BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Pengembangan Produk Kegiatan merancang dan mengembangkan produk, baik yang berupa jasa maupun barang, tidak terlepas dari konsep pemasaran yang bertujuan memenuhi kebutuhan yang memuaskan pelanggan (Nasution, 2005). Pengembangan produk yang berhasil juga membutuhkan proses yang direncanakan
dengan
baik
dan
matang (Cagan & Vogel, 2002).
2.1.1 Aspek-Aspek Pembentuk Produk Karena produk tidak sekedar merupakan output suatu proses produksi, maka kita dapat memerinci aspek-aspek pembentuk produk menjadi seperti berikut: Kemampuan Untuk Digunakan Aspek Fungsional
Utama
Komponen-komponen Kinerja dari desain komponen
Pendukung
Penjualan Produk
Aspek Pelayanan
Pengiriman Garansi
Aspek Harga Gambar 2.1 Aspek-Aspek Pembentuk Produk (Sumber : Pengumpulan Data) Ketiga aspek tersebut harus diamati dengan cermat oleh produsen dalam upayanya memenuhi keinginan konsumen, selain untuk memenangkan persaingan dengan produsen lain (Nasution, 2005).
6
7
2.1.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pengembangan Produk Dalam konteks persaingan antar produsen, kita bisa mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya kegiatan perancangan dan pengembangan produk (Nasution, 2005). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor eksternal, antara lain : 1. Munculnya produk-produk sejenis dengan berbagai kelebihannya. 2. Munculnya produk-produk baru yang dapat menggantikan produk lama (produk substitusi). 3. Pergeseran keinginan konsumen dan kebosanan terhadap produk-produk lama. 4. Siklus hidup produk yang cenderung memendek pada masa modern ini. b. Faktor Internal, yang merupakan keinginan manajemen untuk : 1. Memperbaiki kinerja produk. 2. Melakukan diversifikasi produk. 3. Mempertahankan segmen dan pangsa pasar baru. 4. Memanfaatkan sumber daya manusia (karyawan, tenaga ahli) yang kemampuan semakin bertambah karena proses pembelajaran yang telah dialaminya. 5. Menjaga kelangsungan hidup (keuntungan, financial) perusahaan.
2.1.3 Product Development Process Proses adalah suatu tahapan yang dilakukan dalam langkah-langkah merubah sebuah set dari input menjadi set output (Karl T.Ultich, 2008). Banyak orang yang familiar dengan ide dari Physical proses , yang sebagian besar lebih banyak digunakan dalam industri makanan dan merakit automobile , product development process adalah tahapan dari langkah atau aktivitas dimana perusahaan menerapkan desain dan komersialisasi produk. Banyak dari langkah dan kegiatan yang ada berpendidikan dan berorganisasi daripada individual . beberapa organisasi menerapkan dan mengikuti peraturan yang detail dan tepat dari process
8
development, sementara yang lainya belum tentu dapat mendeskripsikan proses. Sebuah development process yang baik akan sangat berguna untuk beberapa hal : 1. Quality Assurance: sebuah process development yang memfokuskan pada fase pengembangan proyek agar lolos dan checkpoint dalam perjalanan . 2. Coordination: sebuah sirkulasi dari pengembangan proses bekerja sebagai master plan yang menentukan tugas dari tiap orang yang bersangkutan dengan tim pengembang 3. Planning : process development yang sesuai tonggak untuk menyelesaikan setiap tahap fase 4. Management: process development adalah patokan untuk meningkatkan performa development yang sedang berjalan 5. Improvement : dokumentasi dan ringkasan yang sedang berlangsung dari process development organisasi dan hasilnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan untuk berkembang.
Salah satu cara untuk memikirkan process development adalah dengan pembuatan awal alternative product secara luas dan selanjutnya dilakukan penyempitan alternatif agar meningkatkan spesifikasi dari produk sampai produk dapat diproduksi secara baik dan dan berulang kali oleh sistem produksi (Karl T.Ultich, 2008). Cara berikutnya untuk memikirkan process development adalah system information processing. Proses dimulai dengan input seperti objektif perusahaan , product platform dan sistem produksi. Proses selesai ketika semua informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah produksi dan penjualan telah terpenuhi. Cara lainnya untuk memikirkan process development adalah sistem manajemen resiko , pada tahap awal dari sebuah process development , berbagai macam resiko dapat dikenali dan diprioritaskan, sehingga dalam proses berjalan resiko dapat dikurangi dan elemen dari ketidakpastian dapat dikurangi dan sebuah fungsi dari produk dapat divalidasi.
