BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
TINJAUAN UMUM
2.1.1
Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
Jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di Indonesia bertumbuh begitu cepat dan semakin bertambah banyak. Jumlah usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia juga mewakili perekonomia Indonesia. Semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengharapkan perekonomian baik pada kehidupan mereka dan mencoba untuk menjadi wirausaha. Berikut data statistik pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) berdasarkan catatan statistik Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2012:
Tabel 2.1. Pertumbuhan Jumlah UMKM.
5
6 2.1.2
Pertumbuhan Merek
Harus kita ketahui, bahwa pertumbuhan entrepreneur (pengusaha) di Indonesia setiap tahunnya terus bertumbuh dan bertambah banyak. Setiap pengusaha yang mencoba melakukan transformasi pada usahanya melakukan pendaftaran merek dari produk yang dihasilkan untuk dijual setiap harinya. Berikut data pendaftaran merek berdasarkan catatan statistik Direktorat Jenderal HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di bawah naungan Kementrian Hukum dan HAM dari tahun 2009 hingga tahun 2012:
Tabel 2.2. Pertumbuhan Jumlah Permohonan Merek.
Hal ini menunjukkan perkembangan ekonomi Indonesia yang sangat baik. Semakin banyak masyarakat yang mandiri untuk mendapatkan pekerjaannya sendiri akan membantu mengurangi tingkat pengganguran dan juga meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. 2.1.3
Pertumbuhan Jumlah Kompetitor
Pertumbuhan perekonomian Indonesia semakin membaik itu sangat baik dan berdampak positif pada kemajuan negara. Namun ada hal yang tidak disadari oleh pelaku
usaha
atau
pengusaha
(entrepreneur)
adalah
ketika
pertumbuhan
perekonomian di Indonesia semakin baik dan terus meningkat tiap tahunnya. Begitu juga dengan kompetitor untuk merek dan produk dari para pengusaha. Persaingan akan semakin ketat dalam memenangkan hati dari konsumen untuk menjadi konsumen setia dari produk atau merek produsen (pengusaha). Berikut data
7 pendaftaran merek berdasarkan catatan statistik Direktorat Jenderal HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di bawah naungan Kementrian Hukum dan HAM tahun 2012:
Tabel 2.3. Klasifikasi Pertumbuhan Jumlah Permohonan Merek.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hampir semua kategori industri mengalami pertumbuhan, yang berarti semakin banyaknya bermunculan merek-merek baru yang menawarkan produk yang berbeda tetapi menyerupai. Ketika merek baru bermunculan, konsumen akan ditawarkan lebih banyak pilihan. Hal ini akan mempersulit produsen mencari pelanggan.
2.1.4
Persaingan dengan Merek Asing
Kini efek globalisasi telah semakin dirasakan. Persaingan internasional semakin terlihat nyata. Asean Free Trade Area (AFTA) telah diberlakukan. Berbagai kerjasama dan usaha terjadi dalam kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bila terdapat pesaing yang tidak siap maka harus bersiap-siap untuk menjadi korban
8 pada era globalisasi ini. Kerjasama internasional juga menjadi momentum dan kesempatan untuk bergerak maju bagi mereka yang siap. Data statistik Direktorat Jenderal HKI (Hak Kekayaan Intelektual) menunjukkan persaingan sebuah brand bukan hanya bersaing dengan brand-brand lokal. Persaingan tentu saja akan lebih sulit lagi untuk para pelaku bisnis. Mereka menghadapi pesaing domestik dan juga pesaing asing di negaranya sendiri. Namun, faktanya momentum ini lebih menguntungkan merek-merek asing yang lebih kuat dalam kapital maupun dukungan manajemennya. Serbuan mereka dalam merebut 230 juta pangsa pasar Indonesia tidak bias dielakkan lagi. Di sisi lain, banyak merekmerek nasional dan lokal belum cukup mempersiapkan diri. tidak perlu membuka cabang di luar negeri, namun berusaha untuk menguasai pasar lokal dan nasional. Berikut data pendaftaran merek asing dan merek domestik berdasarkan catatan statistik Direktorat Jenderal HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di bawah naungan Kementrian Hukum dan HAM dari tahun 2009 hingga tahun 2011:
Tabel 2.4. Pertumbuhan Merek Asing dan Domestik.
