BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal Pasar modal adalah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market yang diperdagangkan adalah semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak (Usman et al. 1997). Pasar modal dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan dana). Fungsi keuangan pasar modal dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut (Husnan 1998). Pasar modal memiliki beberapa peranan strategis yang membuat lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja bagi pihak yang memerlukan dana (borrowers) dan
8
9
pihak yang meminjamkan dana (lenders), tetapi juga pemerintah. Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis pasar modal bagi perekonomian suatu negara (Usman et al. 1997), yaitu: 1. Sebagai sumber penghimpun dana. 2. Sebagai alternatif investasi pada investor. 3. Biaya menghimpun dana melalui pasar modal relatif rendah. 4. Mendorong perkembangan investasi bagi suatu negara. Di dalam perdagangan efek, dikenal dua macam pasar, yakni pasar perdana atau yang dapat disebut juga sebagai pasar primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana adalah pembelian surat berharga oleh investor saat surat berharga tersebut baru pertama kali ditawarkan oleh emiten. Dalam pasar perdana proses transaksi dilakukan oleh investor dan perusahaan yang menerbitkan surat berharga melalui perantara (pialang). Ada 3 fungsi yang terjadi pada pasar perdana (Usman et al. 1997), yaitu: 1. Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dengan agen penjual. 2. Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjaminan emisi dan emiten. 3. Penyerahan efek kepada pemodal. Pasar sekunder adalah pasar yang terjadi ketika suatu efek diperdagangkan oleh para investor dan calon investor yang tertarik membeli efek tersebut. Disebut sekunder karena pihak yang melakukan perdagangan adalah para investor yang telah membeli langsung efek tersebut dari emiten dan calon investor yang berminat terhadap efek tersebut. Uang yang mengalir dalam pasar sekunder tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan yang menerbitkan efek, akan tetapi berpindah atau bergerak dari investor
10
yang satu ke investor yang lain. Pasar sekunder memiliki 5 fungsi utama (Usman et al. 1997), yaitu: 1. Pasar sekunder memberikan likuiditas pada efek yang menjadi instrumen perdagangan. 2. Pasar sekunder yang terorganisasi dengan baik memungkinkan pembentukan harga yang wajar. Semakin kompetitif pasar sekunder, maka semakin wajar harga yang terjadi. Tingkat kompetitif tersebut sangat ditentukan oleh efisiensi pasar modal. 3. Memungkinkan pemodal dapat melakukan diversifikasi investasi dengan jumlah yang terbatas. 4. Mengurangi “account risk” dari penanaman modal asing yang bersifat langsung. 5. Menjadi
leading
indicator
dalam
memahami
arah
perkembangan
perekonomian. Tipe lain dari pasar modal adalah pasar ketiga (third market) dan pasar keempat (fourth market). Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar sekunder tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan surat berharga dalam jumlah blok yang besar. Pasar sekunder dibedakan menjadi pasar bursa efek (stock exchange) dan overthe counter (OTC) market (Jogiyanto 1998). Bursa efek adalah pihak yang
11
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran
jual
dan
beli
efek
kepada
pihak-pihak
lain
dengan
tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Efek yang dimaksud disini adalah surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek-efek yang diperdagangkan di bursa efek adalah sekuritas dari perusahaan yang besar, sedangkan sekuritas perusahaan kecil umumnya diperdagangkan di pasar OTC. Untuk menarik pembeli dan penjual agar berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid bila penjual dan pembeli dapat membeli/menjual surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga atau efek-efek yang diperdagangkan mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat (Jogiyanto 1998). Istilah efisiensi dalam pasar modal telah digunakan dalam beberapa pengertian untuk menggambarkan karakteristik operasional suatu pasar modal. Pengertian efisiensi pasar modal dapat dibedakan menjadi: pasar efisien secara operasional (operationally (or internally) efficient market) dan pasar modal yang efisien dalam harga (pricing (or externally) efficient capital market). Dalam sebuah pasar yang efisien secara operasional, investor dapat mendapatkan biaya pelayanan transaksi yang semurah mungkin sehubungan dengan pembelian dan penjualan yang dilakukannya. Pasar yang efisien dalam harga mencerminkan sebuah pasar modal dimana harga efek yang diperdagangan setiap saat mencerminkan seluruh informasi yang relevan dengan
12
penilaian harga efek sebenarnya yang diperdagangkan (Fabozzi dan Modigliani 1992). Secara umum, pasar yang sempurna (perfect market) akan terjadi bila pelakupelaku pasar terdiri dari jumlah pembeli dan penjual yang cukup banyak, dan seluruh pelaku pasar tidak dapat mempengaruhi harga komoditi yang diperdagangkan. Harga dari komoditi ditentukan oleh banyak penjual dan pembeli yang menentukan penawaran dan permintaan. Konsekuensinya, seluruh penjual dan pembeli adalah penerima harga (price takers), dan harga pasar ditentukan bila tercapai jumlah penawaran dan permintaan yang sama. Kondisi ini hanya dapat tercapai jika komoditi yang diperdagangkan adalah homogen (misalnya: jagung dan gandum). Selain itu dalam suatu pasar yang sempurna tidak ada biaya transaksi atau rintangan yang ditimbulkan oleh penawaran dan permintaan komoditas yang diperdagangkan. Tetapi dalam realitanya pasar yang sempurna sulit untuk di realisasikan (Fabozzi dan Modigliani 1992). Dalam kenyataannya dalam pasar terdapat berbagai macam biaya sehubungan dengan transaksi yang terjadi. Biaya-biaya yang terjadi di pasar keuangan antara lain adalah: 1. Komisi yang dibayar kepada broker. 2. Bid-ask spread (selisih antara harga jual dan harga beli yang ditawarkan oleh market marker untuk menjual atau membeli sebuah aset keuangan) yang ditarik oleh dealers sebagai market marker. 3. Biaya pemesanan dan kliring. 4. Pajak dan biaya transfer yang ditarik oleh pemerintah. 5. Biaya untuk mendapatkan informasi mengenai aset keuangan.
