32
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Masalah Kecelakaan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja didalam perusahaan berhubungan erat dengan salah satu sumber daya manusia yang memegang peranan yang sangat penting didalam proses produksi, yaitu tenaga kerja. Dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling menentukan, karena tenaga kerja dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala temapt kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Kecelakaan bisa terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Jadi definisi kecelakaan kerja adalah : “Setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan”.
33
• Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah dokrin keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan ketat. Untuk memberikan batasan definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja, dibawah ini akan disajikan beberapa definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dikemukaan oleh para ahli, antara lain: • Dr. Suma’mur PK, Msc (Suma’mur,1976) memberikan definisi keselamatan kerja sebagai: “Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja”. • Drs. A.S Moenir (Suma’mur, 1981) memberikan definisi keselamatan kerja sebagai: “Suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada didaerah atau ditempat tersebut, baik orang tersebut pegawai ataupun bukan pegawai dari organisasi tersebut”. • DR. Santoso, MS (Suma’mur,1981) pada forum seminar Keselamatn dan Kesehatan Kerja di Surakarta tanggal 28 Februari 1986 memberikan definisi mengenai keselamatan kerja sebagai: “Pengetahuan tentang upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan penggunaan mesin, pesawat, alat, bahan, dan proses pengolahannya, lingkungan tempat kerja serta melakukan pekerjaan”.
34
Dari definisi-definisi mengenai keselamatan kerja yang diberikan oleh beberapa ahli diatas sangat jelas bahwa keselamatan kerja memegang peranan yang sangat penting didalam lingkungan kerja, karena tenaga kerja yang menginginkan lingkungan kerjanya yang aman, sehat dan nyaman. Selain itu keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan dapat menambah semangat dabn ketenangan para karyawan, sehingga hasil kerjanya dapat lebih baik. Disamping keselamatan kerja yang memberikan perlindungan dari resiko bahaya yang dapat terjadi akibat kerja, kesehatan kerja juga membutuhkan perhatian khusus untuk memebrikan jaminan akan kondisi fisik para karyawannya. Untuk memberikan batasan definisi kesehatan kerja, dibawah ini akan disajikan beberapa definisi tentang kesehatan kerja, antara lain : Drs. Suma’mur PK, Msc. (Suma’mur,1976) memebrikan definisi kesehatan kerja sebagai : “Spesialisasi dalam ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum”. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat dilihat bahwa kemampuan seorang tenaga kerja tergantung dari keadaan kesehatannya, sebab derajat kesehatan seorang tenaga kerja bukan suatu hal yang bersifat statis melainkan berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan kemauan masyarakat.
35
Program higine perusahaan dan kesehatan kerja didalam sebuah perusahaan mempunyai dua tujuan utama, yaitu sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan kerja dari tenaga kerja yang setinggi-setingginya dan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi (suma’mur, 1976).
2.1.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan kerja Faktor-faktor penyebab kecelakaan tidaklah selalu sama antara satu dengan yang lain. Akan tetapi walaupun berbeda semua memilki kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua faktor yaitu 1. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe Condition) 2. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe Human Acts) Banyak para ahli (Expert) menyimpulkan faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting, karena dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Faktor manusia dapat juga meliputi kesalahan yang mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana, atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan.
36
Upaya untuk mencari sebab kecelakaan disebut analisa sebab kecelakaan. Analisa ini dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kecelakaan kerja harus secara tepat dan jelas
diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi. Hanya pernyataan bahwa
kecelakaan dikarenakan oleh misalnya alat kerja atau tertimpa benda jatuh tidaklah cukup, melainkan perlu adanya kejelasan tentang serentetan peristiwa atau faktorfaktor ini adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan peristiwa seluruhnyalah yang menyebabkan terjadinyas kecelakaan. Apabila sebab satu bagian dari rentetan peristiwa tersebut dihilangkan, kecelakaan tidak akan terjadi.
2.1.2 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Kecelakaan Kerja Dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja, harus adanya tanggung jawab dari segala pihak yang bersangkutan. Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia, mandor kepala dan juga kepala urusan. Funsioanris lini wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik pnduan praktek pembikinan yang baik (Good Manufacturing Practice). Dilain pihak, para kepala urusan wajib senantiasa mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan. Kedua macam funsionaris ini kelihatannya mempunyai tanggung jawab berbeda, sebebarnya tidak, pemeliharaan keadaan tidak selamat dan pencegahan kecelakaan adalah satu funsi yang sama.
37
Hal-hal yang dapat dilakukan guna mencegah kecelakaan dari aapek manusia harus bermula pada hari pertama ketika semua karyawan bekerja. Setaip karyawan harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai jabatannya yang mencakup funsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, serta tugas dan syarat-syarat kerjanya. Setelah itu harus dipegang prinsip bahwa kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya, yang pada umumnya meneyebabkan kecelakaan dan kerugian. Manajemen (dari manajer bagian hingga ketua kelompok) bertanggung jawab dalam seleksi, penempatan, pembinaan untuk para karyawan. Manusia adalah mahluk yang serba mudah berubah sehingga pembinaan yang serba baik tidak selamanya membawa hasil yang baik. Kelengahan dan kelalaian manajemen dalam pengelolaan sumber daya manusia perusahaan akan mengakibatkan kecelakaan atau kerugian. Setiap anggota manajemen harus tanggap dan serba berhati-hati dalam memimpin bawahan mereka. Sikap-sikap karyawan yang tidak memenuhi syarat adalah sebagai berikut: 1. Tidak mau memakai alat pelindung yang disediakan 2. Melanggar peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diwajibkan dengan sengaja. 3. Tergesa-gesa dan kurang berhati-hati dalam pekerjaan. 4. Bersikap kasar, bergurau, atau berkelakar sambil kerja (kurang konsentarsi).
