BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Bank
2.1.1 Definisi Bank Dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. (2001, 1)
Dahlan Siamat mendefinisikan bank sebagai suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari
9
10
pihak
lainnya
kemudian
mengalokasikannya
kembali
untuk
memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. (1993, 12)
2.1.2 Jenis Bank Bank ditinjau dari berbagai segi antara lain : 1. Dilihat dari segi fungsinya a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank
Perkreditan
melaksanakan
Rakyat
(BPR)
adalah
bank
yang
kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, jasa-
11
jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya a. Bank milik pemerintah Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Disamping itu, ada pula Bank Pemerintah Daerah (BPD) di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masingmasing tingkatan. b. Bank milik swasta nasional Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Hal ini dapat diketahui dari akte pendiriannya didirikan oleh swasta sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. c. Bank milik koperasi Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
12
d. Bank milik asing Bank milik asing merupakan bank yang kepemilikannya 100% oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. e. Bank milik campuran Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh dua belah pihak yaitu dalam negeri dan luar negeri. Artinya, kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Komposisi kepemilikan saham secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3. Dilihat dari segi status a. Bank devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Contoh transaksi ke luar negeri adalah transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
13
b. Bank non devisa Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batasbatas negara (dalam negeri).
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional •
Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
•
Untuk
jasa-jasa
bank
lainnya
pihak
perbankan
konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
14
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.1.3 Fungsi Bank Menurut UU No. 10 tahun 1998 bank wajib menjalankan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga akan memperkuat struktur perekonomian nasional.
2.2
Sumber Dana Dan Biaya Bank
2.2.1 Produk Dana Perbankan Adapun produk–produk dana perbankan antara lain :
15
a. Giro Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Mengingat sifat rekening giro ini dapat ditarik sewaktu-waktu maka pengendapannya di bank juga sangat berfluktuasi, dan sulit dianggarkan oleh pihak bank dalam rangka investasi sumber dana dari giro ini. Akibatnya suku bunga yang diberikan pada pemegang rekening ini juga relatif paling rendah dibandingkan dengan produk dana perbankan lainnya. Karena sifatnya yang volatile tadi maka rekening giro hanya dapat diinvestasikan untuk penanaman dana jangka pendek saja. b. Tabungan Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Pada tabungan dapat dilakukan penyetoran sewaktu-waktu dan penarikan
dananya
oleh
nasabah
dengan
tidak
perlu
memperhatikan jatuh waktunya seperti pada deposito. Melihat mekanisme kerja dari tabungan maka akan terlihat bahwa stabilitas pengendapannya lebih baik dibandingkan dengan rekening giro tetapi lebih volatile dibandingkan dengan rekening deposito.
16
c. Deposito Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Sesuai dengan namanya sebagai simpanan berjangka maka bentuk deposito ini juga dapat dibedakan dengan jangka waktu jatuh temponya. Masing-masing bank mempunyai pembagian jangka waktu yang berbeda-beda tetapi pada umumnya jangka waktu tersebut diatur dalam bentuk 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan seterusnya. Secara normal suku bunga deposito yang berjangka waktu lebih panjang biasanya mempunyai tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang mempunyai jangka waktu lebih pendek. Mengingat jangka waktu jatuh tempo dari
deposito
ini
sudah
pasti
dapat
diperkirakan,
maka
pengendapan dari dana yang bersumber dari deposito tentu lebih stabil dibandingkan dengan rekening giro. Oleh karena itu, pihak bank juga dapat menanamkan dana ini ke asset yang mempunyai jangka waktu (umur) yang relatif lebih panjang dan sudah tentu suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada deposannya juga lebih tinggi dibanding dengan para pemegang rekening giro.
2.2.2 Biaya Dana Perbankan Berbagai jenis perhitungan biaya dana antara lain : a. Cost of borrowing
17
Biaya dana yang langsung dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan dana dari pinjaman yang dilakukan. Biaya ini terutama sebesar suku bunga dana yang dibayarkan oleh bank terhadap pemilik dana. b. Cost of fund Biaya dana yang langsung dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan sejumlah dana.