13
6. Pembatasan-pembatasan perdagangan. 7. Pembatasan pada pelaku pasar. 8. Penghentian perdagangan yang mungkin dilakukan oleh regulator saat aset keuangan diperdagangkan. Oleh karena adanya ketidaksempurnaan dalam pasar yang aktual maka investor memerlukan pelayanan dari dua buah pelaku pasar, yaitu: broker (perantara pedagang efek) dan dealer (pedagang efek). 1. Perantara pedagang efek (broker) adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain. Dalam istilah ekonomi dan hukum, perantara pedagang efek dikatakan menjadi agen dari investor. Keberadaan broker dalam pasar modal diperlukan karena dalam suatu pasar yang riil tidak mungkin dipenuhi seluruh syarat pasar yang sempurna. Salah satu kendalanya adalah para investor tidak dapat hadir setiap waktu di pasar untuk melakukan jual beli efek. Oleh karena itu diperlukan perantara pedagang efek (broker) dan investor harus membayar jasa yang diberikan oleh broker dalam bentuk komisi. 2. Pedagang efek (dealer) memiliki 3 fungsi dalam pasar yaitu: a. Memberikan kesempatan bagi investor untuk melakukan transaksi sesegera mungkin sehingga investor tidak perlu menunggu hingga ada lawan transaksi yang sesuai. Pedagang efek melakukan hal ini saat menjaga stabilitas harga jangka pendek untuk saham tertentu. b. Pedagang efek memberikan informasi harga kepada peserta pasar.
14
c. Dalam beberapa struktur pasar, pedagang efek kadang-kadang bertindak sebagai pelelang dalam membawa order pada pasar. Pedagang efek membeli efek untuk rekeningnya sendiri untuk menjaga persediaan efek tertentu di pasar dan mendapatkan keuntungan dari selisih antara harga jual yang lebih tinggi dari harga beli. Sesuai dengan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, lembaga-lembaga yang berperan sebagai pelaku pasar modal di Indonesia adalah: 1. Emiten adalah perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal. 2. Investor adalah pihak yang memiliki kelebihan dana setelah sebagian dananya dipakai untuk konsumsi. 3. Lembaga-lembaga penunjang pasar modal yang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung beroperasinya pasar modal adalah: a. Biro Administrasi Efek (BAE) adalah Pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek. b. Lembaga pemeringkat efek (Securities Rating Agencies) c. Kustodian (tempat penitipan harta) adalah lembaga yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, menerima bunga, deviden, dan hak-hak lain menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Kustodian akan menyimpan Efek yang dimiliki bersama" yaitu Efek yang dimiliki oleh lebih dari satu Pihak dan tercatat atas nama Kustodian. Sebagai contoh, Efek dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga
15
Penyimpanan dan Penyelesaian yang terdaftar dalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tetap diakui oleh Emiten bahwa Efek tersebut dimiliki bersama oleh lebih dari satu Pihak yang diwakili oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat dalam rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tetap diakui oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian bahwa Efek tersebut dimiliki bersama oleh lebih dari satu Pihak yang diwakili oleh Bank Kustodian atau Perusahaan Efek tersebut. d. Wali Amanat (trustee) adalah Pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek yang bersifat utang. 4. Profesi penunjang pasar modal yang merupakan lembaga profesi yang karena fungsinya dapat memberikan pemeriksaan, penilaian atau nasihat-nasihat kepada pelaku pasar modal. Profesi penunjang pasar modal yang dimaksud meliputi: a. Akuntan Publik. Akuntan publik berperan dalam menjamin kewajaran penyajian informasi keuangan. Informasi terpenting yang dimuat dalam setiap pernyataan pendaftaran efek atau yang harus dipublikasikan pada masyarakat adalah laporan keuangan perusahaan. b. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik. c. Konsultan hukum. Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang memberikan pendapat hukum kepada Pihak lain.