38
5. Tidak memahami arti kerugian bagi perusahaan maupun dirinya.
Tiga sebab mengapa seorang karyawan melakukan kegiatan tidak selamat adalah: 1. yang bersangkutan tidak mengetahui tatacara yang aman atau perbuatanperbuatan berbahaya. 2. yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja sehingga terjadilah tindakan yang dibawah standar. 3. Yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan persyaratan kerja, tetapi dia sungkan memenuhinya. Dari aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan bermula pada kegiatan/perbuatan tidak selamat manusia itu sendiri. Beberapa perbuatan yang mengusahakan keselamatan antara lain: 1. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntutan yang diberikan. 2. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada atasan 3. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhi secermat mungkin. 4. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
39
5. Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipakai atau dipergunakan bila perlu. Selain itu, bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keselamatan kerja diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja, yaitu dengan membuat dan mengadakan: 1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang berhubungan dengan syarat-syarat kerja umum, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan, pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan keehatan kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan pengujian kecelakaan. 2.
standarisasi : menyusun standar-standar yang bersifat resmi, setengah resmi atau tidak resmi yang berhubungan dengan konstruksi yang aman dari peralatan industri, keselamatan dan kesehatan kerja, atau alat-alat pelindung diri.
3. Pengawasan : pengawasan terhadap pelaksanaan dan peraturan perundangan yang berlaku 4. Technical research : meliputi hal-hal seperti penyelidikan kandungan dan karakteristik dari bahan-bahan berbahaya, mempelajari pengamanan mesin, pengujian respirator, penyelidikan tentang cara pencegahan gas dan debu yang mudah meledak, menyelidiki bahan dan desain yang cocok untuk bahan baku yang digunakan.
40
5. Medical Research : meliputi hal-hal yang khusus mengenai penyelidikan pengaruh psikologis dan fisiologis dari faktor-faktor lingkungan dan teknologi serta keadaan fisik yang menjurus kepada kecelakaan. 6. Psychological Research : misalnya penyelidikan mengenai pola-pola psikologis yang menjurus kepada kecelakaan. 7. Statistic Research : untuk menentukan berbagai macam dari kecelakaan yang terjadi, jumlah, jenis orang-orangnya, operasinya dan sebab-sebabnya. 8. Pendidikan : meliputi pengajaran dan pendidikan keselamatan kerja sebagai mata pelajaran disekolah-sekolah teknik dan pusat-pusat latihan. 9. Training : misalnya memberikan instruksi atau petunjuk-petunjuk praktek kepada para pekerja dan pekerja-pekerja yang baru masuk, mengenai hal keselamatan dan kesehatan kerja. 10. Penerangan : misalnya menanamkan pengertian dan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja kepada para pekerja dengan cara pembinaan dan penertiban dan lain-lain. 11. Asuransi : misalnya memberikan insentif keuangan untuk meningkatkan usaha pencegahan kecelakaan, umpamanya dalam bentuk pemberian reduksi terhadap premi yang dibayar oleh pihak pengusaha, apabila ternyata tingkat kecelakaan dalam pabriknya menurun. 12. tindakan usaha keselamatan kerja ditempat kerja.
41
2.2 Beberapa Prinsip Pencegahan Kebakaran 2.2.1 Pencegahan Kebakaran Banyak sekali kebakaran pabrik terjadi diluar jam kerja. Tentunya hal ini tidak menimbulkan korban manusia tetapi dapat menyebabkan kehilangan lapangan pekerjaan yang berarti kerugian dibidang sosial dan ekonomi. Kebakaran-kebakaran yang terjadi dalam jam-jam kerja sangat berbahaya bagi pekerja. Sesungguhnya banyak yang dapat dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap tempat kerja untuk mencegah bahaya kebakaran, dan pekerja pun bertanggung jawab terhadap pemakaian alat-alat pencegahan kebakaran secara efektif.
2.2.2 Bahaya Kebakaran Umum Timbulnya suatu kebakaran disebabkan tiga unsur yaitu oksigen, bahan bakar dan panas. Tanpa oksigen tidak ada yang dapat terbakar, tanpa panas tidak akan terjadi kebakaran. Penyebab terjadinya kebakaran umum adalah api rokok, cairan yang mudah terbakar, nayal apai terbuka, penataan ruang yang tidak sempurna, mesinmesin yang terlalu panas karena kurang perawatan, instalasi listrik, listrik statis, peralatan las dan solder. Beberap industri antara lain industri kimia, minyak dan cat mempunyai potensi bahaya kebakaran khusus.
2.2.3 Konstruksi Dan Pintu Keluar Bangunan Konstruksi bangunan erat sekali hubungannya dengan usaha penaggulangan kebakaran. Bangunan-bangunan industri harus dari bahan tahan api. Hal ini adalah
42
masalah arsitek dan perencana. Konstruksi tahan api dapat meyakinkan bahwa bagian-bagian dari bangunan tidak dapat terbakar dengan mudah dan api tidak dapat menyebar melalui bangunan baik secara vertikal melalui dinding-dinding, lantailantai, pintu-pintu, lift, tangga atau saluran-saluran ventilasi. Pintu-pintu keluar penting sekali dan harus sesuai dengan syarat-syarat berikut: 1. Bagian dari bangunan tidak boleh jauh dari pintu-pintu menuju keluar, jaraknya tergantung dari tingkat bahaya didalamnya. 2. Setiap lantai harus mempunyai paling sedikit 2 pintu keluar, dengan luas yang cukup, bebas dari nyala api dan asap dan keduanya garus terpisah dengan jarak yang cukup jauh. 3. Tangga kayu, tangga spiral dan lift tidak dihitung sebagai pintu keluar. 4. Pintu-pintu keluar harus diberi tanda petunjuk dan dengan penerangan yang cukup. 5. Pintu-pintu keluar harus selalu bebas atau tidak terdapat rintangan-rinatngan. 6. Tangga luar dan jalan-jalan pelarian kebakaran (Fire Escape) tidak boleh merupakan jalan buntu dan harus menuju keluar bangunan.
