BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Sport Center Sport Center adalah bangunan yang mewadahi berbagai olahraga didalam ruangan tertutup maupun terbuka. Pada negara-negara maju sarana dan prasarana yang dimiliki oleh mereka juga memasukkan unsur-unsur pendukung seperti sarana rekreasi, sarana perdagangan (retail), dan restoran. Pengertian objek menurut penjabaran kata yaitu: a)
Sport : Olahraga. Suatu aktivitas yang mengasah kemampuan fisik maupun otak. Olahraga : Gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (seperti senam, sepak bola, basket, berenang, dll).
b)
Center : Pusat atau berada di tengah-tengah atau bagian yang berada ditengah suatu tempat, menunjukkan satu titik benda atau tempat tertentu. Jadi secara umun Sport Center adalah suatu tempat yang menjadi pusat
kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang.
2.1.2 Macam-Macam Olahraga a)
Futsal Ukuran lapangan futsal : -
Panjang Lapangan futsal : 25-43 m.
-
Lebar Lapangan futsal : 15-25 m.
Garis batas lapangan futsal: -
Garis selebar 80 cm, yaitu garis sentuh di sisi, garis gawang di ujungujung, dan garis melintang tengah lapangan. Garis 3 m lingkaran tengah.
Ukuran daerah penalti: -
Busur berukuran 6 m dari masing-masing tiang gawang.
Titik penalti 6 m dari titik tengah garis gawang -
Titik penalti kedua 10 m dari titik tengah garis gawang. 7
8 Zona pergantian pada permainan futsal : -
Daerah 5 m (5 m dari garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan.
Ukuran gawang Futsal: -
Tinggi gawang Futsal 2 m dan lebar gawang futsal 3 m.
Gambar 3. Lapangan Futsal Sumber : Google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
Gambar 4. Futsal Sumber : Google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
9 b)
Bola Basket Ukuran lapangan basket standar nasional : -
Panjang 28,5 m.
-
Lebar 15 m.
Ukuran lapangan basket standar internasional : -
Panjang 26 m.
-
Lebar 14 m.
Terdapat 1 buah lingkaran di tengah lapangan dan 2 setengah lingkaran di tiap zona free throw yang memiliki jari-jari 1,80 meter. Papan pantul : -
Papan pantul bagian luar : Panjang 1,80 m. Lebar 1,20 m.
-
Papan pantul bagian dalam : Panjang 0,59 m. Lebar 0,45 m.
-
Jarak lantai sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 2,75 m. Sementara jarak papan pantul bagian bawah sampai ke ring basket adalah 0,30 m. Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 m, sedangkan jarak tiang penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 m.
-
Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah 1,80 m dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 m. Panjang garis akhir lingkaran daerah serang yaitu 6 m, sedangkan panjang garis tembakan hukuman yaitu 3,60 m.
Gambar 5. Lapangan Basket Sumber : Google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
10
Gambar 6. Basketball Sumber : Google.com/images Akses Tanggal 23 Maret
c)
Bulutangkis Ukuran lapangan partai tunggal (1 peman) : -
Panjang 11,88 m.
-
Lebar 5,18 m.
-
Luas 61,6 m².
-
Tinggi tiang net 1,55 m.
-
Tinggi atas net 1,52 m.
-
Jarak net ke garis servis 1,98 m.
-
Jarak garis servis ke sisi lapangan luar 3,96 m.
Ukuran lapangan partai ganda (2 pemain) : -
Panjang 13,40 m.
-
Lebar 6,10 m.
-
Luas 81,4 m².
-
Tinggi tiang net 1,55 m.
-
Tinggi atas net 1,52 m.
-
Jarak net ke garis servis 1,98 m.
-
Jarak garis servis ke sisi lapangan luar 4,72 m.
11
Gambar 7. Lapangan Bulutangkis Sumber : Google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
Gambar 8. Bulutangkis Sumber : Google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
d)
Voli Ukuran lapangan voli : -
Lapangan voli pada umumnya berbentuk persegi panjang dimana memiliki : Panjang 18 m. Lebar 9 m.
Ukuran garis batas lapangan voli :
12 -
Untuk semua garis batas lapangan garis tengah serta garis daerah serang adalah 3 m.
-
Garis batas sendiri memberikan tanda batas menggunakan tali kayu cat atau kapur dan kertas yang mana lebarnya tidak lebih dari 5 cm.
Ukuran lapangan voli masing-masing tim : -
Lapangan permainan voli tersebut dibagi menjadi 2 bagian yang mana luasnya adalah 9m x 9 m.
Ukuran daerah servis voli : -
Daerah servis merupakan sebuah area seluas 9 m di belakang setiap garis akhir dimana garis tersebut dibatasi oleh dua buah garis pendek dengan panjang 15 cm yang dibuat 20 cm di belakang garis akhir sebagai kepanjangan dari garis samping.