16
d. Perusahaan penilai adalah Pihak yang memberikan penilaian atas asset perusahaan. 5. Perusahaan Efek atau Perusahaan sekuritas (securities company) adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi. a. Penjamin Emisi (underwriter) adalah Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual. b. Perantara pedagang efek (pialang/broker) adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain. c. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dan Lembaga penyimpanan dan penyelesaian (LPP) a. Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa. Yang dimaksud dengan "kliring Transaksi Bursa" ini adalah proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa. Dengan demikian, hubungan hukum antara Anggota Bursa Jual dengan Anggota Bursa Beli
17
akan beralih menjadi dua hubungan hukum, yaitu hubungan hukum antara Anggota Bursa Jual dengan KPEI dan hubungan hukum antara Anggota Bursa Beli dengan KPEI Proses perubahan hubungan hukum ini dimungkinkan dengan adanya novasi. Proses kliring ini akan memberikan kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban bagi Anggota Bursa Efek yang timbul dari Transaksi Bursa. b. Lembaga
Penyimpanan
dan
Penyelesaian
adalah
Pihak
yang
menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan Pihak lain. 7. Bursa Efek (Stock Exchange) adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka.
2.2 Siklus Transaksi Efek Transaksi efek terjadi bila ada dua pihak mengadakan kontrak untuk menukarkan sejumlah efek tertentu dengan sejumlah uang pada tanggal yang ditentukan. Pelaksanaan perdagangan efek pada umumnya melibatkan beberapa sistem. Sistemsistem tersebut adalah: sistem untuk penempatan dan penyebarluasan order beli/jual kepada seluruh anggota bursa, sistem penentuan harga, sistem pelaksanaan transaksi, sistem pelaporan transaksi, sistem pengawasan, dan sistem informasi pasar. Sistemsistem ini dapat merupakan sistem manual (dengan kertas) atau sistem moderen yang
18
memanfaatkan teknologi informasi. Pemilihan teknologi ini tergantung pada kebutuhan masing-masing pasar. Transaksi yang terjadi antara nasabah dan broker dilaksanakan secara langsung antara pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan transaksi antar broker akan dilakukan melalui suatu mekanisme pasar seperti pasar bursa efek, pasar OTC, atau sistem penempatan order otomatis yang mempertemukan pembeli dan penjual secara otomatis.
Gambar 2.1 Pelaksanaan Perdagangan Efek. Setelah proses perdagangan efek selesai dilaksanakan, proses selanjutnya adalah proses
kliring.
Pihak-pihak
yang
melakukan
perdagangan
efek
harus
mengkonfirmasikan rincian transaksi yang berhasil dieksekusi dan menghitung kewajiban penyelesaian transaksi (settlement). Proses ini dilakukan antara waktu terjadinya transaksi (T) dan pada sore hari sebelum tanggal penyelesaian transaksi yang ditetapkan (S-1). Pada kebanyakan pasar modal, periode antara pelaksanaan transaksi dan penyelesaian transaksi berkisar antara satu (T+1) hingga lima hari
19
(T+5). Proses penyelesaian transaksi pada hari yang sama dengan proses perdagangan adalah tidak lazim. Setelah proses kliring transaksi efek selesai, maka setiap pelaku pasar akan mengetahui kewajiban yang harus dipenuhi dan hak yang akan diperoleh pada tanggal penyelesaian transaksi yang telah ditetapkan. Ada berbagai macam sistem pencocokan transaksi (trade comparison) dan konfirmasi transaksi (trade confirmation) yang dilaksanakan mulai dari sistem dengan proses manual hingga proses otomatis. Namun demikian, secara garis besar sistem pencocokkan dan konfirmasi transaksi ini dapat dibedakan menjadi pencocokkan unilateral dan bilateral. Konfirmasi transaksi yang diberikan broker kepada nasabahnya merupakan konfirmasi unilateral. Konfirmasi ini berisi rincian order nasabah yang berhasil dilaksanakan (dieksekusi). Nasabah akan melakukan verifikasi atas kebenaran konfirmasi yang diberikan oleh broker dan segera melaporkan ke broker apabila ada order yang tercantum dalam konfirmasi tetapi bukan merupakan order nasabah tersebut. Penyampaian konfirmasi transaksi kepada nasabah dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik secara manual dengan menggunakan
media
kertas
atau
secara
elektronik
melalui
sistem
yang
dikembangakan oleh broker itu sendiri, sistem terpusat, atau media pembawa pesan lainnya.
Sebagai contoh, broker dapat mengirimkan konfirmasi kepada nasabah
perorangan atau investor institusi kecil menggunakan media fax, telex, atau jasa kurir pos.
Untuk nasabah yang lebih besar, broker dapat menyampaikan konfirmasi
dengan sistem komunikasi khusus untuk mengirimkan konfirmasi dalam bentuk elektronik. Lebih lanjut lagi, konfirmasi untuk nasabah institusi yang besar dapat dilakukan melalui mekanisme terpusat seperti lembaga kliring atau sebuah pelayanan
20
konfirmasi perdagangan elektronik. Untuk sistem seperti ini, broker akan mengirimkan rincian transaksi kepada lembaga kliring yang kemudian lembaga kliring tersebut akan menerbitkan konfirmasi yang ditujukan pada nasabah broker tersebut dan/atau agen dari nasabah. Selanjutnya nasabah dan/atau agen dari nasabah tersebut akan membandingkan informasi konfirmasi itu dengan catatan perdagangan internalnya, dan menyatakan akan menerima atau menolak rincian hasil transaksi tersebut dalam sebuah pesan yang ditujukan pada lembaga kliring.