2.1.5
Perkembangan Perilaku Belanja Konsumen
Kondisi perekonomian semakin membaik. Hal ini ditandai dengan tingkat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia yang sudah menyentuh level USD 3000 per tahun. Angka itu saja sangat berarti bagi bangsa Indonesia, dengan
9 angka itu Indonesia naik peringkat menjadi negara berpenghasilan menengah (middle income country). Selain itu, pencapaian PDB per kapita sebesar USD 3.000 ini juga diharapkan akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti halnya yang dialami oleh Cina dan Korea saat mencapai angka itu. Begitu pun dengan sektor industri, diperkirakan akan terjadi permintaan yang kuat di sektor seperti otomotif, kesehatan, asuransi, perjalanan, barang, dan lainnya. Bahkan, industri FMCG tercatat mengalami pertumbuhan dua kali lipat dari laju ekonomi Indonesia tahun 2010. Seiring naiknya PDB per kapita, pola belanja konsumen Indonesia mengalami perubahan.Ini terlihat dari kecenderungan melakukan penyesuaian kebiasaan mereka dalam berbelanja. “Konsumen lebih rela mengeluarkan uang mereka. Mereka lebih berani untuk membeli kategori yang mereka tidak pernah pertimbangkan sebelumnya. Konsumen yang sudah membeli produk tersebut akan menggunakan produk lebih sering atau mencari versi premium produk tersebut.” Perubahan perilaku belanja ini tidak saja dialami oleh konsumen kelas atas, namun juga dialami oleh konsumen kelas menengah ke bawah. Berikut ini temuan dari riset yang dilakukan Nielsen terhadap perilaku belanja konsumen. Data di atas diambil dari hasil wawancara Marketing.co.id sebagai portal lengkap dunia marketing yang berbasis online dengan Executive Director of Client Leadership Nielsen, Venu Madhav. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku belanja konsumen pada masa sekarang sangat berbeda dengan perilaku belanja konsumen pada tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja hal ini menguntungkan produsen dalam menjual produk atau jasa miliknya. Hanya saja, yang tidak disadari oleh pengusaha atau pihak produsen. Bahwa, jika tidak melakukan branding yang baik dimata konsumen, akankah produk yang disajikan akan diterima oleh konsumen dengan baik, bahkan dapatkan produk dikenal oleh target pasar.
2.1.6
Kompetitor
2.1.6.1 Buku “Merek Indonesia Harus Bisa” Hingga saat ini belum ada pihak swasta atau pemerintah yang melakukan kampanye sosial (social campaign) yang membahas tentang pentingnya sebuah
10 branding yang dilakukan secara maksimal guna menunjang penjualan dan eksistensi sebuah merek dan produk. Jadi, hingga saat ini hanya ditemukan media yang membahas dan mengedukasi para entrepreneur (pengusaha) untuk selalu melakukan branding yang baik dan maksimal hanya melalui buku. Salah satunya adalah buku “Merek Indonesia Harus Bisa.” Untuk buku ini bisa dibilang buku yang menarik. Buku yang berisikan tentang pengertian branding yang sangat baik, mendetail, dan juga sangat mudah untuk dimengerti oleh buku yang berisikan tentang pengertian branding yang sangat baik, mendetail, dan juga sangat mudah untuk dimengerti oleh para pelaku bisnis. Juga memberikan contoh-contoh merek lokal dan internasional yang sangat mudah dimengerti. Buku ini dijadikan sebagai kompetitor karena pembahasannya mudah dimengerti, isi bacaan yang berbobot, dan juga memberikan ilustrasi yang cukup menarik.
Gambar 2.1. Buku “Merek Indonesia Harus Bisa.”
2.2
TINJAUAN KHUSUS
2.2.1
Teori Desain Komunikasi Visual
Pengertian Desain Komunikasi Visual adalah pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai
11 pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (typografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan.
