Model e-commerce dimana bisnis menjual ke pembeli individu. Tipe ecommerce ini dikenal juga dengan e-Tailing. 3. Business-to-Business-to-Consumer (B2B2C) “E-commerce model in which a business providers some product or service to a client business that maintains its own customers” Model e-commerce dimana bisnis menawarkan produk atau jasa ke klien bisnis yang mengelola pelanggannya sendiri. 4. Consumer-to-Business (C2B) “E-commerce model in which individuals use the Internet to sell products or services to organizations or individuals who seek sellers to bid on products or services they need” Model e-commerce dimana individu menjual produk atau jasa kepada perusahaan atau individu yang mencari banyak penjual untuk menawar lelang pada produk atau jasa yang mereka butuhkan. 5. Intrabusiness EC
18 “E-commerce category that includes all internal organizational activities that involve the exchange or goods, services, or information among various units and individuals in an organization.” Kategori e-commerce yang mencakup semua aktivitas internal perusahaan yang melibatkan pertukaran barang, jasa, atau informasi dalam sejumlah bagian atau individu dalam organisasi. 6. Business-to-Employees (B2E) “E-commerce model in which an organization delivers services, information, or products to its individual employees.” Model e-commerce dimana perusahaan menyediakan jasa, informasi, atau produk ke karyawannya sendiri. 7. Consumer-to-Consumer (C2C) “E-commerce model in which consumers sell directly to other consumers.” Model e-commerce dimana konsumen menjual langsung ke konsumen lain.
2.8.3 Tipe Model Bisnis E-commerce Menurut Turban (2010: 75-76) ada 5 model umum e-commerce : 1.
Online direct marketing yaitu, model yang paling sering digunakan pada e-commerce yaitu menjual produk atau jasa secara online.
2.
Electronic tendering system, mendefinisikan “Large organizational buyers, private or public, usually make large volume or large-value purchases through a tendering (bidding) system”.
3.
Electronic marketplaces and exchanges yaitu pasar online yang dimana buyer dan seller bertemu saling bertukar barang, jasa, uang maupun informasi.
4.
Viral marketing yaitu, didefinisikan “Word-of-mouth marketing by which customers promote a product or service by telling others about it”.
5.
Social networking and Web 2.0 tools.
2.8.3.1
Pengertian E-marketplace
Menurut Turban (2010: 95) mendefiniskan bahwa “E-marketplace is a virtual marketplace in which sellers and buyers meet and conduct different types of transactions.”
19
2.8.3.2
Tipe E-marketplaces
Menurut Turban (2010: 96-97) tipe e-marketplace dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : a.
Private E-marketplaces “Private e-marketplaces are those owned and operated by a single company”. Yang diartikan bahwa private e-marketplaces yaitu dimiliki dan dijalakan oleh satu perusahaan.
b.
Public E-marketplaces Bahwa “Public e-marketplaces are usually B2B markets. They often are owned by a third party (not a seller or a buyer) or by a group of buying or selling companies (a consortium), and they serve many sellers and many buyers”. Kesimpulannya, public e-marketplaces biasanya dimiliki oleh pihak ketiga yaitu bukan penjual maupun pembeli atau grup, mereka memberikan jasa untuk penjual dan pembeli.
2.9
Object Oriented Analysis and Design Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 60) mengemukakan bahwa “object
oriented analysis (OOA) defines all types of objects that the user needs to work with and shows what user interactions are required to complete tasks. Object-oriented design (OOD) defines all of the additional types of objects necessary to communicate with people and devices in the system, shows how the objects interact to complete tasks, and refines the definition of each type of object so it can be implemented with a specific language or environment.” Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 60) mengemukakan bahwa “object oriented analysis merupakan jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi pengguna apaa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Object oriented design merupakan semua tipe objek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan alat-alat didalam sistem serta menunjukkan bagaimana objek-objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan definisi dari masing-masing objek agar dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu.”
