BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Fluida 2.1.1 Pengertian Fluida Fluida didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi terus-menerus selama dipengaruhi suatu tegangan geser. Tegangan (gaya per satuan luas) geser terbentuk apabila sebuah gaya tangensial bekerja pada sebuah permukaan, (Munson, et al, 2003). Apabila benda-benda padat biasa seperti baja atau logam-logam lainnya dikenai oleh suatu tegangan geser, mula-mula benda ini akan berdeformasi (biasanya sangat kecil), tetapi tidak akan terus-menerus berdeformasi (mengalir). Namun, cairan yang biasa seperti air, minyak, dan udara memenuhi definisi dari sebuah fluida artinya, zat-zat tersebut akan mengalir apabila padanya bekerja sebuah tegangan geser. 2.1.2 Jenis – Jenis Fluida Cairan : Fluida yang cenderung mempertahankan volumenya karena terdiri atas molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat dan fluida cairan praktis tak compressible. Gas : Fluida yang volumenya tidak tertentu karena jarak antar molekulmolekul besar dan gaya kohesifnya kecil sehingga gas akan memuai bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengukungnya. Pada fluida gas, gerakan momentum antara molekulnya sangat tinggi, sehingga sering terjadi tumbukan antar molekul. Fluida pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan sifatnya, yaitu fluida cairan dan fluida gas. Fluida diklasifikasikan atas 2, yaitu: 1.
Fluida Newtonian : fluida – fluida yang menunjukkan hubungan linier antara tegangan geser dan gradien kecepatan ( laju perubahan bentuk yang diakibatkan). Kebanyakan fluida biasa, seperti udara, air dan minyak.
Universitas Sumatera Utara
7
2.
Fluida non-Newtonian : fluida yang tegangan gesernya tidak berhubungan secara linier terhadap laju regangan geser (laju perubahan bentuk sudut), seperti Dilatan dan pseudoplastik
Berbagai jenis fluida non-newtonian dibedakan dengan bagaimana viskositas nyatanya berubah dengan laju geseran. 1.
Untuk fluida yang mengencer akibat geseran (shear thinning fluids), viskositas nyatanya berkurang dengan meningkatnya laju geseran-semakin kuat fluida mengalami geseran, maka fluida tersebut semakin encer (viskositasnya berkurang).misalnya, cat lateks tidak menetes dari kuas karena laju geserannya kecil dan viskositas nyatanya besar. Namun, cat tersebut mengalir mulus pada dinding karena lapisan tipis cat antara dinding dengan kuas mengakibatkan laju geseran yang besar dan viskositas nyata yang kecil.
2.
Untuk fluida yang mengental akibat geseran (shear thickening fluids), viskositas nyatanya meningkat dengan peningkatan laju geseran-semakin kuat fluida mengalami geseran, maka semakin kental tersebut (viskositasnya bertambah). Seperti campuran air-tepung jagung (maizena) dan campuran air-pasir (“quicksand”).
Jadi, sulitnya memisahkan sebuah benda dari
campuran air-pasir akan semakin meningkat tajam jika kecepatan pemisahan meningkat.
2.1.3
Pergerakan Fluida
Secara umum, fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak. Tegangan geser yang sangat kecil saja sudah menyebabkan fluida bergerak. Demikian pula halnya, suatu kesetimbangan dari tegangan (tekanan) normal akan menyebabkan fluida bergerak.
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.1: Tempat Kedudukan Partikel Yang Dinyatakan Dengan Vektor Posisinya. Untuk menggambarkan suatu aliran fluida harus ditentukan berbagia parameter, tidak hanya sebagai fungsi koordinat ruang (misalnya x, y, z) tetapi juga sebagai fungsi waktu, t. Contohnya untuk menyatakan temperatur, T didalam sebuah ruang, maka medan temperaturnya adalah T = T (x, y, z, t). Pada seluruh ruangan pada suatu waktu sepanjang siang atau malam.
Salah satu variabel yang paling penting dari pergerakan fluida adalah kecepatannya, yaitu: � 𝑽𝑽 = 𝑢𝑢(𝑥𝑥, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧, 𝑡𝑡)𝑖𝑖̂ + 𝑣𝑣(𝑥𝑥, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧, 𝑡𝑡)𝑗𝑗̂ + 𝑤𝑤(𝑥𝑥, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧, 𝑡𝑡)𝑘𝑘�
(2.1)
Dimana 𝑢𝑢, 𝑣𝑣, dan 𝑤𝑤 merupakan komponen vektor kecepatan dalam arah 𝑥𝑥, 𝑦𝑦, dan
𝑧𝑧. Kecepatan sebuah partikel adalah laju perubahan per satuan waktu dari vektor posisi partikel tersebut.
Dari gambar 2.1, posisi partikel A diberikan oleh vektor posisi 𝑟𝑟𝐴𝐴 , yang
merupakan fungsi dari waktu (jika partikel bergerak), yaitu 2.1.4. Jenis – Jenis Aliran Fluida
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐴𝐴 𝑑𝑑𝑑𝑑
= 𝑉𝑉𝐴𝐴
2.1.4.1. Berdasarkan Kemampuan Menahan Tekanan : Fluida incompressible (tidak termampatkan), yaitu fluida yang tidak dapat dikompressi atau volumenya tidak dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga massa jenis, 𝜌𝜌 nya konstan. Fluida compressible (termampatkan), yaitu fluida
Universitas Sumatera Utara
9
yang dapat dikompressi atau volumenya dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga massa jenis, 𝜌𝜌 nya tidak konstan. 2.1.4.2. Berdasarkan Sifat Alirannya :
Fluida bersifat Turbulen, dimana alirannya mengalami pergolakan (berputarputar). Fluida bersifat Laminar (stream line), dimana alirannya memiliki lintasan lapisan batas yang panjang, sehingga dikatakan juga aliran berlapis-lapis.
