19
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Analisis Regresi Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas, variabel X (karena seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis, atau sumbu X). Variabel terkena akibat dikenal sebagai variabel yang dipengaruhi, variabel dependen, variabel
terikat,
atau variabel
Y.
Kedua
variabel
ini
dapat
merupakan variabel acak (random), namun variabel yang dipengaruhi harus selalu variabel acak. Analisis regresi adalah salah satu analisis yang paling populer dan luas pemakaiannya. Analisis regresi dipakai secara luas untuk melakukan prediksi dan ramalan,
dengan
penggunaan
yang
saling
melengkapi
dengan
bidang pembelajaran mesin.Analisis ini juga digunakan untuk memahami variabel bebas mana saja yang berhubungan dengan variabel terikat, dan untuk mengetahui bentuk-bentuk hubungan tersebut. 2.1.1 Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana adalah suatu pola hubungan yang merupakan fungsi, dimana hanya terdapat satu variabel bebeas dan satu variabel terikat. Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan ( korelasi), maka perubahan nilai variabel yang satu akan mempengaruhi nilai variabel lainnya. Hubungan variabel dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi, Y = f (X), dimana Y adalah
Universitas Sumatera Utara
20
variabel dipengaruhi (dependen variabel), dan X adalah variabel yang mempengaruhi. Persamaan regresi linier sederhana Y terhadap X adalah : 1.
2.
Model populasi regresi linier sederhana dinyatakan dalam persamaan : ππππ = π½π½0 + Ξ²ππππ + ππππ
β¦ (2.1)
Model sampel (penduga) untuk regresi linier sederhana : πποΏ½ππ = ππ0 + ππ1 ππππ
β¦ (2.2)
dimana : Xi = variable bebas (independen) Yi = variable terikat (dependen)
ππ0 = penduga bagi intersep (Ξ±)
ππ1 = penduga bagi koefisien regresi (Ξ²)
i
= 1,2,3,β¦
Nilai Ξ± dan Ξ² adalah parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel. Komponen sisaan / kesalahan (ππππ = galat) menunjukkan
1) Pengaruh dari variabel yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi karena berbagai pertimbangan. 2) Penetapan persamaan yang tidak sempurna. 3) Kesalahan pengukuran dalam pengumpulan dan pemrosesan data. Nilai a menunjukkan intersep (konstanta) persamaan tersebut, artinya untuk nilai variable X = 0 maka besarnya Y = a, parameter b menunjukkan besarnya koefisien (slope) persamaan tersebut, nilai ini menunjukkan besarnya perubahan nilai Y jika nilai X berubah sebesar satu satuan. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagaiberikut :
ππ =
ππ (β ππππ)β(β ππ)(β ππ) danππ (ππ β ππ 2 )β (β ππ)2
=
β ππ ππ
β ππ
β ππ ππ
Universitas Sumatera Utara
21
2.1.2 Regresi Linier Berganda(Multiple Regresion) Regresi ganda berguna untuk mendapatkan pengaruh dua variabel kriterium atau untuk mencari hubungan fungsional dua prediktor atau lebih dengan variabel kriteriumnya atau untuk meramalkan dua variabel prediktor atau lebih terhadap variabel kriteriumnya.Untuk keperluan analisis, variabel bebas akan dinyatakan dengan x1, x2, ...xk (k β₯ 1) sedangkan variabel tidak bebas dinyatakan dengan Y. 1.
2.