9
6 langkah dari generic development process adalah 1. Planning Aktivitas ini umumnya dinamakan fase nol karena mendahului dari persetujuan dari sebuah proyek dan peluncuran dari sebuah process development product , fase ini dimulai
dengan kesempatan identifikasi
disesuaikan oleh strategi perusahaan dan termasuk perkembangan dari teknologi. 2. Development konsep Dalam fase ini kebutuhan dari pasar akan diidentifikasi , konsep produk alternatif dibuat dan dievaluasi dan satu atau dua konsep akan dipilih untuk dikembangkan lebih lanjut dan dicoba. 3. Sistem level desain fase ini termasuk definisi dari arsitektur produk , kerusakan produk ke sub sistem dan komponen dan desain utama untuk komponen utama. Rencana awal untuk sistem produksi dan perakitan akhir biasanya ditentukan saat fase ini. 4. Detail design Fase ini meliputi spesifikasi lengkap dari geometry , material , dan toleransi dari semua bagian unik pada produk dan mengidentifikasi semua bagian standar yang harus dibeli dari supplier. 5. Testing dan refinement Fase ini meliputi pembuatan dan evaluasi dari beberapa preproduksi dari sebuah produk. 6. Production ramp up Dalam fase ini produk dibuat menggunakan sistem produksi yang diinginkan , kegunaan dari ramp up adalah untuk melatih pekerja dan menyelesaikan beberapa masalah yang tersisa selama masa produksi. 7. Concept development : the front end process Karena fase konsep development dari proses development meminta kordinasi pada setiap fungsi dari pada yang lain, banyak dari metode intergratif development di konsentrasikan di front end proses ini (Karl T.Ultich, 2008). Konsep development proses termasuk pada kegiatan berikut:
10
1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengerti kebutuhan dan keinginan pelanggan agar dapat secara efektif berkomunikasi kepada tim pengembang. 2. Menetukan spesifikasi target Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan spesifikasi secara detail bagaimana sebuah produk harus dibuat dan digunakan. 3. Generasi konsep Tujuan dari kegiatan ini adalah mengeksplorasi konsep dari sebuah produk untuk mengenali kebutuhan pelanggan. 4. Pemilihan konsep Kegiatan ini bertujuan untuk memilih berbagai konsep produk dan menganalisa serta mengeliminasi konsep untuk menentukan konsep yang paling menjanjikan. 5. Percobaan konsep Kegiatan ini bertujuan untuk menguji apakah keinginan pelanggan telah terpenuhi, memenuhi keinginan pasar terhadap produk serta hal-hal yang harus dipenuhi secara mendadak untuk perkembangan ke depannya. 6. Menentukan spesifikasi akhir Spesifikasi yang ditentukan diawal dikaji ulang untuk menentukan spesifikasi akhir setelah pertimbangan dari konsep yang dipilih dan diuji. 7. Perencanaan proyek Di dalam aktivitas akhir pada konsep development , tim pengembang merancang sebuah jadwal development , untuk menentukan strategi agar meminimalisasi waktu development dan mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. 8. Analisa ekonomi Tim dengan bantuan grup finansial analis , membuat sebuah model ekonomi untuk produk baru , produk ini digunakan untuk memastikan kelanjutan dari rata-rata sebuah program development. 9. Mematok produk kompetitor
11
Mengerti sebuah produk dari kompetitor merupakan hal penting dalam kesuksesan penempatan suatu produk dan dapat memberikan banyak ide untuk produk dan proses desain produk. 10. Maket dan model Setiap tahap dari konsep development pasti melibatkan sebuah model dan maket yang berfungsi untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah produk akan berguna.
2.2
Quality Function Deployment Dalam konteks pemuasan kebutuhan pelanggan maka kita mengenal konsep Quality
Function
Deployment
(QFD)
(Nasution,
2005).
