BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Sekolah 2.1.1.1 Definisi Sekolah Kata sekolah berasal dari bahasa Latin: skhole, scola, scolae, atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Salah satu instansi manusia terpenting, tempat proses belajarmengajar berlangsung. Sekolah menambah pengetahuan anak didik tentang dunia, serta membantu anak didik menyesuaikan diri dengan derap kemajuan dan perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan modern. Sekolah
juga
membantu
manusia
dalam
menikmati
seni
dan
mengembangkan minat serta bakat lain yang membuat waktu senggang lebih berharga. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14, 1990:471) Pengertian sekolah sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran; waktu atau perte-muan ketika muridmurid di beri pelajaran; usaha menuntut kepandaian; belajar di sekolah. Adapun jenis-jenis pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
9
10
a. Menurut DR. Philip H. Coombs: • Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati. • Pendidikan formal yang dikenal dengan pendidikan sekolah yang teratur, bertindak dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. • Pendidikan non-formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. b. Menurut Prof. R. Wroczynsky: • Pendidikan formal yang meliputi berbagai jenis sekolah dari tingkat rendah, menengah, dan tinggi. • Pendidikan ekstra kurikuler, yang berjalan sejajar dengan pendidikan formal. • Pendidikan seumur hidup, yang merupakan lanjutan dari pendidikan formal dan ditujukan bagi orang dewasa. c. Prof. M. Faloky menambahkan jalur pendidikan yang keempat dengan: “The Real Realty” yakni suasana baik dan ketertiban yang selaras dalam kehidupan keluarga, pergaulan antara teman dan di masyarakat luas. Dengan tiga macam pendidikan tersebut sudah jelas bahwa yang disebut pendidikan dengan sistem sekolah adalah pendidikan formal, sedangkan yang menggunakan sistem di luar sekolah adalah pendidikan in formal dan pendidikan non-formal. 2.1.1.2 Sejarah Sekolah di Indonesia Usaha pendidikan bagi anak-anak di Indonesia untuk pertama kalinya diberikan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1848. Kebijakan pemerintah saat itu adalah mendirikan sekolah bagi bumiputera yang bertujuan untuk menghasilkan pegawai administrasi Belanda yang terampil, murah dan terdidik.
11
Hasil pendidikan itu kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan industri. Sejak dilaksanakan politik etis pada awal abad ke 20, ada upaya dari beberapa tokoh liberal Belanda, misalnya Van Deventer, untuk mengarahkan pendidikan bagi anak Indonesia demi pembebasan dari ketidakmatangan berdiri di atas kaki sendiri. Di lain pihak, kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli telah mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah secara berjenjang. Berikut ini merupakan satu per satu jenjang pendidikan di masa itu: 1. Pendidikan Rendah Setingkat SD • Europeesche Lagere School (ELS) merupakan sekolah kelas satu dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda yang diperuntukkan bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing, atau pribumi dari tokoh terkemuka. ELS pertama didirikan pada tahun 1817. • Eerste Klasse School merupakan sekolah dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda yang diperuntukkan bagi penduduk non Eropa. • Twede Klasse School merupakan Sekolah Kelas Dua dengan bahasa pengantar Bahasa Daerah disediakan bagi golongan pribumi dengan lama belajar 5 tahun. Pertama kali didirikan pada tahun 1892. 2.
Pendidikan Menengah Setingkat SMP/SMA •
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
•
Algemeene Middelbare School (AMS)
3. Pendidikan Menengah Setingkat SMK •
Ambachts Leergang (1881)
•
Technisch Onderwijs (1906)
•
Handels Onderwijs (1914)
•
Meisjes Vakonderuijs (1918)
4. Pendidikan Tinggi Pada dasawarsa kedua abad 20, mulailah di dirikan perguruan tinggi. Diantaranya :
12
•
Geneeskundige Hooge School (GHS)
•
Technische Hooge School
(Sumber : Perkembangan Pendidikan Barat pada Masa Kolonial Belanda diakses 30 Maret 2015 dari https://kotatoeamagelang.wordpress.com) 2.1.1.3 Tujuan sekolah Zahara Idris (1984) mengatakan bahwa tujuan pendidikan atau sekolah adalah untuk memberi bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya supaya dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, seikap, moral, pengetahuan, dan keterampilan semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa. Jadi tujuan sekolah tidak hanya untuk membekali siswa-siswinya dengan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mengajarkan cara untuk mengaplikasikan ilmu tersebut ke dalam dunia pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka. Sekolah juga harus dapat membantu pembentukan karakter setiap siswanya.
2.1.2 Musik 2.1.2.1 Definisi dan Sejarah Musik Kata musik berasal dari bahasa Yunani mousike yang dapat diartikan sebagai seni dari Muse (Art of the Muses), sekelompok dewi yang melambangkan kesenian dalam mitologi Yunani. Menurut kamus Merriam-Webster, musik dapat diartikan sebagai seni penyusunan nada atau suara menjadi suatu kombinasi atau komposisi tertentu yang memiliki kesatuan dan kesinambungan. Berdasarkan penemuan arkeologi, dipercaya bahwa musik sudah dikenal manusia sejak zaman pra sejarah. Sejarah asal usul bagaimana musik ditemukan belum dapat diketahui secara pasti, namun dipercayai bahwa bentuk musik mula-mula merupakan peniruan akan suara-suara alami yang dilakukan oleh manusia
13
purbakala. Musik pada masa itu dipercaya sebagai elemen penghibur, pendukung kegiatan berburu, maupun pengiring ritual-ritual tertentu. Manusia pada zaman purbakala menggunakan batu-batuan sebagai sebuah alat musik perkusi yang dipukulkan sehingga menghasilkan bunyi. Suara yang dihasilkan oleh benturan batu membuat mereka lebih bersemangat ketika berburu (Grimonia, 2014:38). Tidak hanya demikian, penemuan alat musik tiup yang terbuat dari tulang pada situs arkeologi paleolitikum juga turut menandakan bahwa manusia juga telah mengenal alat musik sejak zaman pra sejarah.
Gambar 2.1 Seruling Dari Gading Mammoth (Sumber : www.factofun.com) Seiring perkembangan zaman, musik juga turut mengalami perkembangan. Musik dikenal masyarakat dari lintas tempat, lintas budaya, maupun lintas waktu. Setiap kelompok masyarakat memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap musik. Hal ini disebabkan oleh faktor pola kehidupan, kebudayaan, dan kepercayaan yang berbeda-beda anatara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain.
Perkembangan-perkembangan
inilah
yang
pada
akhirnya
menyebabkan banyaknya aliran musik yang dikenal pada masa modern ini. Secara umum, musik dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu : 1. Musik Populer, yaitu aliran musik manapun yang digemari dan memiliki daya tarik kepada masyarakat luas. Musik populer didistribusikan melalui media massa (media cetak atau media elektronik). Media massa digunakan untuk menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan musik, promosi rekaman, ataupun menyebarkan berita-berita seputar kehidupan para musisi (Purba & Pasaribu, 2006:5). Aliran musik yang
14
termasuk di dalam kategori musik populer yaitu musik pop, musik rock, musik jazz, musik country, musik blues, dan lainlain. 2. Musik Tradisional, yaitu musik yang hidup di dalam kebudayaan sebuah kelompok masyarakat tertentu, dan diteruskan secara turun-temurun. Di Indonesia, contoh musik tradisional yang dikenal adalah gamelan, angklung, dan sasando. 3. Musik Seni / Musik Serius, yaitu musik yang diciptakan dengan memberi perhatian secara detil pada fungsi estetis daripada
fungsi
sosialnya
(Djohan,
2006:216).
Dalam
sejarahnya, musik seni mengalami perkembangan yang pesat terutama pada kebudayaan masyarakat Barat (Eropa). Musik seni di dalam budaya Barat (Western Art Music) pada masa kini lebih dikenal dengan istilah Musik Klasik (Classical Music). 2.1.2.2 Jenis dan Alat Musik Dalam seni musik terdapat pembagian jenis atau kategori, diantaranya adalah : 1. Musik Pentatonis Yaitu musik yang memiliki aturan bahwa satu oktaf terdiri dari lima tangga nada, umumnya lagu-lagu daerah menggunakan jenis musik seperti ini sehingga dimainkan dengan alat musik daerah dan bahasa dari daerah masing-masing musik tersebut berasal. 2. Musik Diatonis Yaitu musik yang menggunakan aturan bahwa satu oktaf terdiri dari tujuh tangga nada, dan dimainkan dengan alat musik Barat. Dari perkembangannya sejak dulu hingga sekarang terdapat banyak aliran musik diatonis modern yang beredar di dunia dan dapat dikelompokkan menjadi beberapa aliran besar seperti:
15
a. Musik Klasik Menurut Banoe (2003:289), musik klasik merupakan musik masa lampau yang selalu memperhatikan tata tertib penyajiannya; musik serius dengan standar karya klasik walaupun diciptakan sekarang. b. Musik Jazz Jazz merupakan perpaduan antara musik Afrika dan Eropa yang lahir di Amerika pada awal abad 20 di kalangan warga kulit hitam di New Orleans yag kemudian berkembang ke Chicago. Seorang kritikus musik dan pengamat tekun, John T. Wilson mengatakan bahwa musik jazz adalah musik peleburan dari segala macam jenis musik yang mempunyai latar belakang beragam tanpa terlepas dari kehidupan sosial yang terjadi pada saat itu. c. Musik Blues Blues lahir di Amerika sekitar tahun 1892-1893 di kalangan warga kulit hitam sebagai bentuk pengungkapan perasaan kalangan warga kulit hitam yang tertindas karena munculnya gerakan rasis di Amerika pada saat itu. d. Musik Rock Rock ditemukan oleh Fats Domino, yang secara tak sengaja bermain di atas piano dengan gaya yang dikenal dengan “Honky Tonk Piano” pada tahun 50an dan merupakan kesinambungan dari Blues. e. Musik Pop Pop lebih mudah hidup dan lebih mudah diterima masyarakat. Musik ini selalu hadir di setiap masa dan memiliki ciri tersendiri. f. Musik Kontemporer Merupakan perpaduan dari berbagai jenis bunyi-bunyian selain dari alat musik baku/modifikasi atau disebut juga musik eksperimental.
Klasifikasi alat musik diatur berdasarkan bahan yang menghasilkan suara, terbatas pada faktor-faktor akustik saja. Oleh karena itu alat musik dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
16
1. Idiophone Bahan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi, contoh: peitche, castagnet, cymbal, gong, guiro. 2. Aerophone Udara atau saluran udara yang berada dalam alat musik itu sebagai penyebab bunyi, contoh: clarinet, trumpet, saxophone. 3. Membranphone Kulit atau selaput tipis yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi, contoh: drum, perkusi, timpani. 4. Chordophone Senar/dawai yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi, contoh: gitar, harpa, biola. 5. Electrophone Alat musik yang ragam bunyinya dibantu atau disebabkan adanya daya listrik, contoh: organ, keyboard, gitar dan bass listrik. 2.1.2.3 Sejarah Sekolah Musik Pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah musik di Indonesia didasari pada Peraturan Pemerintah RI No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam peraturan perundang-undangan ini, dijabarkan secara rinci bentuk-bentuk pendidikan, ketentuan-ketentuan, serta pengelolaan pendidikan yang melibatkan berbagai pihak. Sekolah musik merupakan wadah pendidikan musik secara informal yang mengutamakan pengembangan kemahiran dan keterampilan siswa dalam bermusik, baik mengolah vokal maupun memainkan alat musik (Banoe, 2003:136). Di Indonesia, pendidikan sangat didominasi oleh pendidikan formal (SD, SMP, SMA), sehingga pendidikan musik hanya dianggap sebagai selingan saja dan bukan merupakan suatu bentuk pendidikan formal. Perkembangan sekolah musik terjadi di berbagai wilayah Eropa seiring berjalannya waktu, terutama di Itali, Perancis, dan Inggris. Penyebaran agama dari Eropa menuju Amerika pada abad ke 18 menyebabkan pertumbuhan lembaga pendidikan musik di Amerika. Berdasarkan
17
artikel History of Music Education in the United States oleh Stanford (2012), disebutkan bahwa Lowell Mason (1792-1872) membangun Boston Academy of Music pada tahun 1832.
Gambar 2.2 Lowell Mason (Sumber : www.cyberhymnal.org) Boston Academy of Music inilah yang menjadi sekolah musik formal pertama di dunia dan selanjutnya menjadi standar dalam pembangunan sekolah musik lainnya. Pada awal abad ke 20, kurikulum gelar sarjana (Bachelor Degree) dalam pendidikan musik telah dijalankan oleh Oberlin Conservatory of Music, sebuah perguruan tinggi yang menyediakan pendidikan musik formal di bidang pertunjukan, teori musik, sejarah musik, komposisi musik, dan permainan alat musik. Di Indonesia sendiri telah muncul berbagai lembaga-lembaga pendidikan musik, baik itu perguruan tinggi musik, akademi musik, institut musik, sekolah musik, sanggar musik, dan lain-lain. Dengan demikian, seseorang telah dapat mengikuti pendidikan musik baik itu sekedar hobi maupun ingin menyelami dunia musik secara profesional. 2.1.2.4 Klasifikasi Aktivitas Sekolah Musik Aktivitas di dalam sekolah musik dilaksanakan oleh pengguna sekolah musik yang dapat dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu pelajar, pengajar, pengelola, dan pengunjung. Pelajar dan pengajar adalah pihak yang terlibat secara langsung dengan kegiatan pembelajaran. Pelajar atau murid adalah pihak yang menerima didikan, sedangkan pengajar atau guru adalah pihak yang memberikan didikan.
