BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Knowledge Management 2.1.1 Informasi dan Knowledge Dalkir (2011, p09) berpendapat bahwa, informasi adalah konten yang mewakili data yang sedang atau sudah dianalisis. Dalkir (2011, p468), juga menjabarkan bahwa knowledge adalah informasi subjektif dan berharga yang telah divalidasi, disusun menjadi sebuah model, dan digunakan untuk memahami dunia disekitar kita, yang biasanya berasal dari akumulasi pengalaman, penggabungan persepsi, keyakinan, dan nilai-nilai yang ada. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah sebuah bagian dari knowledge. Artinya adalah, kumpulan informasi yang telah dikelola sehingga mempunyai suatu nilai lebih bagi seseorang itulah yang disebut dengan knowledge.
2.1.2 Pengertian Knowledge Management Dalkir (2011, p04) menjelaskan bahwa, knowledge management adalah koordinasi yang disengaja dan sistematis dari orang-orang dalam organisasi, teknologi, proses, dan struktur organisasi dalam rangka untuk menambah nilai melalui inovasi dan penggunaan kembali. Dalkir (2011, p04) menambahkan, hal tersebut dapat dicapai melalui sebuah kegiatan promosi untuk menciptakan, berbagi, dan menerapkan pengetahuan serta melalui pemberian pelajaran berharga yang dipetik dan praktik terbaik ke memori perusahaan dalam rangka mendorong pembelajaran organisasi secara terus-menerus. Secara sederhana Brizga dan Geraghty (2011, p09), menyatakan bahwa KM didefinisikan sebagai mendapatkan informasi yang tepat kepada orang yang tepat dan pada waktu yang tepat. Membantu orang menciptakan pengetahuan, berbagi dan bertindak berdasarkan informasi. Mengutip Stankosky dalam buku karangan Dalkir (2011, p05), dari sudut pandang knowledge asset, KM terdiri dari meningkatkan aset intelektual untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa KM adalah kemampuan organisasi baik secara manajemen sistematik maupun secara eksplisit dalam mengatur, mengelola, dan menggunakan kumpulan pengetahuan vitalnya untuk menciptakan faktor – faktor produktif dari pengetahuan yang mereka miliki. Faktor 7
8 tersebut dapat dimanfaatkan melalui penggunaan dari semua metode, peralatan dan teknologi yang ada di dalam organisasi maupun dari luar organisasi. Sehingga kinerja organisasi dapat lebih optimal dan bisa lebih mudah dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
2.1.3 Klasifikasi Knowledge Menurut Wilde (2011), terdapat beberapa klasifikasi untuk knowledge. Beberapa di antaranya adalah : a) Internal dan External Knowledge Wilde (2011, p20) menjelaskan bahwa, internal knowledge berasal dari sumber-sumber informasi dalam sebuah organisasi, misalnya electronic data processing (EDP) spesialis. Sebaliknya, external knowledge tersedia dari luar, misalnya internet atau dari ahli perusahaan lain sehingga butuh untuk di peroleh oleh organisasi. Akuisisi knowledge yang berasal dari sumber external akan menguntungkan perusahaan karena tidak ada kebutuhan jangka panjang dalam perusahaan dan proses yang panjang dalam pengembangan knowledge. Menurut Wilde (2011, p20), terdapat banyak kasus dimana penggunaan sumber-sumber external knowledge sangat diharuskan. Karena pada saat ini belum memungkinkan bagi siapapun untuk memiliki semua knowledge dan skill yang di perlukan. Dengan adanya kebutuhan knowledge yang semakin besar dan melaju pesat maka jumlah sumber informasi juga akan terus ikut meningkat. Fakta-fakta tersebut tidak memungkinkan bagi individu untuk tetap up-to-date tentang segala sesuatu secara terus - menerus. Pada akhirnya, internal knowledge suatu perusahaan memang dapat secara langsung diimplementasikan dan digunakan ketika external knowledge tidak secara langsung tersedia, namun hal ini akan berakibat adanya biaya yang tinggi. b) Theoritical dan Practical Knowledge Wilde (2011, p20) menjelaskan bahwa, knowledge juga dapat dibagi menjadi theoretical knowledge dan pratical knowledge. Theoritical knowledge terdiri dari internal dan external dari perusahaan yang bersangkutan yang terkait oleh fakta dan proses. Hal ini dapat disebut juga sebagai responden factual knowledge / “know-that” atau sebagai jenis knowledge yang mudah di masukkan kedalam kata-kata.
9 Wilde (2011, p21) menambahkan dalam bukunya, pratical knowledge sulit untuk
diverbalisasi
dan
divisualisasikan.
pratical
knowledge
meliputi
kemampuan dan skill yang juga dikenal sebagai sebuah pengaplikasian dari knowledge atau “know-how”. Theoritical knowledge membentuk dasar dari sebuah komunikasi knowledge di antara individu. Pratical knowledge didapat dari melaksanakan kegiatan dan tugas (learning by doing) setelah mengetahui dan memahami theoretical knowledge, kemudian menggabungkan pengalaman baik yang sudah ada maupun yang baru dengan sebuah tindakan. Lanjut Wilde (2011, p21), practical knowledge dapat dibagi menjadi dua aspek utama. Salah satunya adalah skill yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu. Aspek yang kedua berkaitan dengan hubungan antara karyawan dengan tugas mereka. Sebaliknya, theoritical knowledge merupakan sebuah karakter intelektual dan deskriptif dan termasuk teori, metode, dan fakta-fakta yang dibutuhkan untuk mengetahui tentang pekerjaan. c) Tacit dan Explicit Knowledge Mohannak (2011, p04) mengemukakan dalam paper berjudul “Diversity in Managing Knowledge: A Cultural Approach”, tacit knowledge lebih terkait dengan praktek dan explicit knowledge lebih terkait dengan teori. Tacit knowledge adalah knowledge yang sulit untuk diungkapkan dalam kata-kata dan juga sulit untuk diungkapkan dalam bentuk tertulis. Sebaliknya explicit knowledge adalah knowledge yang mudah untuk diungkapkan dalam kata – kata dan juga dalam bentuk tertulis.