Proses komunikasi disini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan untuk menguraikannya.
2.2.2
Teori Branding
American Marketing Association (AMA) mendefinisikan Brand sebagai nama istilah, symbol tanda, atau desain, atau kombinasi dari mereka yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakan mereka dari orang-orang lain penjual. Oleh karena itu masuk akal untuk memahami branding bukan tentang mendapatkan target pasar, tetapi tentang mendapatkan prospek untuk melihat produk kita sebagai satu-satunya yang memberikan solusi untuk masalah mereka. Tujuan dari brand yang baik meliputi pemberian pesan yang jelas, mengkonfirmasikan kredibilitas kita, menghubungkan prospek target pasar kita secara emosional,
memotivasi
pembeli
serta
mempertahankan
loyalitas
pengguna. Untuk berhasil melakukan branding, kita harus memahami kebutuhan dan keingingan
pelanggan
dan
prospek.
Kita
melakukan
branding
dengan
mengintegrasikan strategi kita melalui perusahaan di setiap sisi hubungan dengan konsumen. Perusahaan kecil, dengan pasar lokal dan regional, sering menerima dominasi besar brand nasional di pasar mereka. Terlalu sering mereka menganggap bahwa branding yang baik dan pemasaran bertarget terlalu rumit atau terlalu mahal untuk berada dalam jangkauan mereka. Sangat mudah untuk menyimpulkan bahwa hanya perusahaan besar dapat membangun sebuah brand yang meyakinkan. Tapi ini tidak benar. Setiap perusahaan memiliki Brand di mana ia melakukan bisnis, dan dengan demikian, ada nilai brand dan kompetensi. Melalui pemikiran strategis, dan
12 formalisasi yang muncul dari itu, bahwa keuntungan pemain kecil
yang
berkekuatan kompetitif akan berhasil melawan pemain dengan brand besar.
Brand yang sudah memiliki tempat di pasar dan memiliki konsumen dalam jumlah yang besar biasanya memiliki pengaruh yang sangat besar. Pada akhirnya, salah satu hasil yang akan didapatkan dari branding yang berhasil adalah customer loyalty. Dalam dunia marketing dan persaingan industri saat ini, nama sangatlah penting. Nama dalam industri dinamakan brand. Brand adalah kekuatan, semakin reputasi brand kita diketahui orang, semakin kuat dan besar pengaruhnya di masyarakat. Dalam branding, tersirat citra perusahaan itu sendiri beserta identitasnya. Branding merupakan komponen yang sangat kuat dalam bisnis. Branding dapat berupa sebuah logo untuk memudahkan orang dalam melakukan identifikasi. Konsumen biasa mengambil keputusan pembelian dilihat dari cara mereka memandang brand tersebut. Brand promotion bukanlah hal yang murah dan sederhana untuk dilakukan, perlu pemikiran strategis dan pengetahuan akan pasar. Contohnya kampanye brand Reebok dan Adidas. Sekali konsumen jatuh cinta kepada sebuah brand, dia akan melakukan pembelian secara berulang-ulang dimana akan tercipta brand loyalty. Kebanyakan konsumen memperhatikan masalah kualitas. Di zaman globalisasi seperti ini, dalam sebuah produk bisa terdapat 10 macam brand, oleh sebab itu branding juga memudahkan konsumen dalam melakukan diferensiasi produk. Sebuah kampanye brand bisa dibilang berhasil ketika target konsumennya mendapat alasan kuat untuk membeli produk tersebut dan tidak banyak mempertimbangkan brand lain lagi.
