BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Mendengar Siraman Rohani
Menurut bahasa mendengarkan berasal dari bahasa Indonesia, yaitu dari kata “dengar” yang berarti “mendengarkan akan sesuatu dengan sungguh-sungguh memasang telinga untuk mendengarkan suara atau bunyi” (Dep. P & K, 1994: 241). Sedangkan menurut istilah mendengarkan adalah suatu kegiatan dimana seseorang menggunakan indra pendengarkan (telinga) untuk menerima pesan suara. Kaitannya dalam berkomunikasi bahwa indra pendengar merupakan salah satu alat untuk menerima pesan atau suara sesuai dengan prinsip-prinsipnya sama halnya sama prinsip membaca. Menurut Suhartin bahwa yang dimaksud prinsip-prinsip adalah hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam membaca dan mendengarkan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: a. Motivasi. Agar dapat membaca dan mendengarkan yang baik, perlu membangkitkan minat (motivasi) masing-masing. Motivasi itu harus ditingkatkan dengan alasan bahwa dnegan baca dan mendengarkan secara berulang-ulang akan timbul pemahaman, setelah faham akan timbul pengamalan. b.
Perhatian. Adalah pemusatan jiwa pada sesuatu hal. Sama halnya dengan penginderaan pada umumnya, maka mendengarkan dan membaca memerlukan pemusatan jiwa. Bila pemusatan jiwa tidak ada, dengan katalain ketika membaca dan mendengarkan jiwa mengembara, maka pesan yang didengar dan dibaca tidak tertangkap.
c.
Keaktifan jasmani. Badan yang kuat lagi sehat terdapat jiwa yang sehat pula, artinya jika badannya seseorang lagi sakit atau kurang fit maka minat baca dan mendengarkan hilang atau berkurang, misalnya sakit gigi. Sehingga sehat jasmani mempengaruhi keaktifan dalam membaca dan mendengarkan.
d.
Ulangan. Semakin seseorang mengulang-ulang bacaan dan mendengarkan, maka pesan yang dibaca dan yang didengar akan lebih masuk ke ingatan (Suhartin, 1979: 109-110).
6 Universitas Sumatera Utara
Sedangkan seseorang dalam mendengarkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a.
Minat dan kebutuhan, bila seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya maka minatnya akan timbul, motivasinya akan bertambah. Kebutuhan yang dimaksud digolongkan pada kebutuhan yang bersifat hasrat, perasaan, atau rasional. Penentuan materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, akan menimbulkan minat yang besar untuk mendengarkan program Siaran Siraman Rohani Radio Swara Kenanga 100.1 FM.
b.
Tingkat pengetahuan, sasaran pendengar perlu diketahui dahulu rata-rata dalam tingkat pengetahuan yang mereka miliki: tentang konsep, materi, peristilahan, atau batasan-batasan; sehingga tingkat kesukaran materi yang akan diberikan bisa diperhitungkan, agar bisa dipecahkan oleh sasaran pendengar khususnya pendengar Radio Swara Kenanga 100.1 FM.
c.
Sikap dan kebiasaan. Hal ini mempunyai implikasi yang hampir sama dengan kebutuhan sasaran pendengar. Hanya di sini akan lebih terarah kepada pemenuhan yang berhubungan dengan sikap mereka dalam keagamaan, tradisi, keamanan bahkan ekonomi. 1. Personal attitude adalah apabila seseorang mempunyai sikap percaya pada pemikiran yang persiasif, bahwa sesuatu itu lebih sempurna menurut pandangannya. 2. Interpersonal attitude. Orang yang bersikap demikian dipengaruhi oleh pertimbangan suatu konsep yang dianut atau dipunyainya. 3. Impersonal attitude. Bilamana seseorang mempunyai sikap terhadap sesuatu, orang yang seperti ini akan terpengaruh oleh cara untuk mendapatkannya sesuatu itu dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
d.
Tingkah laku. Tingkah laku dan corak kegiatan mereka akan mengarah pokok pembicaraan dan format penyajian program yang aktraktif. Untuk memenuhi kebutuhan mereka perlu kita ketahui tentang kebiasaan-kebiasaan pendengar. 1) Bagaimana keadaan situasi tempat mereka mendengarkan 2) Di mana mereka bisa mendengarkan suatu program siaran 3) Apakah mereka mendengarkan sendiri atau berkelompok 4) Kapan waktu yang cocok untuk mendengarkan 5) Jenis program apa yang biasa mereka dengarkan 7 Universitas Sumatera Utara
6)
Apakah alasan atau pertimbangan mereka mendengarkan suatu topik
program yang selalu mereka dengarkan.
e.