Model populasi berganda adalah Y = π½π½0 + π½π½1 ππ1 + π½π½2 ππ2 + β¦ + π½π½ππ ππππ + ππππ
β¦ (2.3)
Sedangkan model penduganya (model sampel) regresi linier ganda adalah ΕΆ = ππ0 + ππ1 ππ1 + ππ2 ππ2 + β¦ + ππππ ππππ
β¦(2.4)
Koefisien Ξ± dan Ξ² adalah parameter yang nilainya tidak diketahui, sehingga diduga menggunakan satistik sampel.Nilai ππ0 ,ππ1 , dan ππ2 akan diperoleh dari tiga
persamaan normal berikut : π½π½0
= Konstanta regresi
ππππππ
= Nilai dari variabel bebas untuk k= 1,2,3,β¦,j
π½π½1 , β¦ π½π½ππ = Koefisien regresi ππππ
= kekeliruan yang terjadi dalam usaha untuk mencapai hargayang diharapkan
Secara umum untuk memperoleh persamaan model regresi linier berganda (multiple regression) berdasarkan data hasil observasi dengan k buah variabel bebas atau k buah variabel penjelas maka persamaan norma diturunkan berdasarkan metode kuadrat terkecil yang dapat dinyatakan dalam notasi matriks, metode matriks yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Konsep Dasar dan Definisi Matriks
Matrix ialah suatu kumpulan angka-angka (sering disebut elemen-elemen) yang disusun menurut baris dan kolom sehingga berbentu empatpersegi panjang, dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya kolom-kolom dan baris-baris. Apabila suatu matrix A terdiri dari m baris dan n kolom, maka matrix A bisa ditulis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
22
ππ11 β‘ ππ21 β’ . A= β’ . β’ β’ . β£ππππ1
ππ12 ππ22 . . . ππππ2
. . . . . .
. . . . . .
. ππ1ππ . ππ2ππ β€ . . β₯ β₯ . . β₯ . . β₯ . ππππππ β¦
dimana :(ππππππ ), ππ = 1,2, β¦ , ππ 2.
ππ = 1,2, β¦ , ππ.
Transpose Suatu Matriks
Transpose suatu matrix A =(ππππππ ) ialah suatu matrix baru yang mana elemen-
elemennya diperoleh dari elemen-elemen matrix A dengan syrat bahwa baris-baris
dan kolom-kolom matrix menjadi kolom-kolom dan baris-baris dari matrix yang baru ini, dengan perkataan lain ke-I dari matrix A menjadi kolom ke-I dari matrix baru. Biasanya transpose matrix A diberi sibol π΄π΄ππ (dibaca A transpose) dapat ditulis π΄π΄ = π΄π΄ππ
3.
ππ11 ππ A= οΏ½ 21 ππ31
ππ12 ππ22 ππ32
ππ13 ππ11 ππ23 οΏ½ maka π΄π΄ππ = οΏ½ππ12 ππ33 ππ13
ππ21 ππ22 ππ23
ππ31 ππ32 οΏ½ ππ33
Perkalian Matriks
Apabila π΄π΄ππππππ = ππππππ yaitu dengan matrix m baris dan n kolom, π΅π΅ππππππ = ππππππ yaitu
dengan matrix m baris dan p kolom, kemudian dengan perkalian matrix A X B =
A.B. = AB(tanpa tanda hasil kali), dengan suatu matrix πΆπΆππππππ ; (AB=C), adalah
matrix dengan matrix m baris dan p kolom, dimana elemen C dari baris ke-I kolom ke-j diperoleh rumus: ππ
πΆπΆππππ = οΏ½ ππππππ ππππππ ππ =1
dimana: ππ = 1,2, β¦ , ππ ππ = 1,2, β¦ , ππ.
Universitas Sumatera Utara
23
Dalam perkalian ini, BA tidak dapat dilakukan (tidak terdefenisi) .akan tetapi bila A dan B setangkup dan perkalian AB terdefenisi maka AB=BA. Perkalian suatu matriks dengan matriks satuan akan menghasilkan matriks itu sendiri. 4.
Invers Suatu Matriks
Misalkan A merupakan suatu matrix dengan n baris dan n kolom dan In suatu
identity matrix. Apabila ada square matrix π΄π΄β1 sedemikian rupa sehungga berlaku hubungan sebagai berikut:
π΄π΄π΄π΄β1 = π΄π΄β1 π΄π΄ = πΌπΌ. Maka π΄π΄β1 disebut inverse matrix A
Tidak mudah menghitung inversi suatu matriks kecuali bila ukurannya kecil seperti 2Γ2, atau bila bentuknya amat sederhana. Untuk matriks dengan ukuran yang lebih besar dan bentuknya tidak sederhana biasanya perhitungan inversnya dikerjakan dengan metode lain.
5.