Ukuran net Dalam Permainan Bola Voli : -
Untuk jaringan atau net dalam permainan bola voli ukurannya tidak boleh lebih dari 9,50 m dengan lebar 1 m dimana mata jaring atau petak petak berukuran 10 x 10 cm.
-
Untuk tinggi net putra setinggi 2,43 meter sedangkan untuk putri setinggi 2,24 meter pada tepian atas jaring atau net terdapat sebuah pita putih selebar 5 cm.
Gambar 9. Lapangan Bola Voli Sumber : Google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
13
Gambar 10. Voli Sumber : google.com/images. Akses Tanggal 23 Maret
2.1.3 Tugas dan Fungsi Tugas dan fungsi dari Sport Center ini adalah sebagai pelengkap fasilitas untuk masyarakat terutama di Jakarta Barat untuk berolahraga dengan menerapkan Adaptive Building terhadap permainan olahraga itu sendiri, diharapkan dapat meningkatkan kualitas berolahraga masyarakat. Sport Center menjadi wadah bagi masyarakat untuk menempatkan hobinya ataupun menjadi sarana peningkatan prestasi maupun bakat dari masyarakat yang ingin berolahraga.
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Penghawaan Alami Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka. Sirkulasi udara yang efektif di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan. Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat memberikan kesejukan bagi pengguna bangunan. Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur yang timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia.
14 Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding / lubang angin juga harus diperhatikan fungsinya. Jika fungsinya untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar, maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi. Misalnya lubang berkipas angin di plafon kamar mandi (exhaust fan). Lubang angin demikian, efektif untuk mengalirkan udara panas akibat penggunaan air panas untuk mandi. Selain bukaan pada dinding, perlu diperhatikan adanya angin yang mengalir di bawah atap. Dengan demikian suhu udara di dalam ruangan menjadi lebih rendah. -
Jendela nako dapat menghasilkan sirkulasi udara yang optimal. Bilah-bilah pada jendela dapat diubah posisinya sehingga aliran udara dapat diarahkan sesuai keinginan. Pada saat kecepatan angin tinggi jendela nako dapat menjadi penahan angin sehingga kecepatan angin yang masuk dapat berkurang.
-
Selain bukaan pada dinding, penghawaan alami dapat ditambah dengan cara membuat daun pintu yang tidak masif. Daun pintu dibuat dengan desain semi terbuka, bagian atasnya berbentuk jeruji yang ditutup dengan kawat nyamuk. Dengan demikian, dalam keadaan pintu tertutup dan terkunci pun aliran angin tetap masuk ke dalam ruangan. Apabila diperlukan lebih banyak privasi, cukup ditambahkan gorden, dan aliran udara tetap masuk.
-
Bukaan pada sofi-sofi mengalirkan udara dari ruang atap keluar.
-
Ventilasi pada plafon di dapur mengalirkan udara panas ruangan ke ruang di bawah atap.
-
Lubang angin untuk mengalirkan udara panas dari ruangan keluar. Untuk memaksimalkan potensi angin untuk penghawaan, perlu adanya aliran
udara di dalam bangunan. Untuk itu diperlukan bukaan yang lebih dari satu buah dalam satu ruangan dengan posisi yang berhadapan agar tercipta ventilasi silang (cross ventilation). Penghawaan Alami untuk Daerak Tropis Iklim Tropis Indonesia : -
Suhu antara 28º-38º C musim kemarau, 25º-29º C musim hujan. Bukaan lebar diperlukan untuk sirkulasi udara (panas, kotor, lembab ke luar) dalam ruang. Jika kanan kiri belakang bangunan terhalang bangunan tetangga, bisa digunakan menara angin, tekanan udara panas akan tertarik keluar dari menara ini digantikan udara segar. Sebaiknya bhangunan memiliki beranda beratap
15 yang cukup lebar sebagai penahan, penyaring udara panas antara ruang luar dan ruang dalam, selain sebagai penegas pintu masuk dan tempat penerima tamu. Sebaiknya di sekeliling bangunan ditanami pepohonan, perdu dan semak untuk menyaring udara, debu, dan polusi. -
Kelembaban udara 40-70 % di musim panas, 80-100 % di musim hujan.
-
Curah hujan mencapai 3000 mm/tahun (tinggi). Atap bersudut besar 35º atau lebih / kemiringan curam adalah solusinya, agar air hujan cepat mengalir ke bawah.
-
Kecepatan angin 5 m/detik (lemah). Makin lembab makin lemah anginnya.