Gambar 2.2 Sistem konfirmasi hasil transaksi efek kepada nasabah. Berbeda dengan transaksi nasabah, transaksi yang dilakukan antar broker akan dikonfirmasikan melaui proses pencocokkan bilateral antara broker beli dan broker jual. Rincian transaksi diberikan kepada suatu lembaga pusat seperti lembaga kliring oleh broker beli dan broker jual. Lembaga kliring akan membandingkan masingmasing sisi transaksi (sisi jual dan sisi beli) dan membuat laporan yang ditujukan kepada masing-masing broker yang menyatakan transaksi-transaksi yang telah cocok, transaksi-transaksi yang tidak cocok atau transaksi yang dipertanyakan. Dalam
21
beberapa kasus, pencocokkan transaksi dapat dilakukan di luar lembaga kliring dan menjadi bagian dari proses pelaksanaan transaksi. Sebagai contoh, beberapa bursa atau sistem perdagangan elektronik akan secara otomatis mencocokkan perincian transaksi dan melaporkan rincian transaksi tersebut kepada lembaga kliring sebagai transaksi yang telah terlaksana dengan sah (“locked-in” trades).
Gambar 2.3 Proses Pencocokkan Transaksi antar Broker (Dealer). Setelah proses pencocokan dan konfirmasi transaksi selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah penghitungan kewajiban penyelesaian transaksi yang disebut juga sebagai proses kliring. Kewajiban penyelesaian transaksi terdiri dari dua bagian yaitu: kewajiban penjual untuk menyerahkan efek yang dijualnya kepada pihak pembeli dan kewajiban pembeli untuk menyerahkan dana kepada pihak penjual. Kewajiban penyelesaian transaksi dapat dihitung dengan tiga cara: gross, bilateral net, atau multilateral net. Tujuan utama dari proses netting adalah untuk mengurangi frekuensi penyerahan efek dan nilai pembayaran yang dilakukan untuk penyelesaian transaksi.
22
Hal ini akan mengurangi permintaan likuiditas, biaya transaksi, dan resiko yang timbul dalam proses penyelesaian transaksi. Proses berikutnya adalah proses penyelesaian transaksi efek (settlement). Penyelesaian transaksi efek melibatkan pemenuhan kewajiban penyelesaian transaksi dengan cara penyerahan efek dari penjual ke pembeli dan penyerahan dana dari pembeli ke penjual. Penyerahan efek dan dana ini dapat dilakukan secara bersamaan atau dalam waktu yang berbeda. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses penyelesaian transaksi adalah proses pengawasan yang menjamin bahwa penyerahan efek hanya dilakukan jika dan hanya jika dana telah diserahkan. Penyelesaian transaksi dengan sistem penyerahan efek terhadap pembayaran (delivery versus payment atau DVP) akan menjamin kedua pihak yang melakukan transaksi tidak akan mengalami kerugian dalam proses penyelesaian transaksi. Dengan kata lain, sistem DVP mencegah salah satu pihak untuk melaksanakan pembayaran atau penyerahan final kecuali kalau akan menerima haknya. Penyelesaian transaksi non-DVP melibatkan penyerahan efek dan dana yang terpisah dengan kemungkinan menderita kerugian jika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya dalam proses penyelesaian transaksi.
2.3 Resiko-resiko dalam Proses Penyelesaian Transaksi Lembaga kliring dan lembaga penyelesaian transaksi harus memperhatikan arus transaksi dan resiko-resiko yang mungkin timbul dalam proses penyelesaian transaksi. Pada dasarnya ada tiga macam resiko dalam proses kliring dan
23
penyelesaian transaksi yaitu: resiko kredit (credit risk), resiko likuiditas (liquidity risk), dan resiko operasional (operational risk). Resiko kredit adalah resiko dimana pihak lawan tidak akan menyelesaikan kewajibannya secara penuh baik saat jatuh tempo maupun pada waktu yang akan datang. Resiko kredit dapat dibagi menjadi dua, yaitu: resiko biaya pengganti (replacement cost risk) dan resiko pokok (principal risk). Replacement cost risk adalah resiko tidak diperolehnya keuntungan seperti yang diharapkan akibat terjadinya kegagalan penyelesaian transaksi efek. Sedangkan resiko pokok adalah kerugian yang diderita akibat adanya perbedaan waktu antara pembayaran dan penyerahan efek atau dengan kata lain tidak adanya penyerahan efek terhadap pembayaran (DVP). Resiko likuiditas adalah resiko dimana pihak lawan tidak memenuhi kewajibannya secara penuh pada waktu yang telah ditentukan, dan kewajiban tersebut akan dipenuhi pada waktu yang akan datang. Terjadinya resiko kredit dan likuiditas dapat menimbulkan apa yang disebut dengan resiko sistematis (systemic risk). Resiko sistematis adalah resiko kegagalan suatu institusi untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo dan akan menyebabkan kegagalan institusi lain untuk memenuhi kewajibannya. Resiko operasional adalah resiko terjadinya keterlambatan proses penyelesaian transaksi, transaksi yang tidak tercatat, catatan transaksi yang tertukar atau rusak, gangguan komunikasi dan listrik, atau masalah-masalah operasional lainnya yang mengganggu jalannya proses kliring dan penyelesaian transaksi (settlement).
