5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan atau stock merupakan salah satu aspek penting bagi perusahaan yang menjual barang dagangan atau perusahaan pengolahan. Stock atau persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak, namun juga tidak boleh terlalu sedikit. Pengertian persediaan dalam topik ini difokuskan pada persediaan bahan baku. •
Menurut Sumayang, Lalu (2003; p213), “Inventory adalah sebuah persediaan dari material yang digunakan untuk menunjang produksi atau untuk memenuhi permintaan pelanggan. Inventory (persediaan) terdiri dari : bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.”
•
Menurut Sumayang, Lalu (2003; p211), “menyebutkan bahwa pengambilan keputusan dalam pengelolaan inventory terdiri dari berapa banyak material yang dipesan, kapan pemesanan dilakukan dan jenis apakah sistem pengendalian yang digunakan. Peranan dari pengambilan keputusan adalah merinci berapa banyak yang dipesan dan kapan.” Dalam memperhitungkan peranan ini, ada empat macam biaya persediaan
yang harus dipertimbangkan yaitu : 1. Biaya item / item cost. 2. Biaya pemesanan / biaya penyiapan atau ordering set up cost. 3. Biaya penyimpanan / carrying atau holding cost 4. Biaya
yang
timbul
sebagai
akibat
kehabisan persediaan atau stock out cost.
6 •
Menurut Render dan Heizer (2001; p314-315), “berpendapat bahwa persediaan meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses (work-in-
process), persediaan MRO (perlengkapan pemeliharaan / perbaikan / operasi), dan persediaan barang jadi.” 1. Persediaan bahan mentah merupakan persediaan bahan yang telah dibeli namun belum diproses. 2. Persediaan barang dalam proses yaitu merupakan persediaan bahan yang telah mengalami beberapa perubahan, tetapi belum selesai. 3. MRO adalah persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan pemeliharaan / perbaikan / operasi. 4. Persediaan barang jadi merupakan persediaan bahan yang telah selesai diproses dan menunggu untuk dikirim. •
Menurut Shroeder, Roger G. (2000; p304), “inventory / persediaan adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Secara khusus persediaan meliputi bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.”
•
Menurut Pardede, Pontas M (2005; p412), “persediaan (inventory) adalah sejumlah bahan baku atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu dimasa yang akan datang.”
•
Persediaan adalah kuantitas dimana produsen akan menjual produk pada harga yang ditentukan. (http://en.wikipedia.org/wiki/supply) Jadi persediaan merupakan stok bahan baku / barang dalam proses / barang
jadi yang digunakan dalam proses produksi untuk memenuhi keinginan konsumen. 2.1.2 Jenis-jenis persediaan Setiap jenis persediaan memiliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
7 •
Berdasarkan pendapat Assauri (2004; p170-172), “menurut jenisnya persediaan dapat dibedakan menjadi : 1. Persediaan bahan baku (row materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang yang dapat diperboleh dari sumber-sumber alam atau pun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods). 2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/components
stock) yaitu persediaan yang terdiri dari parts yang diterima perusahaan lain, yang dapat secara langsung dapat dirakit (assembling) dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. 3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies
stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process /
procress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.
8
Persediaan bahan baku
Persediaan barang dalam proses
INPUT Sumber : Garrison Noreen.
PROCESS
Persediaan barang jadi
OUTPUT
Menurut Garisson Noreen (2000; p48) yang diterjemahkan oleh Budisantoso, A. Totok. Gambar 2.1 Jenis persediaan Barang Dimana definisi dari ketiga jenis persediaan dalam perusahaan manufacturing itu adalah sebagai berikut : 1. Persediaan bahan mentah adalah persediaan yang berupa bahan-bahan produksi yang masih harus diolah dalam produksi. 2. Persediaan barang dalam proses adalah bahan baku atau mentah yang telah diolah dimana barang dalam proses ini telah menampakan bentuknya dalam serangkaian aliran produksi 3. Persediaan barang jadi adalah barang produksi yang secara keseluruhan telah siap untuk dijual atau dipasarkan kepada para konsumen. 2.1.3 Fungsi Persediaan Fungsi persediaan merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam operasional perusahaan yang secara terus menerus diperoleh untuk diubah dan kemudian untuk dijual kembali. Berikut ini adalah fungsi persediaan : •
Menurut Assauri, Sofjan (2004, p170), “fungsi dari persediaan ada 3 macam, yaitu :
9 1. Batch Stock/Lot Size Inventory Yaitu
persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannnya : •
Potongan harga pada harga pembelian.
