BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Ilmu Ekonomi Menurut Samuelson dan Nordhaus (2010:4) ilmu ekonomi merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku keuangan suatu pasar (termasuk suku bunga, nilai tukar mata uang, dan harga saham), mempelajari bagaimana terjadinya ketidakseimbangan ekonomi (kekayaan dan kemiskinan) pada individu atau suatu negara dan bagaiaman mengatasi hal terseut. Ilmu ekonomi juga mempelajari tentang siklus bisnis, perdagangan internasional, dan mempelajari mengenai kebijakan pemerintah dalam menangani pertumbuhan ekonomi, efisiensi penggunaan sumber daya alam, ketenagakerjaan, stabilitas harga dan pendapatan individu, perusahaan, atau negara. Menurut Mankiw (2014:4) ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat mampu mengatur penggunaan sumber daya yang terbatas, bagaimana masyarakat mampu membuat keputusan mengenai pekerjaan mereka, produk dan jasa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengatur kondisi keuangan untuk masa depan. Ilmu ekonomi juga mempelajari bagaimana individu mampu berinteraksi satu sama lain. Ilmu ekonomi menganalisa mengenai kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan termasuk pertumbuhan pendapatan negara atau perusahaan, masalah pengangguran, dan naik turunna harga suatu barang atau jasa. Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari masalah perekonomian secara keseluruhan, mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas dengan cara memproduksi, dan kemudian menyalurkan kembali ke individu atau kelompok individu dalam masyarakat.
2.1.1 Bidang Ilmu Ekonomi Samuelson dan Nordhaus (2010:5) membagi ilmu ekonomi kedalam dua bidang yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro pertama kali ditemukan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi mikro mempelajari bagaimana individu mampu menetapkan harga (tanah, tenaga kerja, dan harga 19
20 modal), dan mempelajari kekuatan dan kelemahan pasar, serta mengidentifikasi pasar dan mempelajari bagaimana individu mampu menciptakan manfaat ekonomi sosial di pasar yang kompetitif. Ekonomi mikro saat ini menurut Samuelson dan Nordhaus (2010:5) merupakan ilmu yang membahas subjek-subjek terpenting dalam sebuah perusahaan seperti monopoli pasar, peraturan perdagangan internasonal, dan ilmu yang mempelajari mengenai aktivitas keuangan. Sedangkan menurut Mankiw (2014:484) ekonomi mikro merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan mampu berinteraksi di pasar. Ekonomi makro menurut Mankiw (2014:484) merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena ekonomi secara luas seperti inflasi, ketenagakerjaan, dan pertumbuhan ekonomi. Samuelson dan Nordhaus (2010:5) menjelaskan bahwa ekonomi makro pertama kali muncul ketika John Maynard Keynes mempublikasikan revolusinya yang berjudul “General Theory of Employment, Interest and Money”. Dalam teori barunya, Keynes mengembangkan analisa mengenai dampak siklus bisnis dengan terjadinya pergantian tingginya tingkat pengangguran dan tingkat inflasi. Ekonomi makro saat ini meneliti berbagai bidang, seperti bagaimana menentukan total investasi dan konsumsi, bagaimana bank mengatur uang dan bunga, penyebab terjadinya krisis internasional, dan mengapa dapat terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan antar negara.
2.2
Teori Perdagangan Internasional Perdagangan menurut Boediono (2000) dalam Gaol (2012) diartikan sebagai
transaksi tukar menukar yang didasarkan atas sifat sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus memiliki kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, hal tersebut dilihat dari sudut kepentingan masingmasing pihak dan kemudian menentukan apakah pihak tersebut mau melakukan pertukaran atau tidak. Sedangkan perdagangan internasional menurut Sobri (2000) dalam Ilham dan Suparyati (2014:22) adalah transaksi perdagangan yang terjadi antara subjek ekonomi negara satu dengan subjek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subjek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan.