24
2.4 Imobilisasi/Dematrialisasi Efek Imobilisasi dan dematrialisasi efek bertujuan untuk meniadakan penyerahan fisik sertifikat efek dalam proses penyelesaian transaksi dan menggantinya dengan proses pemindahbukuan. Dalam imobilisasi efek maka sertifikat efek dalam bentuk fisik disimpan dalam sebuah tempat penyimpanan (ruangan besi) untuk mendukung sistem pemindahbukuan atas transaksi yang terjadi di antara peserta pasar. Bila diinginkan, peserta pasar masih dapat memperoleh sertifikat efek dalam bentuk fisik. Dalam praktek imobilisasi, emiten masih menerbitkan sertifikat efek dalam bentuk jumbo. Sertifikat jumbo itu mewakili sejumlah saham atau obligasi yang disimpan di lembaga penyimpanan (depositori). Sedangkan dalam sistem dematrialisasi, efek dalam bentuk fisik sama sekali ditiadakan dan digantikan secara legal dengan data elektronik. Dengan sistem ini pelaku pasar tidak dapat lagi mendapatkan seritifikat efek dalam bentuk fisik. Penerapan imobilisasi efek dalam pasar modal dapat menjadi mahal dalam arti untuk mendukung sistem kustodian, tetapi penghematan biaya dalam perusahaan efek dapat menjadi lebih nyata. Lebih lanjut, imobilisasi dapat menjadi landasan untuk menuju ke sistem dematrialisasi. Dengan dematrialisasi dapat dicapai penghematan biaya yang lebih besar dengan tidak diperlukannya lagi tempat penyimpanan fisik efek. Walaupun demikian sistem ini sering menghadapi masalah hukum dan reaksi negatif dari investor jika kepemilikan efek dalam bentuk fisik telah menjadi suatu kebiasaan.
25
Biaya imobilisasi atau dematrialisasi antara lain tergantung pada jumlah, jenis, dan distribusi warkat efek dalam pasar, kerangka kerja hukum yang berlaku, serta sikap dari investor dan emiten. Sertifikat fisik dalam jumlah besar yang belum diselesaikan yang berasal dari berbagai emiten akan menghalangi upaya penerapan dematrialisasi efek dalam jangka pendek. Konsentrasi dari kepemilikan dalam tangan sejumlah kecil investor akan memudahkan usaha imobilisasi atau dematrialisasi. Sekuritas dengan pembatasan kepemilikan, ketidakleluasaan pada nama calon registrasi, atau efek yang membutuhkan kustodi khusus akan sulit dilakukan imobilisasi atau dematrialisasi bila dipandang dari sudut hukum dan biaya. Sebagai contoh, jika efek harus dipegang oleh lembaga kliring atas nama masing-masing pemilik dengan menganut asas Kepemilikan Manfaat (beneficial owner) maka diperlukan struktur serta sistem rekening kustodi yang kompleks. Pada sisi yang lain, menyimpan sekuritas dalam lembaga depositori dengan menggunakan asas kesepadanan akan menimbulkan perhatian pada proteksi investor. Sikap kritis investor dan emiten terhadap sistem imobilisasi dan dematrialisasi juga perlu diperhatikan. Jika emiten bermaksud menerbitkan sertifikat efek global atau jumbo, upaya imobilisasi akan lebih mudah dan transisi ke bentuk efek dematrialisasi tidak begitu menjadi masalah. Tetapi bagaimanapun juga tetap ada beberapa investor yang lebih suka untuk menyimpan efek dalam bentuk fisik. Sikap investor yang demikian akan menjadi halangan dalam penerapan sistem imobilisasi atau dematrialisasi. Aspek hukum juga memegang peranan yang penting dalam penerapan upaya imobilisasi atau dematrialisasi efek sama halnya dengan aspek-sapek lain seperti
26
kepemilikan, transfer, dan jaminan kepemilikan efek. Teori hukum yang berdasarkan atas dokumen/catatan kertas menganggap keberadaan efek dalam bentuk fisik dan menjelaskan kepemilikan, transfer, dan jaminan kepemilikan efek dalam arti kepemilikan dan penyerahan sertifikat dalam bentuk fisik. Dalam kerangka kerja hukum yang mendasarkan atas dokumen tertulis, sistem pemindahbukuan efek dalam bentuk imobilisasi atau dematrialisasi oleh lembaga kliring dan penyelesaian adalah berdasarkan pada “legal fiction” yang memperlakukan transfer pemindahbukuan seolah-olah memiliki efek yang sama dengan penyerahan efek dalam bentuk fisik. Berbeda dengan kerangka kerja hukum yang mendasarkan atas dokumen tertulis, kerangka kerja hukum yang menganut sistem pemindahbukuan (“book-entry”) mengasumsikan bahwa tidak ada lagi serifikat efek (dematrialisasi) dan karakteristik kepentingan inverstor dalam efek dicirikan sebagai kepentingan dalam bentuk kepemilikan bersama atas efek dalam Penitipan Kolektif yang dianggap sepadan atau hubungan debtor/kreditor dengan sebuah lembaga intermediary. Dalam bentuk pendekatan yang pertama, seorang investor yang memiliki kepemilikan terhadap efek dapat diklaim atas dasar proporsional terhadap efek milik nasabah lain yang disimpan dalam lembaga intermediary. Jaminan kepentingan investor sebagai kreditor dapat dilakukan dengan menjamin kepentingan dengan aset jaminan yang spesifik atau dengan menyatakan investor sebagai bagian dari kelompok kreditor istimewa.
