BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengukuran Waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara
kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut adalah pengukuran-pengukuran yang terdapat didalam pengukuran waktu kerja. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P169)
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung Pengukuran waktu kerja secara langsung merupakan pengukuran waktu kerja yang dilakukan secara langsung yaitu ditempat pengamatan pekerjaan yang diamati. (Sritomo, 1995, P170) Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang dilakukan sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran ini dapat dengan mengunakan jam henti (stopwatch time study) atau dengan mengunakan sampling kerja (work sampling). Disini waktu yang dihasilkan tentu saja akan menghasilkan sebuah data yang tentunya dapat dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Hal ini tentunya dipertimbangkan sebagai langkah yang tidak efisien, karena bagaimanapun berbagai macam pekerjaan / operasi akan memiliki elemen-
9
elemen kerja yang tidak sama. Berikut dibawah ini akan dibahas secara singkat kedua metode pengukuran waktu kerja secara langsung ini.
2.1.1.1
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (Stop Watch) Metode ini dilakukan untuk pekerjaan yang berlangsung
singkat
dan berulang-ulang (repetitive) dimana pengukurannya
dilakukan dengan alat ukur yang disebut jam henti atau stop watch. (Studi gerak dan waktu, 1995, P171) Pengukuran kerja ini pertama kali diperkenalkan oleh Federick W. Taylor pada abad ke 19. Dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan, dan dapat juga digunakan sebagai satu standar waktu untuk pekerja lain yang menyelesaikan pekerjaan yang sama. (Studi gerak dan waktu, 1995, P171) Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti ini umumnya diaplikasikan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama. Meskipun demikian aktivitas ini bisa juga diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non-manufakturing seperti yang bisa ditemui dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan lainnya asalkan memiliki kriteria-kriteria seperti :
10
Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform.
Isi / macam pekerjaan itu harus homogen.
Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara kuantitatif baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung.
Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan
pengukuran yang obyektif
karena disini
cara
waktu ditetapkan
berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya sekedar diestimasi secara subyektif. Disini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :
Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa.
Operator
harus
memahami
benar prosedur dan
pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja.
metode
11
Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relative berbeda
tidak jauh
dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja
dilakukan.
Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai dengan seluruh periode kerja yang ada.
2.1.1.2
Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Sampling
Kerja (Work Sampling) Pengukuran ini dilakukan dengan mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, operator, maupun proses. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh LHC Tippett dalam aktivitas penelitian industri tekstil. Secara umum metode ini dapat
digunakan
untuk
mengukur
ratio
delay,
menetapkan
performance level, dan menentukan waktu baku suatu proses atau operasi. ( Sritomo ,1995, P207 )
12
2.1.2
Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak langsung Pengukuran kerja tidak langsung adalah penetapan waktu baku suatu
pekerjaan yang
dapat dilakukan meskipun pekerjaan itu sendiri belum
dilaksanakan. Sehingga di sini kita dapat memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan aktivitas yang dilakukan hanya dengan melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia hanya dengan mengetahui urutan-urutan pekerjaan yang ada, cara ini bisa dilakukan dalam aktivitas data waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermined time system).( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P232 ). Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam pengukuran waktu kerja secara tidak langsung.
2.1.2.1
Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sistem Faktor Kerja
(Work Factor System) Sistem Faktor kerja merupakan salah satu sistem dari Predetermined Time System yang paling awal dan sering digunakan. Sistem pengukuran ini menggunakan data waktu gerakan yang telah ditetapkan. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P245)
13
Berikut ini adalah hal-hal yang penting dalam sistem faktor kerja. A.
Variabel Utama dari Sistem Faktor Kerja Ada empat variable utama yang akan mempengaruhi waktu
untuk melaksanakan gerakan-gerakan kerja secara manual, yaitu : Anggota tubuh yang digunakan 1.
Jari atau telapak tangan
2.
Lengan (Arm)
3.
Putaran Lengan ( Forearm swiveal )
4.
Badan Bagian Atas ( Trunk )
5.
Telapak Kaki ( Foot )
6.
Kaki ( Leg )
Jarak yang harus ditempuh Yang dimaksud dengan jarak disini adalah jarak lurus antar titik dimulainya gerakan sampai saat gerakan tersebut berhenti.