Tabel 2.1 Perbedaan Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge Tacit Knowledge
Explicit Knowledge
Kemampuan untuk beradaptasi,
Kemampuan untuk
untuk menghadapi situasi baru
menyebarkan, mereproduksi,
dan situasi yang terkecuali.
mengakses dan mendaftar ulang seluruh organisasi.
Keahlian, knowledge, tahu-
Kemapuan untuk mengajar dan
bagaimana, tahu-mengapa, dan
melatih.
perawatan.
10 Kemampuan untuk
Kemampuan untuk mengatur,
berkolaborasi, berbagi visi,
melakukan sistematisasi,
untuk mengirimkan budaya.
menerjemahkan visi ke dalam pernyataan misi, menjadi pedoman operasional.
Melatih dan me-mentoring
Mentransfer knowledge melalui
untuk mentransfer knowledge
produk, layanan dan proses
experiental atas dasar satu-ke-
terdokumentasi.
satu, basis face-to-face.
d) Individual dan Collective Knowledge Menurut Wilde (2011, p21),
individual
knowledge
merupakan
knowledge yang dimiliki oleh setiap karyawan dalam sebuah perusahaan. Hal ini hadir terutama dalam bentuk implicit, yaitu pada dasarnya ada di dalam kepala seseorang. Collective knowledge secara kontras terjadi melalui komunikasi dan interaksi diantara karyawan. Collective knowledge didasarkan pada normanorma, aturan atau struktur yang berlaku dalam perusahaan, sering disebut juga sebagai “Organizational Knowledge”. Di satu sisi penting bagi sebuah organisasi untuk mentransfer individual knowledge menjadi collective knowledge melalui kerja sama dengan satu operator knowledge. Di sisi yang lain, penting juga untuk mengkonversi collective knowledge ke dalam individual knowledge, sehingga memungkinkan untuk mendirikan sebuah knowledge yang berbasis organizational knowledge. Basis sebuah organizational knowledge telah didefinisikan oleh Probst sebagai berikut : sebuah basis organizational knowledge terdiri dari ketersediaan individual dan collective knowledge yang dimana dapat diakses untuk sebuah organisasi dalam rangka menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu, juga termasuk data dan informasi persediaan individual dan collective knowledge yang di bangun, seperti yang dicantumkan pada buku karangan Wilde (2011,p21)
2.1.4 Knowledge Taxonomy Menurut Dalkir (2011, p124), knowledge taxonomies memungkinkan pengetahuan untuk diwakili secara grafis sedemikian rupa yang mencerminkan
11 konsep logis dari organisasi dalam bidang keahlian tertentu atau organisasi pada umumnya. Dalkir menambahkan (2011, p125), taksonomi adalah sistem klasifikasi dasar yang memungkinkan kita untuk menggambarkan konsep-konsep dan dependensinya, biasanya dalam mode hirarkis. Semakin tinggi konsep ditempatkan, semakin umum atau generik konsep ini. Semakin rendah konsep ditempatkan, semakin spesifik contoh itu adalah tingkat kategori yang lebih tinggi. Dalkir (2011, p126) juga menjelaskan bahwa, taksonomi adalah suatu skema klasifikasi kelompok yang saling terkait bersama-sama, sering dinamai sebagai suatu jenis konsep hubungan kepada satu sama lain dan memberikan pengertian tentang kategori secara umum dibandingkan contoh atau kasus khusus.
2.1.5 Knowledge Management System Ganesan, Edmonds, and Spector (2001); Greif (1988); Kling (1991) pada Dalkir (2011,p207) mendefinisikan bahwa Knowledge Management System adalah sebuah alat yang ditujukan untuk mendukung knowledge management dan mengelola seluruh pengetahuan dalam suatu organisasi sebagai aset intelektual perusahaan. KMS dibentuk dari alat manajemen informasi yang di-integrasikan dengan berbagai aspek computer yang didukung oleh lingkungan kerja yang kolaboratif. Sebuah KMS memiliki karakteristik kunci untuk menjadi pendukung bagi hal – hal berikut : a)
Komunikasi antara berbagai user.
b) Koordinasi kegiatan dari para pengguna KMS. c)
Kolaborasi dengan kelompok pengguna dalam proses penciptaan, modifikasi, dan penyebaran produk-produk.
d) Mengkontrol pemrosesan untuk memastikan integritas dan untuk melacak kemajuan suatu proyek.
Menurut Marshall dan Rosset (2000) dalam buku Dalkir (2011, p207), sistem yang mendukung sebuah KM menyediakan fungsi – fungsi spesifik yang berhubungan dengan komunikasi (e-mail dan forum diskusi), koordinasi (kalender dan daftar tugas yang bisa di-share), kolaborasi (artifact yang dapat dibagikan serta ruang kerja) dan kontrol (audit internal dan automatic version control). Usercentered KMS memiliki kontribusi terhadap budaya berbagi organisasi dengan
12 memberikan rasa kepemilikan bagi pengguna dalam komunitas dan mendukung adanya timbal balik antara pengguna. Edmonds dan Pusch yang dikutip dalam Dalkir (2011, p207), juga mengatakan bahwa KMS mempeeluas perspektif karyawan sebagai knowledge workers dengan cara menyediakan sarana untuk membuat knowledge dan secara aktif memberikan kontribusi untuk organisasi. KMS menyediakan dukungan dalam banyak fungsi informasi, seperti : a) Memperoleh, mengindeks, menangkap, mengarsip informasi. b) Menemukan dan mengakses. c) Membuat dan mencatat d) Menggabungkan, menyusun dan memodifikasi. e) Penelusuran.