Biaya Bunga COF = -----------------Total Dana
c. Cost of loanable fund Biaya dana yang dapat ditanamkan di bidang perkreditan. Total Biaya Dana COLF = ---------------------------------------Total Dana – Unloanable Fund
d. Marginal cost of fund Biaya dana yang dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan suatu tambahan dana pada suatu periode tertentu. e. Cost of money Biaya dana yang dikeluarkan oleh bank setelah diperhitungkan dengan overhead expense. Total Biaya Dana + Biaya Overhead COM = -------------------------------------------------Total Dana
18
f. Cost of operable fund (Cost of Investible Fund) Biaya atas dana yang dapat diinvestasikan ke dalam earning asset. Biaya Operasional COOF = -------------------------------------------------Total Dana – Unloanable Fund
2.3
Kredit
2.3.1 Definisi Kredit Istilah kredit sesungguhnya berasal dari bahasa latin yaitu "credere" yang berarti kepercayaan atau "credo" yang berarti saya percaya. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit berarti dia memperoleh kepercayaan, dengan kata lain kredit mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada orang lain atau badan lainnya.
Menurut UU No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
19
Dari definisi tersebut terkandung unsur-unsur sebagai berikut: a.
Terdapat penyediaan uang, barang atau jasa.
b.
Terdapat kesepakatan pinjam meminjam antara kedua belah pihak.
c.
Terdapat jangka waktu tertentu untuk pembayaran kembali.
d.
Terdapat besar bunga yang telah ditetapkan (dikenal dengan price)
e.
Adanya risiko, sebagai akibat adanya perbedaan waktu.
2.3.2 Jenis-jenis Kredit Kredit dari berbagai segi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Secara umum • Kredit komersial Kredit yang diberikan kepada perusahaan atau perorangan untuk tujuan komersial. Dengan mendapatkan fasilitas kredit ini, maka perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan yang sekaligus juga meningkatkan volume penjualan yang sekaligus juga meningkatkan perolehan laba usaha. Sumber pembayaran kewajiban bunga kredit berasal dari hasil keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. • Kredit konsumsi Kredit yang diberikan biasanya kepada perorangan untuk tujuan konsumsi, sebagai contoh untuk pembelian rumah, mobil, biaya anak sekolah, dan lain-lain. Sumber pembayaran
20
angsuran kredit dan bunga berasal dari pendapatan tetap yang diterima oleh debitur setiap bulannya
b. Tujuan pembiayaan • Kredit modal kerja Kredit yang diberikan kepada perusahaan atau perorangan untuk menambah modal kerjanya. Modal kerja ini meliputi biaya pembelian bahan baku, bahan pembantu, upah buruh, overhead cost, dan lain-lain. Biasanya jangka waktu perputaran dana ini tidak lebih dari satu tahun. • Kredit investasi Kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk pembelian barang modal. Misalnya untuk pembelian mesin-mesin, kendaraan, peralatan dan pembangunan gedung pabrik. Kredit ini berjangka panjang, melebihi jangka waktu satu tahun dan pelunasannya melalui angsuran.
c. Jangka waktu • Kredit jangka pendek Kredit yang mempunyai jangka waktu sampai dengan satu tahun. • Kredit jangka menengah
21
Kredit yang mempunyai jangka waktu di atas satu tahun sampai dengan lima tahun. • Kredit jangka panjang Kredit yang mempunyai jangka waktu lebih dari lima tahun.
d. Sektor ekonomi • Kredit pertanian Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertanian termasuk perkebunan, perikanan dan kehutanan. • Kredit pertambangan Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertambangan meliputi eksplorasi dan eksploitasi. • Kredit perindustrian Kredit yang diberikan untuk pembiayaan pabrik-pabrik, manufaktur dari segala sektor. • Kredit konstruksi Kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk pembiayaan pembangunan proyek sampai dengan proyek selesai (building finance). Pembangunan proyek ini meliputi pembangunan gedung, jalan dan jembatan serta sarana lainnya. • Kredit perdagangan, restoran dan hotel
22
Kredit yang diberikan untuk membantu kebutuhan modal perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan lokal serta untuk restoran dan hotel-hotel. • Kredit pengangkutan Kredit yang diberikan untuk pengangkutan, distribusi barangbarang dan pergudangan. Termasuk di dalamnya kredit distribusi, yakni pembelian barang-barang dalam jumlah besar dan kemudian dijual dalam jumlah yang lebih kecil. • Kredit jasa-jasa dunia usaha Kredit yang diberikan untuk perusahaan jasa seperti konsultan, akuntan, dokter, pengacara dan jasa pendidikan.