Konsep
QFD
dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dengan jalan membentuk tingkat kualitas yang diperlukan dan dengan kesesuaian yang maksimum, pada setiap tahap pengembangan produk. Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service (Jono, 2006). Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau pelayanannya. Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Atribut ini biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif. Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur atributatribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara (Polls). Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Proses QFD terdiri dari satu atau lebih matriks-matriks kualitas. Matriks pertama dinamai House of Quality (HOQ). Matriks HOQ tersebut terdiri dari beberapa
12
matriks-matriks yang digabungkan yang masing-masing matriks berisi informasi yang saling berhubungan antara satu matriks dengan matriks lainnya (Astuti, 2004). Penerapan QFD dapat mengurangi waktu desain sebesar 40% dan biaya desain sebesar 60% secara bersamaan dengan kualitas desain yang tetap dipertahankan dan ditingkatkannya. QFD berperan besar dalam meningkatkan kerja sama tim interfungsional yang terdiri dari anggota-anggota departemen pemasaran, riset dan pengembangan, pemanufakturan, dan penjualan untuk berfokus pada pengembangan produk. Selain itu ada manfaat yang dapat diperoleh dari QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktivitasnya secara berkesinambungan. Manfaatmanfaat tersebut antara lain adalah fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi pada kerjasama tim, dan orientasi pada dokumentasi.
2.2.1 Tahapan Implementasi QFD Implementasi QFD mempunyai beberapa fase, di mana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing fase dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek (Nasution, 2005). Secara garis besar implemenasi QFD terdiri dari 3 fase utama yang sebelumnya didahului oleh fase perencanaan dan persiapan. Ketiga fase utama tersebut adalah : 1. Tahap pengumpulan suara pelanggan, Voice of customer (VOC) 2. Tahap penyusunan rumah kualitas, House of Quality (HOQ) 3. Tahap analisis dan interpretasi
2.2.3 Tahapan Perencanaan dan Persiapan Fase
ini
merupakan
tahap
persiapan
dalam
melakukan
dan
mengimplementasikan QFD (Nasution, 2005). Topik kuncinya meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Menetapkan dukungan yang bersifat organisasi : a. Dukungan manajemen b. Dukungan fungsional c. Dukungan teknikal QFD
13
2. Menentukan tujuan-tujuan : QFD memberikan serangkaian keuntungan yang mungkin diperoleh bagi tim yang telibat. Berikut ini keuntungan yang mungkin diberikan : a. Dapat mengerti kebutuhan dan keinginan pelanggan b. Menentukan tujuan-tujuan kualitas dan bisnis untuk produk atau jasa tersebut. c. Menghasilkan urutan dari kemampuan produk. d. Mengembangkan visi tim secara umum dari suatu produk atau jasa. e. Mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi-asumsi tentang proyek ini secara ringkas (dalam bentuk Rumah Kualitas) f. Meminimalisasi risiko pengulangan di tengah proyek
Keuntungan ini
didapat dari tersedianya informasi terbaru di tengah pengembangan produk yang dapat ditambahkan dari Rumah Kualitas atau matriks QFD lainnya. g. Mempercepat perancangan produk. Walaupun QFD tampak menghabiskan waktu, sebagian besar kelompok menemukan bahwa perencanaan produk menjadi lebih cepat, lebih lengkap, dan lebih efisien jika menggunakan struktur rumah kualitas. 3. Memutuskan siapa pelanggan yang sebenarnya dituju : a. Definisi yang jelas tentang pelanggan. b. Mengidentifikasi semua pelanggan yang mungkin dengan affinity diagram. c. Identifikasi pelanggan kunci. d. Memutuskan horizon waktunya. e. Memutuskan cakupan produk. f. Memutuskan tim dan hubungannya dengan organisasi. g. Membuat jadwal pelaksanaan QFD Dalam membuat jadwal untuk implementasi QFD, ada beberapa hal yang perlu diingat, yaitu bahwa QFD membutuhkan waktu, QFD dapat dipersingkat, dan QFD harus berupa aktivitas yang dapat diatur seperti halnya suatu proyek.