2.1.6 Yellow pages Dalkir (2011, p465) mendefinisikan yellow pages sebagai sebuah sistem yang mendeteksi, menemukan dan mengelola sumber daya pengetahuan mengenai orang didalam organisasi. Yellow pages menyediakan direktori mengenai keahlian orang dalam organisasi sebagai subject matter experts. Direktori keahlian ada sebagai bagian dari knowledge management software environment, menjadi sumber daya yang bisa diambil kapan saja oleh semua orang didalam organisasi dengan berbasis sistem computer.
13 Tabel 2.2 Contoh dari Yellow Pages Directories
Libraries
Discussion Area
Support
o Products
o Best practices
o Discussion
o Glosary of terms
o Projects
library
themes
o Frequently asked
o External
o Lessons Learned o Project
Suppliers
o Stories
Manajement
o Publishing
o Training
o Risk
Companies
Modules
Manajement
Function
Geographic area
Business area
Expertise
o Vice president
o Northeast
o Sales
o Content
o Director
o West coast
o Operations
management
o Line manager
o Midwest
o Distribution
o Electronic
o Operator
o South
o Finance
production
questions
o Network of experts Network of experts
o Knowledge management o Publishing management Expertise o Content management Jane Dennys
Head Office
555 434-4564
Will Jameson
Regional Office 6
555 212-3212
o Electronic production Jan Zariski
Regional Office 6
555 212-3233
Sarah Marxman
Regional Office 6
555 212-3232
Sumber : Dalkir (2011, p153)
2.1.7 Wiki Dalkir (2011, p476) mendefinisikan wiki sebagai sebuah istilah bagi sebuah website atau hypertext document collection yang memberikan pengguna kemampuan
14 untuk menambahkan konten, sebagai sebuah internet forum, tetapi juga memberikan kebebasan bagi user lain untuk mengedit konten yang sudah ada tersebut. Dalkir (2011, p476) menambahkan bahwa, istilah wiki berasal dari bahasa hawaii yang berarti cepat atau sangat cepat. Istilah wiki juga bisa mengacu kepada sebuah perangkat lunak kolaboratif yang digunakan untuk menciptakan / membuat sebuah website yang memiliki konsep open-editing oleh multi-user Menurut Wei-Tsong dan Zu-Hao (2011) dalam jurnal yang berjudul “Perancangan knowledge management system pada IT Bina Nusantara menggunakan blog, wiki, forum, dan document (2014)”. Wiki adalah aplikasi hypertext berbasis web yang memfasilitasi untuk menyunting secara berkolaborasi dan didukung oleh mekanisme yang memantau setiap perubahan dan kontribusi yang dibuat pada tiap bagian yang disunting. Banyak komunitas virtual yang telah menggunakan aplikasi wiki karena keuntungannya yang berkaitan dengan knowledge creation, berbagi, menyebarkan dan mengumpulkan knowledge. Wiki memiliki tiga karakteristik utama. Karakteristik pertama adalah open editing, yang memungkinkan pengguna secara bebas untuk menyunting konten halaman. Karakteristik kedua dari wiki adalah mengontrol perubahan dan keamanan, yang mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan dan melacak setiap perubahan yang terjadi dan versi konten yang terdapat pada wiki, serta kemampuan administrator wiki untuk memilih pengaturan privasi yang berbeda dalam menentukan siapa yang berhak melihat dan menyunting konten wiki untuk memastikan kualitas wiki tersebut. Karakteristik terakhir adalah knowledge structuring, menghubungkan dan membuat halaman dimana mengacu pada kemampuan untuk mengelompokkan halaman pada wiki yang memuat berbagai jenis konten ke dalam berbagai kategori berdasarkan kemiripan dan kemampuan yang mengizinkan pengguna untuk menghubungkan satu halaman wiki dengan halaman wiki lainnya ataupun halaman wiki dengan halaman di luar wiki. Para penemu sering melaporkan pengaruh positif dari penggunaan aplikasi wiki untuk memfasilitasi aktivitas knowledge management.
2.1.8 Forum Diskusi Rosen(2009,p224) mendefinisikan bahwa Forum adalah sebuah aplikasi web yang digunakan untuk mengadakan sebuah diskusi antara user dan sebuah tempat mem-posting konten yang berasal dari user yang menggunakan forum tersebut.
15 Dan juga Menurut Wei-Tsong dan Zu-Hao (2011) dalam jurnal yang berjudul “Perancangan knowledge management system pada IT Bina Nusantara menggunakan blog, wiki, forum, dan document (2014)”. Wiki adalah aplikasi hypertext berbasis web yang memfasilitasi untuk menyunting secara berkolaborasi dan didukung oleh mekanisme yang memantau setiap perubahan dan kontribusi yang dibuat pada tiap bagian yang disunting. Banyak komunitas virtual yang telah menggunakan aplikasi wiki karena keuntungannya yang berkaitan dengan knowledge creation, berbagi, menyebarkan dan mengumpulkan knowledge. Wiki memiliki tiga karakteristik utama. Karakteristik pertama adalah open editing, yang memungkinkan pengguna secara bebas untuk menyunting konten halaman. Karakteristik kedua dari wiki adalah mengontrol perubahan dan keamanan, yang mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan dan melacak setiap perubahan yang terjadi dan versi konten yang terdapat pada wiki, serta kemampuan administrator wiki untuk memilih pengaturan privasi yang berbeda dalam menentukan siapa yang berhak melihat dan menyunting konten wiki untuk memastikan kualitas wiki tersebut. Karakteristik terakhir adalah knowledge structuring, menghubungkan dan membuat halaman dimana mengacu pada kemampuan untuk mengelompokkan halaman pada wiki yang memuat berbagai jenis konten ke dalam berbagai kategori berdasarkan kemiripan dan kemampuan yang mengizinkan pengguna untuk menghubungkan satu halaman wiki dengan halaman wiki lainnya ataupun halaman wiki dengan halaman di luar wiki. Para penemu sering melaporkan pengaruh positif dari penggunaan aplikasi wiki untuk memfasilitasi aktivitas knowledge management.