•
Efesiensi produksi.
•
Penghematan biaya angkutan.
2. Fluctuation stock. Adalah
persediaan
yang
diadakan
untuk
menghadapi
fluktuasi
permintaan yang tidak dapat di ramalkan. 3. Anticipation Stock. Merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan penjualan, atau permintaan yang meningkat. •
Menurut
Rangkuti, Freddy (2004; p15), “fungsi persediaan ada tiga macam
yaitu: 1. Fungsi Decoupling Yaitu persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. 2. Fungsi Economic Lot Size Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya, karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang
10 lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karenanya besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya) 3. Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Maka perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Sedang
bila
perusahaan
menghadapi
ketidakpastian
jangka
waktu
pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu, maka perusahaan memerlukan persediaan ekstra yaitu persediaan pengaman (safety stock/inventories). Persediaan
(inventory)
memiliki
berbagai
fungsi
penting
menambah
fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Berdasarkan pendapat Render dan Heizer (2001; p314), “ada enam pengunaan persediaan yaitu : 1. Untuk memberikan suatu stock barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisispasi akan timbul dari konsumen. 2. Untuk memasangkan produksi dan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk. 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang tidak tepat. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang dan arena sepanjang proses, terkumpulnya persediaanpersediaan.
11 2.2 pengertian pengendalian Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan perumusan kesuksesan untuk performa organisatoris di masa depan dan pengaturan sumber daya yang diperlukan guna pencapaian kesuksesan yang diinginkan. •
Pengendalian merupakan segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. (http://www.fwi.or.id/regulasi/aturan)
•
Pengendalian adalah kemampuan untuk menentukan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara apapun, pengelolaan dan atau kebijakan. (http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/produk.html-46k)
•
Pengendalian adalah upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan (http://www.e-psikologi.com/pengembangan/300703.htm)
•
Menurut pendapat Nasution (2003, p1), “pengendalian merupakan tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.”
2.3 Pengertian perencanaan •
Menurut pendapat Usry, Carter dan Thomson (2004; p2), “perencanaan, konstruksi dari program, merupakan proses dari menyadari kesempatan maupun ancaman eksternal, menentukan tujuan yang diinginkan, dan mengunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan yang efektif didasarkan pada analisis atas fakta dan membutuhkan cara berfikir yang reflektif, imajinasi, dan visi kedepan serta membutuhkan partisipasi dan koordinasi dari semua bagian dalam entitas tersebut.”
•
Menurut pendapat Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary (2005; p200), “perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran atau tujuan organisasi, menyusun strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran yang diterapkan, dan
12 mengembangkan hierarki rencana secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.” •
“Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan tepat yang diperlukan setelah melihat berbagai opsi yang ada berdasarkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang ingin dicapai bisa segera atau bisa di kemudian hari, yang secara umum dapat dikategorikan ke dalam tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.” (http;//www.mail-archive.com/ekonomi-nasional/msg01293.html).
2.4 Pengertian Ekonomis Dalam perusahaan, ekonomis dapat diartikan sebagai besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan, semakin kecilnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan maka dapat dikatakan perusahaan telah mencapai skala ekonomiis. Berikut definisi ekonomis: •
Berdasarkan pendapat poerwadarminta, W.J.S. (1999; p278), “ekonomis berarti hemat atau tidak boros.”
•
Menurut pendapat sadli,M (2005; p1), “ekonomis berarti mengukur berbagai biaya (atau bagi konsumen: harga) dan membandingkan dan akhirnya ekonomi merupakan pilihan agar manfaat bisa sebesar-besarnya.” (http://www.kolom.pacific.net.id/ind/index2.php.) Jadi dapat dikatakan ekonomis adalah pemanfaatan bahan baku dengan mengukur
dan membandingkan berbagai biaya agar biaya yang dikeluarkan menjadi kecil.
13 2.5 Pengertian Biaya Biaya merupakan aspek yang mutlak diperusahaan manapun. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan perusahaan tergantung dari tingkat kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Berikut ini adalah pengertian biaya : •
Berdasarkan pendapat Hongren, Datar dan Foster (2005; p34), “biaya adalah suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.”