Kebudayaan. Kontek komunikasi tidak merupakan karakteristik sasaran, tetapi merupakan situasi dan kondisi sosial budaya yang bisa mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi terhadap program. Sedangkan kontek komunikasi dipengaruhi oleh: 1) Keadaan tradisi atau mitos 2) Kepercayaan mereka terhadap media 3) Keadaan geografis tempat mereka berada 4) Iklim atau suasana sosial politik.
f.
Bahasa. Adalah salah satu alat untuk berkomunikasi kepada pendengar radio, sehingga bahasa yang digunakan oleh penyiar radio ialah bahasanya ringan dan mudah dimengerti atau dicerna pendengar (Sudjana, 141-143).
2.2 Algoritma Huffman
Algoritma Huffman, yang dibuat oleh seorang mahasiswa MIT bernama David Huffman pada tahun 1952, merupakan salah satu metode paling lama dan paling terkenal dalam kompresi teks. Algoritma Huffman menggunakan prinsip pengkodean yang mirip dengan kode Morse, yaitu tiap karakter (simbol) dikodekan hanya dengan rangkaian beberapa bit, dimana karakter yang sering muncul dikodekan dengan rangkaian bit yang pendek dan karakter yang jarang muncul dikodekan.dengan rangkaian bit yang lebih panjang. Berdasarkan tipe peta kode yang digunakan untuk mengubah pesan awal (isi data yang diinputkan) menjadi sekumpulan codeword, algoritma Huffman termasuk ke dalam kelas algoritma yang menggunakan metode statik. Metoda statik adalah metoda yang selalu menggunakan peta kode yang sama, metoda ini membutuhkan dua fase (two-pass): fase pertama untuk menghitung probabilitas kemunculan tiap simbol dan menentukan peta kodenya, dan fase kedua untuk mengubah pesan menjadi kumpulan kode yang akan di taransmisikan. Sedangkan berdasarkan teknik pengkodean simbol yang digunakan, algoritma Huffman menggunakan metode symbolwise. Metoda symbolwise adalah metode yang 8 Universitas Sumatera Utara
menghitung peluang kemunculan dari setiap simbol dalam satu waktu, dimana simbol yang lebih sering muncul diberi kode lebih pendek dibandingkan simbol yang jarang muncul. (Wibowo, A. 2012).
2.2.1
Pembentukan Pohon Huffman
Kode Huffman pada dasarnya merupakan kode prefiks (prefix code). Kode prefiks adalah himpunan yang berisi sekumpulan kode biner, dimana pada kode prefiks ini tidak ada kode biner yang menjadi awal bagi kode biner yang lain. Kode prefiks biasanya direpresentasikan sebagai pohon biner yang diberikan nilai atau label. Untuk cabang kiri pada pohon biner diberi label 0, sedangkan pada cabang kanan pada pohon biner diberi label 1. Rangkaian bit yang terbentuk pada setiap lintasan dari akar ke daun merupakan kode prefiks untuk karakter yang berpadanan. Pohon biner ini biasa disebut pohon Huffman (Putra, 2010). Langkah-langkah pembentukan pohon Huffman adalah sebagai berikut: 1. Baca semua karakter di dalam teks untuk menghitung frekuensi kemunculan setiap karakter. Setiap karakter penyusun teks dinyatakan sebagai pohon bersimpul tunggal. Setiap simpul di-assign dengan frekuensi kemunculan karakter tersebut. 2. Terapkan strategi algoritma Greedy sebagai berikut: Gabungkan dua buah pohon yang mempunyai frekuensi terkecil pada sebuah akar. Setelah digabungkan akar tersebut akan mempunyai frekuensi yang merupakan jumlah dari frekuensi dua buah pohon-pohon penyusunnya. 3. Ulangi langkah 2 sampai hanya tersisa satu buah pohon Huffman. Agar pemilihan dua pohon yang akan digabungkan berlangsung cepat, maka semua yang ada selalu terurut menaik berdasarkan frekuensi.