2.1.9 Document Management System Simonds, (2008, p.22) dalam jurnal Iskandar, Tony, Phankova dan Agustino (2014), menjelaskan bahwa Document Management System (DMS) merupakan repository yang digunakan untuk menyimpan, mengatur dan melacak dokumen. Keuntungan dari document management adalah pengurangan redudansi dokumen pada sistem. Document management adalah key enabler dalam proses knowledge management (KM). KM berfokus dalam mengumpulkan, menyimpan dan membagikan informasi. Penggunaan DMS sangat berperan penting dalam memastikan bahwa informasi itu tersedia.
16 2.2 Socialization Externalization Combination Internalization (SECI) Model Wilde (2011, p23) menuliskan dalam bukunya bahwa, model yang dikemukakan oleh Nonaka/Takeuchi ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana menghasilkan dan mendistribusikan knowledge dalam perusahaan. Model ini terdiri dari dimensi epistemologis dan dimensi ontologis sebagai dua elemen utama. Menurut Wilde (2011, p23), Epistemologis merupakan pembelajaran tentang knowledge yang menggambarkan berbagai jenis knowledge (tacit dan explicit) dan dibagi menjadi empat proses utama pertukaran knowledge. Keempat mode dari konversi knowledge diantaranya adalah socialization (dari tacit ke tacit), externalization (dari tacit ke explicit), combination (dari explicit ke explicit) dan internalization (dari explicit ke tacit). Adapun penggambaran seperti di bawah.
Gambar 2.1 SECI Model Sumber : Dalkir (2011, p57)
Wilde (2011, p24) menjelaskan masing-masing mode konversi knowledge seperti di bawah ini : 1) Socialization : terjadi ketika dua individu saling bertukar tacit knowledge faceto face. Socialization berkaitan dengan berbagi, menyebarkan, belajar dan mentransfer pengetahuan antar berbagai aktor, koordinator dan pengambil keputusan. Tanpa berbagi melalui komunitas tindakan seperti ini, pengetahuan kehilangan dimensi sosial dan menjadi tidak efektif. Melalui komunitas intradan antar-perusahaan, pasar, pameran dan inkubator, kita menghubungkan para ahli dengan siswa, pelanggan dengan spesialis, dan karyawan dengan manajemen untuk tujuan belajar melalui Misalnya, praktik, pelatihan, instruksi dan percakapan. Pembelajaran organisasi dapat muncul dan menjadi efektif
17 hanya melalui sosialisasi pengetahuan. Contoh : dialog personal atau konferensi, tetapi juga pertukaran pengalaman melalui observasi atau imitasi. 2) Hanya melalui externalization, knowledge dapat di kembangkan dan dibuat tersedia untuk seluruh perusahaan (contoh melalui dokumentasi). Ini merupakan pengembangan knowledge yang paling penting. Tacit knowledge diadaptasi dari bentuk konsep dan hipotesis. Externalization dirancang untuk menggambarkan, merekam, dan melestarikan pengetahuan yang efektif dan pengalaman dalam bentuk simbolis yang telah diperoleh, diuji dan terbukti. 3) Combination merupakan pengabungan dari explicit knowledge yang ada untuk di kembangkan menjadi explicit knowledge yang baru. Ini merupakan bentuk pertukaran knowledge yang didukung seluruh dokumen, PC, network dan peralatan komunikasi. 4) Internalization merupakan proses pembelajaran yang dikaitkan dengan “learning by doing”. Pembentukan dari pendapat sendiri merupakan contoh dari internalization. Explicit Knowledge menjadi bagian dari suatu knowledge individu yang dasar serta merupakan suatu aset bagi suatu perusahaan. Ini merupakan suatu operationalization dari knowledge.
2.3 The Inukshuk – Canadian KM Model Cranfield (2011, p66) menjelaskan bahwa, model Inukshuk berasal dari The Knowledge Torii, penelitian yang ditemukan oleh Profesor John Girard. Model Inukshuk adalah model yang menghadirkan lima unsur (Technology, Leadership, Culture, Measurement, and Process) sebagai key enabler dari KM. Menurut Cranfield (2011, p66), orang Jepang biasanya membangun Torii dengan dua bar vertikal didukung oleh dua atau tiga bar horisontal, dan bagian utama dari integritas struktur ini adalah bar horisontal terendah atau disebut juga Nuki. Bar proses dalam model ini adalah Nuki, yang didasarkan pada Model SECI milik Nonaka dan Takeuchi berupa Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization. Cranfield (2011, p66) juga manambahkan bahwa, bar tertinggi tidak terlalu penting terhadap integritas tetapi memainkan peranan yang penting. Model ini dianggap sebagai alat yang berguna dalam menyampaikan KM. Namun, simbol Torii tidak beresonansi dengan baik dengan pengguna, dan karenanya, sebuah simbol yang
18 berbeda untuk model itu dicari. Yang berarti adalah model ini adalah sebuah pengembangan lebih lanjut dari SECI model yang ada.
Gambar 2.2 : Model Inukshuk Sumber : Cranfield (2011, p66) 2.4 Knowledge Taxonomy Dalkir (2011, p.124), menjelaskan bahwa knowledge taxonomy dianggap sebagai bentuk bangunan dari suatu pengetahuan dan keahlian. Setelah berbagai pengetahuan dan keahlian tersebut diidentifikasi dan ditangkap, mereka dapat diatur dalam hierarki yang disebut dengan structural knowledge taxonomy. Dalkir (2011, p.125), menambahkan Taxonomy merupakan sistem aplikasi dasar yang memungkinkan pengetahuan tersebut untuk dipaparkan melalui konsep-konsep ke dalam bentuk model Hierarchical. Konsep penting yang menggaris bawahi taksonomi adalah gagasan tentang turunan. Itu berarti bahwa setiap node merupakan suatu sub kelompok dari kelas di atasnya, yang di artikan bahwa simpul yang lebih tinggi akan di pindahkan dari kelas induk ke anak. Sebuah taxonomy adalah suatu skema klasifikasi terhadap kelompok yang saling terkait bersama-sama, sering dinamai sebagai suatu jenis konsep yang memiliki hubungan satu sama lain dan menyediakan beberapa gagasan tentang kategori secara umum dibandingkan contoh atau kasus khusus. Skema klasifikasi dapat sangat bersifat pribadi, seperti contoh penamaan pada sebuah folder pribadi yaitu email atau komputer (Dalkir, 2011, p.126).