Kontrol manual yang Diperlukan Kontrol manual terhadap suatu gerakan akan mempengaruhi lamanya gerakan tersebut terjadi. Semakin besar kontrol manual diperlukan, maka semakin besar dibutuhkan.
pula waktu yang
14
Besarnya kontrol manual ditentukan oleh beberapa faktor dibawah ini. 1.Keadaan Perhentian yang Pasti ( Definite Stop ) Jika letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti maka perhentian ini disebut Definite Stop. 2.Pengarahan ( Steering ) Jika letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti, maka perhentian ini memerlukan pengarahan. Pengarahan sering terjadi secara bersamaan dengan perhentian yang pasti. 3.Kehati-hatian ( Precaution ) Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian misalnya untuk menghindari atau kontrol lain maka kehatihatian ada terkandung didalamnya. 4.Perubahan Arah Gerak ( Change Direction ) Perubahan arah gerak adalah faktor yang tersangkut apabila didalam suatu gerakan terjadi perubahan arah yang cukup signifikan.
Berat atau tahanan
15
B.
Tabel Data Waktu Gerakan Untuk Faktor Kerja (The Work Factor Motion Time Table) Data waktu gerakan menurut faktor kerja dapat dilihat dalam
tabel. Tabel waktu gerakan faktor kerja mencantumkan waktu-waktu gerakan menurut anggota badan yang menggerakkannya. Disini faktor-faktor kerja yang tidak terkait tidak diperhatikan macamnya melainkan ditinjau dari segi banyaknya. Jadi bukan faktor kerja mana yang akan berpengaruh tapi berapa banyak faktor kerja yang terkandung didalamnya. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P247) Pada Work Factor System, suatu pekerjaan dibagi atas elemenelemen gerakan standar kerja seperti dibawah ini :
Transport atau Reach and Move ( TRP )
Grasp (GR)
Pre- Position ( PP )
Assemble ( ASY )
Use ( manual, process or machine time ) - ( US )
Disassemble ( DSY )
Mental Process ( MP )
Release ( RL )
16
Kemudian
simbol-simbol
ini
akan
dipergunakan
menunjukkan anggota tubuh mana yang dipergunakan. Berikut adalah tabel faktor – faktor kerja yang distandarkan.
Tabel 2.1 Anggota tubuh dan Faktor Kerja dalam Work Factor Anggota tubuh Finger Hand Arm ForeArm Trunk Foot Leg Head Turn
Simbol F H A FS T FT L HT
Faktor kerja Weight of resistance Directional Control Steer Care ( Precaution ) Change Direction Define Stop
Simbol W S S P U D
untuk
17
Dan berikut dibawah ini adalah table Work Factor Motion Time : Tabel 2.2 Work Factor Motion time table Distance Work Factor Moved Basic 1 2 3 (A) Arm - Measured at knucles 1" 18 26 34 40 2" 20 29 37 44 3" 22 32 41 50 4" 26 38 48 58 5" 29 43 55 65
4
Distance Moved
46 50 57 66 75
1" 2" 3" 4" 5"
Work Factor Basic 1 2 3 4 (L) Leg - Measured at ankle 21 30 39 46 53 23 33 42 51 58 26 37 48 57 65 30 43 55 66 76 34 49 63 75 86
6" 7" 8" 9" 10"
32 35 38 40 42
47 51 54 58 61
60 65 70 74 78
72 78 84 89 93
83 90 96 102 107
6" 7" 8" 9" 10"
37 40 43 46 48
54 59 63 66 70
69 75 80 85 89
83 90 96 102 107
95 103 110 117 123
11" 12" 13" 14" 15"
44 46 47 49 51
63 65 67 69 71
81 85 88 90 92
98 102 105 109 113
112 117 121 125 129
11" 12" 13" 14" 15"
50 52 54 56 58
72 75 77 80 82
94 97 101 103 106
112 117 121 125 130
129 134 139 144 149
16" 17" 18" 19" 20"
52 54 55 56 58
73 75 76 78 80
94 96 98 100 102
115 118 120 122 124
133 137 140 142 144
16" 17" 18" 19" 20"
60 62 63 65 67
84 86 88 90 92
108 111 113 115 117
133 135 137 140 142
153 158 161 164 166
22" 24" 26" 28' 30"
61 63 66 68 70
83 86 90 93 96
106 109 113 116 119
128 131 135 139 142
148 152 156 159 163
22" 24" 26" 28' 30"
70 73 75 78 81
96 99 103 107 110
121 126 130 134 137
147 121 122 126 130
171 175 176 183 187
35" 40"
76 81
103 109
128 151 171 35 159 179
35" 40"
87 93
118 147 143 197 126 155 182 206
weight Male in Lbs Fem.
2 1
7 3,5
13 6,5
weight Male in Lbs Fem.