21 2.2.1 Teori Ekonomi Merkantilisme Negara penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikiti mungkin impor (ekspor > impor). Merkantilisme memandang kekayaan suatu negara diukur dalam bentuk emas dan perak, dimana semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara, maka semakin kaya dan kuat negara tersebut. Untuk itu pemerintah harus mendorong ekspor dan mengurangi impor.(Stern dan Wennerlind, 2014:15-16). Namun hal tersebut tidak bertahan lama karena selain mendatangkan keuntungan bagi suatu negara, merkantilisme juga mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi negara tersebut. Negara penganut merkantilisme memperoleh kekayaan dengan cara memeras dan menguras sumber daya yang murah, serta membayar upah buruh dengan sangat minim. Buruh, petani, dan rakyat biasa diperlakukan secara paksa untuk bekerja sekera-kerasnya dengan upah serendah mungkin. Menurut Salvatore (2006) dalam Gaol (2012) kaum merkantilisme percaya bahwa perdagangan adalah a zero-sum game dimana sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan perdagangan dengan cara mengorbankan negara lain.
2.2.2 Teori Keunggulan Absolut Adam Smith (1937) dalam Gaol (2012) menjelaskan bahwa suatu negara akan bertambah kekayaan jika sejalan dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi keterlibatan para tenaga kerja dan penduduk di negara tersebut dalam proses prosuksi. Menurut Adam Smith (1937) dalam Gaol (2012) suatu negara dikatakan memiliki keunggulan absolut ketika negara tersebut melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi dengan negara lain. Spesialisasi produksi dua negara yang melakukan perdagangan keunggulan absolut dapat disimulasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Gambaran Teori Keunggulan Absolut Negara A
Negara B
Kentang
8 unit / tenaga kerja
4 unit / tenaga kerja
Gandum
6 unit /tenaga kerja
12 unit /tenaga kerja
Sumber: Diolah penulis diadaptasi dari Gaol (2012)
22 Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa negara A memilik keunggulan absolut dalam memproduksi kentang, sedangkan negara B memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi gandum. Perdagangan internasional dengan keunggulan absolut dapat dikatakan menguntungkan jika negara A mengekspor kentang ke negara B dan mengimpor gandum dari negara B, begitu pula sebaliknya, negara B mengekspor gandum ke negara A dan melakukan impor kentang dari negara A.
2.2.3 Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif diperkenalkan oleh David Ricardo (1971) yang menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut. Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang dikembangkan oleh Adam Smith (1937), Ricardo (1971) menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut, cukup dengan memiliki keunggulan komparatif pada harga untuk suatu komoditi yang relatif berbeda (Helpman, 2010:20-30).
2.2.3 Teori Heckscher – Olin (H-O) Perubahan dalam teori perdagangan internasional muncul ketika seorang sejarawan ekonomi asal Swedia, Eli Heckscher dan muridnya Bertil Olin mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum sempat dijelaskan oleh David Ricardo (1971). Heckscher – Olin (1919) mengembangkan model ekonomi dengan menyatakan penyebab adanya perbedaan produktivitas karena adanya perbedaan proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang dimiliki oleh suatu negara. Teori Heckscher–Olin dikenal dengan “The Proportional Factor Theory” dimana negara dengan faktor produksi relatif tinggi dan murah dalam biaya produksi akan melakukan spesialisasi produksi untuk melakukan ekspor. Sebaliknya negara dengan faktor produksi relatif langka dan mahal dalam biaya produksi akan melakukan impor. (Helpman, 2010:37-38).
2.3
Produk Domestik Bruto (PDB) Samuelson dan Nordhaus (2010:370-371) menjelaskan bahwa tujuan utama
dalam ekonomi makro adalah pertumbuhan cepat dari output, tingkat pengangguran rendah, dan stabilitas harga. Produk Domestik Bruto merupakan perhitungan yang paling tepat dari total output dalam perekonomian suatu negara. PDB adalah ukuran
23 dari total nilai pasar terhadap seluruh barang dan jasa yang di produksi negara dalam kurun waktu satu tahun. Blanchard (2011:20-22) mendefinisikan PDB berdasarkan dua sisi, yaitu: 1. Dari sisi produksi, PDB adalah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu perekonomian selama periode tertentu. PDB juga merupakan total dari penambahan nilai dalam suatu perekonomian selama periode tertentu. 2. Dari sisi pendapatan, PDB adalah total pendapatan dalam sebuah perekonomian selama periode tertentu.