20 2.9.1 Unified Process Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 61) mengemukakan bahwa “The Unified Process (UP) is an object-oriented system development methodology offered by IBM’s Rational Software, originated by the three proponents of the Unified Modeling Language (UML): Grady Booch, James Rumbaugh, and Ivar Jacobson”. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 61), Unified Process (UP) adalah sebuah metode pengembangan sistem yang ditawarkan oleh IBM Rational Software yang berasal dari Unified Modeling Language (UML): Grady Booch, James Rumbaugh, and Ivar Jacobson. Metode ini sudah menjadi salah satu metode yang banyak digunakan dalam pengembangan sistem berorientasi objek. UP memperkenalkan pendekatan baru untuk siklus hidup pengembangan sistem yang menggabungkan perulangan (iterations) dan tahapan (phases) yang disebut siklus hidup UP (UP life cycle). UP mendefinisikan empat tahapan siklus hidup yaitu inception, elaboration, construction, dan transition.
Gambar 2.1 UP Life Cycle with Phases, Iterations, and Disciplines Sumber :Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 61)
2.9.2 Unified Modeling Language Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 387), dalam bukunya menyatakan bahwa “The Unified Modeling Language (UML) to develop systems
21 using object-oriented techniques. However, this development project was his first large-scale project that would be entirely object oriented”.
2.9.3 Modeling and The Requirement Discipline 2.9.3.1
Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 141), “activity diagram is simply a workflow diagram that describes the various user (or system) activities, the person who does each activity, and the sequential flow of these activities”, yang dapat disimpulkan bahwa activity diagram merupakan diagram yang mendeskripsikan aliran aktivitas user secara berurutan.
Gambar 2.2 Contoh Activity Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 143)
22 Didalam membuat activity diagram terdapat beberapa simbol atau notasi yang dapat digunakan, yaitu : 1.
Synchronization Bar, merupakan notasi yang berfungsi memisahkan (split) atau menyatukan (join) urutan jalur aktivitas.
2.
Swimlane, merupakan suatu bentuk persegi yang merepresentasikan aktivitas – aktivitas yang diselesaikan setiap agen.
3.
Starting Activity (Pseudo), merupakan notasi yang menunjukkan dimulainya suatu aktivitas.
4.
Transition Arrow, merupakan notasi berupa anak panah yang mendeskripsikan arah perpindahan dari suatu aktivitas.
5.
Activity, merupakan notasi yang mendeskripsikan aktivitas-aktivitas.
6.
Ending Activity (Pseudo), merupakan notasi yang menunjukkan diakhirinya suatu aktivitas.
7.
Decision Activity, merupakan notasi yang mendeskripsikan kondisi dari suatu aktivitas.
Gambar 2.3 Simbol atau Notasi Activiy Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 141)
2.9.3.2
Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 242), “use case diagrama diagram to show the various user roles and how those roles use the system”. Jadi, use case diagram digunakan untuk menunjukkan
23 berbagai peran yang berbeda dari pengguna dan bagaimana peran tersebut digunakan dalam sistem. Actor diperankan oleh pengguna dan berada diluar boundary.
Gambar 2.4 Contoh Use Case Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 : 244)
2.9.3.3
User Goal
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 160), “user goal technique an approach for identifying use cases in which an analyst talks to all users to get them to describe their goals in using the system”. Dapat disimpulkan bahwa user goal merupakan teknik pendekatan untuk mengidentifikasi use cases dari analasis yang diambil pada saat perbincangan dengan pengguna, apa tujuan mereka dalam penggunaan sistem.
Gambar 2.5 Contoh User Goal Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 161)
24 2.9.3.4
Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 171), “A list of use cases and an event table provide an overview of all the use cases for a system. Detailed information about each use case is described with a use case description. A use case description lists and describes the processing details for a use case. Implied in all use cases is a person who uses the system. In UML, that person is called an actor”. Use case description merupakan penjelasan terperinci mengenai proses dari suatu use case. Use case description dibedakan menjadi tiga, yaitu : a.
Brief Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 172),“A brief description can be used for very simple use cases, especially when the system to be developed is also a small, well-understood application”. Sehingga, brief description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan sistem yang dikembangkan berskala kecil.
Gambar 2.6 Brief Description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 : 172)
b.