8 4
42 21
20 10
UP UP
UP UP
-
-
18
Tabel 2.2 Work Factor Motion time table ( Lanjutan ) (T) Trunk- Measured at shoulder 1" 26 38 49 58 2" 29 42 53 64 3" 32 47 60 72 4" 38 55 70 84 5" 43 62 79 95
67 73 82 96 109
6" 7" 8" 9" 10"
47 51 54 58 61
68 74 79 84 86
87 95 101 107 113
105 114 121 128 135
120 130 139 147 155
11" 12" 13" 14" 15"
63 66 68 71 73
91 94 97 100 103
118 123 127 130 133
141 147 153 158 163
105 108 111 113 116 58 29
136 139 142 145 148 UP UP
167 170 173 176 179 -
16" 75 17" 78 18" 80 19" 82 20" 84 Weight Male 11 in Lbs. Fem 51/2
(F,H) Finger Hand-Measured 1" 16 23 2" 17 25 3" 19 28 4" 23 33 Weight Male in Lbs. Fem
2/3 1/3
2 1/2 2 1/4
at Finger Tip 29 35 40 32 38 44 36 43 49 42 50 58 4 4
UP UP
-
(FT) Foot-Measured at Toe 1" 20 29 37 44 51 2" 22 32 40 48 55 3" 24 35 45 55 63 162 4" 29 41 53 64 73 169 Weight Male 5 22 UP 175 in Lbs. Fem 2 1/2 11 UP 182 188 (FS) ForeArm Swivel-Measured at knuckles 45 17 22 28 32 37 90 193 23 30 37 43 49 135 199 28 36 44 52 58 180 203 31 40 49 57 65 206 209 - Torque Male 3 13 UP - Lbs.Ind.Fem 1 1/2 6 1/2 UP -
19
2.1.2.2
Pengukuran Waktu kerja dengan Menggunakan Metode Pengukuran Waktu ( Methods-Time Measurement ) MTM adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku
(predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan – gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. ( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P251 ) Pengukuran waktu dengan metode MTM ini dilakukan dengan cara membagi gerakan-gerakan kerja
atas elemen-elemen
gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn), memegang (grasp) , mengarahkan (position), melepas (release), melepas rakit (dis-assemble), gerakan mata (eye movement), dan gerakan anggota badan lainnya. Elemen – elemen gerakan itu sendiri akan ditentukan berdasarkan kelas-kelas yang sesuai dengan kondisi pada saat operator bekerja atau melakukan gerakan. ( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P251 )
Gerakan - gerakan dasar pada pengukuran waktu dengan MTM Menjangkau (Reach) Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan tertentu.
20
Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan menjangkau ini bervariasi dan tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan / kondisi tujuan, panjang gerakan dan macam gerak jangkauan yang dilakukan. Disini ada lima macam kelas menjangkau yang mana waktu untuk melaksanakan masing-masing gerakan menjangkau tersebut akan dipengaruhi oleh keadaan obyek yang akan dijangkau. Ke lima kelas itu adalah : Menjangkau kelas A : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu tempat yang pasti, atau ke suatu obyek di tangan lain. Menjangkau kelas B : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya berada pada jarak ” kira-kira”
tapi
tertentu
dan
diketahui
lokasinya. Menjangkau kelas C : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang bercampur aduk dengan banyak obyek lain. Menjangkau kelas D : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang kecil sehingga diperlukan suatu alat pemegang khusus.
21
Menjangkau kelas E : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya tidak pasti.
Mengangkut (Move) Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu objek
dari satu
lokasi ke lokasi tujuan tertentu. Disini ada tiga kelas mengangkut, yaitu : Mengangkut kelas A : Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek dari satu tangan ketangan yang lain atau berhenti karena suatu sebab. Mengangkut kelas B : Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau mendekati. Mengangkut kelas
C
: Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya sudah tetap atau tertentu.
22
Memutar (Turn) Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik dalam keadaan kosong atau membawa beban beban. Gerakan disini berputar pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan yang ada. Waktu dibutuhkan untuk memutar akan tergantung pada dua variabel yaitu derajat putaran dan faktor berat yang harus dipikul.
Menekan (Apply Pressure) Siklus waktu penuh komponen gerakan berkaitan dengan gerakangerakan lainnya.
Memegang (Grasp) Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menguasai / mengontrol sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang mempengaruhinya lamanya gerakan ini adalah mudah / sulitnya obyek dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lain, bentuk obyek dan lain-lain.
23
Mengarahkan (Position) Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu obyek dengan obyek lainnya. Gerakan yang ada disini cukup sederhana sehingga tidak diklasifikasikan seperti elemen-elemen gerakan dasar yang lain. Waktu untuk gerakan mengarahkan dipengaruhi oleh derajat kesesuaian, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani (handling).
Melepas (Release) Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan melepas ialah gerakan melepas normal (normal release) yaitu secara sederhana jari-jari tangan bergerak membuka dan yang kedua adalah gerakan melepas sentuhan (contact release) yaitu dimulai dan diselesaikan
penuh sesaat elemen gerakan
menjangkau (reach) dimulai tanpa ada waktu idle sesaat pun. Biasanya gerakan melepas tidak membutuhkan waktu untuk melaksanakannya terkecuali bila gerakannya terpisah dengan gerakan lainnya.