2.3.1 Perhitungan Produk Domestik Bruto Terdapat dua cara untuk menghitung PDB, yaitu nominal PDB dan real PDB. Samuelson dan Nordhaus (2010:371) mengartikan nominal PDB sebagai PDB yang dihitung berdasarkan harga aktual di pasar dan real PDB dihitung berdasarkan harga yang konstan (ukuran harga dari tahun sebelumnya). Untuk menghitung pertumbuhan real PDB dapat dilakukan dengan rumus berikut:
100% x PDB t – PDB t-1 PDB t-1 PDB t adalah nilai PDB pada tahun berlaku dan PDB t-1 adalah nilai PDB pada tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Dornbusch et al. (2011:37) nominal PDB digunakan untuk menghitung nilai dari output dalam periode tertentu dengan harga pada periode tersebut dan real PDB digunakan untuk menghitung perubahan output dalam ekonomi antara periode waktu yang berbeda dengan menilai total produk yang diproduksi dalam dua periode dengan nilai harga yang sama.
2.3.2 Komponen PDB Komponen PDB menurut Blanchard (2011:44-59) adalah sebagai berikut: 1. Konsumsi atau consumption dilambangkan dengan (C) merupakan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Samuelson dan Nordhaus (2010:394) menambahkan bahwa konsumsi merupakan komponen paling besar dalam PDB.
24 2. Investasi atau investment dilambangkan dengan (I) merupakan total dari investasi tetap (rumah dan apartemen) dan investasi tidak tetap (pembelian mesin perusahaan). Investasi menurut Samuelson dan Nordhaus (2010:394) merupakan penanaman modal tetap yang dapat meningkatkan produksi di masa mendatang. 3. Pengeluaran pemerintah atau government spending dilambangkan dengan (G) adalah berbagai macam pengeluaran barang dan jasa yang dilakukan pemerintah termasuk pajak dan kebijakan fiskal. 4. Ekspor dikurangi impor dilambangkan dengan (X-IM) adalah total pembelian barang atau jasa yang dilakukan oleh orang asing dikurangi dengan total pembelian barang atau jasa dari luar negeri oleh dalam negeri. Hasil dari (XIM) dinyatakan dengan net ekspor. Jika ekspor lebih tinggi dari impor, maka negara tersebut mengalami kondisi surplus, sebaliknya jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka negara tersebut mengalami kondisi defisit. 5. Investasi persediaan atau inventory investment merupakan hasil pegurangan dari produksi dan penjualan. Dapat dikatakan bahwa jumlah produksi dan penjualan harus mengalami keseimbangan. Jika produksi lebih tinggi dari tingkat penjualan dalam waktu tertentu (perusahaan mengalami penumpukan persediaan), maka investasi persediaan dapat dikatakan positif, sebaliknya jika jumlah produksi perusahaan lebih sedikit dari penjualan (perusahaan kekurangan persediaan), maka investasi persediaan dikatakan negatif. Berdasarkan komponen-komponen diatas, dapat disimpulkan bahwa PDB adalah jumlah dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, investasi persediaan, dan ekspor dikurangi dengan impor. Fungsi dari PDB dapat dinyatakan sebagai berikut: Y = C + I + G + (X- IM) Fungsi diatas dapat digunakan jika suatu negara mengalami sistem perdagangan terbuka (adanya permintaan dan penawaran yang terjadi antar negara), namun jika diasumsikan bahwa tidak ada transakti perdagangan yang terjadi antar negara dengan kata lain terjadinya sistem ekonomi tertutup, dimana (X-IM) = 0 maka fungsi PDB berubah menjadi : Y=C+I+G
25 2.4
Ekspor Menurut Nelson (2009:4) ekspor adalah kegiatan menjual produk, baik produk
dari luar negeri maupun lokal ke negara lain yang dilakukan oleh individu atau perusahaan sebagai perantara kegiatan ekspor. Sedangkan Samuelson dan Nordhaus (2010:564) mendefinisikan ekspor sebagai barang atau jasa yang di produksi di dalam negeri dan dibeli oleh individu atau perusahaan asing. Ekspor menurut Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2006, perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan pasal 1 adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Sedangkan dalam pasal 2 yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku UndangUndang. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012 tanggal 19 Maret 2012 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, barang ekspor dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Barang bebas ekspor. Barang bebas ekspor adalah barang yang tidak termasuk dalam barang dibatasi ekspor dan barang dilarang ekspor. 2. Barang dibatasi ekspor. Barang dibatasi ekspor adalah barang yang dibatasi eksportir, jenis dan/atau jumlah
yang
diekspor.