Sebagai contoh, dalam kode ASCII string 7 huruf “ABACCDA” membutuhkan representasi 7 ×8 bit = 56 bit (7 byte), dengan rincian sebagai berikut: A = 01000001 B = 01000010 A = 01000001 C = 01000011 C = 01000011 D = 01000100 A = 01000001 Pada string di atas, frekuensi kemunculan A = 3, B = 1, C = 2, dan D = 1,
9 Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelas mengenai proses pembentukkan pohon Hufman, dapat dilihat ilustrasi pembuatan pohonnya Gambar 2.1. 1.
2.
3. A:3
B:1
C:2
D:1
A:3
A:3
BDC:4
C:2
0
1
C:2
BD:2
BD:2 0
0
1
B:1
D:1
1 4.
B:1
D:1 ABDC:7 0 BDC:4
A:3
1
0
C:2
BD:2 0
1
B:1
D:1
Gambar 2.1 Pohon Huffman untuk Karakter “ABACCDA” (Putra, 2005)
2.2.2
Proses Encoding
Encoding adalah cara menyusun string biner dari teks yang ada. Proses encoding untuk satu karakter dimulai dengan membuat pohon Huffman terlebih dahulu. Setelah itu, kode untuk satu karakter dibuat dengan menyusun nama string biner yang dibaca dari akar sampai ke daun pohon Huffman. Langkah-langkah untuk men-encoding suatu string biner adalah sebagai berikut: 1. Tentukan karakter yang akan di-encoding 2. Mulai dari akar, baca setiap bit yang ada pada cabang yang bersesuaian sampai ketemu daun dimana karakter itu berada. 10 Universitas Sumatera Utara
3. Ulangi langkah 2 sampai seluruh karakter di-encoding
Sebagai contoh kita dapat melihat Tabel 2.1 dibawah ini, yang merupakan hasil encoding untuk pohon Huffman pada Gambar 2.1.
Tabel 2.1 Kode Huffman untuk Karakter ABCD Karakter
String Biner Huffman
A
0
B
110
C
10
D
111
Dengan menggunakan kode Huffman ini, string “ABACCDA” direpresentasikan menjadi rangkaian bit : 0 110 0 10 10 111 0. Jadi, jumlah bit yang dibutuhkan hanya 13 bit.
2.2.3
Proses Decoding
Decoding merupakan kebalikan dari encoding. Decoding berarti menyusun kembali data dari string biner menjadi sebuah karakter kembali. Decoding dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan menggunakan pohon Huffman dan yang kedua dengan menggunakan tabel kode Huffman. Langkah-langkah men-decoding suatu string biner dengan menggunakan pohon Huffman adalah sebagai berikut : 1. Baca sebuah bit dari string biner. 2. Mulai dari akar 3. Untuk setiap bit pada langkah 1, lakukan traversal pada cabang yang bersesuaian. 4. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 sampai bertemu daun. Kodekan rangkaian bit yang telah dibaca dengan karakter di daun. 5. Ulangi dari langkah 1 sampai semua bit di dalam string habis. Sebagai contoh kita akan me-decoding string biner yang bernilai ”111”. Proses Decoding dapat dilihat pada gambar 2.2
11 Universitas Sumatera Utara
ABDC:7 1
0
BDC:4
A:3 0
1
C:2
BD:2 0
1
B:1
D:1
Gambar 2.2 Proses Decoding dengan Menggunakan Pohon Huffman
Setelah kita telusuri dari akar, maka kita akan menemukan bahwa string yang mempunyai kode Huffman “111” adalah karakter D. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan tabel kode Huffman. Sebagai contoh kita akan menggunakan kode Huffman pada Tabel 1 untuk merepresentasikan string “ABACCDA”. Dengan menggunakan Tabel 1 string tersebut akan direpresentasikan menjadi rangkaian bit: 0 110 0 10 10 1110. Jadi, jumlah bit yang dibutuhkan hanya 13 bit. Dari Tabel 1 tampak bahwa kode untuk sebuah simbol/karakter tidak boleh menjadi awalan dari kode simbol yang lain guna menghindari keraguan (ambiguitas) dalam proses dekompresi atau decoding. Karena tiap kode Huffman yang dihasilkan unik, maka proses decoding dapat dilakukan dengan mudah.