2.2.4 Peralatan Pemadam kebakaran Penyediaan peralatan pemadam api dapat terdiri dari peralatan yang sederhana sampai kepada peralatan yang modern misalnya Sprinkler systems. Macam dan jumlah peralatan yang dibutuhkan tergabtung pada luas dan konstruksi bangunan
43
yang akan dilindungi atau diamankan dan proses produksi yang dilakukan didalamnya. Kadang-kadang cukup dengan tabung pemadam api atau persediaaan pasir kering atau beberapa ember yang diisi air. Didaerah yang mempunyai jaringan ledeng air, kebayakan pabrik-pabrik dilengkapi dengan Hydrant dan selang pemadam kebakaran.
2.2.5 Tabung-Tabung Pemadam Api Dalam pemakaian tabung-tabung pemadam api, harus dijaga betul supaya tabungtabung tersebut tidak menimbulkan bahaya. Sering terjadi bahwa konstruksi tabung pemadam api tidak sesuai dengan pengisian zat kimia, sehingga menyebabkan mulur semprotnya menjadi buntu. Sewaktu tabung ini harus dipergunakan zat kimia didalamnya tercampur dengan membalikkan tabung pemadam api. Tekanan dalam silinder meningkat sehingga memaksa bahan pemadam api yang didalamnya menyemprot keluar, tetapi jika mulut semprot kebetulan buntu, tekanan tinggi yang ada didalam dapat mengakibatkan tabung silinder menjadi pecah atau meledak. Oleh sebab itu konstruksi yang sesuai dengan isinya dan pemeliharaan serta pengawasan secara teratur dapat mencegah terjadinya kecelakaan semacam ini.
2.2.6 Alarm Kebakaran Alarm kebakaran harus tersedia untuk memperingatkan kepada setiap orang jika terjadi kebakaran. Hal ini dapat dilakukan apabila tersedia alarm yang bekerja secara otomatis dengan
pemasangan alarm bells, sirine ditempat-tempat kerja didalam
44
pabrik dan tersedia pula tombol tekan atau handles untuk membunyikan alarm apabila dianggap perlu. Alarm harus dapat didenganr dimana saja didalam area pabrik termasuk diruangan kerja didalam gudang, gang-gang, dikamar pakaian kerja dan di kamar kecil.
2.3 Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 2.3.1 Pengertian Manajemen Manajemen sebagai satu ilmu prilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dana pemeliharaan hygene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya.
45
2.3.1 Akar Kecelakaan Kerja
KERUGIAN TENAGA
KERUGIAN MATERI
KERJA
KECELAKAAN
• PERBUATAN TIDAK SELAMAT • KEADAAN TIDAK SELAMAT
KEBIJAKAN MANAJEMEN
Diagram 2.1. Manajemen : Akar Kecelakaan Kerja
46
Adapun yang termasuk didalam perbuatan tidak selamat dan keadaan tidak selamat, masing-masing unsurnya adalah sebagai berikut : A. Perbuatan tidak selamat / berbahaya ditekankan kepada unsur manusia : 1. Kegiatan tidak sah 2. Kegiatan dengan kecepatan yang berbahaya 3. Tidak memanfaatkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja 4. Salah penggunaan perlengkapan atau penggunaan alat perlengkapan yang tidak tepat 5. Pemuatan, penempatan, pencampuran, penyatuan yang tidak selamat 6. Mengambil kedudukan atau sikap yang tidak selamat 7. Bekerja pada peralatan yang bergerak atau yang perlengkapannya berbahaya 8. Mengganggu, mengejek, menyalahgunakan, dan mengejutkan 9. Tidak memakai pakaian keamanan atau pelindung badan
B. Keadaan tidak selamat / berbahaya ditekankan pada unsur lingkungan 1. Perlindungan yang kurang memadai 2. Tanpa pelindung 3. Keadaan yang rusak misalnya kasar, tajam, licin, ambruk, berkarat, longgar, bengkok 4. Rancangan atau konstruksi yang tidak selamat (Unsafe design or constraction)
47
5. Penyusunan, penimbunan, penyimpanan, gang, pintu, keluar, tata ruang, rancangan, muatan yang berlebihan, penjajaran yang berbahaya 6. Penerangan yang kurang selamat 7. Peredaran udara yang tidak selamat 8. Pakaian atau perlengkapan yang kurang selamat
2.4 Pengukuran Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja American National Standard Instirute (ANSI) menerbitkan metode standar untuk mengukur kinerja dengan menggunakan ratio kekerapan cidera (injury frequency rate) dan ratio keparahan cidera (injury severity rate). Kedua angka ini membandingkan jumlah kejadian kecelakaan dan jumlah hari hilang karena kecelakaan dengan jumlah jam orang bekerja. Kedua ratio ini distandarisasi sehingga tidak dipengaruhi jumlah tenaga kerja yang bekerja diperusahaan. Dengan demikian kinerja yang diukur dengan ratio ini dapat diperbandingkan. Dengan menggunakan ratio ini kinerja perusahaan untuk kurun waktu yang berbeda bisa pula dibandingkan.