Intermediate Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 : 172), bahwa“The intermediate-level use case description expands the brief description to include the internal flow of activities for the use case”. Dengan kesimpulan, intermediate merupakan pengembangan dari brief description untuk menggambarkan aliran aktivitas internal dari sebuah use case.
25
Gambar 2.7 Contoh Intermediate Description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 : 172)
c.
Fully Developed Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 173), “The fully developed description is the most formal method for documenting a use case. Even though it takes a little more work to define all the components at this level, it is the preferred method of describing the internal flow of activities for a use case”. Fully developed description adalah metode formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan suatu use case.
26
Gambar 2.8 Contoh Fully Developed Description Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 : 173)
2.9.3.5
Domain Model Class Diagram
Menurut
Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2012:
187),
mendefinisikan“The class diagram is used to show classes of objects for a system. The notation is from the Unified Modeling Language (UML), which has become the standard for models used with objectoriented system development”. Dan disimpulkan sebagai sebuah diagram UML yang merepresentasikan semua pekerjaan pengguna, kelas-kelas problem domain, atribut, serta hubungan antar kelas. Pada class diagram, kotak segi
27 empat menggambarkan class dan garis yang menghubungkan kotak segi empat ke antar class untuk menunjukkan asosiasi antar class. Dalam class diagram digambarkan, sebuah class diagram digambarkan dengan bentuk kotak. Kotak ini terdiri dari tiga bagian, yaitu nama kelas di bagian atas, atribut-atribut dari kelas tersebut dibagian tengah, dan method di bagian bawah. Sedangkan hubungan antar class digambarkan dengan garis penghubung antar class. Garis penghubung yang menghubungkan antar class disebut multiplicity of associations. Terdapat enam jenis hubungan antar class yang digambaran dalam gambar berikut :
Gambar 2.9 Multiplicity of Associations Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 188)
Domain Model Class Diagram memiliki beberapa bagian, yaitu : 1. Object, nama atau entitas dari setiap class yang ada 2. Attribute, semua object yang ada di dalam class yang mempunyai nilai pada setiap class tersebut. 3. Methods/Behavior, segala kegiatan yang dilakukan oleh object. 4. Kunci Class Diagram a.
General Class Symbol : bentuk persegi yang terdiri dari tiga bagian, yaitu name, attribute, dan behavior.
b.
Methods/Behavior tidak ditampilkan di domain model class diagram.
c.
Garis yang menghubungkan empat persegi panjang menunjukkan association.
28 d.
Multiplicity
tercermin
di
atas
garis
yang
menghubungkan. 5. Notasi Class Diagram a.
Association Association merupakan hubungan antara entity/class,
berlaku dua arah.
Gambar 2.10 An Expanded Domain Model Class Diagram Showing Attributes Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 188) b. Generalization Generalization
merupakan
hubungan
class
yang
menyatakan turunan dari class induknya.
Gambar 2.11 A Generalization/Specialization Hierarchy Notation for Motor Vehicles Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 190)
29 c. Aggregation Aggregation merupakan hubungan yang menyatakan bagian (“terdiri atas”).
Gambar 2.12 Whole-part (Aggregation) Associations Between A Computer and Its Parts Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (200: 192)
2.9.4 Design Discipline 2.9.4.1
Multilayer Design Sequence Diagram
Menurut
Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2012:
446)
mengemukakan “To make them multilayer designs, including both the view layer and data access layer. We first design the data access layer”. Dapat disimpulkan bahwa, multilayer design sequence diagram merupakan pengembangan dari first-cut sequence diagram dengan menambahkan data access layer.
30
Gambar 2.13 Contoh Multilayer Design Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 449)
2.9.4.2
Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 457), updated
design class diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer. Pada view dan data access layer, harus ditambahkan beberapa class baru. Demikian pula dengan domain layer juga membutuhkan penambahan class baru sebagai use case contoller. Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class. Tiga metode umum yang banyak dijumpai pada class-class updated design class diagram adalah constructor methods, data get and set methods, dan use case specific method objects.