Determinan Matriks
Determinan adalah suatu skalar (angka) yang diperoleh dari suatu matriks bujur sangkar selalui operasi khusus. Disebut operasi khusus karena dalam proses penurunan determinan dilakukan perkalian-perkalian. perhitungan determinan, adalah dengan menggunakan metode Pivot. ππ11 ππ Bila A= οΏ½ 21 ππ31
ππ12 ππ22 ππ32
ππ13 ππ23 οΏ½ ππ33
ππ11 ππ22 β ππ12 ππ21 1 Maka |π΄π΄| = ππ ππ β2 οΏ½ππ ππ β ππ ππ 11
6.
11 32
12 31
ππ11 ππ23 β ππ13 ππ21 ππ11 ππ33 β ππ13 ππ31 οΏ½
Minor dan Kofaktor suatu Determinan
Diketahui suatu determinan dari suatu matriks A tingkat n. Jika elemen-elemen dari baris ke-ππ dan kolom ke-ππ semuanya dikeluarkan akan terdapat suatu determinan dari matriks tingkat (ππ β 1), yang disebut minor pertama dari matriks
Universitas Sumatera Utara
24
A yang ditulis dengan οΏ½ππππππ οΏ½. Harga dari minor ditulis dengan (β1)ππ+ππ , disingkat
dengan πΎπΎππππ dari elemen ππππππ , jadi :
πΎπΎππππ = (β1)ππ+ππ οΏ½ππππππ οΏ½
Contoh. ππ11 Bila A= οΏ½ππ21 ππ31
ππ12 ππ22 ππ32
ππ13 ππ23 οΏ½ ππ33
Minor dari A adalah
ππ |ππ12 | = οΏ½ππ21 31 ππ21 |ππ13 | = οΏ½ππ 31
ππ
|ππ11 | = οΏ½ππ22 32
ππ23 ππ33 οΏ½
ππ23 ππ33 οΏ½ ππ22 ππ32 οΏ½dan seterusnya sampai |ππ33 |
Sehingga kofaktornya adalah
πΎπΎ11 = (β1)1+1 |ππ11 | = |ππ11 |
πΎπΎ12 = (β1)1+2 |ππ12 | = β|ππ12 |
πΎπΎ13 = (β1)1+3 |ππ13 | = |ππ13 |dan seterusnya. πΎπΎ33 7.
Penaksiran Parameter dengan Metode Matriks
Untuk mendapatkan taksiran parameter dari sampel dapat dilakukan dengan taksiran OLS (ordinary least square), yaitu dengan cara meminimumkan nilai sisaan (e). Persamaan (2.4) ditulis kembali yaitu ΕΆ = ππ0 + ππ1 ππ1 + ππ2 ππ2 + β¦ + ππππ ππππ
β¦(2.5)
Jika πποΏ½ππ diubah menjadi vektor (matriks) Y maka ππππππ juga harus diubah
menjadi vektor (matriks) X, sedangkan ππ0 , ππ1 ,........ππππ diwakili oleh vektor (matriks) b sehingga persamaan (2.4) dapat ditulis menjadi : ππ = ππππ + ππ
β¦(2.6)
Dan dalam bentuk matriks adalah
Universitas Sumatera Utara
25
ππ1 1 β‘ππ β€ β‘1 β’ .2 β₯ β’ . β’ . β₯ = β’. β’ . β₯ β’. β£ππππ β¦ β£1 Y =
ππ11 ππ21 . ..
ππππ1
ππ12 . ππ22 . . . .. . .
ππππ2 .
X
ππ1ππ ππ0 ππ0 β‘ β€ ππ2ππ β€ β’ ππ1 β₯ β‘ ππ.1 β€ . β₯ . + β’β’ . β₯β₯ β₯ β’ β₯ . .. β₯β’ . β₯ β’ . β₯ β£ππππ β¦ ππ . ππππ β¦ β£ππππ β¦ . . . ..