2.4.1 Ratio Kekerapan Cidera Menurut standar ANSI, ratio kekerapan cidera adalah jumlah cidera yang menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja, dengan rumus sebagai berikut :
48
Ratio kekerapan cidera = Jumlah kecelakaan x 1.000.000 Jumlah man-hours kerja
2.4.2 Ratio Keparahan Cidera Sedangkan ratio keparan cidera adalah jumlah hari kerja yang hilang per sejuta jam pekerja dengan rumus sebagai berikut :
Ratio keparahan cidera = Hari kerja yang hilang x 1.000.000 Jumlah Man-Hours kerja
Yang dimaksud dengan hari kerja yang hilang terdiri dari hari kerja yang aktual yaitu jumlah hari kerja pekerja tidak dapat masuk bekerja karena cidera dan hari kerja sebagai nilai dari beratnya cacat tetap yang dibebankan sebagai hari kerja hilang. Misalnya standar ANSI Tahun 1992 (tabel 2.1). Mati dinilai dan dibebankan 6000 hari kerja. Demikian pula cacat tetap total. Cacat tetap sebagian dinilai sesuai dengan berat cacatnya misalnya kehilangan tangan dinilai 600 hari kerja. Nilai yang dibebankan lebih besar dari kehilangan hari kerja yang sesungguhnya sebagai kompensasi turunnya kemampuan kerja karena cacat tetapnya. Untuk menghitung jumlah man-hours kerja yang digunakan dalam perhitungan ratio cidera adalah jumlah total jam kerja karyawan dalam setahun / sebulan dikurangi jumlah absensi pekerja dalam setahun / sebulan. Memperhitungkan hari kerja yang hilang karena cidera akibat kerja, yang sebenarnya adalah hari seorang pekerja tidak bisa masuk bekerja, yang
49
diperhitungkan mulai shift hari berikutnya. Pada cacat anatomis atau cacat fungsi digunakan konversi nilai cacat kedalam hari kerja yang hilang sesuai tabel 2.1. dibawah ini:
Tabel 2.1. Konversi Cacat Badan dan Hilang Hari Kerja A. Kerugian Anggota badan Karena Cidera Atau Pembedahan 1. Tangan Dan Jari Amputasi seluruh
Ibu Jari
Telunjuk
Jari Tengah
Jari manis kelingking
Ruas Tulang
300
100
75
60
50
Ruas Tengah
-
200
150
120
100
Ruas Bawah
600
400
300
240
200
Bagian Telapak
900
600
500
450
400
atau sebagian tulang
Pergelangan = 3000 2. Jari Kaki Jari Kaki
Ibu Jari
Jari Lain
150
35
-
75
Bagian Bawah
300
150
Bagian Telapak
600
350
Ujung Ruas Tengah
Pergelangan : 2000
50
3. Lengan Tiap bagian dari pergelangan sampai siku
: 3600
Tiap bagian siku sampai sendi bahu
: 4500 4. Tungkai
Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut
: 3000
Tiap bagian dari atas lutut sampai pangkal paha
: 4500
B. Kehilangan Fungsi Satu mata
: 1800
Dua mata
: 6000
Satu telinga tidak berfungsi
: 600
Dua telinga tidak berfungsi
: 3000
Lumpuh total
: 6000
Meninggal dunia
: 6000 C. Lumpuh Total Atau Meninggal
Lumpuh total menetap
: 6000
Meninggal
: 6000
51
2.5 Kalisifikasi Kecelakaan Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut : 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : a. Terjatuh b. Tertimpa benda jatuh c. Tertumbuk benda-benda, terkecuali benda jatuh d. Terjepit oleh benda e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f. Pengaruh suhu tinggi g. Tekanan arus pendek h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk kalsifikasi tersebut. 2. Klasifikasi menurut penyebab: a. Mesin i. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik ii. Mesin Penyalur (transmisi) iii. Mesin-mesin pengolah kayu iv. Mesin-mesin pertanian v. Mesin-mesin pertambangan vi. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut
52
b. Alat-alat dan alat angkat i. Mesin angkat dan peralatannya ii. Alat angkutan diatas rel iii. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api iv. Alat angkutan udara v. Mesin-mesin pertanian vi. Mesin-mesin pertambangan
c. Peralatan lain i.
Bejana bertekanan
ii. Dapur pembakar dan pemanas iii. Instalasi pendingin iv. Instalasi listrik, termasuk motor listrik v. Alat-lata listrik (tangan) vi. Alat-alat kerja dan perlengkapannya vii. Tangga d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi i. Bahan peledak ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak iii. Benda-benda melayang iv. Radiasi v. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut
53
e. Lingkungan kerja i. Diluar ruangan ii. Didalam bangunan iii. Dibawah tanah f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan diatas: i. Hewan ii. Penyebab lain. 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a. Patah tulang b. Dislokasi/ keseleo c. Regang otot/ urat d. Memar dan luka dalam e. Amputasi f. Luka-luka lain g. Luka dipermukaan h. Gegar dan remuk i. Luka bakar j. Keracunan-keracunan mendadak (akut) k. Akibat cuaca l. Mati lemas m. Pengaruh arus listrik n. Pengaruh radiasi
54
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya p. Lain-lain 4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh a. Kepala b. Leher c. Badan d. Anggota atas e. Anggota bawah f. Banyak tempat g. Kelainan umum h. 2.6 Beberapa Prinsip Pencegahan kecelakaan 2.6.1 Perencanaan Perencanaan yang baik penting sekali artinya untuk keselamatan kerja produksi. Apabila suatu pabrik baru akan dibangun atau pabrik yang sudah ada ingin diperbaiki, maka dalam tingkat perencanaan harus diperhatikan mengenai keselamatan kerja dan produksi, misalnya ruangannya, fasilitas untuk penimbunan dan pengambilan barangbarang dan alat-alat, lantai-lantai, penerangan, pemanasan, ventilasi, lift, ketel uap, listrik, mesin-mesin, fasilitas perawatan, perbaikan dan usaha pencegahan kebakaran. Penting sekali bahwa masalah keselamatan kerja timbul dalam pemikiran pada waktu perencanaan dan bukan pada waktu pabrik sudah selesai dibangun. Jadi harus
55
selalu diikutsertakan ahli keselamatan kerja mulai dari perencanaan sampai selesai pekerjaan. Sebaiknya rencana pembuatan dan perbaikan pabrik disampaikan terlebih dahulu kepada pengawas keselamatan kerja setempat untuk mendapatkan tanggapan dan saran-saran. Hal ini penting untuk usaha pencegahan kecelakaan. Perencanaan yang baik sangat menguntungkan baik ditinjau dari segi ekonomi maupun dari segi keselamatan kerja. Ada beberapa prinsip manajemen pabrik yang dapat diikuti dalam perencanaan keselamatan kerja dan efisiensi produksi, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Usahakan seminimal mungkin pengaturan barang yang dilakukan dengan pekerjaan tangan. 2. Penyediaan tangga-tangga, paltform, gang-gang dan lantai-lantai yang aman untuk dilalui pekerja. 3. Penyediaan ruangan yang cukup untuk penempatan mesin-mesin dan alat-alat. 4. Penyediaan jalan masuk yang aman ketempat-tempat kerja. 5. Penyediaan tenaga untuk perawatan dan pemeliharaan yang mengetahui tentang keselamatan kerja. 6. Penyediaan fasilitas angkutan-angkutan yang aman. 7. Penyediaan sarana yang cukup baik untuk jalan-jalan atau pintu-pintu keluar bila terjadi kebakaran. 8. Memungkinkan untuk perluasan 9. Penyekatan terhadap proses yang berbahaya.