19
Gambar 2.3 Example of Knowledge Taxonomy Sumber : Dalkir (2011, p.125)
2.5 House of Quality Method Dalkir (2011, p354) dalam bukunya menuliskan bahwa, metode ini pada awalnya dikembangkan untuk menunjukkan koneksi antara true quality, quality characteristics, dan
process characteristics. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan fishbone diagram, seperti yang ada pada diagram dibawah ini
20
Gambar 2.4 : High Level House of Quality Matrix Sumber : Dalkir (2011, p354)
Metode house of quality seperti yang terdapat pada gambar diatas menggambarkan bahwa kualitas sebenarnya terdapat di bagian “heads” dari fishbone dan kualitas , karakteristik proses terdapat pada bagian “bones”. Pada tahun 1988, Hauser dan Clausing mengembangkan evolution matrix yang bertujuan untuk mengukur bagaimana kebutuhan pelanggan terkait dengan proses bisnis dan keputusan internal yang terdapat dalam sebuah organisasi Teknik ini juga disebut dengan quality function deployment karena teknik ini menghubungkan apa yang dibutuhkan pelanggan dengan pemasaran, desain, pengembangan, teknik, manufaktur, dan fungsi servis. Teknik ini juga bisa digunakan untuk mengukur pelayanan atau produk yang berupa jasa dan juga software. Teknik ini berkonsentrasi pada memaksimalkan kepuasan pelanggan dalam kualitas, yang diukur dengan matriks dan memiliki fokus pada penilaian dengan mencari kebutuhan baik yang tertulis maupun tidak, kemudian menerjemahkan hal tersebut menjadi target desain yang kemudian dikomunikasikan ke seluruh organisasi. Hal tersebut memungkinkan pelanggan untuk memprioritaskan kebutuhan mereka dan memberitahu kita dengan cara melakukan perbandingan dengan pesaing yang kita miliki. Kemudian mengarahkan perusahaan untuk mengoptimalkan fitur – fitur yang dapat memberikan keunggulan kompetitif terbesar.
21 Matriks yang berguna terdaftar pada “top of the house” yang ada di tengah – tengah matriks, dimana kita dapat melihat tingkat kolerasi antara matriks yang ada dengan hasil kinerja, yang hasilnya dapat berupa korelasi numerik atau tipe nilai rendah-sedang-tinggi. Dengan menganalisis korelasi ini, kita dapat memperbesar pada aspek –aspek KM yang lebih cenderung berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan dan dengan demikian akan memberikan kontribusi dengan lebih seginifikan kepada kemajuan yang dicapai demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi dari QFD / house of quality terdiri dari 3 tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan. Ketiga tahapan tersebut adalah (Lou Cohen, 1995):
1. Tahap pengumpulan suara konsumen (Voice of Customer/VOC) Prosedur umum dalam pengumpulan suara konsumen adalah: a. Menentukan atribut-atribut yang dipentingkan konsumen (berupa data kualitatif) dan data ini biasanya diperoleh dari wawancara dan observasi terhadap konsumen. b. Mengukur tingkat kepentingan dari atribut-atribut. Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut.
2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality/HOQ) Matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of costumer secara langsung terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau
jasa
yang
dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisi relatif produk yang ada di pasaran yang merupakan kompetitor. Berikut ini adalah struktur matrik pada HOQ:
22
Gambar 2.5 House of Quality Sumber : Cohen (1995, p12)
• Bagian A. Matriks kebutuhan pelanggan/customer requirements Matriks ini berisi daftar kebutuhan pelanggan secara terstruktur yang langsung diterjemahkan dari kata-kata pelanggan, sering disebut juga voice of customers Langkah-langkah mendapatkan voice of customers: 1. Mendapatkan suara pelanggan melalui wawancara, kuisioner terbuka, komplain pelanggan. 2. Sortir Voice of Customer ke dalam beberapa kategori (need/benefit, dimensi kualitas, dll) 3. Masukkan ke dalam matriks kebutuhan pelanggan.
• Bagian B. Matriks perencanaan/planning matrix Menurut Cohen, 1995 menjelakan bahwa matriks perencanaan merupakan alat yang dapat membantu tim pengembangan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan. Matriks ini mencatat seberapa penting masing-masing kebutuhan atau keuntungan dari produk atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berdasarkan interpretasi tim pengembang dan data hasil penelitian. Kondisi ini mempengaruhi keseimbangan antara prioritas perusahaan dan prioritas pelanggan. Adapun bagianbagian dari Matriks Perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kepentingan pelanggan (Important to Customer) Kolom tingkat kepentingan pelanggan merupakan tempat dimana hasil
23 pengambilan data mengenai seberapa penting yang suatu atribut kebutuhan. 2. Tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance) Tingkat kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan mengenai seberapa baik suatu produk atau layanan yang ada saat ini dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. 3. Tingkat
kepuasan
pelanggan
pesaing
(Competitive
Satisfaction Performance) Tingkat kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan mengenai seberapa baik suatu produk atau layanan kompetitor dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. 4. Goal Goal merupakan target kepuasan pelanggan yang ingin dicapai oleh perusahaan berdasarkan kondisi tingkat kepuasan sebenarnya. 5. Improvement ratio Kombinasi dari Customer Satisfaction Performance dan Goal menghasilkan sebuah niali yang disebut Improvement ratio. Improvement ratio merupakan perkalian faktor Goal dan tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance).