e. Sifat • Kredit revolving Fasilitas kredit yang diberikan atas dasar limit atau plafon tertentu dan dapat dipakai berulang-ulang sampai dengan batas limit yang telah ditentukan tersebut. Kredit ini biasanya dalam bentuk kredit modal kerja atas dasar rekening koran dengan jangka waktu tidak melebihi satu tahun. • Kredit aflopend Fasilitas kredit yang diberikan untuk satu kali penggunaan atau sesuai skedul dan tidak dapat dipakai berulang.
23
f. Penggunaan • Kredit usaha Kredit yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk modal kerja atau investasi. Pembayaran bunga dan pelunasan kedit berasal dari keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha perusahaan. • Kredit konsumsi Kredit yang digunakan utnuk pembelian barang-barang konsumsi bukan dalam bentuk usaha. Misalanya kredit pemilikan rumah, kredit kendaraan dan kredit untuk pembelian peralatan rumah tangga.
g. Golongan debitur • Kredit kepada penduduk Kredit yang diberikan kepada penduduk, warga negara atau perusahaan yang mempunyai status penduduk Indonesia. • Kredit bukan kepada penduduk Kredit yang diberikan kepada bukan penduduk Indonesia, warga negara asing atau perusahaan yang berstatus perusahaan asing (PMA)
24
h. Kebijaksanaan • Kredit umum Kredit yang diberikan lebih ditekankan kepada untung rugi dan prinsip-prinsip bisnis yang berlaku atau dikenal dengan ketentuan bank teknis. • Kredit prioritas Kredit yang penyalurannya berdasarkan prioritas yang disyaratkan oleh pemerintah, misalnya untuk usaha skala kecil. Untuk jenis ini ada keringanan persyaratan bank teknis yang diberikan kepada calon debitur tanpa mengabaikan aspek kelayakannya,
misalnya
tidak
diharuskan
menyediakan
jaminan tambahan dalam bentuk aktiva.
i. Kredit non cash Kredit yang diberikan dalam bentuk bank garansi. Hal ini berkaitan dengan analisis keuangan yang terfokus kepada analisis risiko, dan apabila risiko itu muncul di kemudian dalam masa garansi maka bank berkewajiban membayar sejumlah nilai yang dicantumkan dalam bank garansi tersebut. Jika hal ini terjadi maka bank garansi akan menjadi kredit efektif.
25
j. Kredit berdokumen Kredit yang diberikan dalam bentuk dokumen untuk transaksi antar pulau dan impor. Kredit ini dikenal dengan letter of credit (L/C). Untuk perdagangan antar pulau dikenal dengan surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN). L/C ini memuat persyaratan dokumen yang harus dipenuhi dalam kontrak jual beli dan persyaratan-persyaratan lainnya serta nilai jual beli. Pernyataan akan membayar dari L/C yang akan diterbitkan oleh bank dalam negeri (issuing bank) kepada bank luar negeri (paying bank) atas dasar kelengkapan dokumen tersebutlah yang dikenal dengan kredit berdokumen.
2.3.3 Siklus dan Metode Analisis Kredit Siklus perkreditan dimulai dari pengajuan permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi dan pelunasan kredit secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut :
26
Permohonan
1 Kredit 7A
2
Kredit Bermasalah
7B Tambahan Kredit
Analisis Kredit
7C Pelunasan Kredit
3
6
Persetujuan Kredit
Pengawasan Kredit
4
5 Pencairan Kredit
Perjanjian Kredit
Gambar 2.1 Siklus Perkreditan
Dalam melakukan analisa kredit harus tetap memperhatikan prinsip 5C dan 6A, agar tidak lepas dari ketentuan bank teknis.