56
10. Sedapat mungkin harus diusahakan pembelian mesin-mesin dengan peralatan pengaman yang sudah langsung terpasang.
2.6.2 Penataan Ruangan Yang Baik Dan Penjagaan Kebersihan Penataan seluruh ruangan pabrik dan penjagaan kebersihan merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan keselamatan kerja. Apabila tersedia tempat khusus untuk keperluan masing-masing barang dan peralatan dan masing-masing berada pada tempatnya yang tertentu, kecelakaan-kecelakaan mungkin dapat dihindari. Penataan secara teratur akan dapat mencegah benturan-benturan dan tersandung serta memperlancar usaha untuk berlari keluar ruangan apabila timbul bahaya. Jalurjalur jalan harus diberi tanda dengan jelas dan tidak boleh dipergunakan untuk tempat penyimpanan barang-barang. Penataan yang teratur berarti pula bahan dan barangbarang harus disimpan dalam ruangan khusus sesuai keperluannya. Suatu aspek kebersihan dan penataan yang baik adalah pemeriksaan secara teratur dan membuang alat-alat yang sudah rusak. Penataan ruangan yang baik dan penjagaan kebersihan, tidak hanya bertujuan untuk mencegah kecelakaan, tetapi juga penting untuk pengaruh psikologis. Hal ini dapat menyebabkan pekerja akan bekerja dengan tenang dan hati-hati, sebaliknya jika ruangna kotor dan tidak teratur dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
57
2.6.3 Kacamata Pengaman Yang paling sulit dalam usaha pencegahan kecelakaan adalah masalah pencegahan kecelakaan mata. Orang biasa memakai kacamata dengan resep dokter, biasanya menolak memakai kacamata pengaman karena dianggap mengganggu dan menyebabkan tidak enak. Kini penyediaan kacamata pengaman yang memuaskan sudah semakin meningkat. Namun demikian tidak cukup dengan hanya menyediakan kacamata pengaman yang baik saja, tetapi penting pula dalam hal mengusahakan agar pekerja bersedia memakainya. Hal ini dapat dilakukan dengan disiplin dan pendidikan. Pekerja yang berfikir bahwa kecelakaan mata merupakan suatu resiko besar, akan bersedia memakai kacamata pengaman dengan kesadaran sendiri, sedangkan mereka yang menganggap ringan terhadap bahaya tersebut akan melalaikan pemakainya.
2.6.4 Sepatu Keselamatan Kerja Sepatu keselamatan kerja harus dapat melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda pada kaki, palu, benda cair yang panas, cairan asam dan lain-lain. Sepatu keselamatan kerja yang baik dan memenuhi syarat yang dapat melindungi terhadap bahaya tekanan, harus memakai pelindung baja pada ujung sepatu dan sol baja. Sepatu macam ini penting untuk mencegah bahaya keselamatan bagi pekerja bangunan dimana banyak terdapat paku-paku dan benda-benda lainnya yang dapat terinjak dan tersentuh kaki. Sepatu keselamatan juga berguna untuk mencegah
58
kecelakaan terpleset akibat banda cair karena memiliki lapisan karet yang tebal atau biasa disebut sepatu Boots.
2.6.5 Sarung Tangan Pengaman Sarung tangan pengaman harus diberikan kepada pekerja-pekerja dengan pertimbangan untuk mencagah bahaya. Macamnya sarung tangan yang dipakai tergantung pada bahaya yang harus dicegah misalnya bagi pekerja yang pekerjaannya memebuat lubang, memotong, mengerjakan zat kimia yang berbahaya, pekerjaan listrik, dan lain-lain.
2.6.6 Perlindungan Paru-paru Perlindungan paru-paru diperlukan ditempat-tempat kerja yang terdapat zat-zat berbahaya atau kelainan oksigen dalam udara. Zat-zat yang berbahaya itu memungkinkan dalam bentuk gas, uap, kabut atau debu dan kelainan oksigen dalam udara yang berada dalam tempat kerja yang ventilasinya tidak baik misalnya tangkitangki atau peti besar. Zat-zat yang berbahaya dapat pula berupa racun, korosi atau zat yang merangsang yang dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada kondisi paruparu yang dikenal sebagai Pneumoconiosis. Pada umumnya Pneumoconiosis adalah Siliconsis yang disebabkan debu silica. Pemakaian respirator dan masker termasuk dalam bidang keselamatan kerja. Beberapa negara menganggap masalah gas merupakan sumber bahaya kecelakaan.
59
2.6.7 Peringatan Dan Tanda-tanda (Display) Peringatan atau tanda-tanda dapat disediakan untuk bermacam-macam tujuan misalnya pemberian instruksi, peringatan-peringatan bahaya, atau informasi secara umum. Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh dianggap sebagai pengganti untuk usaha pengamanan, tetapi hanya untuk membantu usaha tersebut. Larangan merokok adalah salah satu contoh yang umum dipakai sebagai tanda peringatan, untuk mengingatkan nahaya kebakaran. Peringatan lainnya yang umum dipakai adalah larangan membuka klep yang terkunci atau larangan melayani saklar sewaktu dilakukan pekerjaan perbaikan atau perawatan. Dan sejumlah tanda peringatan lainnya dipakai untuk lalu lintas dipabrik. Tanda-tanda penjelasan disediakan untuk menyatakan dimana letak pintu-pintu bahaya, pos-pos pertolongan pertama waktu terjadi kecelakaan dan lain-lain. Display adalah suatu ungkapan yang digunakan pada semua metode penyampaian informasi secara tidak langsung. Misalnya pemberitahuan bahaya panas pada mesin dengan menggunakan gambar yang bertuliskan “bahaya panas, jangan dipegang”, akan membantu pekerja untuk menghindari mesin tersebut. Display juga dapat menggunakan media visual, seperti lampu denga warna-warna tertentu yang dapat mewakili tanda peringatan tertentu. Contohnya warna merah dapat mewakili tanda bahaya, artinya tempat atau mesin dengan lampu merah merupakan tempat yang berbahaya jadi harus hati-hati apabila berada atau menyentuh tempat tersebut. Dan juga warna lainnya yang dapat digunakan.