27
2.5 Scripless Trading Scripless trading adalah suatu sistem perdagangan efek tanpa warkat (dematrialisasi) yang dilakukan secara otomatis dengan sistem komputer, dimana penyelesaian transaksi dilakukan dengan cara pemindahbukuan secara elektronik dengan melakukan debet dan kredit terhadap rekening-rekening efek yang terdapat pada lembaga depositori sentral atau kustodian lainnya yang menyimpan efek-efek tersebut dalam bentuk elektronik atas namanya. Dalam scripless trading, sertifikat efek akan dikonversi menjadi data elektronik dan kepemilikan efek juga dinyatakan dalam bentuk catatan elektronik dalam rekening efek di lembaga depositori sentral. Penyelesaian transaksi perdagangan efek tidak lagi menggunakan sertifikat efek secara fisik. Pada setiap transaksi, mutasi efek dan uang cukup dilakukan melalui pemindahbukuan pada rekening pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi. Paling tidak ada empat tujuan (Winarto, 1997, p135) yang ingin dicapai dari scripless trading ini, antara lain: 1. Proses penyelesaian transaksi tanpa warkat. 2. Meningkatkan kualitas jasa dalam proses penyelesaian transaksi. 3. Meminimalkan resiko. 4. Meningkatan likuiditas. Keuntungan yang didapat dengan adanya scripless trading, antara lain: 1. Keamanan lebih tinggi. 2. Penyelesaian transaksi lebih cepat. 3. Likuiditas pasar akan meningkat.
28
4. Registrasi tidak diperlukan lagi. 5. Porsi asing dan pemegang saham menjadi transparan. 6. Lot perdagangan menjadi lebih fleksibel. 7. Dapat memperbaiki efisiensi back office. 8. Dapat mengurangi resiko saham hilang dan saham palsu. 9. Dapat memperbaiki kualitas jasa dalam proses penyelesaian transaksi. Secara yuridis Undang Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah meletakan konsep dasar dari perdagangan tanpa warkat tersebut, yaitu didalam pasal 56 tentang Penitipan Kolektif. Disebutkan didalam ayat-ayat dari pasal dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Efek dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dicatat didalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas nama Lembaga Penyimpanan Penyelesaian untuk kepentingan pemegang rekening pada lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian bersangkutan; 2. Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat didalam rekenig efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dicatat atas nama Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dimaksud untuk kepentingan pemegang rekening pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek tersebut; 3. Apabila Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian merupakan bagian dari efek dari suatu kontrak investasi kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka Efek tersebut dicatat dalam buku daftar pemegang saham Efek Emiten
29
atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemilik Unit Penyertaaan dari Kontrak Investasi kolektif tersebut; 4. Emiten wajib menerbitkan sertifikat atau konfirmasi kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau Bank Kustodian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) sebagai tanda bukti pencatatan
dalam buku
daftar
pemegang Efek Emiten; Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian, atau Perusahaan Efek wajib menerbitkan konfirmasi kepada pemegang rekening sebagai tanda bukti pencatatan rekening Efek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2). Undang-Undang Pasar Modal No. 8/1995 pasal 56 inilah yang memenjadi konsep dasar perdagangan saham tanpa warkat di pasar modal Indonesia yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sertifikat efek akan dikonversikan menjadi catatan elektronik. 2. Kepemilikan efek akan dinyatakan dalam bentuk catatan elektronik di rekening efek. 3. Penyelesaian transaksi bursa maupun diluar bursa dilakukan dengan pemindahbukuan efek diantara rekening efek. 4. Hak-hak yang terkait dengan efek (corporate action) seperti pembagian deviden, saham bonus, right, dan lain-lain didistribusikan secara elektronik dan akan langsung dikreditkan ke dalam rekening efek. Pelaksanaan scripless trading itu sendiri, secara langsung dilakukan oleh Lembaga Kliring Penjamin (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia) dan Lembaga
30
penyimpanan Penyelesaian (PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia). Dengan scripless trading diharapkan akan tercipta pasar modal yang efisien, proses penyelesaian transaksi yang lebih lancar, pengawasan tertib administrasi yang lebih transparan, penyebaran informasi lebih merata dan kualitas iklim investasi di pasar modal meningkat.