Analisis prinsip 5C dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Character Melakukan penilaian moral, watak atau sifat – sifat yang positif kooperatif, kejujuran dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan
27
pribadi sebagai manusia dan kehidupan pribadi sebagai anggota masyarakat dalam melakukan kegiatan usahanya. Penilaian ini dilakukan dengan cara meneliti daftar riwayat hidup, reputasi di lingkungan usaha, informasi antar bank, informasi
pada
asosiasi
usaha
yang
bersangkutan,
dan
kebiasaan–kebiasaan hidup yang bersangkutan dalam masyarakat baik yang sifatnya positif maupun negatif. b.
Capacity Penilaian
yang
sifatnya
subyektif
tentang
kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutang dan kewajiban lainnya tepat pada waktunya, sesuai perjanjian, dan hasil usaha yang diperoleh. Dalam penilaian ini didasarkan atas kemampuan perusahaan pada masa lalu, kemampuan berproduksi, keuangan dan menajemen. Termasuk juga kemampuan riil perusahaan di lapangan, pabrik, toko, dll. c.
Capital Penilaian atas kemampuan keuangan perusahaan jumlah dana atau modal yang dimiliki oleh calon debitur dalam artian kemampuan untuk menyertakan dana sendiri atau modal sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, akta pendirian dan atau akta perubahan. Sedangkan untuk perusahaan perorangan dapat diketahui dengan jalan mengurangi total harta dengan total hutang kepada pihak ketiga.
28
d.
Collateral Collateral adalah jaminan atau kemampuan perusahaan untuk menyerahkan barang jaminan / aktiva perusahaan sehubungan dengan fasilitas kredit yang akan diajukan.
e.
Condition of economy Menganalisis kondisi ekonomi makro yang meliputi kondisi ekonomi makro yang meliputi kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya
dan
lain
–
lain
yang
mempengaruhi
keadaan
perekonomian pada suatu saat tertentu atau periode tertentu, termasuk peraturan pemerintah setempat.
Analisis prinsip 6A dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Aspek yuridis (Hukum) Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kekuatan – kekuatan legalitas dari sebuah perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari Bank.
b.
Aspek pasar & pemasaran Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh
29
investor atau pengelola proyek agar perusahaan / proyek dapat memenangkan persaingan yang cukup kompetitif. c.
Aspek teknis Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai seberapa
jauh
kemampuan
pengelola
proyek
dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak sebagai suatu business entity. d.
Aspek manajemen Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada saat proyek sedang dibangun (belum beroperasi) dan pada saat perusahaan sudah beroperasi.
e.
Aspek Keuangan Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan / bisnis.
30
Analisis yang dilakukan berbeda – beda tergantung kepada jenis proyek, misalnya proyek baru, proyek perluasan, proyek rehabilitasi, diversifikasi produk, dll. f.
Aspek sosial – ekonomis Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan kerja, penerimaan devisa, penghematan devisa, penggunaan bahan baku lokal, pendapatan negara dari segi pajak, kelestarian alam, dsb.