60
Dengan display ini diharapakan para pekerja dapat mengetahui tanda-tanda peringatan yang diberikan sehingga dapat lebih berhati-hati, dan dapat mecegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.
Tabel 2.2 Pemilihan Jenis Display Gunakan Penyajian Suara Jika :
Gunakan Penayjian Visula Jika:
1. Pesan sederhana
1. Pesan rumit
2. Pesan pendek
2. Pesan panjang
3. Pesan tidak akan dikaitkan lagi pada
3. Pesan akan diperlukan lagi pada masa
masa yang akan datang 4. Pesan berhubungan dengan kejadian dalam waktu tertentu 5. Pesan memberikan tindakan segera 6. Sistem visual dari orang tersebut sudah terlalu sibuk 7. Lokasi penerimaan terlalu terang atau gelap sehingga diperlukan adapatasi 8. Pekerjaan dari orang tersebut selalu berpindah-pindah
yang akan datang 4. Pesan berhubungan dengan lokasi pada suatu daerah 5. Pesan tidak membutuhkan tindakan segera 6. Sistem audio (pendengaran) dari orang tersebut sudah terlalu sibuk 7. Lokasi penerimaan terlalu sibuk 8. Pekerjaan orang tersebut selalu tetap pada satu tempat.
61
2.7 Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Manusia sebagai seoarnag pekerja pekerja tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari laur adalah kondisi lingkunag kerja yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, seperti: temperatur, kebisingan, pencahayaan, sirkulasi udara, bau-bauan, dan lain-lain – yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.
2.7.1 Penerangan (Lighting) Penerangan penting sekali sebagai suatu faktor keselamatan kerja dalam lingkungan kerja. Beberapa hasil penyelidikan menunjukan bahwa penerangan yang baik dapat mengurangi kecelakan dan meningkatkan produksi dan efisiensi kerja. Kecelakaan dapat pula disebabkan oleh faktor kelelahan, penerangan yang baik merupakan suatu usaha pencegahan kecelakaan. Apabila dalam suatu ruangan kerjaterdapat banayk pekerja, penting sekali untuk memebri penerangan pada tempat-tempat yang gelap seperti gang-gang, tanggatangga dan jalur-jalur keluar. Dalam prakteknya hal ini memang merupakan masalah yang sulit. Biasanya digunakan penerangan dengan lampu-lampu darurat yang mendapat aliran khusus dari generator kecil terpisah dari aliran listrik umum, tetapi tidak semua perusahaan dapat melaksanakan sistem ini.
62
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat suatu objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras, lumenensi dan lamanya melihat. Derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara objek dengan lingkungan sekitarnya. Lumenensi artinya banyaknya berkas cahaya perunit area yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan suatu objek. Efektifitas mata dalam melihat suatu objek ditentukan oleh letak sumber cahaya. Sebaiknya mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya (akan menyebakan silau), tetapi cahaya tersebut harus terpantul dari objek yang ingin dilihat. Cahaya adalah energi yang dipancarkan dan mampu merangsang retina dan menghasilakn sebuah visual. Cahay datang dari dua sumber yaitu: 1. Dari sumber panas misalnya : matahari dan api 2. Dari sumber dingin yaitu objek yang memantulkan cahaya. cahaya yang dipantulakn dari objek mempunyai 3 karakteristik : 1. Panjang gelombang dominan yang memungkinkan kita mengenali warna dari cahaya misalnya : kuning, biru, dan lain-lain. 2. Luminance (Terangnya cahaya) 3. Saturation (Jenuhnya cahaya) adalah derajat perbedaan cahaya dari warna abu-abu. Lampu dengan watt yang sama tidak memebrikan derajat terangan yang sama. Lampu bohlam dengan daya 100 W bisa memberikan lumen (derajat terang) yang
63
lebih rendah dibanding dengan lampu neon. Karena itu, yang harus dipertimbangkan juga nilai lumen dan daya listrik yang diperlukan. Bennet, Chitangia, dan Pangrekar (1977) menemukan bahwa terang sumber cahaya tidak berhubungan secara linear dengan kecepatan penyelesaian tugas. Ada batas tertentu dimana penambahan terang sumber cahaya tidak lagi membantu penyelesaian tugas. Ross (1978) menambahkan, meningkatkan iluminasi lebih dari 500 lx (50 fc) hanya meningkatkan sedikit performans kerja. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bekerja ditempat yang terlalu terang justru menyilaukan mata dan berakibat buruk pada jangka panjang.