2.6 Pertukaran Data Elektronik / Electonic Data Interchange (EDI) Meskipun komputer memungkinkan perusahaan untuk menyimpan dan memproses data secara elektronik, dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya perusahaan memerlukan suatu sistem untuk mengkomunikasikan data tersebut. Masalah ini dapat diatasi dengan berkembangnya teknologi komunikasi data atau komunikasi antar komputer. Dengan menerapkan sistem komunikasi data antar komputer, perusahaan dapat mengirimkan data secara elektronik melalui sambungan telepon, dan secara otomatis memasukan data tersebut secara langsung pada program aplikasi yang dimiliki oleh rekan perusahaannya. Pertukaran data secara elektronik ini akan meningkatkan response time, mengurangi pekerjaan-pekerjaan diatas kertas, dan mengurangi kesalahan. EDI (Electronic Data Interchange) adalah pertukaran informasi/dokumen bisnis komputer ke komputer melalui jaringan komunikasi dengan format data yang telah ditentukan sebelumnya. EDI berbeda dengan surat elektronik (e-mail) dimana pengiriman pesan elektronik dibuat dan diinterpretasikan oleh manusia, sementara informasi/data yang dipertukarkan dalam EDI dibuat dan diinterpretasikan oleh
31
komputer. Informasi yang dipertukarkan dalam EDI pada umumnya berbentuk dokumen bisnis tertentu (misalnya: pemintaan pembelian, surat tagihan, dll.) yang sebelumnya dokumen-dokumen ini harus dikirimkan secara manual melalui pos atau faksimili. Dalam sejarah, sebuah perusahaan beralih dari metode tradisional ke sistem EDI karena dengan menerapkan EDI maka waktu transaksi dan biaya transaksi dapat diturunkan, tetapi untuk mengimplenentasikan EDI harus dikeluarkan biaya untuk instalasi peralatan dan biaya sewa jaringan. Pada mulanya pertukaran data elektronik ini hanya dapat diakukan oleh dua buah perusahaan dengan format data yang telah disetujui sebelumnya oleh kedua belah pihak. Sangat sulit untuk suatu perusahaan melakukan pertukaran data elektronik dengan beberapa perusahaan sekaligus karena tiap-tiap perusahaan memiliki format data yang berbeda. Oleh karena itu dikembangkan suatu standar untuk EDI yang dapat diterima secara internasional. Pada tahun 1960-an sebuah kerjasama antar kelompok-kelompok industri menetapkan suatu standar format data yang umum. Format ini pada mulanya hanya digunakan untuk transaksi pembelian, transportasi, dan data keuangan yang hanya digunakan pada transaksi antar industri. Selanjutnya pada akhir tahun 1970-an mulai dikembangkan standar nasional untuk Electronic Data Interchange (EDI). Baik pemakai maupun pemasok memberikan kriteria untuk format data standar yang akan ditetapkan untuk EDI harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: • Tidak tergantung pada perangkat keras yang digunakan;
32
• Tidak membingungkan, sehingga dapat digunakan untuk seluruh rekan usaha; • Mengurangi pekerjaan tenaga kerja yang diperlukan untuk pertukaran data (contoh: operator komputer); dan • Memungkinkan pengirim data untuk mengendalikan pertukaran data yang dilakukan, termasuk mengetahui jika penerima telah menerima transaksi yang dikirimkan. Meskipun saat ini banyak format standar untuk EDI tetapi hanya 2 macam yang dikenal secara luas yaitu: X12 dan Electronic Data Interchange For Administration, Commerce, and Transport (EDIFACT). Standar EDI untuk publik, misalnya ANSI X.12, memiliki dampak yang cukup besar terhadap pengembangan sistem tanggap cepat. Standar EDI untuk publik menyediakan rancangan umum untuk pertukaran data, dan dengan demikian mengurangi biaya dan kesalahan referensi silang kode telepon oleh pihak-pihak dalam transaksi EDI. EDI yang dihubungkan antara sistem komputer pengecer dengan sistem komputer pemasok akan mengeliminasi pemrosesan kertas dan memungkinkan untuk menempatkan dan memproses pemesanan pembelian secara cepat, mendukung pengiriman tanggap cepat. Pemasok juga harus memfakturkan pengecer melalui EDI. Dalam beberapa kasus, pembayaran transfer dana secara elektronik (EFT atau electronic fund transfer) dapat dibuat oleh pengecer ke rekening pemasok. Semua kejadian ini, termasuk mengambil pesanan dari persediaan pemasok, harus dilakukan tanpa keterlibatan manusia.