2.2.3 Mengumpulkan Suara Pelanggan
14
Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan ketrampilan mendengarkan (Nasution, 2005). Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service. Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau servicenya. Setiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relative atribut bagi pelanggan, dan tingkat performansi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Kita biasanya menyebut atribut ini sebagai data kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.2 Data Kualitatif dan Kuantitatif HOQ (Sumber : Arman Hakim (2005))
Prosedur umum dalam memperoleh suara pelanggan adalah : 1. Menentukan atribut-atribut pelanggan dan kemudian 2. Mengukur atribut-atribut (data kuantitatif) Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey penarikan suara customer.
15
2.3
Rumah Kualitas (House Of Quality) Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk, atau sering disebut sebagai House of Quality (HOQ) (Nasution, 2005). Gambar di bawah menunjukan bentuk umum matriks perencanaan produk atau rumah kualitas. Dalam gambar di bawah ini digunakan symbol A hingga F yang menunjukan urutan pengisian bagianbagian dari matriks perencanaan produk tersebut.
Gambar 2.3 House Of Quality (Sumber : Arman Hakim. (2005) ) Bagian A : Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan/keinginan pelanggan (Customer Needs and Benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun secara hierarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingat yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan “suara pelanggan” (voice of the customer) melalui interview/wawancara dan kemudian disusun secara hierarki. Kegagalan dalam memaksimumkan keterlibatan pelanggan dalam fase ini, sering menimbulkan salah pengertian antara pelanggan dan tim pengembang. Ketika tim pengembang produk tidak mengerti keinginan pelanggan dengan baik, maka
16
aktifitas perencanaan produk akan mengalami kesulitan, sehingga perencanaan produk berjalan lambat. Bagian B : Planning matrix merupakan bagian kedua dari HOQ dan disebut sebagai tempat penentuan sasaran/tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap data riset pasar. Penetapan sasaran/tujuan merupakan gabungan antara prioritasprioritas kebutuhan pelanggan. Hal ini merupakan tahap penting dalam perencanaan produk. Planning matrix berisi tiga tipe informasi penting : 1. Data kuantitatif pasar, yang menunjukan hubungan antara tingkat kepentingan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan pelangga dengan perusahaan dan tingkat persaingan. 2. Penetapan tujuan/sasaran untuk produk/jasa baru. 3. Perhitungan tingkat ranking keinginan dan kebutuhan pelanggan. Satu alas an untuk mengisi Planning Matrix segera setelah Customer Needs/Benefits selesai adalah karena Customer Needs merupakan prioritas, tim QFD boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan pelanggan yang tertinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan QFD. Jika Planning Matrix ditunda sampai beberapa waktu setelah bagian Relationship terisi, maka tim tidak akan dapat membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui Customer Need mana yang paling penting bagi mereka. Tetapi beberapa praktisi mengerjakan Technical Responses dan bahkan merupakan Relationship sebelum mengerjakan Planning Matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lelbih familiar dengan kebutuhan pelanggan. Bagian C : Bagian ketiga dari HOQ adalah Technical Response, merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari Customer Needs dibagian pertama HOQ. Terdapat beberapa informasi yang didapat di technical response, alternatife yang paling umum adalah : 1. Top level solution independent measurement or metrics,
17
2. Product or service requirement, 3. Product or service features or capabilities. Informasi apapun yang dipilih, disebut sebagai Substitute Quality Characteristic (SQC). Jika Customer Needs/Benefits mewakili suara pelanggan maka SQC mewakili suatu pengembang. Dengan menempatkan kedua suara tersebut di kiri dan atas matriks maka dapat dievaluasi hubungan keduanya secara sistematis, diikuti dengan proses diagram pohon. Proses Hierarki memberikan beberapa kebebasan kepada tim untuk menyusun analisis mereka pada tingkat tinggi atau rendah dengan detail pemilihan tingkat hieraki primer, sekunder, atau tersier. Bagian D : Bagian keempat HOQ adalah relationship, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian besar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas. Untuk setiap sel dalam relationship, tim memberikan nilai yang menunjukan keberadaannya terhadap SQC dihubungkan dengan customer needs. Nilai ini menunjukkan kepuasan pelanggan. Bagian E : Bagian kelima dari HOQ adalah Technical Correlations, matriks yang bentuknya menyerupai atap. Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam menentukan disain yang mengalami bottlenect dan menentukan kunci komunikasi di antara para disainer. Selain itu juga menunjukkan korelasi antara persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan teknik lain yang terdapat dalam matriks C. Bagian F Bagian ini berisi 3 jenis data, yaitu : 1. Technical Responses Priorities, urutan tingkat kepentingan persyaratan teknis. 2. Competitive Technical Benchmarks, informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknik produk yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja produk pesaing. 3. Target Technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.
18
Diagram
berikut
menunjukkan
satu
kemungkinan
konfigurasi
atas
sekumpulan matriks yang saling berhubungan dan juga menggambarkan sebuah teknik QFD standar untuk membawa informasi dari satu matriks ke matriks lainnya. Diagram tersebut dimulai dari HOQ. Sebagian besar proses QFD, tim QFD member prioritas What’s melalui pembuatan sekumpulan pertimbangan yang didasarkan pada data riset pasar. Terdapat pertimbangan yang didasarkan pada data riset pasar. Terdapat banyak teknik yang berbeda untuk menentukan prioritas tersebut. Prioritas atau pembobolan ditempatkan di sebelah kiri matriks.
2.3
Design For Manufacturing (DFM) Design For Manufacturing
merupakan kepentingan umum yang secara
langsung menginformasikan biaya-biaya manufaktur (Render, 2005). Biaya manufaktur merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan ekonomis dari produk. Keberhasilan ekonomis didapat dari selisih keuntungan dari penjualan tiap produk dan berapa unit yang bisa dijual oleh. Keuntungan dapat dihitung dari selisih antara harga jual produk dari pabrik dengan biaya pembuatan produk. Banyaknya jumlah produk yang terjual dan harga jual produk dipengaruhi oleh kualitas produksi serta kualitas produk itu sendiri. DFM merupakan salah satu metode untuk mencapai target. Penggunaan DFM yang efektif akan menekan biaya-biaya manufaktur tanpa membuat kualitas dari produk berkurang DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe termasuk diantaranya : 1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif-alternatif rancangan. 2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan. 3. Perkiraan biaya manufacturing, volume produksi, dan waktu peluncuran produk.
2.3.1 Struktur Produk Struktur produk merupakan cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. Dalam struktur produk, komponenkomponen utama bergabung menjadi satu dengan komponen tambahan sehingga
19
terdapat hubungan antar komponen-komponen tersebut dalam suatu perakitan yang disusun berdasarkan level atau tingkatan (Achmad Fazri, 2012).
Gambar 2.4 Contoh Struktur Produk Dengan Cara Pemetaan Explosion (Sumber : Render (2005) )
2.3.2 Bill of Material(BOM) Bill of material (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung kedalam suatu produk selama proses manufacturing (Gasperz, 2004). Salah satu macam BOM adalah explosion yang merupakan BOM yang dimulai berdasarkan urutan dari produk jadi sampai dengan level paling bawah dari komponen pembentuknya. BOM jenis ini menunjukkan komponen pembentuk suatu produk dari level teratas (Achmad Fazri, 2012).
Tabel 2.1 Bentuk Table BOM No Level
Description
Code
Quantity
Note
(Sumber : Render (2005)) Biaya Manufakturing dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga kategori : 1. Biaya komponen Biaya komponen adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau membeli komponen yang akan digunakan untuk membuat suatu produk.
20
Komponen biasanya dibeli dari pemasok. Komponen yang dibuat berdasarkan rancangan pembuat berasal dari material mentah, seperti plastik, lembaran baja, batangan besi. Beberapa komponen dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat. 2. Biaya Perakitan Biaya perakitan adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses perakitan yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Biaya yang dikeluarkan biasanya adalah biaya tenaga kerja perakit atau mesin yang digunakan untuk merakit komponen.
2.3.3 Assembly Chart Diagram Perakitan (Assembly Chart) yaitu sebuah grafik sebagai jalan untuk menerangkan bagaimana komponen mengalir menjadi sub perakitan dan akhirnya menjadi produk jadi (Irawan, 2007). Assembly Chart (APC) merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. Peta proses perakitan menyajikan gambaran perakitan antara komponen-komponen tanpa menggambarkan bagaimana komponen-komponen tersebut terbentuk sebelum dirakit (Achmad Fazri, 2012).
2.4
Break Even Point Selain model profit ditampilkan di sini, pengambil keputusan sering tertarik pada break even point (BEP). BEP adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba (Barry Render, 2010).