2.3.4 Risiko Kredit Berbagai bentuk risiko yang harus diperhatikan dalam pembiayaan kredit antara lain : a. Risiko sifat usaha Beragam jenis usaha dalam ekonomi mengandung risiko yang berbeda satu dengan yang lain. Dari sifat-sifat usaha masingmasing dapat diketahui tinggi rendahnya tingkat risiko usaha dengan berbagai kriterian antara lain : • Turn over usaha makin tinggi, risiko makin tinggi
31
• Semakin khusus tingkat spesifikasi usaha, risiko makin tinggi • Semakin besar investasi pada modal kerja dibandingkan investasi pada barang modal, maka risiko akan lebih tinggi • Usaha yang padat modal (captital intensive) akan mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha yang padat karya (labour intensive) khusus pada negara berkembang dan sebaliknya pada negara maju. • Sifat pekerjaan atau usaha itu sendiri yang mempunyai risiko tinggi, misalnya pengeboran minyak bumi lepas pantai, stuntman dalam pembuatan film, usaha pencarian harta karun, dan usaha – usaha yang sifatnya perintis yang sebelumnya belum pernah dilakukan. b. Risiko geografis Risiko geografis mempunyai pengaruh terhadap besarnya risiko dari suatu kegiatan usaha. Risiko geografis ini erat hubungannya dengan bencana alam yang sering terjadi pada suatu lokasi usaha tertentu,
misalnya
bencana
banjir,
kebakaran
pada
usaha
perkebunan dan peternakan, usaha yang berlokasi dekat sungai dan gunung berapi, daerah yang rawan dengan gempa. Risiko memilih usaha yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, timbulnya protes dari masyarakat. Risiko kesalahan dalam pemilihan lokasi,
32
jauh dari bahan baku atau jauh dari pasar. Risiko karena dampak lingkungan. c. Risiko musim / waktu Untuk beberapa sektor usaha sangat tergantung pada musim misalnya untuk kegiatan pertanian, perkebunan atau juga risiko waktu misalnya industri hotel, transportasi akan baik pada dekat hari raya Idul Fitri atau tahun baru karena banyak orang yang berlibur. Jadi, dengan memperhatikan musim dan waktu tersebut maka pemberian fasilitas kredit juga diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan para nasabahnya dalam rangka menghadapi musim yang tidak dapat diubah oleh manusia. d. Risiko politis Banyak kegagalan perkreditan karena tidak adanya kebijaksanaan politik yang jelas. Oleh karenanya, analisis tentang kestabilan politik suatu daerah atau negara akan cukup memberikan masukan tentang prediksi keberhasilan usaha di masa datang. e. Risiko moneter Salah satu bentuk risiko moneter yaitu adanya tingkat inflasi yang tinggi, hal ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan proyek
jangka
panjang
yang
memperoleh
kredit
dapat
mengakibatkan terjadinya over run cost. Atau untuk kredit-kredit kontruksi kemungkinan akan mengalami kesulitan karena nilai kontraknya sudah disetujui pada jumlah tertentu pada saat
33
penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana apabila kredit yang akan dikeluarkan diprioritaskan untuk kredit jangka pendek. f. Risiko persaingan Persaingan dapat pula mengakibatkan kegagalan kredit karena bank mencoba untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada nasabah, dan mengakibatkan usaha pengawasan dan pengamanan kurang mendapat perhatian, atau pemberian kreditnya karena tergesa-gesa penelitiannya sehingga terdapat penyimpangan terhadap prinsip-prinsip perkreditan yang sehat. g. Risiko uncertainty Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi dan setiap usaha spekulasi akan mengandung risiko yang tinggi karena segala sesuatunya tidak dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Risiko-risiko tersebut dapat dengan mudah dibuktikan tetapi sulit untuk dihitung besarnya dan kapan risiko tersebut akan datang.
2.3.5 Mekanisme Penetapan Suku Bunga Kredit Penetapan suku bunga kredit (loan pricing) mempunyai arti yang sangat penting. Dalam menetapkan suku bunga kredit tersebut, perbankan harus memperhatikan tiga hal yaitu : •
Komposisi biaya dana dan kondisi dari bank yang bersangkutan
34
•
Bargaining position dari nasabah
•
Market price yang berlaku
Loan pricing ini dimaksudkan agar bank tetap memperoleh pendapatan yang tinggi di satu pihak dan di pihak lain juga tetap dapat mempertahankan pangsa pasar (market share) dari para debiturnya supaya jangan pindah ke bank lain. Untuk penetapan loan pricing ini ada berbagai pendekatan atau teknik yang dapat ditempuh yang mungkin dapat diaplikasikan secara berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi bank yang bersangkutan maupun posisi nasabah yang sedang dihadapinya.
Adapun bentuk-bentuk pendekatan loan pricing tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Cost Plus Pricing Approach Pendekatan ini didasarkan pada cost yang dikeluarkan bank ditambah dengan margin yang diinginkan oleh bank. Cost yang diartikan disini merupakan Full Absorption Costing, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan dana. Jadi meliputi seluruh komponen biaya variabel ditambah biaya tetap (overhead). Dari pendekatan ini maka besarnya tingkat suku bunga kredit dapat dihitung dengan formula :
35
Interest Rate = Fixed Cost + Variable Exp + Margin atau Interest Rate = Cost Loanable Fund + Overhead Exp + Risk + Margin
b.