24
Melepas Rakit (Disassemble atau Disengage) Lepas rakit adalah elemen gerakan dasar yang digunakan untuk memisahkan kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit dilaksanakan oleh mudah atau tidaknya obyek dipegang. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan lepas rakit akan dipengaruhi oleh tiga variable seperti tingkat hubungan / sambungan dari obyek-obyek yang akan dipisahkan , kemudian didalam proses handling, faktor kehatihatian yang perlu dipertimbangkan.
Gerakan Mata (Eye Times) Pada bagian besar aktivitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk menggerakkan dan memfokuskan mata bukanlah merupakan faktor-faktor yang menghambat sehingga konsekuensinya hal ini ini tidak akan mempengaruhi waktu untuk melaksanakan operasi kerja itu sendiri, terkecuali gerakan-gerakan mata yaitu eye focus time dan eye travel time. Eye focus time akan memerlukan waktu untuk melakukan gerakan focus pada suatu obyek pada suatu obyek dan melihatnya untuk waktu yang cukup lama guna menentukan karakteristik-karakteristik dari obyek tersebut
25
Selanjutnya eye travel time ( gerak perpindahan mata ) dipengaruhi oleh jarak diantara obyek-obyek yang harus dilihat dengan jalan menggerakan mata.
Gerakan Anggota Badan, kaki, dan telapak kaki (Body, Leg, Foot) Gerakan-gerakan anggota badan lainnya telapak kaki, serta bagian-bagian
adalah gerakan kaki,
tubuh lainnya seperti lutut,
pinggang dan lainnya. Berikut ini adalah tabel-tabel data untuk aplikasi MTM :
26
Tabel 2.3
Data Aplikasi MTM
27
Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM (Lanjutan)
28
Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM (Lanjutan)
29
2.1.3
Kelonggaran ( Allowance ) Penyesuaian dan kelonggaran diperlukan dalam menentukan waktu
kerja karena dalam pekerjaan sering terjadi ketidak wajaran kerja yang ditujukan operator. (Sutaklaksana, 1979, P138) -
Penyesuaian dilakukan dengan mengalihkan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Tujuan dari penyesuaian adalah menormalkan waktu proses operasi agar waktu penyelesaian proses operasi tidak terlalu singkat atau tidak terlalu panjang. Terdapat 3 bahasan dalam penyesuaian : o P > 1 jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu cepat (diatas normal). o P = 1 jika pengukur menganggap pekerja bekerja normal. o P < 1 jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu lambat (dibawah normal) Metode yang sering digunakan untuk menentukan faktor kelonggaran adalah metode Westinghouse. Kriteria penilaian akan faktor penyesuaian dalam metode Washinghouse ditentukan oleh 4 faktor yaitu :
Keterampilan
Usaha
Konsistensi
Kondisi kerja
30
-
Kelonggaran merupakan suatu faktor yang harus diberikan kepada pekerja, karena seorang pekerja tidak mungkin bekerja sepanjang waktu tanpa adanya beberapa interupsi untuk kebutuhan personalnya. Faktor kelonggaran ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan agar pekerja dapat optimal dalam performansi bekerja. Kelonggaran yang diberikan mencakup dalam 3 hal yaitu :
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi yang dimaksud dalam suatu sistem kerja adalah hal-hal seperti ke kamar kecil, minum, berbicara dan lain-lain. Kelonggaran
ini
sangat
dibutuhkan
oleh
pekerja
untuk
mendukung kondisi tubuhnya, karena itu faktor kelonggaran haruslah diperhatikan oleh perusahaan kepada pekerjanya agar produktivitasnya dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata besarnya kelonggaran bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya, untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2 - 2.5% dan wanita 5%.
31
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Kelonggaran untuk rasa fatique sangatlah penting untuk diperhatikan dalam suatu proses produksi, karena apabila rasa kelelahan ini terus-menerus diforsir oleh pekerja, maka hasil atau kualitas dari produk tidaklah baik. Jadi dalam suatu sistem kerja, suatu laju produksi turut dipengaruhi oleh faktor kelonggaran dari pekerja, karena apabila pekerja sudah mencapai titik kelelahan maka ia akan memperlambat laju pekerjaannya.
Kelonggaran untuk
hambatan-hambatan
yang tidak dapat
dihindarkan Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai ‘hambatan’. Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah menerima atau meminta petunjuk pada pengawas, melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin, mengambil alat-alat khusus dari gudang, hambatanhambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan. Berikut ini adalah tabel-tabel yang dipergunakan dalam hal kelonggaran dan penyesuaian.