-
Di iklim tropis lembab mampu beradaptasi pada suhu antara 24º-30º C, merasa kurang nyaman di ruangan bersuhu di atas 28º C.
-
Sinar matahari menyinari alam tropis / khatulistiwa sekitar 12 jam perharinya.
Pergerakan Angin Dalam Bangunan: Sistem cross ventilation atau ventilasi silang adalah sistem penghawaan ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke dalam ruangan melalui bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar ruangan melalui bukaan yang lain. Sistem ini bertujuan agar selalu terjadi pertukaran udara di dalam ruangan sehingga tetap nyaman bagi penghuninya. Udara di dalam ruangan harus selalu diganti oleh udara segar karena udara di dalam ruangan ini banyak mengandung CO2 (karbondioksida) hasil aktivitas penghuni ruangan seperti bernapas, merokok, menyalakan lilin, memasak dan sebagainya. Sementara itu udara bersih yang dimasukkan ke dalam ruangan adalah udara yang banyak mengandung O2 (oksigen). Dalam sistem cross ventilation ini dikenal dua macam bukaan, sebagai berikut: •
Inlet, merupakan bukaan yang menghadap ke arah datangnya angin sehingga berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.
•
Outlet, merupakan bukaan lain di dalam ruangan yang berfungsi untuk mengeluarkan udara.
16
Gambar 11. Cross Ventilation Sumber : Http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Bukaan yang dimaksud di atas dapat berupa lubang angin, kisi-kisi, jendela yang bias dibuka, pintu yang senantiasa terbuka, atau pintu tertutup yang bisa mengalirkan udara (misalnya pintu kasa atau pintu berjalusi). Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan bukaan harus disesuaikan dengan arah datangnya angin. Perletakan / posisi bukaan inlet dan outlet dalam sistem cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua jenis, sebagai berikut : •
Posisi diagonal (cross). Bukaan inlet dan outlet diletakkan dengan posisi ini apabila angin datang secara tegak lurus (perpendicular) ke arah bukan inlet.
Gambar 12. Diagonal Cross Sumber : Http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html. Akses Pada Tanggal 25 Maret
17 •
Posisi berhadapan langsung. Bukaan inlet dan outlet diletakkan pada posisi ini mana kala angin datang bersudut / tidak tegak lurus (obligue) ke arah bukaan inlet.
Gambar 13. Face Cross Sumber : Http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Namun ada kalanya perletakan bukaan ini tidak dapat disusun seperti teknik di atas. Hal ini mungkin terjadi karena bidang yang mengarah ke luar tidak saling berhadapan. Disamping itu, sebab lain yang mungkin timbul adalah faktor keterbatasan lahan sehingga ruang tersebut hanya memiliki satu bidang saja yang menghadap ke arah luar bangunan. Pada kondisi-kondisi semacam ini, cross ventilation tetap dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan sirip-sirip vertikal di tepi bukaan sebagai pengarah udara untuk masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip vertikal ini bisa terbuat dari batu bata, kayu, maupun beton.
Gambar 14. Variety Cross
18 Sumber : Http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Pada inlet dan outlet secara vertikal juga harus diperhatikan. Posisi inlet yang daripada outlet akan mengalirkan udara pada ketinggian tubuh manusia sehingga tubuh manusia bisa merasakan kesejukan dari udara tersebut. Sebaliknya, posisi inlet yang lebih tinggi daripada outlet justru akan membuat aliran udara hanya menjangkau sebagian kecil tubuh manusia bagian atas sehingga kesegaran tidak dapat dirasakan penghuni rumah tersebut. Detail pemasangan bukaan juga harus diperhatikan agar diperoleh cross ventilation yang sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet) sebaiknya berada pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8 m, sementara bukaan outlet sebaiknya dibuat lebih tinggi karena udara yang akan dikeluarkan dari ruangan itu adalah udara yang panas dan udara yang panas selalu berada di bagian atas ruangan. Alternatif lain perletakan outlet adalah pada atap apabila menggunakan atap bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan atap ‘topi’ pada jack Roof dapat diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya udara (outlet). Posisi outlet pada atap ini lebih efektif untuk mengeluarkan udara panas yang banyak berkumpul di bagian atas ruangan tersebut.
Gambar 15. Jack Roof Ventilation Sumber : Http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Dimensi atau kecepatan aliran udara dari bukaan inlet dan outlet juga harus diperhatikan. Jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih kecil daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran udara di dalam ruangan akan meningkat 30% dari kecepatan udara di luar ruang. Namun, jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih besar daripada bukaan outlet
19 maka kecepatan aliran udara di dalam ruang akan turun 30% dari kecepatan di luar ruangan.