Sebuah brand yang kuat memiliki visi sehingga brand sadar akan arah tujuannya. Tidak ada salahnya untuk mengubah brand atau logo sesuai perkembangan jaman seperti pertamina. Brand memiliki pesan, oleh sebab itu sebuah branding tidak bisa asal jadi, perusahaan harus tahu benar mengenai karakter pasar yang dituju dan biasa memakan biaya yang tidak sedikit. Dunia berubah akibat inovasi yang tiada henti dilakukan oleh manusia. Cara kita berperilaku, berbicara dan menyesuaikan diri terpengaruh oleh teknologi terutama di kota-kota besar. Perusahaan dapat bertahan dengan inovasi sedangkan beberapa harus gulung tikar karena terlalu lama berpegangan pada tradisi. Kreatifitas sangat dibutuhkan dalam
13 membuat kekuatan branding karena banyaknya persaingan dan perusahaan yang bertarung dalam program branding mereka. Pemahaman psikologis konsumen sangat penting dalam branding, karena branding sangat erat hubungannya dengan cara memainkan pikiran manusia, bagaimana kita menyelipkan produk ke dalam benak konsumen dan sebisa mungkin menjadi top of mind. Pemenang dalam pertarungan brand lah yang bakal dikenal oleh masyarakat, yang bakal memiliki dampak pada perusahaan. Brand yang kuat dapat mempengaruhi persepsi masyarakat, yang mana manusia menggangap persepsi sebagai realitas mereka. Branding biasanya tidak hanya dituju kepada konsumen, bisa kepada kompetitor misalnya menunjukan bahwa perusahaannya kuat dan tidak memiliki kelemahan.
Pickton dan Broderick menggambarkan bahwa branding sebagai strategi untuk membedakan produk dan perusahaan, membangun nilai ekonomis untuk konsumen dan pemilik brand tersebut. Brand memiliki tempat di presepsi konsumen, dan brand merupakan hasil dari pertimbangan konsumen sebelum membuat keputusan pembelian. (Pickton dan Broderick; 2001)
Ketika sebuah brand telah dikenal dan memiliki kekuatan, orang akan membeli produknya meski kadang harganya tidak masuk akal. Branding tidak hanya memberikan sebuah nilai guna produk, tetapi sebuah prestise dan gaya hidup ketika sudah dikenali orang.
2.2.3
Teori Event Merupakan peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan Public Relations yang
penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. Event juga mampu menjadi media publikasi yang efektif untuk mengingatkan publik pada perusahaan dan produknya. Special event juga digunakan untuk kepentingan khusus, seperti meningkatkan arus perdagangan dan penjualan produk serta memperbaiki citra perusahaan.
14 2.2.3.1
Prinsip Pemasaran Event
Keberhasilan setiap event untuk mendapatkan peserta sangat tergantung kepada pemasarnya dalam melaksanakan prinsip – prinsip pemasaran. Menurut Hoyle, L.H. yang diterjemahkan oleh Suryo, K.I. (2006:15) prinsip lima P pada pemasaran adalah sebagai berikut : •
Product (produk) Produk merupakan aspek yang pertama kali harus dipahami oleh pemasar event. Produk tersebut dapat berupa program pendidikan, barang – barang produksi daerah, atau materi konvensi. Produk juga dapat berupa reuni keluarga atau peluncuran produk baru oleh sebuah perusahaan.
•
Price (harga) Tanggung jawab seorang pemasar event adalah memahami sasaran keuangan organisasi. Bila sasaran keuangan telah ditetapkan, dengan riset pasar akan dapat diketahui pola penetapan harga pesaing, yang juga penting untuk diperhatikan adalah tingkat permintaan produk dan indicator-indikator ekonomi, seperti kondisi tingkat ekonomi pada umumnya di suatu kota atau wilayah.
•
Place (tempat, lokasi) Pada industri real estate, acuan yang digunakan untuk menentukan nilai sebuah property adalah lokasi dari property tersebut. Sama halnya dengan pemasaran sebuah event. Lokasi dari event tidak hanya menentukan siapa yang datang, namun juga karakter dan jenis event tersebut. Hal ini adalah pertimbangan untuk bagian paling awal dari tahap perencanaan.
•
Public Relation (kehumasan) Public Relation adalah bagian penting dalam pemasaran. Kita dapat mengiklankan apa saja yang kita inginkan. Public Relation dapat menentukan apa yang orang pikirikan pada kita dan tujuan kita. Inti dari sebuah kampanye kehumasan adalah hal bagian dari sebuah prose’s yang tidak pernah berhenti, namun merupakan usaha berlanjut untuk membangun tanggapan positif dari organisasi dan produk-produknya.