β¦(2.7)
b + e
Dimana b adalah suatu vektor kolom k-unsur dari penaksir OLS koefisien regresi dan dimana e adalah suatu vektor kolom N x 1 dari N residual. Dengan kvariabel panaksir OLS diperoleh dengan meminimumkan β ππππ 2 = β(ππππ β ππ0 β ππ1 ππ1ππ β ππ2 ππ2ππ β β― β ππππ ππππππ )2
β¦(2.8)
β ππππ 2 adalah jumlah kuadrat residual (RSS). Dalam notasi matriks, ini sama dengan meminimumkan ππ β² ππ karena ππ0 β‘ ππ1 β€ . ππ β² ππ = [ππ0 ππ1 . . ππππ ] β’β’ . β₯β₯ = ππ02 + ππ12 + β― + ππππ2 β’ . β₯ β£ππππ β¦
β¦ (2.9)
Dari (2.8 ) diperoleh ππ = ππ β ππππ Sehingga
ππ β² ππ = (ππ β ππππ)β² (ππ β ππππ)
ππ β² ππ = ππ β² ππ β 2ππ β² ππ β² ππ + ππ β² ππ β² ππππ
Untuk mendapatkan b yang meminimumkan ππ β² ππ dilakukan dengan menurunkan
ππ β² ππterhadap ππ β² sehingga :
ππ(ππ β² ππ) = β2ππ β² ππ + 2ππ β² ππππ = 0 ππππ β²
Diperolseh persamaan normal : ππ β² ππππ = ππ β² ππ
Dengan menyelesaikan persamaan normal diperoleh : ππ = (ππ β² ππ)β1 ππ β² ππ
Dalam bentuk matriks dapat dituliskan
Universitas Sumatera Utara
26
ππ0 ππ β‘ β€ β‘ ππ β’ 1 β₯ β’β ππ1ππ ππ β’ 2 β₯ = β’β ππ2ππ β’.β₯ β’ . β’.β₯ β’ . β£ππππ β¦ β£β ππππππ 2.2
β ππ1ππ 2 β ππ1ππ β ππ2ππ ππ1ππ . . β ππππππ ππ1ππ
β ππ2ππ β ππ1ππ ππ2ππ 2 β ππ2ππ . . β ππππππ ππ2ππ
β1 . . β ππππππ β ππππ β€ β‘ β€ . . β ππ1ππ ππππππ β₯ β’ β ππππ ππ1ππ β₯ . . β ππ2ππ ππππππ β₯ β’ β ππππ ππ2ππ β₯ . . β₯ β₯ β’ . . β₯ β₯ β’ 2 β β£ ππ ππ β ππππππ β¦ ππππ ππππ β¦
Analisis Korelasi
Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih.Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi. 2.2.1
Analisis Korelasi Sederhana
Kegunaan analisis korelasi sederhana untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas X (independent) dengan variabel terikat Y (dependent). Rumus korelasi sederhana adalah : ππ =
βππππ=1 π₯π₯ ππ π¦π¦ ππ
οΏ½βππππ=1 π₯π₯ ππ2 βππππ=1 π¦π¦ ππ2
denganπ₯π₯ππ = ππππ β πποΏ½, ππ= ππ1 βππππ=1 ππππ
β¦ (2.10)
1
π¦π¦ππ = ππππ β πποΏ½ , ππ= βππππ=1 ππππ ππ
Koefisien korelasi sederhana dilambangkan (r) adalah suatu ukuran arah dan kekuatan hubungan linier antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dengan ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1β€ r β€ +1 ). Ap ab ila n ilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan arah hubungan antara X dan Y adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang posotif. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
27
Table 2.1 Tingkat Hubungan Nilai r Interval Koefisien 0,800 - 1,000 0,600 - 0,799 0,400 - 0,599 0,200 - 0,399 0,000 - 0,199
2.2.2
Tingkat Hubungan Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah
Korelasi Berganda
Analisis korelasi berganda berfungsi untuk mencari besarnya hubungan antara dua variable bebas (X) atau lebih secara simultan dengan variable terikat (Y). Rumus korelasi berganda yaitu : 2 2 2 2 (1-π
π
π¦π¦.123 ) = (1-ry1 )( 1-ry2.1 )( 1-ry3.1 )
β¦(2.11)
menghitung hubungan variabel Y dengan ππ1 , ππ2 , ππ3 , ππ4 dapat dihitung dengan R
R
R
rumus
R π¦π¦π¦π¦ 1 π₯π₯ 2 π₯π₯ 3 π₯π₯ 4 = οΏ½1 β {(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯1 )(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯2 )(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯3 )(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯4 )} 2.3
β¦(2.12)
Uji Asumsi Klasik
2.3.1 Uji Normalitas Uji ini merupakan pengujian terhadap normalitas kesalahan pengganggu/error yang digunakan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. 2.3.2 Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Kriterianya adalah sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik β titik yang ada membentuk suatu pola tetentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
28
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik β titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2.3.3 Uji Multikolinearitas Menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna.Koefisienkoefisien regresi biasanya diinterprentasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap.Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF).Jika VIF lebih kecil dari 10, maka dalam model tidak terdapat multikolinieritas. VIF =
1
(2.13)
π
π
2 ππ
1β
keterangan : π
π
2 ππ
= Koefisien determinasi (R2) berganda ketika X k diregresikan dengan variabelvariabel X lainnya.