31
Gambar 2.14 Contoh Updated Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 458)
2.9.4.3
User Interface
Menurut
Satzinger,
Jackson,
dan
Burd
(2012:
531)
mendefinisikan “user interfaces involve inputs and outputs that more directly involve a system user”, inti dari user interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk membuat input dan output. Menjelaskan bahwa sebuah sistem informasi baru mempengaruhi banyak sistem informasi yang ada lainnya, dan analisis harus memastikan bahwa mereka semua bekerja bersama-sama. Sistem juga harus berinteraksi dengan pengguna baik didalam maupun diluar organisasi. User interface yang lebih dari
32 sekedar layar, itu adalah merupakan pengguna yang datang ke dalam kontrak dengan saat menggunakan sistem, konseptual, dan fisik.
Gambar 2.15 Contoh User Interface Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 531)
2.9.4.4
Deployment and Software Architecture Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 291), deployment environment terdiri dari hardware, software, dan network. Deployment environment terbagi atas dua jenis, yaitu: 1) Single Computer Architecture Single computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utamanya adalah kesederhanaannya. Sistem informasi yang dijalankan pada single computer architecture umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan, dan dikelola.
33
Gambar 2.16 Single Computer Architecture Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 :341)
2) Multitier Computer Architecture Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur penggunaan proses eksekusinya terjadi di beberapa komputer. Multitier computer architecture dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Clustered Architecture Merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer dengan model dan produksi yang sama.
Gambar 2.17 Clustered Architecture Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012: 341)
b. Multicomputer Architecture Merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer namun dengan spesifikasi yang berbeda-beda.
34
Gambar 2.18 Multicomputer Architecture Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 :341)
Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 :342), software architecture terdiri atas dua, yaitu: 1) Client/Server Architecture Client/server architecture membagi software ke dalam dua tipe, client dan server. Server berfungsi untuk mengolah sumber informasi atau menyediakan service. Sedangkan client berfungsi untuk berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya atau servis dan server akan merespon terhadap permintaan tersebut. 2) Three-Layer Client/Server Architecture Merupakan pengembangan dari client/server architecture yang terdiri dari tiga layer, yaitu: a. Data layer Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada satu atau lebih database. b. Business logic layer Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan prosedur dari proses bisnis. c. View layer Merupakan layer yang menerima input dan menampilkan hasil proses.
35 2.10 Kerangka Berpikir Pembangunan sistem informasi akuntansi siklus pendapatan digambarkan dengan langkah-langkah kerangka pikir ini, yaitu :
Gambar 2.19 Kerangka Berpikir
Dan dengan pendekatan Unified Process (UP) menurut teori dari Satzinger (2012, 61), beberapa tahap berikut, antara lain : a. Inception Pada fase ini, langkah yang akan diambil melalui observasi dan wawancara untuk dapat mengidentifikasi proses bisnis pada perusahaan. Kemudian menguraikan proses bisnis untuk menganalisis dan mencari masalah maupun kekurangan yang telah menghambat sistem informasi akuntansi pada perusahaan. Setelah itu, dikembangkan dengan business case untuk menentukan ruang lingkup dari sistem yang baru dengan tujuan untuk
36 memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dicapai dari pengembangan sistem yang baru ini. b. Elaboration Pada fase ini akan melakukan perulangan untuk melengkapi langkah dalam mengidentifikasi ruang lingkup dari kebutuhan sistem secara lebih tepat. Kemudian, dimana fase ini juga akan membuat diagram yang akan digunakan untuk perancangan sistem informasi akuntansi perusahaan. c. Construction Pada fase ini akan membuat aplikasi sistem baru berdasarkan user interface yang telah dirancang. Setelah aplikasi sistem baru selesai dibuat, aplikasi tersebut akan di evaluasi dan apabila ada beberapa bagian yang masih yang perlu di perbaharui akan di update berdasarkan kebutuhan perusahaan. d. Transition Fase ini dimana, aplikasi sistem baru akan diserahkan kepada perusahaan. Kemudian, aplikasi tersebut akan dilakukan pengujian sistem dan implementasi tetapi penulis tidak akan melakukan fase ini.