Contoh
barang
dibatasi
ekspor
adalah:
(www.kemendag.go.id). − Produk Perkebunan, seperti kopi digongsang / tidak digongsang, olahan. − Produk Kehutanan, seperti produk dari rotan ataupun kayu − Produk Peternakan, seperti bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit buaya, wet blue, binatang liar dan tumbuhan (appendix II cites) − Produk Perikanan, seperti ikan napoleon, wirasse, dan benih ikan bandeng − Produk Perkebunan, seperti inti kelapa sawit (palm kernel) − Produk Industri, seperti asetat anhidrida, asam fenilasetat, efedrin, aseton, butanol, sisa dan scrap dari besi, baja steinless, tembaga, kuningan, aluminium, dan pupuk urea.
26 − Produk Pertambangan, seperti intan, timah, emas gas, kokas/ minyak petroleum, bijih logam mulia, perak, dan emas. 3. Barang dilarang ekspor. Barang dilarang ekspor adalah barang yang tidak boleh diekspor. Contoh barang dibatasi ekspor adalah : (www.kemendag.go.id). − Produk Pertanian, seperti anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang galah ukuran 8 cm dan udang panaedae. − Produk Kehutanan, seperti kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian. − Produk Kelautan, seperti pasir laut. − Produk Pertambangan, seperti bijih timah dan konsentratnya, abu dan residu yang mengandung arsenik, logam atau senyawanya dan lainnya, terutama yang mengandung timah dan batu mulia. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012 tanggal 19 Maret 2012 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor dapat dilakukan oleh: 1. Orang perseorangan. Dimana orang perseorangan hanya dapat mengekspor kelompok barang bebas dengan syarat memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dokumen lain yang dipersyaratkan dalam peraturan Undang-Undang. 2. Lembaga dan Badan usaha, baik berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum. Dimana Lembaga dan badan usaha hanya dapat mengekspor barnag bebas ekspor dan barang dibatasi ekspor dengan syarat memiliki Surat Ijin Usaha (SIUP) dari kementerian teknis/lembaga pemerintahan non kementerian/instansi, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dokumen lain yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan. Untuk mengekspor barang yang dibatasi, eksportir tersebut juga harus memiliki pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar (ET), Persetujuan Ekspor (PE), Laporan Surveyor, Surat Keterangan Asal (SKA), dan atau dokumen lain yang disyaratkan dalam UU.
27 2.4.1 Tujuan dan Manfaat Ekspor Tujuan kegiatan ekspor menurut Sutedi (2014:15) antara lain: 1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba). 2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor). 3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity). 4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan jago kandang. Tujuan suatu negara melakukan ekspor adalah karena ekspor memiliki manfaat yang besar bagi negara yang melakukan kegiatan ekspor. Manfaat ekspor antaralain : (Suparman, 2008:156) 1. Meningkatkan devisa negara. 2. Menambah pemasukan negara dari sektor bukan pajak. 3. Menjaga keberlangsungan ekonomi dan industry. 4. Menghindari adanya stok berlebih atau barang sisa produksi dalam suatu negara. Manfaat lain dari ekspor yaitu: (Kurnia et al. 2007:84) 1. Memperluas lapangan pekerjaan dengan adanya perluasan industri oleh perusahaan. 2. Memberikan sumber devisa bagi pembangunan negara dan kegiatan impor 3. Memberi peluang bagi industri-industri untuk memperluas jaringan ke negara lain.
2.5
Impor Samuelson dan Nordhaus (2010:564) mendefinisikan impor sebagai barang atau
jasa yang diproduksi di luar negeri dan dikonsumsi oleh individu atau perusahaan lokal. Kumar (2008:3-4) mendefinikasn impor sebagai kegiatan yang berbanding terbalik dengan ekspor. Jika ekspor adalah kegiatan mejual barang atau jasa dari dalam negeri ke luar negeri, makan impor adalah kegiatan membeli barang atau jasa dari luar negeri. Transaksi dalam kegiatan impor melibatkan pembelian dan mentransfer barang dari negara luar (foreign country) ke negara lokal (home country) dengan melakukan pembayaran ke negara luar (foreign country) tersebut.