2.3.4 Uji Autokorelasi Konsekuensiadanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya.Selain itu model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksirkan nilai variabel dependen (Y) pada nilai variabel independen tertentu (X).Untuk mendianogsis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengujian terhadap nilai uji Durbin Waston (DW). d=
2 βπ‘π‘=ππ π‘π‘=2 ( Γͺπ‘π‘ βΓͺπ‘π‘β1)
(2.14)
βπππ‘π‘=1 Γͺπ‘π‘ 2
Keterangan : d = nilai d e t = nilai residu dari persamaan regresi periode t e t-1 = nilai residu dari persamaan regresi periode t-1
Universitas Sumatera Utara
29
a. Menentukan hipotesa H0 : tidak ada autokorelasi
H1 : ada autokorelasi positif/negatif
b. Menentukan nilai Ξ± dan nilai d tabel Signifikan 5 % pada n = 15 dan k = 4 c. Menentukan criteria pengujian a. Untuk autokorelasi positif H0 diterima jika d >dL dan H1 ditolak jika d
d. Untuk autokorelasi negatif
H0 diterima jika (4-d)
kesimpulan jika dL < ππ < du . 2.4
Uji F(Uji serentak)
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama.Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95% atau Ξ± = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serentak: a) Uji Hipotesa H 0 : b 1 ,b 2 ,b 3 ,b 4 = 0;
pupuk, luas lahan, curah hujan dan hari hujan tidak
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi H 1 : b 1 ,b 2 ,b 3 ,b 4 β 0; , luas lahan, curah hujan dan hari hujan ada berpengaruh signifikanterhadap produksi padi b) Menentukan taraf nyata (Ξ±) dan F tabel Taraf nyata Ξ± = 5% ; dk pembilang = k = banyak variabel ; dk penyebut = n-k-1. Jadi, F tabel = F Ξ±;kβn-k-1 c) Kriteria Pengujian Dalam
hal
ini,
F hitung
dibandingkan
dengan
F tabel
dengan
tingkat
kepercayaan95% atau Ξ± = 5% dengan ketentuan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
30
Jika F hitung < F tabel , maka H 0 diterima dan H 1 ditolak Jika F hitung > F tabel , maka H 0 ditolak dan H 1 diterima d) Menentukan Nilai Uji Statistik Rumus:
F=
Keterangan :
JKreg /k
(2.11)
JKres (ππ βππβ1)
k = jumlah variabel n = jumlah sampel JK reg = jumlah kuadrat regresi JK res = jumlah kuadrat residu
2.5
Uji t( Uji sepihak)
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji t).Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding t tabel dan dk = (n-2). Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serentak: a) Pengujian Hipotesis H 0 :Tidak ada hubungan yang signifikan antara pupuk, luas lahan,
curah
hujan dan hari hujan terhadap produksi padi. H 1 : Ada hubungan yang signifikan antara pupuk, luas lahan,
curah hujan
dan hari hujan terhadap produksi padi. b) Menentukan taraf nyata (Ξ±) dan t tabel Taraf nyata Ξ± = 5% ; dk = n-k-1, jadi t tabel = t Ξ±/2;n-k-1 c) Kriteria Pengujian Dalam
hal
ini,
t hitung dibandingkan
dengan
t tabel
dengan
tingkat
kepercayaan95% atau Ξ± = 5% dengan ketentuan sebagai berikut : Jika t hitung < t tabel , maka H 0 diterima dan H 1 ditolak Jika t hitung > t tabel , maka H 0 ditolak dan H 1 diterima d) Menentukan Nilai Uji Statistik Rumus:
ππ
π‘π‘ππ = ππ ππ
ππ ππ
β¦(2.15)
Universitas Sumatera Utara
31
Keterangan
:
ππππ =
koefisien regresi untuk variabel independen ke k
S bk =
simpangan baku koefisien regresi untuk variabel independen ke k
π‘π‘ππ
=
nilai t hitung untuk variabel independen ke k
Simpangan baku koefisien regresi ππππ ππ dapat dihitung dengan rumus : ππ
ππ ππππ ππ = οΏ½β π₯π₯ 2 βοΏ½1βππ 2οΏ½
Keterangan ππππ ππ
=
ππππ =
ππππ2 =
ππ
β¦(2.16)
ππ
:
simpangan baku koefisien regresi untuk variabel independen ke k standar eror estimasi korelasi kuadrat antara ππππ dengan variabel bebas lainnya.