18
Menurut Time-Saver Standards for Building Types (Chiara, 2001:415), aktivitas atau kegiatan pembelajaran di dalam sebuah sekolah musik dibagi menjadi empat kategori : vokal/choral, instrumen, kelas(teori), dan pertunjukan. • Kelas Vokal/choral Kelas vokal adalah kegiatan pembelajaran untuk melatih vokal atau suara manusia sebagai instrumen musik. Kelas choral adalah kelas vokal yang diikuti oleh sekelompok pelajar yang disebut choir atau paduan suara. • Kelas Instrumen Kelas instrumen adalah kegiatan pembelajaran untuk melatih kemahiran menggunakan instrumen atau alat musik. Tabel 2.1 Instrumen Musik Klasik NO
KATEGORI
Strings 1
(Alat musik senar)
Woodwind 2
(Alat musik tiup kayu)
INSTRUMEN
19
Brass 3
(Alat musik tiup logam)
Percussion 4
(Alat musik perkusi)
5
Alat musik lainnya
20
• Kelas Teori Kelas teori adalah kegiatan pembelajaran diluar kegiatan kelas praktis. Para pelajar diajarkan berbagai pelajaran mulai dari sejarah, konsep, hingga pengetahuan teoritis musik lainnya. • Pertunjukan Sebuah sekolah musik biasanya tidak hanya memberikan kegiatan pembelajaran musik saja, namun juga turut mengadakan berbagai pertunjukan musik sebagai salah satu bentuk penilaian, pencapaian, maupun apresiasi. Berdasarkan jumlah personel yang terlibat dan instrumen musik yang digunakan, sebuah pertunjukan musik klasik dapat dibagi menjadi: -
Recital, yaitu pertunjukan musik yang hanya memfokuskan 1 pemain musik maupun penyanyi (dapat diiringi dengan 1 pemain piano).
Gambar 2.3 Piano Recital (Sumber : themaneater.com)
-
Chamber Orchestra, yaitu pertunjukan musik instrumental dengan jumlah personel yang kecil, sekitar dibawah 50 orang. Istilah grup musik seperti duet, trio, quartet, termasuk di dalam Chamber Orchestra.
Gambar 2.4 Chamber Orchestra (Sumber : uwyo.edu)
21
-
Orchestra, yaitu pertunjukan musik instrumental dengan jumlah personel yang besar. Orkestra dengan jumlah personel penuh (sekitar 100 orang) disebut juga dengan Symphony Orchestra atau Philharmonic Orchestra.
Gambar 2.5 Symphony Orchestra (Sumber : www.miami.edu)
-
Choir, yaitu pertunjukan musik vokal. Pertunjukan choir/paduan suara dapat diiringi dengan musik maupun tanpa musik (a capella).
Gambar 2.6 Choir (Sumber : summitchoralsociety.org)
-
Choral Symphony, yaitu pertunjukan musik gabungan antara paduan suara dan orkestra.
Gambar 2.7 Choral Symphony (Sumber : conspirare.org)
22
-
Opera, yaitu pertunjukan gabungan antara penyanyi opera dan orkestra musik.
Gambar 2.8 Opera (Sumber : www.nytimes.com)
Di dalam sebuah pertunjukan musik sendiri, terdapat pembagian posisi duduk spesifik bagi pemusik :
Gambar 2.9 Seating Plan Sebuah Orkestra (Sumber : www.english-online.at)
Pada umumnya kegiatan kelas hanya melibatkan pelajar dan pengajar, sedangkan kegiatan pertunjukan melibatkan pelajar, pengajar, sekaligus pengunjung. Pengunjung yang dimaksud disini merupakan pihak luar yang datang ke sekolah musik namun tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Pihak terakhir yang terlibat di dalam sekolah musik yaitu pihak pengelola, yang merupakan sekelompok orang yang bertugas mengelola atau mengurus sekolah, dan bertanggungjawab atas kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah musik. Diluar kegiatan belajar-mengajar dan pertunjukan yang disebutkan diatas, aktivitas lain yang berlangsung di dalam sekolah musik diantaranya; aktivitas sosial (berkumpul, bersosialisasi), aktivitas yang berhubungan dengan
23
administrasi (absensi, melakukan transaksi biaya, konsultasi), serta aktivitas penunjang atau pendukung kegiatan belajar (membaca, mendengarkan musik).
2.1.2.5 Klasifikisai Fasilitas Sekolah Musik Menurut Time-Saver Standards for Building Types (Chiara, 2001:415), sebuah sekolah musik memfasilitasi kegiatan pelatihan musik, perkantoran, serta penyimpanan instrumen musik. Fasilitas sekolah musik tersebut dibagi kedalam beberapa kategori, sesuai dengan aktivitas pada sekolah musik. Fasilitas tersebut diantaranya : a. Fasilitas Utama •
Ruang Kelas, dalam bentuk : - Practice Room, yaitu ruang tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran instrumen musik yang dilakukan secara privat.
Gambar 2.10 Practice Room (Sumber : www.smu.edu)
- Regular Classroom, yaitu ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran teori seperti sejarah musik, komposisi, dan lainlain. Ruangan kelas teori dapat dilengkapi dengan peralatan multimedia untuk mendukung penyimpanan materi.
Gambar 2.11 Regular Classroom (Sumber : rbibliacademy.weebly.com)
24
- Music Classroom, yaitu ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan choral/paduan suara maupun instrumen dalam kelompok. Ruangan ini juga dapat digunakan sebagai tempat berlatih untuk pertunjukan.
Gambar 2.12 Music Classroom (Sumber : valencia.berklee.edu) •
Ruang Pertunjukan, dalam bentuk : - Recital Hall, yaitu ruang yang digunakan untuk menampilkan pertunjukan musik oleh seorang instrumentalist, penyanyi, ataupun kelompok musik dalam skala kecil.
Gambar 2.13 Barness Music Recital Hall (Sumber : eps.arts.usf.edu) - Concert Hall, yaitu ruang yang digunakan untuk menampilkan pertunjukan musik oleh kelompok musik dalam skala besar.
Gambar 2.14 Barber Institute Concert Hall (Sumber : www.e-architect.co.uk)
25
•
Front Desk, sebagai tempat dimana resepsionis menerima tamu dan pengunjung dapat melakukan konsultasi.
Gambar 2.15 Ross School of Business Front Desk (Sumber : flickr.com) •
Office, sebagai ruang kerja bagi pengelola.
Gambar 2.16 Google Office (Sumber : www.pinterest.com) •
Fasilitas pendukung - Lounge, sebagai area duduk untuk menunggu atau bersantai.
Gambar 2.17 Cornell University Lounge (Sumber : www.flickr.com) - Music Library, yaitu perpustakaan sebagai ruang untk menikmati bacaan atau mencari referensi audio visual.
Gambar 2.18 Queens College Music Library (Sumber : qcpages.qc.cuny.edu)
26
- Cafetaria, yaitu tempat dimana para pengguna sekolah baik dari kalangan pelajar, pengajar, pengunjung, hinga pengelola bangunan dapat memesan dan menikmati makanan ataupun minuman.
Gambar 2.19 Cafeteria (Sumber : thedailynews.cc) - Music Store, yaitu tempat penjualan barang ataupun peralatan yag mendukung kegiatan pembelajaran musik, seperti alat musik, aksesoris musik, hingga buku-buku pelajaran.
Gambar 2.20 Music Store (Sumber : inmenlo.com)
- Gallery, yaitu tempat untuk menampilkan display informatif berupa gambar, poster, tulisan, dan lain sebagainya.
Gambar 2.21 Yale University Art Gallery (Sumber : xicato.com)
27
• Fasilitas Servis - Storage, tempat untuk menyimpan peralatan. - Service Room, yaitu tempat dimana dilakukan treatment atau reparasi alat musik. - Ruang Panel, yaitu ruangan yang mengatur arus listrik dan sumber energi di dalam sekolah. - Ruang Pengendali, yaitu ruangan untuk mengatur peralatan elektronik
berupa
lighting
dan
audio
untuk
ruangan
pertunjukan. - Toilet
2.1.3 Jazz 2.1.3.1 Definisi dan Sejarah Musik Jazz Sebagai sebuah media untuk berkomunikasi, musik jazz adalah merupakan salah satu bentuk aliran musik yang menjadi ciri khas musik Amerika. Musik jazz ini kemudian mulai dikenal hampir ke seluruh dunia. Musik jazz itu sendiri berakar dari musik blues. Musik blues menghasilkan musik yang nantinya dikenal dengan sebutan ragtime, dan ragtime inilah yang akhirnya menjadi sebuah akar dari musik jazz. Joachim Berendt (1992) mendefinisikan jazz sebagai sebuah bentuk seni musik yang berasal dari Amreika Serikat. Musik itu dimainkan oleh orang-orang Afro-Amerika yang mengkontradiksikan musik Eropa. (Berendt, 1982:317). Berendt berpendapat bahwa musik jazz itu berbeda dengan musik Eropa. Musik jazz memiliki “hubungan” yang sangat erat dengan waktu/birama, yang dikenal dengan istilah swing. Lalu, Berendt menambahkan bahwa musik jazz itu sendiri menekankan unsur spontanitas dalam menciptakan sebuah musik. Dalam spontanitas itu, improvisasi menjadi hal yang sangat penting. Setiap permainan seorang musisi jazz dalam setiap pertunjukannya mencerminkan attitude sang musisi tersebut.
28
Terdapat pendapat lain mengenai definisi dari musik jazz, yaitu oleh Travis Jackson. Jackson berpendapat bahwa jazz adalah musik yang mencakup beberapa faktor, yaitu; swinging. Swing ini menjadi ciri khas dari musik jazz itu sendiri. Selain swing, terdapat beberapa faktor lainnya yang menjadi ciri khas musik jazz, yaitu; improvisasi dan interaksi antar individu dalam sebuah grup. Terlepas dari ketiga faktor utama tersebut, yang membuat musik jazz itu sendiri unik adalah dalam memainkan musik jazz, seorang musisi jazz dapat mengembangkan ciri khasnya sendiri dari segi suara yang dihasilkan oleh instrument-nya. Selain itu musik jazz selalu terbuka pada kemungkinan-kemungkinan yang ada. (Sutro, 2006:31). Dalam The Jazz Book, Berendt mengatakan bahwa terdapat perbedaan kentara diantara musik jazz dan musik Eropa(klasik). Perbedaan besar ini terletak pada faktor improvisasi yang terdapat dalam permainan musik jazz. Improvisasi ini memegang peranan penting dalam setiap musik jazz, baik dalam rekaman maupun live performance yang mereka lakukan. Improvisasi disi berarti, setiap musisi yang memainkan musik jazz dapat memainkan lagu sesuai dengan interpretasi dari masing-masing musisi, namun tetap tidak menghilangkan esensi dari komposisi yang sedang dimainkan. Jazz juga sering dilabeli sebagai hasil dari produk kreatifitas yang bersifat demokratis, karena, seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa setiap musisi bebas untuk mengeluarkan/mengeksplor kemampuannya masing-masing. Dalam jazz, setiap individu harus mengerti dengan baik tugas dan peran masing-masing dalam sebuah grup, agar masing-masing musisi dapat melakukan improvisasi dengan baik, tidak hanya mengikuti perintah dari sang bandleader. Bermain jazz dalam sebuah grup membutuhkan
tanggung
jawab
yang
tinggi
disampin
kebebasan
berekspresi. Kebebasan disini artinya mengerti akan tanggung jawab untuk bertindak dan memenuhi “kebutuhan” grup tersebut. (Piazza, 1995).
29
Gambar 2.22 Jazz Timeline (Sumber : phs.princetonk12.org) Jazz sering dianggap sebagai perkembangan lebih lanjut dari permainan piano yaitu dengan munculnya teknik sinkopasi. Sinkopasi merupakan suatu teknik permainan yang menunda jatuhnya ketukan nada dari suatu melodi atau lagu. Teknik sinkopasi kemudian diiringi ketukan irama yang tetap sehingga membentuk kesan bertentangan yang dinamis. Pada awal perkembangannya, jazz dikategorikan sebagai sebuah contoh musik tradisi. Musi jazz ini sangat mewakili ekspresi dan kultur masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat. Percampuran budaya Afrika, amerika, dan sedikit musik militer. Awal mula musik jazz berkembang adalah di kota New Orleans. (Sumber : Purwanto, Adrian Rahmat. (2010). Becoming a Jazz Musician: Pola Sosialisasi Musik Jazz pada Beberapa Musisi Bale Jazz. Skripsi S1. Universitas Indonesia, Jakarta.)
2.1.3.2 Sejarah Musik Jazz di Indonesia Awal mula Musik jazz masuk Indonesia pertama kali dibawa oleh musisi-musisi dari Filipina sekitar tahun 30-an ke Jakarta dengan cara bermain musik di sejumlah panggung musik di Jakarta. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik di Jakarta. Mereka memainkan jazz dengan ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya. Musik Jazz ini sendiri selalu berkembang dengan makin banyak bermunculannya musisi-musisi Jazz seperti Jack Lesmana, Ireng Maulana dan masih banyak lagi hingga tahun 90-an hingga sekarang.