Gambar 16. Inlet Kecil dan Inlet Besar Sumber : Http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Dari kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih kecil dari bukaan outlet atau memakai dimensi yang sama besar namun dengan model yang berbeda (kemampuan alir udara berbeda) lebih direkomendasikan.
2.2.2 Pencahayaan Alami
Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : a) pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. b) distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang. Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama. a) Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh : hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya. b) ukuran dan posisi lubang cahaya. c) distribusi terang langit. d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
20 Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut : Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi : 1)
Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.
Gambar 17. Tiga Komponen Cahaya Langit Yang Sampai Pada Suatu Titik Di Bidang Kerja Sumber : SNI Pencahayaan. Akses Pada Tanggal 25 Maret
2)
Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3)
Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan,
21 dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit (lihat gambar 17). Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut ini :
Keterangan : L = lebar lubang cahaya efektif. H = tinggi lubang cahaya efektif. D = jarak titik ukur ke lubang cahaya.
Keterangan : (fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang. Lrata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata langit. Tkaca = faktor transmisi cahaya dan kaca penutup lubang cahaya, besarnya tergantung pada jenis kaca yang nilainya dapat diperoleh dari katalog yang dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut. A = luas seluruh permukaan dalam ruangan. R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan. W = luas lubang cahaya. Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak. C = konstanta yang besarnya tergantung dari sudut penghalang. Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak.
22
Langit Perancangan a) Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang dinyatakan dalam lux. b) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah : 1) bahwa langit yang demikian sering dijumpai. 2) memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah. 3) nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir (2) pasal ini tidak boleh terlampau rendah sehingga persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi. c) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan: 1) langit biru tanpa awan atau 2) langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih. d) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya
dimana-mana
merata
terangnya
(uniform
luminance
distribution).
Faktor Langit Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah
angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari langit di titik tersebut dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka. Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai-berikut: a) Dilakukan pada saat yang sama. b) Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang merata di mana-mana. 4)
Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup dengan kaca.
23 Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya langsung dari langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan oleh permukaan di luar dan di dalam ruangan. Perbandingan antara tingkat pencahayaan yang berasal dari cahaya langit baik yang langsung maupun karena refleksi, terhadap tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka disebut faktor pencahayaan alami siang hari. Dengan demikian faktor langit adalah selalu lebih kecil dari faktor pencahayaan alami siang hari. Pemilihan faktor langit sebagai angka karakteristik untuk digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan alami siang hari adalah untuk memudahkan perhitungan oleh karena fl merupakan komponen yang terbesar pada titik ukur, sehingga dapat menjadi acuan.
Indeks Kesilauan Silau terjadi diakibatkan oleh masuknya cahaya matahari langsung atau adanya
pantulan dari benda-benda reflektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi silau adalah luminansi sumber cahaya, posisi sumber cahaya terhadap penglihatan pengamat dan adanya kontras pada permukaan bidang kerja. Nilai Indeks Kesilauan maksimum yang direkomendasikan untuk berbagai tugas visual diberikan pada Tabel 1. Nilai Indeks Kesilauan dapat dihitung dengan rumus-rumus yang ada pada CIBSE Publication TM 10.
(CIBSE = Chartered Institution of Building Services
Engineering) Tabel 1. Standar Pencahayaan Olahraga
Jenis Olahraga Sepak Bola / Futsal Bola Tangan Bola Voli Badminton Hoky Renang Polo Air Tenis Pacu Kuda Loncat Indah Bowling
Latihan 75 75 200 200 200 200 200 200 100 150 200
Iluminasi (lux) Pertandingan 200-600 400 400 400 400 400 400 400-600 150 400 200
Sumber : SNI Pencahayaan. Akses Pada Tanggal 25 Maret
24
2.2.3 Adaptive Building Arsitektur merupakan objek yang bersifat fleksibel, Arsitektur dapat beradaptasi dengan alam sekitar. Bangunan selalu dapat disesuaikan 'secara manual' dalam beberapa cara. Penggunaan istilah 'Arsitektur Adaptif' harus dilihat dalam konteks keseluruhan antara beradaptasi dan adaptif : Arsitektur Adaptif berkaitan dengan bangunan yang secara khusus dirancang untuk beradaptasi (dengan lingkungan mereka, untuk para penghuninya, dan objek di dalamnya) baik secara otomatis maupun melalui campur tangan manusia. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dan seringkali melibatkan teknologi digital (sensor, actuator, pengendali, teknologi komunikasi).