2.1.4.3. Berdasarkan Sifat Kekentalannya Aliran kental (viscous) dan aliran tak kental (inviscid) : Pada fluida yang mengalir terdapat perpindahan massa, momentum, energi dari suatu tempat ke tempat lain. Perpindahan pada skala molekul menimbulkan fenomena difusi massa, viskositas, dan konduksi termal. Semua aliran molekul memperlihatkan efek phenomena transport, aliran ini disebut dengan aliran viskous sedangkan pada aliran inviscid aliran diasumsikan tidak ada gesekan konduksi panas dan diffusi. 2.2. Darah Darah adalah jaringan ikat dengan sel-sel yang tersuspensi dalam plasma. Tubuh manusia pada umumnya mengandung 4 sampai 6 L darah. Jika sampel darah diambil, sel-sel darah dapat dipisahkan dari plasma unsur seluler yang berkisar sekitar 45% dari volume darah akan mengendap didalam alat sentrifuge yang diputar dengan kecepatan tertentu. Plasma darah mengandung sekitar 90% air. Didalamnya terdapat berbagai zat yang berpindah-pindah dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, yang meliputi nutrien, produk buangan metabolisme, gas-gas respirasi, dan hormon. Terdapat tiga unsur sel yang tersebar diseluruh plasma darah: sel darah merah (eritrosit), yang mengangkut oksigen, sel darah putih, yang berfungsi dalam pertahanan tubuh, dan keping darah adalah bagian-bagian sel yang terlibat dalam penggumpalan darah.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.1. Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh. Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. sistem peredaran darah, yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme
setiap
sel
dalam
tubuh
dan
mempertahankan
sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh. 1.
Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah yang berlawanan (lihat respirasi).
2.
Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan. Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat)
yang kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh. Pembuluh
nadi atau arteri adalah pembuluh
membawa darah dari jantung.
Fungsi
ini
darah berotot
bertolak
belakang
yang dengan
fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju jantung. Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya
adalah
menghantarkan oksigen dan nutrisi ke
semua sel,
serta
mengangkut zat buangan seperi karbon dioksida. Pada negara berkembang, kejadian kematian utama disebabkan oleh stroke pada sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.2. Penyempitan Pembuluh Darah Arteri Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh. Arteri adalah pembuluh yang membawa darah dari jantung. Berfungsi untuk membawa dan mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke seluruh arteri. Didalam aorta darah mengalir lebih dari seribu kali lebih cepat (rata-rata sekitar 30 cm/detik) dibandingkan didalam kapiler (sekitar 0,026 cm/detik). Untuk memahami mengapa aliran darah mengalami penurunan kecepatan, perlu dipertimbangkan hukum kontinuitas, yaitu hukum mengenai aliran cairan melalui pipa. Jika diameter suatu pipa berubah sepanjang pipa tersebut, cairan akan mengalir lebih cepat melalui segmen yang lebih sempit dibandingkan dengan ketika cairan mengalir melewati segmen yang lebih lebar. Volume aliran perdetik harus konstan disepanjang pipa tersebut, dengan demikian cairan mengalir lebih cepat ketika luas penampang menyempit. Cairan memberikan suatu gaya yang disebut tekanan hidrostatik terhadap permukaan yang mengadakan kontak dengan cairan tersebut, dan tekanan inilah yang menggerakkan cairan melalui pipa tersebut. Gaya hidrostatik yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah disebut tekanan darah. Tekanan darah adalah gaya utama yang mendorong darah dari jantung melalui arteri dan arteriola kehamparan kapiler. Cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Gambar 2.2 Pembuluh Darah Arteri
Universitas Sumatera Utara
12
2.3. Medan Percepatan Percepatan adalah laju perubahan kecepatan terhadap waktu dari sebuah partikel. secara umum, kecepatan partikel dinyatakan dengan 𝑽𝑽𝐴𝐴 untuk partikel A, adalah sebuah fungsi dari lokasinya dan waktu.
𝑽𝑽𝐴𝐴 = 𝑽𝑽𝐴𝐴 (𝒓𝒓𝑨𝑨 , 𝑡𝑡) = 𝑽𝑽𝐴𝐴 (𝑥𝑥𝐴𝐴 (𝑡𝑡), 𝑦𝑦𝐴𝐴 (𝑡𝑡), 𝑧𝑧𝐴𝐴 (𝑡𝑡), 𝑡𝑡)
(2.2)
Dimana 𝑥𝑥𝐴𝐴 = 𝑥𝑥𝐴𝐴 (𝑡𝑡), 𝑦𝑦𝐴𝐴 = 𝑦𝑦𝐴𝐴 (𝑡𝑡), 𝑧𝑧𝐴𝐴 = 𝑧𝑧𝐴𝐴 (𝑡𝑡) mendefinisikan lokasi dari partikel yang sedang bergerak.
Dengan menggunakan fakta bahwa komponen kecepatan partikel diberikan oleh: 𝑢𝑢𝐴𝐴 =
𝑑𝑑𝑥𝑥 𝐴𝐴 𝑑𝑑𝑑𝑑
, 𝑣𝑣𝐴𝐴 =
𝑑𝑑𝑦𝑦 𝐴𝐴 𝑑𝑑𝑑𝑑
, dan 𝑤𝑤𝐴𝐴 =
Dengan menggunakan dalil rantai turunan, maka 𝑎𝑎𝐴𝐴 =
𝑑𝑑𝑧𝑧 𝐴𝐴
(2.3)
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜕𝜕𝜕𝜕𝐴𝐴 𝜕𝜕𝜕𝜕𝐴𝐴 𝜕𝜕𝜕𝜕𝐴𝐴 𝜕𝜕𝜕𝜕𝐴𝐴 + 𝑢𝑢𝐴𝐴 + 𝑣𝑣𝐴𝐴 + 𝑤𝑤𝐴𝐴 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.4)
Gambar 2.3 : Kecepatan dan posisi dari partikel A pada waktu t. Sehingga, medan percepatan dapat dituliskan secara umum sebagai: 𝑎𝑎 =
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
Persamaan 2.3 dapat ditulis menjadi 𝒂𝒂 = Dimana operator
𝐷𝐷𝑽𝑽 𝐷𝐷𝐷𝐷
(2.5)
.