30
Gambar 2.23 Jack Lesmana (Sumber : xicato.com) Titik kejayaan jazz di Indonesia mulai muncul pada era 1980-90, saat masyarakat mulai mengenal genre jazz fusion. Dimana musik jazz dikemas dalam bentuk yang mudah didengar. Jazz fusion merupakan istilah untuk musik jazz yang sudah bercampur dengan berbagai musik lainnya, seperti pop, rock, funk, ataupun soul. Pada masa ini artis jazz mulai divisualisasikan melalui video klip yang kemudian ditayangkan di stasiun televisi baik swasta maupun nasional. Musisi dan kelompok jazz masa kini yang turut mempopulerkan genre jazz fusion tersebut diantaranya adalah Krakatau, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials dan masih banyak lagi lainnya. Musisi jazz biasanya paling banyak bermunculan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Hal ini disebabkan arus musik jazz lebih banyak mengalir di sana lewat pertunjukan jazz (JakJazz, Java Jazz Festival, Bali Jazz Festival), sekolah musik jazz, studio rekaman dan kafe yang menampilkan jazz. Seorang yang juga berjasa “mengalirkan” arus jazz ke Indonesia adalah Peter F. Gontha, seorang pemilik JAMZ dan tidak lain adalah pendiri Java Jazz Festival. (Sumber : Oki Rahadianto Sutopo. (2012). Transformasi Jazz Yogyakarta: Dari Hibriditas menjadi Komoditas. Jurnal Sosiologi Masyarakat Universitas Indonesia.)
31
2.1.3.3 Jenis-jenis Musik Jazz Berbagai aliran jazz yang ada antara lain : a. Ragtime (1890-1900) Ragtime bermula pada sekitar tahun 1890, dan karya-karya ragtime untuk piano mulai dipunlikasikan pada akhir 1890an. Cikal bakal ragtime berasal dari tarian cakewalk yang bersuka 2/4 yang ditarikan oleh orang-orang Afrika. Musik pengiring tarian inilah yang kemudian dianggap sebagai salah satu cikal bakal piano ragtime. Musisi ragtime yang paling terkenal adalah Scott Joplin. Salah satu karyanya yang terkenal berjudul The Entertainer. b. New Orleans / Classic Jazz (1900-1910) Pada tahun 1900, New Orleans menjadi pertemuan dari banyak budaya. Oleh karena itu interaksi kebudayaan tersebut menghasilkan sesuatu yang baru. Muncul lah aliran jazz yang kemudian dikenal dengan sebutan New Orleans Style. Karakternya adalah munculnya kontrapung bebas yang dimainkan oleh tiga instrumen yaitu trumpet, trombone dan klarinet. Ketiga instrumen pokok tersebut diiringi oleh rhythm section yang terdiri atas kontra-bas atau tuba, drum set, banjo atau gitar, dan piano. New Orleans sering disebut musik yang ‘hot’. Karena memiliki ciri khas dimana penyanyi solo lebih bebas berimprovisasi, baik dengan frase atau struktur melodi. Membuat gaya ini terkesan lebih emosional. Musisi New Orleans yang terkenal diantaranya adalah Sidney Bechet dan Louis Armstrong.
Gambar 2.24 Louis Armstrong (Sumber : thefamouspeople.com)
32
c. Dixieland (1910-1920) Dixieland dapat dibilang sebagai jazz-nya orang kulit putih. Karakter dixieland dintaranya tidak terlalu ekspresif, dan lebih mementingkan teknik dalam bermain instrumen. d. Chicago Style (1920-1930) Chicago menjadi pusat kelahiran aliran ini yang inti utamanya adalah “inventive player”. Dikarakteristikkan dengan aransemen yang inovatif dan harmonis, dan teknik pemainnya yang tinggi. Tokohtokoh utamanya antara lain Bud Freeman, Edie Condon, dan Gene Krupa. e. Swing (1930-1940) Tahun 1930-an menjadi awalnya swing. Karakteristik utamanya: bersemangat dan hidup. Swing juga sering dikatakan musik dansa. Walaupun bermain secara kolektif, sebuah band swing dapat menunjukkan performansi solo untuk mengimprovisasi melodi utamanya. Tokohnya banyak tapi yang sering dijuluki sebagai The King of Swing adalah Benny Goodman. f. Kansas Style Aliran ini lahir pada masa The Great Depression sekitar tahun 1920an dan 1930-an di kota Kansas, USA. Karakteristiknya adalah gaya yang sangat soulful dan blues. Tokohnya antara lain Charlie Parker. g. Bebop (1940-1950) Berkembang di awal tahun 1940-an. Masih mengandalkan improvisasi, dalam bop seorang soloist bebas mengeksplorasi kord selama masih dalam struktur kord yang ada. Bebop berbeda dari swing. Register yang dimainkan juga adalah nada-nada pada register ekstrim dimana hanya musisi profesional yang mampu memainkan jenis musik ini. Bebop juga menjadi dasar bagi inovasi-inovasi dari musik jazz. Playernya antara lain : Charlie Parker (saxophone) dan Dizzi Gillespie (trumpet).
33
h. Mainstream Lahir kembali dari aliran musik jazz yang tidak terlalu mengikat pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Aliran ini sering disebut Modern Mainstream atau Post Bop, dan mempengaruhi aliran musik yang lain seperti Cool Jazz, Classic, dan Hardbop. Mainstream juga sering diklasifikasikan sebagai aliran jazz yang tidak terlalu berhubungan dengan aliran historis dari musik jazz. i. Vocalese Sering disebut dengan jazz vokal. Mengkombinasikan lyric dan musik dalam suatu solo instrumental. Secara nature adalah bop, tapi diutamakan adalah nyanyian solo diiringi grup musik kecil atau ensembel. Playernya antara lain : Eddie Jefferson dan Jon Hendricks. j. Cool Sering dikatakan sebagai “campuran” bebop dan swing jazz. Aliran ini terbentuk akhir 1940-an dan merupakan “anak kandung” bebop yang menggabungkan swing dalam tone yang harmonik dan dinamis. Dijuluki juga “West Coast Jazz”, karena inovasinya banyak berasal dari pantai barat USA, terutama kota Los Angeles. k. Hard Bop Salah satu aliran lain dari jazz, yang merupakan anak dari aliran bebop. Melodi pada hardbop lebih bernuansa “soulful” dibandingkan bebop, dan terkadang dipengaruhi tema-tema musik Rhytm & Blues dan musik Gospel. Salah satu inovatornya adalah pianis Horace Silver. l. Bossa Nova Campuran dari West Coast Cool, European Classical Harmonies, dan ritme Samba Brasil. Sering disebut dengan nama Brasillian Jazz, dan berkembang di Amerika sekitar tahun 1962. Playernya antara lain Joao Gilberto, Antonio Carlos Jobim, dan di Amerika adalah Charlie Byrd dan Stan Getz. m. Free Jazz (1960-1970) Kadang disebut juga dengan “Avante Garde”. Solois dari free jazz bereksperimen dengan bebas (free) terhadap musiknya. Ornette Coleman dan John Coltrane adalah contohnya.
34
n. Soul Jazz Berasal dari Hardbop yang cukup terkenal di awal 1960-an. Berimprovisasi dengan chord progression, sama seperti bebop. Tokohnya antara lain Horace Silver dengan piano Hammond-nya. o. Groove Sering disebut “of-shoot of Soul Jazz”. Groove sering menggunakan tone dari musik blues dengan fokus terutama pada ritme. Musik ini bernuansa gembira dan sering menyentuh emosi pendengarnya untuk menari, sedangkan blues lebih lambat. Improvisasi solo jarang digunakan dan lebih mengandalkan musik kolektif. Aliran ini lahir pada masa The Great Depression sekitar tahun 1920an dan 1930-an di kota Kansas, USA. Tokohnya antara lain Charlie Parker. p. Gypsy Jazz Aslinya diperkenalkan oleh gitaris Perancis, Django Reinhardt. Sering dipengaruhi oleh musik rakyat (folk music) dari eropa timur. Sering juga dikenal dengan nama Jazz Manouche. Ciri utamanya adalah: languid, seductive , yang dikarakteristikkan dengan “quirky cadences” dan “driving rhytms”. q. Fusion Jazz Fusion jazz merupakan perpaduan antara jazz dan jenis musik lainnya, seperti rock, soul, funk, dan pop. Beberapa unsur dari jenis musik lain diadaptasi kedalam jazz tanpa melepaskan karakteristik jazz, yaitu improvisasi. Grup musik yang menonjol dalam genre ini diantaranya Chick Corea, Lee Ritenour, Spyrogira, Cassiopea, dan Karimata Band. Sumber : Dahlan Taher. (2009). Sejarah Musik 2. Disertasi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Berendt, J. E. (1992). The jazz book. Chicago : Lawrence Hill Books.
35
Gambar 2.25 Chick Corea (Sumber : timescolonist.com)
2.1.3.4 Alat Musik Jazz Berikut ini adalah beberapa alat musik jazz yang lazimnya digunakan dalam memainkan musik jazz : Gitar, gitar bass, saksofon, trombon, piano, klarinet, trompet, drum, dan double bass. Dari penyebutan beberapa alat-alat musik tersebut lebih dari dua yang merupakan alat musik khas dan sangat jarang dijumpai dalam iringan musik-musik pop, rock, dangdut, dan musik-musik populer media massa. Hal di atas menunjukan adanya keunikan gaya yang dimiliki oleh musik jazz, dengan ritme-ritme yang dihasilkan oleh alat musiknya serta improvisasinya. Akan lebih jelas dan rinci jika terdapat penjelaan mengenai alat-alat musik jazz secara lebih spesifik :
• Gitar, alat musik dawai yang dimainkan dengan jari tangan atau alat petik gitar, bunyinya dihasilkan dari senar-senar yang bergetar. • Gitar bass, salah satu jenis gitar yang pada nadanya, suaranya besar. • Saksofon, instrumen musik yang masih tergolong dalam keluarga woodwind, terbuat dari logam dan cara memainkan mengugunakan sigle-reed seperti halnya klarinet. Alat musik ini pada umumnya dihubungkan dengan musik popular, big band musik dan jazz. Namun pada awalnya alat musik ini ditujukan sebagai instrumen orkestra dan band militer. • Piano, alat musik yang dimainkan dengan jari-jemari, bentuk
36
dan fungsi piano kurang lebih
seperti keyboard, yang
membedakannya adalah ukuran dan banyak tuts nya. • Klarinet, sama dengan saksofon yang masih daam keluarga woodwind dan dimainkan dengan sigle-reed. Penamaan klarinet diambil dari akhirannya “et” yang berarti kecil, dalam kata Italia “clarino” yang berarti trompet. Klarinet memiliki ukuran dan pitch yang berbeda-beda, kata klarinet umumnya merujuk pada
♭
soprano klarinet B , yang merupakan klarinet terumum. • Trompet, alat musik tiup yang terbuat dari logam, terompet terletak pada jajaran tertinggi di antara tuba, eufonium, trombon,
♭
sousafon, Frenc horn dan Bariton. Pitch trompet di B . Trompet hanya memiliki tiga tombol, dan pemain trompet harus menyesuaikan embouchure untuk mendapaykan dana yang berbeda. • Drum, kelompok alat musik perkusi yang terdiri dari kulit atau plastik yang direntangkan dan dipukul dengan tangan ataupun batang (stick). Dalam musik jazz, drum biasanya mengacu pada drum kit atau drum set, yang memiliki seperangkat drum dan biasanya terdiri dari bass drum, snare drum, tom-tom, hi-hat, dan cymbal. • Biola, alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berlainan dengan yang lain. Biola memiliki nada yang tertinggi di antara jenis keluarga biola lainnya.
(Sumber : Alat-alat Musik Jazz diakses 30 Maret 2015 dari https://jakjazz.wordpress.com)
2.1.4 Area Ruang Tunggu Sebagai Area Perencanaan Furnitur 2.1.4.1 Pengertian Ruang Tunggu Ruang tunggu sering dikatakan sebagai lobi.Arti kata ruang sendiri berdasarkan KBBI adalah rongga yg berbatas atau terlingkung oleh
37
bidang, sedangkan tunggu adalah tinggal sementara untuk berjaga (menjaga).
2.1.4.2 Fungsi Ruang Tunggu pada Sekolah Musik Fungsi dari ruang tunggu sendiri adalah untuk menunggu suatu hal pada suatu tempat. Pada sekolah musik biasanya terdapat ruang tunggu yang digunakan oleh orang yang mengantar murid, biasanya orangtua menunggu anak anaknya, terkadang pengasuh dari sang muri, atau murid sekolah musik tersebut yang menunggu giliran untuk berlatih. Pada ruang tunggu umumnya orangtua mengobrol bersama orangtua lainnya, makan sambil menunggu, membaca majalah atau koran, ada juga yang hanya berdiam dan fokus dengan gadget-nya. Jadi dapat disimpulkan fungsi ruang tunggu sebenarnya cukup penting dalam sekolah musik. Ruang tunggu tidak hanya digunakan untuk orang yang mengantar untuk latihan musik, biasanya juga para siswa–siswi menggunakan ruang tunggu untuk menunggu saat belum dijemput atau sekedar bersantai.