Contoh saat membaca kode bit pertama dalam rangkaian bit “011001010110”, yaitu bit “0”, dapat langsung disimpulkan bahwa kode bit “0” merupakan pemetaan dari simbol “A”. Kemudian baca kode bit selanjutnya, yaitu bit “1”. Tidak ada kode Huffman “1”, lalu baca kode bit selanjutnya, sehingga menjadi “11”. Tidak ada juga kode Huffman “11”, lalu baca lagi kode bit berikutnya, sehingga menjadi “110”. Rangkaian kode bit “110” adalah pemetaan dari simbol “B”.
12 Universitas Sumatera Utara
2.2.4
Kompleksitas Algoritma Huffman
Algoritma Huffman mempunyai kompleksitas waktu O(n log n), karena dalam melakukan sekali proses interasi pada saat penggabungan dua buah pohon yang mempunyai frekuensi terkecil pada sebuah akar membutuhkan waktu O (log n), dan proses itu dilakukan berkali-kali sampai hanya tersisa satu buah pohon Huffman itu berarti dilakukan sebanyak n kali (Wibowo, 2012).
2.3 Short Messaging Service (SMS)
Teks adalah kumpulan dari karakter – karakter atau string yang menjadi satu kesatuan. Teks yang memuat banyak karakter di dalamnya selalu menimbulkan masalah pada media penyimpanan dan kecepatan waktu pada saat transmisi data. SMS merupakan teks digital yang berisi data atau informasi yang dikirim melalui telepon selular. SMS adalah salah satu fasilitas standar dari GSM yang digunakan untuk mengirim dan menerima pesan berupa teks ke dan dari sebuah ponsel. Untuk dapat menggunakan fasilitas SMS, pengguna perlu melengkapi ponselnya dengan ponsel dan kartu SIM (Subscriber Identity Module) dari penyedia layanan GSM yang mendukung SMS. Sebuah pesan SMS tidak dikirimkan langsung dari ponsel pengirim ke ponsel penerima tetapi akan dikirimkan terlebih dahulu ke SMS Center. Ketika ponsel tujuan tidak aktif, sistem akan menunda pengiriman pesan ke ponsel tujuan sehingga ponsel tujuan aktif kembali. Apabila terjadi kegagalan pengiriman pesan yang bersifat sementara (misalnya: ponsel tujuan tidak aktif) akan dilakukan pengiriman ulang pesan, kecuali bila diberlakukan aturan bahwa pesan yang telah melampaui batas waktu tertentu harus dihapus dan dinyatakan gagal terkirim.
Sebuah pesan SMS maksimal terdiri dari 140 bytes,dengan kata lain sebuah pesan bisa memuat 140 karakter 8-bit, 160 karakter 7-bit atau 70 karakter 16-bit untuk bahasa Jepang, Bahasa Mandarin dan Bahasa Korea yang memakai Hanzi (Aksara Kanji/Hanja). Dalam melakukan pengiriman pesan SMS seorang pengguna dapat mengirim pesan lebih dari 140 byte, tetapi untuk itu
seorang pengguna
harus
membayar lebih dari sekali. Hal ini terjadi karena pesan yang dikirimkan terdiri lebih
13 Universitas Sumatera Utara
dari satu halaman sehingga proses pengiriman pesan akan dilakukan sebanyak jumlah halaman yang ada, jumlah halaman sesuai dengan isi SMS yang diketikkan.
2.3.1
Jaringan SMS
Salah satu contoh arsitektur jaringan GSM dengan SMS center (SMSC) di dalamnya akan ditunjukkan pada Gambar 2.3. SMS dapat mentransmisikan pesan singkat dari dan ke Mobile Subscriber (MS). Pengiriman pesan singkat (SMS) ini dimungkinkan dengan adanya sebuah SMSC. Secara umum SMSC berfungsi menerima SMS yang dikirim dan menyimpannya untuk sementara lalu mem-forward (mengirimkan) SMS tersebut ke mobile subscriber (MS) ataupun ESME tujuan (Boedi, 2009).
Gambar 2.3 Jaringan GSM dengan SMSC (Boedi, 2009).
2.3.2 Modem
Modem berfungsi untuk memodulasi atau mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog dan mendemodulasi atau mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. SMS yang datang dari alat komunikasi dalam bentuk analog. Agar SMS dapat diolah, maka dilakukan konversi SMS yang dalam format analog kedalam bentuk sinyal digital,
SMS yang dikirim dari ponsel mengalami beberapa kali modulasi dan demodulasi karena harus masuk dan keluar dari base tranceivier station (BTS) hingga tiba pada modem yang dikontrol oleh sistem operasi melalui perangkat lunak, proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4.