Penetration Pricing Approach Pendekatan ini didasarkan pada keadaan jangka pendek, dimana harga atau tingkat suku bunga kredit hanya dihitung atas dasar biaya variabel yang dikeluarkan bank untuk mendapatkan dana ditambah dengan margin yang diinginkan oleh bank. Penetration Pricing ini biasanya digunakan dalam keadaan : •
Bank ingin memasarkan dana-dana yang mengendap dalam jangka pendek
•
Bank ingin melakukan penetrasi pasar
•
Bank ingin memasarkan produk dan jasa bank yang lain
•
Untuk pembelanjaan kredit yang sumber dananya berasal dari sumber dana tertentu dan tingkat suku bunganya sudah jelas
Pada prinsipnya, dalam Penetration Pricing ini bank hanya mendasarkan diri pada cost of loanable fund atau cost of mixed fund atau interest expense saja tanpa memperhitungkan biaya overhead. Maksud dan tujuannya adalah agar margin yang
36
diperolehnya dapat digunakan untuk menutup overhead yang dikeluarkan dengan formula sebagai berikut : Interest Rate = Cost of Fund + Margin
c.
Marginal Pricing Approach Pendekatan ini digunakan apabila tingkat suku bunga dana dari waktu ke waktu ada kecenderungan mengalami kenaikan, dan biasanya tingkat suku bunga kredit ditawarkan kepada nasabah juga sebesar marginal cost of fund-nya ditambah dengan margin yang diinginkan. Pendekatan ini sama dengan Penetration Pricing yang didasarkan pada biaya variabel saja tanpa membebankan biaya overhead-nya. Formula pricing ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Interest Rate = Marginal Cost of Fund + Margin
d.
Market Pricing Approach Pendekatan didasarkan pada tingkat suku bunga rata-rata dari bank-bank lain atau dari segmen bank yang menjadi pesaingnya. Market Pricing ini merupakan penyesuaian tingkat suku bunga dengan rata-rata tingkat suku bunga yang terjadi di pasar yang biasanya dilakukan oleh bank yang pangsa pasarnya kecil atau dalam situasi pasar yang sangat kompetitif. Dengan demikian, besar kecilnya margin yang akan diperoleh sangat tergantung
37
tingkat efisiensi pengumpulan sumber dana maupun efisiensi kegiatan operasionalnya.
e.
Skiming Pricing Approach Dalam hal ini, bank mencoba untuk menetapkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya dengan maksud untuk mendapatkan margin yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat dilakukan untuk situasi dan kondisi dimana bank mempunyai kedudukan yang monopolistik. Skiming Pricing ini juga dapat digunakan apabila bank mempunyai produk kredit unggulan yang belum dipasarkan oleh bank lain sehingga bank memperoleh margin yang maksimal yang dapat dipergunakan untuk menutup biaya R&D, biaya promosi, dan biaya lainnya.
f.
Relationship Pricing Approach Suatu bank mungkin saja memberikan kredit kepada nasabahnya dengan suku bunga kredit di bawah (lebih kecil) dari cost of fundnya tanpa harus merasa takut akan menderita kerugian. Situasi dan kondisi ini dapat terjadi apabila nasabah (debitur) bank mempunyai business relationship yang mempunyai volume yang sangat besar terhadap bank. Dengan demikian, bank akan memperoleh : • Penetapan suku bunga kredit
38
• Fee based income • Aliran dana yang masuk ke bank secara gratis • Non financial benefit lainnya
Jadi kerugian pendapatan bunga yang ada dapat dikompensasikan dengan fee based income maupun dengan adanya aliran dana yang dapat masuk kembali ke bank serta non financial benefit lainnya. Relation Pricing Approach ini dapat diterapkan kepada nasabahnasabah besar (corporate) yang memerlukan produk dan jasa bank yang sangat beragam.