2.1.5 Definisi Furnitur Mebel dalam bahasa inggris perabotan disebut Furniture, sedangkan kata mebel yang kita kenal sekarang berasal dari bahasa Belanda, Meuble. Di Eropa Kontinental, dikenal juga istilah meubles (Perancis), mӧbler (Jerman), mᴓbler (Denmark),
mobili
atau
mobilia
(Italia).
Furnitur
sendiri
menurut
ConciseOxfordDictionary diartikan sebagai ” The movable articles that are used to make a room or building suitable for living or working in, such as Tables, chairs, or desks.” Pengaruh Bahasa Inggris ke dalam sehari – hari membuat kata furnitur mulai dominan dipakai. Furnitur sendiri aslinya berasal dari bahasa Perancis abad 16, fourniture, dari fournir yang artinya ‘to furnish’ atau melengkapi ruangan atau bangunan dengan mebel dan akasesorisnya. (Jamaludin.2007:9).
38
Dari segi kegunaan/fungsi furniture,Menurut Karl Mang dalam History of Furniture (1978) dan Edward Lucie-Smith dalam Furniture: a Concise History (1993) dalam Jamaluddin, sesungguhnya bisa dikategorikan ke dalam empat jenis saja: 1.
Tempat menyimpan sesuatu di dalamnya
2.
Tempat menyimpan sesuatu di atasnya
3.
Tempat untuk Tidur
4.
Mebel untuk duduk
2.1.5.1 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Operasional Berdasarkan sistem operasionalnya, furnitur diklasifikasikan atas: •
Loose Furniture Mebel siap pakai yang dapat dibeli dan tersedia di pasaran. Contoh: kursi, meja, lemari, sofa.
•
Built-in Furniture Mebel atau furnitur yang dibuat menyatu dan disesuaikan dengan bentuk bangunan dan tidak dapat dipindahkan. Contoh: kitchen set, walk-in closet.
•
Outdoor Furniture Disebut juga garden furniture atau patio, yaitu jenis furnitur yang dirancang khusus untuk penggunaan di luar ruangan. Furnitur ini biasanya terbuat dari material yang tahan terhadap cuaca. Contoh outdoor furniture tertua yang ditemukan yaitu di kebun Pompeii.
•
Indoor Furniture Merupakan furnitur yang berada di dalam ruangan.
•
Multifunction Furniture Furnitur yang bisa digunakan untuk beberapa jenis fungsi, seperti meja lipat yang bisa digunakan sebagai kursi, maupun tempat tidur yang dapat dilipat menjadi kursi.
39
•
Reclaimed Furniture Merupakan furnitur yang terbuat dari bahan daur ulang, seperti potongan kayu bekas,kardus bekas, kertas bekas, dan lain sebagainya. Furnitur ini termasuk ke dalam kategori green design, karena menggunakan material yang ramah lingkungan.
•
Knock – Down Furniture Merupakan jenis furnitur yang dapat dibongkar pasang sesuai dengan kebutuhan penggunaan maupun penyimpanan. Biasanya jenis ini didesain dengan perlakuan khusus pada konstruksi dan sambungannya, seperti digunakan mur palang dengan bukaan kunci L dan sebagainya.
• Folding Furnitur Alternatif lain dalam penyelesaian problema ruang adalah dengan pendekatan sistem lipat. Konstruksi yang dilipat, selain ringkas juga dapat menghemat pemakaian ruang pada saat penyimpanan. Furnitur yang paling sering menggunakan sistem konstruksi ini adalah kursi. Dalam mendesain kursi lipat ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1) Prosedur operasional melipat dan membuka kursi. 2) Keamanan dalam melipat dan membuka kursi agar tidak terjadi resiko terjepitnya tangan atau kaki pemakai.
2.1.6 Jenis-jenis Sambungan Dalam membuat sebuah furnitur diperlukan sebuah konstruksi yang kuat, dan dalam pembuatan kosntruksi tersebut terdapat beberapa teknik menyambung kayu mulai dari yang mudah sampai dengan teknik yang sulit. Dalam membuat sebuah sambungan furnitur kita juga harus memperhatikan beberapa aspek yaitu kekuatan, fungsi, serta keindahan atau kerapihan dari sambungan kayu yang hendak dibuat. Kedua aspek tersebut sangat diutamakna dalam membuat sebuah furniture karena memiliki fungsi untuk digunakan oleh manusia.
40
Berikut ini beberapa contoh teknik – teknik konstruksi sambungan dalam furnitur berdasarkan buku “Konstruksi Kayu untuk Furniture & Bangunan”, yaitu: • Box Joints Box joints merupakan cara menyambung sudut kayu dengan cara membuat gerigi pada ujung sambungan secara tumpang-tindih. Keuntungan sambungan ini hasilnya lebih kokoh dan kuat, tapi cara pembuatannya lebih sulit dan memerlukan peralatan yang lengkap karena diperlukan kerapihan serta presisi disetiap sambungannya.
Gambar 2.26 Teknik Box Joints (Sumber : www.craftmanspace.com) • Dovetail Joints Dovetail Joints adalah sambungan sudut yang mirip dengan box joints. Keduanya dibuat dengan cara membuat gerigi pada ujung sambungan, dan dibuat tumpang-tindih. Pada bagian ujung dovetail joints dibuat lebih lebar mirip dengan ekor burung, sehingga lebih kokoh dari box joints. Dalam membuat dovetail joints diperlukan ketelitian dan keahlian untuk menghasilkan sambungan yang rapih dan detail. Beberapa contoh variasi sambungan dovetail joints, yaitu :
a.
Common Dovetail
Gambar 2.27 Teknik Common Dovetail (Sumber : www.craftmanspace.com)
41
b. Through Dovetail
Gambar 2.28 Teknik Through Dovetail (sumber: www.craftmanspace.com)
c. Dovetail-Keyed Mitter
Gambar 2.29 Teknik Dovetail-Keyed Mitter (sumber: www.craftmanspace.com)
d. Lapped Dovetail
Gambar 2.30 Teknik Lapped Dovetail (sumber: www.craftmanspace.com)
42
e. Secret Lapped Dovetail
Gambar 2.31 Teknik Secret Lapped Dovetail (sumber: www.craftmanspace.com)
f. Sliding Dove Joints
Gambar 2.32 Teknik Sliding Dove Joints (sumber: www.craftmanspace.com) • Finger Joints Finger joints adalah system penyambung kayu dengan membuat lidahlidah pada ujung kayu, sehingga kedua ujung kayu dapat dipadukan menjadi satu. Finger joints biasanya digunakan unutk membentuk papan lebar. Dalam membuat sambungan ini memerlukan ketepatan yang tinggi, sehingga memerlukan bantuan mesin untuk membuat lidah-lidahnya.
Gambar 2.33 Teknik Finger Joints (sumber: www.craftmanspace.com diakses tanggal 12 Maret 2014)
43
• Mortise & Tenon Joints Mortise & Tenon Joints adalah sistem penyambungan ayu dengan membuat lubang (mortise) pada alah satu kayu yang hendak disambung, dan membuat lidah (tenon) untuk dimasukkan pada lubang mortise tersebut.
Gambar 2.34 Teknik Mortise & Tenon Joints (sumber: www.craftmanspace.com) • Spline Joints Spline Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat alur pada kedua buah kayu yang akan disambung, dan memberikan sepotong kayu sebagai bahan penyambung di tengah keduanya.
Gambar 2.35 Teknik Spline Joints (sumber: www.craftmanspace.com) • Domino Spline Domino spline merupakan sistem spline yang digunakan untuk menyambung bagian tengah kayu. Sistem ini dapat digunakan untuk papan maupun balok dan juga dapat dibuat kemiringan yang diingikan sesuai sudut yang pas.
44
Gambar 2.36 Teknik Domino Spline (sumber: www.craftmanspace.com)
• Dowel Sistem ini merupakan penyambung kayu yang mirip dengan sistem spline, yaitu kayu yang disambung dengan pasak (dowel). Bedanya adalah kayu penyambungnya (dowel) berbentuk bundar dan cara penyambungnya adalah dengan membuat lubang pada kayu-kayu yang hendak disambung. Dowel biasanya dbuat bergerigi, dengan tujuan agar menempel erat pada kayu yang disambung.
Gambar 2.37 Teknik Dowel (sumber: www.craftmanspace.com)
2.1.7 Aksesoris Interior Aksesoris, dalam beberapa kamus bahasa dimengerti sebagai barang atau benda tambahan yang berfungsi sebagai pelengkap. Benda yang dimaksud di sini dapat berfungsi mutlak atau hanya sekedar dekorasi. Pepis (1965) dalam Honggowidjaja, menggambarkan sebagai kumpulan benda-benda relatif kecil
45
yang ditata dengan baik yang akan membuat perubahan signifikan pada sebuah tatanan interior. Setiap ruang (baca : tempat) yang berfungsi mewadahi kegiatan manusia pada dasarnya membutuhkan aksesoris. Aksesoris sendiri berkaitan erat dengan estetika, keindahan; hal ini terlihat dari barang-barang (aksesoris) yang sekalipun berfungsi mutlak untuk melengkapi sebuah ruang, keberadaannya tidak akan lepas dari sebuah proses desain yang tidak lepas pula dari aspek keindahan. Beberapa penulis pada prinsipnya mengkategorikan aksesoris menjadi dua kategori, yakni aksesoris fungsional dan aksesoris dekoratif. Sesuai namanya, aksesoris fungsional menunjuk kepada benda-benda pelengkap ruang (tempat) yang benar-benar memiliki fungsi praktis serta mutlak demi penggunaan secara optimal sebuah ruang, misalnya sebuah ruang salon yang dilengkapi dengan meja, kursi, cermin, lampu, beserta peralatan rias. Sementara pada dinding atau di bagian ruang (tempat) yang lain dari salon ini digantungkan poster atau lukisan dengan bingkai yang indah dengan tujuan memberi suatu suasana tertentu, sekalipun sebenarnya tanpa poster dan lukisan iniaktivitas di sebuah ruang salon ini masih bisa terlaksana. Dengan demikian, poster atau lukisan di sini termasuk dalam kategori aksesoris dekoratif, sedangkan meja, kursi,lampu, cermin dan perlengkapan rias lainnya termasuk dalam kategori aksesoris fungsional, karena tanpa aksesoris yang terakhir ini aktivitas salon tidak bisa terjadi. (Honggowidjaja, 2003). Kenyataan di lapangan menunjukkan tidak jarang sebuah aksesoris bisa termasuk fungsional sekaligus dekoratif, misalnya sebuah cermin yang cukup besar dengan bingkai yang mantap, serasi dan menarik dapat digunakan untuk bercermin sekaligus berperan sebagai focal point sebuah ruang (tempat), (Honggowidjaja, 2003). John F.Pile (1988) dalam Honggowidjaja menjelaskan bahwa Aksesoris sebagai unsur focal point, eye catching, penangkap perhatian visual, sebagai unsur surprising, yang mampu menimbulkan kejutan yang indah sering digunakan di ruang awal setelah pintu masuk (hall, foyer).
2.1.7.1 Klasifikasi aksesoris interior Beberapa penulis pada prinsipnya mengkategorikan aksesoris menjadi dua kategori, yakni aksesoris fungsional dan aksesoris dekoratif
46
(Allen Tate & C. Ray Smith, 1986). Aksesoris Interior dapat berperan selaku ikon: 1.
Budaya
2.
Benda pusaka
3.
Benda memorabilia
4.
Investasi
5.
Simbol status
6.
Informasi
7.
Ekspresi atau pencerminan aspirasi, karakter
8.
Kebiasaan perilaku
(Sumber : Honggowidjaja, S.P . 2003. Menyadari potensi aksesoris dalam upaya Penghadiran Sebuah Tempat. Jurnal Desain Interior Petra.)
Kebijakan pemilik ataupun pengguna susunan, perletakan, posisi aksesoris yang baik dapat diatur dengan memperhatikan prinsip-prinsip serta elemen-elemen desain disertai dengan pengalaman kepekaan visualpsikologis dalam memadukan macam, bahan, warna, tekstur, pola, proporsi dan skala aksesoris. (Honggowidjaja, S.P.2003)
Adapun macam furnitur dan aksesoris Interior yang biasa terdapat pada ruang tunggu ialah sebagai berikut : 1.
Kursi
2.
Meja
3.
Standing Lamp
4.
Tempat Majalah atau Koran
5.
Table Lamp
6.
Tempat Sampah
2.1.8 Material Mewujudkan sebuah produk interior yang baik tidak lepas dari pemilihan material yang baik pula. Secara umum, material yang biasa digunakan untuk
47
furnitur interior dan aksesorisnya terbagi ke dalam 3 macam, yaitu material alami, material olahan dan material buatan (Jamaludin, 2007:87-99) a.