15 •
Positioning Pemasaran event bergantung pada penempatan yang tepat pada produk tersebut. Tidak ada event yang dapat dijual dengan efektid hingga sebuah rencana pemasaran dikembangkan. Positioning adalah strategi untuk memutuskan, melalui intuisi, riset, dan evaluasi, kepada area yang diinginkan konsumen dan dapat dipenuhi oleh event.
2.2.4
Teori Psikologi Entrepreneur
Menjadi entrepreneur adalah menjadi wirausaha mandiri yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa ada terikat dengan aturan seperti bekerja pada perusahaan besar. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan wirausaha dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati Karena memiliki standar moral tinggi. Terdapat beberapa karakteristik kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi dirinya dalam cara mengorganisasikan peluang wirauaha. Kepribadian yang berbeda akan menunjukkan perbedaan cara dalam menghadapi tantangan meski berada dalam situasi yang sama. Shane
dalam
bukunya
“A
General
Theory
of
Entrepreneurship”
mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain, yaitu: •
Kepribadian dan motivasi. Kepribadian dan motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan ketika sekumpulan orang dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan yang hampir sama dan informasi yang sama, maka orang dengan motivasi tertentu akan memanfaatkan peluang, sementara yang lain tidak.
16 •
Motivasi Hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk nasibnya sendiri.
•
Evaluasi diri Seorang entrepreneur yang baik dan dewasa akan selalu mempelajari kembali pada setiap keputusan yang telah dilakukan dalam mendukung setiap perkembangan usaha.
•
Karakter kognitif Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan membuat keputusan. Dalam mengembangkan perluang kewirausahaan, seorang entrepreneur harus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan posititf tersebut dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana memanfaatkan peluang wirausaha.
2.2.5
Teori Grid dan Layout
Sistem grid yang digunakan adalah multicolumn grid merupakan format yang untuk publikasi yang memiliki hirarki yang mengintegrasikan teks dan ilustrasi. Dengan grid ini akan membuat penempatan layout menjadi lebih fleksibel. Suatu ilustrasi atau teks bisa menempati satu kolom saja ataupun dua sekaligus, tetapi tidak semua kolom perlu diisi. Kolom bisa juga dibiarkan kosong dan dijadikan sebagai white space.
2.2.5.1
Ed Fella
Ed Fella adalah seorang desainer kontemporer. Ia juga seorang pelanggar aturan sejati. Namun, ia masih memberikan perhatian ketat bagaimana mata dan otak membaca sebuah halaman. Hanya dengan melihat karyanya, banyak sekali orang yang beranggapan Ed Fella gila. Karena Ed Fella sangat memaksakan kontradiksi, namun ia masih bermain dengan penggunaan desain layout (Grid). Di dalam
17 desainnya, Ed Fella menggambarkan keseimbangan antara kekacauan dan kesenangan. Gaya Fella disebut sebagai gaya “melakukan kesalahan.” Karyanya mentah dan obsesif. Ia memiliki kekuasaan dan spontanitas. Lahir dengan pengetahuan design, layout, typografi, dan dasar desain lainnya, tetapi ia selalu dapat membuat gebrakan dalam desainnya. Ia juga memiliki kata-kata yang membuat desainer lain terinspirasi. “saya tertarik pada desain grafis sebagai seni.” Kata Ed Fella, ini adalah semacam praktik seni rupa yang menggunakan bentuk-bentuk dari desain grafis, ilustrasi dekoratif dan huruf-huruf yang keluar dalam abad 21. Semua itu memiliki silsilah dan tampilan tertentu dengan cara yang sama denan seniman saat ini yang menggunakan komik dan novel grafis.
Gambar 2.2. Karya Ed Fella.