•
“Biaya adalah arus keluar atau pengkonsumsian aset dan/atau timbulnya kewajiban selama suatu
periode yang berasal dari pengiriman dan produksi barang,
penyerahan jasa, atau penyelenggara aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama dari suatu entitas.” (http://www.warsidi-akuntan.tripod.com/teori akutansi/laporan laba rugi.htm) Jadi biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh profit dan demi tercapainya suatu tujuan. 2.5.1 Pengertian Biaya Persediaan Berdasarkan pendapat zulfikarijah (2005; p13-17), “biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang disebabkan oleh adanya persediaan.” 2.5.2 Klasifikasi Biaya Menurut Usry, carter dan Thomson (2004; p57-60), “keberhasilan dalam merencanakan
dan
mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang
menyeluruh atas hubungan antara biaya dan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atas biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel atau biaya semi variabel.”
14 1.
Biaya tetap Didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Contohnya overhead pabrik memasukan item seperti supervisi, penyusutan, sewa, asuransi properti, semuanya secara umum dianggap sebagai biaya.
2.
Biaya variabel Didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proposional terhadap peningkatan dalam aktivitas. Contoh yang termasuk biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak.
3.
Biaya semi variabel Didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Yang termasuk biaya semivariabel adalah biaya listrik, air, gas, batu bara, bensin, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan, dan biaya hiburan.
2.5.3 Jenis-jenis biaya persediaan Berdasarkan pendapat Zulfikarijah (2005; p13-p17), “biaya persediaan di dalam perusahaan umum dibedakan menjadi empat jenis yaitu : 1.
Biaya pembelian (purchasing order). Merupakan biaya yang dikeluarkan untung membeli barang, jumlahnya tergantung pada yang dibeli dan harga per unit barang.
2.
Biaya pengadaan (procurement cost)
15 merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan berasal dari luar perusahaan dan biaya persiapan (set-up cost). a. biaya pemesanan (ordering cost). Adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkan barang dari luar, biaya ini meliputi : •
Biaya menentukan pemasok.
•
Pengetikan pemesanan.
•
Pengiriman pemesanan.
•
Biaya pengangkutan.
•
Biaya penerimaan.
b. Biaya persiapan (set-up cost) Yaitu semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi :
3.
•
Biaya menyusun peralatan produksi.
•
Menyetel mesin.
•
Mempersiapkan gambar kerja.
Biaya penyimpanan (carrying cost/holding cost). Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk prosentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi : a. Biaya modal (cost of capital) Adanya penumpukan barang dalam proses persediaan sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang menyebabkan peluang untuk investasi lainnya berkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena memiliki
16 persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya modal diukur sebagai prosentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. b. Biaya penyimpanan (cost of storage). Biaya gudang adalah biaya yang dikeluarkan untuk tempat/gudang penyimpanan barang. Apabila gudang yang digunakan adalah sewa, maka biaya dapat berupa biaya sewa dan apabila gudang milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun masuk dalam biaya gudang adalah biaya tempat, asuransi, pajak. c.
Biaya keusangan/kadaluarsa (obselence cost) Biaya kerusakan (deterioration) penyimpanan barang dalam waktu yang relatif lama dapat berakibat menurun/merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model dan trend konsumen. Biaya keusangan ini diukur dalam prosentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi.
d. Biaya kehilangan (loss cost) dan biaya kerusakan (deterioration). Penyimpanan barang dapat mengakibatkan dan penyusutan karena beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan. Biaya keusangan ini diukur dalam prosentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi. e. Biaya asuransi (insurance cost) Akibat lain dalam penyimpanan persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam, kebakaran, dan lain-lain. Beberapa
perusahaan
besar
mengasuransikan
persediaannya
untuk
mengantisipasi kerugian tersebut, adapun jumlahnya sesuai dengan nilai , jenis persediaan, dan kesepakatan dengan pihak asuransi.
17 f.
Biaya administrasi dan pemindahan. Biaya administrasi dan pemindahan yaitu merupakan biaya yang dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindahkan dari dan ke tempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerja dan material
handling. 4.
Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) Biaya kekurangan persediaan merefleksikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang/keuntungan akan hilang atau konsumen dapat pindah ke perusahaan lain karena permintaannya tidak terpenuhi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada citra perusahaan
Adapun yang termasuk dalam biaya stock out adalah : a. Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Adanya kehabisan barang menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan tidak terpenuhi, sehingga perusahaan akan kehilangan peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran biaya ini didasarkan peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya penalti dengan satuan Rp/unit. b. Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur pada saat perusahaan harus memesan persediaan, waktu menganggur ini merupakan biaya kehilangan pendapat. Pengukuran biaya ini didasarkan waktu yang diperlukan untuk mengisi gudang dengan satuan Rp/satuan waktu.
18 c.
Biaya pengadaan darurat Biaya darurat ini sering kali diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan biaya persediaan, sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih besar dibandingkan kondisi normal. Besarnya biaya ini dikarenakan pemesanan yang mendadak
dimana perusahaan tidak mempunyai
kesempatan untuk berpikir lebih jauh untu menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biaya-biaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada pemesanan setiap kali kehabisan persediaan. Menurut Render dan Heizer (2001; p319), yang termasuk dalam biaya persediaan adalah : 1.
Biaya penyimpanan Biaya penyimpanan ini adalah biaya-biaya yang dikaitkan dengan penyimpanan atau “penahanan” (carrying) persediaan sepanjang waktu tertentu, oleh karena itu biaya penyimpanan juga mencakup biaya yang berkaitan dengan gudang; seperti biaya asuransi, Staffing tambahan, dan pembayaran bunga.
2.
Biaya pemesanan Biaya
pemesanan
mencakup
biaya-biaya
pasokan,
formulir, pemrosesan
pesanan, tenaga para pekerja dan sebagainya. 3.
Biaya pemasangan Biaya pemasangan adalah biaya-biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi pesanan. Manajemen operasi dapat menurunkan biaya pesanan dengan mengurangi biaya pemasangan dengan menggunakan prosedur yang efesien semacam pembayaran dan pemesanan elektronik.
19 2.6 Pengertian Bahan baku Di dalam perusahaan manufaktur, bahan merupakan aspek terpenting dalam proses barang dan jasa. Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang bahan baku : •
Menurut pendapat Assauri, Sofjan (2004; p170-172), “bahan baku merupakan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi.”
•
“Bahan baku adalah bahan utama yang dipakai dalam kegiatan atau proses produksi, bahan baku dapat berupa bahan mentah, barang setengah jadi, atau bahan jadi. (http://www.bulog.go.id?hukum/pasal11.penjualan.htm)” Jadi bahan baku adalah bahan-bahan yang didapat dari sumber-sumber alam
ataupun dibeli dari supplier untuk memproduksi barang dan jasa dalam proses produksi. 2.7 Economic Order Quantity (EOQ) 2.7.1 Pengertian EOQ EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah pemesanan yang dapat menekan biaya persediaan. Berikut adalah pengertian EOQ : •
Berdasarkan pendapat Pardede, Pontas M (2005; p422), “menyatakan bahwa EOQ (Economic Order Quantity) menunjukan jumlah barang yang harus di pesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya sediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.”
•
Berdasarkan pendapat Sumayang, Lalu (2003; p212), “jumlah pemesanan yang ekonomis atau “Economic Order Quantity” atau EOQ mengisyaratkan beberapa hal, yaitu :
20 ¾ Laju permintaan yang tetap ¾ Waktu penyiapan pemesanan atau “set up time” tetap. ¾ Tidak pernah terjadi kehabisan persediaan atau “no stock out”. ¾ Pemesanan berupa paket dalam satu paket berisi beberapa unit material. ¾ Jenis material atau produk yang dipesan hanya terdiri dari satu jenis. ¾ Waktu tenggang pemesanan atau “lead time” yang tetap. ¾ Tidak ada pengurangan harga pesanan. •
Menurut Pendapat Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo Indriyo. (2000; p200), “EOQ (Economic Order Quantity) adalah Volume atau pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakn pada setiap kali pembelian.” Ada tiga asumsi yang harus dipenuhi dalam penerapan model EOQ (Economic
Order Quantity) yaitu : 1. Permintaan rata-rata konstan dan dinyatakan dalam suatu distribusi yang tidak berubah dengan perubahan waktu. 2. Tenggang waktu (Lead Time) pengiriman konstan. Apabila tenggang waktu lebih kecil dari yang diperkirakan maka akan timbul kelebihan persediaan, dan apabila lebih panjang akan timbul kekurangan persediaan. 3. Setiap orang tidak tergantung pada barang yang lain. •
Berdasarkan pendapat Rangkutti (2004;p11), “EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah.”