Material Alam Material alami merupakan material yang terdapat di alam, baik
sumber maupun cara mendapatkannya. Material ini terbagi atas : •
Kayu Kayu merupakan material paling awal yang dikenal berkualitas baik
untuk diolah sebagai furrnitur. Kayu dapat dikatakan sebagai material klasik untuk perabot termasuk kursi. Alasan utamanya dikarenakan ketersediaan bahan kayu di lingkungan. Selain itu pemilihan bahan kayu tertentu juga karena faktor kekuatan kayu dan karakteristik serat kayu yang menjadi bagian dari ornamen furnitur. Pengolahan kayu untuk furnitur biasanya terdiri dari dua bentuk. Bentuk bidang seperti papan biasanya untuk panel atau penutup suatu bidang seperti lemari. Sedangkan bentuk batang atau balok, bulat atau bujur sangkar untuk bagian kaki atau struktur meja dan kursi. (Jamaludin, 2007:88-89). Sementara itu terdapat pula macam treatment kayu solid yang dilengkungkan (bentwood), seperti dicontohkan oleh pabrik Thonet di Austria. Jenis kayu tropis untuk furnitur selain Jati dan Mahoni, juga kayu Ramin dengan karakter warnanya yang cerah, Sungkai dengan serat kayunya yang lembut, Nyatoh dengan karakteristik mirip Jati, dan sebagainya (Jamaludin, 2007:89). Berdasarkan sifat, kekuatan, keawetan, dan mutunya, jenis kayu dibagi menjadi lima golongan, yaitu: Golongan 1 : Jati, Johar, Kayu Arang, Bangkirai, dan lain – lain. Golongan 2 : Rasamala, Weru, Merawan, Sonokembang, dan lain – lain. Golongan 3 : Mahoni, Kamper, Puspa, dan lain – lain. Golongan 4 : Meranti, Jeugjing, dan lain – lain. Golongan 5 : Balsa, Kemiri, dan lain – lain.
48
(Sumber : Surya, 2002:3) •
Rotan Menurut Jamaludin (2007:92) di dunia, rotan paling banyak tumbuh di
Indonesia, sedikit di Malayia dan Filipina. Dengan kata lain, Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia, di mana vegetasinya banyak tumbuh di Sulawesi dan Kalimantan. Rotan sendiri telah lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan furnitur karena karakteristiknya yang dapat dilengkungkan dengan teknologi sederhana sehingga membuat banyak pengembangan desain yang dapat dihasilkan.
Gambar 2.38 Material Rotan (Sumber : www.beritalingkungan.com) •
Bambu Sebagaimana rotan dan kayu, bambu juga telah lama digunakan
segaian bahan baku pembuatan furnitur karena dipandang sebagai material yang eksotis. Umumnya, pendekatan desain yang digunakan terhadap bambu ialah
dengan cara memanfaatkan bentuk tabung /
tubular sebagai struktur, untuk bagian penutup, bambu dibuat dalam bentuk pipih serta anyaman (Jamaludin: 2007.94). Bentuknya yang lentur juga menjadi kekuatan bambu. Sayangnya, aplikasi desain yang cenderung monoton dan kurang variasi mengakibatkan sulitnya adaptasi material bambu dengan banyak kemungkinan desain, terutama interior, arsitektur, dan produk.
49
Gambar 2.39 Pemanfaatan Material Bambu Pada Bangunan (Sumber : www.ideaonline.co.id) • Logam Material logam yang kerap digunakan pada furnitur yaitu besi, stainless steel, aluminium, dan lain – lain. Dasar teoritis pertama terhadap penggunaan besi dalam furnitur mungkin dikemukakan oleh Le Corbusier yang menghendaki memasukkan furnitur ke dalam konsepnya, “machine for living”. Tujuan lainnya yaitu untuk meminimalkan penggunaan material dan ruang. Pemakaian besi dalam desain kursi modern sendiri dirintis oleh sekolah Bauhaus. Pada masa awal penggunaan besi pada furnitur menuai berbagai kritik di antaranya karena penggunaan material ini pada furnitur dianggap berkesan dingin dan keras sehingga dianggap tidak cukup nyaman secara visual. Namun demikian, melalui penelitian Marcel Breuer, sampailah pada kesimpulan bahwa melalui pengolahan desain yang baik maka material besi dapat dipakai menjadi desain furnitur (Jamaludin: 2007. 95)
Gambar 2.40 Wassily chair (Sumber : www. designtavern.com)
50
b. Material Olahan Di mateial alami, terdapat juga material olahan, yang berasal dari materi alam namun diolah sedemikian rupa menjadi bentuk baru material yang dapat digunakan. Adapun jenisnya antara lain ialah sebagai berikut: • Kayu Lapis Dikenal dengan istilah plywood. Kayu lapis sebagai temuan teknologi material abad ke – 20 telah menjadi media potensial dalam perkembangan desain modern. Kayu yang sebelumnya menggunkan kayu solid dengan lebar terbatas, dengan adanya kayu lapis dapat dibuat dalam ukuran yang lebih besar. Kini, penggunaan plywood tidak hanya sebatas untuk bagian belakang lemari atau laci saja, melainkan sudah bervariasi, salah satunya dengan teknik bending. Salah satu karya terkenal menggunakan teknik ini ialah karya-karya Alvar Aalto yaitu kursi Paimio. •
Particle Board Jamaludin (2007: 98-99) mengungkapkan bahwa, “Particle Board
merupakan panel terbuat dari partikel/bubuk kayu yang disatukan dengan pengeleman dan dipres”. Perlakuan dan teknik yang digunakan relatif sama dengan bahan dari plywood dan cocok untuk digunakan pada desain yang berbentuk dasar kotak seperti meja, rak, dan lemari. •
Veneer Veneer (Finir) adalah lembaran kayu tipis dari 0.24 mm sampai 0.6mm
yang diperoleh dari penyayatan (pengupasan) dolok kayu jenis- jenis tertentu. Muka finir sendiri bermacam – macam, tergantung pada material yang ingin digunakan. Ada veneer Nyatoh, Jati, bahkan bambu.
c. Material buatan Sementara itu, terdapat pula material buatan yang diformulasikan dari bahanbahan kimia tertentu oleh manusia sehingga menghasilkan bahan material baru. Material buatan selalu berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Diantara
51
material buatan yang kerap digunakan pada produk interior itu adalah fiber plastik dan resin. • Fiber Plastik Pertama kali digunakan, material plastik ialah dipakai untuk perahu. Bahan PVC cetakan memungkinkan metode konstruksi mebel/ kursi dari bahan plastik. Perkembangan material berbahan dasar plastik telah memunculkam material yang dapat dibuat menjadi kursi yang cukup kuat. Contoh materi berbahan baku plastik yang digunakan pada kursi ialah fiberglass, Plastik ABS, dan perspex.
2.1.9 Data Antropometri dan Ergonomi 2.1.9.1 Pengertian Antropometri dan Ergonomi 2.1.9.1.1 Pengertian Antropometri Antropometri
adalah
pengetahuan
yang
menyangkut
pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran, berat, volume) dan kharakteristik khusus lain dari tubuh (ruang gerak) yang relevan dengan perancangan alat alat atau benda yang digunakan manusia dan pengaturan stasiun kerja. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.1.9.1.2 Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti ilmu, sehingga jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi ergonomi yang berarti ilmu yang mempelajari prilaku manusia dalam kaitan dengan pekerjaan. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.1.9.2 Antropometri dan Ergonomi Anak Bentuk tubuh anak dapat dikatakan masih dalam tahap tumbuh kembang, oleh karena itu ukuran dan bentuk tubuh setiap anak juga dapat berbeda beda, berbeda juga dengan bentuk dan ukuran tubuh orang dewasa. Berikut adalah antropometri dan ergonomi kelompok anak usia 6 – 11 tahun pada umumnya :
52
Gambar 2.41 Tabel Berat Badan Anak (Sumber :Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 104)
Gambar 2.42 Tinggi Badan Anak (Sumber :Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 104)
53
Gambar 2.43 Tinggi Sikap Duduk Tegak Anak (Sumber :Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 105)
Gambar 2.44 Rentang Siku ke Siku Anak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 105)
54
Gambar 2.45 Rentang Pinggul Anak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 106)
Gambar 2.46 Tinggi Bersih Paha Anak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 106)
55
Gambar 2.47 Tinggi Lutut Anak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 107)
Gambar 2.47 Tinggi Lipatan Dalam Anak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 107)
56
Gambar 2.49 Jarak Pantat – Lipatan Dalam Lutut (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 108)
Gambar 2.50 Jarak Lipatan Dalam Anak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 108)
57
2.1.9.3 Antropometri dan Ergonomi Dewasa Dalam dimensi tubuh orang dewasa juga berbeda - beda, dapat diklasifikasikan dari gender, pria atau wanita, dari umur, ras dan lain – lain. Perbedaan ergonomi dapat dilihat dari berbagai aspek. Berikut antropometri dan ergonomi orang dewasa :
Gambar 2.51 Tubuh Manusia dan Golden Section (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 4)
Gambar 2.52 Sistem Sambungan Tubuh Manusia (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 37)
58
Gambar 2.53 Pedoman Dimensi Antropometrik (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 56)
Gambar 2.54 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Berat Badan (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 83)
59
Gambar 2.55 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinggi Badan (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 84)
Gambar 2.56 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinggi Duduk Tegak (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 85)
60
Gambar 2.57 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinggi Duduk Normal (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 86)
Gambar 2.58 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Rentang Siku ke Siku (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 87)
61
Gambar 2.59 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Rentang Panggung (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 88)
Gambar 2.60 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinggi Siku pada Posisi Istirahat (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 89)
62
Gambar 2.61 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinngi Bersih Paha (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 90)
Gambar 2.62 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinggi Lutut (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 91)
63
Gambar 2.63 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Tinggi Lipatan Dalam Lutut (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 92)
Gambar 2.64 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Jarak Pantat-Lipatan Dalam Lutut (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 93)
64
Gambar 2.65 Dimensi Kelompok Dewasa Berdasarkan Jarak Pantat-Lutut (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 94)
Gambar 2.66 Berbagai Macam Dimensi Tubuh Struktural (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 96)
65
Gambar 2.67 Dimensi Tubuh Fungsional (Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, halaman 98)
2.2 Tinjauan Khusus Untuk mendapatkan referensi perancangan sekolah musik, perlu dilakukan survey dan observasi lapangan ke beberapa sekolah musik yang sudah ada, sehingga dapat dilakukan studi kasus terhadap kegiatan dan kejadian nyata yang terjadi di lapangan. Pada proyek tugas akhir ini, penulis tidak hanya melakukan kunjungan lapangan ke institusi musik saja, melainkan juga ke sanggar musik. Survey dilakukan pada 2 sanggar musik dan 1 institusi musik yaitu MSI, Andante, dan Program Studi Seni Musik pada Institut Kesenian Jakarta.
66
2.2.1 MSI (Music School of Indonesia) 2.2.1.1 Sejarah dan Profil
Gambar 2.68 Logo Music School of Indonesia (MSI) (Sumber www.msi-school.com) MSI adalah sebuah sekolah musik beraliran kontemporer, yang pada mulanya berawal sebagai GSI (Guitar School of Indonesia). GSI didirikan oleh Dewa Budjana, Andra Ramadhan, dan Bernard Larso. Perkembangan GSI yang begitu pesat membuat GSI pada akhirnya memperluas bidang pelayanan, tidak hanya melalui pendidikan gitar saja. Dengan demikian GSI dirubah menjadi MSI pada Agustus 2010. 2.2.1.2 Lokasi Sekolah musik Music School of Indonesia (MSI), Pondok Indah berlokasi di Jl. Sultan Iskandar Muda No. 18B Arteri Pondok Indah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sekolah musik MSI (Music School of Indonesia) ini terletak di pinggir jalan Arteri, yang dimana salah satu jalan protokol di daerah Jakarta Selatan, dan juga sebagai salah satu akses jalan menuju ke Jakarta barat, selain itu, akses menuju ke sekolah musik MSI ini sangat mudah, dekatnya lokasi dengan terminal busway membuat sekolah ini tidak hanya bisa didatangi dengan kendaraan pribadi saja.