14 Universitas Sumatera Utara
D-A
A
A-D
D-A
A
A-D
D
BTS SISTEM
2
1 Keterangan
3
A = Analog, D = Digital
Sumber: Khang, 2000 Gambar 2.4 Modulasi dan Demodulasi pada Modem 1. Pengirim mengirimkan SMS berbentuk digital dan diubah menjadi bentuk sinyal analog agar sampai pada BTS. Setelah BTS mendapatkan SMS berbentuk sinyal analog dari pengirim dan diubah kembali menjadi bentuk digital. 2. Setelah itu BTS melanjutkan pengiriman kepada nomor yang dituju, BTS mengubah kembali data berbentuk digital tersebut menjadi bentuk sinyal analog, setelah sampai pada nomor yang dituju, ponsel tersebut mengubah kembali kebentuk sinyal digital. 3. Ponsel yang digunakan sistem mempunyai data yang berbentuk digital hasil pengubahan dari penjelasan pada point 2, maka sistem hanya memberi perintah agar ponsel itu memberikan data kepada sistem agar data tersebut dapat diolah oleh sistem.
2.3.3
Perintah Attention Command (AT Command)
AT Command adalah perintah untuk modem sebagai pemberi sinyal alat penghubung (signalling interface), awalnya AT Command dibuat oleh perusahaan Hayes yang digunakan untuk modem-modem produknya, kemudian AT Command tersebut menjadi perintah (Command) modem standar internasional. Penggunaan ATCommand terdapat juga pada sistem operasi Windows maupun Linux yang diperuntukkan bagi pengguna yang akan menghubungkan sistem operasi dengan peralatan modem maupun ponsel.
15 Universitas Sumatera Utara
Pada sistem yang akan dibangun, penggunaan perintah AT-Command pada sistem operasi Windows akan menggunakan program Hyper Terminal seperti pada Gambar 2.5.
AT+ CMGL=1 07912658050000F0,04,0C91265816107398,00,00,207022512380,00,05E832 9BFD06 OK! ATE1 OK! AT+CMGS=” DSN001 B DSN002 C DSN003 S” OK!
Gambar 2.5 Penggunaan AT-Command pada Hyper Terminal Pada Tabel 2.2 Sintak AT Command. Tabel 2.2 Sintak-sintak AT Command No.
AT Command
Fungsi
1.
AT+CMGL
Membaca pesan
2.
AT+CMGS
Mengirim pesan
3.
ATD
Menelepon
4.
AT+CMGD
Menghapus pesan
5.
AT+CMGW
Menulis pesan
6.
AT+CMGF
Format pesan
7.
AT+CPMS
Memilih untuk memori yang digunakan (Handphone atau SIM-Card)
Sumber: Khang, 2000
AT Command untuk SMS, biasanya diikuti oleh data I/O yang diwakili oleh unit-unit PDU. PDU adalah singkatan dari Protocol Data Unit yang berisi bilanganbilangan heksadesimal yang mencerminkan bahasa I/O. PDU terdiri atas beberapa 16 Universitas Sumatera Utara
header. Header untuk kirim SMS ke SMS Centre berbeda dengan SMS yang diterima dari SMS centre. Bilangan heksadesimal adalah bilangan yang terdiri atas 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E dan F. Sebagai contoh, untuk angka desimal 100000, bilangan heksadesimalnya adalah 3E8. Cara mengkonversikannya adalah: 1000 : 16 = 62 sisa 8 8 62 : 16 = 3 sisa 14 E 3 : 16 = 0 sisa 3 3 PDU untuk mengirim SMS terdiri atas delapan header, sebagai berikut: 1. Nomor SMS-Centre Header pertama ini terbagi atas tiga sub header, yaitu: a. Jumlah pasangan Heksadesimal SMS-Centre dalam bilangan heksa. b. National/International Code a. Untuk National, kode sub header-nya yaitu 81 b. Untuk International, kode sub header-nya yaitu 91 c. No SMS-Centre-nya sendiri, dalam pasangan heksa dibalik-balik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F di depannya. 2. Tipe SMS Untuk SEND tipe SMS = 1. Jadi bilangan heksanya adalah 01 3. Nomor Referensial Nomor referensial ini dibiarkan dulu 0, jadi bilangan heksanya adalah 00. Nanti akan diberikan sebuah nomor referensial otomatis oleh ponsel/alat SMS gateway. 4. Nomor ponsel penerima Sama seperti cara menulis PDU Header untuk SMS-Centre, header ini juga terbagi atas tiga bagian, sebagai berikut: - Jumlah bilangan desimal nomor ponsel yang dituju dalam bilangan heksa. - National / international Code a.
Untuk national, kode subheader-nya = 81
b.
Untuk international, kode subheader-nya = 91.
- Nomor ponsel yang dituju, dalam pasangan heksa dibalik-balik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut dipasangkan dengan huruf F di depannya. 17 Universitas Sumatera Utara
Contoh: Untuk nomor ponsel yang dituju = 628129573337 dapat ditulis dengan dua cara sebagai berikut: Cara 1: 08129573337 diubah menjadi: a. 0B ada 11 angka b. 81 c. 80-21-59-37-33-F7 Digabung menjadi: 0B818021593733F7 Cara 2: 628129573337 diubah menjadi: a. 0C ada 12 angka b. 91 c. 26-18-92-75-33-73 d. Digabung menjadi: 0C91261892753373 5. Bentuk SMS, antara lain: 0 00 dikirim sebagai SMS 1 01 dikirim sebagai telex 2 02 dikirim sebagai fax Dalam hal ini, untuk mengirim dalam bentuk SMS tentu saja memakai 00. 6. Skema Encoding Data I/O Ada dua skema, yaitu: a. Skema 7 bit ditandai dengan angka 0 00 b. Skema 8 bit ditandai dengan angka lebih besar dari 0 diubah ke heksa
7. Jangka waktu sebelum SMS expired Rumus untuk menghitung jangka waktu validasi SMS adalah:
Tabel 2.3 Jangka Waktu Expired Integer (INT)
Jangka waktu validasi SMS
0 - 143
(INT + 1) x 5 menit (berarti: 5 menit s/d 12 jam)
144 - 167
12 jam + ((INT-143) x 30 menit)
168 - 196
(INT – 166) x 1 hari
197 - 255
(INT – 192) x 1 minggu
18 Universitas Sumatera Utara
8. Isi SMS Header ini terdiri atas dua subheader, yaitu: a.
Panjang isi (jumlah huruf dari isi) Misalnya untuk kata hello ada 5 huruf 05
b.
Isi berupa pasangan bilangan heksa Untuk ponsel/SMS gateway berskema encoding 7 bit, jika kita mengetikkan suatu huruf dari keypad-nya, berarti kita telah membuat 7 angka I/O berurutan.
Adapun struktur field pembacaan SMS pada SIM Card adalah: Tabel 2.4 Struktur Field Pembacaan SMS Posisi Field
Panjang Field
Nama Field
1
4
Status
6
15
Asal
22
8
Tanggal
31
8
Waktu
40
0 sampai 160
Teks pesan
Pada saat modem dihubungkan dengan komputer melalui Connectivity Adapter Cable (CAC), maka modem beroperasi sebagai Data Circuit-Terminating Equipment (DCE) dan komputer beroperasi sebagai Data Terminal Equipment (DTE) atau perangkat yang dapat mengirimkan atau menerima sinyal data digital (Khang, 2000).
2.4 Teknik Pengambilan Data SMS
PC dengan perangkat lunak akan membaca modem setiap periode waktu yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan SMS. SMS selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan perintah layanan. Semua SMS diambil disimpan pada database dan diolah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. SMS yang sudah diambil akan dihapus dari memori modem untuk menghindari kepadatan data yang dapat berakibat “hang”. Teknik pengambilan dan hubungan antara modem dengan komputer dapat dilihat seperti pada Gambar 2.6.
19 Universitas Sumatera Utara
Ponsel Pengirim
Komputer Polling
SMS SMS Data SMS
Modem GSM
BTS
Gambar 2.6 Teknik Pengambilan dan Hubungan Ponsel dengan Komputer Sumber: Khang, 2000
Keterangan: Modem yang digunakan dilengkapi dengan SIM card atau kartu perdana dengan nomor yang telah ditentukan.
2.5 Data Flow Diagram (DFD)
Untuk merancang aplikasi pengambilan SMS dari modem, maka salah satu alat bantu yang digunakan adalah DFD (Data Flow Diangram). DFD adalah gambaran sistem secara logika tergantung pada perangkat keras, perangkat lunak, struktur data atau organisasi (Jogiyanto. 2005).