2.2.6
Teori Tipografi
Tipografi (typography) adalah perpaduan antara ilmu seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaian dengan baik secara visual kepada pembaca. Tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertical atau
18 horizontal tulisan pada sebuah bidang desain, tipografi juga bisa dikatakan sebagai visual languange atau bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang seni dan desain huruf (termasuk symbol) dalam aplikasinya untuk media komunikasi visual melalui metode penataan layout, bentuk, ukuran dan sifatnya sehingga pesan yang akan disampaikan sesuai dengan yang diharapkan. Secara modern, tipografi berkaitan dengan penataan huruf pada media elektronik, baik dari segi tampilan maupun outputnya ke berbagai media cetak. Sedangkan secara tradisional, tipografi berkaitan dengan penataan hurug melalui media manual berpa lempeng baja yang timbul atau karet (stempel) yang timbul yang berkenaan dengan tinta dan akan dituangkan kepermukaan keras.
Tipografi menurut Stanley Marrison “Tipografi dapat didefinisikan sebagai keterampilan mengatur bahan cetak secara baik dengan tujuan tertentu; seperti mengatur tulisan, membagibagi ruang atau spasi, dan menata atau menajaga huruf untuk membantu secara maksimal agar pembaca memahami teks. Tipografi merupakan cara hemat untuk benar-benar membuat bermanfaat dan hanya secara kebetulan mencapai hasil estetis, oleh karena menikmati polapola, jarang sekali menjadi tujuan utama.” (Stanley Marrison).
Tipografi memegang peranan penting dalam segala hal yang berenaan dengan penyampaian bahasa non verbal (menggunakan tulisan) dalam segala bentuk publikasi, karena kita harus tahu berapa ukuran tulisan yang akan kita gunakan, efek dan bentuk yang akan kita tampilkan sehingga muatan emosi dan sifat dari pesan yang muncul sesuai dengan tujuan komunikasi yang ingin kita sampaikan kepada publik. Sebagai contoh, dalam bahasa verbal kita tidak mungkin berteriak dengan bentakan untuk merayu atau membujuk seseorang sehingga menuruti atau memahami kemauan kita. Begitu juga dalam tipografi, kita tidak mungkin membuat tulisan dengan bentuk tegas dan keras (seperti larangan atau bentakan emosi) untuk publikasi yang bersifat membujuk atau menawarkan sesuatu produk atau jasa. Untuk itulah kita harus belajar tipografi.
19 2.2.6.1
Ashleigh Brennan
Asleigh Brennan adalah seorang desainer grafis yang memiliki kemampuan dalam dunia cetak, tipografi, ilustrasi, animasi, dan video editing. Ashleigh hampir selalu menggunakan warna-warna cerah untuk setiap desainnya, dikarenakan Ashleigh sangat menyukai warna cerah dalam eksperimennya dalam desain. Ashleigh sangat menikmati tipografi, branding, dan ilustrasi dan juga warna-warna yang cerah.
\
Gambar 2.3. Karya Ashleigh Brennan.
Gambar 2.4. Karya Ashleigh Brennan.
2.2.6.2
Brian Cairns
Brian Cairns adalah Principal dan Direktur Kreatif dari Brian Cairns Studio. Berbasis di Glasgow Merchant City, Brian Cairns Studio adalah sebuah studio multi disiplin untuk memproduksi desain dan memenangkan
20 penghargaan bekerja untuk klien-klien internasional. Brian Chairns belajar desain grafis di The Glasgow School of Art sebelum mengkhususkan diri dalam ilustrasi dan mencintai dalam segala hal tipografi. Hal ini jelas mendukung dalam pekerjaan Brian untuk memproduksi tipografi secara manual seperti letterpress dan silkscreen. Brain Cairns juga kuliah paruh waktu di The GSA dalam Desain Komunikasi untuk menggali kemampuannya atas ketertarikan dalam merancang untuk perangkat mobile, web, gambar dan layar berbasis desain interaksi bergerak (animasi).
Gambar 2.5. Karya Brian Chairns “Big Idea.”
Gambar 2.6. Karya Brian Chairns “Odwalla.”
21
Gambar 2.7. Karya Brian Chairns “Odwalla.”