Gambar 18. Contoh Panel Kinetik
25 Sumber : Google.com/images. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Gambar 19. Kiefer Technic (Adaptive Façade) 2 Sumber : Google.com/image. Akses Pada Tanggal 25 Maret
Gambar 20. Kiefer Technic (Adaptive Façade) 3 Sumber : Google.com/images. Akses Pada Tanggal 25 Maret
26
2.2.4 Studi Kasus Sebagian dari Gedung Olahraga yang ada di Jakarta adalah rencana pembangunan dari Pemerintah DKI Jakarta, sehingga dari beberapa Gedung Olahraga tersebut memiliki desain yang hampir serupa dan juga memiliki masalah yang sama untuk pencahayaan alami dan sirkulasi udara alami yang tidak optimal dan mengganggu kondisi ruang dalam GOR baik bagi pemain maupun penonton. Contohnya sebagai berikut:
GOR GROGOL
GOR OTISTA
GOR BULUNGAN
GOR RAWAMANGUN
GOR TELKOM
GOR SOEMANTRI Gambar 21. GOR
Sumber : Google.com/images. Akses Pada Tanggal 28 Maret
Dari survey beberapa GOR yang memiliki desain yang hampir serupa, memiliki ukuran ruang dalam yang hampir serupa pula. Didalamnya terdapat lapangan multifungsi untuk 4 jenis cabang olahraga yaitu Basket, Futsal, Voli dan Bulutangkis serta ada ruangan lain untuk cabang olahraga lainnya seperti beladiri,
27 atletik dan sebagainya. Bangku penontonpun di sediakan dengan kapasitas lebih dari 200 penonton dan dimensi bangunan berkisar 50 x 55 m².
Gambar 22. Denah GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
Akses masuk ke dalam lapangan juga harus melalui ruang yang biasanya digunakan untuk briefing, penjualan tiket, ataupun hal lainnya dan ruang tersebut juga berhubungan langsung dengan akses masuk utama pada bangunan. Sirkulasi akses keluar masuk (pintu) pada gambar ditunjukkan oleh tanda panah.
28
Akses Pintu Masuk Gambar 23. Akses Pintu GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
Dari hasil analisa masuknya sinar matahari langsung ke dalam ruangan (lapangan) didapat bahwa sinar matahari itu membuat kondisi didalam ruangan jadi tidak optimal bagi para olahragawan dan penonton dikarenakan cahaya tersebut mengganggu olahraga yang berlangsung pada siang hari sepanjang matahari menyinari bangunan tersebut, pandangan menjadi silau pada titik datangnya sinar matahari langsung ke dalam ruangan terutama bagi para olahragawan yang sedang bermain, sehingga jendelapun di halangi sesuatu seperti seng ataupun di cat warna gelap yang membuat sinar matahari tidak terlalu menyilaukan. Hal ini berdampak juga pada kondisi cahaya ruang dalam menjadi gelap sehingga pada siang haripun ruangan menggunakan lampu (cahaya buatan) untuk penerangan.
29
Sumber Cahaya Matahari Gambar 24. Sumber Sinar Matahari GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
Pada titik A, B, D, G cahaya silau dari arah barat pada kisaran jam 15.00 – 17.00 dan juga membuat titik tersebut lebih panas. Titik C, F, H, I cahaya silau dari arah timur dari jam 10.00 – 14.00. Sedangkan titik E yang berada di tengah lapangan mendapat cahaya matahari langsung dari jam 07.00 – 17.00. Hal ini seharusnya bisa menjadi sumber penerangan alami ke dalam ruang GOR dari pagi hingga sore hari agar tidak mengganggu visual manusia yang berada didalam nya sehingga tidak perlu lampu sebagai gantinya. Analisa indeks besaran cahaya juga dilakukan pada titik-titik tertentu didalam ruang, menganalisa berapa besaran cahaya jika tidak menggunakan lampu dan menggunakan lampu pada siang hari dan sore hari jam 12.00 dan 16.00 waktu setempat.
30
Gambar 25. Titik Besaran Cahaya (Lux) GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
Tabel 2. Titik Besaran Cahaya (Lux)
JAM 12.00
JAM 16.00
Titik Pencahayaan Tanpa Lampu Dengan Lampu Tanpa Lampu Dengan Lampu A
58
86
65
93
B
30
72
41
83
C
33
74
43
84
D
41
115
50
124
E
16
192
24
200
F
21
160
27
166
G
35
290
46
321
H
15
265
24
274
I
20
210
28
218
J
45
140
53
148
K
15
230
22
237
31
Titik Pencahayaan
JAM 12.00
JAM 16.00
Tanpa Lampu Dengan Lampu Tanpa Lampu Dengan Lampu
L
31
132
36
137
M
44
75
52
83
N
30
156
38
164
O
54
85
61
92
Sumber : Data Olahan Pribadi
Dari hasil yang didapatkan terlihat perbedaan besaran cahaya alami yang masuk pada siang hari dari jam 12.00 – 16.00 sangat minim, jika ruangan tidak menggunakan lampu dan digunakan untuk memulai aktivitas kondisi akan tidak memungkinkan untuk penglihatan visual yang baik pada akhirnya digunakan cahaya buatan (lampu) yang menggunakan energi berlebih. Bukaan jendela seharusnya menjadi jalur utama sirkulasi udara alami terhadap ruang dalam GOR, sebagian menggunakan jendela hidup dan sebagian lagi menggunakan jendela mati, hal ini juga dibutuhkan oleh olahragawan karena penting bagi mereka untuk medapatkan oksigen yang cukup ketika olahraga tetapi dikarenakan bukaan jendela tersebut menjadi sumber silau dari sinar matahari terhadap ruang dalam maka jendela tersebut ditutup dan tidak berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara alami sehingga sirkulasi udara menjadi tidak optimal dan masuknya melewati pintu yang dibuka.