Tabel 2.3 Tingkat Pencahayaan Yang Disarankan Oleh IESNA Kategori
Terang lux (fc)
A
20-30-50
Jenis Aktivitas Tempat publik dengan lingkungan yang gelap
(2-3-5) B
50-75-100
Daerah untuk kunjungan singkat
(5-7,5-10) C
100-150-200
Area kerja dimana pandangan mata tidak penting
(10-15-20) D
200-300-500 (20-30-50)
Pekerjaan visual dengan keadaan kontras tinggi dan
ukuran
besar
:
membaca,
pemeriksaan, dan perakitan kasar
mengetik,
64
E
500-750-1000 (50-75-100)
F
1000-1500-2000 (100-150-200)
G
Pekerjaan visual dengan kontras medium dan ukuran kecil Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan ukuran sangat kecil
2000-3000-5000
Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan
(20-30-50)
ukuran yang sangat kecil dan dalam waktu lama : inspeksi yang sulit, perakitan yang rumit
H
5000-7500-10000
Pekerjaan yang sangat lama dan membutuhkan
(500-750-1000)
pandangan yang eksak : perakitan dan inspeksi yang super sulit
I
10000-15000-20000
Pekerjaan yang membutuhkan pandangan mata
(1000-1500-2000)
khusus pada kontras yang sangat rendah dan ukuran yang sangat kecil : ruang operasi gawat darurat
2.7.2 Temperatur Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk memepertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tetapi
65
kemampuan manusia untuk meneysuaikan diri inipun ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh ini tidak melebihi dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh (Sutalaksana, 1979, h.81) Penyesuaian diri dilakukan dengan konveksi, radiasi, dan penguapan. Dalam keadaan dingin, tubuh manusia akan kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan radiasi serta sebagian kecil melalui penguapan. Dalam keadaan panas, tubuh manusia akan menerima konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari penguapan yang dilakukan tubuh. Ini menyebabkan temperatur tubuh ikut naik sebanding dengan makin tingginya temperatur uadar. Temperatur yang terlampau dingin akan mengakibatkan gairah kerja menurun, sedangkan temperatur udara yang panas akan mempercepat kelellahan tubuh dan pekerja akan cenderaung lebih banyak melakukan kesalahan. Kondisi optimum untuk manusia sekitar 24-27°C. Kebanyakan orang tidak menyadari tentang kondisi suasana nyaman didalam ruangan. Hanya bila kondisi itu menyimpang dari batas kenyamanan, kita akan mengalami ketidaknyamanan. Perasaan tidak nyaman dapat bervariasi dari menggangu sampai pada kesakitan, bergantung pada derajat usikan dari pengatur suhu. Rasa tak nyaman penting secara biologis, karena ia menyebabkan orang mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan keseimbangan suhu. Manusia dapat menghindari rasa tak nyaman dengan jalan mengenakan pakaian yang sesuai atau dengan menciptakan lingkungan nyaman dengan menerapkan teknologinya,
66
Penyimpangan dari batas kenyamanan suhu menyebabkan perubahan fungsional yang meluas. Terlalu panas dapat menyebabkan perasaan cepat capai dan lelah yang mengurangi kesediaan untuk berprestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan. Hambatan atas kejadian ini mengurangi laju produksi panas didalam badan. Sebaliknya jika terlalu dingin membuahkan rasa ngantuk dan mengurangi daya atensi, yang berpengaruh negatif terutama pada kerja mental. Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut: •
± 49° C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental.
•
± 30° C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
•
± 24° C : Kondisi optimum.
•
± 10° C : Kecelakaan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Kombinasi dari kerja dan temperatur lingkungan kerja dapat menyebabkan sebuah peningkatan dalam penyimpangan panas dalam tubuh, yang akhirnya dapat menghasilkan kondisi resiko yang serius pada kesehatan pekerja, dan penurunan produktivitas pekerja. Pekerja pada lingkungan kerja yang dingin dapat melindungi diri dengan beberapa lapis pakaian tetapi kombinasi antara temperatur yang rendah dengan pakaian dapat menyebabkan akibat negatif
pada sistem motorik tubuh
manusia. Lingkungan dengan temperatur yang dingin sekali dapat mempengaruhi
67
kesehatan pekerja, bagian tangan, lengan, jari tangan serta kaki merupakan bagian tubuh yang paling banyak terkena dampak temperatur yang dingin.
2.7.3 Sirkulasi Udara Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, dimana melalui jendela atau ventilasi inilah udara bersih dan segar didalam ruangan bisa dijamin kesehatannya, karena akan terjadi sirkulasi udara dengan sendirinya. Sebagaimana kita ketahui, udara sekitar kita mengandung 21% oksigen, 78% nitrogen, 0,03% karbondioksida dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh mahlik hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu proses untuk metabolisme. Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen didalam uadara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang berbahay bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan kita, dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagian besar dari kegiatannya, pohon-pohon merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh
68
pernafasan manusia. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani manusia. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk memeprcepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja (Sutaklaksana, 1979, h.84).
2.7.4 Kebisingan Mengenai kebisingan hingga saat ini belum ada perumusan yang tepat mengenai kebisingan yang melampaui batas, tetapi satu ukuran yang telah disepakati bersama menyatakan bahwa kekuatan suara berada diatas 90 Decibels dianggap menggangu pekerja. Kekuatan suara diatas 90 Decibels ini biasanya dapat disebabkan oleh suarasuara mesin yang besar atau mesin yang tidak terawat dengan baik sehingga menimbulakan suara diatas batas. Kebisingan yang melampaui batas menyebabkan: 1. Sulit berkomunikasi 2. Tidak dapat mendengar sinyal-sinyal peringatan 3. Salah pengertian 4. Kemungkinan hilangnya pendengaran secara permanen 5. Kelelahan, dan lain-lain. Kebisingan dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang menggangu. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, Intensitas, dan frekuensi.
69
Bising yang keras dan berulang-ulang dapat menimbulkan hilang pendengaran (hearing loss) sementara. Tetapi kalau rangsangan itu berjalan terus, bisa mengakibatkan rusak pendengaran secara permanen, suatu kondisi yang disebut tuna rungu. Itulah akibat dari proses degenerasi yang lambat tapi berlanjut pada sel peka suara dari telainga dalam. Sumber bising yang bernada tinggi lebih berbahaya dari pada yang dengan frekuensi rendah dan bising yang kadangkala lebih berbahaya dari pada suara yang kontinu. Bunyi terputus-putus (Non-continous) meliputi bunyi yang stabil (contoh : mesin yang beroperasi untuk waktu yang singkat, bunyi kejatuhan barang dan bunyi ledakan). Dlam kasus yang berat, bunyi ini juga memungkinkan terjadinya kehilangan pendengaran. Hal yang perlu dipertibangkan juga intensitas bunyi, spektrum kebisingan, frekuensi, dan lama paparan. Telinga manusia kurang sensitif untuk frekuensi dibawah 1000 Hz dan lebih sensitif untuk frekuensi diatasnya. Karena itu, untuk suara dengan frekuensi rendah, intensitasnya harus lebih besar dibanding dengan suara dengan frekuensi tinggi. Kesimpulam umum mengenai kebisingan: 1. Untuk dapat mempengaruhi kinerja memori jangka pendek (kegiatan logika sederhana), diperlukan kebisingan yang lebih dari 95 dBA. Sedangkan Weinstein menemukan bahwa pada tingkat kebisingan 68-70 dBA, operator mengalami kesulitan memahami arti dari bacaan (kegiatan ini memerlukan proses tata bahasa dan memori jangka pendek).