𝐷𝐷( ) 𝜕𝜕( ) 𝜕𝜕( ) 𝜕𝜕( ) 𝜕𝜕( ) ≡ + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 𝐷𝐷𝐷𝐷 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.6)
Universitas Sumatera Utara
13
Disebut sebagai turunan material atau turunan substansial. Turunan material digunakan untuk menggambarkan laju perubahan terhadap waktu dari sebuah partikel. Notasi ringkas yang sering digunakan untuk operator turunan material adalah 𝐷𝐷( ) 𝜕𝜕( ) = + ( 𝑽𝑽 . 𝛻𝛻)() 𝐷𝐷𝐷𝐷 𝜕𝜕𝜕𝜕
∇ adalah operator gradien,
𝜕𝜕( )
𝑖𝑖̂ +
𝜕𝜕( )
( 𝑽𝑽 . 𝛻𝛻)() = 𝑢𝑢
𝜕𝜕( )
+ 𝑣𝑣
∇( ) =
Sehingga,
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝑗𝑗̂ +
𝜕𝜕( ) 𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕( ) 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.7)
𝑘𝑘�
+ 𝑤𝑤
(2.8)
𝜕𝜕( )
(2.9)
𝜕𝜕𝜕𝜕
2.4. Kontinuitas Massa Persamaan kontinuitas adalah pernyataan bahwa massa kekal. Jumlah massa dalam sebuah sistem adalah konstan. Persamaan kontinuitas diturunkan dari persamaan kekekalan massa. Maka
persamaan
differensial
untuk
kekekalan
massa
(persamaan
kontinuitas) dengan massa jenis, 𝜌𝜌 dan vektor kecepatan arusnya, v. Persamaan kontinuitas dapat dituliskan adalah
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕(𝜌𝜌𝜌𝜌) 𝜕𝜕(𝜌𝜌𝜌𝜌) 𝜕𝜕(𝜌𝜌𝜌𝜌) + + + =0 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.10)
Persamaan ini berlaku untuk aliran yang tunak dan tak tunak, dan fluida mampumampat ataupun tak mampu-mampat. Dalam notasi vektor dapat dituliskan, 𝜕𝜕𝜕𝜕 + 𝛻𝛻. 𝜌𝜌 𝑣𝑣 = 0 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.11)
Untuk fluida tak mampu-mampat (incompressible), massa jenis fluida, 𝜌𝜌 konstan. Persamaan (2.10) dapat disederhanakan menjadi ∇.𝑣𝑣 = 0
(2.12)
Universitas Sumatera Utara
14
𝜕𝜕𝜕𝜕
Atau
𝜕𝜕𝜕𝜕
+
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝜕𝜕
+
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
=0
Hal ini sesuai dengan menyatakan bahwa tidak terdapat dilatasi (pembesaran) dari volume lokal. 2.5. Persamaan – Persamaan Gerak Persamaan gerak diperoleh dengan penerapan hukum kedua Newton untuk turunan volume (𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿) pada massa 𝛿𝛿𝛿𝛿. 𝛿𝛿𝛿𝛿 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒂𝒂
(2.13)
Gaya resultan , 𝛿𝛿𝛿𝛿, yang bekerja pada massa differensial adalah kombinasi dari gaya permukaan resultan (𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠 ) dan gaya badan (𝛿𝛿𝛿𝛿𝑏𝑏 ) 𝛿𝛿𝛿𝛿 = 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠 + 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑏𝑏
(2.14)
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑏𝑏 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒈𝒈
(2.15)
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠 = 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑖𝑖̂ + 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗̂ + 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘�
(2.16)
Dimana komponen – komponennya:
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑏𝑏𝑏𝑏 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒈𝒈𝒙𝒙
(2.17 a)
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑏𝑏𝑏𝑏 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒈𝒈𝒚𝒚
(2.17 b)
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑏𝑏𝑏𝑏 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒈𝒈𝒛𝒛
(2.17 c)
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠𝑠𝑠 = � + + � 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.18 b)
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠𝑠𝑠 = �
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧 + + � 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑠𝑠𝑠𝑠 = �
(2.18 a)
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑧𝑧𝑧𝑧 + + � 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.18 c)
Dimana 𝒈𝒈 adalah pernyataan vektor percepatan gravitasi, 𝜎𝜎 adalah tegangan normal, dan 𝜏𝜏 adalah tegangan geser.
Dalam bentuk komponen, persamaan (2.12) dapat ditulis dalam bentuk 𝛿𝛿𝛿𝛿𝑥𝑥 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒂𝒂𝒙𝒙
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑦𝑦 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒂𝒂𝒚𝒚
(2.19 a) (2.19 b)
Universitas Sumatera Utara
15
𝛿𝛿𝛿𝛿𝑧𝑧 = 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝒂𝒂𝒛𝒛
(2.19 c)
Dimana 𝛿𝛿𝛿𝛿 = 𝜌𝜌 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿, sehingga 𝜌𝜌𝑔𝑔𝑥𝑥 +
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 + + = 𝜌𝜌 � + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜌𝜌𝑔𝑔𝑧𝑧 +
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑧𝑧𝑧𝑧 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 + + = 𝜌𝜌 � + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜌𝜌𝑔𝑔𝑦𝑦 +
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 + + = 𝜌𝜌 � + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.20 a) (2.20 b) (2.20 c)
Dimana volume elemen 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 𝛿𝛿𝛿𝛿 saling meniadakan
Gambar 2.4: gaya – gaya permukaan dalam arah x yang bekerja pada elemen fluida Untuk fluida yang didalamnya tidak terdapat tegangan geser (tanpa gesekan / inviscid / nonviskos), tegangan normal pada sebuah titik tidak tergantung pada arahnya, artinya 𝜎𝜎𝑥𝑥𝑥𝑥 = 𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦 = 𝜎𝜎𝑧𝑧𝑧𝑧 . Dalam hal ini, tekanan didefinisikan sebagai negatif dari tegangan normal, sehingga −𝑝𝑝 = 𝜎𝜎𝑥𝑥𝑥𝑥 = 𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦 = 𝜎𝜎𝑧𝑧𝑧𝑧
(2.21)
Universitas Sumatera Utara
16
2.6. Hubungan Tegangan-Deformasi Untuk fluida Newtonian tak mampu-mampat, diketahui bahwa tegangan berbanding lurus terhadap laju deformasi dan dapat dinyatakan dalam koordinat Cartesius sebagai (untuk tegangan normal) 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 = −𝑝𝑝 + 2𝜇𝜇 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.22)
𝜎𝜎𝑥𝑥𝑥𝑥 = −𝑝𝑝 + 2𝜇𝜇
𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦
𝜎𝜎𝑧𝑧𝑧𝑧 = −𝑝𝑝 + 2𝜇𝜇
(untuk tegangan geser)
(2.23)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.24)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 + � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.25)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧 = 𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 = 𝜇𝜇 � + � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.27)
𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 = 𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 = 𝜇𝜇 �
𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 = 𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧 = 𝜇𝜇 �
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 + � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.26)
Dimana p adalah tekanan yang merupakan negatif dari rata-rata tiga tegangan 1
normal, artinya −𝑝𝑝 = �3� �𝜎𝜎𝑥𝑥𝑥𝑥 + 𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝜎𝜎𝑧𝑧𝑧𝑧 � 2.7.
Persamaan Navier-Stokes
Tegangan yang telah didefinisikan sebelumnya dapat disubstitusikan kedalam persamaan diferensial gerakan dan disederhanakan dengan menggunakan persamaan kontinuitas untuk mendapatkan 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕 2 𝑢𝑢 𝜕𝜕 2 𝑢𝑢 𝜕𝜕 2 𝑢𝑢 𝜌𝜌 � + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 �=− + 𝜌𝜌𝑔𝑔𝑥𝑥 + 𝜇𝜇 � 2 + 2 + 2 � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕 2 𝑣𝑣 𝜕𝜕 2 𝑣𝑣 𝜕𝜕 2 𝑣𝑣 𝜌𝜌 � + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 �=− + 𝜌𝜌𝑔𝑔𝑦𝑦 + 𝜇𝜇 � 2 + 2 + 2 � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.28 a)
(2.28 b)
Universitas Sumatera Utara
17
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕 2 𝑤𝑤 𝜕𝜕 2 𝑤𝑤 𝜕𝜕 2 𝑤𝑤 𝜌𝜌 � + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 �=− + 𝜌𝜌𝑔𝑔𝑧𝑧 + 𝜇𝜇 � 2 + 2 + 2 � 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.28 c)
Suku-suku percepatan berada di ruas kiri dan suku-suku gaya diruas kanan. Persamaan (2.26) disebut sebagai persamaan Navier-Stokes , dinamakan demikian untuk menghormati ahli matematika Prancis, L.M.H Navier (1758-1836) dan ahli mekanika Inggris Sir G.G.Stokes (1819-1903), yang menemukan rumus-rumus tersebut. Persamaan Navier-Stokes dianggap sebagai persamaan differensial pengatur dari gerakan fluida Newtonian tak mampu-mampat. 2.8. Potensial Kecepatan Komponen kecepatan dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi skalar ∅(𝑥𝑥, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧, 𝑡𝑡) 𝑢𝑢 =
𝜕𝜕∅ 𝜕𝜕𝜕𝜕
,
𝑣𝑣 =
𝜕𝜕∅
𝜕𝜕𝜕𝜕
,
𝑤𝑤 =
𝜕𝜕∅ 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.29)
Dimana ∅ disebut sebagai potensial kecepatan. Untuk suatu fluida tak mampu mampat dari kekekalan massa bahwa
𝛁𝛁 . 𝐕𝐕 = 𝟎𝟎
Dan oleh karena itu untuk aliran tak mampu-mampat, tak berotasi (dengan 𝑽𝑽 = 𝛁𝛁∅) ∇2 ∅ = Disebut persamaan Laplace
𝜕𝜕∅ 𝜕𝜕 2 ∅ 𝜕𝜕 2 ∅ + + 𝜕𝜕𝜕𝜕 2 𝜕𝜕𝜕𝜕 2 𝜕𝜕𝜕𝜕 2
(2.30)
2.9. Fungsi Arus Fungsi arus didefinisikan sebagai 𝑢𝑢 =
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
, dan 𝑣𝑣 = −
Sehingga persamaan kontinuitas dengan datar, sehingga
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
v
(2.31)
= 0 terpenuhi untuk semua aliran
Universitas Sumatera Utara
18
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 − =0 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
(2.32)
Dan dinyatakan dalam fungsi arus
𝜕𝜕 2 𝛹𝛹 𝜕𝜕 2 𝛹𝛹 + =0 𝜕𝜕𝑥𝑥 2 𝜕𝜕𝑦𝑦 2
(2.33)
Tiga sifat dari fungsi arus adalah: •
Fungsi arus memiliki nilai konstan di sepanjang streamline
•
Streamline dan garis potensial konstan berpotongan pada sudut siku-siku
•
Selisih fungsi-fungsi arus diantara dua garis arus adalah laju aliran 𝑞𝑞 persatuan kedalaman diantara kedua garis arus, sehingga 𝑞𝑞 = 𝛹𝛹2 − 𝛹𝛹1
Untuk sebuah aliran tak-berotasi pada bidang, dapat menggunakan baik itu potensial kecepatan atau fungsi arus, keduanya harus memenuhi persamaan Laplace dua-dimensi. 2.10. Metode Elemen Hingga Metode elemen hingga (MEH) adalah metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan teknik dan problem matematis suatu gejala phisis (Susatio, 2004). Konsep dasar metode elemen hingga adalah: 1.
Menjadikan elemen – elemen diskrit untuk memperoleh simpangansimpangan dan gaya-gaya anggota dari suatu struktur
2.