6. Sales point Sales point adalah daya jual yang dimiliki oleh sebuah produk berdasarkan seberapa baik kebutuhan pelanggan terpenuhi. Sales point mempunyai nilai dari salah satu diantara tiga nilai berikut: 1.0, 1.2, dan 1.5. Arti dari ketiga nilai tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Sales point
Sumber : Cohen (1995, p112)
24 7. Raw weight Kolom Raw weight berisi nilai dari data dan keputusan yang diambil dari kolom-kolom bagian matriks perencanaan sebelumnya. Nilai raw weight adalah sebagai berikut: Raw weight = (important to customer)x(improvement ratio)x(sales point) 8. Normalized raw weight Normalized raw weight merupakan presentase nilai raw weigh dari masing masing atribut kebutuhan • Bagian C. Matriks karakteristik teknis/Substitute Quality Characteristic (SQC) Matriks dimana
ini
perusahaan
memuat
karakteristik
melakukan
penerapan
teknis
yang
metode
merupakan
yang
mungkin
bagian untuk
direalisasikan dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam technical response, perusahaan mentranslasikan kebutuhan konsumen menjadi substitute quality characteristics. Perlu ditentukan arah peningkatan atau target terbaik yang dapat dicapai, yaitu: 1. ↑ semakin besar nilainya, semakin baik 2. ↓ semakin kecil nilainya, semakin baik 3. ○ nilai target yang ditentukan adalah yang terbaik • Bagian D. Matriks hubungan/relationship Matriks ini menentukan hubungan antara VOC dengan SQC dan kemudian menerjemahkannya menjadi suatu nilai yang menyatakan kekuatan hubungan tersebut (impact). Dari hubungan ini ada 4 kemungkinan yang terjadi, yaitu :
Tabel 2.4 Simbol dan nilai matrik interaksi
Sumber : Cohen (1995, p141)
25 • Bagian E. Matriks korelasi karakteristik teknis/technical correlation Matriks ini menggambarkan peta saling ketergantungan (independancy) dan saling berhubungan (interrelationship) antara SQC. Ada 5 tingkat pengaruh teknis pada bagian ini, yaitu :
Tabel 2.5 Simbol interaksi parameter teknis
Sumber : Cohen (1995, p156) •Bagian F. Matriks teknis Matriks ini berisi tiga jenis informasi, yaitu : 1. Kontribusi karakteristik teknis kepada performansi produk atau jasa secara keseluruhan.Kontribusi
ini
didapat
dengan
mengurutkan
peringkat
karakteristik teknis, berdasarkan bobot kepentingan dan kebutuhan pelanggan pada bagian B serta hubungan antara karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan pada bagian D. 2.. Technical benchmark yang menguraikan informasi pengetahuan mengenai keunggulan karakteristik pesaing. Dilakukan dengan membandingkan masingmasing SQC. 3. Target untuk SQC diekspresikan sebagai ukuran performansi fungsi dari SQC, yang selanjutnya akan menjadi target aktivitas pengembangan. 4. Tahap analisa dan implementasi Merupakan analisa dari seluruh tahapan diatas
2.6 Infosys Knowledge Management Maturity Model Dalkir (2011, p240) menjelaskan bahwa, model yang digunakan untuk menentukan tingkat maturity dari KM ini berhubungan erat dengan kegiatan KM yang terdapat pada level organisasional, grup, maupun individual. Model ini
26 memiliki lima tingkatan dalam menilai kematangan KM yang terdapat dalam perusahaan yaitu : 1. Default Pada tahapan ini organisasi masih bergantung secara penuh terhadap skill dan ability yang dimiliki oleh para anggotanya secara individual saja 2. Reactive Pada tahapan ini organisasi sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang merupakan kegiatan dasar bisnis secara berulang dan sudah mulai mengetahui bahwa knowledge adalah sebuah aset. 3. Aware Pada tahapan ini perusahaan sudah mulai menggunakan data untuk mengambil keputusan dan juga internal expertise meskipun masih terbatas. Pada tahapan ini pula berarti perusahaan sudah bisa mengatur dengan baik virtual teams yang terdapat di dalam perusahaan. Kerana pada tahapan ini perusahaan mulai mengedukasi karyawan dalam KM dan sudah memiliki KM portal. 4. Convinced Pada tahapan ini perusahaan sudah memilki struktur dan infrastruktur KM yang baik sehingga kegiatan KM mulai banyak digunakan dan berpengaruh banyak pada kegiatan bisnis yang ada yang berdampak pada peningkatan kinerja melalui knowledge sharing dan adanya kemampuan untuk mengukur internal dan external expertise dari sumber yang ada, juga adanya kemampuan untuk menebak dan merespon secara proaktif perubahan yang terdapat pada lingkungan bisnis dan teknologi. 5. Sharing Pada tahapan ini KM yang terdapat pada perusahaan sudah sangat baik secara infrastruktur, penggunaan dan implementasi sehingga semua expertise, knowledge, dan informasi juga inovasi yang ada dalam perusahaan bisa terintergrasi dengan baik.
2.7 Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2014), ada tiga jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini: 1.
Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
27 dijawab. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2014, p.142). 2.
Wawancara tidak terstruktur adalah teknik pengumpulan data, bila peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data (Sugiyono, 2014, p.140).
3.
Survei adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yang tidak sebatas pada orang, tetapi objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2014, p.145).
2.8 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.8.1 Analisis Sistem Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5) mendefinisikan analisis sistem sebagai sebuah proses memahami dan menentukan secara rinci apa yang harus dicapai oleh sistem informasi. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5), system analist adalah seorang profesional dalam bisnis yang menggunakan teknik analisis dan desain untuk memecahkan masalah bisnis dengan menggunakan teknologi informasi. Lanjut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5), mengatakan bahwa selama proses analisis fokusnya adalah pada pemahaman apa saja yang harus dilakukan oleh sistem. Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5), menambahkan, selama analisis, pertama-tama system analist akan mengidentifikasi lingkup masalah sebelum system analist mencoba untuk memahami detail. System analist kemudian membuat dokumen-dokumen dan model-model.