Gambar 2.69 Peta Lokasi Music School of Indonesia (MSI) (Sumber www.googlemaps.com)
67
Tampak depan gedung Sekolah musik Music School of Indonesia (MSI) sebagai berikut :
Gambar 2.70 Tampak depan Music School of Indonesia (MSI) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.2.1.3 Operasional MSI beroperasional setiap harinya mulai pukul 10.30 hingga 17.30 pada hari Senin hingga Jumat, sedangkan pada hari Sabtu jam operasional MSI dimulai lebih awal yaitu pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Sekolah musik MSI berada di sebuah ruko yang terdiri dari 5 lantai. Masing-masing lantai dibagi berdasarkan aktivitas pada sekolah musik MSI. Pada lantai 1 terdapat sebuah stage untuk pertunjukan mahasiswa yang diadakan setiap satu bulan sekali. Lantai 2 terdapat resepsionis, studio rekaman, display peralatan rekaman, dan ruang kontrol. Lantai 3 dikhususkan untuk gitar saja. Pada lantai 4 terdapat ruangan untuk drum, piano, vokal, dan keyboard. Sedangkan lantai 5 dikhususkan untuk ruang meeting. MSI menyediakan fasilitas ruangan yang berjumlah kurang lebih 18 kelas yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu kelas privat dan grup. Untuk masing-masing kelas grup dapat menampung 5 hingga 7 orang. Sekolah musik Music School of Indonesia (MSI) membatasi usia para siswa yang ingin mengasah kemampuan bermain musiknya yakni remaja dan
68
dewasa. dengan didukung oleh para pengajar ahli yang berjumlah kurang lebih 22, serta guru tamu yang dapat dipanggil khusus. 2.2.1.4 Program Belajar Pada MSI, sistem pembelajaran dibagi menjadi 5 kategori sesuai peminatan, yaitu : • VSI ( Vocal School of Indonesia) Tabel 2.2 Program Belajar VSI Kategori
Program
Usia
Private 30’
4-50 tahun
General
Private 45’
4-50 tahun
Program
Hobby Class
4-50 tahun
Semi Intensive Vocal Intensive
Intensive Vocal
Program
Semi Intensive Vocal
6 tahun keatas
6 tahun keatas
(Sumber : www.msi-school.com)
• GSI (Guitar School of Indonesia) Tabel 2.3 Program Belajar GSI Kategori
Program
Usia
Private 30’ Private 45’ General
Classical guitar
Program
Collective class
4-50 tahun
Semi Collective Class Kid Classes
Guitar for Kids
Kid Classes
Collective Guitar for Kids Jazz Guitar
6 tahun keatas 6 tahun keatas
69
Metal Guitar Style
Rock Guitar
Classes
Funk Guitar
4-50 tahun
Blues Guitar Fusion Guitar
Special
Private with
Class
artist
4-50 tahun
Semi Intensive Intensive
Guitar
Class
Intensive Guitar
Extra
Pro
Class
Clinic
4-50 tahun
4-50 tahun
(Sumber : www.msi-school.com) •
BSI (Bass School of Indonesia)
Tabel 2.4 Program Belajar BSI Kategori
Program
Usia
Private 30’ General
Private 45’
Program
Collective Class
4-50 tahun
Hobby Class Style Classes
Jazz Bass
4-50 tahun
Rock Bass Funk Bass
4-50 tahun
Advance Class
Advance Bass
4-50 tahun
Special Class
Private with artist
4-50 tahun
Semi-Intensive Intensive Class
Bass
4-50 tahun
Intensive Bass (Sumber : www.msi-school.com)
70
• DSI (Drum School of Indonesia) Tabel 2.5 Program Belajar DSI Kategori
Program
Usia
Private 30’ General
Private 45’
Program
Collective Class
4-50 tahun
Hobby Class Kids Class
Drum for kids
6 tahun keatas
Jazz Drum Style Classes
Latin Drum
Advance Class
Advance Drum
Special Class
Private with artist
Intensive Class
4-50 tahun 4-50 tahun 4-50 tahun
Semi-Intensive Drum
4-50 tahun
(Sumber : www.msi-school.com) • KSI (Drum School of Indonesia) Tabel 2.6 Program Belajar KSI Kategori
Program
Usia
Private 30’ General
Private 45’
Program
Classical Class
4-50 tahun
Hobby Class Kids Class
Keyboard for kids
6 tahun keatas
Jazz Keyboard Style Classes Advance Class
Latin Keyboard Advance Keyboard
Special Class
4-50 tahun
Private with
4-50 tahun
71
artist Intensive Class
4-50 tahun
Semi-Intensive Keyboard
4-50 tahun
(Sumber : www.msi-school.com) 2.2.1.5 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Music School of Indonesia (MSI) (Sumber : Music School of Indonesia)
72
2.2.1.6 Fasilitas Tabel 2.7 Tabel Hasil Survey MSI AREA
RUANG
GAMBAR
ANALISIS CEILING
:
Gypsum
dengan
finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Alami dan buatan. Lampu yang digunakan adalah lampu fluorescent dengan teknik pencahayaan downlight. ANALISA
:
Pada
ruangan
terdapat kursi bench yang dengan dudukan perforated metal plate, sofa dengan finishing kulit sintetis
Lantai 1
Lobby
berwarna
hitam,
coffee
berbahan
multiplek
table
finishing
melamic gloss warna putih dengan toptable
kaca,
stacking
chair
dengan rangka besi dan dudukan busa
dengan
finishing
fabric
warna biru. Pada area
lobby juga terdapat
sebuah stage untuk pertunjukan yang diadakan setiap bulan sekali. Stage ini berukuran kurang lebih 2 x 1.5 m. Sepanjang dinding terdapat display yang berisi fotofoto alumni MSI serta poster acara musik yang diadakan oleh MSI. Sementara di belakang panggung terdapat akses tangga dan lift.
73
CEILING
:
Gypsum
dengan
finishing cat tembok putih WALL : Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Floor covering motif parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 pk Lantai
Ruang
LIGHTING : Lampu sorot LED
2
Tunggu
dan lampu TL. ANALISA : Terdapat sebuah meja kerja berbahan multipleks dengan finishing cat putih, sebuah sofa 3 seater dengan finishing kulit sintetis warna hitam, coffee table berbahan kayu solid dengan finishing cat hitam doff.
CEILING
:
Gypsum
dengan
finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Floor covering motif Lantai
Area
2
Display
parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu sorot LED dan lampu TL. ANALISA : Rak display terbuat dari kaca. Dipakai untuk menaruh display peralatan recording yang dijual.
74
CEILING
:
Gypsum
dengan
finishing cat tembok putih DINDING : Fin. Cat tembok putih dan biru. FLOOR : Floor covering motif parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu sorot LED Ruang Lantai
Rekaman
2
1
dan lampu TL. ANALISA : Sebuah meja untuk menaruh peralatan rekaman, 6 meja
kayu
dengan
finishing
melamic gloss putih, 6 buah kursi beroda berbahan plastik, sebuah cermin berdiri. Pada ruangan ini terdapat beberapa keyboard serta alat-alat
recording.
Selain
itu
didalam ruangan juga terdapat sebuah cermin yang digunakan pada saat olah vokal, yang dipakai untuk
melatih
gesture
ekspresi murid saat bernyanyi.
dan
75
CEILING
:
Accoustic
panel,
finishing cat tembok biru dan putih. WALL : Accoustic panel fin. Cat tembok putih dan biru. FLOOR : Floor covering motif Ruang
parket, rug.
Kontrol
PENGHAWAAN : AC 1.5 PK
Lantai
&
2
Ruang Rekaman 2
LIGHTING : Lampu sorot LED dan lampu TL ANALISA
:
Sebuah
berbahan
kayu
solid
finishing
natural
meja dengan
gloss
untuk
menaruh PC peralatan rekaman, 2 stool plastik, 1 kursi kerja dengan roda dan dudukan busa, sebuah stool
dengan
kaki
besi
dan
dudukan busa dengan finishing kulit sintetis warna hitam. CEILING : Gypsum, finishing cat tembok putih. WALL : Gypsum fin. Cat tembok putih. FLOOR : Tile 30 x 30, karpet. Lantai
Mushola
2
& Toilet
PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu fluorescent. ANALISA : Mushola dan toilet pada MSI terletak di depan lift yang
tidak
Kekurangan
dari
digunakan. mushola
ini
adalah area perempuan dan lakilaki
tidak
dipisah,
dan
mushola tidak ada privasi.
area
76
CEILING : Gypsum, finishing cat tembok putih. WALL : Gypsum fin. Cat tembok putih. Acrylic glass panel bening dan hitam. FLOOR : Tile 30 x 30. PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu downlight fluerescent. ANALISA : Meja resepsionis berbahan
kayu
solid
dengan
finishing natural, pada sebagian Lantai Resepsionis 3
permukaan
depan
meja
resepsionis dilapisi dengan acrylic panel
warna
hitam.
Terdapat
beberapa bench dengan finishing kulit sintetis warna hitam di dekat meja
resepsionis,
selain
itu
terdapat papan pengumuman yang terbuat dari multipleks dengan finishing melamic gloss yang terdiri dari warna khas MSI, yaitu hijau, oranye, biru, merah, dan ungu.
KEKURANGAN : Kekurangan dari area resepsionis ini adalah letaknya yang berdekatan dengan toilet. Sehingga staff dan siswa sekolah musik dapat mencium bau tidak sedap yang berasal dari toilet lantai 3 tersebut.
77
CEILING : Gypsum, finishing cat tembok putih. WALL : Gypsum fin. Cat tembok putih. FLOOR : Tile 30 x 30. Area Display,
PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu downlight
Lantai
Ruang
fluorescent.
3
Pengajar,
ANALISA : Area display terbuat
Ruang
dari multipleks dengan finishing
Principal
melamic gloss warna biru, hijau, oranye, merah, dan ungu. Pada area display ini terdapat niche dengan rak kaca berfungsi untuk memajang
buku
merchandise
musik
MSI.
atau Ruang
pengajar dan principal terletak bersebelahan,
di
depan
area
display.
CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel fin. Cat Ruang
tembok putih. Acrylic panel warna
Lantai
Kelas
biru.
3
Gitar
FLOOR : Rug.
& Bass
PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu downlight fluorescent. ANALISA : Pada lantai 3 terdapat 3 ruang bass dan 4 ruang gitar.
78
Dalam setiap ruangan terdapat 2 kursi dengan rangka besi dan dudukan serta sandaran busa bagi murid dan pengajar. Dilengkapi dengan 2 amplifier, dan papan tulis.
Letak toilet pada lantai 3 sangat Lantai
Toilet
3
tidak
strategis
karena
dapat
terlihat langsung dari area ruang tunggu maupun area resepsionis.
CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel fin. Colored fabric. FLOOR : Rug. PENGHAWAAN : AC 1.5 PK Lantai
Ruang
LIGHTING : Lampu downlight
4
Kelas
fluorescent.
Piano
ANALISA : Terdapat 1 ruang piano pada Lantai 4. Di dalamnya terdapat sebuah upright piano dan bench,
sebuah
kursi
untuk
pengajar, Sebuah papan tulis, dan sebuah stool plastik.
79
CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel fin. Colored fabric. FLOOR : Rug. Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 PK
4
Kelas
LIGHTING : Lampu fluorescent
Keyboard
downlight. ANALISA : Terdapat 1 ruang keyboard pada Lantai 4, ruang ini fleksibel,
dapat
juga
dipakai
sebagai ruang vokal. Furnitur pada ruang ini diantaranya 1 kursi berbahan sofa dengan kaki besi, sebuah cermin berdiri, sebuah music stand, dan sebuah amplifier. CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel fin. Colored fabric. FLOOR : Rug. PENGHAWAAN : AC 1.5 PK Ruang
LIGHTING : Lampu fluorescent
Lantai
Kelas
downlight.
4
Drum
ANALISA
:
Pada
Lantai
4
terdapat 1 ruang drum, pada ruangan
ini
terdapat 1
stool
dengan kaki besi dengan dudukan busa yang dilapisi kulit sintetis polos warna hitam, 1 stool plastik, 1 amplifier, music stand, dan sebuah papan tulis.
80
CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel fin. Colored fabric. FLOOR : Rug. Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 PK
4
Kelas
LIGHTING : Lampu fluorescent
Drum
downlight. ANALISA terdapat
:
1
Pada ruang
Lantai vokal.
4 Di
ruangan ini hanya terdapat sebuah cermin dengan ukuran 1.5 x 1.5m dan sebuah papan tulis. Satu kekurangan dari ruang vokal ini adalah letaknya yang bersebelahan dengan ruang drum. CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel fin. Colored fabric. FLOOR : Rug. PENGHAWAAN : AC 1.5 PK LIGHTING : Lampu fluorescent Lantai
Ruang
4
Ensemble
downlight. ANALISA : Di lantai ini terdapat 1 ruang ensemble, yaitu ruangan yang dipakai untuk berlatih musik ber-grup. Ruangan relatif besar, mampu menampung sekitar 20 anak.
81
CEILING
:
Acoustic
panel,
finishing cat tembok putih. Gudang
WALL : Acoustic panel fin.
Lantai
&
Colored fabric.
4
Ruang
FLOOR : Rug.
Admin
LIGHTING : Lampu fluorescent downlight. ANALISA : Di lantai ini terdapat 1
gudang
untuk
menyimpan
peralatan musik.
CEILING : Gypsum, finishing cat tembok putih. WALL : Gypsum fin. Cat tembok putih.. Lantai
Pantry
FLOOR : Tile 20 x 20. LIGHTING
4
:
Cahaya
alami,
Lampu fluorescent. ANALISA : Kabinet berbahan multipleks
dengan
top
table
keramik putih.
CEILING : Gypsum, finishing cat tembok putih. Lantai 4
Toilet
WALL : keramik putih 15 x 15. FLOOR : Tile 15 x 15. LIGHTING : Lampu fluorescent. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
82
2.2.2 Andante 2.2.2.1 Sejarah dan Profil
Gambar 2.71 Logo Andante Music School (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Andante Music School berdiri sejak Juli 2006 dan sejak awal berkomitmen untuk memberikan pendidikan musik yang terbaik. Dalam waktu yang singkat Andante Music School telah memperoleh pengakuan masyarakat dan reputasi yang baik, khususnya dari segi standar kualitas pendidikan dan inovasi pembelajaran. Dua hal ini yang menjamin kualitas siswa kami selalu berada di level yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah lainnya. 2.2.2.2 Lokasi Saat ini Andante Music School memiliki 2 outlet, yang pertama berada di Ruko Taman Sunter Indah Kl 1 No. 24, Sunter, Jakarta Utara (Head Office) dan yang kedua berada di Taman Palem Branch, City Resort Residences, Rukan Hawaii B No. 65, Cengkareng, Jakarta Barat.