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan data sekunder
kemudian data tersebut dianalisis dengan multiple regresi kemudian diselesaikan dengan metode kuadrat terkecil, adapun langkah-langkahnya yaitu : 1.
Menetapkan variabel penelitian
2.
Pengumpulan data sekunder Y = Jumlah produksi padi X 1 = Pupuk X 2 = Luas lahan X 3 = Curah hujan X 4 = Hari hujan
3.
Menghitung koefisien korelasi untuk masing-masing Y dengan X 1 ,X 2 ,X 3 dan X4, dengan rumus (2.10) : ππ =
βππππ=1 π₯π₯ππ π¦π¦ππ
οΏ½βππππ=1 π₯π₯ππ2 βππππ=1 π¦π¦ππ2
Universitas Sumatera Utara
32
4.
Penyusunan dalam tabel matrik Korelasi
Tabel 2.2 Penyusunan Matrik Korelasi Variabel X1 π«π«ππ1 ππ1 X1 π«π«ππ2 ππ1 X2 π«π«ππ3 ππ1 X3 π«π«ππ4 ππ1 X4 π«π«π¦π¦ππ1 Y dimana :π«π«ππ1 ππ1 = 1 , π«π«π¦π¦π¦π¦ = 1, r yx = 1,
X2 π«π«ππ1 ππ2 π«π«ππ2 ππ2 π«π«ππ3 ππ2 π«π«ππ4 ππ2 π«π«π¦π¦ππ2 r xy = 1
X3 π«π«ππ1 ππ3 π«π«ππ2 ππ3 π«π«ππ3 ππ3 π«π«ππ4 ππ3 π«π«π¦π¦ππ3
X4 π«π«ππ1 ππ4 π«π«ππ2 ππ4 π«π«ππ3 ππ4 π«π«ππ4 ππ4 π«π«π¦π¦ππ4
Y π«π«ππ1 π¦π¦ π«π«ππ2 π¦π¦ π«π«ππ3 π¦π¦ π«π«ππ4 π¦π¦ π«π«π¦π¦π¦π¦
Dari nilai - nilai matriks koefisien korelasi di atasmaka bisa dihitung korelasi
ganda dengan rumus sebagai berikut: menghitung hubungan variabel Y dengan X 1, X 2, X 3, X 4 dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2.11) : R π¦π¦π¦π¦ 1 π₯π₯ 2 π₯π₯ 3 π₯π₯ 4 = οΏ½1 β {(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯1 )(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯2 )(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯3 )(1 β ππ 2 π¦π¦π₯π₯4 )}
5.
Menentukan harga-harga koefisien dari persamaan normal regresi multiple dengan menggunakan rumus (2.4). ΕΆ = ππ0 + ππ1 ππ1 + ππ2 ππ2 + β¦ + ππππ ππππ
Dan diselesaikan dengan metode kuadrat terkecil 6.
Uji Regresi Linier Berganda 1. Pengaruh uji statistik (taraf nyata Ξ± = 5 %) 2. Uji Asumsi Dalam Model Regresi a. Uji Normalitas b. Heteroskedastisitas c. Uji Multikolinearitas d. Uji Autokorelasi
7.
Melakukan Uji F dan Uji t
8.
Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara