BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Bisnis 2.1.1 Definisi Bisnis Para ahli mendinisikan bisnis dengan cara berbeda. Definisi Raymond E. Glos yang dikutip oleh Umar (2005:p3) dalam bukunya “ Business: its nature and Environment : An Introduction”, dianggap memiliki cakupan yang paling luas yakni: “Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka” Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:p7) bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah keuntungan. Menurut Griffin dan Ebert (2007:p4) bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud medapatkan laba.
2.1.2 Fungsi Utama Bisnis Berdasarkan Madura (2007:p12) jenis-jenis utama dari keputusan yang terlibat dalam menjalankan bisnis dapat diklasifikasikan sebagai keputusan:
Manajemen (management) Cara bagaimana karyawan dan sumber daya lainnya (seperti mesin) yang digunakan oleh perusahaan.
Pemasaran (marketing) Cara bagaimana produk atau jasa dikembangkan, ditetapkan harganya, didistribusikan dan dipromosikan ke pelanggan.
Keuangan (finance) Cara bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan dana operasi bisnisnya.
Akuntansi (accounting) Ikhtisar dan analisis atas kondisi euangan perusahaan dan digunakan untuk membuat beragam keputusan bisnis.
System informasi (information system) 5
6
Meliputi teknologi informasi, orang dan prosedur yang menyediakan informasi yang sesuai sehingga karyawan perusahaan dapat membuat keputusan bisnis.
2.1.3 Pemegang Kepentingan Utama Dalam Bisnis Berdasarkan Madura (2007,p2) pemegang kepentingan (Stakeholders), orangorang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis adalah : •
Pemilik Pengertian pemilik disini adalah individu atau sekelompok orang yang memiliki ide untuk memulai suatu bisnis dengan mengorganisasikan, mengelola, dan mengasumsikan risiko suatu bisnis yang dihadapi mulai dari pemulaan bisnis.
•
Karyawan Dalam hal ini yang dimaksud dengan karyawan adalah manajer yang berperan sebagai pengelola dan pembuat keputusan penting dalam perusahaan. Madura (2007:p2) mengartikan bahwa manajer adalah karyawan yang mempunyai tanggung jawab mengelola pekerjaan yang ditugaskan pada karyawan lain dan membuat keputusan dalam perusahaan.
•
Kreditor Disebut sebagai salah satu pemegang kepentingan dalam bisnis, karena berkaitan dengan bagaimana perusahaan mendapatkan tambahan dana dari pihak ke tiga ( Contoh : bank sebagai Kreditor). Madura (2007:p3) mengatakan bahwa kreditor adalah individu, institusi atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman.
•
Pemasok Setiap perusahaan membutuhkan bahan baku untuk menjalankan produksinya dan menghasilkan produk, oleh karena itu kinerja perusahaan sebagian ditentukan juga dengan kemampuan pemasok dalam mengantarkan dan memenuhi bahan baku tepat pada waktunya.
•
Pelanggan Dikatakan sebagai pemegang kepentingan karena keuntungan yang diperoleh perusahaan berasal dari produk perusahaan yang dibeli oleh pelanggan. Oleh karena itu, untuk menarik pelanggan perusahaan harus memberikan barang dengan kualitas dan harga yang sesuai. Apabila perusahaan tidak dapat memberikan barang dan jasa yang berkualitas, maka pelanggan akan beralih
7
ke produk perusahaan pesaing yang dapat menumbulkan ancaman berkurangnya profit (keuntungan) yang diperoleh perusahaan. 2.2 Studi Kelayakan Bisnis 2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2012,p7), Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam layak atau tidaknya suatu usaha bisnis yang akan dijankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Menurut Subagyo (2008,p6), Studi kelayakan bisnis adalah studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha. Menurut umar (2005,p8), Studi Kelayakan bisnis adalah penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis dibangunkan, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
2.2.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
sebuah studi kelayakan bisnis akan memiliki manfaat yang beguna bagi bebrapa pihak menurut suliyanto (2012,p6), yaitu : 1. Pihak pelaku bisnis/Manajemen perusahaan Pihak pelaku bisnis/manajemen perusahaan juga memerlukan studi kelayakan bisnis untuk mengetahui dana yang dibutuhkan berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan kreditor. Studi kelayakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk menjalankan ide bisnis atau tidak jika berdasarkan hasil kelayakan suatu
ide
bisnis
bisnis/manajmen
dinyatakan
untuk
layak
menjalankan
dilaksanakan ide
bisnis
maka
perlu
tersebut
untuk
mengembangkan usahanya. 2. Pihak Investor Sebelum menanamkan modalnya di perusahaan yang akan dijalankan investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat,
karena
investor
memiliki
kepentingan
langsung
tentang
8
keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan modal yang akan ditanamkan. 3. Pihak kreditor Pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan, apakah akan memberikan kredit pada suatu bisnis yang diusulkan atau tidak jika berdasarkan hasil studi kelayakan suatu ide bisnis dinyatakan layak dilaksanakan maka kreditor akan memberikan kredit engan harapan akan memperoleh keuntungan berupa bunga, demikian sebaliknya, 4. Pihak Pemerintah Pemerintah memerlukan studi kelayakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah memberikan izin terhadap suatu ide bisnis atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan suatu ide bisnis dinyatakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memberikan kesempatan kerja, mengoptimalkan sumberdaya yang ada, dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PDA) maka pemerintah akan memberikan izin sebaliknya, jika suatu bisnis memiliki dampak negative yang lebih besar dibandingkan manfaatnya maka pemerintah tidak akan memberikan izin atas ide bisnis yang diajukan. 5. Masyarakat Masyarakat memerlukan studi kelayakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah mendukung suatu bisnis atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan suatu ide bisnis dinyatakan akan memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap masyarakat dibandingkan damak negative yang lebih besar terhadap masyarakat dibandingkan dampak negatifnya maka masyarakat akan mendukung ide bisnis tersebut. Namun jika studi kelayakan menyatakan bahwa suatu ide bisnis akan memberikan dampak negative yang lebih besar terhadap masyarakat dibandingkan dampak positivenya maka masyarakat akan menolak ide bisnis tersebut.
9
2.2.3 Tahapan Studi Kelayakan Bisnis Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis atau usaha, ada beberapa tahapan studi yang dikerjakan (Husain Umar, 2005, p21), yaitu : 1. Penemuan Ide Proyek Produk atau Jasa yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk dijual danmenguntungkan. Karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produkatau jasa dari usaha harus dilakukan. Penelitian jenis produk dapat dilakukan dengankriteria-kriteria bahwa suatu produk atau jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhanpasar yang masih belum terpenuhi, memenuhi kebutuhan manusia tetapi produk ataujasa tersebut belum ada. 2. Tahap Penelitian Setelah ide-ide proyek dipilih, selanjutnya dilakukan penelitian yang lebih mendalam
dengan
memakai
metode
ilmiah.
Proses
itu
dimulai
denganmengumpulkan data, lalu mengolah data dengan memasukkan teoriteori yang relevan, menganalisis dan menginterpretasi hasil pengolahan data dengan alat-alatanalisis yang sesuai. 3. Tahap Evaluasi Proyek Ada tiga macam evaluasi proyek. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang akan didirikan. Kedua, proyek yang sedang beroperasi. Dan yang Ketiga,mengevaluasi proyek yang baru selesai dibangun. Evaluasi berarti membandingkanantara sesuatu dengan satu atau lebih standar atau kriteria, dimana standar ataukriteria ini bersifat kuantitatif maupun kualitatif. 4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak Jika terdapat lebih dari satu usulan proyek bisnis yang dianggap layak danterdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikansemua proyek tersebut, maka perlu dilakukan pemilihan proyek yang dianggappaling penting untuk direalisasikan. Sudah tentu, proyek yang diprioritaskan inimempunyai skor tertinggi jika dibandingkan dengan usulan proyek yang lainberdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentukan. 5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis Setelah suatu usulan proyek dipilih untuk direalisasikan, perlu dibuat suaturencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri. Mulai dari
10
menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dansumber daya lain, kesiapan manajemen dan lain-lain. 6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis Setelah semua persiapan yang harus dikerjakan selesai disiapkan, tahappelaksanaan proyek pun dimulai. Semua tenaga pelaksana proyek, mulai daripemimpin sampai pada tingkat yang paling bawah, harus bekerja sama dengansebaik-baiknya sesuai dengan rencana yang telah diterapkan.
2.2.4 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut kasmir dan jakfar (2012, p12-13), paling tidak ada 5 (lima) tujuan mengapa sebelum suatu bisnis dijalankan perlu adanya dilakukan studi kelayakan bisnis, yaitu : 1. Mempermudah pelaksanaan pekerjaan, Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersbut telah memiliki pedoman yang dapat dikerjakan. Sehingga pekerjaan berjalan pada tujuan yang jelas dengan pembagian tugas-tugas yang telah dirancang. 2. Menghindari resiko kerugian, Untuk menghindari resiko kerugian di masa yang akan dating, kerena di masa yang akan dating terdapat ketidakpastian. Kondisi ini yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat kita kendalikan. 3. Mempermudah pengawasan, Dengan telah dilaksanakan suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang
sudah
disusun,
maka
akan
memudahkan
perusahaan
untuk
melaksanakan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan berdasarkan hasil yang ditimbulkan berdasarkan target dari rencana bisnis tersebut. 4. Mempermudah perencanaan, jika dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan. Perencanaan
11
meliputi beberapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan,
dimana
lokasi
akan
di
bangun,
siapa-siapa
yang
melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar keuntungan yang
akan
diperoleh,
serta
bagaimana
mengawasinya
jika
terjadi
penyimpangan. 5. Mempermudah pengendalian, Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng kea rah yang sesungguhnya berdasarkan kebijakan-kebijakan tertentu. Tabel 2.1 Perbedaan Antara Studi Kelayakan Bisnis dengan Business Plan Faktor Jenis Data
Studi Kelayakan Bisnis
Business Plan
Data Estimasi (Estimate Berdasarkan data empiris Data)
Sumber Data
Data Exsternal
Penyusun/Analis
Pihak
perusahaan Data Internal Eksternal Pihak Internal, yang lebih
(Konsultan/Pakar)
mengetahui
kondisi
perusahaan Tujuan
Menilai kelayakan sebuah Membuat rencana bisnis ide bisnis
User (Pengguna)
Investor,
yang akan datang bank, Manajemen, Kreditor
pemerintah, LSM Waktu Pembuatan
Lebih dari 1 tahun
Kurang dari 1 tahun
Biaya
Relatif besar
Relatif lebih kecil dari studi kelayakan bisnis
2.2.5 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan adalah merupakan suatu gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, peluang serta potensi yang tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian, dalam menyusun sebuah studi kelayakan meliputi beberapa aspek yang diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut Kasmir dan Jakfar (2009,p24), terdapat beberapa aspek yang diperlukan studi untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Urutan penilaian aspek mana yang
12
harus didahului tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data yang ada. Secara umum, prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan sebagai berikut : 1. Aspek hukum, membahas tentang masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha, sampai izin-izin yang dimiliki. 2. Aspek pasar dan pemasaran, menilai besarnya peluang pasar yang diinginkan berdasarkan segi pasar dan pemasaran. 3. Aspek keuangan, menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima, seberapa ama investasi yang ditanamkan akan kembali, sumber pembiayaan bisnis, dan tingkat bunga yang berlaku. 4. Aspek teknis/operasi, meneliti mengenai lokasi usaha, baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang. 5. Aspek manajemen/organisasi, penilaian pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. 6. Aspek ekonomi social, melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek ini dijalankan, pengaruh ini trutama ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. 7. Aspek dampak lingkungan, analisis dampak yang ditimbulkan oleh proyek tersebut terhadap lingkungan disekitarnya, baik air, darat dan udara. Melihat begitu banyak aspek yang kedua sumber diatas akan diteliti dalam studi kelayakan bisnis, maka dapat disimpulkan, bahwa ada beberapa aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis ini, yaitu: a) Aspek Pasar dan Pemasaran b) Aspek Manajemen dan SDM c) Aspek Hukum d) AMDAL e) Aspek operasional f) Aspek Ekonomi dan social g) Aspek Lingkungan Industri h) Aspek Keuangan
13
2.2.5.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Menurut Husien Umar (2005, p35), kutub pertama dari model lingkungan bisnis adalah aspek pasar. Pengkajian Aspek Pasar sangat penting dilakukan karena tidak ada proyek atau bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa dihasilkan proyek tersebut. Pada dasarnya, analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan market share dari produk bersangkutan.
2.2.5.1.1 Pengertian Pasar Menurut Subagyo (2008, p63) pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran jenis produk dan jasa sehingga tercapainya kesepakatan dalam transaksi. Menurut Susanto yang dikutip oleh Umar (2005,p35) pasar merupakan tempat kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. jadi ada tiga factor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan keinginannya, daya belinya, serta tingkah lakunya dalam dalam melakukan pembelian. Dari beberapa sumber diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar adalah suatu tempat terjadinya pertemuan antara kekuatan penawaran dan permintaan yang memiliki kebutuhan masing-masing yaitu antara pembeli dan penjual, sehingga terjadi kesepakatan jual beli antara keduanya. Agar investasi atau bisnis yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik, maka sebelumnya peru melakukan strategi yang tepat. Unsure strategi persaingan ini adalah menentukan segmenting pasar (segmentation), menetapkan pasar sasaran (targeting), dan menentukan posisi pasar (Positioning) atau sering disebut dengan STP . 1. Segmenting Menurut Amstrong dan Kotler (2008, p225), melalui segmenting pasar perusahaan membagi pasar yang besar dan heterogen menjadi segmen yang lebih kecil yang dapat dicapai secara lebih efisien dan efektif dengan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan unik mereka. Ada empat topic segmenting yang penting antara lain :
14
a) Segmentasi Pasar Konsumen Dibagi menjadi empat variable, yaitu : -
Segmentasi Geografis. Segmentasi ini membutuhkan pembagian pasar menjadi unit geografis yang berbeda seperti Negara, wilayah, daerah, kota atau bahkan lingkungan sekitar.
-
Segmentasi Demografis. Segmentasi ini membagi pasar menjadi keompok berdasarkan variable seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga,
siklus
hidup
keluarga,
pendapatan,
pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan. Factor demografis adalah dasar paling umum yang digunakan untuk menetapkan segmentasi kelompok pelanggan. -
Segmentasi Psikografis. Segmentasi ini membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan kelas social, gaya hidup atau juga karakteristik kepribadian dalam suatu kelompok demografis yang sama.
-
Segmentasi Prilaku. Segmentasi ini membagi pembeli menjadi keplompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon terhadap sebuah produk.
b) Segmentasi Pasar Bisnis Konsumen dan pemasar bisnis menggunakan banyak variable yang sama untuk menetapkan segmen pasar mereka. Pembeli bisnis dapat disegmentasikan secara Geografis, Demografis, atau lewat pencarian manfaat. Tetapi pemasar bisnis juga menggunakan variable tambahan seperti karakteristik operasi, pendekatan pembelian, factor situasional dan karakteristik pribadi pelanggan. Dengan mengejar segmen
dan
bukannya
seluruh
pasar,
perusahaan
dapat
menghantarkan proposisi nilai yang tepat bagi masing-masing segmen yang dilayani.
c) Segmentasi Pasar International Perusahaan dapat melakukan segmentasi pasar international dengan suatu kombinasi variable. Perusahaan dapat menetapkan segmen berdasarkan letak Geografis, pasar dunia dan juga bisa disegmentasikan berdasarkan faktof ekonomi. Selain itu factor
15
politik, hukum dan budaya juga bisa dijadikan kombinasi variable untuk segmentasi pasar secara international.
2. Targeting secara
umum
pengertian
menetapkan
pasar
sasaran
adalah
mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani.
3. Positioning Menurut Fanggidae (2006), Positioning adalah suatu strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan perbedaan (Differents) keutnungan (Advantages), manfaat (Benetifs) yang membuat konsumen selalu ingat dengan suatu produk. Dengan kata lain sebagai usaha menempatkan sesuatu dalam pikiran orang dengan terlebih dahulu memberikan informasi tentang segala sesuatu seperti fasilitas, program yang diberikan, Dosen yang memiliki dengan cara penyuguhan kualitas pelayanan dan bagaimana mempresentasikannya. 2.2.5.1.2 Pengertian Pemasaran Menurut Philip Kotler yang dikutip Kasmir dan Jaftar (2012, p47), pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Marketing Mix Menurut Amstrong dan Kotler (2008, p62), bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya dipasar sasaran. Bauran pemasaran tediri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variable yang disebut “4P” yakni : 1) Product (produk). Produk berarti suatu kombinasi barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Beberapa factor yang patut
16
diperhatikan adalah Kualitas, Ragam, Desain, Fitur, Kemasan, Nama merek dan Layanan. 2) Price (harga). Yaitu jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk yang diinginkan. Factor yang diperhatikan biasanya adalah Daftar harga, Diskon, Potongan harga, Periode pembayaran, atau Persyaratan kredit. 3) Place (tempat). Yang dimaksud dengan tempat ini adalah meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Factor-faktor yang patut diperhatikan adalah Lokasi, Logistik, dan Transportasi. 4) Promotion (promosi). Promosi berarti aktivitas perusahaan yang menyampaikan manfaat produk dan pada dasarnya bertujuan untuk membujuk pelanggan membelinya. Factor-faktor yang diperhatikan adalah seperti Iklan, Penjualan pribadi, Promosi penjualan, Hubungan masyarakat. Program pemasaran yang efektif memadukan semua element bauran pemasaran tadi kedalam suatu program pemasaran terintegrasi yang dirancang untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan menghantarkan nilai bagi konsumen.
2.2.5.2 Aspek Manajemen dan SDM Menurut Griffin dan Edbert (2007, p166), manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya financial, manusia serta informasi suatu perusahaan untuk mencapai sasarannya. Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut (Subagyo, 2007, p159) : 1. Job Analysis,
yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. 2. Job Specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan. 3. Job Description, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabar pekerjaan tertentu. 4. mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan dan struktur pertanggung jawaban.
17
5. Mendesain system kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis structural dan fungsional. 6. Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan, pengetahuan, produktifitas dan kinerja karyawan secara keseluruhan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012, p168), fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Dalam proses ini ditentukan tentang apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya serta dengan cara apa hal tersebut dilaksanakan. 2. Pengorganisasian
(organizing).
Pengorganisasian
adalah
proses
mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unitunit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang, dan tanggun jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing. 3. Pelaksanaan (Actuating). Menggerakkan atau melaksanakan asalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para manajer harus menggerakkan bawahannya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, member petunjuk dan member motivasi. 4. Pengawasan (Leading). Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut yerjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan. 2.2.5.3 Aspek Hukum Menurut Kasmir dan Jakfar (2012,p24), untuk memulai studi kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukan aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki.
18
Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan prosedur
lembaga
mengeluarkan
dan
mengesahkan
dokumen
yang
bersangkutan. Aspek ini penting karena sebelum usaha tersebut dijalankan, semua prosedur berkaitan dengan izin aau berbagai persyaratan telah dipenuhi terlebih dahulu. Secara umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan aspek hukum ini sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2012, p34) : 1. Bentuk Badan Usaha Ada beberapa jenis badan hukum yang lazim di Indonesia, misalnya Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), koperasi yayasan, Firma (Fa) dan lain-lainnya. Kebanyakan perusahaan yang akan melakukan suatu investasi merupakan perusahaan besar, baik dari segi modal maupun jangkauan usahanya. 2. Bukti Diri kartu identitas diri para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat yang dikenal dengan nama Kartu Tanda Penduduk (KTP). 3. Tanda Daftar perusahaan Setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia, haruslah membuat surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya masingmasing. 4. Nomor Pokok Wajib Pajak Nomro Pokok Wajib Pajak merupakan hal yang penting diteliti pengurusan NPWP juga dilakukan bersamaan dengan pengajuan akta notaries ke Departemen kehakiman. Pentingnya NPWP ada setiap usaha yang dijalankan nantinya akan memberikan penghasilan kepada pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. 5. Izin-Izin Perusahaan Izin-izin perdagangan meliputi surat izin usaha perdagangan (SIUP). Sirat izin tempat usaha (SITU).
19
2.2.5.4 Aspek AMDAL Pertumbuhan
dan
perkembangan
perusahaan
berpengaruh
terhadap
lingkungan sekitar apakah membawa dampak negative atau positif terhadap masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak positif atau negative terhadpa perusahaan. Analisis yang dilakukan terhadap aspek ini bermanfaat untuk mengindentifikasi kelayakan bisnis yang dijalankan sesuai dengan standart lingkungan hidup yang ada. Salah satu media dari aspek ini adalah AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang sedang dan telah dikembangkan di beberapa Negara maju dengan nama Environmental Impact Analysis atau Envirinmental Impact Assessment (EIA). Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010, p127) pada buku manajemen menyebutkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam melakukan perannya dalam tanggung jawab lingkungan terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan hukum, pasar, dan pemercaya : 1) Pendekatan hukum, yaitu perusahaan sekedar melakukan apa yang dituntut oleh hukum dalam pendekatan ini organisasi dituntut memperlihatkan kepekaan lingkungan, salah satunya dengan mematuhi undang-undang dan peraturan yang ada. 2) Pendekatan pasar, yaitu posisi dimana perusahaan telah menjadi lebih peka terhadap lingkungan. Perusahaan menjadi lebih menanggapi referensi (kelebihansukaan) lingkungan para pelanggannya. 3) Pendekatan pemercaya, pada pendekatan ini perusahaan memilih untuk menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pemercaya seperti karyawan, pemasok, investor, atau masyarakat.
2.2.5.5 Aspek Lingkungan Industri Umar (2005, p268) dalam bukunya mengutip competitive strategy yang dikemukakan oleh Michael E Porter, dimana konsep tersebut menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama yang disebut sebagai Lima kekuatan bersaing.
20
Gambar 2.1 Lima Kekuatan Porter Keterangan : 1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants) Dengan masuknya pendatang baru ke dalam sebuah industri, maka secara otomatis perusahaan yang sudah ada di dalam industri tersebut akan terancam. Hal ini karena adanya kapasitas baru yang bertambah, dan kemungkinan direbutnya pangsa pasar yang ada. Pada prinsipnya semakin tinggi potensi pendatang baru tersebut, maka semakin tinggi potensi ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan yang telah ada di dalamnya.
2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargain Power of Supplier) Dalam daya tawar-menawar pemasok apabila pemasok memiliki daya tawar yang semakin kuat, maka dapat dikatakan bahwa industri tersebut kurang menarik. Hal ini biasanya terjadi pada industri yang pemasoknya tergolong sedikit, maka perusahaan yang ada di dalam industri tersebut tidak memiliki alternative pilihan pemasok yang lain. 3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Bargain Power of Buyers) Pembeli yang memiliki daya tawar-menawar yang tinggi dapat mengancam daya saing perusahaan. Kekuatan tawar-menawar pembeli biasanya bisa memaksa perusahaan untuk menurunkan harga atau menuntut peningkatan produk/jasa. Namun pembeli atau pelanggan merupakan factor yang sangat penting dalam kelangsungan bisnis sebuah perusahaan. 4. Tekanan dari Produk Pengganti (Threat of Subtitute Products of Service) persaingan yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam sebuah industri
21
bukan hanya pada perusahaan yang memiliki produk sejenis atau sama persis. Sering kali perusahaan juga harus mendapatkan tekanan dari produk substitusi atau pengganti dari produk perusahaan tersebut. 5. Tingkat Persaingan Para Pesaing yang ada (Rivalry Among Exiting Competitors) intensitas persaingan dalam sebuah industri ditentukan melalui beberapa factor, diantaranya adalah jumlah pelaku dalam industri, pesaing yang memiliki kekuatan relative sama, dan bagaimana kecepatan berkembang pelaku di dalam industri tersebut. 2.2.5.6 Aspek Operasional Menurut Kasmir dan Jakfar (2006:p151) secara umum ada beberapa hal yang harus dicapai dalam penilaian aspek operasional yaitu : 1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat. 2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi. 3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam mejalankan produksinya. 4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijaankan sesuai dengan bidang usahanya. 5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan dating.
2.2.5.7 Aspek Ekonomi dan Sosial Menurut Kasmir dan Jakfar (2003, p200), setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negative. Dampak positif dan negative ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi perusahaan itu sendiri, pemerintah ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Dampak negative pun tidak akan terlepas dari ekonomi, misalnya eksplorasi sumber daya alam yang
22
berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitar. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti permbangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya dan kesehatan masyarakat. Jadi, dalam aspek ekonomi dan sosial yang perlu ditelaah apakah usaha atau proyek dijalankan akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian. 2.2.5.8 Aspek Keuangan Menurut Fuad, Christine, Nurlela, Sugiarto dan Paulus (2006,p222), manajemen keuangan adalah aktivitas yang berkai dengan perencanaan dan pengendalian perolehan serta pendistribusian asset-asset keuangan perusahaan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012,pb90), penilaian dalam aspek keungan meliputi hal –hal sebagai berikut : 1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh. 2. Kebutuhan biaya investasi 3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang akan dikeluarkan selama umur investasi. 4. Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan. 5. Kriteria penilaian investasi. 6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek dapat berkembang terus.
23
Terdapat empat metode sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai dalam penilaian arus kas dari investasi, yaitu : 1. Payback Period (PP) 2. Nilai tunai netto (NPV) 3. Interbal Rate Of Return (IRR) 4. Profitability Indeks (PI) 2.3 Analisis Break Event Point (Titik Impas) Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Degan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variable. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variable dan sebagai biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus di keluarkan. 1. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas) Analisis break even secara umum dapat memberikan informasi lepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut : a. jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. b. jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. c. seberapa jauhkan berkurangnya penjualan agar perushaan tidak menderita rugi. d. untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. 2. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas) Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Variabel Cost (biaya variabel) Variabel Cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total.
24
Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan per unit. b. fixed cost (biaya tetap) fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga, berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan. c. Semi Variabel Cost semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya : sales expense atau komisi bagi salesmen dimana komisi bagi salesmen ini tetap untuk range atau volume tertentu, dan naik level yang lebih tinggi. 3. Keterbatasan Analisis Break Even Point Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analisis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu yaitu : a. fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu b. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan c. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu d. sales mix adalah konstan Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, Break Even Point (BEP) akan bergeser atau berubah apabila : a. perubahan FC, terjadi sebagai garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya. b. perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya c. perubahan dalam sales price per unit, perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
25
d. terjadinya perubahan dalam sales mix, apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