2.8.2 Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5), perancangan sistem adalah proses menentukan secara rinci seberapa banyak komponen dari sistem informasi yang harus secara fisik diimplementasikan. Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5) mejelaskan juga bahwa, perancangan berorientasi terhadap solusi. Dengan kata lain, menentukan bagaimana sistem akan dibangun dan komponen struktural apa saja yang ada pada sistem yang baru.
28 Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5) menambahkan, system analist menggunakan informasi yang dia kumpulkan selama analisis, persyaratan model, dan kemudian mengkonversi informasi menjadi sebuah model yang mewakili solusi sistem.Lanjut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p5), definisi asli dari desain termasuk diantaranya menjelaskan, pengorganisasian, dan penataan solusi sistem.
2.9 Object Oriented Analysis (OOA) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p241), object oriented analysis adalah objek yang melakukan pekerjaan dan menentukan apa yang diinginkan pengguna (disebut penggunaan kasus) yang berfungsi untuk menyelesaikan tugastugas. tujuan dasar dari definisi requirements adalah pemahaman-pemahaman kebutuhan pengguna, memahami bagaimana proses bisnis yang dilakukan, dan memahami bagaimana sistem akan digunakan untuk mendukung proses-proses bisnis. Pengembang sistem menggunakan satu set alat dan teknik untuk menemukan dan memahami requirements untuk sistem baru. Kegiatan ini merupakan bagian penting dari analisis sistem kegiatan siklus hidup pengembangan sistem. Dalam objectoriented development, serangkaian kegiatan analisis lebih khusus disebut sebagai object-oriented analysis (OOA)
2.10 Unified Modeling Language (UML) Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p46) mendefinisikan Unified Modeling Language (UML) sebagai sebuah standar bahasa pemodelan berorientasi obejectoriented dalam industri yang telah diterimasecara umum. Standar dari bahasa UML dipertahankan oleh Object Management Group (OMG). UML terbagi menjadi beberapa model diagram yang sering digunakan yaitu:
2.10.1 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p57), activity diagram adalah jenis diagram alur kerja yang menggambarkan kegiatan pengguna dan aliran sekuensial mereka.
29
Gambar 2.6 Contoh Activity Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p58)
2.10.2 Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p101), Class Diagram digunakan untuk menunjukkan kelas objek dari sistem. Notasinya berasal dari Unified Modeling Language (UML), telah menjadi standar untuk model yang digunakan dengan pengembangan sistem object-oriented.
Gambar 2.7 Komponen Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p101)
30
Gambar 2.8 Class Diagram Sederhana Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p102)
Pada umumnya Class Diagram memiliki tipe-tipe hubungan antara lain: a. Generalization / Specialization Menurut
Satzinger,
Generalization/Specialization
Jackson
dan
Burd
adalah
hirarki
yang
(2012, menyusun
p104), atau
merangkingkan class dari superclass yang lebih umum ke subclass yang lebih spesifik.
Gambar 2.9 Contoh generalization diagram Sumber Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p105)
b. Whole-Part Hierarchies Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p106), Whole-Part Hierarchies adalah hirarki dalam class diagram yang menyusun class sesuai dengan komponen yang terkait. Ada 2 tipe Whole-Part Hierarchies: i. Aggregation Aggregetion digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk asosiasi yang menentukan hubungan keseluruhan-bagian antara agregat (Whole) dan komponennya (part) di mana part bisa eksis secara terpisah.
31
Gambar 2.10 Contoh aggregation diagram Sumber Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p106)
ii. Composition Composition digunakan untuk menggambarkan Whole-Part Hierarchies yang lebih kuat, di mana parts, setelah berhubungan, tidak bisa lagi eksis secara terpisah.
Gambar 2.11 Contoh composite diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p107)
2.10. 3 State Machine Diagram State Machine Diagram menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p134) adalah sebuah diagram yang menunjukan kondisi dari sebuah objek di dalam keadaan-keadaan dan peralihan-peralihan selama masa hidupnya.
Gambar 2.12 Contoh State Machine Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p134)
32
2.10.4 Usecase Diagram Usecase Diagram menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p69) adalah diagram untuk menunjukkan peran berbagai pengguna dan bagaimana peran-peran tersebut berpengaruh terhadap sistem.
Gambar 2.13 Contoh Usecase Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p82)
2.10.5 Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p121), informasi rinci tentang setiap kasus penggunaan dalam use case diagram dijelaskan dalam Use Case Description.
Tabel 2.6 Contoh Use Case Description Use Case Name:
Mencatat tagihan
Scenario:
Bagian Keuangan mencatat tagihan
Triggering Event:
Karena adanya pemesanan Koran
Brief Description:
Bagian Keuangan mencatat tagihan
33 Actors:
Bagian Keuangan
Related Use Cases:
Includes: Mencatat pemesanan Koran
Stakeholders:
-
Preconditions:
Struk tagihan
Post Conditions:
Tagihan terbayarkan atau lunas.
Flow of Events:
Actor 1. Bagian Keuangan membuka windows
System 1.1 Display windows pembayaran.
pembayaran 2. Bagian Keuangan menginput jumlah tagihan. 3. Bagian Marketing
3.1 Save and print pada pembayaran.
mengklik save di windows pembayaran. 4. Bagian Keuangan keluar dari windows pembayaran. Exception Conditions:
1. Bagian Keuangan mencetak struk tagihan.
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p122)
2.10.6 Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012, p.101), class diagram adalah sebuah diagram yang berisi class-class(objek) dan berhubungan satu sama lain antara class yang satu dengan yang lain. Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012, p.101), Domain Model Class Diagram adalah class diagram yang hanya berisi class-class dari domain yang bermasalah.