28 Impor menurut UU RI Nomor 17 Tahun 2006, Perubahan atas UU Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan adalah kegiatan memasukan barang ke dalam Daerah Pabean. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang
2.5.1 Tujuan dan Manfaat Impor Tujuan suatu negara melakukan kegiatan impor menurut Suparman (2008:156) adalah : 1. Untuk memenuhi kebutuhaan produk dalam negeri. 2. Mengurangi biaya produksi dan waktu kepemilikan (biaya tenaga kerja, mesin, dan enaga ahli untuk memproduksi produk sendiri). 3. Menjalin hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Manfaat impor menurut Kurnia (2007 : 84) antara lain: 1. Meningkatkan kesejahteraan konsumen di negara asal. 2. Memungkinkan untuk perkembangan industry dalam negeri. 3. Memungkinkan adanya alih teknologi dari negara maju. 2.6
Resiko Perdagangan Internasional ( Ekspor dan Impor ) Resiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan ekspor impor dijabarkan oleh Paul
dan Serkar (2008:267-281) menjadi beberapa tipe, yaitu : 1. Commercial risk. Resiko ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai pasar luar negeri, perusahaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan produk, dan persaingan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memimalisasi resiko ini adalah dengan menggunakan strategi forecasting. 2. Political risk. Resiko ini dapat terjadi karena adanya perubahan kekuasan kebijakan pemerintah, pemberontakan dan perang antar saudara dan negara, dan penangkapan cargo selama perang terjadi. Strategi untuk meminimalisasi resiko ini adalah melakukan perpanjangan waktu atas barang ekspor tujuan negara tertentu.
29 Faktor lain dari resiko politik dijelaskan oleh Kaynak dan Seyoum (2008 : 41) adalah karena adanya terorisme dan pertahanan negara yang kuat dan dapat diminamilisasi dengan memonitoring perkembangan kebijakan pemerintah atau dengan memberikan asuransi. 3. Risks arising out of foreign laws. Resiko ini terjadi karena adanya perbedaan hukum yang berlaku di negara lokal dan biaya proses pengadilan yang tinggi dan kompleks. Resiko ini dapat di minimalisasi dengan melibatkan pihak ketiga pada saat pembuatan kontrak perjanjian perdagangan. 4. Cargo risk. Resiko ini biasa terjadi selama proses pengiriman hingga penempatan barang (melalui jalur laut) akibat adanya kebocoran, badai, ledakan, kebakaran dan lainnya. Resiko ini dapat di minimalisasi dengan menggunakan polis asuransi. 5. Credit risk. Resiko ini dapat terjadi karena adanya kesulitan bagi negara dalam neraca pembayarannya. Resiko ini muncul setelah barang barang dijual secara kredit. Resiko ini juga dapat terjadi jika pembeli gagal dalam memenuhi kewajiban pembayarannya sesuai dengan yang dijanjikan dalam perjanjian perdagangan. Untuk meminimalisasi resiko kredit, setiap negara memiliki organisasi sektor publiknya sendiri. Seperti Export Credit Guarantee Corporation (ECGC) di India (Kumar, 2008 : 269). 6. Foreign exchange risk. Resiko ini dapat terjadi ketika faktur pembayaran yang digunakan berupa mata uang asin. Resiko ini juga dapat terjadi ketika mata uang asing mengalami kenaikan dan penurunan (berfluktuasi). Menurut Kaynak dan Seyoum (2008 : 41) perubahan yang terjadi pada nilai mata uang dapat menyebabkan penurunan terhadap surat penerimaan ekspor yang akan datang dan meningkatkan pembayaran bagi importer. Kumar (2008 : 270) menjelaskan bahwa baik importir dan eksportir keduanya menghadapi kerugian akibat adanya fluktuasi dari nilai tukar mata uang dalam menjalankan perdagangan internasional. Eksportir yang menyetujui pada harga tertentu dalam nilai tukar hari ini mungkin akan mengalami kerugian setelah beberapa bulan ketika ia benar-benar menerima pembayaran dikarenakan jatuhnya nilai tukar mata uang uang disetujui dalam kontrak perdagangan. Resiko ini dapat dihindari
30 dengan memindahkan resiko ke pihak lain atau pihak ketiga dan dengan melakukan forward contract.