70
2. Kinerja dari tugas rutin mungkin tidak akan menampakkan pengaruh buruk dari kebisingan, terkadang justru meningkat. 3. Jika seorang operator harus bereaksi pada waktu tertentu, menerima sinyal peringatan dan memerlukan pandangan yang baik untuk bekerja, maka bising yang terus-menerus (>95 dBA) sedikit pengaruhnya. 4. Fungsi penglihatan seperti : perbedaan kontras, kecepatan gerak mata, dan lain-lain, tidak berpengaruh. 5. Pengaruh buruk dari kebisingan umumnya berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan terus-menerus tanpa henti dan tugas yang sulit yang memerlukan pemikiran yang mendalam.
Tabel 2.4. Skala Intensitas Kebisingan (Sutalaksana, 1979, h.86) Kriteria Pendengaran
Tingkat kebisingan
Ilustrasi
[dB(A)] 120 Memilukan
110
Halilintar, Meriam
100 90 Sanagt hiruk
Jalan hiruk pikuk Perusahaan sangat gaduh
80
Peluit polosi
70
Jalan pada umumnya
71
Kuat
Radio 60
Kantor gaduh
50
Kantor pada umumnya
Sedang
Percakapan kuat 40
Rumah gaduh
30
Rumah tenang
Tenang]
Kantor perorangan 20
Auditorium Percakapan
10
Suara daun-daun
Sangat Tenang
Berbisik 0
Batas dengar terendah
Tabel 2.5. Keterangan Waktu Yang Diijinkan Berdasarkan Intensitas suara Intensitas Suara (dBA)
Waktu Yang Diijinkan (Jam)
80
32
85
16
90
8
95
4
100
2
105
1
72
110
0,5
115
0,25
2.7.5 Bau-Bauan Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikan rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih bau-bauan yang terjadi terus-menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Dan juga mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena itu pemakaian air conditioning merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang dapat mengganggu disekitar tempat kerja (Sutalaksana, 1979, h.87). Pengendalian bau-bauan dilakukan dengan : 1. Penambahan bau-bauan baru kepada udara yang berbau untuk merubah zat berbau menjadi zat lain yang kurang merangsang. Percobaan harus diadakan lebih dahulu, agar penambahan suatu zat baru tidak berakibat lebih memburukkan keadaan. 2. Proses menutupi (Masking process) yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara dua zat berbau. Kedua zat tersebut saling menetralkan bau masing-
73
masing. Misalnya bau karet dapat ditiadakan oleh paraffin atau minyak sedar, sedangkan bau amoniak oleh ionone, dan lain-lain. 3. Adsorpsi, absorpsi, kondensasi, dan proses-proses lainnya. Penggunaan pancaran air, air pencuci dan filter, kering atau basah, tidak saja baik untuk menghilangkan gas dan aerosol, tetapi juga bau-bauan. Jika air yang digunakan, maka yang dibersihkan hanya gas-gas yang larut atau dapat berkondensasi dalam air. Penyaringan kering dengan karbon aktif silika mungkin efektif untuk gas-gas lainnya. Untuk efisiensi tinggi, volume saringan mungkin dan kecepatan udara harus sebaik-baiknya. 4. Pengubahan kimiawi dari bau-bauan meliputi penggunaan bahan oksidasi sepertochlor dan persenyawaannya serta ozon. Zat-zat yang dihasilkan harus tidak berbau. Oleh karena itu proses reaksi kimia memakan waktu, kecepatan pengaliran udara keluar tidak boleh terlalu cepat. 5. Air conditioning adalah cara deodorasi yang baik ditempat kerja, asalkan dilaksanakan secara tepat.
2.8
Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor0faktor penyebab itu.
74
Diagram sebab akibat ini menunjukkan 5 faktor yang disebut sebagai sebabm dari suatu akibat. Kelima faktor itu adalah man (manusia, tenaga kerja), method (metode), material (bahan), machine (mesin), dan environtment (lingkungan). Diagram ini biasanya disusun berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil sumbang saran atau “Brainstorming”. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhankebutuhan berikut : 1. Membantu mengidentifikasikan akar penyebab suatu maslah 2. Membantu Membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah 3. Membantu dalam penyelidikkan atau pencarian fakta lebih lanjut. Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat: 1. Definisi masalah utama yang akan dicari penyebanya, tuliskan pada bagian kepala ikan dari diagram 2. Pilih metode analisa untuk mencari kemungkinan penyebab masalah misalnya metode brainstorming, inspeksi, wawancara, dan lain sebagainya. 3. Tuliskan faktor-faktor uatama yang mungkin menjadi penyebab dari masalah pada bagian ujung tulang uatama. Faktor utama misalnya : 4M (Man, Machine, Material, Method), 4P (People, Prosedure, Policy, Place), 4S (Skill, Surrounding, Supplier, System), atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
75
4. Tuliskan penyebab-penyebab masalah, yang mungkin, lebih terperinci pada batang cabang tulang diagram. 5. Kaji kembali setiap penyebab yang telah tercantum, sepakati mana yang terpenting dan benar-benar penyebab yang perlu mendapatkan penanganan segera.
Manusia
Lingkungan Pengalaman
Pelatihan
Suhu
Material Pencahayaan
Penyimpanan
Pengangkutan Kecelakaan Kerja
Pembagian Kerja
Perawatan Alat Potong
Metode
Mesin
Gambar 2.1 Sebab Akibat Kecelakaan Kerja