Gambar 26. Sumber Sirkulasi Udara GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
32 Titik A, B, C, D, E, F adalah pintu sebagai jalur sirkulasi dimana titik tersebut juga menjadi jalur sirkulasi udara alami sebagai pengganti jendela. Data eksisting : •
Kelembaban didalam GOR pada jam 12.00-16.00 berkisar antara 56,5 %RH – 57,4 %RH
•
Suhu pada jam 12.00-16.00 berkisar antara 31°C (88°F) – 32°C (89°F)
•
Kecepatan angin pada jam 12.00-16.00 hanya 1 m/s -2 m/s
Kesimpulan yang didapat dari hasil survey GOR adalah kondisi ruang dalam GOR terbilang tidak cukup baik bagi para olahragawan dan orang-orang yang berada didalamnya. Ketika bermain pada siang hari sinar matahari langsung masuk ke dalam GOR membuat silau yang mengganggu aktivitas yang sedang terjadi didalamnya (mengganggu kondisi visual) sehingga bukaan jendela yang ada harus di tutup dan akhirnya menggunakan lampu (cahaya buatan) pada siang hari hal ini berakibat juga pada sirkulasi udara yang masuk ke dalam GOR, kecepatan angin sangat rendah sehingga GOR menjadi panas dan pengap dan beberapa GOR mengatasinya dengan menggunakan AC (penghawaan buatan).
Gambar 27. Kondisi GOR Grogol Pada Siang Hari Sumber : Data Olahan Pribadi
33
Gambar 28. Bukaan Jendela Ditutup Seng Pada GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
Gambar 29. Jendela Di Cat Gelap Pada GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
34
Gambar 30. Sumber Silau Pada GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
Gambar 31. Sumber Silau 2 Pada GOR Grogol Sumber : Data Olahan Pribadi
35 Tabel 3. Kesimpulan Kondisi Ruang Didalam GOR Grogol
Termal
Visual (Siang Hari)
GOR Nyaman
Kurang
Tidak
Nyaman
Kurang
Tidak
GROGOL OTISTA BULUNGAN RAWAMANGUN TELKOM SOEMANTRI Sumber : Data Olahan Pribadi
NB : •
Kondisi Termal yang disebutkan adalah jika tidak menggunakan penghawaan buatan, maksud dari nyaman atau tidaknya tersebut adalah bagaimana kondisi didalam masing-masing bangunan, pengap dan kurangnya sirkulasi udara ke dalam bangunan.
•
Konidisi Visual yang disebutkan adalah jika tidak menggunakan pencahayaan buatan pada siang hari, maksud dari nyaman attau tidaknya tersebut adalah bagaimana kondisi didalam masing-masing bangunan, bagaimana tingkat silau dan cahaya tersebut mengganggu aktivitas didalam bangunan.
•
Jika masing-masing GOR menggunakan cahaya buatan (lampu) itu sudah sangat cukup untuk membuat kenyamanan visual bagi pemain maupun penonton. Kesimpulan yang didapat, jika bangunan olahraga tidak di desain dengan
memperhatikan variabel terkait seperti besaran cahaya matahari dan kecepatan udara alami yang masuk ke dalam bangunan, maka kondisi didalam bangunan akan mengganggu kegiatan didalamnya, terutama visual.
36
2.3
State Of The Art Tabel 4. State of The Art
No.