Gambar 2.86 Peta Lokasi Andante Music School (Sumber www.googlemaps.com)
83
Tampak depan gedung Sekolah musik Andante adalah sebagai berikut :
Gambar 2.87 Tampak Depan Andante Music School (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.2.2.3 Operasional Pada hari kerja yaitu Senin hingga Jumat jam operasional Andante dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 20.00 WIB. Sedangkan pada hari Sabtu jam operasional Andante dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Andante tidak mengadakan kegiatan belajar-mengajar pada hari Minggu. Bangunan Andante Music School merupakan sebuah ruko dengan 4 lantai. Andante menyediakan 11 ruangan kelas yang dibagi sesuai dengan kebutuhan. Ruangan kelas dapat dipergunakan fleksibel.
2.2.2.4 Program Belajar Total siswa Andante Music School berjumlah kurang lebih 200 orang. Dengan rentang umur 4 hingga 50 tahun. Berikut adalah program belajar yang ditawarkan : Tabel 2.8 Program Belajar Andante Music School Jenis Kelas
Jurusan
Umur
Classical (fokus pada lagu-
Keterangan Program ini sesuai
Minimum 4 tahun
bagi siswa yang
84
Regular
lagu zaman
untuk piano, vocal,
ingin belajar dari
Baroque, Classical,
dan violin.
level pemula
Romantic, & 20th
Minimum 7 tahun
(beginner) hingga
century)
untuk instrumen
tingkat mahir
Contemporary
lain.
(advance).
(pop & jazz) Fun Class atau kelas hobi adalah program kasual/nonFun Class
Usia minimum 10
kurikulum untuk
tahun.
siswa yang ingin mengisi waktu luang dengan bermain musik. Program intensif yang ditujukan bagi siswa yang ingin berkarier di
Diploma
dunia musik baik sebagai guru ataupun praktisi profesional. Murid mendapat kesempatan untuk bermain dalam
Youth
grup orkestra, murid dapat belajar berinteraksi dengan
Orchestra
murid lain sambil mengembangkan skillnya.
85
2.2.2.5 Struktur organisasi Berikut merupakan struktur organisasi Andante Music School :
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Andante Music School
(Sumber : Andante) 2.2.2.6 Fasilitas Tabel 2.9 Tabel Hasil Survey Andante AREA
RUANG
GAMBAR
ANALISIS CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Ceramic Tile 30 x 30 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Alami dan buatan.
Lantai 1
Resepsionis
Lampu yang digunakan adalah lampu fluorescent dengan teknik pencahayaan downlight. ANALISA
:
Pada
lantai
1
terdapat area public yang terdiri dari
ruang
tunggu
serta
resepsionis. tepat di depan pintu masuk. Pintu masuk Andante menggunakan
kaca
sehingga
ruangan mendapat pencahayaan
86
alami. Di dekat meja resepsionis terdapat rak buku kecil berbahan kayu
solid,
sebuah
tempat
penyimpanan payung, dan bench. Diatas bench terdapat hanging cabinet berbahan kayu dengan
finishing
solid
natural,
berfungsi sebagai storage. Selain itu pada lantai satu terdapat koridor yang menghubungkan area resepsionis dengan area ruang kelas. Selain itu terdapat koridor yang menghubungkan area resepsionis dengan
area
ruang
kelas.
Sepanjang koridor terdapat bench berbahan kayu dengan finishing natural semi gloss, untuk murid yang
menunggu
giliran
memasuki kelas.
CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Ceramic Tile 30 x 30 Lantai
Ruang Kelas
1
Piano
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. ANALISA
:
Pada
lantai
1
terdapat 3 ruang kelas; kelas piano, kelas gitar, dan kelas teori. Tembok pada setiap ruangan hanya didekorasi menggunakan
87
sticker dan beberapa lukisan murid.
Di
dalam
ruangan
terdapat 1 music stand, 1 stool dengan
rangka
besi
pipa
berwarna hitam, dan sebuah rak buku terbuat dari multipleks dengan finishing cat kayu doff berwarna biru. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Ceramic Tile 30 x 30 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. Lantai 1
Ruang Gitar
ANALISA : Pada ruang gitar terdapat sebuah cermin yang ditempel di tembok, Di dalam ruangan terdapat 1 music stand, 1 stool dengan rangka besi pipa berwarna hitam, 1 stool berbahan plastik, dan sebuah rak buku terbuat dari multipleks dengan finishing cat kayu doff berwarna biru. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. Penggunaan sticker sebagai elemen dekoratif. FLOOR : Ceramic Tile 30 x 30 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL.
88
ANALISA : Pada ruang kelas teori terdapat sebuah papan tulis, 3
meja
berbahan
multipleks
dengan finishing melamic gloss, 4 kursi lipat, 2 stool berbahan plastik, dan sebuah rak buku terbuat dari multipleks dengan Lantai
Ruang
finishing cat kayu doff berwarna
1
Teori
biru. Ruangan kelas teori sangat tidak nyaman karena terletak tepat di bawah tangga, sehingga kelas menjadi lebih sempit. Selain itu sirkulasi udara sangat buruk sehingga
ruangan
menjadi
pengap dan berbau apak. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Ceramic Tile 30 x 30 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk Lantai 1
Pantry
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Pantry terletak di bagian
belakang.
Terdapat
beberapa meja berbahan kayu solid dengan finishing natural untuk menaruh makanan maupun barang. Kursi yang digunakan adalah ditumpuk
stool
yang karena
dapat lebih
menghemat ruangan. CEILING : Gypsum dengan
89
finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. Lantai
Owner
ANALISA : Ruangan terletak di
2
Office
bagian
depan
ruko
sehingga
mendapatkan cahaya matahari langsung. Sirkulasi udara pun sangat
baik.
terdapat
Dalam
sebuah
ruangan
meja
kerja,
sebuah kursi kantor, tiga kursi plastik, 2 rak buku berbahan kayu
solid
dengan
finishing
natural, dan sebuah baby grand piano. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk
2
Kelas
LIGHTING : Lampu TL.
Piano
ANALISA
:
Pada
lantai
2
terdapat 4 ruang kelas yang terdiri dari 2 ruang piano, 1 ruang electone, dan satu ruang menggambar. Di dalam setiap ruang upright
kelas
pianoterdapat
piano,
dan
1
1
stool
90
plastik. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan Lantai
Ruang
motif parket.
2
Kelas
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk
Electone
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Dalam ruangan ini terdapat 1 electone, 1 music stand, sebuah cermin, dan 2 buah stool
plastik.
dekoratif
Untuk
ruangan
elemen
ini
hanya
memakai sticker dan lukisan yang dibuat oleh murid. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk
2
Kelas
LIGHTING : Lampu TL.
Menggambar
ANALISA
:
Untuk
kelas
menggambar, yang digunakan adalah meja berbahan plastik, kekurangan dari meja ini adalah permukaannya yang kasar dan sulit dibersihkan jika terkena krayon.
Sehingga
meja
pun
terlihat kotor. Meja juga terlalu banyak memakan tempat. Selain
91
meja terdapat 6 stool berbahan plastik. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. Lantai
Storage
2
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Untuk menyimpan buku musik, terdapat sebuah lemari
berbahan
Letak
lemari
kayu
tidak
solid.
strategis
karena berdekatan dengan toilet dan tangga. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. Lantai
Toilet
2
FLOOR : ceramic tiles. LIGHTING : Lampu fluorescent. ANALISA : Toilet cukup besar dan nyaman. Namun hanya ada satu toilet. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye.
Ruang
FLOOR : Floor Covering dengan
Lantai
Kelas
motif parket.
3
Gitar
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk. LIGHTING : Lampu TL. ANALISA
:
Pada
ruangan
92
terdapat 2 stool berbahan plastik, 1
gitar,
1
music
stand,
1
amplifier, sebuah cermin, dan sebuah
rak
buku
berbahan
multipleks dengan finishing cat kayu doff warna biru. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. Ruang
FLOOR : Floor Covering dengan
Lantai
Kelas
motif parket.
3
Piano
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : di Lantai 3 terdapat 3 ruang piano. Masing-masing ruang kelas terdapat upright piano,
sebuah
stool
untuk
pengajar. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. Ruang
FLOOR : Floor Covering dengan
Lantai
Kelas
motif parket.
3
Keyboard
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : di Lantai 3 terdapat 1
ruang
masing
keyboard.
ruang
kelas
Masingterdapat
keyboard, dan 2 stool dengan rangka besi hollow bundar warna hitam untuk pengajar dan murid.
93
CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. Ruang
WALL : Fin. Cat tembok broken
Lantai
Kelas
white & oranye.
3
Serbaguna
FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Ruangan mendapat sinar
matahari
langsung.
Di
dalamnya hanya terdapat 1 music stand dan 2 buah stool plastik. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 pk Lantai 3
Gudang
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Di lantai ini terdapat 2 buah gudang untuk menyimpan peralatan musik dan barangbarang Gudang
yang cukup
tidak
terpakai.
besar
untuk
menaruh meja dan rak buku yang tak terpakai.
94
CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok broken white & oranye. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket. PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Ruangan ini dipakai untuk berlatih musik dalam grup. Ruangan
dapat
memuat
15
Lantai
Ruang
hingga 20 orang. Pada ruang ini
4
Ensemble
terdapat beberapa music stand, kursi plastik yang ditumpuk, sebuah bench, dan sebuah rak buku. Kekurangan yang kentara adalah AC yang tidak seimbang untuk besar
ruangan,
tempat
tidak
adanya
penyimpanan
khusus
untuk buku, kursi dan peralatan lainnya
sehingga
diletakkan
secara asal. Tidak ada sirkulasi udara, ruangan terasa sangat pengap dan panas. Kursi yang digunakan pun hanya berupa kursi plastik yang dapat ditumpuk.
Karena
tidak
ada
tempat penimpanan khusus kursi ini
hanya
ditumpuk
dan
dibiarkan begitu saja. Ruang kelas pun terlihat berantakan. Storage
untuk
buku
dan
95
perlengkapan berupa
lainnya
hanya
plastik
yang
box
ditempatkan di samping bench.
CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : acoustic wall. FLOOR : Floor Covering dengan motif parket, rug. PENGHAWAAN : AC 1.5 pk LIGHTING : Lampu TL. ANALISA
:
Satu-satunya
Lantai
Ruang
ruangan dengan acoustic wall,
4
Drum
untuk meredam suara drum. Di dalam ruangan hanya terdapat alat musik drum dan 2 tempat duduk untuk pengajar dan murid. Ruangan terbilang sempit dan pengap. Kursi yang digunakan diantaranya
kursi
plastik
berwarna merah dan stool khusus bermain drum yang terbuat dari besi
dengan
dilapisi
kulit
menggunakan
dudukan
busa,
sintetis.
Lantai
floor
covering
dengan motif kayu dan karpet (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
96
2.2.3 Institut Kesenian Jakarta (IKJ) 2.2.3.1 Sejarah dan Profil
Gambar 2.74 Logo Program Seni Musik IKJ (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) merupakan perguruan tinggi seni satu-satunya yang berada di jantung ibu kota Jakarta. IKJ merupakan pengembangan dari Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang didirikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin tahun 1970 di bawah Yayasan PKJ, tahun 1985 LPKJ diberi nama baru Institut Kesenian Jakarta atau IKJ sehingga sampai saat sekarang IKJ telah berusia 40 tahun. Perjalanan selama 40 tahun telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan baik di bidang akademik maupun pada berbagai kegiatan kesenian, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Secara akademik IKJ telah mampu menjadi pelopor perkembangan seni dan industri seni bersama perguruan tinggi seni lain di Indonesia dan manca negara. IKJ telah lama menjadi pusat pemikiran, perkembangan dan pertumbuhan seni tradisi dan seni kontemporer di Indonesia. Hingga saat ini IKJ yang berada dalam naungan resmi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, segera mengamalkan Tridharma Perguruan Tinggi secara penuh pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di kampus ini para pemuda akan ditempa dan dididik dalam berkesenian untuk menyongsong masa depan mereka, dan untuk menentukan masa depan kesenian di Indonesia.
97
2.2.3.2 Lokasi Institut Kesenian Jakarta berlokasi di Taman Ismail Marzuki No. 73, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat.
Gambar 2.75 Peta Lokasi IKJ (Sumber www.googlemaps.com) Tampak depan gedung seni musik IKJ adalah sebagai berikut :
Gambar 2.118 Tampak depan Gedung Seni Musik IKJ. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.2.3.3 Operasional Jam operasional program studi seni musik IKJ adalah 09.00 hingga 17.00 setiap harinya, hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Namun jadwal IKJ cukup fleksibel, apabila mahasiswa ingin latihan mandiri, mahasiswa dapat memakai ruangan hinga jam 21.00 WIB.
98
2.3.3.4 Program Belajar Total mahasiswa Program Studi Seni Musik IKJ berjumlah kurang lebih 350 orang. Berikut adalah program belajar yang ditawarkan : Tabel 2.10 Program Studi Seni Musik IKJ No
Peminatan
1.