Menggunakan elemen-elemen kontinu untuk memperoleh solusi pendekatan terhadap permasalahan mekanika fluida, perpindahan panas, dan mekanika solid Langkah untuk menyelesaikan permasalahan fisik dengan metode elemen
hingga, yaitu: Solusi dari masalah kontinum umum dengan metode elemen hingga selalu mengikuti proses secara bertahap. Berkenaan dengan permasalahan struktural statis, tahapannya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
19
1.
Struktur dibagi menjadi elemen-elemen diskrit (diskritisasi),
2.
Pilih interpolasi yang tepat atau model perpindahan (displacement),
3.
Turunkan elemen matriks kekakuan dan vektor beban (gaya),
4.
Merakit persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan ekulibrium keseluruhan, Karena struktur yang terdiri dari beberapa elemen hingga, elemen individual matriks kekakuan dan vektor beban yang akan dirakit dengan cara yang sesuai dan persamaan ekuilibrium keseluruhan telah dirumuskan sebagai ���⃗ = �P⃗ [𝐾𝐾]Φ
(2.34)
���⃗ adalah vektor perpindahan di mana [𝐾𝐾] adalah matriks kekakuan,Φ nodal, dan �P⃗ adalah vektor dari gaya nodal untuk struktur lengkap.
5.
Memecahkan untuk perpindahan nodal tidak diketahui,
6.
Hitung elemen strain dan tekanan.
2.11. Diskritisasi Domain Langkah awal dari metode elemen hingga adalah membagi daerah/ benda dalam bagian – bagian kecil (disebut elemen). Langkah ini disebut sebagai diskritisasi. Objek satu dimensi dibagi ke segmen garis pendek. Badan dua-dimensi dapat dibagi menjadi segitiga, persegi panjang, segi- empat atau sub daerah lain yang sesuai.
Gambar 2.5 : Elemen Satu -Dimensi
Universitas Sumatera Utara
20
(a)
(b)
(c)
(d) Gambar 2.6 : Elemen Dua-Dimensi
(a)
(b)
Universitas Sumatera Utara
21
(c) Gambar 2.7 : Elemen Tiga –Dimensi
(a)
(b) Gambar 2.8 : elemen axisimetri
2.12. Fungsi Interpolasi (Elemen Simpleks Dua Dimensi) Metode elemen hingga didasarkan atas konsep pendekatan dari fungsi – fungsi kontinu (seperti temperatur, tekanan, dan perpindahan) ke model diskrit. Bentuk yang sering digunakan dari fungsi interpolasi adalah bentuk polinomial. Derajat dari polinomial dipilih bergantung pada banyaknya item yang diketahui dari fungsi kontinu pada setiap elemen. Terdapat tiga macam fungsi interpolasi yang dipakai dalam metode elemen hingga, yaitu: simpleks, kompleks, dan multipleks (Susatio, 2004). Elemen simpleks adalah pendekatan yang dilakukan dengan polinomial yang terdiri dari suku konstan dan suku linier. Banyaknya koefisien dalam
Universitas Sumatera Utara
22
polinomial sama dengan dimensi dari koordinat ruang yang ada ditambah satu (Susatio, 2004). Titik-titik tertentu dalam elemen-elemen, seperti sudut-sudut elemen segitiga, ditunjuk sebagai titik nodal. Biasanya, polinomial digunakan sebagai fungsi interpolasi karena mudah untuk didiferensialkan dan diintegralkan. Setiap fungsi interpolasi polinomial akan selalu kontinu dalam suatu elemen., sehingga kondisi tersebut berlaku untuk batas antar elemen. Elemen simpleks memiliki polinomial linier (Allaire, 1985). Elemen axisimetri terbentuk dari suatu luasan yang diputar disekitar sumbu yang terletak pada luasan tersebut. Untuk elemen simpleks axisimetri adalah elemen segitiga dengan fungsi interpolasi linier berbentuk 𝑢𝑢 (𝑟𝑟, 𝑧𝑧) = 𝛼𝛼1 + 𝛼𝛼2 𝑟𝑟 + 𝛼𝛼3 𝑧𝑧
(2.35)
𝑤𝑤 (𝑟𝑟, 𝑧𝑧) = 𝛼𝛼4 + 𝛼𝛼5 𝑟𝑟 + 𝛼𝛼6 𝑧𝑧
(2.36)
Banyaknya koefisien 𝛼𝛼𝑖𝑖 adalah 6, yang sama dengan jumlah derajat kebebasan elemen.