2.7
Penelitian Terdahulu Lil et al. (2010) meneliti mengenai hubungan antara perdagangan internasional
termasuk ekspor dan impor dengan pertumbuhan PDB di provinsi Jiangxi, China selama 30 tahun yaitu dari tahun 1978 hingga 2007 menggunakan metode analisis multivariat linear regresi dalam ekonometrika. Variable yang diuji dalam penelitian ini adalah volume perdagangan internasional, volume impor, volume ekspor dan volume dari net ekspor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ke-4 (empat) variable diatas memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap pertumbuhan PDB di provinsi Jiangxi, China. Namun volume impor memiliki angka pengaruh yang lebih besar terhadap PDB di provinsi Jiangxi, China yaitu setiap kenaikan 1 dolar volume impor berdampak kenaikan pada PDB sebesar 18,89 dolar dibandingkan dengan volume ekspor yang hanya sebesar 14,42 dolar. Untuk itu penelitian ini menyarankan bagi provinsi Jiangxi, China untuk dapat mendorong peningkatan impor sejalan dengan dilakukannya peningkatan ekspor karena melihat pengaruh yang besar diberikan oleh volume impor terhadap PDB. Mojekwu et al. (2013) meneliti tren dari penawaran dan konsumsi semen di Nigeria dengan menilai prospek perubahan dari semen impor menjadi produksi semen lokal dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1986 hingga 2011 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan uji akar unit yang menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Tiga buah hipotesis digunakan dalam penelitian ini, namun ketiganya ditolak karena hasil menunjukkan bahwa baik semen impor maupun perusahaan semen local berkontribusi secara signifikan terhadap PDB meskipun angka kontribusi semen impor lebih tinggi dibandingkan semen lokal. Penelitian terbaru oleh Ener et al. (2015) mengenai pengaruh impor minyak mentah terhadap PDB di Turki dengan data kuarter pertama dari tahun 1998 hingga kuarter kedua tahun 2013 menunjukkan bahwa impor minyak mentah berpengaruh secara positif terhadap PDB Turki hingga kuarter kedua, namun berpengaruh negatif setelah melewati kuarter kedua. Kejutan positif terhadap PDB menuntun ke respon positif dan signifikan dari impor minyak mentah sejak kuarter kelima, namun setelah kuarter kelima respon dari impor minyak mentah menurun secara bertahap. Hal ini
31 dibuktikan dengan menggunakan model Vector Autoregressive (VAR) yaitu sebesar 10 persen dan bersifat negatif pengaruh yang diberikan oleh impor minyak mentah terhadap peningkatan PDB dan hasil uji Granger causality yaitu sebesar 5 persen impor minyak mentah berpengaruh secara signifikan terhadap PDB (tidak berlaku sebaliknya). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa impor minyak mentah merupakan variabel penting dalam pertumbuhan PDB di Turki. Sedangkan Mangir (2012) meneliti hubungan sebab-akibat secara keseluruhan antara ekspor terhadap PDB di Turki pada tahun 2002-2011 dengan menggunakan analisis Johensen and Juselius cointegration dan uji Granger causality, dimana hasil dari penelitian tersebut adalah adanya hubungan sebab akibat dua arah bersifat negative pada ekspor untuk jangka pendek dan hubungan sebab akibat searah bersifat positif pada ekspor untuk jangka panjang dan bersifat permanen terhadap PDB Turki. Ahmed et at. (2013) meneliti pengaruh ekspor dan impor terhadap PDB di Banglades selama tahun 1972 hingga 2006 dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS), uji Chow, autikorelasi, heteroskedastisitas, uji kesalahan spesifikasi, dan multikolinieritas mendapatkan hasil bahwa total ekspor Banglades berkontribusi lebih besar dan memberikan dampak positif terhadap PDB dibandingkan dengan total impor yang berdampak negative terhadap PDB. Penelitian serupa oleh Zaheer et al. (2014) di Pakistan menggunakan data time series tahun 2000-2010 dengan menggunakan Johnson cointegration dan Error Correction Model (ECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor dan impor memiliki kontribusi yang cukup penting dalam pertumbuhan PDB Paskistan, namun jika dilihat berdasarkan rentan waktunya, hanya ekspor yang berpengaruh terhadap PDB untuk jangka pendek, dan untuk jangka panjang, keduanya memiliki nilai statisik yang jauh lebih besar terhadap pertumbuhan PDB. Ilham dan Suparyati (2014) meneliti hubungan sebab-akibat antara ekspor, impor, dan PDB yang terjadi di Indonesia dan Thailand dengan melakukan perbandingan dan menentukan model penelitian untuk kedua negara tersebut. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Vector Autoregressive (VAR) dan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) untuk Indonesia adalah ekspor dan impor memiliki hubungan yang saling terkait dan penting dalam membantu meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia dan model penelitian untuk Indonesia adalah PDB = f(EKSPOR, IMPOR). Sedangkan Thailand berfokus dalam meningkatkan ekspor dan