33
2.7 Internet Internet adalah jaringan komunikasi komputer publik yang menghubungan ribuan jaringan komputer lokal (LAN) dan jaringan komputer publik yang lebih kecil di seluruh dunia termasuk ARPAnet (Departemen Pertahanan Amerika), Bitnet (jaringan dari organisasi-organisasi universitas dan pendidikan), CompuServe, MILnet, NSFnet (National Science Foundation Network) serta para Internet Sevice Provider (ISP). Sebagai jaringan publik, internet menguhubungkan beberapa gateway. Pengguna jaringan internet akan dihubungkan ke penyedia akses lokal seperti LAN atau menggunakan jasa ISP yang terhubung pada penyedia akses internet. Selanjutnya penyedia akses internet ini akan terhubung pada penyedia akses jaringan dan kemudian terhubung pada internet backbone. Tidak satu organisasipun yang menjadi pemilik internet. Internet merupakan himpunan jutaan individu, dan organisasi dari seluruh dunia. Biaya yang dikeluarkan untuk bergabung dalam internet sering membuat individu memilikinya tidak secara pribadi, tetapi melalui sekolah, perusahaan, atau instansi-instansi swasta dan pemerintah. Kenyataan itu membuat beberapa perusahaan menjual internet sebagai saluran penting dengan ongkos bulanan atau jam-jaman. Perusahaan-perusahaan ini disebut dengan Internet Sevice Provider (ISP). Internet menggunakan protokol yang disebut dengan TCP/IP (transmission control protocol/internet protocol). Protokol ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika. Ini adalah satu-satunya protokol yang diterima secara universal.
34
2.8 Electronic Commerce Istilah electronic commerce sebenarnya baru muncul dalam beberapa tahun terakhir, dan secara umum dapat dianggap sebagai perluasan dari EDI dengan realisasi bahwa perusahaan-perusahaan memerlukan lebih dari satu solusi messaging di dalam strategi teknologi informasi (TI) mereka. Bagaimanapun para pengguna Internet sadar bahwa hubungan/link antara komputer sudah ada sejak tahun 1960-an, walaupun EDI baru menjadi bahan pembicaraan tahun 1980-an. Electronic commere (EC) merupakan istilah yang luas yang meliputi berbagai aktifitas komersil yang dilakukan melalui jaringan komunikasi komputer yang dapat menghubungkan para mitra dagang. Secara umum EC dapat didefinisikan sebagai proses penjualan dan pembelian atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan komputer termasuk Internet. Kalakota dan Whinston (1997) mendefinisikan EC dari beberapa pandangan sebagai berikut: • Dari perspektif komunikasi, EC adalah penyebaran informasi, produk/jasa, atau pembayaran melalui saluran telepon, jaringan komputer, atau cara-cara elektronik lainnya. • Dari perspektif proses bisnis, EC adalah aplikasi teknologi ke arah otomatisasi transaksi bisnis dan aliran pekerjaan. • Dari perspekif jasa, EC adalah sebuah alat yang memungkinkan perusahaan, pelangan, dan manajemen untuk memangkas biaya pelayanan untuk
35
meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan pengiriman barang ke pelanggan. • Dari perspektif online, EC menyediakan kemampuan untuk membeli dan menjual produk dan informasi melalui internet dan media online lainnya. Hingga belakangan ini interaksi secara elektronik telah menjadi hak istimewa dari perusahaan besar yang memiliki pengetahuan, teknologi dan cukup dana untuk di investasikan ke dalam infrastruktur elektronik yang mendukung transaksi bisnis secara elektronik. Pendorong lain meningkatnya transaksi bisnis secara elektronik beberapa tahun belakangan ini berasal dari standar EDI. Standar-standar tersebut mencakup komunikasi dari informasi bisnis dalam formulir elektronik yang telah distandarisasi. Meningkatnya penetrasi dari Internet berupa aksesibilitas ke komunitas pemakai yang lebih luas, dan aplikasi-aplikasi seperti WWW browser telah mendorong kearah meningkatnya serbuan EC ke dalam komunitas yang lebih besar. Munculnya kegiatan EC di Internet seperti pemasangan iklan produk dan jasa, electronic shopping, electronic mall, dan banyak lagi layanan yang muncul hampir setiap hari di Internet, adalah indikator terbaik bahwa melakukan EC di Internet membuktikan ketertarikan dan melahirkan peluang baru bagi individu dan bisnis. Sebagai akibatnya, dapat dikatakan bahwa EC berisikan EDI, juga mekanisme untuk mendukung komunikasi antar individu, perpindahan uang, dan saling berbagi basis data yang umum sebagai kegiatan tambahan yang membantu perilaku bisnis yang efisien.
36
Sementara Internet banyak mempromosikan aspek-aspek yang berbeda (namun sederhana) dari electronic commerce, tingkat penggunakan electronic commerce dalam perjanjian bisnis antar organisasi masih relatif rendah. Juga, kecenderungan hari ini ke arah meningkatnya interdependensi global di antara bisnis membutuhkan infrastruktur moderen untuk mendukung transaksi-transaksi tersebut. Secara intuitif jelas bahwa isu terakhir melibatkan kompleksitas yang lebih tinggi, ketidakpastian yang lebih besar, dan secara potensial meningkatnya kerugian secara ekonomi; kecuali ada kepastian perjanjian bisnis secara elektronik untuk lebih mengikat dan lebih sahih dari sudut pandang hukum.