Displacement nodal adalah: 𝑢𝑢𝑖𝑖 𝑤𝑤 𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑖𝑖 � 𝑢𝑢𝑗𝑗 � |𝑑𝑑| = � 𝑑𝑑𝑗𝑗 � = 𝑤𝑤 � 𝑗𝑗 � 𝑑𝑑𝑚𝑚 𝑢𝑢𝑚𝑚 𝑤𝑤𝑚𝑚 (2.37)
Evaluasi u pada node i: 𝑢𝑢(𝑟𝑟𝑖𝑖 , 𝑧𝑧𝑖𝑖 ) = 𝑢𝑢𝑖𝑖
= 𝑎𝑎1 + 𝑎𝑎2 𝑟𝑟𝑖𝑖 + 𝑎𝑎3 𝑧𝑧𝑖𝑖
Bentuk umum dari fungsi displacment dinyatakan dalam bentuk matriks adalah: 𝑎𝑎1 𝑎𝑎2 � 𝑎𝑎 + 𝑎𝑎2 𝑟𝑟 + 𝑎𝑎3 𝑧𝑧 𝑢𝑢 1 𝑟𝑟 𝑧𝑧 0 0 0 𝑎𝑎3 � [𝛹𝛹] = � � = � 1 � = � � 𝑎𝑎4 + 𝑎𝑎5 𝑟𝑟 + 𝑎𝑎6 𝑧𝑧 𝑤𝑤 0 0 0 1 𝑟𝑟 𝑧𝑧 �𝑎𝑎4 � 𝑎𝑎5 𝑎𝑎6 Universitas Sumatera Utara
23
(2.38) Dengan mensubsitusikan koordinat nodal pada persamaan 2.36, maka besarnya a masing-masing adalah −1
𝑢𝑢𝑖𝑖 � 𝑢𝑢𝑗𝑗 � 𝑢𝑢𝑚𝑚
(2.39)
−1
𝑤𝑤𝑖𝑖 � 𝑤𝑤𝑗𝑗 � 𝑤𝑤𝑚𝑚
(2.40)
𝑎𝑎1 1 𝑎𝑎 � 2 � = �1 𝑎𝑎3 1
𝑟𝑟𝑖𝑖 𝑟𝑟𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑚𝑚
𝑧𝑧𝑖𝑖 𝑧𝑧𝑗𝑗 � 𝑧𝑧𝑚𝑚
𝑎𝑎4 1 𝑎𝑎 � 5 � = �1 𝑎𝑎6 1
𝑟𝑟𝑖𝑖 𝑟𝑟𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑚𝑚
𝑧𝑧𝑖𝑖 𝑧𝑧𝑗𝑗 � 𝑧𝑧𝑚𝑚
Untuk invers matriks pada persamaan 2.37 dan 2.38, dihasilkan 𝑎𝑎1 1 𝑎𝑎 � 2� = 2𝐴𝐴 𝑎𝑎3 𝑎𝑎1 1 𝑎𝑎 � 2� = 2𝐴𝐴 𝑎𝑎3
𝛼𝛼𝑖𝑖 �𝛽𝛽𝑖𝑖 𝛾𝛾𝑖𝑖
𝛼𝛼𝑖𝑖 �𝛽𝛽𝑖𝑖 𝛾𝛾𝑖𝑖
𝛼𝛼𝑗𝑗 𝛽𝛽𝑗𝑗 𝛾𝛾𝑗𝑗
𝛼𝛼𝑗𝑗 𝛽𝛽𝑗𝑗 𝛾𝛾𝑗𝑗
𝛼𝛼𝑚𝑚 𝛽𝛽𝑚𝑚 � 𝛾𝛾𝑚𝑚
𝛼𝛼𝑚𝑚 𝛽𝛽𝑚𝑚 � 𝛾𝛾𝑚𝑚
𝑢𝑢𝑖𝑖 � 𝑢𝑢𝑗𝑗 � 𝑢𝑢𝑚𝑚
(2.41)
𝑤𝑤𝑖𝑖 � 𝑤𝑤𝑗𝑗 � 𝑤𝑤𝑚𝑚
(2.42)
dimana: 𝛼𝛼𝑖𝑖 = 𝑟𝑟𝑗𝑗 𝑧𝑧𝑚𝑚 − 𝑧𝑧𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑚𝑚
𝛼𝛼𝑖𝑖 = 𝑟𝑟𝑚𝑚 𝑧𝑧𝑖𝑖 − 𝑧𝑧𝑚𝑚 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝛼𝛼𝑖𝑖 = 𝑟𝑟𝑖𝑖 𝑧𝑧𝑗𝑗 − 𝑧𝑧𝑖𝑖 𝑟𝑟𝑗𝑗
𝛾𝛾𝑖𝑖 = 𝑟𝑟𝑚𝑚 − 𝑟𝑟𝑗𝑗
𝛾𝛾𝑗𝑗 = 𝑟𝑟𝑖𝑖 − 𝑟𝑟𝑚𝑚
𝛾𝛾𝑚𝑚 = 𝑟𝑟𝑗𝑗 − 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝛽𝛽𝑖𝑖 = 𝑧𝑧𝑗𝑗 - 𝑧𝑧𝑚𝑚
𝛽𝛽𝑗𝑗 = 𝑧𝑧𝑚𝑚 - 𝑧𝑧𝑖𝑖
𝛽𝛽𝑚𝑚 = 𝑧𝑧𝑖𝑖 - 𝑧𝑧𝑗𝑗
2.13. Menurunkan Elemen Matriks dan Vektor Matriks karakteristik dan vektor karakteristik dari elemen hingga dapat diturunkan menggunakan pendekatan berikut
Universitas Sumatera Utara
24
2.13.1. Direct Approach (Pendekatan Langsung) Metode ini ditunjukkan bersama dengan beberapa contoh dari bagian yang berbeda. Metode ini didasari oleh penggunaan penalaran fisik untuk membangun sifat elemen, yakni matriks karakteristik dan vektor dalam bentuk variabel yang bersangkutan. Karena pendekatan menggunakan prinsip dasar dari ilmu teknik, hal itu membantu memahami secara fisik dari metode elemen hingga. Bagaimanapun, metode ini hanya sesuai untuk masalah sederhana, kesulitan yang muncul dapat diatasi dengan menggunakan metode untuk masalah yang kompleks dengan memasukkan dua dan tiga dimensi elemen hingga. Sehingga metode langsung ini tidak digunakan dalam analisis elemen hingga dari masalah yang paling praktis. 2.13.2. Varitional Approach (Pendekatan Variasi) Pada metode ini, analisis elemen hingga diartikan sebagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah varisional. Karena banyak masalah fisik dan teknik dapat di rumuskan dalam bentuk varisional, metode elemen hingga mudah diterapkan untuk menemukan solusi pendekatannya. Pendekatan varisional paling banyak diggunakan dalam literatur untuk merumuskan persamaan elemen hingga. Keterbatasan utama dari metode ini adalah bahwa ia memerlukan masalah fisik atau teknik untuk dinyatakan dalam bentuk varitional, yang tidak mungkin dalam semua kasus.