•
Menurut Pendapat Keown, et al (2000; p748), “menyebutkan bahwa EOQ (
Economic Order Quantitiy) adalah mementukan jumlah pemesanan yang ekonomis untuk jenis persediaan dengan penggunaan yang diperkirakan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.”
21 1. Biaya penyimpanan (holding cost). Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan atau penahanan (carrying) persediaan sepanjang waktu. 2. Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya pemesanan mencakup biaya-biaya pasokan, formulir, pemrosesan pemesanan, tenaga para pekerja, dan sebagainya (Render dan Heizer, 2001;p319). 2.7.2 Sejarah EOQ Menurut pendapat Zulfikarizah (2005; p99), “pada tahun 1915 FW. Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu EOQ (Economic Order Quantity). Rumus ini banyak digunakan di perusahaan-perusahan atas usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan bernama Wilson oleh karena itu Rumus ini sering disebut dengan
EOQ Wilson walaupun yang mengembangkannya FW. Harris. Walaupun EOQ merupakan Teknik penentuan persediaan tertua, namun EOQ dengan variasinya banyak digunakan di perusahaan-perusahaan untuk permintaan independent dalam manajemen persediaan karena relatif mudah di gunakan.” Menurut pendapat Schroeder (2000; p326), “menyebutkan bahwa “kuantitas pesanan ekonomis” (EOQ) dikembangkan oleh seorang bernama FW. Harris pada tahun 1915. kemudian rumus ini bertambah luas penggunaannya di dalam industri melalui seorang konsultan bernama Wilson. Oleh sebab itu rumus ini lebih sering disebut EOQ Wilson, walaupun dikembangkan oleh Harris. EOQ dan variasinya masih digunakan secara luas di dalam industri bagi manajemen persediaan untuk permintaan bebas.”
22 Total cost Ordering Cost Harga EOQ
Carrying cost 0
jumlah pemesanan
Sumber : Rangkuti, Freddy (2005;p28). Gambar 2.2 Grafik EOQ 2.7.3 Asumsi-asumsi EOQ Menurut Zulfikarizah (2005; p100), “Model EOQ sangat aplikatif untuk situasi di mana item dibeli dari perusahaan lain. Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan persediaan dengan syarat harus memenuhi beberapa asumsi di bawah ini : 1. Tingkat penggunaan seragam dan di ketahui ( permintaan konstan) misalnya permintaan tiap hari 200 unit dan permintaan ini diasumsikan berlangsung, terus menerus. 2. Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon). 3. Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama. 4. Lead time konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat pada persediaan habis (minimal persediaan nol atau tidak terjadi kehabisan persediaan) 5. Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan produk lain. 6. Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk sejumlah pesanan. 7. Struktur biaya khusus digunakan dengan cara biaya item unit konstan dantidak ada diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Biaya penyimpanan persediaan
23 memiliki fungsi linier untuk sejumlah item (tidak ada skala ekonomi dalam biaya penyimpanan). Menurut pendapat Schroeder (2000, p327), “memiliki pendapat bahwa asumsi-asumsi EOQ (Economic Order Quantity) didasarkan oleh: 1. Tingkat permintaan adalah konstan, berulang-ulang dan diketahui. Misalnya, permintaan atau pemakaian adalah 100 unit sehari tanpa variasi yang dilacak, dan permintaan diasumsikan berlanjut hingga masa depan tidak tertentu. 2. Tenggang waktu pesanan konstan dan diketahui. Oleh sebab itu, tenggang waktu pesanan sejak pesanan ditempatkan sampai pengiriman pesanan selalu merupakan jumlah yang tepat. 3. Tidak diperbolehkan adanya kehabisan stock karena permintaan dan tenggang waktu adalah konstan, seseorang dapat menentukan secara tepat kapan untuk memesan bahan dan menghindari kekurangan stock. 4. Bahan dipesan atau diproduksi dalam suatu partai atau tumpukan, dan seluruh partai ditempatkan kedalam persediaan dalam satu waktu. 5. Suatu struktur biaya spesifik digunakan sebagai berikut: Biaya satuan unit adalah konstan, dan tidak ada potongan yang diberikan untuk pembelian yang banyak. 6. suatu barang merupakan produk tunggal, tidak ada interaksi dengan produk lain. 2.7.4 Keuntungan dan kerugian EOQ Menurut pendapat Schroeder (2000; P367), “keuntungan rumus EOQ merupakan perkiraan yang bermanfaat dalam praktek. Rumusan ini memberikan asumsi-asumsi yang tepat beralasan. Selain itu, rumus EOQ juga memberikan wawasan ke dalam perilaku ekonomi dari sediaan.”