Peminatan Instrumen
Keterangan Terdapat 16 mayor pada Peminatan Instrumen, yaitu : 1. Gitar Klasik 2. Gitar Elektrik 3. Vokal 4. Piano 5. Kontrabass 6. Bass Elektrik 7. Violin 8. Viola (biola alto) 9. Cello 10. Perkusi 11. Horn 12. Terompet 13. Trombone 14. Klarinet 15. Saksofon Alto 16. Saksofon Tenor
2.
Peminatan Vokal
3.
Peminatan Komposisi
4.
Peminatan Teknologi Musik
Peminatan 5.
Musikologi ( Sumber : Data Pribadi)
99
2.3.3.5 Struktur Organisasi Berikut merupakan struktur organisasi Program Studi Seni Musik IKJ :
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Program Studi Seni Musik IKJ
(Sumber : Data Pribadi) 2.3.3.6 Fasilitas Tabel 2.11 Tabel Hasil Survey IKJ AREA
RUANG
GAMBAR
ANALISIS CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok putih dan hijau muda. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN : AC ceiling cassette 1.5 pk.
Lantai
Ruang
LIGHTING
Dasar
Tunggu
fluorescent. ANALISA
:
:
Pada
Lampu
ruang
tunggu ini hanya terdapat dua
100
buah bench yang terbuat dari kayu solid dengan finishing natural. Tidak ada furnitur permanen
pada
ruang
ini
karena pada waktu tertentu ruangan
juga
sebagai
digunakan
tempat
untuk
pertunjukan musik. Seluruh tembok
merupakan
tembok
permanen dengan finishing cat tembok warna putih. Terdapat juga warna hijau muda pada beberapa bagian tembok. Di ruangan ini terdapat jendela sehingga ruangan mendapat pencahayaan yang cukup. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok putih dan hijau muda. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN : AC ceiling cassette 1.5 pk. LIGHTING
:
Lampu
fluorescent. Lantai
Ruang
Dasar
HMJ
ANALISA : Pada Lantai 1 terdapat
ruang
himpunan
mahasiswa jurusan. Finishing tembok
menggunakan
cat
putih dan hijau muda. Pada ruangan hanya tidak terdapat tempat penyimpanan barang
101
sehingga barang mahasiswa ditumpuk begitu saja. Kursi yang digunakan disini berupa stool berwarna hijau yang dapat ditumpuk. CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x Lantai
Pantry
Dasar
60 PENGHAWAAN : AC ceiling cassette 1.5 pk. LIGHTING
:
Lampu
fluorescent. ANALISA : Pantry hanya ada di lantai dasar, dekat dengan toilet.
Pada
pantry
hanya
terdapat sebuah CEILING : Gypsum dengan finishing cat tembok putih. WALL : Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN : AC ceiling cassette 1.5 pk. Lantai
Kantor
1
Pengurus
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA
:
Ruangan
ini
terletak tepat di sebelah akses tangga ke lantai 2.
Pada
ruangan ini terdapat 3 buah meja kerja yang terbuat dari
102
perforated metal steel plate dengan top table berbahan kayu, 2 buah komputer, 4 buah kabinet, 3 buah kursi kerja berbahan besi dengan finishing cat duco hitam serta dudukan dan sandaran busa, 1 sofa 3 seater yang terbuat dari rotan dengan finishing semi gloss. Terdapat
perlakuan
khusus
pada tembok ruangan ini, yaitu dinding akustik yang berfungsi untuk meredam suara. Dinding akustik
pada
ruangan
ini
terdiri dari perforated gypsum panel,
rug
wool
dengan
ketebalan
20cm,
serta
lembaran
glass
wool.
Treatment ini diaplikasikan pada hampir seluruh ruangan di dalam gedung seni musik IKJ. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x Lantai
Ruang
60
1
Kelas
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk. LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Terdapat 4 ruang kelas pada lantai ini, yang
103
terdiri dari 1 ruang kelas besar dan 3 ruang kelas kecil. Ruang kelas besar ini dapat menampung kurang lebih 40 orang. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah upright piano, sebuah papan tulis, sebuah meja dosen yang terbuat dari kayu, sebuah credenza untuk menaruh
TV.
Kursi
yang
digunakan pada ruangan ini adalah
kursi
dilipat.
Untuk
yang
dapat
penghawaan
ruangan ini menggunakan 6 buah AC. Sementara itu setiap ruangan di lantai ini mendapat sinar matahari langsung, sehingga ruangan
tidak
lembap.
Sirkulasi udara pun sangat baik. Pada 3 ruang kelas lainnya juga terdapat sebuah upright piano, namun pada satu ruang kelas terdapat sebuah cermin untuk berlatih vokal. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok Lantai
Ruang
putih.
2
Kelas
WALL : Acoustic panel Fin.
Piano
Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60
104
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk. LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Pada setiap ruang kelas piano terdapat sebuah upright piano, sebuah papan tulis,
meja
pengajar,
dan
sebuah kursi lipat.
CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk.
2
Kelas
LIGHTING : Lampu TL.
Drum
ANALISA : Terdapat 1 ruang drum di lantai 2. Di dalamnya terdapat sebuah music stand, papan
tulis,
dan
sebuah
amplifier. Tidak ada kabinet pada peralatan
ruangan musik
sehingga hanya
disimpan di dalam kardus dan ditaruh di lantai. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x
105
60 Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk.
2
Cello
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Terdapat 2 music stand, sebuah kursi lipat dan sebuah meja kayu. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60
Lantai
Ruang
PENGHAWAAN : AC 1.5 pk.
2
Kelas
LIGHTING : Lampu TL.
Teori
ANALISA : Di lantai ini juga terdapat ruang kelas besar yang umumnya dipakai untuk kelas teori maupun seminar. Kelas ini dapat menampung kurang lebih 40 orang. Pada ruang
kelas
teori
terdapat
sebuah upright piano, music stand, sebuah meja guru, dan beberapa kursi lipat. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. Lantai
Ruang
WALL : Acoustic panel Fin.
3
Kelas
Cat tembok putih.
Piano
FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk.
106
LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Sama dengan ruang kelas piano pada lantai sebelumnya, dalam ruangan terdapat sebuah upright piano, meja guru, papan tulis, dan kursi lipat.
CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN : AC 1.5 pk. LIGHTING : Lampu TL. Lantai
Ruang
3
Multimedia
ANALISA
:
Ruang
multimedia digunakan untuk mempelajari
teori
membutuhkan komputer. terdapat multipleks
media
Di 6
yang
ruanga
ini
meja
berbahan
dengan
dimensi
kurang lebih 70 x 50 cm untuk menaruh komputer. Selain itu juga terdapat 2 buah meja untuk menaruh peralatan, dan beberapa kursi lipat. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin.
107
Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60 PENGHAWAAN
:
AC
central. LIGHTING
:
Lampu
fluorescent. ANALISA
:
Interior
aula
resital dibuat dengan konsep amphiteater, sehingga
tanpa
lebih
kursi
menghemat
ruang. Wall treatment pada dinding ruang resital adalah panel kayu solid. Lantai pada Lantai
Aula
3
Resital
rungan ini ditutup karpet. Pada
bagian
belakang
panggung terdapat ruang kecil untuk
persiapan.
ruangan
ini
Lantai
menggunakan
floor covering dengan pattern kayu. Untuk penghawaan, aula ini menggunakan AC central. Sementara itu, pencahayaan yang digunakan adalah lampu fluorescent
kuning
dengan
teknik pencahayaan downlight. CEILING : Acoustic panel dengan finishing cat tembok putih. WALL : Acoustic panel Fin. Cat tembok putih. FLOOR : Ceramic Tile 60 x 60
108
PENGHAWAAN
:
AC
central. LIGHTING : Lampu TL. ANALISA : Pada lantai tiga Lantai
Mushola
terdapat
3
mushola.
Namun
kekurangan
dari
ruang
mushola
adalah
tidak
ini
adanya
lemar
menyimpan
untuk
sajadah
serta
mukena. Selain itu tidak ada pemisah antara area laki-laki dan perempuan.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.2.4 Perbandingan Hasil Survey Lapangan Berikut merupakan tabel flip chart untuk menunjukkan perbandingan hasil survey yang telah dilakukan di beberapa sekolah musik :
Tabel 2.12 Flip Chart Hasil Survey Lapangan RUANG
MSI
ANDANTE
IKJ
Fasad & Entrance
Resep-
IKJ tidak memiliki
sionis
resepsionis
109
Area Tunggu
Ruangan Kelas / Studio Musik
110
Ruangan Kelas Lain
Stage/
Andante tidak
Recital
memiliki
aula
stage/recital aula.
Galeri
Koridor & Area Sirkulasi
Andante tidak
IKJ tidak memiliki
memiliki galeri
galeri
111
Andante tidak
Mushola
memiliki mushola.
(Sumber : Data Pribadi)
2.2.5 Hail Analisa Ruang Khusus pada Lokasi Survei Berdasarkan survei pada ketiga tempat tersebut, berikut merupakan penjabaran permasalahan beserta fasilitas pada area ruang khusus yang akan diolah, yaitu ruang tunggu. 1. MSI Pada MSI ruang tunggu terletak di lantai dasar dekat pintu masuk dan pada lantai 3 dekat dengan ruang kelas. Suasana ruang tunggu cenderung berkesan minimalis. Furnitur yang digunakan kebanyakan terbuat dari metal dengan dudukan busa finishing faux leather hitam sehingga terkesan maskulin. Namun jumlah kursi yang disediakan tidak seimbang dengan jumlah murid dan kurang memfasilitasi aktivitas pengguna. Begitu juga dengan konfigurasi layout furnitur yang kurang diperhatikan. 2. Andante Sarana duduk yang terdapat pada ruang tunggu Andante hanya berupa bench yang terbuat dari modul-modul kayu dengan finishing natural. Walaupun lebar dudukan sudah sesuai dengan standar ergonomi, sarana duduk masih kurang memfasilitasi kegiatan pengguna. Selain itu sarana duduk kurang nyaman untuk diduduki untuk waktu yang lama. 3. IKJ Sarana duduk pada ruang tunggu sekolah musik IKJ berupa bench kayu. Tersedia 2 bench dengan ukuran yang sama pada area ruang tungu dengan konfigurasi layout berbentuk ‘L’. Selain kurang nyaman
112
untuk diduduki pada jangka waktu yang lama, murid juga lebih memilih untuk duduk di luar karena bentuk bench yang lurus tidak dapat mengakomodir aktivitas interaksi murid.
Tabel 2.13 Perbandingan Fasilitas Duduk pada Ruang Tunggu
MSI
ANDANTE
IKJ
(Sumber : Data Pribadi)
2.2.6 Kesimpulan Tinjauan Umum dan Khusus Dari studi-studi literatur beserta kegiatan survey dan observasi lapangan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa hal-hal penting untuk dijadikan sebagai referensi perancangan interior sekolah musik yang baik, antara lain : •
Sekolah musik yang baik memiliki program kelas yang baik dan terstruktur, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. -
Sekolah musik yang baik juga harus mampu menyediakan aktivitas-aktivitas yang menarik dan bermanfaat bagi bagi anak.
113
-
Untuk anak-anak dalam usia yang lebih kecil, aktivitas pembelajaran dengan partisipasi orang tua dan teman-teman seusia sangat baik bagi pertumbuhan sosial anak.
•
Sekolah musik yang baik memiliki fasilitas yang baik untuk menunjang aktivitas-aktivitas di dalam sekolah musik, baik itu aktivitas belajar, pertunjukan, hingga aktivitas penunjang lainnya. -
Fasilitas yang dapat disediakan di dalam sekolah musik antara lain : ruangan kelas (privat & kolektif), ruangan pertunjukan, front desk, kantor, lounge, perpustakaan audio visual, retail store, galeri, cafeteria, dan lain-lain.
•
Lokasi
yang
strategis
dan
mudah
dicapai bermanfaat
bagi
pertumbuhan sekolah musik. •
Jumlah dan dimensi ruangan kelas di dalam sekolah musik memperhatikan kapasitas dan jadwal pelajar.
•
Sekolah musik yang baik memperhatikan elemen-elemen interior esensial
seperti
pemakaian
material,
ergonomi,
pencahayaan,
penghawaan, akustik, signage, dan tingkat keamanan. -
Pemakaian material interior yang baik diperhatikan fungsinya terhadap durabilitas dan fungsi aktustik.
-
Fungsi ergonomi diperhatikan baik dari segi dimensi ruangan maupun desain dari furniture.
-
Pencahayaan yang baik memanfaatkan kombinasi pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, dengan tingkat penerangan yang memadai untuk kegiatan bermusik.
-
Penghawaan yang baik memanfaatkan kombinasi penghawaan alami dan penghawaan buatan, sehingga temperatur udara di dalam ruangan nyaman bagi pengguna.
-
Tata akustik yang baik memungkinkan suara dari dalam tidak merambat keluar dari ruangan dan suara luar tidak masuk ke dalam ruangan. Tata akustik diperhatikan dari segi pemanfaatan material beserta organisasi ruangan.
114
-
Desain dan peletakan signange di dalam sekolah musik merupakan hal penting yang harus diperhatikan, agar signage dapat dikomunikasikan dengan efektif bagi pengguna ruangan.
Sekolah musik harus memiliki tingkat keamanan yang baik, dan harus mempertimbangkan kondisi darurat dalam perancangan.