2.13.3. Weight Residual Approach (Pendekatan Residu Bobot) Dalam metode ini, elemen matriks dan vektor di turunkan secara langsung dalam persamaan differensial umum tanpa bergantung dari masalah tanpa tergantung pada pernyataan varisional dari masalah. Metode ini menawarkan prosedur yang paling umum untuk menurunkan persamaan elemen hingga dan dapat diterapkan untuk hampir semua masalah praktis ilmu pengetahuan dan rekayasa. Dalam pendekatan residu bobot, prosedur penurunan, seperti metode Galerkin dan metode kuadrat kecil (Least Square) dapat digunakan untuk menurunkan persamaan elemen.
Universitas Sumatera Utara
25
2.14. Formula Weak Persamaan weak form biasanya dalam bentuk integral dan memerlukan kontinuitas lemah pada variabel bidang. Karena kebutuhan yang lebih lemah pada variabel bidang dan bentuk integral dari persamaan yang mengatur, formulasi didasarkan pada weak form yang diharapkan mengarah pada suatu himpunan persamaan untuk sistem diskrit yang menghasilkan hasil yang lebih akurat, terutama untuk sistem yang melibatkan geometri yang kompleks. Oleh karena itu, jenis weak form dari formulasi adalah lebih disukai untuk mendapatkan suatu solusi pendekatan. Dengan demikian, metode elemen hingga, berdasarkan weak form dari formulasi seperti prinsip energi atau pendekatan residual tertimbang, telah menjadi sangat populer.Contoh berikut menunjukkan keuntungan dari formulasi weak form. Contoh: Persamaan yang mengatur defleksi balok, 𝑤𝑤(𝑥𝑥), diberikan oleh 𝐸𝐸𝐸𝐸
𝑑𝑑4 𝑤𝑤 = 𝑝𝑝(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑥𝑥 4
(C.1)
di mana 𝑝𝑝(𝑥𝑥) adalah gaya didistribusikan sepanjang balok. Untuk balok
kantilever dikenakan beban akhir dan momen akhir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9, mencari defleksi balok menggunakan metode Galerkin dengan solusi diasumsikan 𝑤𝑤 �(𝑥𝑥) = 𝐶𝐶𝐶𝐶(𝑥𝑥) = 𝐶𝐶(3𝑥𝑥 2 𝑙𝑙 − 𝑥𝑥 3 )
(C.2)
di mana 𝑓𝑓(𝑥𝑥) adalah fungsi trial dan 𝐶𝐶 adalah konstanta. Juga, menunjukkan keuntungan dari formulasi weak.
3. Gambar 2.10. Kantilever beam dikenakan beban dan momen 4.
Universitas Sumatera Utara
26
Solusi: Karena beban didistribusikan 𝑝𝑝(𝑥𝑥) = 0 untuk balok yang ditunjukkan pada Gambar 2.9, persamaan yang mengatur (governing equation) menjadi 𝐸𝐸𝐸𝐸
𝑑𝑑4 𝑤𝑤 =0 𝑑𝑑𝑥𝑥 4
(C.3)
Dalam metode Galerkin, konstanta 𝐶𝐶dalam solusi diasumsikan ditemukan dengan menggunakan hubungan 𝑙𝑙
� 𝑅𝑅(𝑥𝑥)𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 0
(C.4)
0
di mana 𝑅𝑅(𝑥𝑥) adalah residu dan 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 3𝑥𝑥 2 𝑙𝑙 − 𝑥𝑥 3 adalah fungsi bobot/tertimbang yang diberikan oleh persamaan (C.2). Persamaan (C.4) dapat ditulis kembali sebagai 𝑙𝑙
� 𝐸𝐸𝐸𝐸 0
𝑑𝑑4 𝑤𝑤 � 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 0 𝑑𝑑𝑥𝑥 4
(C.5)
Karena turunan keempat 𝑤𝑤 �(𝑥𝑥) adalah nol, akan dikurangi orde turunan
tertinggi 𝑤𝑤 �(𝑥𝑥) dengan mengintegrasikan per bagian (integral by parts) persamaan (C.5):
𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑑𝑑3 𝑤𝑤 � 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 3 𝑤𝑤 � 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸(𝑥𝑥) 3 � − � 𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0 𝑑𝑑𝑥𝑥 0 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑥𝑥 3
(C.6)
0
Integrasi suku kedua di sisi kiri dari persamaan (C.6) per bagian menghasilkan persamaan 𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑑𝑑 2 𝑓𝑓 𝑑𝑑 2 𝑤𝑤 � 𝑑𝑑3 𝑤𝑤 � 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑2 𝑤𝑤 � � 𝐸𝐸𝐸𝐸 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = �−𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸(𝑥𝑥) 3 � + 𝐸𝐸𝐸𝐸 � � 2 𝑑𝑑𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑥𝑥 0 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑥𝑥 2 0
(C.7)
0
Kondisi batas mengasilkan 𝑓𝑓(𝑥𝑥 = 0) = 0,
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑2 𝑤𝑤 � (𝑥𝑥 = 0) = 0, 𝐸𝐸𝐸𝐸 2 (𝑥𝑥 = 1) = 𝑀𝑀0 , 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑥𝑥 𝑑𝑑3 𝑤𝑤 � 𝐸𝐸𝐸𝐸 3 (𝑥𝑥 = 𝑙𝑙) = 𝑃𝑃0 𝑑𝑑𝑥𝑥
(C.8)