24 Sedangkan kelemahan dari EOQ adalah: 1. Permintaan diasumsikan secara konstan, sedangkan dalam banyak situasi yang nyata permintaan bervariasi secara substansial. Dalam bagian berikutnya, permintaan acak akan dipertimbangkan. 2. Biaya/unit diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam prakteknya sering kali ada potongan kuantitas untuk pembelian yang besar. Kasus ini membutuhkan suatu modifikasi dari model EOQ dasar. 3. bahan dalam partai diasumsikan semuanya sekali diterima, tetapi dalam beberapa kasus bahan akan ditempatkan dalam persediaan secara kontinyu selama diproduksi. 4. diasumsikan produk tunggal, tetapi terkadang satuan-satuan beragam dibeli dari satu pemasok tunggal dan semuanya dikirim pada waktu yang sama. 5. Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataan biaya ini sering dapat dikurangi. 2.7.5 Re-order point Berdasarkan pendapat Render dan Heizer (2001; p324), “titik pemesanan ulang adalah tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali.” Model persediaan sederhana mengasumsikan bahwa suatu penerimaan suatu pesanan bersifat seketika. Dengan kata lain model-model persediaan diasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaannya mencapai nomor pertama sebelum perusahaan memesan lagi, dan dengan seketika kiriman yang dipesan akan diterima. Menurut Rangkuti, Freddy (2005; p96), “titik pemesanan kembali (re-order point) dapat dicari dengan rumus :
ROP = Kebutuhan perhari X Lead Time (LT) Apabila terdapat safety stock, maka dapat dicari dengan rumus berikut :
25
ROP = Permintaan yang diharapkan + Persediaan Pengaman (SS) Selama masa tenggang 2.7.6 Safety stock Menurut Assauri (2004; p186), safety stock (persediaan penyelamat) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya stock out dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya “stock out”, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya “carrying cost”. Oleh karena itu pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying
cost adalah serendah mungkin. Berdasarkan pendapat Assauri (2004, p186-187), “faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan penyelamat adalah : 1.
Pengunaan bahan baku rata-rata. Salah satu dasar untuk memperkirakan pengunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata pengunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan (order) penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang, harus dapat dipenuhi dari persediaan (stock) yang ada.
26 2.
Faktor waktu atau Lead time.
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahanbahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima gudang persediaan. Menurut Keown, et al (2000; p54), “safety stock adalah persediaan yang dipegang untung mengakomodasikan pengunaan yang luar biasa dan tidak diharapkan selama waktu pengiriman.” 2.7.7 Perusahaan pesaing
Gambar 2.3 Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri Menurut Michael E. Porter Sumber : Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran” (2004, p268)
27 Perusahaan
yang
menjalankan
kegiatan
operasionalnya
selalu
mempunyai
perusahaan pesaing. Perusahaan pesaing ini selalu berusaha mencapai suatu keunggulan yang maksimal dari perusahaan tersebut. Oleh sebab itu perusahaan tersebut harus mempunyai suatu pandangan dan penilaian tentang pesaingnya. Perusahaan dapat unggul dari pesaingnya apabila perusahaan mengerti dan tahu peran yang dimainkan persaingan dan bagaimana perusahaan memposisikan diri berhadapan dengan pesaing. Menurut Philip Kotler (2004, p268), “Michael Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari suatu pasar atau segmen pasar. Lima kekuatan tersebut adalah pesaing, pendatang potensial, substitusi, pembeli, dan pemasok.” Menurut Philip Kotler – Gambar 2.7 (2002, p268), “Lima ancaman yang ditimbulkan dari kekuatan tersebut adalah : 1. Ancaman persaingan segmen yang ketat Suatu segmen menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat atau agresif. Ia bahkan menjadi lebih tidak menarik jika segmen tersebut stabil atau menurun, penambahan kapasitas pabrik dilakukan dalam jumlah, biaya tetap tinggi, penghalang untuk keluar besar, atau jika pesaing memiliki kepentingan yang besar untuk tinggal dalam segmen tersebut. 2. Ancaman pendatang baru Daya tarik suatu segmen berbeda – beda menurut tingginya penghalang untuk masuk dan keluarnya. Segmen yang paling menarik adalah segmen yang memiliki penghalang untuk masuk yang tinggi dan penghalang untuk keluar yang rendah. Sedikit perusahaan baru yang dapat memasuki industri, dan perusahaan yang berkinerja buruk dapat dengan mudah keluar. Jika penghalang untuk masuk dan penghalang untuk keluar tinggi, potensi laba tinggi, namun perusahaan menghadapi resiko yang lebih besar karena perusahaan yang berkinerja buruk harus tinggal. 3. Ancaman produk substitusi