Judul
Penulis
Tahun
Kesimpulan "Rumah
Sehari"
adalah
langkah
pertama
dalam
proses
berpikir
cepat
perumahan darurat melalui integrasi-bahan cerdas dan sistem beradaptasi cerdas. Melalui penyederhanaan dari bahan baru dan penciptaan fabrikasi cerdas metodologi, penulis
bertujuan
untuk
Towards an
mengimbangi biaya
yang
Intelligent
lebih tinggi dari bahan dan
Architecture
Andrew John
Creating Adaptive
Wit
1. Building Systems for Inhabitation
teknologi
canggih
melalui
2014 minimalisasi bahan, tenaga kerja, infrastruktur dan jangka panjang keseluruhan lingkungan dan biaya energi. Fokus bukan pada gerakan arsitektur formal tetapi lebih pada
bagaimana
dapat
"bentuk"
dihasilkan
melalui
lingkungan, proyek akan terus mempertanyakan
gagasan
saat ini benar "bentuk" dari bangunan melalui pengujian bahan "bentuk"
dan
sistem
siapa
memiliki
37 kemampuan untuk
No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan
beradaptasi
dengan
lingkungan
internal
eksternal.Dengan awal
dan
penelitian
difokuskan
pada
pengembangan desain, bahan, sistem serta bahasa desain parametrik untuk prototipe Perkembangan baru dalam alat komputasi canggih dan metode
menawarkan
cara
yang belum pernah terjadi
RE-SKINNING: PERFORMANCEBASED DESIGN
Ajla Aksamija,
sebelumnya untuk eksplorasi
PhD, LEED AP
dan evaluasi desain. Desain
BD+C, CDT Todd Snapp,
AND FABRICATION AIA, LEED AP OF BUILDING 2.
FACADE COMPONENTS: Design Computing, Analytics and Prototyping
Michael Hodge, MARCH, AAIA, ACADIA Ming Tang, LEED AP BD+C
berbasis
kinerja
mengintegrasikan dan
analisis
yang simulasi
lingkungan
dalam proses desain memiliki 2012 keuntungan lebih dari metode desain tradisional, karena memungkinkan desain yang berulang
tertentu
untuk
dievaluasi
terhadap
solusi
yang berbeda. Juga, teknik fabrikasi memungkinkan
digital penciptaan
prototipe fisik, yang dapat digunakan mengevaluasi
untuk Konstruksi
gedung, perilaku material dan
38 seleksi serta kualitas estetika. Upaya bersama ini antara No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan praktek desain dan lembaga akademis
dapat
model
menjadi
untuk
kegiatan
penelitian kolaboratif, karena secara khusus ditujukan ideide baru dan metode untuk mengintegrasikan penelitian
praktek,
dan
pendidikan
teknologi. Rekomendasi dari kerjasama ini adalah: • Kedua praktek desain dan institusi akademik manfaat dari terlibat dalam penelitian kolaborasi •
Manfaat
adalah
untuk
bahwa
latihan
pendekatan
desain, teknologi dan metode desain
komputasi
muncul
dapat
dieksplorasi
dalam
kaitannya
dengan
proyek
yang nyata •
Manfaat
bagi
lembaga
akademik adalah bahwa jenis kolaborasi
menjembatani
kesenjangan antara profesi dan
penelitian
/
lembaga
pendidikan dan menyediakan platform yang sangat baik
39 untuk belajar dan koneksi ke praktek efektif. No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan energi pada bangunan banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, kualitas lingkungan di sekitar bangunan, arah hadap bangunan, denah bangunan, dan bahan bangunan. rancangan
Dengan yang
konsep
tepat
maka
bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi
iklim
nyaman EFISIENSI ENERGI DALAM RANCANGAN
3.
BANGUNAN
Teti Handayani
2010
Building Design
tanpa
yang banyak
mengkonsumsi
energi
yaitu
menghadapkan
dengan
listrik,
bangunan ke arah utara atau selatan
Energy Efficiency in
ruang
yang
mendapat
lebih
sedikit
paparan
sinar
matahari, meminimalkan sekat dalam ruangan, memperbesar volume ventilasi
ruangan,
membuat
silang,
skylight,
menggunakan bahan batu bata sebagai
dinding,
memperhatikan
serta
perbandingan
ruang terbangun dengan ruang terbuka hijau.
40
No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan Terdapat 2 metode yang biasa digunakan
ketika
dalam
menganalisa suatu bangunan : •Metode Tradisional, memiliki kekurangan karena (1) biasanya analisa didasarkan oleh asumsi dimana
dapat
menghasilkan
analisa yang tidak akurat; (2) memaksakan
BUILDING
estetika
tanpa
mempertimbangkan
dampak
performa
yang
SIMULATIONS AND
dihasilkan; dan (3) tidak adanya
HIGH-
pengukuran atau perbandingan
PERFORMANCE
performa untuk solusi desain
BUILDINGS
4.
sebuah
RESEARCH: Use of Building Information Modeling
tertentu. Ajla Aksamija, PhD, LEED AP BD+C, CDT
2013
•Building Design
Perfomance-Based Method,
memiliki
kemampuan
untuk
(BIM) for Integrated
memperkirakan dampak pada
Design and
solusi desain dikarenakan, (1) pengukuran
Analysis
performa
diteliti
dengan data yang aktual; (2) menggunakan model bangunan yang detail untuk disimulasikan, analisa
dan
memprediksi
perilaku dari sistem tersebut; dan (3) dapat menghasilkan evaluasi dari beberapa alternatif desain.