Universitas Sumatera Utara
27
Dengan menggunakan dua kondisi pertama persamaan (C.8), persamaan (C.7) dapat dinyatakan sebagai 𝑙𝑙
𝑑𝑑 2 𝑓𝑓 𝑑𝑑 2 𝑤𝑤 � 𝑑𝑑3 𝑤𝑤 � 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 2 𝑤𝑤 � � 𝐸𝐸𝐸𝐸 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸(𝑥𝑥) � − 𝐸𝐸𝐸𝐸 � 𝑑𝑑𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑥𝑥 3 𝑙𝑙 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑥𝑥 2 𝑙𝑙
(C.9)
0
Dari persamaan (C.2) dan Gambar 2.9 diperoleh 𝑓𝑓(𝑙𝑙) = 2𝑙𝑙 3 ,
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑2 𝑤𝑤 � 𝑑𝑑3 𝑤𝑤 � (𝑙𝑙) = 3𝑙𝑙 2 , 𝐸𝐸𝐼𝐼 2 (𝑙𝑙) = 𝑀𝑀0 , 𝐸𝐸𝐸𝐸 3 (𝑙𝑙) = 𝑃𝑃0 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑥𝑥
(C.10)
Integral pada persamaan (C.9) dapat dihitung dengan hubungan pada persamaan (C.2) sebagai 𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑑𝑑2 𝑓𝑓 𝑑𝑑2 𝑤𝑤 � � 𝐸𝐸𝐸𝐸 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = � 𝐸𝐸𝐸𝐸(6𝑙𝑙 − 6𝑥𝑥)𝐶𝐶 (6𝑙𝑙 − 6𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (12𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑙𝑙 3 )𝐶𝐶 𝑑𝑑𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑥𝑥 2 0
(C.11)
0
Gunakan persamaan (C.10) dan (C.11) pada persamaan (C.9), konstanta C dapat ditemukan sebagai berikut: 𝐶𝐶 =
𝑃𝑃0 𝑀𝑀0 + 𝐸𝐸𝐸𝐸 4𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
(C.12)
Maka, solusi pendekatan untuk defleksi balok menjadi 𝑃𝑃0 𝑀𝑀0 𝑤𝑤 �(𝑥𝑥) = � + � (3𝑥𝑥 2 𝑙𝑙 − 𝑥𝑥 3 ) 𝐸𝐸𝐸𝐸 4𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
(C.13)
yang menghasilkan defleksi pada ujung bebas (𝑥𝑥 = 𝑙𝑙) sebagai 𝑃𝑃0 𝑙𝑙 3 𝑀𝑀0 𝑙𝑙 2 𝑤𝑤 �(𝑥𝑥) = + 3𝐸𝐸𝐸𝐸 3𝐸𝐸𝐸𝐸
(C.14)
2.15. Metode Galerkin Dalam hal ini bobot 𝑤𝑤𝑖𝑖 dipilih menjadi fungsi yang diketahui 𝑓𝑓𝑖𝑖 (𝑥𝑥) dari fungsi
trial dan 𝑛𝑛 integral berikut residu tertimbang ditetapkan sama dengan nol: � 𝑓𝑓𝑖𝑖 𝑅𝑅 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0
(2.41)
𝑉𝑉
Persamaan (2.40) menyatakan 𝑛𝑛 persamaan simultan di 𝑛𝑛 tidak diketahui, 𝐶𝐶1 , 𝐶𝐶2 , … , 𝐶𝐶𝑛𝑛 . Metode ini umumnya memberikan solusi pendekatan terbaik.Berikut
ini penurunan persamaan elemen hingga menggunakan pendekatan residu tertimbang dengan metode Galerkin:
Universitas Sumatera Utara
28
Misalkan persamaan diferensial pengatur (governing) dari masalah ekuilibrium diberikan oleh 𝐴𝐴(𝜙𝜙) = 𝑏𝑏
dan kondisi batas
𝐵𝐵𝑗𝑗 (𝜙𝜙) = g 𝑗𝑗 ,
dalam 𝑉𝑉
𝑖𝑖 = 1, 2, … , 𝑝𝑝
(2.42)
pada 𝑆𝑆
(2.43)
Metode Galerkin mengharuskan � �𝐴𝐴 �𝜙𝜙� − 𝑏𝑏� 𝑓𝑓𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0 ,
𝑖𝑖 = 1, 2, … , 𝑛𝑛
𝑉𝑉
(2.44)
di mana fungsi trial 𝑓𝑓𝑖𝑖 dalam solusi pendekatan 𝑛𝑛
𝜙𝜙 = � 𝐶𝐶𝑖𝑖 𝑓𝑓𝑖𝑖
(2.45)
𝑖𝑖=1
diasumsikan memenuhi kondisi batas persamaan (2.42). Perhatikan bahwa 𝑓𝑓𝑖𝑖
didefinisikan atas seluruh domain dari persoalan. Persamaan (2.43) dapat berlaku untuk elemen 𝑒𝑒 sebagai (𝑒𝑒)
� �𝐴𝐴�𝜙𝜙 (𝑒𝑒) � − 𝑏𝑏 (𝑒𝑒) �𝑁𝑁𝑖𝑖
𝑉𝑉 (𝑒𝑒)
∙ 𝑑𝑑𝑉𝑉 (𝑒𝑒) = 0,
𝑖𝑖 = 1, 2, … , 𝑛𝑛
(2.46)
di mana model interpolasi diambil dalam bentuk standar seperti ���⃗ (𝑒𝑒) = � 𝑁𝑁𝑖𝑖(𝑒𝑒) Φ𝑖𝑖(𝑒𝑒) 𝜙𝜙 (𝑒𝑒) = �𝑁𝑁 (𝑒𝑒) �Φ
(2.47)
𝑖𝑖
Persamaan (2.45) memberikan persamaan elemen hingga yang diperlukan untuk elemen khusus. Persamaan elemen ini harus dirakit untuk mendapatkan sistem atau persamaan secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
29
2.16. Software Comsol Comsol adalah software simulasi elemen hingga, yang pada dasarnya dapat mensimulasikan berbagai aplikasi fisika dan teknik, seperti mensimulasikan perpindahan panas melalui struktur yang kompleks, kristal fotonik pada skala nano, lentur mekanik balok, aliran cairan, proses elektrokimia, fisika plasma dan lainnya. Comsol Multiphysics 4.2 merupakan ekspansi yang signifikan dari aplikasi software, fitur dan fungsi. Keuntungan utama dalam menggabungkan simulasi komputer dan analisis prinsip-prinsip utama adalah bahwa penggguna dapat mencoba banyak pendekatan yang berbeda untuk solusi dari masalah yang sama yang diperlukan untuk mendapatkan solusi yang benar (atau setidaknya mendekati benar).
Gambar 2.9 : Comsol multiphysics versi 4.2
Universitas Sumatera Utara