28 Suatu segmen menjadi tidak menark jika terdapat substitusi aktual atau potensial dari suatu produk. Substitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan oleh suatu segmen. Jika kemajuan teknologi atau persaingan meningkat di industri substitusi tersebut, harga dan laba dalam segmen tersebut mungkin akan menurun. 4. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli Suatu segmen tidak menarik jika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar menawar yang kuat atau semakin meningkat. Pembeli akan berusaha untuk memaksa agar harga di turunkan, meminta lebih banyak mutu dan pelayanan, serta membuat para pesaing saling beradu, yang semuanya menjadi beban bagi profitabilitas penjual. 5. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar menawar Suatu segmen menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang mereka pasok. Pemasok cenderung menjadi kuat jika mereka terkonsentrasi atau terorganisir, terdapat sedikit substitusi, produk yang dipasok adalah produk masukan yang penting, biaya berpindah pemasok tinggi, dan jika pemasok dapat melakukan integrasi ke hilir. Pertahanan yang terbaik adalah membangun hubungan menang – menang dengan pemasok atau memakai berbagai sumber pasokan.
29 2.8 Kerangka Pemikiran
Analisis Pengendalian Persediaan bahan baku untuk menekan biaya persediaan
Perencanaan dan pengendalian pemesanan
Jumlah pemesanan yang Ekonomis
Persediaan bahan baku
Menekan biaya persediaan bahan baku
2.9 Metodologi penelitian 2.9.1 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Penelitian kepustakaan (library Research) Merupakan penelitian yang dilakukan denagn membaca buku-buku baik buku-buku ilmiah maupun non ilmiah yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Data yang diperoleh dari studi pustaka ini merupakan data skunder yang mendukung data primer.
30 2. Penelitian lapangan (Field Research) Adalah penelitian yang dilakukan dengan secara langsung meninjau perusahaan yang akan diteliti untuk mendapatkan atau memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini. a. Wawancara : Dalam hal ini dilakukan dengan memperoleh data secara langsung dengan jalan mengadakan wawancara dan konsultasi secara langsung dengan pihak pimpinan dan karyawan mengenai hal yang relevan dengan apa yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. b. Survey/Observasi Merupakan suatu cara untuk memperoleh data secara langsung pada perusahaan dengan memperoleh gambaran yang jelas dan tepat mengenai keadaan dan kegiatan pada perusahaan tersebut. 2.9.2 Teknik Analisis Data Menurut Rangkuti, Freddy (2005, p27), untuk menganalisis data yang akan diteliti, digunakan metode kuantitatif, dengan rumus sebagai berikut :
•
Q
=
2 . D . Cs __ Cc
Dimana : Cs = Biaya pemesanan (ordering cost) Cc = Biaya penyimpanan (Carrying cost) per unit per tahun D = Jumlah permintaan per tahun Q = Optimum Order size (yang akan dicari)
31 •
ROP = Kebutuhan per hari X Tenggang waktu
•
Biaya pemesanan Tahunan : =
Permintaan tahunan__
X Biaya pemesanan setiap pesanan
Jumlah barang setiap pemesanan = ___D__ . Cs Q •
Biaya penyimpanan tahunan : = __ Jumlah Pesanan__ X Biaya penyimpanan per unit per tahun 2 =
_Q_ . Cc 2
•
TC =_ D_ . Cs + _Q_ . Cc Q 2
2.9.3 Kelemahan Teknik Analisis Data Kelemahan dari teknik analsis data EOQ yaitu, dalam menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis tidak bisa dikatakan selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Selain itu juga dapat terjadi kesalahan pada pengelompokan biaya, kelalaian dalam pencatatan biaya, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam penelitian dilakukan dengan semaksimal mungkin untuk dapat mengelompokan dan menganalisa biaya dengan tepat.