41
No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan Kinerja Jendela Adaptif dapat mendekati kenyamanan termal dalam
memaksimalakan
tanggapan terhadap kelembaban. Kinerja Jendela Adaptif dapat menurunkan
kelembaban
sebesar 1,92% pada Musim Kemarau
2013.
Hal
ini
merupakan bukti dari kinerja Jendela
Adaptif.
Namun
terdapat kekurangan dari Jendela Adaptif ini. Dimana kelembaban pada pukul 12 siang kinerja KINERJA
dalam menurunkan kelembaban
PENERAPAN MODEL JENDELA ADAPTIF
5.
PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DI MALANG
menurun. Erdwiansa Rachmad
Bila
dibandingkan
dengan Jendela Non-Adaptif, 2013
pada pukul 12 siang dapat menurunkan
kelembaban.
Sedangkan pada Jendela Adaptif menghasilkan
kinerja
yang
berlawan, dimana kelembaban menjadi naik. Dalam hal termal suhu, kinerja Jendela Adaptif kurang
dapat
kenyamanan
dalam
memaksimalakan terhadap
mendekati
suhu.
tanggapan Kinerja
menurunkan suhu dibandingkan dengan
Jendela
Non-Adaptif
hanya sebesar 0,300 C. Tetapi, dengan jangkauan zona nyaman sebesar 50 C, dapat meluas 2,50 C
keatas
dan
kebawah
42 (Szokolay, 1997), maka jendela
No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan ini masih dalam kinerja yang tapat
mendekati
termal.
kenyamanan
Namun
terdapat
kekurangan dari Jendela Adaptif ini. Dimana suhu pada pukul 8 pagi hingga pukul 1 siang kinerja dari Jendela Adaptif ini menurun.
Bila
dibandingkan
dengan Jendela Non-Adaptif, Jendela Adaptif menghasilkan kinerja yang berlawan. Dimana suhu menjadi naik. Dari hasil yang
ditunjukan
keseluruhan,
secara
kinerja
Jendela
Adaptif bisa dikatakan dapat mendekati kenyamanan termal, khususnya kemarau.
pada Secara
musim keseluruhan
dapat menurunkan kelembaban dan suhu. Selain itu, kinerja Jendela
Adaptif
mempertahankan dan
suhu
dari
juga
dapat
kelembaban pergerakan
perubahan kelembaban dan suhu yang ekstrim. Perubahan rasio Jendela Adaptif dapat dilakukan dengan menambah hingga 20% dari rasio Jendela Adaptif. Hal ini akan menurunkan suhu 0,100 C
pada
rasio
60%
dan
menurunkan suhu 0,200 C pada rasio 70% dibandingkan dengan
43 rasio 50%. Terdapat catatan pada perubahan rasio Jendela
No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan Adaptif.
Yaitu
dimana
saat
terdapat matahari suhu yang yang
dihasilkan
berbanding
terbalik dibandingkan dengan pada
saat
matahari.
tidak
terdapat
Bisa
dikatakan,
apabila rasio semakin besar, maka kenaikan suhu pada saat terdapat
matahari
semakin
tinggi, dan pada saat tidak terdapat
matahari
mengalami
penurunan suhu. Jendela Adaptif sangat
tanggap
pergerakan
terhadap
matahari.
Dapat
menurunkan suhu pada siang hari pada pukul 7 sampai 5 sore. Penurunan dengan
ini
arah
Adaptif,
disesuaikan
hadap
dimana
Jendela pengaruh
matahari sangat kuat. Hal ini bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan penghuni rumah yang menerpakan
Jendela
Adaptif.
Hal ini merupakan bukti dari kinerja Jendela Adaptif. Namun terdapat kekurangan dari Jendela Adaptif ini. Dimana kelembaban pada pukul 12 siang kinerja dalam menurunkan kelembaban menurun.
Bila
dibandingkan
dengan Jendela Non-Adaptif, pada pukul 12 siang dapat
44 menurunkan kelembaban.
No.
Judul
Penulis
Tahun Kesimpulan Sedangkan pada Jendela Adaptif menghasilkan
kinerja
yang
berlawan, dimana kelembaban menjadi naik. Dalam hal termal suhu, kinerja Jendela Adaptif kurang
dapat
kenyamanan memaksimalakan terhadap suhu. Sumber : E-journal
mendekati dalam tanggapan
45
46