2.2.7
Teori Warna
Warna dapat digunakan untuk mengkomunikasikan mood, menarik perhatian, mengidentifikasikan produk, ataupun untuk mengorganisir suatu informasi. Selain itu, warna juga mendorong dan bekerja sama dengan seluruh arti, simbol dan konsep pemikiran secara abstrak. Warna dapat menarik perhatian dan membantu menciptakan sebuah mood (suasana hati). Bergantung pada daya tarik suatu karya, warna dapat digunakan dengan beberapa alasan berikut: •
Warna merupakan sebuah alat untuk mendapat perhatian.
•
Warna dapat menyoroti unsur-unsur khusus secara realistis dalam warna
•
Warna memiliki bahasa psikologis yang menyusun mood karya tersebut
Prinsip warna menurut Robert B. Parker antara lain : •
Penggunaan warna harus memiliki fungsi
•
Warna harus dapat memberikan ciri khas perusahaan yang disampaikan
•
Penggunaan warna tidak hanya berfungsi sebagai sensasi artisitik, tetapi bertujuan untuk mengatakan bahwa warna memang nyata kebenarannya
•
Hindari warna yang tidak perlu
22 Untuk mendukung projek tugas akhir event Branding itu Tidak Sulit akan digunakan warna-warna pastel. Warna pastel adalah warna cerah dan soft. Warna pastel digunakan untuk menunjukkan kepada target market bahwa melakukan branding adalah hal yang menyenangkan dan bukan hal yang sulit. Maka dari itu, semua orang dapat melakukan branding dengan baik.
2.2.8
Teori Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication dan bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna. Yaitu sama mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orangorang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal. Prinsip-prinsip komunikasi : •
Pesan yang disampaikan harus jelas, menggunakan tata bahasa yang baik, memiliki isi berupa pesan atau informasi, serta maksud dan tujuan yang jelas.
•
Integritas, yaitu adanya saling pengertian.
•
Kejelasan sifat dari informasi tersebut, apakah berupa informasi formal atau informal dan ekstern atau intern.
Dalam komunikasi terdapat beberapa efek sebagai berikut : •
Efek Kognitif : efek-efek yang menyebabkan perubahan pada pikiran, nalar atau rasio pada komunikan. Misal : yang awalnya tidak mengetahui jadi mengetahui.
•
Efek Afektif : efek-efek yang menyebabkan perubahan pada perasaan komunikan. Misal : yang awalnya tidak menyukai akhirnya jadi menyukai.
•
Efek Konatif : efek efek yang menyebabkan perubahan pada terjadinya perilaku yang diinginkan komunikan. Misal : yang awalnya tidak mau akhirnya menjadi mau.
23 2.2.9
SWOT
Strength •
Informasi tentang branding sangat berguna sekali untuk pelaku bisnis dan juga para start up bisnis.
•
Acara tentang pentignya branding pastinya akan membukakan pandangan para pengusaha (entrepreneur) untuk melakukan branding yang baik.
•
Acara (event) yang efektif akan membantu pelaku bisnis untuk mengerti dan memahami informasi yang disampaikan dalam acara (event).
•
Ikut membantu mengembangkan perekonomian pelaku bisnis.
•
Membantu merek lokal untuk bertahan dipersaingan industri, perdagangan, dan jasa. Bahkan maju untuk bersaing secara internasional.
Weakness •
Memberikan informasi dan meng-edukasikan branding membutuhkan waktu yang tidak singkat.
•
Entrepreneur memilik prinsip waktu adalah uang. Mengikuti seminar, talkshow, atau workshop akan menyita waktu.
Opportunities •
Banyaknya pelaku bisnis yang baru (start up) yang ingin mengembangkan produk dan merek yang ditawarkan.
•
Informasi tentang pengembangan bisnis banyak diminati oleh pelaku bisnis itu sendiri.
•
Berkembangnya merek akan membantu penjualan produk yang akhirnya akan berdampak pada hasil (uang).
Threats •
Program pemerintah dalam menginformasikan branding tidak cukup efektif. Hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggara acara (event) untuk memberikan acara yang menarik dan juga efektif dalam memberikan informasi.
24 •
Changing Paradigm.
•
Membantu pelaku bisnis yang takut untuk mengambil tindakan dalam pengembangan produk dan mereknya.