DFD adalah diagram grafis yang menandai proses serta aliran data dalam suatu sistem bisnis yang menggambarkan input, proses, output. Tujuannya adalah: DFD harus bisa mengkonseptualisasikan bagaimana data berpindah dalam organisasi, proses atau transformasi yang dilalui data dan apa output-nya. Kelebihan pendekatan DFD adalah: 1. Kebebasan dari menjalankan implementasi teknis sistem. 2. Pemahaman lebih jauh mengenai keterkaitan satu sama lain dalam sistem dan subsistem. 3. Mengkomunikasikan pengetahuan sistem yang ada dengan pengguna melalui diagram aliran data. 4. Menganalisa sistem yang diajukan untuk menentukan apakah data dan proses yang diperlukan sudah ditetapkan.
20 Universitas Sumatera Utara
Simbol dasar dalam menggambar DFD ada empat simbol yaitu: 1.
Entity a). Digambarkan dengan kotak. b). External entity (bagian lain sebuah perusahaan, seseorang, atas sebuah mesin) yang dapat mengirim atau menerima data. c). Disebut juga sumber atau tujuan data, dan dianggap external terhadap sistem yang sedang digambar. d). Diberi label dengan nama yang sesuai e). Diberi nama kata benda. f). Entity yang sama bisa digunakan lebih dari sekali pada DFD untuk menghindari persilangan data flow.
2. Aliran Data (Data Flow) a). Digambarkan dengan panah. b). Menunjukkan perpindahan dari satu titik ke titik yang lain, dengan kepada panah mengarah ke tujuan data. c). Aliran data yang muncul secara simultan bisa digambarkan hanya dengan menggunakan tanda panah paralel. d). Karena sebuah tanda panah menunjukkan seseorang, tempat atau sesuatu, harus diberi nama dengan kata benda.
3. Proses a). Digambarkan dengan lingkaran. b). Menunjukkan adanya proses transformasi data. c). Aliran yang meninggalkan suatu proses selalu diberi label yang berbeda dari aliran data masuk.
Pemberian nama meninggalkan suatu proses dalam sistem sebagai berikut: 1. Menetapkan nama sistem secara keseluruhan pada level lebih tinggi. Contohnya: inventory control system. 2. Memberi nama sub sistem utama, seperti: Inventory Reporting Subsystem, atau Internet Consumer Service System.
21 Universitas Sumatera Utara
3. Menggunakan format kata kerja, kata sifat, kata benda untuk proses detail. Kata kerja menggambarkan jenis kegiatan, misalnya menghitung, menyiapkan, mencetak, atau, menambahkan. Kata benda menunjukkan hasil utama proses, seperti: Laporan atau inventory, yang dihasilkan. Contoh nama proses yang lengkap adalah: menghitung pajak penjualan, menverifikasi
status
rekening
konsumen,
menyiapkan
invoice
pengapalan, mencetak laporan backordered, dan menambah record inventory. 4. Data Store (Penyimpanan Data) a). Ditunjukkan oleh bujur sangkar dengan ujung terbuka. b). Diberi nama dengan kata benda. c). Maksud dari pemberian nama pada penyimpanan, seperti: D1, D2 ... untuk mengidentifikasi banyak storage yang dipakai.
Tabel 2.5 Data Flow Diangram SIMBOL
FUNGSI Eksternal entity ( kesatuan luar atau batas sistem) berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima output dari sistem Dataflow (arus data) Arus data ini mengalir diantara proses , simpanan data dan kesatuan luar. Process ( proses) kegiatan arus kerja yang dilakukan oleh orang,
Proses
mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan Data store merupakan simpanan data yang berupa file database atau tabel manual, agenda atau buku
Sumber: Kendall & Kendall, 2005
22 Universitas Sumatera Utara
Tahapan Data Flow Diagram terbagi atas beberapa bagian yaitu: a. Diagram Konteks Diagram ini dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang akan diproses atau dengan kata lain diagram tersebut dugunakan untuk menggambarkan sistem secara umum/global dari keseluruhan sistem yang ada. b. Diagram nol Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada didalam diagram konteks, yang penjabarannya lebih terperinci. c. Diagram Detail Diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih mendetail lagi dari tahapan proses yang didalam diagram nol.
23 Universitas Sumatera Utara