32 pertumbuhan PDB untuk dapat membantu pertumbuhan impor, sehingga model penelitian untuk Thailand adalah IMPOR = f(PDB, EKSPOR). Muchlas dan Alamsyah (2014) meneliti pengaruh harga, nilai tukar dan Produk Domestik Bruto Indonesia terhadap volume impor tekstil jenis fiber atau serat dari China baik secara simultan maupun parsial dengan time series data tahun 1999-2012 menggunakan analisis regresi linear berganda, uji multikolinearita, uji autokorelasi, uji heteroke-dastisitas, dan uji normalitas. Hasil penelitian menunjukkan harga, nilai tukar dan produk domestik bruto Indonesia secara simultan berpengaruh positif terhadap impor tekstil dari China, namun hanya variabel harga TPT Indonesia dan PDB yang memiliki pengaruh positif dan signifikan dan hanya variable PDB yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap impor dari China karena semakin besar PDB yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula daya beli negara tersebut termasuk mempengaruhi konsumsi produk tekstil sehingga berefek pada menaiknya impor TPT.
33
2.8
Model Penelitian Adapun model penelitian yang digunakan untuk menggambarkan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H5 H6 H9
H1
H2 H11
H7
H3
H10
H8
H4
Gambar 2.1 Model Penelitian Sumber: Penulis (2015)
Keterangan: Y = Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2012-2014 X1 = Volume Ekspor Tekstil PT Argo Pantes Tbk tahun 2012-2014 X2 = Volume Impor Tekstil PT Argo Pantes Tbk tahun 2012-2014
34 X3 = Nilai Ekspor Tekstil PT Argo Pantes Tbk tahun 2012-2014 X4 = Nilai Impor Tekstil PT Argo Pantes Tbk tahun 2012-2014 2.9
Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah dugaan, pernyataan sementara yang dapat diuji,
yang memprediksikan atas apa yang diharapkan untuk menemukan jawaban dalam data hasil penelitian yang digunakan. (Sekaran dan Bougie, 2013:83) Dalam pengkajiannya, hipotesis terdiri dari hipotesis null dan hipotesis alternatif. Hipotesis null merupakan hipotesis yang dibuat untuk di tolak dan untuk mendukung hipotesis alternative Sedangkan hipotesis alernatif merupakan hipotesis terbalikan dari hipotesis null yang menunjukan adanya hubungan antar variabel. (Sekaran dan Bougie, 2013:84). Adapun hipotesis yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
Hipotesis 2: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
Hipotesis 3: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
Hipotesis 4: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
35
Hipotesis 5: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor, volume impor, nilai ekspor, dan nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang secara bersama-sama terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor, volume impor, nilai ekspor, dan nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang secara bersama-sama terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
Hipotesis 6: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor dan impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H6: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor dan impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis 7: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume impor dan nilai ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H7: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume impor dan nilai ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis 8: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor dan impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H8: Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor dan impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis 9: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume dan nilai ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H9: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume dan nilai ekspor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
36
Hipotesis 10: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume dan nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H10: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume dan nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. Hipotesis 11: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor dan nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014. H11: Terdapat pengaruh yang signifikan antara volume ekspor dan nilai impor tekstil PT Argo Pantes Tbk Tangerang terhadap PDB Indonesia periode 2012-2014.