2.4 Analisis Investasi Proyek Di Bawah Kondisi Ketidakpastian Suatu proyek industri dikatakan berada dalam kondisi ketidakpastian (Uncertainty condition) apabila manajer tidak dapat mendaftarkan semua kejadian yang mungkin dihadapi di masa mendatang dan/ atau tidak dapat menetapkan probabilitas dari berbagai kejadian yang mungkin terjadi itu. Untuk menjelaskan konsep ketidakpastian yang sering dihadapi oleh para manajer perusahaan, perhatikan kasus hipotesis berikut. Bayangkan bahwa seorang manajer sedang menghadapi tiga pilihan investasi proyek industri, katakanlah proyek industri A, B, dan C. situasi yang dianggap tidak pasti adalah situasi perekonomian yang digolongkan ke dalam tiga kemungkinan yaitu : situasi perekonomian akan cerah (baik), situasi perekonomian akan normal (rata-rata), dan situasi perekonomian akan resesi (buruk). Karena manajer tidak dapat menetapkan probabilitas obyektif dari ketiga situasi yang mungkin akan terjadi, kita mengatakan bahwa pilihan investasi proyek industri berada dalam kondisi ketidakpastian. Selanjutnya bayangkan bahwa matriks hasil (payoff matrix) berupa perkiraan nilai sekarang dari aliran kas bersih (nilai sekarang keuntungan ekonomis) untuk tiga alternative investasi proyek industri dalam tiga situasi perekonomian yang mungkin terjadi, adalah seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.1 Matriks hasil (payoff matrix) didefinisikan sebagai suatu table yang terdiri dari baris yang menunjukkan berbaga alternative pilihan investasi dan kolom yang menunjukkan berbagai keadaan atau situasi yang mungkin akan terjadi. Setiap sel dalam matriks berisi hasil atau nilai yang berkaitan dengan alternative pilihan investasi itu dalam keadaan atau situasi tertentu yang mungkin terjadi. Tabel 2.1 Matriks Hasil Berupa Nilai Sekarang Aliran Kas Bersih (Keuntungan Ekonomis) untuk tiga pilihan dalam tiga situasi perekonomian (dalam jutaan Rupiah)
26
Tabel 2.2 Matriks Hasil Berupa Nilai Sekarang Aliran Kas Bersih Alternatif Investasi
Situasi Perekonomian
Proyek Industri
Resesi (Buruk)
Normal (Rata-rata)
A
-300
-100
500
B
50
200
300
C
75
100
200
Cerah (Baik)
Angka-angka dalam Tabel 2.1 menunjukkan keuntungan ekonomis yang di ukur dalam nilai sekarang (Present Value Money) dari tiga alternative investasi proyek industri dalam tiga kemungkinan situasi perekonomian yang akan terjadi. Sebagai missal manajer memilih investasi A; apabila situasi perekonomian yang terjadi adalah normal (Rata-rata), ia akan menerima keuntungan ekonomis dalam nilai sekarang sebenar minus 100 juta rupiah, dengan kata lain akan mengalami kerugian ekonomis dalam nilai sekarang sebesar Rp 100 juta. Demikian pula interpretasi terhadap nilai-nilai lainnya dikaitkan dengan alternative pilihan investasi proyek industri dalam situasi perekonomian tertentu yang akan terjadi. Berdasarkan kasus hipotesis di atas, kita dapat mengembangkan berbagai kriteria evaluasi investasi proyek industri yang akan berada dalam situasi ketidakpastian.
2.5 investasi Menurut Widjajanta B, Widyaningsih. A (2007,p130), investasi merupakan pengeluaran modal untuk pembelian asset (asset) fisik seperti pabrik, peralatan dan persediaan. Menurut William F.S yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2012,p5), investasi adalah mengorbankan uang sekarang untuk uang di masa yang akan dating. Dari pengertian ini terkandung dia atribut penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko dan tenggang waktu. Mengorbankan uang artinya menanamkan sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang.
27
Dari beberapan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa investasi yaitu suatu dana yang dikeluarkan dalam mencapai suatu tujuan tertentu di mana dengan investasi yang dilakukan, perusahaan akan mendapatkan benefit di masa mendatang. Ada empat factor penting yang harus diperhatikan dalam melakukan investasi, yaitu : 1. modal yaitu berapa banyak dana yang diperlukan untuk melakukan investasi sampai perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang melebihi dari investasi yang dikeluarkan. 2. Tingkat pengembalian yaitu berapa persen tingkat keuntungan yang bisa diperoleh dari modal yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. 3. Tingkat reiko yaitu berapa besar kemungkinan terjadinya kerugian yang dapat mengurangi jumlah modal bahkan menghabiskan modal perusahaan arus dana yaitu seberapa cepat dana dalam bentuk uang kas secara fisik yang dapat ditarik dari modal yang sudah disetor.
28
2.6 Kerangka Pemikiran
Pengembangan Bisnis Pada
De.seventeen Printing
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek Keuangan : • • • •
Net Present Value (NPV) Internal Raye Of Return (IRR) Profitability Index (PI) Payback Period (PP)
Aspek Non Keuangan : • Aspek Hukum • Aspek Manajemen dan SDM • Aspek Operasional • Aspek Pasar dan Pemasaran • Aspek Lingkungan Industri • Aspek Eknomi Sosial • Aspek AMDAL
Analisis Kelayakan Bisnis
Tidak Layak
Pembukaan cabang pada De.seventeen Printing Di tanjung duren Tidak dapat direalisasikan
Layak
Pembukaan cabang pada De.seventeen Printing Di tanjung duren dapat direalisasikan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Penelitian