34 Simbol dari Domain Class Diagram berbentuk persegi panjang dengan dipisah menjadi dua bagian. Bagian atas berisi nama Class, dan bagian bawah adalah bagian daftar atribut Class. Nama Class selalu diawali dengan huruf kapital, dan atribut nama selalu diawali dengan huruf kecil. Class Diagram ditarik oleh garis yang menampilkan asosiasi antar Class. Bagian dari Class diagram :
a) Asosiasi Asosiasi dalam Class Diagram adalah multiplicity. Multiplicity adalah hubungan class satu ke banyak dalam satu arah dan satu untuk satu di arah lainnya. Istilah ini biasanya disebut one to many atau one to one. b) Generalisasi / Spesialisasi Generalisasi adalah hierarki yang terstruktur atau peringkat class dari yang lebih umum (SuperClass) ke class khusus (SubClass). Generalisasi juga terkadang disebut warisan hierarki. Generalisasi didasarkan pada gagasan bahwa orang-orang mengklasifikasikan hal-hal dalam hal persamaan dan perbedaan. Generalisasi adalah penggabungan beberapa group yang memiliki tipe yang sama. Misalnya, mobil, truk, traktor yang merupakan beberapa tipe dari kendaraan bermotor. c) Whole-Part Hierarchies Whole-part hierarchies memiliki dua jenis tipe, yaitu agregasi dan komposisi. Istilah agregasi digunakan digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk asosiasi yang menentukan hubungan keseluruhan bagian antara agregat (keseluruhan) dan komponennya (bagian) di mana bagian-bagian tersebut bisa tetap eksis secara terpisah. Istilah komposisi digunakan untuk menjelaskan keseluruhan whole-part hierarchies yang lebih kuat, di mana bagian-bagian tersebut sekali terkait dan secara terpisah. Contoh class dan hubungan antar class :
35
Gambar 2.14 Class Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.101)
Gambar 2.15 Hubungan Antar Class Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.102)
Contoh class diagram dan domain class diagram :
Gambar 2.16 Class diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.243)
36
Gambar 2.17 Domain Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.103)
2.10.7 System Sequence Diagram (SSD) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p126), System Sequence Diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama use case atau skenario.
37
Gambar 2.18 Contoh System Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012 p127)
Gambar 2.19 Simbol-simbol pada Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p127) Keterangan: -
Actor : Melambangkan user yang menjalankan sistem.
-
Object : Simbol yang menggambarkan object pada sequence diagram.
-
Object Lifeline : Garis panjang putus-putus menurun yang menggambarkan sequence atau urutan eksekusi dari message.
-
Message : dibagi menjadi input dan response.
2.10.8 Data Access Layer Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p334), untuk mengembangkan First-cut sequence diagram, setiap pesan input satu per satu direview, untuk menentukan apa pesan internal lainnya dan kelas yang diperlukan untuk sepenuhnya memproses permintaan masukan. Setelah pengolahan dengan problem domain classes diketahui, data access layer, view layer dan message ditambahkan ke diagram.
38
Gambar 2.20 Contoh Data Access Layer Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010, p334)
2.10.9 Update Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p351), Pada view layer dan data access layer, class-class baru harus ditentukan. Domain layer juga memiliki beberapa class baru yang ditambahkan use case controllers.
39
Gambar 2.21 Contoh Update Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p352)
2.10.10
Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p353), Package Diagram merupakan sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas dari kelompok yang terkait. Package Diagram diilustrasikan dengan three layer design, yang meliputi view layer, domain layer, dan data access layer.
40
Gambar 2.22 Contoh Package Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p353)
2.10.11 User Interface Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012, p.189), desain user interface mendefinisikan bagaimana pengguna akan berinteraksi dengan sistem. User interface yang lebih dari sekedar layar. User interface adalah segalanya ketika user melakukan kontak saat menggunakan sistem secara konseptual, perseptual, dan fisik. Jadi, user interface bukan hanya sebuah add-on ke sistem. User Interface merupakan suatu interface ke para pemakai. Dan System Interface merupakan suatu interface untuk sistem lain. User interface terdiri dari input dan output yang melibatkan pengguna dengan sistem secara langsung. User-centered design merupakan koleksi teknik yang meletakkan pengguna di tengah-tengah proses pengembangan user interface. Ada tiga prinsip penting user-centered design, yaitu sebagai berikut: 1. Fokus awal pada pengguna dan pekerjaan mereka. 2. Evaluasi desain untuk memasikan kegunaan. 3. Gunakan pengembangan yang berulang
41 Contoh dari User Interface :
Gambar 2.23 User Interface Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.203)
2.10.12 Design Database Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.373), Database adalah
data
terintergrasi yang tersimpan, dikelola secara terpusat dan dapat dikendalikan. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.373), Database Management System adalah sistem perangkat lunak yang mengatur satu atau lebih database Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.374), Relational Database Management System adalah sebuah sistem manajemen database yang menyimpan data ke dalam table atau relasi. Langkah-langkah membuat Relational Database: 1. Membuat sebuah tabel untuk setiap jenis entitas. 2. Memilih sebuah primary key untuk setiap tabel. 3. Menambah foreign key untuk setiap tabel untuk merepresentasikan relasi one to many. 4. Membuat tabel baru yang merepresentasikan relasi many to many. 5. Menentukan batasan integritas referensial. 6. Mengevaluasi kualitas skema dan melakukan perubahan yang diperlukan. 7. Memilih tipe data yang sesuai dan pembatasan nilai (jika perlu) untuk setiap bidang.
42
Contoh dari Relational Database :
Gambar 2.24 Relational Database System Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p.376)
2.10.13 Navigation Diagram Satzinger, Jackson dan Burd (2010, p.504), mengatakan bahwa navigation diagram adalah proses mengeluarkan sebuah objek pengenal dari satu objek dan menggunakannya untuk mengakses objek lain. Navigation diagram merupakan sistem kompleks yang membutuhkan banyak model diagram untuk mendeskripsikan kebutuhan dan desain (Bennet et al, 2006, p63).
Gambar 2.25 Contoh Navigation Diagram Sumber : Bennet et al (2006, p.63)
43 2.11
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah skema pola kegiatan dan berpikir yang
menggambarkan apa saja yang dilakukan selama penelitian berlangsung dan alur dari kegiatan – kegiatan tersebut.
Gambar 2.26 Kerangka Pemikiran
44